Anda di halaman 1dari 27

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SELF DIRECTED LEARNING

DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PESERTA


DIDIK HOMESCHOOLING PRIMAGAMA (HSPG) KOTA SERANG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Seminar Proposal

RIZKI WULAN MAULIDA

NIM. 2221180002

JURUSAN PENDIDIKAN NONFORMAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha mengembangkan kemampuan dan

keterampilan yang dimiliki masyarakat, seperti dalam Undang-undang

Sisdiknas RI Nomer 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa

“pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Definisi pendidikan sebagimana tercantum dalam UU Sisdiknas diatas,

mencerminkan bahwa proses pendidikann sebagai subjek kurikulum, bukan

sekedar objek kurikulum.

Sudah seharusnya setiap peserta didik diberi hak dan kesempatan untuk

ikut menentukan apa yang terbaik untuk dirinya. Ini mengandung makna

bahwa pendidikan mestinya memperhatikan minat dan kebutuhan peserta

didik dalam memilih dan menentukan kurikulum yang akan dijalaninya dan

diperlukan sebagai bekal hidup masa depan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negaranya. Selain itu, penyelenggara maupun pendidik sudah seharusnya

mampu memberikan suasana yang aman, nyaman dan menggairahkan bagi

peserta didik untuk senantiasa belajar guna memenuhi hasrat

keingintahuannya.
Pendidikan Indonesia sedang menunjukan progresivitas, hal ini dapat

dilihat dari banyaknya sekolah baru yang muncul, setiap sekolah bersaing

memberikan yang terbaik untuk anak yang berdalih sekolah model, sekolah

unggulan, sekolah plis dan sebagainya. Meskipun beragam fasilitas dan

keunggulan ditawarkan oleh sekolah namun ada orang tua yang merasa

sekolah tersebut belum mampu member jawaban yang memuaskan terhadap

pendidikan untuk anak-anak mereka. Pendidikan informal yang mulai

berkembang di Indonesian saat ini salah satunya adalah pendidikan

homeschooling.

Asmani (2012) menyebutkan ada beberapa alasan orangtua

menyekolahkan anaknya di rumah, antara lain; ketidak puasan orangtua

dengan pendidikan sekolah regular, dengan melalui homeschooling orangtua

diharapkan dapat mempererat hubungan orangtua dengan anak, karena waktu

dengan anak bertambah banyak, orangtua merasa bahwa sistem pendidikan

yang ada di sekolah formal tidak mendukung nilai-nilai yang dipegang

keluarga. Hal ini didorong oleh kurangnya pendidikan agama, nilai-nilai moral

dan karakter di sekolah formal. Ada pula sekolah formal (negeri) yang hanya

megajarkan 1 agama dan mengharuskan semua anak mengikuti pelajaran

agama yang tidak sesuai dengan agama mereka, dan beberapa orangtua tidak

setuju dengan kurikulum sekolah formal (diknas).

Beberapa pelajaran dan sistem kurikulum yang dianggap terlalu

membebani anak dan tekanan yang diciptakan guru kepada anak dalam

mengejar target kurikulum banyak orangtua mengeluarkan anak dari sekolah


formal. Pendidikan formal yang diselenggarakan di sekolah dengan

sedemikian banyak peraturannya terkadang membuat anak menjadi terbebani,

selain itu mata pelajaran yang banyak dan mungkin kurang sesuai dengan

kemampuan peserta didik, semakin menjadikan peserta didik kurang mampu

mennagkap secara maksimal materi yang diajarkan sekolah.

