sitinursholihah340@gmail.com
Abstrak
Project based learning ini memberikan tempat bagi peserta didik untuk mengembangkan ke
kreatifan, menumbuhkan rasa percaya diri dan juga melatih publick speaking. Kegiatan ini
mulai dilakukan pada kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka, yang menuntut siswa agar
lebih aktif begitu juga pengajar atau guru harus kreatif dan inovatif dalam menyampaikan
materi pembelajaran, agar mudah dipahami dan tidak monoton.
Tujuan adanya kurikulum merdeka ini akan memberikan dampak positif demi kemajuan
pendidikan di Indonesia dengan memanfaatkan informasi dan teknologi modern. Penulis
menggunakan literasi, jurnal pendukung untuk mendapatkan informasi-informasi yang
berkaitan dengan project based learning dalam pembelajaran PAI.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dengan adanya model
pembelajaran project based learning bagi siswa ini memicu semangat dan dapat bekerjasama
dengan teman-temanya, agar tercipta kerukunan dan kekompakan. Kenyaatan sesuai dengan
literasi yang penulis baca model pembelajaran ini sangat tepat dan sistematis dan juga saling
menguntungkan antara guru dan siswa untuk menciptakan ke kreatifan.
A. Latar Belakang
Dalam pembaharuan kurikulum ada tiga isu utama yang perlu disoroti yaitu
pembaharuan kurikulum,peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode
pembelajaran khususnya pembaharuan dibidang Pendidikan Agama Islam. Menurut
Zuhairini, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk membimbing
kearah pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis sesuai ajaran
Islam yang menghantarkan pada kebahagiaan dunia dan akhirat.3
Oleh karena itu, perlu solusi pembelajarann yang tepat guna meningkatakan
antusiasme dan keaktifan peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Guru
sebagai fasilisator harus mampu menyajikan pembelajaran yang menyenangkan dan
melahirkan rasa tanggung jawab peserta didik. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
bersifat komplek, sehingga guru dapat menerapkan berbagai metode yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. Bila ditinjau dari aspek tujuannya yang mengarah
pada tiga domain, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik maka salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran project based learning.5
2
Prodi PGSD, “Pengertian Pendidikan Menurut Ahli,” 01 April, 2023,
https://www.artikelbagus.com/2012/03/artikel-pendidikan-karakter.html.
3
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011).
4
Mukh Nursikin Arya Hasan As’ari, Nur Rofi’ah, “PROJECT BASED LEARNING DALAM PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM,” Jurnal Pendidikan Dan Sosial Humaniora Vol. 2, No.1 (2022), 176.
5
Arya Hasan As’ari, Nur Rofi’ah, “PROJECT BASED LEARNING DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,”
Jurnal Pendidikan Dan Sosial Humaniora,Vol. 2. No. 4 (2022), 179 .
Islam lebih ditekankan kepada kondisi terampil atau mengalami sikap maupun akhlak yang
lebih baik dalam kehidupannya.6 Di sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
telah membawa pengaruh pada kemajuan. Semua hasil temuan iptek di satu sisi harus diakui
telah secara nyata mempengaruhi bahkan memperbaiki taraf dan mutu hidup manusia. Akan
tetapi, di sisi lain produk temuan dan kemajuan iptek telah mempengaruhi bangunan
kebudayaan, dan gaya hidup manusia.
Berdasarkan uraian diatas pasti akan timbul pertanyaan kepada guru pendidikan
agama Islam misal “Mampukah kegiatan belajar mengajar dapat berdialog maupun
berinteraksi dengan adanya teknologi modern yang ditandai munculnya iptek dan informasi,
dan mampukah untuk menghadapi dampak negatif muncul dari kemajuan teknologi tersebut”.
Dengan adanya persoalan tersebut masyarakat berharap kepada tenaga kependidikan untuk
menanamkan sikap moralitas dan spiritual secara intensif agar anak didik tidak terjerumus ke
suatu yang tidak diharapkan.
