Anda di halaman 1dari 20

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Critical Journal Riview (CJR)


“KAJIAN TEORI DALAM PENELITIAN”

Dosen Pengampu
Miza Nina Adlini, M.Pd

Oleh
DESLIA AMANDA (0310183110)

Tadris Biologi-3/VI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW karena atas berkat limpahan dari Rahmat- Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas CJR ini guna memenuhi syarat keaktifan kolektif pada mata kuliah
Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan tugas atau materi dalam CJR ini, penulis sadar bahwa tidak sedikit
hambatan yang dihadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan CJR
ini tidak lain berkat bantuan, dukungan, dari teman-teman dan juga dosen pengajar mata kuliah
ini, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Penulis memahami bahwa dalam penyusunan CJR ini masih terdapat banyak kekurangan.
Tetapi penulis sudah berusaha sebaik-baiknya agar CJR ini dapat memperluas pengetahuan kita.

Medan, 31 Mei 2021

Deslia Amanda
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review (CJR)
Critical Journal Review (CJR) sangat penting buat kalangan pendidikan terutama buat
mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik suatu jurnal maka mahasiswa/i ataupun
si pengkritik dapat membandingkan dua jurnal dengan tema yang sama, dapat melihat mana
jurnal yang perlu diperbaiki dan mana jurnal yang sudah baik untuk digunakan berdasarkan dari
penelitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal tersebut, setelah dapat mengkritik jurnal maka
diharapkan mahasiswa/i dapat membuat suatu jurnal karena sudah mengetahui bagaimana
kriteria jurnal yang baik dan benar untuk digunakan dan sudah mengerti bagaimana cara menulis
atau langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam penulisan jurnal tersebut.

B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR)


Critical journal Review ini dibuat bertujuan untuk belajar melalui pemenuhan tugas mata
kuliah Metodologi Penelitian untuk membuat Critical Journal Review (CJR) sehingga dapat
menambah pengetahuan untuk melihat atau membandingkan dua atau beberapa jurnal yang baik
dan yang benar. Setelah dapat membandingkan maka akan dapat membuat suatu jurnal karena
sudah dapat membandingkan mana jurnal yang sudah baik dan mana jurnal yang masih perlu
diperbaiki dan juga karena sudah mengerti langkah-langkah dari pembuatan suatu jurnal.

C. Manfaat Critical Journal Review (CJR)


Manfaat penulisan Critical Journal Review ( CJR), yaitu :
1. Dapat membandingkan dua atau lebih jurnal yang direview.
2. Dapat meningkatkan analisis kita terhadap suatu jurnal.
3. Supaya kita dapat mengetahui teknik-teknik penulisan CJR yang benar.
4. Dan dapat menulis bagaimana jurnal yang baik dan benar.
5. Menambah pengetahuan kita tentang isi-isi dari jurnal-jurnal penelitian.

D. Identitas Journal yang direview


1. Jurnal utama
Judul Artikel : Kajian Teori Dalam Penelitian
Nama Journal : JKTP Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan
e-ISSN : 2615-8787
Edisi terbit : Februari 2020
Pengarang artikel : Ence Surahman , Adri Satrio , Herminarto Sofyan
Kota terbit : Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Malang
Vol : Vol 3 No (1)
Hal : 49-58
Alamat Situs : http://journal2.um.ac.id/index.php/jktp/index