Perkembangan homeschooling kini sudah semakin pesat, antusiasme

masyarakat untuk memilih homeschooling sebagai jalur pendidikan yang akan

ditempuh cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan pesatnya jumlah peserta

didik dari tahun ke tahun. Menurut informasi yang disampaikan oleh Sekjen

Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif (Asah Pena) pusat, Budi

Tikorayano menyebutkan bahwa jumlah peserta didik homeschooling yang

tercatat di Asah Pena pada tahun 2014 mencapai 15.000, perkiraan meningkat

dua kali lipat di tahun 2015 (Sapuro, dkk, 2016:2). Jumlah ini semakin

meningkat disetiap tahunnya.

dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik

homeschooling, perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang dapat

mengakomodasi keunikan gaya belajar yang ada pada diri setiap peserta didik

dalam proses pengkonstruksian pengetahuan dan kemampuan pemecahan

masalah. Model tersebut juga memberikan peluang bagi peserta didik untuk

dapat mengambil inisiatif sendiri dalam mengelola belajarnya. Pembelajaran

yang mempertimbangkan keunikan gaya belajar peserta didik dan memberikan

otonomi pada mahasiswa dalam merencanakan pembelajaran, menentukan

aktivitas belajar, memonitoring, dan mengevaluasi hasil belajarnya secara


mandiri adalah model self-directed learning. Model self-directed learning

memungkinkan peserta didik dapat mengatur proses belajar dalam bentuk

inisiatif sendiri, pengaturan diri, eksplorasi diri, dan kebebasan belajar untuk

mencapai hasil belajar yang optimal dan meningkatkan kemampuan kognitif

peserta didik.

Menurut Kwoles dalam Rachmawati (2010), self-directed learning

didefinisikan sebagai suatu proses dimana seseorang memiliki inisiatif,

dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk menganalisis kebutuhan

belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi

sumbersumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai

serta mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Proses self-directed learning

mencakup apa yang diinginkan dari pembelajaran (individual learning needs),

karakteristik belajar (individual learning characteristics), dan aktivitas belajar

mandiri (self-directed learning activities) untuk mencapai learning satisfaction

(Read, 2000).

Secara garis besar, proses pembelajaran dalam self-directed learning

dibagi menjadi tiga Yaitu planning, monitoring, dan evaluating Song & Hill,

(2007) dalam Rachmawati (2010). Pada tahap perencanaan, siswa

merencanakan aktivitas pada tempat dan waktu dimana siswa merasa nyaman

untuk belajar. Siswa juga merencanakan komponen belajar yang diinginkan

serta menentukan target belajar yang ingin dicapai, pada tahap monitoring,

siswa mengamati dan mengobservasi pembelajaran mereka. Menurut Hiemstra

dalam Rachawati (2010) langkah-langkah self-directed learning terbagi


menjadi 6 langkah yaitu preplanning, menciptakan lingkungan belajar yang

positif, mengembangkan rencana Pembelajaran, mengidentifikasi aktivitas

pembelajaran yang sesuai, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan

monitoring, dan mengevaluasi hasil belajar individu.

Pembelajaran mandiri (self-directed learning) Merupakan pembelajaran

yang bersifat fleksibel Namun tetap berorientasi pada planning, monitoring,

dan evaluating bergantung pada kemampuan siswa dalam mengelola

pembelajaran sesuai otonomi yang dimilikinya. Pembelajaran mandiri

menuntut pelajar untuk dapat mengatur sumbersumber belajar yang ada sesuai

dengan kebutuhan dan konteks pembelajaran. Kirkman dkk. (2007) dalam

Rachmawati (2010) mendefinisikan kontrak belajar (learning contract) sebagai

dokumen tertulis yang menggambarkan target belajar individu, aktivitas yang

harus dilakukan untuk memenuhi target tersebut dan kriteria penilaian untuk

masingmasing output aktivitas. Dengan menggunakan kontrak belajar,

mahasiswa diberikan kebebasan seluas luasnya untuk berkreasi namun harus

bertanggung jawab terhadap kontrak belajar yang mereka telah buat sehingga

akan menuju ke pembelajaran yang mandiri (self-directed learning).

Kemandirian belajar (self-directed in learning) dapat diartikan sebagai

sifat dan sikap serta kemampuan yang dimiliki mahasiswa untuk melakukan

kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain

berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu kompetensi tertentu

sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya

di dunia nyata Sunarto, 2008 dalam Rachmawati (2010).