Berbagai usaha dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut. Salah satu usaha yang
dilakukan adalah dengan mengembangkan model pembelajaran, salah satunya adalah
memanfaatkan teknologi yang ada dengan menggunakan sistem atau model pembelajaran
project blanded learning.
PEMBAHASAN
6
Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif (Bandung: Yrama Widya, 2015), 205.
7
I Wayan Eka Mahendra, “Project Based Learning Bermuatan Etnomatematika Dalam Pembelajar
Matematika,” Jurnal Kreatif Vol. 6. No (2007),135.
8
Dani Maulana, Model-Model Pembelajaran Inovatif (Lampung: Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan Provinsi Lampung, 2014), 39.
Kemandirian siswa dalam belajar untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya
merupakan tujuan dari PJBL. PJBL merupakan model pembelajaran yang terpusat pada siswa
untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari proyek yang dihasilkan dengan
mengeksplorasi dan memecahkan masalah di dunia nyata secara mandiri. Namun
kemandirian dalam belajar perlu dilatih oleh guru kepada siswa agar terbiasa dalam
menyelesaikan tugas proyek mulai dari jenjang SD, SMP, maupun SMA. Bimbingan guru
sangat dibutuhkan untuk mengarahkan siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai
dengan alur.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa project based learning adalah
pembelajaran yang inovatif yang menitiberatkan peserta didik dalam memecahkan suatu
masalah, membuat keputusan, membuat kegiatan dan ke kreativitas akan semakin
berkembang pada peserta didik. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator untyk
memberikan permasalahan yang nyata, memberi pertanyaan yang mematik,, memotivasi dan
memyediakan bahan ajar, fasilitas yang perlukan oleh peserta didik untuk memecahkan
masalah dan memberi dukungan dalah upaya meningkatkan temuan dan perkembangan
intelektual peserta didik.
Project based learning adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau
kegiatan sebagai media. Guru sebagai fasilitator yang memberikan tugas kepada peserta didik
untuk menghasilkan sebagai berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran ini
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasi
pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran
berbasis proyek ini memiliki potensi-potensi yang besar untuk memberikan pengalaman
belajar yang menarik dan bermakna bagi peserta didik.9
Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki untuk dapat menentukan sebuah pembelajaran
merupakan PJBL yaitu sentralitas, mengarahkan pertanyaan, penyelidikan konstruktivisme,
otonomi, dan realistis.
The project are central, not peripheral to the curriculum. Kriteria ini memiliki dua
corollaries. Pertama, proyek merupakan kurukulum. Pada PJBL, proyek merupakan
inti strategi mengajar, siswa tekun dan belajar konsep inti materi melalui proyek.
Kedua, keterpusatan yang berarti jika siswa belajar sesuatu di luar kurikulum maka
tidaklah diketegorikan sebagai PJBL.
Proyek PJBL difokuskan pada pertanyaan atau problem yang mendorong siswa
mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsio inti atay pokok dari mata pelajaran.
Definisi proyek bagi siswa harus dibuat sedemikian rupa agar terjalin hubungan
antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang melatarinya. Proyek biasanya
dilakukan dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa dipastikan
jawabnya ( ill-defined problem). Proyek dalam PJBL dapat dirancang secra tematik,
atau gabungan topik-topik daridua atay lebih mata pelajaran.
Proyek melibatkan siswa pada penyelidikan konstruktivisme. Sebuah penyelidikan
dapat berupa perancangan proses, pengambilan keputusan, penemuan masalah,
pemecahan masalah, penemuan atau proses pengembangan model. Aktivitas inti dari
proyek harus melibatkan transformasi dan kontruksi dari pengetahuan ( pengetahuan
atau keterampilan baru) pada pihak siswa. Jika aktivitas inti dari proyek tidak
merepresentasikan “tingkat kesulitan” bagi siswa atau dapat dilakukan dengan
penerapan informasi atau keterampilan yang siap dipelajari, proyek yang dimaksud
adalah tak lebih dari sebuah latihan dan bukan proyek PJBL yang dimaksud.
