Anda di halaman 1dari 18

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Ekologi Estuaria

Critical Book Report (CBR)


“EKOLOGI PERAIRAN”

Dosen Pengampu
M. Hasyim Ansari Berutu, M.Pd

Oleh
DESLIA AMANDA (0310183110)

Tadris Biologi-3/VI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
MEDAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat
dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
ini yaitu “Critical Book Report”. Penulis berterima kasih kepada Dosen yang bersangkutan
yang sudah memberikan bimbingannya.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
           Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 03 Juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………..4
B. Permasalahan………………………………………………………………………….4
C. Manfaat……………………………………………………………………………….4
BAB  II PEMBAHASAN
A. Identitas Buku Utama………………………………………………………………...5
B. Identitas Buku Pembanding………………………………………………………….5
BAB III RINGKASAN BUKU
A. Ringkasan Buku Utama………………………………………………………………6
B. Ringkasan Buku Pembanding………………………………………………………..9
BAB IV PENILAIAN TERHADAP BUKU
A. Kelemahan Buku……………………………………………………………………..15
B. Kelebihan Buku………………………………………………………………………15
C. Perbedaan Kedua Buku………………………………………………………………16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………...17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Critical Book Report adalah hasil kritik/bandingan tentang suatu topic materi yang
pada umumnya di materi perkuliahan terhadap buku yang berbeda. Penulisan critical book
report ini pada dasarnya adalah untuk membandingkan dua buku Bahasa Indonesia yang
berbeda. Setiap buku yang dibuat oleh penulis tertentu pastilah mempunyai kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Kelayakan suatu buku dapat kita ketahui jika kita melakukan
resensi terhadap buku itu dengan perbandingan terhadap buku lainnya. Suatu buku dengan
kelebihan yang lebih dominan dibandingkan dengan kekurangan nya artinya buku ini sudah
layak untuk dipakai dan dijadikan sumber referensi bagi khalayak ramai.

B. Permasalahan
1. Apa saja kelebihan buku Utama terhadap buku pembanding yang akan dijadikan
sebagai referensi?
2. Apa saja kekurangan buku utama terhadap buku pembanding yang akan dijadikan
sebagai referensi?
3. Bagaimana kelayakan buku utama jika dibandingkan dengan buku pembanding yang
akan dijadikan sebagai sumber referensi?

C. Tujuan
Critical Book Report ini bertujuan untuk :
1. Mengulas isi sebuah buku.
2. Memahami dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
3. Melatih cara berfikir kritis dalam mengkritik dan menilai keunggulan maupun
kelemahan yang terdapat dalam buku tersebut.
4. Membandingkan isi buku pada keadaan nyata dan lingkungan sekitar.

4
BAB II
IDENTITAS BUKU
A. Identitas Buku Utama
Judul : Ekologi Perairan
Penulis : Rosmawati
Edisi : Pertama
Tahun Terbit : 2011
Kota Terbit : Jakarta Selatan
Penerbit : Hilliana Press

B. Identitas buku Pembanding


Judul : Ekologi Perairan
Penulis : Yayat Dhahiyat
Tahun : 2011
Kota Terbit : Yogyakarta
Penerbit : Unpad Press