B. Identifikasi Masalah

Pandangan ini memberikan pengertian yang luas terhadap pemahaman

tentang cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan, bahwa dalam menimba

ilmu tidak hanya dapat diperoleh dengan apa yang sudah tutor tetapkan namun

peserta didik juga berperan penting dalam pembelajaran tersebut untuk dapat

mencapai hasil yang diinginkan bersama.

Oleh karena itu dari pendahuluan yang penulis lakukan di homeschooling

primagama (HSPG) Kota Serang dan berdasarkan hasil obeservasi wawancara

yang dilakukan peneliti sebelumnya mengidentivikasi masalah yang mana

terdapat beberapa permasalahan yang terjadi, sebagi berikut: terdapat peserta

didik yang sulit menyesuaikan waktu belajarnya saat masih berada di sekolah

formal, masih terdapat peserta didik yang tidak bisa mengikuti kecepatan

belajar saat masih di sekolah formal, banyak peserta didik yang tidak bisa

fokus belajar karena tekanan dari sistem sekolah formal, peserta didik tidak

memiliki kebebasan belajar secara maksimal, terdapat peserta didik yang

merasa terbebani dengan pembelajaran yang bukan kemauan dari diri mereka

sendiri, terdapat peserta didik yang memiliki daya tangkap sedikit lebih

lambat dalam menangkap pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Dari identifikasi di atas, rumusan masalah yang akan dikaji oleh peneliti

melalui penelitian adalah:

1. Bagaimana penerapan model self directed learning yang diajarkan kepada

peserta didik di homeschooling primagama (HSPG) Kota Serang?


2. Bagaimana perkembangan kemampuan kognitif peserta didik

homeschooling primagama (HSPG) Kota Serang?

3. Bagaimana penerapan model self directed learning dalam

mengembangkan kemampuan kognitif peserta didik homeschooling

primagama (HSPG) Kota Serang?

D. Tujuan Penelitian

Pada setiap penelian terdapat tujuan yang merupakan salah satu alat

control yang dapat dijadikan sebagai petunjuk, sehingga penelitian ini dapat

berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Secara umum penelitian ini

bertujuan untuk mengetahuibagaimana penerapan model pembelajaran self

directed learning dalam mengembangkan kognitif peserta didik

homeschooling primagama (HSPG) Kota Serang.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memaparkan:

1. Penerapan model self directed learning kepada peserta didik di

homeschooling primagama (HSPG) Kota Serang saat proses pembelajaran

berlangsung

2. Perkembangan kemampuan kognitif peserta didik homeschooling

primagama (HSPG) Kota Serang

3. Melihat penerapan model self directed learning dalam mengembangkan

kemampuan kognitif peserta didik homeschooling primagama (HSPG)

Kota Serang
E. Manfaat Penelitian

Sebagai studi ilmiah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

konseptual khususnya bidang pendidikan dan memeberikan urunan substansial

kepada lembaga pendidikan formal, nonformal, dan informal dan Juga

memberikan manfaat bagi pendidik dan peserta didik. Antara lain:

1. Manfaat teoretis

Secara umum, studi ini memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya

kepada bidang pendidikan nonformal tentang bagaimana penerapan

pembelajaran yang baik bagi peserta didik dalam membantu proses

pembelajaran saat kelas berlangsung. Secara khusus, dapat memberikan

urunan alternatif bahwa model pembelajaran mampu mempengaruhi

kemampuan dan pengetahuan dari peserta didik.

2. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

a. Bagi lembaga

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan

dan menerapkan cara pembelajaran bagi tutor, karena dengan

penerapan pembelajaran yang benar maka semakin cepat pula tujuan

pendidikan pada penerapan pembelajaran akan tercapai.

b. Bagi tutor

Tutor diharapkan dapat memperoleh pemahaman langsung agar bias

menerapkan bagaimana seharusnya tutor beperan menjadi pendidik


yang baik dan dapat mengembangkan kemampuan kognitif peserta

didik.

c. Bagi orangtua

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi

untuk membantu mengembangkan kemampuan kognitif yang baik

untuk anak mereka.

d. Bagi peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai cara mengamalkan

ilmu pada waktu kuliah dengan melakukan penelitian dalam rangka

menyelesaikan pendidikan, serta diharapkan penelitian ini dapat

bermanfaat sebagai referensi peneliti lain yang akan mengangkat tema

yang sama namun dengan sudut pandang yang berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan proposal ini diawali dengan

judul penelitian dimana dengan adanya judul adanya tiga pembagian yaitu:

1. BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang masalah yang akan diteliti, identifikasi

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan

2. BAB II TINJAUAN TEORI

Dalam bagian ini peneliti menguraikan penelitian membahas tentang:

kajian teori yang berisi (teori model, model pembelajaran, model


pembelajaran self directed learning, kemampuan kognitif dan

homeschooling), penelitian terdahulu dan kerangka berfikir.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menguraikan beberapa komponen seperti metode dan pendekatan

penelitian, tempat dan waktu penelitian, definisi konseptual dan

operasional, sumber data, langkah-langkah pengumpulan data, teknik dan

pedoman pengumpulan data dan teknik pengolahan dan analisis data.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam bagian ini peneliti menguraikan penelitian dalam bentuk deksripsi

umum lembaga homeschooling primagam (HSPG) kota serang, deksripsi

khusus hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

5. BAB V PENUTUP

Bab V menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Teori Model

2. Model Pembelajaran

3. Model Pembelajaran Self Directed Learning

4. Kemampuan Kognitif

5. Homeschooling

a. Pengertian Homeschooling

Istilah homeschooling berasal dari bahasa inggris yang artinya

sekolah rumah, homeschooling juga dikenal dengan istilah home

education, home based learning, atau sekolah mandiri. Secara

sederhana homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah

keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan

anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikan.

Memilih untuk bertanggung jawab berarti orangtua terlibat langsung

menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentu arah dan

tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan

dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek

belajar (Sumardiono, 2014:8).

Homeschooling adalah metode pendidikan alternatif yang

dilakukan dirumah, dibawah pengarahan orangtua atau tutor

pendamping, dan tidak dilaksanakan di tempat formal lainnya seperti


sekolah negeri, sekolah swasta, atau institusi pendidikan lainnya

dengan model kegiatan belajar terstruktur dan kolektif. Sementara itu

menurut peraturan pendidikan dan kebudayaan no. 129 tahun 2014:

sekolah rumah adalah proses layanan pendidikanyang secara sadar dan

terencana yang dilakukan orangtua atau keluarga dirumah atau di

tempat-tempat lain dalam bentuk tunggal, majemuk, dan komunitas

dimana proses pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana yang

kondusif dengan tujuan agar setiap potensi peserta didik yang unik

dapat berkembang secara maksimal.

Homeschooling menurut direktur pendidikan masyarakat

departemen pendidikan nasional (Depdiknas) Ela Yulaelawati dalam

Ismail (2016:103), adalah proses pendidikan secara sadar, teratur dan

terarah dilakukan orangtua atau keluarga dan proses belajar

mengajarpun berlangsung dalam keadaan yang kondusif, tujuannya

agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.

Alasan mengapa orangtua di Indonesia memilih sekolah rumah karena

bisa menekan pendidikan moral dan keagamaan, memperluas

lingkungan social dan tentunya suasana belajar yang baik, selain

memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik dan

nonskolastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa homeschooling adalah model pendidikan alternatif di bawah

pengarahan orangtua, keluarga atau tutor pendamping dalam bentuk


tunggal, majemuk atau komunitas dimana proses pembelajaran

berjalan secaran kondusif sehingga potensi peserta didik dapat

berkembang secara maksimal. Dalam pendidikan homeschooling

orangtua berperan penting dalam menentukan konsep pendidikan anak.