2. Jurnal Pembanding
Judul Artikel : The Central Role of Theory in Qualitative Research
Nama Journal : International Journal of Qualitative Methods
Edisi terbit : 2018
Pengarang artikel : Christopher S. Collins and Carrie M. Stockton
Penerbit : Azusa Pacific University
Kota terbit : Azusa, CA, USA
Vol : 17
Hal : 1–10
Alamat Situs : sagepub.com/journals-permissions
BAB II
RINGKASAN JURNAL
A. Ringkasan Jurnal Utama
1. Pengertian Teori dalam Penelitian
Para ahli memberikan banyak definisi teori dalam penelitian. Para peneliti menggunakan
teori secara berbeda dalam berbagai jenis penelitian, tetapi beberapa jenis teori hadir dalam
sebagian besar penelitian sosial (Neuman, W. L., & Kreuger, n.d.). Hal tersebut mengandung
makna bahwa teori dalam penelitian sangat dominan ditemukan dalam model penelitian sosial.
Teori merupakan sekumpulan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi melihat
fenomena secara sistematik dan menyeluruh, melalui spesifikasi hubungan antar variable,
sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena (Kerlinger, 1978).
Proposisi merupakan rancangan usulan, ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal,
atau dibuktikan benar-tidaknya. Pendapat lain mengatakan bahwa teori adalah seperangkat
konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena (Cooper, Schindler, & Sun, 2006). Dari kedua pendapat
di atas dapat dijelaskan bahwa teori dapat berupa konsep, defisini, proposisi tentang suatu
variabel yang dapat dikaji, dikembangkan oleh peneliti.
2. Jenis-Jenis Teori Penelitian :
Terdapat beberapa macam teori dalam penelitian, diantaranya: (1) Teori induktif yang
menerangkan suatu hal dari dari data ke arah toeri. (2) Teori deduktif yang memberi keterangan
dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan diterangkan.
(3) Teori fungsional yang nampak nampak adanya suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali
mempengaruhi data. Artinya ada pola yang saling mempengaruhi antara data dan toeri (Monks,
F. J., & Knoers, A. M. P. Siti Rahayu., 1999).
(Sugiyono, 2014) memandang sebuah teori sebagai, (1) cara pandang menunjuk pada
suatu cara menerangkan yang menggeneralisi. (2) cara pandang sekelompok hukum yang
disusun secara logis. Cara pandang ini melihat hubungan yang deduktif antara data dan teori. (2)
Suatu toeri dapat berupa rangkuman mengenai suatu kelompok hukum yang didapatkan dari
proses empiris pada bidang ilmu tertentu. Sebuah teori diperoleh melalui serangkaian proses
ilmiah, dengan demikian teori harus dapat diuji ulang kebenarannya. Itulah sebabnya ada suatu
riset yang dilakukan bertujuan untuk menguji kebenaran suatu teori. Kesalahan dalam
sistematika proses penelitian dapat menjadi penyebab suatu suatu toeri dapat dibantah bahkan
dibatalkan oleh teori lain.Hasil pengujian terhadap suatu teori dapat berupa penguatan, atau
pelemahan dan pembatalan. Teori dalam kegiatan penelitian harus mampu menjelaskan,
meramalkan dan mengendalikan fenomena (masalah) dan objek dalam penelitian. Seorang
peneliti yang akan meneliti masalah pembelajaran maka ia harus mengkaji beberapa teori perihal
masalah pembelajaran bukan masalah sosial budaya maupun politik. Begitupun ketika sedang
meneliti tentang Ekonomi, maka peneliti harus menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan
Ekonomi bukan budaya maupun ilmu alam. Pada saat ini pengkajian teori penelitian harus benar-
benar spesifik sesuai dengan sub bidang kajian yang sedang dikaji.
3. Peran dan Fungsi Teori dalam Penelitian
Beberapa kegunaan dan fungsi teori dalam penelitian menurut (Cooper et al., 2006),
diantaranya : (1) Teori mempersempit/membatasi ruang atau kawasan dari fakta yang akan kita
pelajari. (2) Teori menyarankan sistem pendekatan penelitian yang disukai untuk mendapatkan
makna yang sesungguhnya), (3) teori menyarankan sistem penelitian yang memungkinkan untuk
mengimpose data sehingga diklasifikasikan dalam jalan yang lebih bermakna. (4) Teori
merangkum suatu pengetahuan tentang sebuah objek kajian dan pernyataan yang tidak
diinformasikan yang diluar observasi yang segera. (4) Teori dapat digunakan untuk memprediksi
