Anda di halaman 1dari 54

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menciptakan
sumber daya manusia yang mampu berfikir secara luas serta memiliki sikap dan
keterampilan yang baik sehingga mampu bersaing di masa depan. Hal tersebut
sesuai dengan tujuan pendidikan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum
dalam undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 yaitu mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengambangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggungjawab (indonesia, 2003).

Hal ini yang membuat di terapkannya kurikulum 2013 di Indonesia, kurikulum


berfungsi untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Kurikulum dapat
memprediksi hasil pendidikan atau pengajaran yang diharapkan karena kurikulum
menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh
peserta didik. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum
2013 bertujuan untuk membuat siswa menjadi lebih mampu dan lebih baik dalam
melakukan kegiatan bertanya. menalar, observasi dan mengkomunikasikan apa
yang siswa dapat dan mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran dari
guru. Pelaksanaan kurikulum 2013 diterapkan melalui program pembelajaran
berbasis tematik integratif, aktivitas pendekatan ilmiah (scientific) dan berpusat
kepada siswa (Students center), siswa diharapkan dapat memiliki kompetensi
keterampilan sikap, dan pengetahuan yang lebih baik. Siswa diharapkan lebih
produktif, inovatif dan kreatif supaya dapat menghadapi berbagai tantangan dan
2

permasalahan yang ada di era globalisasi seperti saat ini. Untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir kreatif, siswa harus diberikan kesempatan untuk
mengembangkan creativity dengan berkarya sebanyak-banyaknya dalam proses
pembelajaran.

Perkembangan potensi peserta didik dilakukan secara bertahap sesuai dengan


perkembangan psikologi peserta didik sehingga pendidikan pada tingkat SD fokus
pada perkembangan pengetahuan. Pendidikan dasar pada Sekolah Dasar (6-12
tahun) telah memiliki kompetensi yang sudah diperoleh dari lahir. Salah satu
kompetensi tersebut yaitu kemampuan berpikir kreatif (creativity). creativity
sudah dimiliki anak secara alami, namun perlu pengembangan dan bimbingan
agar kemampuan berpikir kreatif anak lebih terarah.

Creativity siswa harus lah diperhatikan sejak dini karena tingkat berfikir kreatif
siswa di Indonesia rendah. Menurut hasil penelitian Global Creativity Index
(GCI) 2015 penting bagi siswa di Indonesia untuk memiliki creativity. Hal ini
dikarenakan dari 139 negara yang mengikuti survey, negara Indonesia menduduki
urutan ke 115(Riyanti, 2020). Rendahnya indeks GCI mengisyaratkan bahwa ada
kekeliruan terhadap proses pendidikan di negara kita . Masalah yang terjadi pada
negara kita yaitu masalah creativity. Banyak lembaga sekolah yang tidak kreatif
dalam melihat permasalahan yang terjadi lingkungannya yang mengakibatkan
proses pendidikan yang menelan waktu bertahun-tahun bahkan biaya yang tinggi
tidak menghasilkan nilai plus dan ujung-ujungnya menganggur dan menjadi
beban(Latuconsina, 2014).

Creativity sangat penting dikembangkan di semua mata pelajaran agar mampu


mencari solusi terhadap suatu permasalahan dengan kemampuan berpikir kreatif
yang mereka miliki. Dengan mengembangkan kemampuan siswa pada aspek
berpikir kreatif akan mempunyai berbagai cara menyelesaikan suatu
permasalahan. Melalui kemampuan berpikir kreatif siswa dituntut untuk
mengalami, menguasai, dan persoalan yang sedang dihadapinya. Adanya
creativity dalam pembelajaran diharapkan siswa berani menyelesaikan suatu
permasalahan dengan menggunakan cara mereka sendiri.
3

Salah satu model pembelajaranyang mampu memberikan kesempatan untuk siswa


dapat mengeksplorasi creativity yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
Project Based Learning(PjBL). PjBL merupakan model pembelajaran yang
menggunakan suatu proyek dalam proses pembelajaran, dan berpusat pada siswa
(Students center)(Kemendikbud, 2017) . PjBL adalah pembelajaran inovatif yang
dapat mendorong para siswa untuk melakukan penelitian, membuat proyek yang
menerapkan pengetahuan mereka untuk menemukan suatu hal yang baru, mahir
dalam menggunakan teknologi dan mampu menyelesaikan satu permasalahan
(Made Yeni Suranti & Sahidu, 2016).

Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang terfokus pada


pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai cara pembelajarannya, Menurut
(Sani, 2014), Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk
menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan dengan beberapa
tahapan yang perlu dilakukan dalam Project Based Learning yaitu: mengajukan
pertanyaan, membuat perencanaan, menyusun jadwal, memonitoring pembuatan
proyek, melakukan penilaian dan evaluasi.

Sedangkan menurut (Rohana & Wahyudin, 2016), menyatakan bahwa


pembelajaran berbasis proyek adalah :

pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam


pembelajaran, mencari, dan mengumpulkan data dan informasi dari
berbagai sumber untuk memecahkan masalah dan mengintegrasikan
pengetahuan peserta didik, membuat keputusan dari berbagai macam
alternatif solusi pemecahan masalah, dan beraktifitas secara nyata untuk
menghasilkan produk dengan penuh creativity.

Model pembelajaran PjBL dikembangkan berdasarkan tingkat perkembangan


berpikir siswa yang berpusat pada aktivitas belajar siswa, sehingga dapat
memungkinkan siswa untuk beraktivitas sesuai dengan kenyamanan,
keterampilan, dan minat belajar siswa. Pada proses pembelajaran, kemandirian
siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang merupakan salah satu tujuan dari
4

model pembelajaran PjBL. Disimpulkan bahwa PjBL merupakan model


pembelajaran yang berpusat pada siswa ( Students center) dan memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pengalaman tersebut dibangun
berdasarkan produk yang dihasilkan oleh siswa dengan mengeksplorasi dan
memecahkan masalah secara mandiri.

Adapun kelebihan model pembelajaran Project Based Learning ini ialah memiliki
kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Menurut (Wena, 2010) contoh
kelebihan pembelajaran PjBL yaitu dapat meningkatkan motivasi, kolaborasi
kemampuan pemecahan masalah, keterampilan mengelola sumber, dan increased
resource-management skill. PjBL juga dapat meningkatkan prestasi siswa,
keterampilan berpikir kritis, dan berpikir kreatif siswa. Melalui cara ini, siswa
dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif mereka, menumbuhkan bakat
dan minat yang berbeda di bawah penilaian yang beragam, menghubungkan kelas
dengan dunia nyata yang dipersiapkan dengan baik untuk masa depan siswa.

Peneliti tertarik terhadap penelitian ini karerna untuk mengembangkan creativity


siswa harus lah serius dan perlu ada model yang cocok dengan pengembangan
creativity siswa. Model pembelajaran yang membuat siswa lebih banyak interaksi
adalah Project Based Learning. Penerapan pembelajaran berbasis proyek (
Project Based Learning ), yaitu seperti yang telah dipahami sebelumnya bahwa
pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang orientasinya kepada
siswa atau peserta didik yang salah satu cirinya menghasilkan prodak dalam hal
ini pembelajaran berbasis proyek menekankan pada hasil atau karya siswa melalui
pembelajaran yang menggunakan peran media dan masalah yang nantinya dapat
dikumpulkan dan di integrasikan adanya pengetahuan baru yang berdasarkan
pengalaman siswa dalam beraktifitas(Lestari & Yuwono, 2022) . Namun ada yang
menarik dengan penelitian ini terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian lain yaitu kebanyakan kasus PjBL diterapkan pada siswa kelas tinggi
seperti di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA), sedangkan untuk penelitian ini mencoba menerapkan pada siswa Sekolah
Dasar (SD) dengan responden penelitian siswa kelas tinggi yaitu kelas 5 SD.
Uraian latar belakang diatas peneliti melakukan eksperimen yang berjudul
5

“Pengaruh Model pembelajaran Project Based Learning terhadap Creativity


Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti dapat mengidentifikasi


permasalahan yang berhubungan dengan creativity siswa, yaitu :

1. Tingkat creativity siswa di indonesia sebagian besar masih kurang.

2. Rendahnya creativity siswa sehingga sulit menyelesaikan permasalahan


yang berbeda-beda.

3. Peserta didik cenderung pasif dalam proses pembelajaran.

4. Peserta didik tidak menggunakan creativity dalam menyelesaikan masalah.

5. Minimnya model pembelajaran yang diberikan terhadap siswa sehingga


membuat siswa sulit meningkatkan creativity.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah agar peneliti tidak menyimpang dari pokok masalah adalah
sebagai berikut.