Umumnya pendidikan homeschooling lebih mengedepankan potensi

minat anak daripada mengejar prestasi akademik sang anak.

b. Sejarah Homeschooling

Homeschooling mulai marak muncul di Amerika Serikat pada

tahun 1960-an oleh John Calwell Holt. Filosofi Holt mendirikan

homeschooling adalah “Manusia pada dasarnya adalah makhluk

belajar, dan senang belajar kita tidak perlu ditunjukan bagaimana cara

belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang

berusaha menyelak, mengatur dan mengontrolnya”. John Caldwell

Holt (1964) karena filosofi Holt tersebut, pada tahun 1960-an terjadi

perbincangan dan perdebatan mengenai sistem sekolah dan pendidikan

sekolah. Holt merupakan guru dan pengamat anak dan pendidikan,

kegagalan akademis peserta didik tidak ditentukan oleh kurangnya

usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu

sendiri (Sugiarti, 2019:12).

Dasar pemikiran Holt (1964) mengandung misi pembebasan

cara berfikir instruktif seperti yang dikembangkan memalui sekolah.

Sejak saat itu, ide untuk merealisasikan homeschooling terus berguling

dari waktu ke waktu, dan masyarakatpun mulai ikut mengkritisi


pendidikan formal di sekolah yang cenderung stagnan. Terlebih setelah

terjadi kapitalisasi pendidikan dimana pendidikan dijadikan sebagai

projek, demikian pula para pemerhati pendidikan mulai menilai bahwa

homeschooling ternyata jauh lebih efektif dibandingkan dengan

lembaga regular (formal). Maka perkembangan homeschooling terus

meluas hingga pada tahun 1996. Di Amerika Serikat perkembangan

homeschooler sedah mencapai 1.2 juta anak dengan pertumbuhan 15%

setiap tahunnya, dan saat ini perkembangan homeschooling sudah

meluas hingga Eropa dan Asia (Sugiarti, 2019:13).

Di Indonesia perkembangan homeschooling belum bisa diketahui

secara pasti karena belum ada penelitian yang mengungkap awal awal

perkembangannya, istilah homeschooling merupakan kajian relatif

baru di Indonesia. Namun, konsep homeschooling sudah lama di

Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka, dahulu konsep

homeschooling dikenal dengan istilah belajar autodidak, hal ini

diketahui dari bapak pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara

yang ternyata keberhasilan beliau tidak didapat dari pendidikan formal,

melainkan belajar mandiri atau autodidak dan juga pendidikan dari

keluarganya.

Diperkirakan homeschooling mulai marak muncul di Indonesia

pada tahun 2005, Simbolon dalam Ariefianto, (2017:22),

homeschooling berkembang di Indonesia terjadi akibat rasa

ketidakpercayaan terhadap sekolah formal karena kurikulum terus


berubah (ganti kurikulum ganti materi) dan dirasakan memberatkan

peserta didik, terdapat pula anggapan anak sebagai objek bukan subjek,

memasung kreatifitas dan kecerdasan anak baik segi emosional, moral,

maupun spiritual. Bila ditelaah lebih jauh banyak faktor yang dapat

mempengaruhi beralihnya anak-anak dari sistem sekolah formal ke

homeschooling, diantaranya yang tidak kalah pentingnya adalah

kekhawatiran orangtua terhadap anak-anak dari lingkungan luar yang

negatif serta adanya ketidakpuasan orangtua terhadap sistem sekolah

formal.

Seiring merebaknya homeschooling di Indonesia semakin

antusias pula minat orangtua menyekolahkan anaknya di

homeschooling. Bahkan saat ini homeschooling telat menjadi tren di

kota-kota besar di Indonesia. Dari fenomena tersebut dapat

diperkirakan bahwa homeschooling semakin dibutuhkan masyarakat,

setidaknya keberadaan homeschooling akan memenuhi sekitar 10%

dari total jumlah anak di Indonesia.

c. Jenis Homeschooling

Sesuai dengan namanya yaitu homeschooling yang berarti belajar

berpusat di rumah, tapi prosesnya tidak hanya mengambil lokasi di

rumah saja melainkan orangtua dapat menggunakan sarana apa saja

dan dimana saja untuk pendidikan homeschooling anaknya. Saat ini

setidaknya ada tiga jenis homeschooling yang dibagi berdasarkan

kegiatan homeschooling-nya. Hal ini dijelaskan oleh Hanaco dalam


Sodik (2020:130) yaitu: homeschooling tunggal, homeschooling

majemuk, dan komunitas homeschooling.

