Anda di halaman 1dari 13

Karateristik Penilaian PAI Pada Kurikulum Merdeka Belajar Di Tingkat

SMP/SMA

Rifkal Syihabu Rosikhin

Pascasarjana PAI UIN Sayyid Ali Rahmatulloh Tulungagung

Email : rrifkal@gmail.com

ABSTRACT

Assessment or better known as assessment is an important part that is inseparable


from learning. A good assessment can motivate students to learn and can lead
students to obtain maximum learning outcomes by utilizing all existing potential.
Learning today, in the 21st century has different characteristics from previous
learning. The change in the learning paradigm that occurs should be accompanied by
a change in the assessment paradigm used by educators so that it becomes a good
learning unit. Maybe there are still many of us who still think that learning
characteristics that prioritize hard skills alone are the only key to success. This is no
longer true in the 21st century learning era.

Keyword : PAI Assessment, Middle/High School Independent Learning Curriculum

ABSTRACK
Asesmen atau yang lebih dikenal sebagai penilaian merupakan bagian
penting yang tidak terpisahkan dengan pembelajaran. Asesmen yang baik dapat
memotivasi peserta didik untuk belajar dan dapat mengantarkan peserta didik untuk
memperoleh hasil belajar yang maksimal dengan memanfaatkan segala potensi
yang ada. Pembelajaran saat ini, di abad ke-21 memiliki karakteristik yang berbeda
dengan pembelajaran sebelumnya. Perubahan paradigma pembelajaran yang terjadi
semestinya disertai dengan perubahan paradigma asesmen yang digunakan oleh
pendidik agar menjadi satu kesatuan pembelajaran yang baik. Mungkin masih
banyak di antara kita yang masih berpikir bahwa karakteristik pembelajaran yang
mengutamakan hard skill semata adalah satu-satunya kunci meraih kesuksesan. Hal
ini tidaklah lagi berlaku di era pembelajaran abad ke-21.

Keyword : Penilaian PAI, Kurikulum Merdeka Belajar SMP/SMA


PENDAHULUAN
Kurikulum merdeka belajar akan mengubah metode belajar yang tadinya
dilaksanakan di ruang kelas menjadi pembelajaran di luar kelas. Konsep
pembelajaran di luar kelas dapat memberikan suatu peluang bagi siswa untuk dapat
berdiskusi secara luwes bersama dengan guru. Dengan hal tersebut, siswa dapat
membentuk karakternya dengan berani mengutarakan pendapat, kemampuan
bersosial, dan menjadi siswa yang berkompetensi. Siswa nantinya akan diberikan
kebebasan mengelaborasi keterampilan yang ia punya. Dengan demikian, guru dan
siswa dapat berkolaborasi untuk menciptakan pembelajaran yang super aktif dan
produktif1.
Berdasarkan penjelasan tersebut, sebagai calon guru pendidikan biologi
sudah seharusnya mengikuti kurikulum terbaru yang akan diterapkan di tahun ajaran
baru 2022/2023 supaya menjadi bekal untuk terjun langsung menjadi seorang tenaga
didik, Nadiem pun membuat gebrakan penilaian dalam kemampuan minimum,
meliputi literasi, numerasi, dan kurvei karakter. Literasi bukan hanya mengukur
kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan menganalisis isi bacaan beserta
memahami konsep di baliknya. Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai bukan
pelajaran matematika, tetapi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam
menerapkan konsep numerik dalam kehidupan nyata kecerdasannya dalam bidang
masing-masing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar yang siap kerja dan
kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan masyarakat2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum Merdeka

Pendidikan yang memerdekakan menempatkan keaktifan peserta didik


menjadi unsur amat penting dalam menentukan proses dan kesuksesan belajarnya.
Strategi ini mampu mewujudkan proses demokratisasi belajar, suatu proses
pendemokrasian yang mencerminkan bahwa belajar adalah atas prakarsa peserta
didik. Demokrasi belajar berisi pengakuan hak anak untuk melakukan tindakan
belajar sesuai dengan karakteristiknya.3