1. Creativity siswa yang belum diperhatikan.

2. Model pembelajaranyang tidak mendukung creativity siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka diperoleh


rumusan masalah yaitu. apakah pengaruh model pembelajaran Project Based
Learning terhadap creativity siswa kelas V Sekolah Dasar ?
6

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran Project Based Learning terhadap creativity siswa
kelas V Sekolah Dasar

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan bagi pengembang ilmu dalam memahami model


Project-Based Learning terhadap creativity peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Model pembelajaran PjBL (Project-Based Learning) mampu melatih


kemampuan berpikir kreatif siswa.

b. Bagi Guru

Model pembelajaran PjBL (Project-Based Learning) mampu menjadi


preferensi guru dalam melatih kemampuan berpikir kreatif siswa.

c. Bagi Sekolah

Model pembelajaran PjBL (Project-Based Learning) mampu menjadi evaluasi


terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

d. Bagi Penulis

Melalui penelitian yang dilakukan dapat menambah wawasan penulis tentang


pengaruh model pembelajaran PjBL (Project-Based Learning) terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa.
7

e. Bagi Peneliti lain

Model pembelajaranPjBL (Project-Based Learning) dapat menjadi rujukan


dalam melakukan penelitian lanjutan terkait kemampuan berpikir kreatif
siswa.

G. Ruang Lingkup penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas V SD Negeri 2
Wonodadi.
3. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah kreativitas siswa kelas V dalam pembelajaran.
II. KAJIAN PUSTAKA

A. Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

1. Hakikat Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)


Model pembelajaran adalah dasar perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar yang digunakan guru yang terdapat unsur tujuan, Langkah
langkah pembelajaran, setting pembelajaran, kegiatan guru dan siswa,
perangkat pembelajaran dan dampak hasil belajar (Riyanto dkk., 2021) .
Model PjBL adalah model berbasis proyek yang merujuk pada teori
konstruktivisme berarti peserta didik dapat menciptakan pengetahuannya
sendiri. Model ini secara tidak langsung meningkatkan keaktifan peserta
didik melalui proyek yang diselesaikan, mengajak mereka bereksplorasi
melalui kegiatan proyek agar mempunyai pengalaman belajar bermakna
dalam memahami sebuah konsep Hal ini dikarenakan pengetahuan dan
kemampuan yang mereka miliki dapat secara bebas mereka terapkan.

Adapun keuntungan dari model PjBL ini yaitu mempermudah peserta didik
dalam mempelajari materi pembelajaran. Menurut Moursund bahwa
keuntungan dari model PjBL bagi peserta didik yaitu a) motivasi belajar
dapat meningkat karena didalam proyek yang dikerjakan, peserta didik akan
berusaha dengan tekun untuk menyelesaikannya sehingga dalam proses
pembelajaran mereka lebih bergairah, b) dalam kegiatan memecahkan
masalah dapat meningkatkan keaktifan mereka, c) menjadikan mereka aktif
dalam memperoleh informasi dari berbagai sumber, d) menjadikan mereka
kolaboratif dan memiliki manajemen waktu yang baik (Hardini &
Puspitasari, 2012).
9

Model pembelajaran Project based learning (PjBL) merupakan sebuah


model pembelajaran yang menjadi pilihan untuk menerapkan kurikulum
2013. (Afriana dkk., 2016) mendefinisikan model pembelajaran PjBL
sebagai model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai inti dalam
pembelajaran. Menurut Wolk dalam (Sepahkar dkk., 2015) dalam penerapan
PjBL beberapa tugas akan diselesaikan dengan cara yang berbeda-beda
sehingga peserta didik dapat menemukan solusi terbaik untuk mengatasi
permasalahan. Hasil akhir dalam pembelajaran adalah berupa produk yang
merupakan hasil dari kerja kelompok siswa.

Project based learning merupakan pembelajaran yang dikembangkan


berdasarkan faham pembelajaran konstruktivisme yang menuntut peserta
didik menyusun sendiri pengetahuannya. Konstruktivisme adalah teori
belajar yang mendapatkan dukungan luas yang berstandar pada ide bahwa
peserta didik membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks
pengalamannya sendiri(Arsa, 2015). Sedangkan definisi menurut(Prayitno,
2015), mengatakan bahwa :
project based learning merupakan model pembelajaran yang dapat
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan
aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif dalam
memecahkan permasalahannya, dan pada akhirnya menghasilkan
produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain yang
dapat dijadikan rekomendasi dalam memecahkan permasalahannya.