Project are sudent-driven to some significant degree. Inti proyek bukanlah berpusat
pada guru, berupateks aturan atau sudah dalam bentuk paket tugas. Misalkan tugas
laboratorium dan booklet pembelajaran bukanlah contoh PJBL. PJBL lebih
mengutamakan kemandirian, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat kaku dan
tanggung jawab siswa daripada proyek tradisional dan pembelajaran tradisional.
9
M. Hosnan, Pendekatan Sainifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21(Bogor: Ghalia
Indonesia, 2016), 17.
Proyek adalah realistis, tidak school-like. Karakteristik proyek memberikan
keontetikan pada siswa. Karakteristik ini boleh jadi meliputi topik, tugas, peranan
yang dimainkan siswa, konteks dimana kerja proyek dilakukan, produk yang
dihasilkan atau kriteria dimana produk-produk atau unjuk kerja dinilai. PJBL
melibatkan tantangan-tantangan kehidupan nyata berfokus pada pertanyaan atau
masalah autentik (bukan simulatif), dan pemecahannya berpotensi untuk di lapangan
yang sesungguhnya.10
1. Bentuk penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Fiqih dikelas V
MI Hidayatul Mubtadi’in Kertosari Purwosari
Berdasarkan model pembelajaran Problem Based Learning siswa cukup aktif untuk
saling memberikan jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan. Namun sebelum
dilaksanakan suatu pembelajaran ada baiknya seorang guru merencanakan begaimana
nantinya proses pembelajaran itu akan berjalan atau dengan menyusun langkah-langkah
pembelajarn ini. Selain itu juga didalam pelaksanaan penerapan model pembelajaran
problem based learning ini, guru mata pelajaran fiqih juga melakukan tiga proses
penerapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
10
J. W. Thomas, A Review of Research on Project Based Learning (California, 2000), 235.
11
M. Jamhuri Masa’al Asro, Sillvi Lindasari, “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI MI HIDAYATUL MUBTADI’IN KERTOSARI
PURWOSARI PASURUAN,” Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2(2020), 263.
1. Perencanaan. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau yang dikenal dengan
istilah RPP suatu hal yang harus dilakukan oleh guru pada tahap perencanaan ini. Hal
ini dilakukan untuk mempersiapkan materi yang akan diberikan kepada siswa dan
menentukan model dan metode yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
tersebut. serta mempersiapkan media apa yang perlukan saat pembelajaran nanti.
a. Pendahuluan, Pada tahap pendahuluan ini setelah guru mengucapkan salam dan
memulai pembelajaran dengan berdoa, guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada
siswa tujuannya agar siswa mengingat kembali materi sebelumnya, selanjutnya guru
fiqih menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai oleh
siswa pada materi fiqih. Setalah itu guru fiqih melanjutkan ke tahap berikutnya yakni
kegiatan inti.
b. Kegiatan Inti. Awal dari kegiatan inti ini, guru fiqih menjelaskan singkat tentang
materi fiqih. Setelah itu guru fiqih memberi contoh tentang materi yang dipelajari.
Lalu guru fiqih menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.
c. Penutup. Tahap penutup, guru fiqih dan para siswa secara bersama-sama kembali
membaca materi fiqih yang telah dipelajari. Lalu guru fiqih menunjuk salah satu siswa
untuk menerangkan kembali materi didepan kelas. Selanjutnya, siswa mengumpulkan
hasil dari pekerjaannya kepada guru untuk dikoreksi dan dinilai. Setelah itu kegiatan
belajar mengajar diakhiri dengan membaca do’a. dan setelah selesai guru mengucap
salam dan lalu meninggalkan kelas.
