PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan standar proses pembelajaran sebagaimana tercantum dalam
Permendikbud No. 65 tahun 2013, proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran
PAI dan Budi Pekerti dirancang agar dapat mengaktifkan peserta didik,
mengembangkan kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana
menyenangkan, serta guru mampu melakukan inovasi pembelajaran dan
mendorong peserta didik untuk berinovatif dalam pembelajaran.
Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru
PAI dan Budi Pekerti harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam
membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran
ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif, maka pembelajaran
tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari peserta didik sangat
penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Aktif di sini
dimaksudkan aktif secara fisik maupun mental, artinya aktif dalam
mengemukakan penalaran (alasan), menemukan kaitan yang satu dengan yang
lain, mengkomunikasikan ide/gagasan, mengemukakan bentuk representasi yang
tepat, dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru PAI dan Budi Pekerti
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan peserta didik, juga peserta didik dapat menjadi kreatif dalam proses
pembelajarannya. Artinya peserta didik kreatif dalam memahami masalah,
menemukan ide yang terkait, mempresentasikan dalam bentuk lain yang lebih
mudah diterima, dan menemukan gagasan baru untuk memecahkan masalah.
Konsep merencanakan pemecahan masalah adalah alur pemecahan pada
memikirkan macam-macam strategi yang mungkin dapat digunakan untuk
memecahkan masalah, memilih strategi atau gabungan strategi yang paling efektif
dan efisien, dan merancang tahap-tahap eksekusi.
Pembelajaran menyenangkan adalah suatu pembelajaran yang mempunyai
suasana yang menyenangkan sehingga peserta didik memusatkan perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”)
tinggi. Dalam hal ini guru PAI dan Budi Pekerti dapat memanfaatkan berbagai
media pembelajaran (audio, visual, maupun audiovisual) sebagai alat untuk
mengkondisikan peserta didik agar dapat memusatkan perhatiannya pada materi
yang sedang dipelajari.
Pembelajaran inovatif yakni pembelajaran yang mempunyai sesuatu yang
baru, unik dan menarik yang dilakukan guru dan/atau peserta didik untuk
mengkespresikan proses belajar. Oleh karena itu guru PAI dan Budi Pekerti
hendaknya mencoba ide baru, meninggalkan kebiasaan yang selama ini dilakukan
dalam pembelajaran dengan cara menerapkan berbagai teknik pembelajaran, dan
menyediakan forum untuk refleksi tentang pembelajaran.
Guru PAI dan Budi Pekerti berfungsi sebagai fasilitator, motivator dan
mencipatakan suasana sebagai guru yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan juga
menyenangkan. Guru aktif memantau kegiatan belajar peserta didik, memberi
umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, mempertanyakan gagasan
peserta didik. Jika kondisi ini terjadi, maka peserta didik akan bisa menjadi aktif,
artinya peserta didik dapat secara aktif membangun konsep, bertanya, bekerja,
terlibat, dan berpartisipasi, menemukan dan memecahkan masalah,
mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan.
Di samping itu, guru PAI dan Budi Pekerti harus kreatif, artinya
mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam, membuat alat bantu
belajar, memanfaatkan lingkungan, mengelola kelas dan sumber belajar untuk
mencapai hasil belajar yang diinginkan. Guru harus mengembangkan suatu
proses pembelajaran yang efektif, yaitu pembelajaran yang dilakukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yaitu terapainya kompetensi peserta didik.
Pembelajaran menyenangkan adalah kegiatan menarik, menantang dan
meningkatkan motivasi peserta didik, mendapatkan pengalaman secara langsung,
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, tidak membuat
peserta didik takut. Peserta didik senang belajar berarti mengkondisikan peserta
didik untuk berani mencoba/berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan
pendapat/gagasan, berani mempertanyakan gagasan orang lain, sebagaimana
empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO yaitu pembelajaran harus
berorientasi pada “learning to know, learning to do, learning to be dan learning
to live together”.
Efektifitas pembelajaran kurikulum 2013 dicapai melalui 3 tahapan, yakni
pertama, efektifitas interaksi yang tercipta dengan adanya harmonisasi iklim
kegiatan belajar dan pembelajaran di dalam kelas serta dan lingkungan sekolah.