1
Juliati Boang Manalu et al., “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar,” Jurnal
Mahesa Research Center 1, no. 1 (2022): 80–86, https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.174.
2
Evi Hasim, “Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Perguruan Tinggi Di Masa Pandemi Covid-19,” Prosiding
Webinar Magister Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo “Pengembangan
Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Ilmiah Menuju Anak Merdeka Belajar,” 2020, 68–74.
3
Asri Budiningsih, ―Strategi Pembelajaran Yang Memerdekakan,‖ Majalah Ilmiah Pembelajaran
8,no. 2 (2010).
Merdeka belajar sendiri memiliki esensi bahwa peserta didik nantinya akan
memiliki kebebasan dalam berpikir baik secara individu ataupun kelompok,
sehingga di masa mendatang dapat melahirkan peserta didik yang unggul, kritis,
kreatif, kolaboratif, inovatif, serta partisipasi. Harapannya dengan adanya program
merdeka belajar akan ada keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran akan
semakin meningkat.4 Konsep Merdeka Belajar diantaranya; belajar terjadi dalam
beragam waktu dan tempat, adanya free choice, personalized learning, berbasis
proyek, pengalaman lapangan serta interpretasi data. Seperti kita ketahui proses
pembelajaran terkadang membosankan jika hanya di dalam ruangan (kelas) saja.
maka dari itu dengan konsep Merdeka Belajar ini diharapkan siswa tidak merasakan
jenuh dalam proses pembelajaran yang di ikuti.5

Secara konseptual, Merdeka Belajar sesungguhnya bukan konsep yang baru


dalam pendidikan saat ini. Beberapa sekolah, pegiat pendidikan, kalangan guru pun
sudah menerapkannya. Filosofi merdeka belajar juga sudah dikenalkan Bapak
Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Filosofi Merdeka Belajar mengandung
makna yang mendalam, yakni mengajarkan semangat dan cara mendidik anak
untuk menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirnya, dan merdeka
fisiknya.6

Guru berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang
kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri siswa.7Belajar merdeka
mencirikan pembelajaran yang kritis, berkualitas, ekspres (cepat), transformatif,
efektif, aplikatif, variatif, progresif, aktual dan faktual. Siswa yang belajar berbasis
kemerdekaan akan senantiasa enerjik, optimis, prospektif, kreatif dan selalu berani untuk
mencoba hal baru. Mereka senantiasa lapar dan haus akan ilmu. Para siswa kategori ini
menganggap bahwa membaca buku yang bergizi tak kalah nikmatnya dengan
menyantap makanan.8

B. Paradigma Asesmen Kurikulum Merdeka


Paradigma pembelajaran didefinisikan sebagai sebuah pandangan terhadap
4
Nurhayani Siregar, Rafidatun Sahirah, and Arsikal Amsal Harahap, ―Konsep Kampus Merdeka Belajar Di Era
Revolusi Industri 4.0,‖ Fitrah: Journal of Islamic Education 1, no. 1 (2020): 141–157.
5
Annisa Ramadhani Al-Husaini Lubis, “Implementasi Merdeka Belajar dalam Pembelajaran Jarak Jauh bagi
Siswa MI”, diakses 16 Agustus 2020,
6
Rini Sulistyawati, “Menguji Konsep MerdekaBbelajar di Masa Pandemi Covid-19”, diakses 30 Agustus 2020
7
Warni Tune Sumar, ―Kompetensi Guru Menerapkan Pembelajaran Bermakna Menuju Merdeka Belajar Dalam
Membangun Karakter Anak,‖ Jambura Early Childhood Education Journal 3, no. 1 (2021).
8
Ibid
permasalahan pembelajaran dalam dunia pendidika.9 Paradigma ini berkaitan
dengan nilai-nilai kehidupan atau proses pembudayaan. Dalam jangka panjang
ini, pembelajaran berkaitan dengan gejala kebudayaan, dalam
mentransformasikan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Paradigma pembelajaran saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat dari paradigma lama hingga paradigma baru.

Peran pendidik pada paradigma ini adalah sebagai sumber informasi bagi
siswanya. Pendidik memberikan ceramah kepada peserta didik melalui ceramah.
Kemudian, sumber pengetahuan siswa hanya berfokus kepada siswa dimana
siswa hanya berfokus pada penerimaan infomasi melalui pendidik. Mengacu
pada paradigma saat ini, di mana kurikulum merdeka merupakan hal yang baru
dalam dunia pendidikan. Asesmen dalam kurikulum merdeka menekankan kepada
praktik pembelajaran yaang berpusat pada peserta didik.10
Asesmen dalam kurikulum merdeka saat ini memberikan keluwesan bagi
pendidik dalam merancang pembelajaran yang dan asesmen yang sesuai dengan
karaketristik dari kebutuhan siswa. Asesmen yang dilakukan dalam pembelajaran
mempertimbangkan apa yang menjadi kebutuhan siswa dan bagaimana
karakteristik siswa dalam mengikuti pembelajaran. Asesmen dalam kurikulum
merdeka melibatkan asesmen diagnositik, formatif, dan sumatif. Asesmen
diagnositik mempertimbangkan kondisi siswa yang dilihat dari segi psikologis
dan kognitif. Kemudian, asesmen formatif mengacu pada proses pembelajaran.
Di sisi lain, asesmen sumatif mengacu pada penialain/asesmen pada akhir proses
pembelajaran. Beberapa ragam kategori dalam asesmen, yaitu11 (a) sikap dengan
melakukan pengamatan, penilaian diri, penilaian teman sebaya dan anekdotal; (b)
perfoma mengacu pada penialian dari hasil keterampilan/psikomotorik siswa
berupa projek dalam bermain peran, presentasi, atau drama; dan (c) tertulis
mengacu pada tes tertulis secara objektif, isiam, essay dan lain- lain.12