3. Evaluasi Pada kegiatan evaluasi pembelajaran fiqih ini, guru fiqih melakukan tes pada
siswa yaitu tes soal dan juga tes praktek. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan pemahaman siswa pada materi yang telah diajarkan. Adapun bentuk
evaluasi yang digunakan yaitu :
a. Tes Soal, Tes ini yaitu dengan memberikan soal-soal tentang materi yang telah
diajarkan oleh guru bisanya soal-soal ini diambil dari buku Lembar Kerja Siswa
(LKS).
b. Tes Praktek, dalam tes praktek ini strategi yang digunakan dengan cara siswa disuruh
mempraktekan tentang materi yangatelah disampaikan oleh guru. Tes ini dilaksanakan
pada saat setelah materi disampaikan. Melihat kegiatan proses belajar mengajar yang
dilakukan dikelas V MI Hidayatul Mubtadi’in ini, Nampak para siswa mengikuti
proses pembelajaran ini dengan penuh semangat.12
Hal Ini terlihat saat penelitian melakukan penelitian langsung bahwa siswa
mempunyai semangat belajar yang cukup baik dan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar ini, walau ada siswa yang bermain sendiri, namun siswa dan guru tetap
semangat dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
di dalam kelas.
2. Hasil dari penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Fiqih
dikelas V MI Hidayatul Mubtadi’in Kertosari Purwosari.
Dalam penerapan model Problem Based Learning ini selain materi-materi yang
diberikan, usaha seorang guru juga perlu contohnya seperti saat menerangkan sebuah
materi seorang guru juga harus dapat memberikan contoh-contoh materi tersebut dalan
kehidupan nyata sehingga para siswa jadi mudah memahami materi tersebut dan mereka
tidak merasa cepat jenuh dengan kegiatan belajar mengajar. Selain itu dengan
memberikan contoh-contoh nyata juga dapat mengajak para siswa untuk memecahkan
masalah yang ada. Deskripsi diatas menunjukan bahwa model Problem Based learning
terhadap siswa kelas V MI Hidayatul Mubtadi’in sudah dapat dikatakan berhasil
meskipun belum sepenuhnya sempurna. Karena disetiap model pembelajaran pasti ada
problem-problem yang terjadi. Dengan penggunaan model pembelajaran ini siswa-siswa
kelas V MI Hidayatul Mubtadi’in pada pembelajaran Fiqh lebih senang menggunakan
model pembelajaran problem based learning dikarenakan dapat lebih mudah untuk
memahami materi sekaligus menimbulkan motivasi dalam diri sendiri.
12
Masa’al Asro, Sillvi Lindasari“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI MI HIDAYATUL MUBTADI’IN KERTOSARI
PURWOSARI PASURUAN”, 265 .
Bentuk penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Fiqih dikelas V
MI Hidayatul Mubtadi’in Kertosari Purwosari. Salah satu kemampuan dasar yang harus
dimiliki guru merupakan keahlian dalam merancang serta melakukan tugas serta
tanggung jawabnya sebagai pengajar.
a. Belajar mengajar terjalin pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dan siswa
untuk menanggapi tujuan pendidikan, pada saat proses kegiatan belajar mengajar
memerlukan perencanaan yang betul-betul matang. Semacam : pengorganisasian
unsur-unsur tujuan, tujuan pendidikan, aktivitas pengajaran, model, tata cara serta
media pengajaran, dan penilaian yang seluruhnya itu tercantum strategi pendidikan.