fakta-fakta yang lebih jauh yang bisa ditemukan dalam penelitian. Semua penelitian memiliki
kaidah ilmiah, dengan demikian semua peneliti harus menggunakan dasar teori ilmiah
(Sugiyono, 2014). Pada penelitian kuantitatif dan penelitian eksperimen teori harus sudah jelas
sebelum penelitian dilakukan. Hal itu dikarenakan toeri ilmiah akan dijadika dasar untuk
memperjelas masalah penelitian, dasar penarikan kesimpulan, dan memprediksi hasil akhir dari
penelitiian. Dari pendapatnya di atas dapat disimpulkan bahwa teori berfungsi untuk
memperjelas masalah penelitian sehingga para peneliti dan pembaca hasil penelitian dapat
dengan mudah mengidetifikasi masalah yang ada dalam objek penelitian. Kedua sebagai dasar
untuk merumuskan hipotesis penelitian. Dengan demikian peneliti dapat menyusun dugaan
sementara yang didasarkan pada masalah yang temukan dengan membandingkan pada teori—
teori yang ada. Ketiga berfungsi sebagai feferensi untuk menyusun instrumen penelitian.
Sebagaimana kita ketahui bahwa penyusunan instrumen penelitian didasarkan pada kajian teori
yang relevan.
4. Langkah-langkah dalam Penyusunan
Kajian Teori Langkah-langkah melakukan kajian teori menurut (Gall et al., 2003) adalah
sebagai berikut:
a. Mencari sumber utama yang dapat dirujuk dari artikel jurnal, buku-buku, laporan
penelitian dan publikasi lain yang dapat digunakan sebagai rujukan utama.
b. Menggunakan sumber tambahan dari hasil pemikiran seseorang yang ia rangkum dari
berbagai rujukan dengan mengkaji secara mendalam.
c. Membaca sumber utama. Setelah semua sumber teridentifikasi maka selanjutnya peneliti
harus membaca seluruh sumber bacaan untuk menemukan berbagai cara pandang tentang
riset yang akan dilakukannya.
d. Mensintesis bahan bacaan. Tahap ini merupakan tahapan yang penting, karena biasanya
peneliti tergoda untuk melakukan tindakan copy paste dari rujukan yang dibacanya,
padahal semestinya peneliti tersebut melakukan kajian analisis dan
mengkomparasikannya dengan hasil penelitian lainnya.
5. Model-model Pengutipan dalam Penelitian
a. American Psychological Association (APA)
Style American Psychological Association atau APA memiliki gaya sendiri dalam
publikasi karya akademik para akademisinya. APA style ini telah menjadi model editorial
standar dalam beberapa ilmu seperti: Psikologi, Kriminologi, Sosiologi, Sosial,
Keperawatan dan Ekonomi. Ciri utama dari model APA adalah sebagai berikut: (1)
Hanya kata pertama pada judul atau subjudul yang ditulis menggunakan huruf besar. (2)
Dalam daftar referensi, semua nama pengarang ditulis dalam susunan pertama terakhir,
misalnya Abdullah, T. (3) Jika ada lebih dari satu nama, nama-nama dipisahkan oleh
koma; sebuah ampersand (&) mendahului nama akhir, misalnya: Surahman, E., Wedi, A.,
& Setyosari, P. (4) Nama pertama dan kedua para penulis diwakili hanya oleh inisial,
ditunjukkan dalam petunjuk ini seperti “F.M.” untuk First Middle. (5) Tahun terbit selalu
disebut, baik dalam daftar referensi maupun dalam intax citation. (6) Kutipan sumber-
sumber online meliputi tanggal ketika sumber-sumber itu didapatkan dari Web. (7)
Apabila mengacu ke bagian khusus dari suatu karya, maka nomor halaman bagian
tersebut harus masuk dalam daftar pustaka, tetapi tidak dalam in-text citation.
b. Harvard Style
Metode ini disebut Harvard Style karena awalnya digunakan di Harvard University.
Metode ini banyak digunakan oleh para peneliti diberbagai dunia khususnya dari latar
belakang ilmu pengetahuan alam. Pada metode ini, daftar lengkap catatan yang dirujuk
dalam teks dikumpulkan menjadi satu kesatuan dan dimuat pada bibliografi. Metode ini
banyak digunakan oleh peneliti pada bidang ilmu pengetahuan alam.
c. The Chicago Manual of Style
Metode the Chicago Manual of Style atau disebut juga dengan metode Chicago. Metode
pengutipan ini menggunakan model catatan kaki atau catatan akhir bab pada setiap
pernyataan yang dikutipnya. Secara historis metode ini muncul dari karyanya Kate
Turabian, A Mannual for Writters, yang diterbitkan oleh University of Chicago Press. Di
dalamnya berisi panduan tentang bagaimana membuat catatan kaki dan bibiliografi dalam
karya ilmiah.