Dalam paradigma baru ini, yang menjadi pembeda dalam hal ini adalah
9
Sinaga, B. (2008). Paradigma Lama Kontra Paradigma Baru Pembelajaran Di Sekolah. Generasi Kampus,
1(2), 1–13.
10
Puspendik Kemdikbud. (2021). Panduan Pembelajaran dan Asesmen Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA). In Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian
dan Pengembangan dan Perbukuan Kemdikbudristek.
11
Maulida, U. (2022). Pengembangan modul ajar berbasis kurikulum merdeka. Tarbawi : Jurnal Ilmu Pendidikan,
5(2), 130–138.
12
ibid
profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila ini menjadi acuan dalam
melakukan kegiatan asesmen. Terdapat enam dimensi profil pelajar Pancasila
yang dijadikan acuan, yaitu (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong royong, (4)
mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif.13

C. Prinsip Asesmen Kurikulum Merdeka

Asesmen merupakan proses sistematika dalam mengumpulkan data


seseorang yang fungsinya untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi
seseorang saat itu, sebagai bahan dalam menentukan apa yang sesungguhnya
dibutuhkan. Penilaian merupakan proses mengumpulkan peristiwa dan
mendokumentasikan pertumbuhan dan pembelajaran anak.14 Penilaian adalah
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk.
Penilaian bersifat kualitatif berdasarkan informasi tersebut para guru bisa
menyusun berbagai macam program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai
dengan kenyataan yang objektif. Penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran. Berdasarkan beberapa pengertian di atas,
penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa, menjelaskan serta menafsirkan hasil
pengukuran, menggambarkan informasi mengenai sejauh mana hasil belajar siswa
atau ketercapaian kompetensi siswa15. Asesmen sangat penting dan merupakan
cara yang efektif digunakan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran
16
. Selanjutnya pendidik memanfaatkan asesmen untuk mengetahuibagaimana
kondisi pembelajaran yang sedang berlangsung17. Demikian juga dalam proses
asesmen, para pendidik akan dapat memberikan umpan balik dari apa yang
sudah dibelajari oleh siswa18. Asesmen dalam proses pembelajaran yang

13
Puspendik Kemdikbud. (2021). Panduan Pembelajaran dan Asesmen Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah
(SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA). In Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan
dan Perbukuan Kemdikbudristek.
14
Kemendikbud, Pembelajaran dan Asemen Pendidikan Usia Dini, Pendidikan Dsar Menenggah. 2022 hal 28
15
Ibid 32
16
Tridane, M., Belaaouad, S., Benmokhtar, S., Gourja, B., & Radid, M. (2015). The Impact of
Formative Assessment on the Learning 47 Process and the Unreliability of the Mark for the Summative
Evaluation. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 197 ,680–685.
17
Msosa, A., Bruce, J., & Crouch, R. (2021). Effect of a formative assessment intervention on nursing
skills laboratory learning in a resource-constrained country. Nurse Education Today, 97
18
Granberg, C., Palm, T., & Palmberg, B. (2021). A case study of a formative assessment practice and
dilakukanakan juga memberikan kesepatan kepada siswa untuk memperbaiki serta
mengembangkan kemampuannya dalam proses pembelajaran 19. Asesmen dalam
pembelajaran bukan merupakan alat untuk menaikkan nilai peserta didik, tetapi
membekali peserta didik dengan pengetahuan yang digunakan secara aktif untuk
menyelesaikan masalah atau tugas20. Dalam pelaksanaan pembelajaran, asesmen
biasanya lebih dipandang sebagai alat yang digunakan untuk mengukur
pemahaman peserta didik, dan bukan sebuah metode dalam pembelajaran21.
Namun terkadang asesmen dilakukan terlepas dari proses pembelajaran, berbeda
halnya dengan pendidikan di negara maju seperti di Eropa dan beberapa Negara
Asia, asesmen dilakukan terintegrasi dalam proses pembelajaran sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisahkan dengan pembelajaran
yang mensuasanai proses.