Yang utama dalam memakai model dalam pendidikan, model merupakan kerangka
konseptual serta prosedur yang sistematis dalam mengoragnisasikan pengalaman
belajar untuk menggapai tujuan belajar tertentu, berperan sebagai pedoman untuk
perancang pengajaran, dan guru dalam merancang serta melakukan kegiatan belajar
mengajar. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar betul-betul ialah aktivitas
bertujan yang tersusun secara sistematis.13
Didalam aktivitas belajar mengajar model pendidikan dibutuhkan oleh guru serta
penggunaannya juga bermacam-macam, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai setelah
pengajaran selesai. Dalam hal ini model pendidikan yang digunakan oleh guru yakni
model problem based learning. Model pendidikan problem based learning ialah suatu
model pendidikan yang didasarkan pada prinsip menggunakan permasalahan sebagai titik
dini akuisisi dan intregasi pengetahuan baru.14 Didalam pendidikan problem based
learning ini pemecahan permasalahan didefinisikan sebagai upaya untuk mendapatkan
suatu penyelesaian tugas maupun suasana yang betul-betul nyata sebagai masalah dengan
mengenakan aturan-aturan yang sudah dikenali, jadi pembelajaran bersumber pada
permasalahan lebih memfokuskan pada masalah kehidupan nyata yang bermakna bagi
siswa. Sebagaimana yang observasi lakukan di MI Hidayatul Mubtadi’in Kertosari
Purwosari kalau dalam aktivitas pembelajaran fiqih, gurunya memakai beberapa model
pembelajaran, penggunaan model problem based learning inilah salah satunya, yang mana
awal dari pemakaian model pembelajaran ini guru membagi para siswa menjadi beberapa
kelompok, setelah itu membagikan soal atau permasalahan yang sudah disiapkan oleh
guru, selanjutnya setiap kelompok ditugaskan untuk mendiskusikan jawaban dari soal
13
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: Rosdakarya, 2013), 13.
14
Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar (Jogjakarta: Diva Press, 2013), 283.
tersebut, yakinkan setiap anggota kelompok ikut aktif selama diskusi. Berdasarkan model
pembelajaran Problem Based Learning siswa cukup aktif untuk saling memberikan
jawaban dari persoalan yang diberikan oleh guru.15 Melihat penerapan model pendidikan
problem based learning yang dilakukan oleh guru fiqih di MI Hidayatul Mubtadi’in
Kertosari Purwosari dalam pemikiran peneliti cocok dengan langkah-langkah pelaksanaan
model pendidikan problem based learning yang sudah dipaparkan oleh Agus N Cahyo,
merupakan sebagai berikut :16
c. Siswa ikut serta dalam penyelidikan tentang isu-isu yang mereka pelajari
d. Mereka kembali pada tutorial Problem Based Learning, berbagi data, mengajar sebaya,
serta bekerja bersama sama menyikapi permasalahan.
f. Siswa meninjau apa yang sudah mereka pelajari dari permasalahan. Sehingga bisa
dimengerti kalau model pembelajaran problem based learning bisa diterapkan dengan
metode membagi kelompok kecil yang terdapat didalam kelas. Dalam model
pendidikan problem based learning guru membagikan soal sebagai titik awal yang
cocok dengan materi yang diajarkan, setelah itu siswa mendiskusikan soal tersebut
dengan baik serta benar, setelah dialog berakhir sehingga peserta didik sanggup
terampil dalam berbicara, aktif serta kreatif dalam kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Langkah-langkah dalam model pendidikan problem based learning dalam
pembelajaran fiqih di MI Hidayatul Mubtadi’in Kertosari Purwosari menurut
pandangan peneliti bahwa sudah memastikan pokok permasalahan yang wajib
dimengerti oleh seluruh anggota, memastikan sub pokok permasalahan supaya topik
yang dibahas dalam pembelajaran berbasis permasalahan dapat fokus serta tidak terjalin
tumpang tindih antara kelompok, membagi anggota menjadi beberapa kelompok,
memastikan waktu yang disediakan secara sama pada setiap kelompok untuk
mendiskusikan permasalahan yang wajib dibahas, masing-masing kelompok
15
Masa’al Asro, Sillvi Lindasari, “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI MI HIDAYATUL MUBTADI’IN KERTOSARI
PURWOSARI PASURUAN", 267.
16
Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar, 287.
mendiskusikan perkaranya serta membuat kesimpulan, hasil pembelajaran problem
based learning pada diskusi kelompok besar.