5
BAB III
RINGKASAN BUKU
A. Ringkasan Buku Utama
Bab I Konsep Dasar Ekologi)
Spektrum biologis adalah suatu spectrum tingkatan organisasi biologis yang tersusun
secara hierarkis, yaitu dalam bentuk deretan yang bertingkat. Setiap komponen biotik
berinteraksi dengan lingkungan fisik (materi dan energi) menghasilkan suatu system
fungsional yang unik, yang di sebut biosistem atau system biologis. Secara etimologis,
ekologi adalah studi tentang rumah tangga, yaitu rumah tangga lingkungan, meliputi semua
organisme yang terdapat di dalamnya dan semua proses fungsional yang membuat rumah
tangga lingkungan itu dapat didiami. Secara harfiah, ekologi adalah studi tentang kehidupan
dalam lingkungan, dengan penekanan pada totalitas atau pola-pola hubungan antara
organisme dengan lingkungannya. Ekologi dapat dibagi menurut habitat (ekologi perairan,
ekologi pedesaan ekologi hutan dll), berdasarkan makhluk hidup (ekologi tumbuhan, ekologi
hewan, ekologi manusia dll), berdasarkan kajian tingkatan organisme (ekologi populasi,
ekologi komunitas dll). Ekologi adalah salah satu dari bagian utama dalam biologi, disamping
morfologi dan fisiologi. Morfologi memberi tekanan pada bagaimanakah bentuk makhluk
hidup; sedangkan fisiologi memberi tekanan pada bagaimanakah alat (organ ) berfungsi
dalam tubuh, sementara ekologi memberi tekanan pada bagaimanakah makhluk itu hidup.
Ilmu ekologi dapat diterapkan/diaplikasikan pada berbagai segi kehidupan manusia, seperti di
bidang pertanian, perikanan budidaya, kedokteran, peternakan dan lain-lain.
Bab II Sistem Ekologi
Secara estimologi, ekosistem adalah suatu system yang mencakup semua makhluk
hidup yang saling berinteraksi dan berinterdependensi dengan lingkungan hidupnya. Sistem
ekologi menurut konsep ekosistem dapat didefinisikan sebagai suatu system yang mencakup
semua jasad hidup dan jasad tidak hidup (lingkungan) yang berfungsi secara bersama, saling
terkait tidak terpisahkan (interdependensi) dan saling berinteraksi satu dengan yang lain
untuk menciptakan suatu keterpaduan (integritas), sehingga memungkinkan terjadinya aliran
energi yang dapat menciptakan struktur tropik ( = tingkatan makanan) yang jelas;
keanekaragaman biotik (biodiversity) dan daur materi antara bagian hayati dan nirhayati
dalam suatu system. Ekosistem merupakan unit fungsional dasar dalam ekologi karena
meliputi organisme hidup dan lingkungan abiotik yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lain, dengan demikian sistem ekologi berfungsi sebagai pemeliharaan dan
kelangsungan hidup di alam ini. Variabel-variabel yang dapat mempengaruhi luas lingkungan
6
input dan output dalam suatu ekosistem adalah : ukuran system, intensitas metabolisme,
keseimbangan autotrofikheterotrofik serta tingkat dan perkembangan system. Berdasarkan
aspek struktur trofik, ekosistem dibentuk oleh dua strata, yaitu stratum autotrofik dan stratum
heterotrofik. Komponen-komponen abiotik yang terdapat dalam ekosistem laut adalah : sinar
matahari, suhu, salinitas, substrat, gerakan air, awan dan lain-lain, sedangkan komponen-
komponen biotic pembentuk ekosistem terdiri dari produsen dan konsumer.
Bab III. Energi Dan Materi Dalam Ekosistem Laut
Siklus biogeokimia merupakan suatu pertukaran atau perubahan yang terus-menerus
dari bahan-bahan antara komponen biotik dan abiotik. Daur bahan organik atau disingkat
daur organik di laut sama dengan daur organik di lingkungan air tawar dan di darat. Karbon
bersama-sama dengan zat hara, seperti fosfor dan nitrogen melalui proses fotosintesis
menghasilkan jaringan tumbuhtumbuhan yang menjadi makanan hewan. Keduanya akan
menghasilkan zat organik Burung Pemangsa Avertebrata Avertebrata Bentik Herbivor
Suspensi Detritus sungai Detritus organik Bakteri (dalam endapan, suspensi) Alga bentik
Ikan Fitoplankton Vegetasi Zooplankton Zat hara50 jika mereka mati. Jika organisme
tersebut membusuk, maka akan dihasilkan bahan mentah untuk memulai daur organik lagi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer dalam suatu lingkungan perairan laut,
tergantung pada beberapa faktor antara lain : sinar matahari, awan, angin, suhu dan unsure-