Project based learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan


peserta didik untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk
menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan. Permasalahan
yang dikaji merupakan permasalahan yang komplek dan membutuhkan
penguasaan berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya
penyelesainnya. Peserta didik dilatih untuk melakukan analisis terhadap
permasalahan, kemudian melakukan ekplorasi, mengumpulkan informasi,
interpretasi dan penilaian dalam mengerjakan proyek yang terkait dengan
10

permasalahan yang dikaji(Sani, 2014).

Jadi dari pengertian model pembelajaran berbasis proyek atau project


based learning yang telah dijelaskan diatas dapat didefinisikan sebagai
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dengan menugaskan sebuah
proyek yang berguna kepada peserta didik dan melatih keterampilan peserta
didik dalam memecahkan permasalahan lingkungan dengan jangka waktu
yang cukup panjang serta melibatkan peserta didik dalam merancang,
membuat, dan menampilkan produk untuk mengatasi permasalahan dunia
nyata.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Project based learning


Project based learning memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
model pembelajaran lainnya. Menurut BIE dalam (Wena, 2010), belajar
berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. peserta didik membuat keputusan dan membuat kerangka kerja;


b. terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan
sebelumnya;
c. peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil;
d. peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan
mengelola informasi yang dikumpulkan;
e. peserta didik melakukan evaluasi secara kontinu;
f. peserta didik secara teratur melihat kembali apa mereka kerjakan;
g. hasil akhir berupa produk dan dievaluasikan kualitasnya;
h. kelas memiliki atmosfer yang member toleransi kesalahan dan
perubahan.

Sementara itu, menurut Stripling, dkk dalam (Sani, 2014), karakteristik


project based learning yang efektif adalah :

a. mengarahkan peserta didik untuk menginvestigasi ide dan


pertanyaan penting;
b. merupakan proses inkuiri;
11

c. terkait dengan kebutuhan dan minat siswa;


d. berpusat pada peserta didik dengan membuat produk dan
melakukan presentasi secara mandiri;
e. menggunakan keterampilan berpikir kreatif, kritis dan mencari
informasi untuk melakukan investigasi, menarik kesimpulan dan
menghasilkan produk;
f. terkait dengan permasalahan dan isu dunia nyata yang autentik.

Menurut Blumenfeld, dkk dalam (Warsono & Hariyanto, 2016),


karakteristik mengenai project based learning, yakni sebagai beikut :

a. merasakan dan memoertanyakan secara mendalam keberadaan


masalah,
b. medebatkan gagasan dalam timnya,
c. membuat prediksi,
d. merancang rencana kerja dan percobaan, mengumpulkan dan
menganalisis data,
e. menarik kesimpulan,
f. mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain, terutama rekan
satu timnya,
g. mempertanyakan kemungkinan adanya masalah baru yang timbul,
h. mencipta sebuah artefak sebagai bukti hasil belajar.

Dari beberapa pendapat mengenai ciri-ciri yang khas pada pembelajaran


berbasis proyek dapat di simpulkan bahwa pembelajan berbasis proyek
adalah suatu pembelajaran yang melibatkan suatu pembelajaran yang
menjadikan peserta didik untuk berperan aktif dalam menyelesaikan
masalah dengan melatih peserta didik dalam kegiatan inkuiri dan
menekankan pengetahuan peserta didik secara mendalam terhadap
permasalahan yang nyata untuk di kembangkan secara sendiri dan mengasah
Creativity peserta didik untuk menciptakan sebuah karya yang dihasilkan
dalam proyek.

3. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Project based learning


12

Prinsip PjBL adalah sebuah upaya kompleks yang memerlukan analisis


masalah yang harus direncanakan, dikelola dan diselesaikan pada batas
waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu. Menurut (Wena, 2013)model
pembelajaran project based learning mempunyai beberapa prinsip yaitu:

a. prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek


merupakan esensi dari kurikulum. model ini merupakan pusat
strategi pembelajaran dimana peserta didik belajar konsep utama
dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Dalam pembelajaran
berbasis proyek belajar konsep-konsep suatu dsiplin ilmu melalui
proyek;
b. prinsip pertanyaan pendorong/penuntu (driving question) berarti
bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan
yang dapat mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh
konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu;
c. prinsip investigasi konstuktif (constructive investigation) merupakan
proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung
kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam
investugasi memuat pemecahan masalah, discovery dan
pembentukan model pembuatan model;
d. prinsip otonom (autonomy) dalam pembalajaran berbasisi proyek
dapat diartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam
melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan
pilihannya sendirim bekerja dengan minimal supervise dan
bertanggung jawab;
e. prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan suatu
yang nyata, bukan seperti disekolah. Pembelajaran berbasisi proyek
harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa, termasuk
dalam memilih topik, tugas dan peran konteks kerja, kolaborasi
kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip dari model


pembelajaran project based learning adalah memberikan suatu
13

pembelajaran yang nyata terhadap suatu permasalahan kehidupan sehari-


hari, memberikan suatu topik permasalahan yang jelas tanpa dan suatu
penugasan yang dapat meningkatkan keterampilan secara berkolaborasi
untuk menyelesaikan suatu tugas.

4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Project Based Learning


Model pembelajaran project based learning memiliki tahapan atau langkah-
langkah dalam prosesnya. Menurut (Doppelt, 2005)PjBL yang berkaitan
dengan kehidupan nyata peserta didik memungkinkan pembelajaran sains
dan teknologi kepada peserta didik dari berbagai latar belakang. (Doppelt,
2005)dalam hasil penelitiannya lebih menekankan pada Creative Design
Prosess (CDP). CDP ini memilki enam tahapan, antara lain:

Langkah 1: Merancang Tujuan (Design Purpose)

Langkah pertama dalam merancang proses adalah menentukan rancangan


masalah. Tiga langkah penting dalam langkah pertama ini adalah:

a. Peserta didik mendeskripsikan alasan memilih proyek,


menentukan solusi permasalahan

b. Peserta didik mendeskripsikan target clientele dan menetapkan


batasan dengan pertimbangan.

c. Peserta didik menetapkan permintaan kebutuhan yang


diharapkan.

Langkah 2 : Memberikan pertanyaan

Langkah kedua dalam proses desain yaitu menentukan bidang penyelidikan


di mana masalah berada. Berdasarkan tujuan dan masalah dari tahap
pertama.Peserta didikmenganalisis dan meneliti sistem yang dikembangkan.

Langkah 3: Mengajukan alternatif solusi (Solution Alternatives)


14

Peserta didik menentukan solusi terhadap suatu permasalahan.Pada tahap


ini, memungkinkan peserta didik menemukan ide-ide kreatif yang belum
pernah ada sebelumnya.

Langkah 4: Menetapkan solusi

Peserta didik menetapkan solusi alternatif dengan mempertimbangkan


gagasan yang didokumentasikan. Solusi yang dipilih mengikuti
kriteria:Memiliki lebih sedikit poin negatif dan lebih banyak poin positif,
berdasarkan banyak faktor dan pandangan, merupakan solusi yang terbaik di
antara solusi yang lain, memenuhi persyaratan dalam penyelesaian masalah.

Langkah 5: Mengadakan kegiatan

Merencanakan metode berdasarkan solusi yang dipilih contohnya jadwal,


bahan, dan alat.

Langkah 6: Penilaian (Evaluasi)

Penilaian dilakukan pada akhir kegiatan, bertujuan untuk merefleksi


kegiatan berikutnya.Langkah –langkah pelaksanaan model pembelajaran
PjBL (Project Based Learning) menurut (Widiasworo, 2016)adalah sebagai
berikut:

Gambar 2.1 Langah-langkah pelaksanaan

Adapun penjabaran tahapan atau langkah-langkah dari model pembelajaran


project based learning pada gambar diatas yaitu :
15

a. Menetapkan pertanyaan dasar

Pembelajaran diawali dengan pertanyaan yang dapat memberi


penugasan kepada peserta didik dalam melakukan suatu
aktivitas.Topik penugasan sesuai dengan peserta didik dan dimulai
dengan analisis yang mendalam.

b. Merancang desain proyek

Perencanaan dilakukan dengan kolaborasi antara guru.Peserta didik


diharapkan merasa “memiliki” atas proyek yang dibuatnya.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang
mendukung dalam menjawab pertanyaan yang ada, dan mengetahui
alat dan bahan dalam proses penyelesaian proyek.