1) Homeschooling Tunggal

Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan

oleh orangtua dalam satu keuarga yang dilibatkan dalam proses

pembelajaran si anak, dalam homeschooling jenis ini, orangtua

benar-benar mengambil peran sebagai pembimbing, teman belajar,

sekaligus penilai. Homeschooling tunggal memiliki fleksibilitas

yang tinggi, adapun tempat, bentuk dan waktu belajar bisa

disepakati, biasanya homeschooling jenis ini ditetapkan adanya

tujuan atau alasan khusus dari para homeschooler.

2) Homeschooling Majemuk

Homeschooling majemuk adalah homescooling yang dilaksanakan

oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu, sementara

kegiatan pokok telah dilaksanakan oleh orangtua masing-masing.

Alasan homeschooler memilih homeschooling jenis ini biasanya

memiliki kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh

beberapa keuarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya,

kurikulum dari konsorsium, kegiatan olahraga (misal keluarga atlet

tenis), keahlian musik/seni, kegiatan social dan kegiatan agama.

3) Komunitas Homeschooling

Komunitas homeschooling merupakan gabungan dari beberapa

homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus,


bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni, dan bahasa),

sarana/prasarana, dan jadwal pembelajaran.

Pembeda dari masing-masing tipe homeschooling adalah proses

pembelajaran yang dilaksanakan oleh para homeschooler. Penentuan

dari jeni-jenis homeschooling mana yang akan dipilih dan dilakukan

tergantung dari orangtua dan anak yang menentukan, semua itu

dilakukan agar terwujudnya suasana belajar yang diinginkan,

menyenangkan dan sesuai minat si anak.

d. Keuntungan Homeschooling

Adapun model pendidikan yang dipilih, baik pendidikan formal

maupun pendidikan nonformal keduanya memiliki keuntungan dari

pelaksanaan homeschooling, diantaranya:

1) Fleksibilitas waktu untuk belajar, peserta didik dapat mengatur

jadwal waktu belajarnya sendiri, tetapi harus seizing dari orangtua.

2) Dapat menerapkan disiplin pada diri sendiri.

3) Pengembangan bakat setiap anak secara maksimal.

4) Belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing, maksudnya,

ketika kita bersekolah di sekolah formal biasanya kita mengikuti

kecepatan belajar semua peserta didik. Bagi yang belajarnya cepat,

hal ini sangan membosankan, tetapi bagi yang belajarnya sedikit

lebih lambat dari yang lain, tentu hal ini akan sangat

membebankan, karena pada saat peserta didik belum paham

sepenuhnya sudah harus berpindah ke bab berikutnya.


5) Kesempatan untuk mengatur kurikulum sendiri.

6) Tidak mendapat tekanan dari sesame teman, seperti kejadian yang

sering dijumpai di sekolah-sekolah formal jumlah siswa yang

banyak dengan kecerdasan masing-masing anak yang berbeda-beda

dan dari berbagai tingkat kelas social masyarakat yang berbeda,

biasanya akan memicu tekanan bagi siswa yang memiliki

kecerdasan dan kelas social lebih rendah dibandingkan teman-

teman sekelasnya, tetapi jika di homeschooling bisa tumbuh dan

belajar dengan lebih maksimal tanpa perlu takut untuk mendapat

ejekan orang lain.