unsur hara. Rantai makanan merumput (grazing food chain) umumnya terjadi pada ekosistem
lamun dan ekosistem terumbu karang, sedangkan rantai makanan detritus, biasanya
berlangsung pada ekosistem mangrove.
Bab IV Ekosistem Aquatik Daerah Tropik
Terdapat tiga ekosistem aquatik daerah tropik, yakni : ekosistem terumbu karang,
ekosistem lamun dan ekosistem mangrove. Keberlangsungan hidup ketiga ekosistem ini
sangat dipengaruhi oleh 64 parameter lingkungan fisik yang umumnya hampir sama,
diantaranya adalah sinar matahari, suhu, salinitas, kecerahan, substrat dan lain-lain.
Bab V. Beberapa Jenis Ekologi Perairan Laut
Faktor lingkungan yang mempengaruhi ekosistem nekton adalah cahaya, suhu,
kepadatan dan arus. Oleh karena itu, nekton harus beradaptasi dalam hal daya apung, daya
penggerak, pertahanan diri dan penyamaran, reproduksi, migrasi dan rantai makanan.
Organisme penghuni laut dalam sangat dipengaruhi oleh zonasi, factor lingkungan perairan
diantaranya cahaya, tekanan hidrostatik, suhu dan kandungan oksigen terlarut serta
ketersediaan pakan. Oleh karenanya, organisme penghuni laut dalam harus beradaptasi dalam
warna, mata, mulut, ukuran tubuh dan bioluminisense. Pada ekosistem bentik, factor
7
lingkungan yang mempengaruhi distribusi spesies antara lain gerakan ombak, salinitas, suhu,
penetrasi cahaya matahari dan ketersediaan pakan. Pantai berbatu, pantai berpasir dan pantai
berlumpur merupakan tipe khas pantai yang terdapat pada ekosistem intertidal. Keadaan ini
disebabkan oleh factor lingkungan seperti pasang surut, gerakan ombak, salinitas, substrat
dan suhu. Organisme yang terdapat di wilayah ini harus beradaptasi terhadap daya tahan
kehilangan air, pemeliharaan keseimbangan panas, tekanan mekanika, pernafasan dan cara
makan. Faktor lingkungan seperti suhu, kekuatan ombak, ukuran butiran, salinitas, cahaya
dan kandungan oksigen sangat mempengaruhi keberadaan organisme pada ekosistem
interstitial. Dengan demikian, organisme interstitial harus dapat beradaptasi dalam hal ukuran
dan bentuk tubuh, system organ, reproduksi, rantai makanan dan migrasi. Pada ekosistem
estuaria, factor lingkungan perairan yang mempengaruhi keberadaan organisme adlah
salinitas, substrat, suhu, aksi ombak dan arus, kekeruhan dan kandungan oksigen. Dengan
demikian komponen fauna dan vegetasi estuaria harus dapat beradaptasi, baik secara
morfologi, fisiologi maupun dalam tingkah laku.
Bab VI. Pengelolaan Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Laut
1. Beberapa faktor utama yang mengancam kelestarian sumber daya keanekaragaman
hayati pesisir dan laut adalah : (1) pemanfaatan berlebih (over exploitation) sumberdaya
hayati, (2) penggunaan tekhnik dan peralatan penangkap ikan yang merusak lingkungan, (3)
perubahan dan degradasi fisik habitat, (4) pencemaran, (5) introduksi spesies asing, (6)
konversi kawasan lindung menjadi peruntukan pembangunan lainnya dan (7) perubahan iklim
global serta bencana alam. 2. Ada lima alasan mendasar mengapa kehidupan di wilayah
pesisir dan laut beresiko terhadap keanekaragaman hayati laut antara lain ; tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi dan kemiskinan, tingkat konsumsi berlebihan dan penyebaran
sumberdaya yang tidak merata, kelembagaan, kurangnya pemahaman tentang ekosistem
alam, kegagalan dalam sistem ekonomi dan kebijakan dalam menilai ekosistem alam. 3. Ada
tiga kebijakan pokok yang harus ditempuh Indonesia agar dapat memanfaatkan sumberdaya
hayati laut secara berkelanjutan untuk kesejahteraan bangsa, yaitu (1) Kebijakan yang
berkaitan dengan upaya-upaya penyelamatan keanekaragaman sumberdaya hayati laut (to
save marine biodiversity), khususnya spesies yang bersifat langka (endangered); spesies asli
yang hanya hidup di suatu daerah tertentu (endemic); spesies yang hamper punah (extinct)
maupun spesies yang dilindungi (protected). (2) Kebijakan yang berhubungan dengan
berbagai kegiatan penelitian dan pengkajian tentang seluruh aspek keanekaragaman
sumberdaya hayati laut (to study marine biodiversity). (3) Kebijakan yang bertalian dengan