Mengacu pada prinsip dasar asesmen, pada dasarnya asesmen digunakan


untuk meningkatkan pembelajaran peserta didik. Asesmen mengacu pada
prosedur penilaian yang digunakan untuk memberikan informasi tentang prestasi
atau kinerja yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam proses
pembelajaran di kelas. Hal tersebut jelas berkaitan dengan penilaian kelas yang
merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk memperoleh informasi
kualitatif dan kuantitatif baik di awal pembelajaran, di saat/sedang melaksanakan
pembelajaran, dan di akhir pembelajaran yang dapat membantu peserta didik
untuk mengetahui apa yang dipelajari peserta didik di kelas dan ketuntasan
perserta didik dalam mencapai kompetensi 22. Education Standards Authority New
South Wales (2022) menjelaskan asesmen sebagai komponen penting dari siklus
belajar mengajar. Assessment for learning, assessment as learning, dan
assessment of learning.

the effects on students’ selfregulated learning. Studies in Educational Evaluation, 68


19
Xiao, Y., & Yang, M. (2019). Formative assessment and self- regulated learning: How formative
assessment supports students’ selfregulation in English language learning. System, 81, 39–49.
20
Black, P., & Wiliam, D. (2018). Classroom assessment and pedagogy. Assessment in
Education: Principles, Policy and Practice,5(6),551–575.
21
Arifin, R., Kusumah, I. H., & Mubarak, I. (2018). Hasil Penilaian Diri Dan Penilaian Teman Sebaya
Dibandingkan Dengan Assessment Dosen Untuk Hasil Produk Mata Kuliah Body Otomotif. Journal of
Mechanical Engineering Education, 5(1), 78.
Angelo, T. A. , & Cross, K.P. (1993). Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College teachers, 2nd
22

Edition. California: Jossey-Bass Inc.


Secara ringkas gambaran dan perbedaan peran dari ketiga jenis
assessment of learning, assessment for learning, dan assessment as learning
disajikan sebagai berikut.

Assessment Of Assessment For Assessment As


learning learning learning

Dilakukan oleh Dilakukan oleh Dilakukan oleh peserta


pendidik pendidik didik (diri sendiri atau
teman sejawat)

Untuk menentukan Untuk menentukan Untuk menentukan apa


instruksi apa yang tingkat prestasi yang dilakukan
dilakukan peserta didik dari selanjutnya dalam
selanjutnya (strategi, ekspetasi seluruhnya belajar ku
perbedaan) pada pemberian poin
disetiap waktu

Untuk menyiapkan Sebagai bukti pada Untuk menyiapkan


deskripsi umpan pengambilan deskripsi umpan balik pada
balik pada peserta keputusan secara teman sejawat dan dirinya
didik (apa mereka profesional sendiri (penilaian teman
mengerjakan dengan sejawat dan diri sendiri)
baik, apa
membutuhkan
perbaikan, dan
bagaimana
memperbaikinya)