7) Kebebasan belajar secara maksimal dengan cara apapun, bagi yang

memiliki kesibukan di luar pendidikan akademik homeschooling

memberikan kemudahan dalam belajar karena waktu belajar yang

dapat disesuaikan dengan jadwal kegiatan si anak. Begitu pula bagi

anak yang memiliki masalah dengan proses daya tangkap

pembelajaran yang lambat mereka tidak perlu khawatir karena

tertinggal pelajaran, karena di homeschooling peserta didik bisa

belajar sendiri tanpa merasa beban ketika belum paham dengan

materi yang sedang diajarkan, siswa dapat mengulang pelajarannya

sendiri dengan bantuan tutor/guru tanpa harus merasa malu dengan

siswa yang memiliki kecepatan lebih cepat dari dirinyanya.

B. Penelitian Terdahulu

C. Kerangka Berfikir
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di homeschooling Primagama (HSPG) Kota

Serang dengan siswa sebanyak 18 orang. Homeschooling HSPG Kota

Serang berlokasi di Jl. Karya Bhakti 3C No. 79, Sumurpecung, Kec.

Serang, Kota Serang, Banten (42118).

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2021 sampai dengan

selesai.

Tabel. 3.1 Waktu Penelitian

Jenis Kegiatan Nov Des Jan Feb

Persiapan penelitian

Perencanaan penelitian

Penentuan judul proposal/desain


penelitian
Studi pendahuluan
Penyusunan dan persetujuan
proposal
Perumusan dan penyempurnaan
kisi-kisi dan instrument penelitian
Pengurusan izin penelitian
Pengumpulan data di lapangan
Pengolahan dan analisis data
Penulisan hasil penelitian
Seminar proposal

C. Definisi Konseptual dan Operasional

Definisi konseptual dan operasional yang perlu peneliti berikan agar

tidak terjadi kesalahpahaman yaitu:

1. Definisi Konseptual

2. Definisi Operasional

Berikut ini adalah kisi-kisi penelitian yang dibuat untuk mencari data

penelitian:

No.
Aspek yang Jenis Sumber
No. Indikator Descriptor Butir
diteliti Instrument Data
Soal

*Sumber data: diolah dari lapangan

D. Sumber Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder

Sarwono, (2006:209). Data primer adalah data yang berupa teks hasil
wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan subjek penelitian yaitu

tentang penerapan model pembelajaran self directed learning dalam

mengembangkan kemampuan kognitif peserta didik homeschooling HSPG

Kota Serang. Data skunder adalah data yang berupa data-data yang sudah

tersedia dan dapat diperoleh dengan cara membaca, melihat dan

mendengarkan. Data ini biasanya diperoleh dari data primer yang sudah diolah

oleh peneliti sebelumnya.

Data primer dalam penelitian ini berasal dari informan yaitu 18 peserta

didik, 5 tutor, dan kepala sekolah HSPG Kota Serang sebagai orang yang

memiliki informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian. Narasumber

dalam penelitian ini juga didapat dari peserta didik, tutor, dan pengelola

HSPG Kota Serang. Sementara itu objek kajian dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran self directed learning.

Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal dari studi

dokumentasi yang berupa:

1. Kurikulum HSPG Kota Serang

2. Profil HSPG Kota Serang

Berikut merupakan data profil informan:

E. Langkah-langkah Pengumpulan Data

Kegiatan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi 3 tahapan

Moleong, (2006:239), yaitu:

1. Tahapan Orientasi
Tujuan pada tahap ini adalan untuk memperoleh informasi tentang

latar yang akan diikuti dengan tahap merinci informasi yang diperoleh

pada tahap selanjutnya. Tahap ini dilakukan kegiatan pra survey ke lokasi

penelitian guna mendapat gambaran tentang masalah yang diteliti. Adapun

kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini mencakup sebagai berikut:

a. Mencari dasar penyusunan alat pengumpulan data penelitian

b. Menetapkan data sumber penelitian

c. Menyiapkan data referensi yang berkaitan dengan model pembelajaran

self directed learning.

d. Memilih metode analisis dan pendekatan yang akan dilakukan.

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini pelaksanaan pengumpulan data kemudian

menganalisis data-data tersebut untuk dijadikan laporan hasil analisis.