8
caracara atau upaya memanfaatkan keanekaragaman sumberdaya hayati laut secara optimal
dan lestari (to use marine biodiversity).

B. Ringkasan Buku Pembanding


Bab I Ekologi
Istilah ekologi stilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel pada
tahun 1869, seorang ahli biologi Jerman. Ekologi berasal dari kata oikos dan logos; oikos
berarti rumah atau tempat tinggal dan logos berarti telaah atu studi. Jadi secara harfiah
ekologi adalah ilmu tentang rumah atau tempat makhluk hidup. Menurut Odum (1996),
ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik-balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekologi adalah bagian kecil yang mempelajari cabang dari ilmu
biologi. Biologi murni pada dasarnya dapat dibagi dua, yaitu pembagian berdasarkan hirearki
vertikal dan pembagian berdasarkan keeratan taksonomi (Odum 1996): a. Lapisan vertikal,
yaitu Morfologi - tentang bentuk luar Anatomi - tentang bagian-bagian dalam Histology -
tentang jaringan mikroskopis Fisiologi - tentang fa’al atau proses kerja Genetika - tentang
sifat keturunan Ekologi - tentang “rumah” organisme b. Keeratan taksonomi atau sistematika,
yaitu Mikologi - tentang jamur Mikrobiologi - tentang jasad renik Entomologi - tentang
serangga Ornitologi - tentang burung Botani - tentang tumbuhan.
Tingkatan organisasikehidupan, Makhluk hidup atau organisme memiliki tingkat
organisasi yang berkisar dari yang tingkat paling sederhana sampai ke tingkat organisasi yang
paling kompleks. Berdasarkan pemahaman ekologi tingkatan organisasi ini dinamakan
spektrum biologi sebagai berikut (Resosoedarmo1989): a. Protoplasma adalah zat hidup
dalam sel dan terdiri atas senyawa organik yang kompleks seperti karbohidrat, lemak, protein
dll. b. Sel adalah satuan dasar suatu organisme dan terdiri atas protoplasma dan inti sel. c.
Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama, misal otot. d.
Organ adalah alat tubuh, merupakan bagian dari suatu organisme yang mempunyai fungsi
tertentu, misal kaki (hewan) daun (tumbuhan). e. System organ kerjasama antara struktur dan
fungsional yang harmonis, misal sistem pencernaan. f. Organisme adalah suatu benda hidup,
jasad hidup, atau makhluk hidup. g. Populasi kelompok organisme yang sejenis yang hidup
dan berkembang biak pada suatu daerah tertentu. h. Komunitas adalah semua populasi dan
berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu yang saling berintekrasi satu sama lain.
i. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan yang saling mempengaruhi. Ekosistem pertama kali diperkenalkan oleh Tansley
(1935). Penulis lain dengan menggunakan istilah berbeda dengan maksud yang sama, Forbs
9
(1887) dengan istilah mikrokosm; Friederich (1930) dengan istilah Holoceon; Thienemann
(1939) dengan istilah Biosistem; Vernadsky (1944) dengan istilah Bionert body; j. Biosfer
adalah lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi.
Bab II Ekologi Perairan
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk dari proses interaksi timbal
balik antar mahluk hidup dalam suatu komunitas dalam lingkungan abiotiknya
(Resosoedarmo et al. 1989). Menurut Odum (1996) ekosistem atau sistem ekologi merupakan
pertukaran bahan - bahan antara bagian - bagian yang hidup dan yang tak hidup di dalam
sistem. Dalam suatu ekosistem terdapat dua kompomen dasar yang saling mengetahui, yaitu
organisme – organisme yang merupakan komponen biotik dan lingkungan fisik – kimia
sebagai komponen abiotik. Ada berbagai ekosistem yang dapat kita temui di permukaan
bumi, salah satu contohnya adalah ekosistem perairan. Ekosistem perairan merupakan
kesatuan menyeluruh antara unsur biotik dan abiotik perairan yang saling mempengaruhi.
Tipe ekosistem perairan dapat dibedakan atas perbedaan salinitas, yaitu perairan tawar,
perairan estuari (payau) dan perairan laut. Khusus pada ekosistem perairan tawar,
berdasarkan tipe alirannya dibedakan menjadi dua yakni perairan tergenang (lentik) dan
perairan mengalir (lotik).
Klasifikasi ekologis organisme air tawar adalah: 1. Plankton, merupakan organisme
yang hidupnya tidak dapat melawan arus, terdiri dari fitoplankton (nabati) dan zooplankton
(hewani). 2. Perifiton, merupakan organisme yang menempel pada substrat 3.
Benthos/benthik organism, merupakan organisme yang hidupnya di dasar perairan.
Berdasarkan cara makannya dibedakan menjadi pemakan penyaring (seperti kerang) dan
pemakan deposit (seperti siput) 4. Nekton, merupakan organisme yang mampu melawan arus.