Kedua, efektifitas pemahaman yang dapat tercapai tercapai melalui pengalaman
personal peserta didik melalui mengamati (menyimak, melihat, membaca,
mendengar), menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan. Oleh karena itulah penilaian proses dan hasil diperlukan
untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Ketiga, efektifitas
penyerapan yang dapat dicapai melalui kesinambungan pembelajaran secara
horisontal dan vertikal. Kesinambungan pembelajaran secara horizontal bermakna
adanya kesimbungan mata pelajaran dari kelas I sampai dengan kelas VI pada
tingkat SD, kelas VII sampai dengan IX pada tingkat SMP dan kelas X sampai
dengan kelas XII pada tingkat SMA/SMK. Selanjutnya kesinambungan
pembelajaran vertikal bermakna adanya kesinambungan antara mata pelajaran
pada tingkat SD, SMP, sampai dengan SMA/SMK.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup panduan ini meliputi:
1. Desain Dasar Pembelajaran dan Pendidikan PAI dan Budi Pekerti.
2. Model dan Strategi Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti.
3. Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran PAI dan Budi
Pekerti.
4. Perubahan Peran Guru dalam Kurikulum 2013
5. Penutup.
BAB II
DISAIN DASAR PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
3. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan
pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan
skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan
pembelajaran yang digunakan.
a. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
1. Identitas mata pelajaran
2. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
3. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
4. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
5. materi pokok;
6. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
7. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
8. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum
untuk satu semester atau satu tahun; dan
9. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar
atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola
pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi
kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b) memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai
manfaatdan aplikasi
c) materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan
perbandingan lokal, nasional dan internasional;
d) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
e) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai; dan
f) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik
dan/atau saintifik dan/atau inkuiridan penyingkapan (discovery) dan/atau
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.
a) Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih
adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran
berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong peserta didik
untuk melakuan aktivitas tersebut.
b) Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik
aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan
kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk
memperkuat pendekatan saintifik, dan tematik sangat disarankan untuk
menerapkan belajar berbasis penyingkapan penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif
dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c) Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik)
mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong
peserta didik untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan.
Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran
yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning).
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual
maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a) seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh
untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun
tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik
tugas individual maupun kelompok; dan
d) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
c. Penilaian
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik
(authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil
belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik atau bahkan
mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak
pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.
Dalam PAI, penilaian yang dilakukan adalah penilaian proses dan outcome
yang dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti penilaian unjuk kerja
(performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian
proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta
didik (portofolio), dan penilaian diri.
2. Keunggulan
Keunggulan dari strategi direct instruction ini adalah :
a. Fokus terhadap pencapaian akademik peserta didik;
b. Arahan dan kontrol guru sangat dominan;
c. Harapan yang tinggi untuk peserta didik;
d. Sistem manajemen waktu sangat ketat sehingga dalam jangka waktu
tertentu pencapaian kemampuan akademik peserta didik dapat terpenuhi.
Dari keunggulan-keunggulan yang dipaparkan di atas, dapat ditarik satu
kesimpulan bahwa strategi ini dirancang sedemikian rupa untuk membuat sebuah
lingkungan pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian prestasi akademik
dan mengharuskan peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran
dan pada saat melaksanakan tugas-tugasnya.
Dalam bagian sebelumnya, telah dipaparkan, bahwa strategi Direct
Instruction ini adalah strategi pembelajaran yang terdiri dari; penjelasan guru
mengenai konsep baru, menguji pemahaman peserta didik di bawah bimbingan
guru, dan mendorong mereka untuk terus melaksakan Praktik. Adapun
pelaksanaan dari strategi ini terbagai menjadi tiga tahap yaitu :
1) Tahap Persiapan
Sebelum melaksanakan strategi ini, guru membuat ‘kontrak belajar’ yang
berisi :
a) Menentukan materi pelajaran;
b) Melakukan peninjauan terhadap materi sebelumnya dan mengaitkan
dengan materi yang akan datang (appersepsi);
c) Menentukan tujuan pelajaran
d) Menentukan prosedur pengajaran diantaranya adalah
arahan yang jelas dan eksplisit tentang tugas yang harus dilakukan;
penjelasan tentang aktivitas yang harus dilakukan dan dijalani selama
proses pembelajaran;
Membuat rekapitulasi hasil pelajaran (daftar nilai).