Tujuannya adalah untuk


menjadikan refleksi, belajar
memonitoring/menilai diri
sendiri

D. Contoh Pengelolaan Penilaian


Asesmen sumatif dilaksanakan secara periodik setiap selesai satu
atau lebih tujuan pembelajaran. Hasil asesmen perlu diolah menjadi
capaian dari tujuan pembelajaran setiap peserta didik. Pendidik dapat
menggunakan data kualitatif sebagai hasil asesmen tujuan pembelajaran
peserta didik. Namun, dapat juga menggunakan data kuantitaif dan
mendeskripsikannya secara kualitatif. Pendidik diberi keleluasaan untuk
mengolah data kuantitatif, baik secara rerata maupun proporsional
Contoh : Pendidik telah melaksanakan asesmen untuk salah satu tujuan
pembelajaran mata pelajaran IPA Fase C: Menyelidiki ragam sumber
energi yang dapat dimanfaatkan di lingkungan sekitar, dengan indikator
terdiri atas: 1) mampu menguraikan manfaat sumber energi; dan 2)
mampu melakukan pengamatan sesuai prosedur. Indikator 1 menggunakan
teknik tes tertulis pilihan ganda atau esai, indikator 2 menggunakan unjuk
kerja. Hasil asesmen sumatif peserta didik dipetakan ke dalam 4 kualitas,
yaitu: 1) perlu bimbingan, 2) cukup, 3) baik, dan 4) sangat baik. Pendidik
juga dapat menentukan angka kuantitatif pada setiap kualitas yang disajikan,
misalnya untuk kriteria perlu bimbingan antara 0-60, kriteria cukup antara
61-70, kriteria baik antara 71- 80, dan sangat antara 81-100. Maka rubrik
penilaiannya dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini :23
Bukti
Perlu
(evidence) Cukup Baik Sangat Baik
Bimbingan (81-100)
Tujuan (61-70) (71-80)
(0-60)
Pembelajaran
Mampu Belum Menguraikan 1 Menguraikan 2 Menguraikan lebih
menguraikan mampu contoh contoh manfaat dari 2 contoh
manfaat menguraikan manfaat sumber energi manfaat sumber
sumber energi manfaat sumber energi energ
sumber
energi
Mampu Memerlukan Melakukan Melakukan Mampu
melakukan bimbingan prosedur prosedur mengarahkan
pengamatan dalam pengamatan pengamatan teman yang lain
sesuai melakukan secara secara mandiri dalam melakukan
prosedur prosedur mandiri, dengan tepat prosedur
pengamatan namun masih pengamatan
ditemukan 1
atau 2 kali
kesalahan

23
Kemenag ri, Panduan Pembelajaran dan Assesmen RA, MI, MTS, MA dan MAK, 2022 hal 70 - 81
Kualitas
Kualitas Bukti Bukti
Nama Deskripsi Nilai
(evidence) 1 (evidence)
Indikator 2

Amar Baik (75) Cukup (69) Mampu menguraikan 2 contoh 72


manfaat sumber energi dan dapat
melakukan prosedur pengamatan
secara mandiri meskipun masih
ditemukan 1 atau 2 kali kesalahan

Rahmat Perlu Cukup (63) Belum mampu menguraikan manfaat (59)*


bimbingan sumber energi tetapi dapat
(55) melakukan prosedur pengamatan
secara mandiri meskipun masih
ditemukan 1 atau 2 kali kesalahan

Safira Sangat Baik (80) Mampu menguraikan lebih dari 2 87,5


contoh manfaat sumber energi serta
Baik (95)
dapat melakukan prosedur
pengamatan secara mandiri dengan
tepat

Zakiyah Cukup (65) Baik (75) Mampu menguraikan 1 contoh manfaat (70)
sumber energi serta dapat melakukan
prosedur pengamatan secara mandiri
dengan tepat

Contoh Penerapan Penilaian Sumatif

Penting untuk diperhatikan bahwa pendidik tidak mencampur


penghitungan dari hasil asesmen formatif dan sumatif, karena asesmen formatif
dan sumatif memiliki fungsi yang berbeda. Asesmen formatif bertujuan untuk
memberikan umpan balik pada proses sehingga asesmen formatif bukan
menjadi penentu atau pembagi untuk nilai akhir.

Dalam mengolah dan menentukan hasil akhir asesmen sumatif, pendidik


perlu membagi asesmennya ke dalam beberapa kegiatan asesmen sumatif agar
peserta didik dapat menyelesaikan asesmen sumatifnya dalam kondisi yang
optimal (tidak terburu-buru atau tidak terlalu padat). Untuk situasi ini, nilai akhir
merupakan gabungan dari beberapa kegiatan asesmen tersebut.

1) Bila pengukuran pencapaian dilakukan untuk setiap tujuan


pembelajarandengan data kuantitatif (angka pencapaian)
1. Misalnya, dalam 1 semester ada 6 tujuan pembelajaran untu mata pelajaran
IPA, 7 tujuan pembelajaran untuk Bahasa Indonesia, dan 5 tujuan pembelajaran
untuk mata pelajaran Bahasa Arab (contoh hanya 3 mata pelajaran, namun cara
ini dapat berlaku untuk semua mata pelajaran).
2. Asumsi: satuan pendidikan menggunakan rentang nilai untuk ketercapaian
tujuan pembelajaran. Rentang ini bisa sama untuk setiap mapel atau berbeda,
tergantung kesepakatan para pendidik di madrasah.
3. Ketuntasan ditentukan untuk setiap tujuan pembelajaran, bukan hasil
akhir pengolahan nilai sumatif per mata pelajaran. Ketidaktuntasan
ditandai (*) pada tujuan pembelajaran tertentu saja. Hal ini bertujuan untuk
mengomunikasikan kepada orang tua dan peserta didik tentang tujuan
pembelajaran mana yang belumdituntaskan oleh peserta didik.
Contoh: Para Guru menyepakati bahwa rentang nilai 0-55 belum mencapai
ketuntasan dan 56- 100 sudah mencapai ketuntasan.