5. Neuston, merupakan organisme yang hidupnya berasosiasi dengan permukaan perairan.
Bab III Ekosistem Perairan Tergenang
Perairan tergenang merupakan salah satu bentuk perairan umum yang masa airnya
tenang sehingga disebut habitat lentik (Odum 1996). Contoh perairan tergenang adalah
danau/situ, kolam, rawa, dll. Karakteristik perairan tergenang adalah: 1) Arus stagnan;
arusnya relatif tidak ada/sangat rendah. 2) Tedapat stratifikasi suhu; suhu akan
berkurang/semakin rendah dengan bertambahnya kedalaman. 3) Oksigen, akan
berkurang/semakin rendah dengan bertambahnya kedalaman. 4) Dasar perairan umumnya
bersubstrat lumpur. 5) Memiliki RT (Residence Time) yang lama. 6) Organisme tidak
membutuhkan adaptasi khusus. Zonasi di perairan tergenang secara horizontal (Gambar 1)
adalah: 1) Zona litoral, Zona ini berada di tepi perairan ini umumnya berada di wilayah
10
perairan dangkal dan memiliki penetrasi cahaya sampai ke dasar. Pada zona ini terdapat
tanaman air. 2) Zona limnetik, merupakan daerah perairan air terbuka sampai kedalaman
penetrasi cahaya yang efektif, atau disebut tingkat kompensasi dimana proses fotosintesis
seimbang dengan proses respirasi. 3) Zona profundal, merupakan bagian dasar air yang tidak
tercapai oleh penetrasi cahaya yang efektif. Pada kolam zona profundal tidak ada. Zonasi
perairan tergenang secara vertikal (Gambar 1) adalah: 1) Zona eufotik; zona dimana penetrasi
cahaya matahari masih ada. Pada zona ini terdapat banyak fitoplankton karena fitoplankton
membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis.
Bab IV Ekosistem Perairan Mengalir
Ekosistem perairan mengalir merupakan perairan terbuka yang dicirikan dengan
adanya arus dan perbedaan gradien lingkungan serta interaksi antara faktor biotik dan abiotik
(Sutrisno 1991). Salah satu bentuk dari perairan mengalir adalah sungai. Sungai adalah suatu
perairan terbuka, memiliki arus, adanya perbedaan gradien lingkungan, serta masih
dipengaruhioleh daratan. Perairan sungai merupakan salah satu tipe perairan yang mengalami
perubahan yang sangat relatif cepat. Perubahan tersebut sejalan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang membuat fungsi ekologi sungai terlupakan dan diganti
dengan fungsi sebagai tempat pembuangan limbah-limbah, baik itu yang berasal dari rumah
tangga, industri, maupun pertanian. Limbah-limbah tersebut dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran yang pada akhirnya akan memperpendek kualitas perairan tersebut sehingga
terjadi perubahan pada komunitas penghuni perairan, antara lain dengan menghilangnya
suatu jenis organisme asli, perubahan komposisi atau munculnya organisme jenis lain yang
lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang baru (Whitton 1975). Menyadari pentingnya
fungsi dari sungai dan juga untuk mempertahankan keanekaragaman hayati yang ada di
sungai tersebut, maka sudah seharusnya dilakukan pengelolaan dan pemanfaatan sungai yang
baik dan benar agar kualitas dan kuantitasnya tetap terpelihara. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengamatan dan pengkajian terhadap parameter komponen-komponen penyusun
sungai didalamnya serta hubungan dengan komunitas, sehingga terjadinya sistem homeostatis
di perairan tersebut dan tidak terjadinya perubahan fungsi ekologis dari sungai tersebut.
Bab V Ekosistem Perairan Payau
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat
laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi
bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat
11
seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto 1976; Dahuri et al. 2001). Wilayah
pesisir dalam hal ini adalah ekosistem pesisir yang berarti ekosistem semi tertutup yang
mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari
daratan. Keterkaitan daratan dan pesisir sebagai penghubung antara daratan di hulu dan
wilayah pesisir, penghantar bahan pencemar dari hulu ke pesisir serta dampak yang terjadi di
hulu juga dirasakan di pesisir karena peran daratan (Bengen 2009).
Wilayah pesisir di wilayah tropis memiliki tiga ekosistem inti, yakni ekosistem
mangrove, lamun (seagrass) dan terumbu karang (coral reef). Sejak awal tahun 1990-an
fenomena degradasi bio-geofisik sumber daya pesisir semakin berkembang dan meluas akibat
pemanfaatan yang berlebihan yang menyebabkan hilangnya ekosistem mangrove, terumbu
karang dan estuaria yang selanjutnya dapat mengganggu lingkungan biosfer wilayah pantai