2) Tahap Pelaksanaan
a) Presentasi yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut :
(1) Menyajikan materi dengan singkat, padat dan memikat;
(2) Menyediakan beragam contoh tentang keterampilan baru;
(3) Memberi gambaran mengenai tugas pembelajaran;
(4) Menghindari digresi, tetap dan konsisten dalam satu topik;
(5) Menjelaskan poin yang sulit.
b) Praktik yang terstruktur
(1) Guru menuntun peserta didik dengan cara memberi contoh
(2) Peserta didik merespons;
(3) Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan memperkuat
paraktek yang benar.
c) Praktik di bawah bimbingan guru
(1) Peserta didik melakukan Praktik lagi di bawah bimbingan guru
(2) Guru menyuruh peserta didik melakukan Praktik secara bergiliran.
d) Diskusi
Guru menguji pemahaman peserta didik tentang skill yang baru diajarkan
dengan cara menanyakan pertanyaan yang efektif kepada mereka, dengan
cara:
(1) Mengajukan pertanyaan yang konvergen yaitu pertanyaan yang
mengarah pada satu jawaban;
(2) Memastikan bahwa seluruh peserta didik memiliki kesempatan untuk
merespons;
(3) Mengajukan pertanyaan pada mereka selama beberapa waktu;
e) Menghindari pertanyaan yang tidak berhubungan dengan akademik. Guru
memberi respons balik
Dalam memberikan respons balik, hendaknya seorang guru menjadi guru
yang efektif dengan kriteria :
(1) Apabila jawaban peserta didik salah, guru tidak menghakimi;
(2) Tanggap terhadap peserta didik;
(3) Guru menjelaskan dengan objektif apabila peserta didik mempunyai
nilai baik.
3) Tahap Akhir
Tahap akhir dari rangkaian strategi Direct Instruction ini adalah dengan
melaksanakan praktik mandiri, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Peserta didik melakukan Praktik secara mandiri di kelas atau di rumah
b) Guru menunda memberikan respons terhadap peserta didik apabila mereka
belum menyelesaikan seluruh rangkaian materi pelajaran.
c) Praktik mandiri dilakukan beberapa kali, dalam jangka waktu yang lama.
Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa hal yang merupakan stressing dari
strategi pembelajaran Direct Instruction ini, yaitu:
a) Dengan strategi ini, peserta didik menghabiskan 50-70% waktu untuk
mengeksplorasi kemampuannya seorang diri, oleh karena itu guru harus
dapat mengarahkan dan membimbing secara produktif, sehingga mereka
menjadi aktif. Cara yang dapat ditempuh oleh guru dalam mengarahkan
mereka adalah dengan persiapan yang matang dan penyajian yang optimal.
b) Inti dari strategi ini adalah aktivitas Praktik peserta didik.
Tingkat Praktik yang dimaksud adalah
(b) Memperkenalkan skill baru, dengan cara:
(1) Membuat pengelompokan
(2) Peserta didik melaksanakan Praktik
(3) Peserta didik melaksanakan Praktik mandiri
(4) Peserta didik menguasai dengan kesalahan yang minimal.
(c) Penggunaan waktu yang optimal, karena panjang pendeknya sesi
berdasarkan pada satu asumsi; semakin sering seseorang untuk
memPraktikan sebuah skill, semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk melupakannya. Sebaliknya semakin jarang seseorang untuk
memPraktikan sebuah skill, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan
untuk melupakannya.
(d) Kebutuhan akan pemantauan skill peserta didik
(1) Peserta didik sangat membutuhkan respons balik dari guru yang
sifatnya korektif untuk mencegah prosedur yang tidak benar
(2) Mendorong peserta didik untuk mencapai tingkat prestasi
akademik antara 85-90%.
(3) Mereview pelajaran secara berkala
(4) Peserta didik tidak dibiarkan untuk tidak mengulang-ulang
skillnya, langkah ini merupakan antisipasi supaya mereka tidak
melupakannya.
2. Strategi Pembelajaran Interaktif: Kooperatif
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil peserta didik yang
bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesakan
suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama
lainnya. Bukanlah cooperative learning jika peserta didik duduk bersama dalam
kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk
menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok. Cooperative learning menekankan
pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah
tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar
lebih menjamin para peserta didik bekerja secara kooperatif, hal tersebut meliputi:
pertama para peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa
bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama
yang harus dicapai. Kedua para peserta didik yang tergabung dalam sebuah
kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah
kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung
jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk mencapai hasil
yang maksimum, para peserta didik yang tergabung dalam kelompok itu harus
berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.
Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar
kelompok yangn terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima
unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positis, tanggung jawab individual,
interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
1. Ciri-ciri pembelajaran Kooperatif
a. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
A. Pengertian
Berikut ini akan dipaparkan tentang pendekatan, strategi, metode, teknik, dan
model pembelajaran, dengan harapan agar para guru agama dapat memperoleh
kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut dalam pelaksanaan tugas dikelas.
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada peserta didik (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Pendekatan yang berpusat pada peserta didik yang dapat diimplementasikan,
yakni pendekatan kontekstual.
2. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, strategi pembelajaran dibedakan,
yakni (1) strategi pembelajaran langsung, (2) strategi pembelajaran tidak
langsung, (3) strategi pembelajaran interaktif, (4) strategi pembelajaran
eksperimen, dan (5) strategi pembelajaran mandiri.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: metode pembelajaran kooperatif, metode
pembelajaran kontekstual, dan metode pembelajaran umum lainnya (ceramah;
demonstrasi; diskusi; simulasi; laboratorium; pengalaman lapangan;
brainstorming; debat dan sebagainya).
4. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seorang
guru dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,
penggunaan metode kooperatif, guru dapat memilih salah satu teknik antara lain
jigsaw, stad, dsb. Penggunaan metode kontekstual, guru dapat pula memilih salah
stu jenis teknik antara lain berbasis masalah, pembelajaran melingkar, dsb.
Demikian pula metode ceramah pada kelas dengan jumlah peserta didik yang
relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan
berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah peserta
didiknya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang peserta didiknya tergolong aktif
dengan kelas yang peserta didiknya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat
berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
c) Teknik Jigsaw
Pada dasarnya, dalam ini guru membagi satuan informasi yang besar
menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi peserta
didik ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang peserta
didik sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap
komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
Peserta didik dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab
terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang
terdiri dari dua atau tiga orang. Peserta didik ini bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: 1) belajar dan menjadi ahli dalam
subtopik bagiannya; 2) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.
Setelah itu peserta didik tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing
sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam
subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak
serupa. Sehingga seluruh peserta didik bertanggung jawab untuk menunjukkan
penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan
demikian, setiap peserta didik dalam kelompok harus menguasai topik secara
keseluruhan.
Langkah-langkah rinci menggunakan teknik ini adalah sebagai berikut.
1) Peserta didik dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang
sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
sub bab mereka.
5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang
mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-
sungguh.
6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7) Guru memberi evaluasi.
8) Penutup.
Kelebihan:
1) Seluruh peserta didik menjadi lebih siap.
2) Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1) Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2) Membedakan peserta didik.
Kelebihan:
1) Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.
2) Setiap peserta didik mendapat peran.
3) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
1) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
2) Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi
hanya sebatas pada dua orang tersebut).
Kebaikan:
1) Peserta didik lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2) Peserta didik mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3) Peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2) Memakan waktu yang lama.
b. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya
dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode diskusi diaplikasikan
dalam proses belajar mengajar untuk : (1) mendorong peserta didik berpikir kritis,
(2) mendorong peserta didik mengekspresi-kan pendapatnya secara bebas, (3)
mendorong peserta didik menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan
masalah bersama, (4) mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif
jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut: (1) menyadarkan anak didik bahwa
masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan, (2) menyadarkan anak didik
bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara
konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik, (3) membiasakan
anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. Beberapa jenis diskusi adalah
sebagai berikut.
d. Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu pengembangan metode diskusi yang
sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik peserta didik. Materi
ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Peserta didik dibagi ke
dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam
kelompoknya, peserta didik (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang
lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang
ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro
dan kontra diberikan kepada guru. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap
peserta didik tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan
mengevaluasi seberapa efektif peserta didik terlibat dalam prosedur debat.
f. Metode Simulasi
Metode simulasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk
mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun
fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan
atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik didalam
situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktik penerbangan,
seorang peserta didik sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan
terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapidalam simulasi
ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya
(replikasi kenyataan). Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang
peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah
melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan
sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian
peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dan sebagainya). Dalam contoh
yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam
simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan
suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.
g. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Demonstrasi merupakan
praktIk yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi
menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah;
dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari
sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktIk oleh
peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar
langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari
demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktik adalah membuat perubahan
pada rana keterampilan.