No. Mata Pelajaran TP 1 TP 2 TP TP 4 TP 5 TP 6 TP 7 Hasil Akhir


3
1 Ilmu Pengetahuan Alam 55* 75 90 83 75,75
(IPA)
2 Bahasa Indonesia 67 85 53* 68 90 55* 88

3 Bahasa Arab 80 60 60 87

... ...

... ...
... ...

*Belum mencapai kriteria ketuntasan

2) Bila pengukuran pencapaian dilakukan untuk setiap tujuan


pembelajaran dengan data kualitatif (skala dengan deskriptor)

a. Perlu bimbingan:

Peserta didik masih kesulitan dan sangat bergantung pada bimbingan


dalam mencapai tujuan pembelajaran dan belum siap memasuki pembelajaran
lebih lanjut. Peserta didik pada kriteria ini perlu direkomendasikan untuk
menguatkan pencapaian tujuan pembelajaran dengan mengikuti remedial.
b. Cukup:
Peserta didik masih kesulitan dalam mencapai sebagian tujuan
pembelajaran dan perlu menguatkan tujuan pembelajaran yang dipelajari
sebelum mengikuti pembelajaran selanjutnya dengan penekanan pada aspek-
aspek yang belum dikuasai.
c. Baik:
Peserta didik sudah menuntaskan sebagian besar indikator tujuan
pembelajaran dan perlu siap mengikuti pembelajaran selanjutnya.
d. Sangat baik:
Peserta didik mengikuti pembelajaran selanjutnya dan dilibatkan
diberikan pengayaan atau tantangan lebih.
Nama Peserta Didik : Imam

Tujuan Pembelajaran 2 ˅

Tujuan Pembelajaran 3 1 2 3 ˅
4

...
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Bahasa Pembelajaran
Tujuan Indonesia 1 ˅

Tujuan Pembelajaran 1 ˅

Tujuan Pembelajaran 2 ˅

Tujuan Pembelajaran 3 ˅

...

[Mata Pelajaran Lainnya]

Tujuan Pembelajaran 1 ˅

Tujuan Pembelajaran 2 ˅

Tujuan Pembelajaran 3 ˅

...

Kelas 8
Tabel di bawah ini menunjukkan contoh pengolahan data untuk mendapatkan nilai kualitatif pada akhir semester berdasarkan indikator-indikator yang
dicapai oleh setiap peserta didik
Lingkup Materi/Tujuan
Nama Sumatif 1 (Praktik) Sumatif 2 (Praktik) Sumatif 3 (Praktik) Sumatif 4 (Praktik) Sumatif 5 (Praktik)
Pesert Sumatif Akhir Nilai Akhir
a Didik Peserta didik mampu Peserta didik Peserta didik Peserta didik mampu Peserta didik Semester (Teori) Semester
menjelaskan mampu mampu membuat dan mampu membuat
antarmuka berbasis menerapkan surel menggunakan mengelola folder dan dokumen dan
grafis dan komponen- untuk peramban untuk file dengan presentasi dengan
komponennya. berkomunikasi mencari, dan terstruktur sehingga menggunakan fitur
dengan baik dan memilah informasi. memudahkan akses dasar aplikasi
santun, dengan yang efisien perkantoran
bahasa yang sesuai.
Ahmad terampil mampu terampil mampu membuat Terampil Memahami Terampil
menggunakan membuat surel, melakukan folder, namun menggunakan fitur penggunaan mempraktikan
antarmuka tapi belum pencarian belum mampu dasar aplikasi aplikasi penggunaan aplikasi
berbasis grafis dan santun dalam menggunakan mengelola file secara perkantoran untuk peramban, dan peramban dan
mampu berbahasa peramban, namun terstruktur membuat dokumen perkantoran perkantoran dalam
menjelaskan belum pandai dan presentasi dalam lingkungan lingkungan antarmuka
komponen- memilah informasi antarmuka berbasis grafis, namun
komponennya berbasis grafis perlu bimbingan dalam
pada orang lain sikap dan karakter
penggunaan teknologi
dan masih perlu
bimbingan dalam
menggunakan aplikasi
pengelolaan berkas

Anda mungkin juga menyukai