B. Ringkasan Jurnal Pembanding


Tujuan artikel ini adalah untuk memeriksa dan memajukan peran teori sebagai perangkat
dalam kotak peralatan kualitatif sebuah pengakuan premis pragmatis. Kami meninjau berbagai
cara di mana ory telah dipertimbangkan dalam publikasi metodologi kualitatif dan menyoroti
cara-cara di mana peran sentral teori bisa bermanfaat untuk sebuah studi. Perspektif
perkembangan kami adalah paling berguna bagi mereka yang mungkin belum sepenuhnya
mempertimbangkan file nilai teori. Kami menyajikan teori sebagai simbiosis dengan kami
tindakan dan disposisi. Setiap bagian dari artikel ini berfungsi untuk mengklarifikasi secara
sederhana peran teori sambil menghindari persepsi ortodoksi metodologis di sekitar alat tersebut.
Teori, kerangka teori, teori metode, dan kerangka kerja konseptual adalah istilah-istilah yang
memiliki garis-garis kabur di dalamnya literatur metode kualitatif dan baik menderita atau
mendapat manfaat dari perbedaan nuansa yang tersebar luas. Secara umum, teori itu besar
gagasan yang mengatur banyak gagasan lain dengan tingkat tinggi kekuatan penjelas. Teori
metode (atau metodologi) memberikan panduan untuk memahami metode apa yang sebenarnya
membantu menjawab pertanyaan penelitian. Kerangka konseptual adalah didefinisikan secara
longgar dan berfungsi terbaik sebagai peta tentang bagaimana semua file literatur bekerja sama
dalam studi tertentu. Sebuah teoritis framework adalah penggunaan teori (atau teori) dalam
sebuah penelitian itu sekaligus menyampaikan nilai-nilai terdalam dari para peneliti dan
memberikan plang atau lensa yang diartikulasikan dengan jelas untuk bagaimana belajar akan
memproses pengetahuan baru. Kerangka teoritis adalah di persimpangan:
1. Pengetahuan yang ada dan ide-ide yang terbentuk sebelumnya tentang fenomena
kompleks,
2. disposisi epistemologis peneliti, dan
3. lensa dan pendekatan analitik secara metodis
Bekerja melalui ketiga komponen ini menghasilkan teori aalat yang berharga untuk
koherensi dan kedalaman studi. Meskipun mungkin ada contoh di mana sifat eksplorasi dari
suatu studi mengesampingkan manfaat kerangka teoretis, bebas teori penelitian tidak ada
(Lincoln & Guba, 1994). Seorang peneliti yang tidak bisa mengartikulasikan kerangka teoritis
mungkin tidak melakukan pekerjaan yang sulit dan penting untuk menggali yang terdalam
prinsip operasi dan prasangka tentang studi mereka. Itu keyakinan bahwa gagasan yang
terbentuk sebelumnya tidak ada atau memengaruhi studi sebenarnya adalah disposisi teoretis.
Artikel ini memetakan keuntungan dari pendekatan teori-sentris untuk penelitian kualitatif,
sambil juga mempertimbangkan kritik dan kerugian dari ketergantungan berlebihan pada teori.
Produksi Teori dan Pengetahuan
Ada perdebatan di semua disiplin ilmu tentang pembuatan dan penggunaan teori dan
sejauh mana mulai dari data (induksi) atau dengan hipotesis (deduksi) lebih bermanfaat untuk
ilmu pengetahuan produksi (lih. Hanson, 1958; Peirce, 1935). Pertimbangkan ilmu pengetahuan
yang lebih mengandalkan pada induksi dari data daripada menghasilkan hipotesis. Potensi
menjauh dari deduksi memimpin Hanson (1958) menggunakan fisika untuk menyoroti
kompleksitas menghasilkan hipotesis seperti gravitasi atau percepatan universal bahkan tanpa
bukti. Peran penting dari secara deduktif merumuskan ide-ide ini oleh Galileo dan Newton
adalah penting dalam proses produksi pengetahuan. Pedih ini contoh sejarah digunakan untuk
menyoroti pentingnya keseimbangan antara peran teori dan hipotesis dan permulaan dengan data.
Pindah dari ilmu alam ke ilmu sosial dan penelitian kualitatif, kami mengakui dan
memperhitungkan diskusi lanjutan tentang bagaimana teori dapat dihasilkan. Untuk Misalnya,
Timmermans dan Tavory (2012) dibangun di atas Peirce (1935) dan Hanson (1958) untuk
bergerak melampaui biner induktif / deduktif untuk mempertimbangkan penculikan dalam teori
dasar untuk meningkatkan kemampuan potensi penelitian untuk mengarah pada inovasi teori.
Penculikan adalah proses kreatif menghasilkan yang baru teori berdasarkan "bukti penelitian
yang mengejutkan," yang pada akhirnya mengarahkan peneliti dari ide-ide lama ke wawasan
baru dikodekan ke dalam teori (Timmermans & Tavory, 2012, p.170). Bahkan dalam teori dasar
tradisional ada yang "enggan keterlibatan teori ”dan penggunaan pendukung penculikan
untukpergeseran dari keragu-raguan itu: Penculikan dengan demikian tergantung pada posisi
budidayapeneliti. Disposisi untuk memahami dunia dan kejutannya termasuk refleksi atas posisi
seseorang di dunia ini diprediksikan pada biografi peneliti serta pada afinitas dan kekeluargaan
dengan bidang teoritis yang lebih luas. Akibatnya, analisis Abduktif sebagian besar bersandar
pada ruang lingkup dan kecanggihan latar belakang teoritis yang dibawa seorang peneliti untuk