Pada umumnya model pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan yang dipakai
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran
menentukan pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk juga tujuan-
tujuan pembelajaran, langkah-langkah dalam aktivitas belajar mengajar, lingkungan
pendidikan, dan pengelolaan kelas. Didalam mata pelajaran fiqih ini memanglah
membutuhkan model pendidikan yang sifatnya efektif dan menyenangkan agar siswa
dapat cepat memahami apa yang di informasikan seorang guru mata pelajaran. Jadi,
penulis berupaya agar penerapan model pendidikan problem based learning ini berjalan
efektif, karena pada dasarnya segala model pendidikan itu telah efektif tinggal bagaimana
guru bisa mengoptimalkan model pendidikan tersebut. Untuk menjalin hubungan
komunikasi yang baik dengan siswa dengan penggunaan model problem based learning
peran guru sangatlah penting, menurut guru mata pelajaran fiqih perkembangan daya fikir
siswa jauh lebih baik dan efektif dengan penggunaan model problem based learning ini.
Melihat hasil belajar siswa yang dapat menyelesaikan soal-soal tesadan dapat memahami
materia yang diajarkan oleh guru mata pelajaran. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Rusmana dalam bukunya, yaitu sebagai berikut :17
a. Menyediakan Perang kata Berpikira Siswa Terdapat beberapa hal yang bisa
dilaksnakan guru untuk mempersiapkan siswa dalam proses pembelajaran problem
based learning adalah :
17
Rusman, Model-Model Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 243.
Proses pembelajaran problem based learning menyediakan cara untuk inquiry yang
bersifat kolaboratif dan belajar. Bray, dkk. Menggambarkan inquiry kolaboratif sebagai
proses dimana orang melaksanakan refleksi serta kegiatan secara berulang-ulang. Mereka
bekerja dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting. Dalam proses pembelajaran
problem based learning siswa belajar jika bekerja dalam tim dan kerja sama itu berarti
untuk menggambarkan proses kognitif yang berguna untuk mempelajarai lingkungan,
menguasai masalah, mengambil dan menganalisis data penting. Serta mengkolaborasi
solusi.18
Belajar dalam kelompok kecil lebih muda dilaksanakan apabila anggota berkisar
antara 1 hingga 10 siswa ataupun lebih sedikit dengan satu orang guru. Guru dapat
mengenakan tata cara belajar kooperatif untuk mencampurkan kelompok-kelompok
tersebut dalam langkah-langkah yang beragama dalam siklus pendidikan problem based
learning untuk menyatukan ide, berbagai hasil belajar, dan penyajian ide.
Guru juga memainkan kedudukan aktif dalam memfasilitasi inquiry kolaboratif serta
proses belajar siswa. Bersumber pada data diatas, bisa disimpulkan jika penerapan model
pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran fiqih di MI Hidayatul
Mubtadi’in Kertosari Purwosari merupakan dibuat sebagai kelompok, disesuaikan dengan
jumlah banyaknya siswa yang ada pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
sehingga ini membuat siswa merasa senang melakukan kegiatan belajar mengajar. Ini
nampak siswa memiliki semangat belajar yang cukup baik dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar problem based learning. Meski, ada siswa yang ramai serta bermain
sendiri, dan lain sebagainya. Namun, siswa dan guru tetap semangat dalam kegiatan
belajar mengajar didalam kelas.
b. Hasil Penerapan Model Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Fiqih di Kelas
V MI Hidayatul Mubtadi’in Kertosari Purwosari.
18
Masa’al Asro, Sillvi Lindasari, "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI MI HIDAYATUL MUBTADI’IN KERTOSARI
PURWOSARI PASURUAN ", 269.
Demi mencapai tujuan sesuatu yaitu model pembelajaran harus ada usaha-usaha yang
dilakukan. Usaha tersebut akan membuahkan hasil, usaha belajar tersebut membutuhkan
materi-materi yang menurut dengan kondisi siswa. Yang mana materi tersebut senada
dengan apa yang diberikan di dalam kelas sebagai kegiatan belajar mengajar yang
merupakan satu kesatuan dengan usaha pembelajaran ini. Selama disekolah guru telah
memberikan materi yang cukup baik sehingga apa yang diperintahkan kepada siswa
sejalan dengan apa yang ditujukan oleh guru. Model pembelajaran inilah yang menjadi
contoh bagi siswa. Hasil yang dicapai dari kerjasama dilihat dari beberapa perkembangan
dari siswa. Guru mengatakan sudah mengalami perkembangan dari pada siswa yang
sebelumya. Tetapi, hasil tersebut masih belum bisa dikatakan sempurna, karena siswa
memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Sehingga guru harus memahami jiwa dan
bathin siswa yang mana banyak usia siswa yang masih tergolong usia anak-anak. Hasil
model pembelajaran Problem Based Leraning menurut informan sudah dikatan berhasil.