dan pesisir yang memiliki peran produksi yang besar. Sekitar 75% dari luas wilayah nasional
adalah berupa lautan. Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai
wilayah kepulauan adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000
km. Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah
interaksi/peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut yang memiliki sifat dan ciri
yang unik, dan mengandung produksi biologi cukup besar serta jasa lingkungan lainnya
(Dahuri et al. 2001).
Bab V Ekosistem Perairan Laut
Menurut Fortes (1989), lamun merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga
(Anthophyta atau Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup
terendam di dalam laut,sedangkan padang lamun merupakan hamparan vegetasi lamun yang
menutupi suatu area dan terbentuk dari satu atau beberapa jenis lamun dengan kepadatan
jarang atau tinggi. Di Indonesia, terdapat 12 jenis lamun dari 50 jenis dan termasuk ke dalam
dua famili, yakni Potamogetonaceae dan Hydrocharitaceae (Fortes 1989). Lamun memiliki
zonasi yang khas, yakni zonasi dekat daratan akan ditumbuhi oleh jenis lamun yang memiliki
daun yang tinggi, dan semakin menuju laut maka jenis lamun yang ditemukan adalah lamun-
lamun yang memilki daun yang lebih rendah.
Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang
lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut
dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Sedangkan
sistem (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik
disebut ekosistem lamun (Seagrass ecosystem). Habitat tempat hidup lamun adalah perairan
dangkal agak berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang. Menurut Den Hartog
12
(1977), ekosistem lamun memiliki beberapa ciri ekologis, antara lain : 1. Terdapat di perairan
pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir. 2. Terdapat pada batas terendah daerah pasang
surut dekat pohon bakau atau di daerah terumbu karang. 3. Mampu hidup sampai kedalaman
30 meter, di perairan tenang dan terlindung. 4. Sangat tergantung pada intensitas matahari
yang masuk dalam perairan tersebut. 5. Mampu melaksanakan proses metabolisme secara
optimal jika seluruh tubuhnya terendam air. 6. Mempunyai sistem perakaran yang
berkembang baik.
Bab VII Komunitas
Menurut Odum (1996), komunitas adalah suatu sistem dari kumpulan populasi yang
hidup pada area tertentu dan terorganisasi secara luas dengan karakteristik komponen
tertentu, serta berfungsi sebagai kesatuan transformasi rantai metabolis. komunitas biotik
ialah kumpulan populasi yang hidup di daerah tertentu atau habitat fisik tertentu dan
merupakan satu kesatuan yang terorganisir dan mempunyai hubungan timbal balik. Konsep
komunitas ini dapat digunakan dalam menganalisis lingkungan perairan karena komposisi
dan karakter organisme di dalam suatu komunitas dapat menjadi indikator yang cukup baik
untuk melihat keadaan lingkungan dimana komunitas tersebut berada. Karakteristik suatu
komunitas meliputi 5 komponen yaitu keragaman, dominansi, kelimpahan relatif, bentuk dan
struktur pertumbuhan serta struktur trofik (Krebs, 1989). Struktur komunitas adalah suatu
susunan atau bentuk dari semua individu (1 spesies) yang hidup di suatu daerah.
Komunitas biotik adalah kumpulan populasi-populasi apa saja yang hidup dalam
daerah atau habitat fisik yang telah ditentukan, hal tersebut merupakan satuan yang
diorganisasikan sedemikian bahwa dia mempunyai sifat-sifat tambahan terhadap komponen-
komponen individu dan fungsi-fungsi ssebagai suatu unit melalui transformasi-transformasi
metabolik yang bergandengan. Komunitas utama adalah mereka yang cukup besar dan
kelengkapan dari organisasinya adalah sedemikian hingga mereka relatif tidak tergantung
dari masukan dan hasil dari komunitas di dekatnya. Komunitas minor adalah mereka yang
kurang lebih tergantung pada kumpulan-kumpulan tetangganya (Odum 1996).
Komunitas paling tidak yang utama memiliki produsen-produsen, makrokonsumen
dan mikrokonsumen di dalamnya terdapat golongan dominan ekologi. Dominan ekologi
adalah golongan jenis yang sebagian besar mengendalikan arus energi dan kuat sekali
mempengaruhi lingkungan dari semua jenis lainnya. Indeks dominansi adalah derajat pada
mana dominansi dipusatkan dalam suatu, beberapa, atau banyak jenis. Pembuangan jenis
dominan akan menimbulkan perubahan-perubahan penting tidak hanya pada komunitas biotik