c. Menyusun jadwal

Guru dan peserta didik berkolaborasi menyusun jadwal dalam


proses penyelesaian proyek. Kegiatan pada tahap ini antara lain:
Merancang alokasi waktu untuk menyelesaikan proyek,membuat
batas waktu akhir penyelesaian proyek,merencanakan alternatif
cara, membimbing peserta didik pada saat membuat cara yang
tidak berhubungan dengan proyek dan meminta peserta didik untuk
membuat alasan tentang pemilihan proyek yang dipilih.

d. Memonitor peserta didik dalam kemajuan proyek

Guru memiliki tanggung jawab untuk melakukan monitor pada


aktivitas peserta didik dalam penyelesaian proyek. Monitoring
dilakukan dengan memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
Untuk mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik
yang dapat mengontrol keseluruhan aktivitas yang dilakukan.
16

e. Menguji hasil

Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar dan


mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik dengan
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah
dicapai siswa.Sehingga, membantu guru untuk menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.

f. Melakukan evaluasi pengalaman

Guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan


hasil proyek yang sudah dilakukann. Proses refleksi ini dilakukan
dengan cara individu maupun kelompok.

Sedangkan menurut The Goerge Lucas Educational Foundation dalam (Al-


Tabany, 2014) , langkah-langkah pembelajaran project based learning
adalah :

a. Start With The Essential Question

Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan


dimulai dengan investigasi mendalam. Pertanyaan esensial
diajukan untuk memancing pengetahuan, tanggapan,kritik dan ide
peserta didik menganai tema proyek yang akan diangkat.

b. Design a Plan For The Project

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa.


Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan
main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek
yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
untuk membantu penyelesaian proyek.
17

c. Create a Schedule

Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal


aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini
antara lain :

1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,


2) membuat deadline penyelesaian proyak,
3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang
tidak berhubungan dengan proyek, dan
5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang pemilihan suatu cara.

d. Monitor The Students And The Progress Of The Project

Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap


aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring
dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap
proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi
aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat
sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang
penting.

e. Asess the Outcome

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur


ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
18

f. Evaluate the Experience

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan


refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Guru
dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada
akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran.

Sedangkan menurut Brown & Campion dalam (Warsono & Hariyanto,


2016), langkah-langkah project based learning meliputi:

a. Timbulnya masalah dari para siswa. dalam hal ini terkait dengan
menghadapi masalah (problem definition), dan kategori masalah
(problem categorization).
b. Memunculkan adanya proyek sebagai alternatif pemecahan
masalah.
c. Pembentukan tim pembelajaran kolaboratif untuk menyelesaikan
masalah atau proyek
d. Setelah kajian lebih lanjut dalam tim membantu rekannya yang
lambat yang cepat belajar (expert) membantu rekannya yang
lambat belajar sehingga tidak mengganggu kelangsungan proyek.
e. Hal ini mencapai tiik kulminasinya berupa pengerjaan serangkaian
tugas berkelanjutan bagi semua anggota tim yang memungkin
terciptanya hasil pemikiran peserta didik yang nyata, dapat dilihat
dan dipublikasi berupa suatu artefak atau karya pemikiran yang
bermakna.
19

Sedangkan menurut (Doppelt, 2005), langkah-langkah project based


learning meliputi enam tahap yaitu sebagai berikut:

a. Merancang tujuan (design purpose), langkah pertama dalam


merancang proses adalah menentukan rancangan masalah.
Tiga langkah penting dalam langkah pertama ini adalah :
1) the problem and the need, peserta didik mendeskripsikan
alasan yang memotivasi mereka untuk memilih proyek.
Mereka juga menetapkan masalah dan menentukan
kebutuhan untuk mendapatkan solusi masalah.
2) the target clientele and restrictions, Murid menggambarkan
klien sasaran dan mempertimbangkan untuk menentukan
alat dan mempertimbangkan aturan, standar, dan
pembatasan lainnya.
3) the design goals, peserta didik menetapkan permintaan
kebutuhan yang mereka harapkan.
b. Mengajukan pertanyaan atau inkuiry (field of inquiry), langkah
kedua dalam proses desain adalah untuk menentukan bidang
penyelidikan di mana masalah berada. Berdasarkan definisi
masalah dan tujuan dari langkah pertama. Peserta didik harus
meneliti dan menganalisis sistem yang ada yang mirip dengan
apa dikembangkan.
1) sumber Informasi seperti : buku, majalah profesional,
produsen 'katalog, dan situs internet.
2) identifikasi teknik, ilmiah, dan aspek sosial, teknik konsep,
konsep-konsep ilmiah, aspek sosial dan lingkungan, budaya
nilai-nilai, dan isu-isu potensial dan dilema.
3) organisasi informasi dan penilaian mengatur informasi
sesuai dengan tujuan dan batasan masalah. Murid perlu
meringkas informasi yang dikumpulkan sehingga masalah
desain dan pendekatan diinformasikan oleh itu. Murid harus
mengekspresikan pendapat mereka tentang pertandingan
dari informasi yang mereka telah berkumpul untuk masalah
20