penelitian. Pengamatan tak terduga dan mengejutkan bersifat strategis dalam arti itu mereka
bergantung pada pengamat yang peka secara teoritis yang mengakui relevansi potensial mereka.
(Timmermans & Tavory, 2012, hlm.173)
Gambaran Umum Menggunakan Teori dalam Kualitatif Penelitian
Sebuah teori, menurut Saldan˜a dan Omasta (2018), penyulingan penelitian menjadi
pernyataan tentang "kehidupan sosial yang memegang aplikasi yang dapat ditransfer ke
pengaturan lain, konteks, populasi, dan mungkin periode waktu ”(hlm. 257). "Kebenaran besar"
ini memiliki empat properti dan narasi penjelasan: (1) memprediksi dan mengendalikan tindakan
melalui logika jika-maka, (2) memperhitungkan variasi, (3) menjelaskan bagaimana dan
mengapa sesuatu terjadi melalui sebab akibat, dan (4) memberikan wawasan untuk
meningkatkan kehidupan sosial (Sal dan˜a & Omasta, 2018, hlm. 257). Setidaknya ada tiga
primer aplikasi teori dalam penelitian kualitatif: (1) teori paradigma dan metode penelitian
(Glesne, 2011), (2) teori bangunan sebagai hasil dari pengumpulan data (Jaccard & Jacoby,
2010), dan (3) teori sebagai kerangka kerja untuk memandu penelitian (Anfara & Mertz, 2015).
Diferensiasi dan klarifikasi antara aplikasi ini akan membantu dalam mengembangkan
penggunaan lebih lanjut teori; bagian ini mencakup tinjauan luas dari berbagai pendekatan dari
literatur penelitian kualitatif generalis. Berbagai pendekatan yang disajikan di sini berfungsi
sebagai informasi dasar untuk diskusi lanjutan yang ditujukan menggambar kejelasan dan
beberapa pertimbangan baru untuk kualitatif peneliti.
Pembahasan teori dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan teori yang mendasari
pendekatan metodologis (misalnya, enologi fenomena, etnografi, naratif) atau para digms
epistemologis yang memandu studi (misalnya, postpositivist, konstruktivis, kritis). Memahami
teori yang mempengaruhi metodologis dan keputusan epistemologis untuk sebuah studi sangat
penting, tetapi di sana mungkin ada ruang untuk klarifikasi lebih lanjut antara penggunaan teori
metode dan kerangka teoritis. Glesne's (2011) eksposisi kerangka filosofis, pertimbangan
metodologis, dan ahli teori terkait berguna untuk membongkar berbagai lapisan yang masuk ke
dalam kerangka teoritis (lih. Gambar 1.1 dan tabel 1.1 pada halaman 7 dan 8). "Tugas Anda,"
tulis Glesne bagi para peneliti, “adalah mencari tahu sendiri di mana Anda berdiri secara filosofis
dan politik dalam melakukan penelitian ”(hlm. 16). Ini Pendekatan terutama menghubungkan
konsep kerangka teoritis dengan epistemologi peneliti Pendekatan metodologis kualitatif tertentu
secara eksplisit panggilan untuk konstruksi teori dari temuan studi (misalnya, grounded theory),
tetapi studi kualitatif memanfaatkan apa saja pilihan metodologis dapat menghasilkan konstruksi
teori (Max well, 2013). Saldan˜a (2015) menantang pengertian teori tersebut konstruksi harus
menjadi jenis utama dari pemikiran teoritis dalam penelitian kualitatif dan mendorong para
peneliti untuk mempertimbangkan penggunaan kerangka kerja para ahli teori terkemuka untuk
memandu studi kualitatif. Sarjana lain telah mengartikulasikan kehadiran yang tak terpisahkan
dari teori dalam proses memperoleh pengetahuan, menggambarkan fakta sebagai sarat teori
(Lincoln & Guba, 1994), dan mencatat pengaruh lensa teoretis untuk sampai pada pernyataan
observasi (Flinders & Mills, 1993).
Dalam pengalaman kami mengajar penelitian kualitatif dalam program doktoral dan
mempresentasikan di konferensi, kami telah mengamati keragu-raguan, kebingungan, dan
penghindaran dalam menggunakan teori sebagai landasan untuk membuat asumsi implisit
menjadi eksplisit. Dalam ulasan tentang penelitian yang dipublikasikan di bidang kesehatan,
Green (2014) mencatat itu pendekatan yang ada gagal untuk membuat teori yang memandu
secara eksplisit konstruksi penelitian dan interpretasi data mereka. Beberapa ahli penelitian
kualitatif umum telah merekomendasikan dimasukkannya kerangka konseptual atau teoritis
untuk diartikulasikan teori-teori ini (Maxwell, 2013; Ravitch & Riggan, 2017).
Maxwell (2013) mendefinisikan kerangka konseptual sebagai sepuluh teori tatif tentang
fenomena yang dipelajari yang menginformasikan keseluruhan desain studi, mencatat bahwa "ini
mungkin juga disebut 'kerangka teoritis' atau 'konteks ide' untuk belajar ”(hal. 39). Penggunaan
teori ini membantu peneliti dalam menyempurnakan tujuan, mengembangkan pertanyaan
penelitian, membedakan pilihan metodologis, mengidentifikasi potensi ancaman terhadap
validitas, dan mendemonstrasikan relevansi penelitian. Yang utama sumber kerangka konseptual,
dari sudut pandangnya, tidak tidak harus teori yang sudah ada. Empat utama Sumber adalah
pilihan untuk mendapatkan kerangka kerja konseptual: (1) pengetahuan berdasarkan
pengalaman, (2) teori yang ada, (3) penelitian eksplorasi, dan (4) "eksperimen pikiran" (hlm. 44).
Maxwell berpendapat bahwa penggunaan teori yang ada memiliki potensi keuntungan serta
kewajiban dan menggambarkan keuntungan memanfaatkan dua metafora: teori sebagai lemari
mantel atau lampu sorot. SEBUAH teori tingkat tinggi, seperti lemari mantel, dapat memberikan
kerangka kerja yang digunakan untuk mengatur dan menghubungkan data. Teori juga bisa
menjelaskan pengamatan dan data yang mungkin terlewatkan atau disalahartikan dengan sorotan
dari teori yang ada. Dua cara para peneliti gagal menggunakan teori yang ada secara efektif
adalah, menurut Maxwell, menjadi terlalu bergantung atau tidak kritis terhadap teori atau gagal
untuk menggunakannya cukup.
Merriam (2009) berpendapat bahwa semua penelitian bersifat teoritis kerangka kerja yang
eksplisit atau implisit, bahkan di tengah-tengah dari pendekatan induktif. Merriam
merekomendasikan dua cara untuk melakukannya mengidentifikasi kerangka teoritis yang dia
sebut sebagai "Struktur, perancah atau bingkai" (hlm. 66) untuk penelitian. Pertama, peneliti
harus memeriksa orientasi disipliner mereka (misalnya, pendidikan, psikologi, sosiologi), dan
kedua, sastra terkait studi mereka akan menginformasikan identifikasi kerangka teoritis.
Rekomendasi untuk mengkaji konteks disiplin ilmu masalah penelitian menghasilkan lebih kuat
kasus untuk penggunaan teori yang ada; Namun, Merriam juga meliputi penggunaan konsep,
istilah, definisi, dan model dalam a kerangka teoritis. Sejalan dengan pernyataan Maxwell,
Merriam menegaskan bahwa setiap bagian dari sebuah penelitian di informasikan oleh akerangka
teoritis dan menggambarkan hubungan antara masalah penelitian di kerangka sebagai "set
interlocking bingkai ”(hlm. 68).
Anfara dan Mertz (2015) membahas topik teoritis Kerangka kerja dalam penelitian
kualitatif cukup komprehensif di pekerjaan terbaru mereka. Mereka mengidentifikasi tiga
pemahaman utama Teori dalam penelitian kualitatif: (1) teori tidak penting dalam penelitian
kualitatif, (2) teori hanya menginformasikan epistemologi dan metodologi, dan (3) teori "lebih
luas dan berpengaruh ”(p. 11) daripada metodologi saja dan harus memandu banyak dari pilihan
peneliti dalam studi kualitatif. Kerangka kerja Theo retical didefinisikan, menurut Anfara dan
Mertz, sebagai “teori empiris atau quasi-empiris tentang sosial / dan / atau proses psikologis,
pada berbagai tingkatan (misalnya, grand, mid range, eksplanatori), yang dapat diterapkan untuk
fenomena ”(hlm. 15). Teks ini menyajikan 10 contoh studi yang memanfaatkan kerangka teori
untuk memandu penelitian mulai dari Pemikiran Feminis Hitam Patricia Hill Collins hingga
Teori Lapangan Bourdieu. Kerangka teoretis menyediakan empat dimensi wawasan untuk
penelitian kualitatif yang meliputi: (1) memberikan fokus dan organisasi untuk studi, (2)
mengekspos dan menghalangi makna, (3) menghubungkan studi dengan beasiswa yang ada dan
istilah, dan (4) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan. Wolcott (1995) membedakan antara
pengertian abstrak teori penggunaan dalam penelitian kualitatif dan praktek penggunaan teori
dalam kerja lapangan. Dengan demikian, teori menawarkan lima praktik manfaat yang meliputi
(1) kemudahan label, (2) lebih luas perspektif ketika sebuah studi memiliki ruang lingkup
sederhana, (3) koneksi ke kumpulan data yang lebih besar yang membahas masalah generalisasi,
(4) perspektif kritis, dan (5) menolak dengan memberikan kasus negatif (Wolcott, 1995). Seperti
yang telah dibuktikan Di atas, para peneliti memiliki perbedaan pandangan tentang bagaimana
teori harus dimasukkan dalam penelitian kualitatif. Meskipun peneliti mungkin akrab dengan
banyak dari pandangan yang berbeda ini, tujuan kami di sini adalah untuk menampilkan
beberapa yang paling produktif ahli metodologi dan gagasan yang sesuai untuk memperjelas
berbagai jangkar dalam spektrum. Kami bermaksud untuk mempresentasikan hubungan antara
teori dan yang lebih spesifik aspek kerangka konseptual, epistemologi, dan data interpretasi
untuk memberikan konteks untuk mengimplementasikan alat yang akan digunakan teori dengan
peningkatan ketajaman dalam studi kualitatif.
BAB III
KEUNGGULAN JURNAL
A. Kegayutan Antar Elemen
Kegayutan atau keterpautan antar elemen dikatakan baik apa bila dari setiap paragraf dan
setiap sub materi yang disajikan merupakan materi yang berkaitan satu sama lain. Kegayutan
pada jurnal ini sudah baik karena materi dari setiap paragraf salaing keterkaitab contohnya pada
bagian pendahuluan jurnal ini Bagian awal tulisan tersebut adalah mengenai mata kuliah
Metodologi Penelitian, kemudian pengalaman pembimbing mahasiswa terhadap matakuliah itu,
permasalahan yang sering terjadi hingga penanggulangan masalahnya.