Pada tahap ini, peneliti melakukan penelitian yang sesungguhnya dengan

mengumpulkan data dari sampel penelitian yang menjadi fokus penelitian

dan tujuan dari penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini

adalah:

a. Melakukan wawancara terhadap responden

b. Mengadakan kegiatan pengumpulan data yang berkaitan dengan

penerapan model pembelajaran self directed learning dalam

mengembangkan kemampuan kognitif peserta didik HSPG Kota

Serang.
c. Mengumpulkan dan menilai dokumen yang berkaitan dengan masalah

penelitian

d. Mengadakan triangulasi data dari subjek penelitian

e. Membuat catatan lapangan data dari subjek penelitian

f. Memilih, menyusun, dan mengelompokan data sejenis yang diperoleh

dari lapangan

g. Membuat catatan komentar, dan pertanyaan yang berkembang selama

dilapangan

h. Membuat rangkuman dan merumuskan temuan sementara di lapangan

3. Tahap Member Check

Pada tahap ini dilakukan pengecekan dan pemeriksaan kesalahan

data, terutama untuk mengadakan pengecekan anggota atau auditing.

Kegiatan pada tahapan ini adalah suatu bentuk verifikasi data dengan cara

mengecek validitas data terhadap informasi yang telah dikumpulkan.

Verifikasi data dilakukan setiap kali penelitian selesai melakukan

wawancara dengan mengkonfirmasi catatan yang dilakukan antara lain:

a. Mengkonfirmasikan kembali hasil wawancara yang telah ditulis

b. Melakukan wawancara ulang bila ternyata hasil yang didapat belum

sesuai atau belum lengkap.

F. Teknik dan Pedoman Pengumpulan Data

Sugiyono (2015:221) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data

adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian yaitu mendapatkan data Tanpa mengetahui teknik


pengumpulan data. Tanpa mnegetahui teknik pengumpulan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:

1. In Depth Interview (Wawancara Mendalam Langsung)

Menurut Sugiyono (2015:157) waancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti dan juga apabila

peneliti ingin mnegetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan

jumlah respondennya sedikit atau kecil. Dalam penelitian ini, peneliti

mewawancarai 18 peserta didik dan 5 tutor di HSPG Kota Serang untuk

mendapatkan informasi tentang penerapan metode pembelajaran self

directed learning dalam mengembangkan kemampuan kognitif peserta

didik HSPG Kota Serang dan informasi-informasi lain yang mendukung

penelitian.

Wawancara dilakukan di HSPG Kota Serang, dan topic yang akan

diwawancarai kepada siswa yaitu mengenai:

a. Profil diri siswa

b. Profil diri tutor

c. Penerapan model pembelajaran self directed learning

d. Perkembangan kemampuan kognitif peserta didik

2. Wawancara Daring

Menurut Hewson dalam Salmons, (2012:5) online interviewers are

used for primary internet-mediated research (IMR) that is, they are used
to gather original data via the internet with the intention of subjecting

them to analysis to pro-vide ne evidence ini relation to a specific research

question. Wawancara daring (online) digunakan untuk penelitian dengan

menggunakan media internet (Internet Mediated Research). Wawancara

daring digunakan untuk mengumpulkan data primer melalui internet

dengan tujuan untuk dianalisis sebagai bukti baru sehubungan dengan

pertanyaan penelitian tersebut. Wawancara daring dilakukan sesuai dengan

etika pedoman penelitian, setiap responden memberikan persetujuan

sebelum berpartisipasi dalam wawancara.

Dalam penelitian ini, selain menggunakan wawancara langsung,

peneliti juga menggunakan metode wawancara daring pada sebagian kecil

informan karena terdapat hambatan dalam melakukan waancara langsung

yang disebabkan oleh pandemic corona yang mulai terjadi pada

pertengahan Maret 2020. Alat yang digunakan dalam metode wawancara

daring ini adalah mesia social aplikasi whatsapp untuk membantu peneliti

memperoleh informasi lebih rinci dari beberapa informan.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai