Anda di halaman 1dari 8

Nama : Deslia Amanda

Nim : 23177002
Kelas : BIO 1 Pascasarjana
Matkul : Statistik Pendidikan

1. Sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional memang telah
berulangkali mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, dan 2004, 2006 serta yang terbaru adalah kurikulum 2013. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai
seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan
tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Dari perspektif historis dari masa ke masa, determinan paradigma politik dan kekuasaan
yang secara bersama-sama mewarnai dan mempengaruhi secara kuat sistem pendidikan
Indonesia selama ini. Corak sistem pendidikan suatu Negara pada gilirannya kembali pada
stakeholder yang paling berkuasa dalam pengambilan kebijakan. Pada tataran ini, maka
sistem politiklah yang berkuasa. Siapa yang berkuasa pada periode tertentu akan
menggunakan kekuasaannya untuk menentukan apa dan bagaimana pendidikan
diselenggarakan. Kecenderungan inilah yang kemudian turut menjadi penguat pada apa
yang kemudian disitilahkan “ganti menteri ganti kebijakan”, termasuk didalamnya
kurikulum pendidikan, sebab muatan-muatan politis, value, ideologi, maupun tujuan-
tujuan tertentu yang diinginkan penguasa acapkali juga disetting sedemikian rupa dalam
kerangka kurikulum.
Seiring dengan perkembangan zaman, dengan berbagai alasan dan rasionalisasi kurikulum
Indonesia terus mengalami pergantian dari periode ke periode. Keberadaan kurikulum
memberi pengaruh yang signifikan bagi kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh
karena itu, melalui tulisan ini, penulis menganggap penting untuk mengurai lebih
mendalam dan cermat akan kurikulum pendidikan Indonseia dari periode ke periode,
sekaligus memperbandingannya, sehingga sebagai pelaku pendidikan tulisan ini
diharapkan dapat menjadi bahan diskusi solutif untuk memahami pokok permasalahan
pendidikan Indonesia dalam perspektif kurikulum.
2. Karena Project Based Learning merupakan metode pembelajaran yang menggunakan
poject sebagai media pembelajaran. Dimana model pembalajaran ini berpusat pada siswa
untuk melakukan suatu investigasi atau penelitian yang mendalam terhadap suatu topik
pembelajaran. Dengan metode ini siswa melakukan berbagai macam kegiatan seperti
eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar. Sesuai dengan Kurikulum Merdeka yang baru saja diresmikan pada
bulan Februari 2022, Project Based Learning menjadi salah satu model pembelajaran yang
dianjurkan untuk diterapkan dalam pembelajaran di Kurikulum Merdeka. Project Based
Learning juga dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
berangkat dari suatu latar belakang masalah untuk mengerjakan suatu project atau aktivitas
nyata yang akan membuat siswa mengalami berbagai kendala kontekstual sehingga harus
melakukan invertigasi dan pemecahan masalah untuk dapat menyelesaikan masalah
sehingga dapat mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Tujuan penerapan Project Based Learning adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah berbasis project, memperoleh pengetahuan dan keterampilan
baru dalam pembelajaran, membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah project
yang kompleks dengan hasil produk nyata, mengembangkan dan meningkatkan
keterampilan siswa dalam mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas, dan
meningkatkan kolaborasi siswa.
Model pembelajaran ini tidak hanya fokus pada hasil akhirnya, namun lebih menekankan
pada proses bagaimana siswa bisa memecahkan masalah dan akhirnya dapat menghasilkan
sebuah produk. Pendekatan ini membuat siswa mendapatkan pengalaman yang sangat
berharga dengan berpartisipasi aktif dalam pengerjakan projeknya. Ini jelas lebih
menantang para siswa daripada mereka hanya duduk dan diam mendengarkan penjelasan
gurunya, atau sekadar membaca buku kemudian mengerjakan kuis atau tes.
Pada akhirnya, Kurikulum Merdeka dengan PBL-nya akan berbuah optimal jika semua
pihak baik industri, dinas pendidikan, kepala sekolah dan siswa, serta seluruh lapisan
masyarakat memiliki kesepahaman visi dalam menghadirkan lulusan SMK yang memiliki
skill seperti yang hasil temuan WEF, yaitu keterampilan pemecahan masalah yang
kompleks, berpikir kritis, kreativitas, skill me-manajemen manusia, dan kemampuan
mengkoordinasikan orang lain. (Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi,
Kemendikbudristek RI)

3. Dasar Teori
a. Siswa membangun pengetahuan sendiri
Menurut Piaget, ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan
mempertahankan dan mengubah konsep awal yang sebelumnya sudah ada, sesuai
struktur kognitif yang dimilikinya. Sebab itu, pendapat Piaget ini dikenal dengan
Konstruktivisme Kognitif. Sementara bagi Vygotsky yang mengemukakan
Konstruktivisme Sosial, perkembangan pembelajaran anak dipengaruhi oleh
lingkungan sosial yang berhubungan dengan budaya. Jadi, setiap anak berkembang
dalam konteks kebudayaannya sendiri, termasuk budaya dari lingkungan keluarga di
mana dia tumbuh. Iya, lewat teori Belajar Konstruktivisme, pembelajaran tidak
berfokus ke guru melainkan menuntut siswa untuk lebih aktif dan kreatif. Di sini, kita
berperan untuk membantu menyediakan situasi dan umpan balik situasi agar proses
pembentukan pengetahuan berjalan lancar, serta mencari dan menilai pendapat siswa.
Contoh kegiatan pembelajarannya seperti ini Bapak dan Ibu Guru. Minta siswa untuk
mengajukan pertanyaan mereka sendiri dan mencari jawaban atas pertanyaannya lewat
penelitian dan pengamatan langsung.
b. Pada dasarnya sikap merupakan konsep evaluasi berkenaan dengan objek tertentu,
mengugah motif untuk bertingkah laku. Ini berarti bahwa sikap mengandung unsur
penilaian dan reaksi afektif, yang tidak sama dengan motif, akan tetapi menghasilkan
motif tertentu. Sikap positif dalam belajar sangat penting bagi seorang siswa, karena
apabila tidak demikian bagaimana siswa akan merasa senang dalam melaksanakan
proses pembelajaran dalam kelas. Dengan demikian sikap siswa yang dikatakan baik,
maka ia akan menyukai, meminati. Maka sebaliknya sikap dikatakan tidak baik jika ia
menghindari atau memusuhi. Dalam proses pembelajaran dilihat bagaimana pandangan
atau sikap siswa terhadap proses pembelajaran itu langsung dimana ada guru yang
mengajar
c. Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai
bagian integral dari kurikulum sekolah. Pengembangan diri menjadi salah satu upaya
yang dilaksanakan di setiap lembaga pendidikan dengan mengacu pada kurikulum yang
telah dirumuskan di lembaga tersebut. Namun demikian, pelaksanaan kegiatan
pengembangan diri lebih banyak menggunakan waktu di luar jam pelajaran formal.
Menurut Marmawi (2009), pengembangan diri adalah suatu proses meningkatkan
kemampuan atau potensi, dan kepribadian, serta sosial-emosional seseorang agar terus
tumbuh dan berkembang. Menurut Tarmudji (1998), pengembangan diri adalah
mengembangkan bakat yang dimiliki, mewujudkan impian-impian, meningkatkan rasa
percaya diri, menjadi kuat dalam menghadapi percobaan, dan menjalani hubungan
yang baik dengan sesamanya.
Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian
peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan
masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta
kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan pengembangan diri juga meliputi kegiatan
terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen, yaitu
pelayanan konseling dan ekstrakurikuler. Sedangkan dalam kegiatan tidak terprogram
dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di
sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik yang meliputi kegiatan rutin,
kegiatan spontan dan kegiatan keteladanan.

4. Pengetahuan siswa : dilakukan dengan cara mengukur penguasaan peserta didik yang
mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam berbagai tingkatan
proses berpikir. Penilaian dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai alat untuk
mendeteksi kesulitan belajar (assesment as learning), penilaian sebagai proses
pembelajaran (assessment for learning), dan penilaian sebagai alat untuk mengukur
pencapaian dalam proses pembelajaran (assessment of learning).Melalui penilaian tersebut
diharapkan peserta didik dapat menguasai kompetensi yang diharapkan. Untuk itu,
digunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai,
yaitu tes tulis, lisan, dan penugasan.Prosedur penilaian pengetahuan dimulai dari
penyusunan perencanaan, pengembangan instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian,
pengolahan, dan pelaporan, serta pemanfaatan hasil penilaian.
Sikap siswa : Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta
didik dalam proses pembelajaran kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler, yang meliputi
sikap spiritual dan sosial. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dari
penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga
berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina perilaku sesuai
budipekerti dalam rangka pembentukan karakter peserta didik sesuai dengan proses
pembelajaran.
Penilaian keterampilan: dilakukan dengan mengidentifikasi karateristik kompetensi
dasar aspek keterampilan untuk menentukan teknik penilaian yang sesuai. Tidak semua
kompetensi dasar dapat diukur dengan penilaian kinerja, penilaian proyek, atau portofolio.
Penentuan teknik penilaian didasarkan pada karakteristik kompetensi keterampilan yang
hendak diukur. Penilaian keterampilan dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan
pengetahuan peserta didik dapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sesungguhnya (dunia nyata). Penilaian keterampilan menggunakan
angka dengan rentangskor 0 sampai dengan 100 dan deskripsi.

5. Kriteria bahan ajar inovatif


a. Bahan ajar hendaknya sesuai dengan tujuan pembelajaran
b. sesuai dengan kebutuhan peserta didik
c. benar-benar dalam penyajian faktualnya
d. Menggambarkan latar belakang dan suasana yang dihayati peserta didik
e. mudah dan ekonomis dalam penggunaanya. 1) Bahan ajar hendaknya sesuai dengan
tujuan pembelajaran, 2) sesuai dengan kebutuhan peserta didik, 3) benar-benar dalam
penyajian faktualnya, 4) Menggambarkan latar belakang dan suasana yang dihayati
peserta didik, 5) mudah dan ekonomis dalam penggunaanya.

6. Menurut saya teknologi mempunyai dampak positif dan negative yaitu


a. Dampak positif : Informasi yang dibutuhkan untuk menjadi lebih cepat dan lebih
mudah dalam mengakses tujuan Pendidikan. Inovasi dalam pembelajaran tumbuh di
hadapan e-learning inovasi yang lebih memudahkan proses Pendidikan. Kemajuan TIK
juga akan memungkinkan pengembangan teleconference kelas virtual atau kelas yang
berbasis yang tidak memerlukan pendidik dan peserta didik berada dalam satu
ruangan. Munculnya metode pembelajaran yang baru, yang memungkinkan siswa dan
guru dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi menciptakan metode
baru yang membuat siswa mampu memahami materi yang abstrak, karena materi dapat
dibuat dengan bantuan teknologi abstrak. Sistem pembelajaran tidak harus melalui
tatap muka. Dengan kemajuan teknologi proses pembelajaran tidak harus
mempertemukan siswa dan guru, tetapi juga dapat menggunakan layanan pos, internet
dan lain-lain.
b. dampak negative: Kemajuan TI akan semakin memudahkan pelanggaran Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) karena akses mudah ke data yang menyebabkan orang plagiatis akan
melakukan kecurangan. Meskipun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan seperti
sistem tanpa celah, tetapi jika ada kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut akan
berakibat fatal. Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek
dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (jangka pendek perhatian). Tes
Program kerahasiaan semakin terancam tes kecerdasan seperti tes Raven, Differential Uji
bakat dapat diakses melalui compact disk. Implikasi dan masalah tes psikologis yang ada akan
mudah bocor, dan pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan tingkat kebocoran
melalui internet.

7. Menurut saya boleh saja asal dengan pengawasan guru atau asisten laboratorium.
Dimana seperti yang kita ketahui bahwa Laboratorium pada dasarnya merupakan tempat
dimana siswa dapat melakukan pembelajaran secara aktif. Kegiatan di
laboratorium memfokuskan pada pengetahuan prosedural/psikomotor dimana siswa
diuapayakan menemukan/memperoleh pengetahuan secara proses saintifik. Kegiatan
untuk menemukan pengetahuan dimulai dari mengamati, menanya, mencoba,
menyimpulkan hingga mengkomunikasikan. Selain dengan cook book disini juga bisa
menggunakan inkuiri dimana Pembelajaran Inkuiri merupakan pembelajaran yang mampu
menempatkan peserta didik menjadi seorang ilmuwan yang berupaya untuk memahami
alam sebagai aplikasi sains dan memberikan penjelasan akan apa yang mereka amati.
Dalam inkuiri siswa diajak untuk berpikir lebih sehingga dapat membangun sikap
produktif, analitis dan kritis (Rakhmawan, Setiabudi, & Mudzakkir, JPPI, 2015).
8. Pada siklus berikutnya dari PTK ini, kecil kemungkinan jatuh pada hari lesson study lagi,
karena guru model hanya diberi kesempatan tampil dua kali untuk mengajar materi sama
pada kelas berbeda, sehingga kemungkinan guru melakukan PTK siklus berikutnya secara
mandiri (tidak dalam kegiatan lesson study). Akan tetapi hal ini bukan merupakan kendala
bagi guru untuk melanjutkan PTKnya, guru bisa berkolaborasi dengan guru bidang studi
yang sama di sekolahnya atau dengan guru dari sekolah lain yang berdekatan lokasinya
untuk secara bergantian berpartner dan bergantian melakukan PTK, sesuai dengan
permasalahan pembelajaran pada masingmasing kelas yang dipegangnya.
Lesson Study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsipprinsip kolegialitas
dan mutual learning untuk membangun Learning community (Sukirman, 2008). Terdapat
berbagai bentuk kegiatan Lesson Study di Jepang (Lewis, 2002), tetapi pada dasarnya dapat
dikatakan bahwa terdapat tiga tahapan yang mudah diingat yaitu Plan (merencanakan atau
merancang), Do (melaksanakan), dan See (mengamati, dan sesudah itu merefleksikan hasil
pengamatan) (Sutopo dan Ibrohim, 2006). Pelaksanaan suatu Lesson Study akan lebih
efektif, jika pelaksananya mengetahui apa saja langkahlangkah yang perlu diterapkan.
Dengan demikian, tujuan pengimplementasian suatu Lesson Study yang berfokus pada
peningkatan kualitas siswa dan guru dapat diwujudkan.
Menurut Fernandez dan Yoshida (2004) tahapan proses Lesson Study meliputi enam
langkah, dengan langkah ke 4-6 itu opsional, yaitu 1) secara kolaboratif merancang
Study/research Lesson (pembelajaran yang akan diteliti); 2) mengamati pelaksanaan Study
Lesson; 3) mendiskusikan Study/research Lesson; 4) merevisi Lesson (opsional); 5)
membelajarkan siswa dengan Lesson versi baru (opsional); 6) berbagi hasil refleksi
mengenai pembelajaran dengan Lesson versi baru.
Daftar Referensi
Belajar dan Pembelajaran – Husamah, Yuni Pantiwati, Arina Restian, Puji Sumarsono
(2016)
Departemen Agama. 2005. Pedoman Kegiatan Pengembangan Diri. Jakarta: Departemen
Agama.
Marmawi. 2009. Persamaan Gender dalam Pengembangan Diri. Jurnal Visi Ilmu
Pendidikan.
Rakhmawan, A., Setiabudi, A., & Mudzakkir, A. (2015). Perancangan pembelajaran
literasi sains berbasis inkuiri. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA , 1(1), 143-152.
ISSN 2477-2038
Tarmudji, Tarsis. 1998. Pengembangan Diri. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Teori Belajar dan Pembelajaran – Dr.Hj.Herliani, M.Pd, dkk (2021) Supporting Children′s
Learning, A Guide for Teaching Assistants – Lyn Overall (2007)
Teori Belajar Dan Pembelajaran, Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan Efektif –
Dr. H. Muhammad Soleh Hapudin, M.Si (2021)

Anda mungkin juga menyukai