13
tetapi juga dalam lingkungan fisik (misalnya iklim mikro).Dominan di dalam semua
golongan ekologi akan nyata pada lingkungan ekstrim (Odum 1996).

14
BAB IV
PENILAIAN TERHADAP BUKU

A. Kelemahan
1. Buku Pertama (Ekologi Perairan)

Adapun kelemahan dari buku “Ekologi Perairan ” yaitu terdapat kata-kata yang
seharusnya tidak perlu dibuat. Dan ada beberapa kata yang seharusnya tidak dibuat spasi
tetapi dibuat spasinya. Penulisan dalam buku ini tidak bagus, warna nya tidak jelas, banyak
huruf-huruf yang hilang karena tulisannya buram. Gambar yang terdapat didalam buku ini
juga tidak jelas, tulisannya buram. Kata yang bercetak miring tidak dapat dibaca dengan jelas.
Penulisan halaman buku pada setiap lembar letaknya terlalu naik ke atas sehingga
pemborosan tempat. Seharusnya tempat untuk halaman tersebut masih bias memuat beberapa
kata sehingga tidak terjadi pemborosan kertas. Tulisan yang terdapat dalam buku Ekologi
Perairan ini seperti tulisan hasil foto-copy. Didalam buku ini juga tidak terdapat Indeks.

2. Buku Kedua (Ekologi Perairan)


Adapun kelemahan yang terdapat di dalam buku ini yaitu, latihan soal yang terdapat
pada setiap bab jumlahnya sangat banyak. Alangkah lebih baik jika latihan soal yang
disediakan pada setiap bab tidak sebanyak itu, atau latihan yang disediakan dalam jumlah
yang sesuai.