B. Originalitas Temuan
Sebuah karya tulis dikatakan original apabila tidak ada elemen dalam karya tulis tersebut
yang memiliki kesamaan persis dengan karya tulis lainnnya. Begitu pula dengan jurnal, Sebuah
jurnal dikatakan original apabila semua elemen yang ada di dalam jurnal tersebut terbukti. Salah
satu tolak ukur dalam keaslian sebuah jurnal adalah dilihat dari kutipan dan daftar rujukan.
Jurnal ini merupakan jurnal yng original/asli karena setiap kutipan yang ada di dalamnya tertulis
pada lembar rujukan.
Keaslian tersebut di atas dapat dilihat pula melalui defenisi-defenisi yang ada di dalam
jurnal. Setiap defenisi-defenisi yang dituliskan pada masing-masing jurnal sudah memuat
defenisi simpulan atau defenisi yang dibuatnya sendiri berdasarkan rujukan defenisi dari para
ahli yang sudah dituliskan sebelumnya. Misalnya pada jurnal ini, hal tersebut dapat dibuktikan
dari adanya daftar rujukan mengenai defenisi mengenai kajian teori pada hal 50. Rujukannya ada
pada daftar isi.

C. Kemutakhiran Isi Jurnal


Sebuah karya tulis dikatakan mutakhir apabila materi sesuai dengan perkembangan ilmu,
penggunaan contoh-contoh di dalamnya terkini/actual, dan menggunakan rujukan baru. Jurnal ini
dikatakan mutakhir karena jurnal ini merupakan jurnal buatan tahun 2018 dan 2020 yang kurun
waktunya kurang dari 3 tahun terakhir. Selain itu jurnal ini juga sesuai dengan perkembangan
ilmu, yaitu ilmu pendidikan di kalangan mahasiswa, karena tiap mahasiswa mempunyai
pemahaman yang berbeda-beda dan terus berubah-ubah sesuai dengan kemajuan zaman, maka
dikembangkanlah jurnal mengenai topik bahasan tersebut, maka dari itu jurnal ini dikatakan
mutakhir.
D. Kohesi dan Koherensi Isi Penelitian
Kohesi disebut juga keterpaduan bentuk, sedangkan koherensi disebut juga keterpaduan
makna. Jurnal ini adalah jurnal yang kohesi di setiap pembahasannya. Hal ini saya katakana
karena bentuk tulisan pada setiap paragraf yaitu kalimat dan kata-katanya berkaitan satu sama
lain.
Koherensi atau keterpaduan makna di dalam jurnal juga baik. Hal ini karena di setiap
paragraf dan kalimatnya jurnal berpadu. Seperti halnya yang saya sampaikan pada kohesi antar
paragraf di dalam jurnal. Hal ini merupakan keterpaduan makna yang sangat tampak, yaitu
penjelasan yang ada pada poin-poin penerapan model pembelajran berdasarkan masalah. Maka
dari itu jurnal ini memiliki keterpaduan makna di dalamnya.
BAB IV
KELEMAHAN JURNAL
A. Antar Elemen
Pada dasarnya pembahasan dari jurnal ini sudah terkait. Jurnal ini misalnya, kegayutan
yang kurang baik ada pada bagian pendahuluan paragraf kedua, mengenai pengalaman
pembimbing yang tidak disebutkan pengalaman pembimbing yang mana. Hal itu saja menurut
saya yang menjadi kekurangan dari kegayutan antar elemen jurnal.

B. Kemutakhiran Masalah
Sebuah karya tulis dikatakan mutakhir apabila materi sesuai dengan perkembangan ilmu,
penggunaan contoh-contoh di dalamnya terkini/actual, dan menggunakan rujukan baru.
Kelemahan kemutakhiran dalam jurnal ini terdapat pada bagian rujukan jurnal. Hal tersebut saya
katakan karena jurnal ini menggunakan buku lama sebagai rujukannya.