desain mereka. Mereka juga harus memberikan alasan


mengapa desain berkembang mereka adalah lebih baik
alternatif untuk sistem yang sudah ada.
c. Mengajukan alternatif solusi (solution alternatives),
mempertimbangkan solusi alternatif untuk rancangan masalah.
Langkah ini memungkinkan peserta didik untuk membuat
keputusan berbagai macam kemungkinan atau ide kreatif yang
tak pernah dicoba sebelumnya. Peserta didik diberikan saran
dan petunjuk dalam dalam kegiatan pembelajaran .
d. Memilih solusi (choosing the preferred solution), memilih
salah satu solusi alternatif yang dibuat, pilihan dilakukan
dengan mempertimbangkan gagasan yang didokumentasikan
dalam tahap mengajukan solusi alternatif. Solusi yang dipilih
mengikuti kriteria:
1) mempunyai lebih banyak poin positif dan sedikit poin
negatif.
2) berdasarkan banyak faktor dan pandangan yang mungkin
3) terlihat solusi yang baik di antara solusi yang lain
4) memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan masalah.
e. Melaksanakan kegiatan (operation steps), merencanakan
metode untuk implementasi solusi yang dipilih misalnya
jadwal, ketersediaan bahan, komponen, bahan, alat dan
menciptakan prototype.
f. Evaluasi (evaluation), tahap evaluasi terjadi pada akhir proses
kegiatan, tujuannya untuk refleksi kegiatan berikutnya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat kita simpulkan bahwa peran guru dalam
model pembelajaran project based learning adalah memonitor sekaligus
fasilitator, menguji dan mengevaluasi pekerjaan peserta didik. Adapun
langkah-langkah dalam project based learning secara umum terdapat 6
tahapan yaitu pertama, memulai pembelajaran dengan pertanyaan
esensial/mendasar, yang kedua guru dan peserta didik bersama- sama
merancang desain proyek yang akan dilakukan berupa cara kerja, alat dan
21

bahan. Ketiga, guru dan peserta didik menyusun jadwal dalam proses
penyelesian proyek berupa timeline dan deadline dalam proses pengerjaan
proyek. Keempat, guru bertanggung jawab monitoring berupa memfasilitasi
peserta didik, Kelima, guru menguji hasil kerja proyek dan memberikan
umpan balik pada pengetahuan dan pemahaman yang sudah dimiliki peserta
didik dan yang terakhir, guru melakukan refleksi di akhir pembelajaran.

5. Kelemahan Dan Kelebihan Model Pembelajaran Project Based Learning

Model pembelajaran project based learning memiliki kekurangan dan


kelebihannya dalam pembelajaran untuk peserta didik.Menurut Moursund,
Biellefeldt & Uderwood dalam (Ngalimun dkk., 2014), beberapa kelebihan
yang diperoleh dengan menrapkan project based learning adalah :

a. Meningkatkan motivasi, laporan-laporan tertulis tentang proyek itu


banyak yang menyatakan bahwa peserta didik suka tekunnsampai
kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek guru juga
melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya
keterlambatan. Peserta didik melaporkan melaporkan bahwa belajar
dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
b. Meningkatan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada
pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi peserta didik
perluh menekankan untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan
masalah dan perluhnya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana
menemukan dan memcahkan masalah banyak sumber yang
mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat peserta
didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem yang
kompleks.
c. Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan peserta didik mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa,
pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah
proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan kontruktivistik menegaskan
22

bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa peserta didik akan
belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif.
d. Meningkatkan keterampilan mengelolah sumber. Karena pembelejaran
berbasis proyek mempersyaratkan peserta didik harus mampu secar
cepat memperoleh infromasi, maka keterampilan peserta didik untuk
mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat.