B. Keunggulan
1. Buku Pertama (Ekologi Perairan)

Buku ini sangat bagus dan cocok untuk dijadikan buku referensi pembelajaran
mahasiswa di perguruan tinggi. Buku ini juga menyediakan banyak contoh soal pada setiap
bab, sehingga lebih memudahkan pemahaman materi yang telah dipelajari pada setiap bab.
Didalam buku ini juga terdapat latihan soal yang terdapat pada setiap bab, sehingga latihan
tersebut dapat mengasah kemampuan mahasiswa dan dapat diajadikan sebagai tolak ukur
sejauh mana mahasiswa tersebut telah memahami materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Buku Kedua (Bahasa Indonesia)


Kelebihan dari buku ini yaitu di dalam buku membahas tema/topic yang sangat
penting bagi mahasiswa khususnya guru Biologi. Tema atau topic yang dibahas di dalam
buku ini sangat berguna bagi mahasiswa untuk menulis dan membuat penelitianyang

15
berkaitan dengan mata kuliah ekologi estuaria . Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang
sederhana, tidak rumit dan tidak berbelit-belit sehingga sangat mudah dipahami. Dalam setiap
pembahasan atau penjelasan, tertera contoh soal yang semakin memudahkan mahasiswa
untuk mengerti tentang tema atau topic yang telah dijelaskan. Penjelasan pada setiap tema
atau topic sangat sederhana sehingga sangat mudah duipahami. Dalam setiap bab terdapat
lembar kegiatan atau lembar kerja mahasiswa untuk menjawab latihan atau soal setelah
pembelajaran satu bab selesai.Ukuran buku ini juga relative kecil dan tidak besar sehingga
lebih memudahkan mahasiswa untuk membawa buku ini kemanapun.

C. Perbedaan Kedua Buku


Perbedaan yang terdapat pada kedua buku ini yaitu pada latihan soal yang diberikan,
latihan soal yang diberikan pada Buku utama jumlah nya sedikit sehingga menghemat waktu,
sedangkan latihan soal yang terdapat pada buku pembanding jumlahnya sangat banyak,
sehingga terjadi pemborosan waktu. Perbedaan kedua yaitu, pada buku utama tidak terdapat
indeks, sedangkan pada buku pembanding terdapat indeks terletak di halaman terakhir dalam
buku tersebut. Indeks tersebut sangat berguna dalam sebuah buku agar kita lebih cepat
menemukan letak kata yang kita cari. Perbedaan yang ketiga yaitu, pada buku utama tidak
terdapat Glosarium, sedangkan pada buku pembanding terdapat Glosarium. Glosarium sangat
bermanfaat pada sebuah buku, karena glosarium berisi penhelasan kata-kata sulit atau biasa
disebut kamus. Perbedaan yang keempat, yaitu perbedaan tulisan. Pada buku utama,
tulisannya buram dan tidak jelas dan banyak huruf yang hilang sehingga mempersulit
mahasiswa untuk membaca buku tersebut. Sedangkan pada buku pembanding, tulisannya
sangat jelas, sehingga lebih menarik dan mudah untuk dibaca.

16
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kedua buku
membahas materi yang sama. Materi yang terdapat pada buku utama yaitu Ekologi Perairan
yang bagian awal buku ajar ini membahas tentang konsep dan dasar-dasar ekologi serta
ekosistem. Mengingat Maluku merupakan wilayah yang hampir sebagian besar terdiri dari
perairan laut, maka pada bagian berikutnya lebih banyak disuguhkan tentang ekologi perairan
laut yang meliputi : Energi dan materi dalam ekosistem laut; ekosistem aquatic daerah tropis;
beberapa jenis ekologi yang terdapat di perairan laut serta pengelolaan keanekaragaman
sumberdaya hayati laut. Tersusunnya buku ajar ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh
kalangan pendidik atau dosen, mahasiswa khususnya dan masyarakat yang tertarik pada
bidang lingkungan perairan. Buku ajar ini juga diharapkan dapat menambah khazanah
pustaka keilmuan. Sedangkan materi yang terdapat pada buku pembanding yaitu ekologi
perairan mulai dari ekosistem air mengalir, air tergenang, air laut, air payau dan seterusnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Rosmawati . 2011. Ekologi Perairan. Jakarta Selatan: Hilliana Press.


Yayat Dhahiyat. 2011. Ekologi Perairan. Yogyakarta: Unpad Press.

Buku Utama Buku Pembanding

18

Anda mungkin juga menyukai