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah: (1)
Perhatian peserta didik dapat lebih dipusatkan, (2) proses belajar peserta didik
lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, (3) pengalaman dan kesan
sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri peserta didik. Kelebihan
metode demonstrasi sebagai berikut: (1) membantu anak didik memahami dengan
jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda, (2) memudahkan berbagai
jenis penjelasan, (3) Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek
sebenarnya.
i. Metode Resitasi
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar di mana peserta didik
diharuskan mengerjakan tugas sendiri misalnya dengan membuat resume dengan
kalimat sendiri. Kelebihan metode resitasi sebagai berikut: (1) pengetahuan yang
anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama, (2)
anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil
inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut: (1) terkadang anak didik melakukan
penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temannya tanpa mau
bersusah payah mengerjakan sendiri, (2) terkadang tugas dikerjakan oleh orang
lain tanpa pengawasan, (3) sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan
individual.
Teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam menerapkan metode
resitasi ini, yaknik teknik (1) resitasi lisan dan (2) teknik resitasi tertulis.
j. Metode Karyawisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dilaksanakan
dengan mengajak peserta didik kei luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu
atau objek yang lain untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan
melihat kenyataannya. Teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan
sebagai berikut: dengan melaksanakan karya wisata diharapkan peserta didik
dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, dapat turut
menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin
dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya
dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat,
mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat
mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa
mempelajari beberapa mata pelajaran.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya
perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (1) persiapan, di mana
guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan
pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk
merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi
tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian peserta didik dalam kelompok,
serta mengirim utusan; (2) pelaksanaan karya wisata, di mana pemimpin
rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata
tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap
seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya,
serta memberi petunjuk bila perlu; (3) akhir karya wisata, pada waktu itu peserta
didik mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun
laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti
hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, -, diagram, serta alat-
alat lain dan sebagainya.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut: (1) karyawisata
menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata
dalam pengajaran, (b) membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat, (2) pengajaran
dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut: (1) memerlukan
persiapan yang melibatkan banyak pihak, (2) memerlukan perencanaan dengan
persiapan yang matang, (3) dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi
prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan, (4)
memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik
di lapangan, (5) beayanya cukup mahal, (6) memerlukan tanggung jawab guru dan
sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama
karyawisata jangka panjang dan jauh.
k. Metode Discovery
Metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-
sekolah yang sudah maju adalah metode penemuan (discovery). Metode ini
dipakai dengan alasan sebagai berikut. (1) metode penemuan dapat digunakan
sebagai cara untuk mengembangkan cara belajar peserta didik aktif, (2) melalui
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan
tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan peserta didik, (3)
pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul
dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (4) dengan
menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode
ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (5) dengan metode ini, anak
belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi
sendiri, yang kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan, yakni: (1) menilai
kebutuhan dan minat peserta didik, dan menggunakannya sebagai dasar untuk
menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan,
(2) seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat peserta didik, prinsip-
prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan
dipelajarai, (3) mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan
terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam belajar dengan penemuan, (4)
berkomunikasi dengan peserta didik akan membantu menjelaskan peranan
penemuan, (5) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta
dipecahkan, (6) mengecek pengertian peserta didik tentang maslah yang
digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (7) menambah berbagai
alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (8) memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data,
misalnya tiap peserta didik mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah
orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (9) mempersilahkan
peserta didik mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya
sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (10) memberi kesempatan kepada
peserta didik melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas
tanggung jawabnya sendiri, (11) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai
dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan peserta didik dalam
kelangsungan kegiatannya, (12) memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan
dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses, (13) mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan
penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan peserta didik, misalnya latihan
penyelidikan, (14) merangsang interaksi peserta didik dengan peserta didik,
misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data
yang terkumpul, (15) mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan
tingkat yang sederhana, (16) bersikap membantu jawaban peserta didik, ide
peserta didik, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis
tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (17) membesarkan peserta
didik untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (18) memuji
peserta didik yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang
peserta didik yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat
kesukaran dan peserta didik peserta didik yang mengidentifikasi hasil dari
penyelidikannya sendiri, (19) membantu peserta didik menulis atau merumuskan
prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah
semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (20) mengecek
apakah peserta didik menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori
atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi di mana peserta didik bebas
menentukan pendekatannya.