C. Originalitas Temuan
Saya tidak menemukan kekurangan tentang origunalitas temuan junal ini.

D. Kohesi dan Koherensi


Kohesi dan koherensi di dalam jurnal ini cukup baik. Kalimat pada paragraf cukup kohesi
dan koherensi. Pada kalimat-kalimatnya penulis menjelaskan atau menuliskan penjelasan
mengenai istilah asing di dalam kurung dan memiringkan istilah asing tersebut, sehingga
pembaca mengerti dengan jelas apa yang dituliskan oleh penulis jurnal, begitu pula secara
keseluruhan jurnal. Pada jurnal kegayutan antar elemen jurnal ini sudah baik, namun hal yang
menjadi kelemahan adalah pada banyaknya pengunaan kata tersebut untuk menggantikan kata
atau kalimat yang hendak diutarakan penulis.
BAB V
IMPLIKASI JURNAL
A. Implikasi Terhadap Teori atau Konsep
Jurnal Kajian Teori Dalam Penelitian, implikasi atau keterlibatan terhadap teori bisa
dilaksanakan karena teori-teori yang dijabarkan jurnal merupakan teori-teori yang dianggap
mampu terlaksana sesuai dengan tujuan peraturan pemerintah, teori mengenai metode tersebut
layak digunakan di lingkungan pendidikan di Indonesia khususnya mahasiswa, karena hal
tersebut merupakan hasil penelitian yang hasilnya bisa dikatakan positif dan merupakan sebuah
geliat mutualisme pendidikan keguruan di Indonesia kini dan mendatang.
Berdasarkan teori-teori yang dipaparkan dalam jurnal ini seorang pembaca maupun
reviewer akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang lebih luas mengenai statistika dan
probabilitas baik dari segi konsep, pemahaman teoritis sampai mendapatkan contoh aplikatif
dalam penelitian yang disampaikan jurnal ini.

B. Implikasi Terhadap Program Pembangunan Di Indonesia


Program pembangunan di Indonesia sangat tergantung pada penyelenggaraan pendidikan
yang sesuai dengan perkembangan teknologi, globalisai dan kebutuhan pembangunan. Hingga
saat ini system pendidikan di Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan dengan tujuan
mencapai mutu yang sesuai dengan perkembangan global.
Dengan adanya metode penelitian, mahasiswa keguruan lebih mampu mengusai materi
perkuliahan setelah diadakannya metode tersebut, sehingga tujuan dari institute ataupun jurusan
kependidikan di suatu perguruan tinggi dapat melahirkan guru-guru yang memiliki pengetahuan
dan terampil dalam memahami penelitian yang akan dibuat untuk kedepannya.

C. Analisis
Jurnal ini menerangkan permasalahan dan pemecahan masalah yang sekiranya terjadi
dalam penelitian yang berkaitan dengan kajian teori. Ataupun jurnal ini bisa menjadi rujukan
untuk peneliti selanjutnya berdasarkan hasil penelitin yang telah di jabarkan dalam jurnal ini.
Sehingga jurnal ini layak di gunakan oleh pendidik atau peneliti sebagai salah satu referensi
untuk memiliki tujuan dan arah yang konkrit dalam pelaksanaan penerapan penelitian yang akan
dilakukan melalui hal-hal pendukung yang sudah dijabarkan di dalam jurnal.
Secara tidak langsung dengan kritik jurnal ini mahasiswa telah meningkatkan
keterampilan mahasiswa dalam pengetahuan dan menganalisis suatu permasalahan. Selain itu
dengan memahami point demi point yang peserta sebagai pegangan dalam menulis karya ilmiah
yang nantinya diharapkan agar mahasiswa dapat membuat jurnal penelitian yang sesuai dengan
kaidah dan aturan yang berlaku.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun simpulan pada kritik jurnal Jurnal Kajian Teori Penelitian Pada Mata Kuliah
Metodologi Penelitian adalah jurnal ini berupa jurnal pembahasan yang akan membantu
pembaca memahami dan sarana mengenai pelaksanaan meningkatkan aktivitas dalam melakukan
penelitian karena jurnal ini merupakan gambaran nyata penerapan Penelitian khususnya bidang
pendidikan. Untuk kepentingan tersebut, jurnal ini berupaya memformulasikan suatu ulasan
saran dalam mengimlementasikannya melalui hasil pembahasan teori-teori para ahli, sehingga
dapat dijadikan panduan oleh para pelaksana di lapangan.

B. Saran
Saran yang dapat diajukan untuk jurnal ini sebenarnya sudah terdapat pada kelemahan
jurnal yang dijabarkan di atas. Adapun sarannya yaitu agar penulis memutakhirkan rujukan,
memperbaiki kaidah kebahasaan dan kesalahan-kesalahan kata pada jurnal, sehingga jurnal yang
diterbitkan selanjutnya memiliki kualifikasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Christopher S, dkk. 2018. The Central Role of Theory in Qualitative Research. Azusa Pacific
University: Azusa, CA, USA. International Journal of Qualitative Methods. Vol : 17.
Hal : 1–10.
Ence Surahman, dkk. 2020. Kajian Teori Dalam Penelitian. Teknologi Pendidikan, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. JKTP Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan . Vol
3 No (1) Hal : 49-58.

(Jurnal Utama) (Jurnal Pembanding)

Anda mungkin juga menyukai