Meskipun, belum sepenuhnya tercapai.19
1. Pola hidup siwa Pola hidup adalah hidup dengan pola atau gaya yang lebih focus
kepada hal-hal yang berdampak positif. Hidup siswa sangat sederhana dan saling
membantu satu sama lain, saling toleransi berdasarkan prinsip kekeluargaan.
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun, tingkah laku yang baik,
terutama dalam islam. Sopan santun siswa ketika di dalam proses belajar mengajar sangat
berbeda hal ini terbukti karena siswa ketika ada guru memberikan pelajaran atau cara
bicara dan bersosialisasi siswa berfikir aktif dan juga bisa meningkatkan hasil belajarnya
dalam pembelajaran Problem Based Learning ini. Sedangkan untuk proses kegiatan
pembelajaran Problem Based Learning ini peserta didik tidak merasa jenuh, cara peserta
didik untuk mencari jawaban juga aktif, karena sebelum kegiatan tersebiut dilakukan
peserta didik dalam menguasai materi cukup baik atau memuaskan, sehingga ada
tingkatan dalam prose belajar mengajar mata pelajaran Fiqih ini. Menurut guru mata
pelajaran fiqih proses belajar siswa menjadi lebih baik dibandingkan dengan yang lain.
Mungkin dengan model pembelajaran Problem Based Learning ini bisa dipakai untuk
19
Masa’al Asro, Sillvi Lindasari, “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI MI HIDAYATUL MUBTADI’IN KERTOSARI
PURWOSARI PASURUAN ", 270 .
pembelajaran berikutnya dan dengan catatan harus disiapkan lebih matang lagi prosesnya
agar proses kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran problem based
learning ini bisa berjalan dengan sangat baik dan dapat mencapai tujuannya.20
Kelebihan:
Kekurangan:
untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
membutuhkan banyak waktu dan dana.
tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi
kesulitan dalam pembagian tugas
PBL kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena masalah kemampuan
bekerja dalam kelompok.
PBL biasanya mebutuhkan waktu yang tidak sedikit.
20
Masa’al Asro, Sillvi Lindasari, “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI MI HIDAYATUL MUBTADI’IN KERTOSARI
PURWOSARI PASURUAN ", 271 .
membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam
kelompok secara efektif.21
E. Kesimpulan
Hal Ini terlihat saat penelitian melakukan penelitian langsung bahwa siswa
mempunyai semangat belajar yang cukup baik dan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar ini, walau ada siswa yang bermain sendiri, namun siswa dan guru tetap
semangat dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
di dalam kelas. Dalam pembelajaran project based learning ini tentu saja ada kekurangan
dan kelebihan.
21
Aden Arif Ghaffar Enok Noni Marsinah, Ipin Aripin, “PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS,” Seminar Pendidikan Nasional FKIP UMNA (Universitas
Majalengka, 2019), 927-928.
DAFTAR PUSTAKA
Agus N. Cahyo. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Jogjakarta: Diva Press,
2013.
Arya Hasan As’ari, Nur Rofi’ah, Mukh Nursikin. “PROJECT BASED LEARNING DALAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.” Jurnal Pendidikan Dan Sosial Humaniora Vol. 2, No
(2022).
Enok Noni Marsinah, Ipin Aripin, Aden Arif Ghaffar. “PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS.” Seminar
Pendidikan Nasional FKIP UMNA. Universitas Majalengka, 2019.