Metode penemuan memiliki kebaikan-kebaikan, yaitu: (1) membantu
peserta didik mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan
ketrampilan dan proses kognitif peserta didik, andaikata peserta didik itu
dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan
datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu,
(2) pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin
merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari
pengertian retensi dan transfer, (3) strategi penemuan membangkitkan gairah pada
peserta didik, misalnya peserta didik merasakan jerih payah penyelidikannya,
menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (4) metode ini memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya sendiri, (5) metode ini menyebabkan peserta didik mengarahkan
sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri
untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (6) metode
discovery dapat membantu memperkuat pribadi peserta didik dengan
bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
Dapat memungkinkan peserta didik sanggup mengatasi kondisi yang
mengecewakan, (7) strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi
kesempatan pada peserta didik dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam
situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya, dan (8)
membantu perkembangan peserta didik menuju skeptisssisme yang sehat untuk
menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
l. Metode Inquiry
Metode inkuiri (inquiry) adalah metode yang mampu menggiring peserta
didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry
menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa,
2003:234).
Meskipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru
tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar.
Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang
kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan
komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan
kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan
fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Metode ini menuntut
peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam
kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan
untuk produktif, analitis , dan kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan
terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan
membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung
oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis
data yang baru (Mulyasa, 2005:235). Pelaksanaan metode inquiry mengikuti
beberapa prinsip berikut: (1) guru memberikan penjelasan, instruksi atau
pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. (2) memberikan tugas kepada
peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada
proses pembelajaran yang dialami peserta didik. (3) guru memberikan penjelasan
terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik. (4)
resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. (5)
peserta didik merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar peserta didik
terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah
itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya.
Diharapkan peserta didik juga mampu mengemukakan pendapatnya dan
merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat,
menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses
mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah,
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisa data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan
sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat
mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila peserta didik melakukan
semua kegiatan di atas berarti peserta didik sedang melakukan inquiry.
Metode inquiry ini memiliki keunggulan yaitu : (1) dapat membentuk dan
mengembangkan konsep dasar kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat
mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik, (2) membantu dalam
menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, (3)
mendorong peserta didik untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersifat jujur, obyektif, dan terbuka, (4) mendorong peserta didik untuk berpikir
intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri, (5) memberi kepuasan yang bersifat
intrinsik. (6) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan, (7) dapat
mengembangkan bakat atau kecakapan individu, (8) memberi kebebasan peserta
didik untuk belajar sendiri, (9) menghindarkan diri dari cara belajar tradisional,
(10) dapat memberikan waktu kepada peserta didik secukupnya sehingga mereka
dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
BAB V
PERUBAHAN PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
BERDASARKAN KURIKULUM 2013
A. Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan
guru mata pelajaran lain
Hubungan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan guru mata
pelajaran lain harus menunjukkan keharmonisan, baik di luar maupun di
dalam sekolah, ketika di dalam sekolah hubungan itu akan dilihat langsung
oleh peserta didiknya. Oleh karena itu tingkah laku guru harus mencerminkan
suri tauladan yang baik. Keharmonisan antara guru akan menimbulkan
suasana kedamaian yang menyenangkan. Suasana sekolah yang efektif
dirasakan sebagai penuh rasa kekeluargaan, bersifat praktis, dan penuh
kejujuran. Sekolah selalu beranggapan, bahwa lingkungan sekolah yang baik
merupakan prioritas utama untuk pencapaian kemajuan pendidikan di
sekolah.
3. Case Conference
Case Conference merupakan rapat atau conference tentang penyelesaian
masalah. Conference biasanya dipimpin oleh orang yang paling
mengetahui persoalan bimbingan konseling khususnya tentang
permasalahan yang dimaksud tujuannya agar mencari jalan yang paling
tepat agar masalah anak didik dapat diatasi dengan baik.
4. Komite sekolah
Komite sekolah adalah organisasi orang tua peserta didik atau wali murid
yang dimaksudkan untuk menjalin kerjasama dalam usaha
pengembangan sekolah baik dari segi pembelajaran atau segi yang lain
yang dapat membantu menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
Arief, Nur Fajar. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Pasca Sarjana
UNISMA.
Arief, Nur Fajar. 2011. Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran. Malang:
FKIP UNISMA.
Departemen Agama RI. 1995. Pola Pembinaan Agama Islam Terpadu. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam.
Departemen Agama RI. 1985. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta:
Proyek Departemen Agama.
Wahyuni, Sri. 2012. Kumpulan Metode dan Teknik Pembelajaran. Malang: FKIP
UNISMA