Sedangkan menurut Syaiful & Zain dalam (Al-Tabany, 2014), beberapa


keuntungan menggunakan pembelajaran berbasis proyek adalah:

a. Dapat merombak pola pikir peserta didik dari yang sempit menjadi
yang lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan
masalah yang dihadapai dalam kehidupan,
b. Membina peserta menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
terpadu, yang diharapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
terpadu, yang diharapkan berguna dalam kehidupan sehari-hari bagi
peserta didik,
c. Sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik modern. Prinsip tersebut dalam
pelaksaannya harus memperhatikan kemampuan individual peserta
didik dalam kelompok, bahan pelajaran tidak terlepas dari kehidupan
nyata sehari-hari yang penuh masalah, pengembangan kreativitas,
aktivitas dan pengalaman peserta didik banyak dilakukan menjadikan
teori ptraktik, sekolah dan kehidupan masyarakat menjadi satu
kesatuan yang tak terpisahkan.

Sementara itu menurut (Sani, 2014), beberapa kelemahan project based


learning adalah:

a. membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan


menghasilkan produk,
b. membutuhkan biaya yang cukup,
c. membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar,
d. membutuhkan fasilitas, peralatan dan bahan yang memadai,
23

e. tidak sesuai untuk peserta didik yang mudah menyerah dan tidak
memiliki pengetahuan serta ketrampilan yang dibutuhkan,
f. kesulitan melibatkan semua peserta didik daam kerja kelompok.

B. Creativity

1. Pengertian Creativity

Creativity adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru


(produk) atau membuat kombinasi baru berdasarkan fakta, data,
informasi atau unsur–unsur yang ada. Ciptaan itu tidak perlu seluruh
produknya harus baru, mungkin saja gabungan dari unsur-unsur yang
ada (Semiawan dkk., 1987).
Sedangkan Menurut Maslow dalam (Budiarti, 2015) , mengatakan
bahwa :
sumber dari Creativity adalah kecendrungan untuk
mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk
berkembang dan menjadi matang, kecendrungan untuk
mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan
organisme. diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.

Creativity merupakan kemampuan umum untuk menciptakan suatu


yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan- gagasan
baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai
kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur
yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 2009).

Sedangkan menurut Slameto dalam (Maemunah & Maryuningsih,


2013), Creativity itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum diketahui
orang sebelumnya, melainkan bahwa produk Creativity itu merupakan
sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu
yang baru bagi orang lain.
24

Menurut Harris dalam (Kuspriyanto & Siagian, 2013) mengatakan


bahwa :

Creativity dapat dipandang sebagai suatu kemampuan, sikap dan


proses. Creativity sebagai suatu kemampuan adalah kemampuan
untuk menghasilkan ide-ide baru dengan mengkombinasikan,
mengubah atau menerapkan kembali ide-ide yang telah ada.
Creativity sebagai sikap adalah kemampuan diri untuk melihat
perubahan dan kebaruan, suatu keinginan untuk bermain dengan
ide-ide dan kemungkinan-kemungkinan, kefleksibelan
pandangan, sifat menikmati kebaikan, sambil mencari cara-cara
untuk memperbaikinya. Sedangkan Creativity sebagai proses
adalah suatu kegiatan yang terus menerus memperbaiki ide-ide
dan solusi- solusi, dengan membuat perubahan yang bertahap
dan memperbaiki karya-karya sebelumnya.

Pengertian berpikir kreatif juga disampaikan oleh (Brookhart,


2010)dalam bukunya yang berjudul How to Assess Higher Order
Thinking Skill in Your Classroom. Adapun pandangannya yaitu sebagai
berikut:

Salah satu sudut pandang tentang Creativity menyatakan bahwa


berpikir kreatif adalah inspirasi atau menyusun ide-ide baru,
dan kemudian berpikir kritis mengambil alih dan mengevaluasi
beberapa ide-ide baru. (Norris & Ennis, 1989) yang mendukung
pandangan tersebut. Kedua berpikir kritis dan kreatif, menurut
mereka, adalah bagian penting dari suatu pemikiran yang baik.
Keduanya sering hadir dalam peristiwa nyata dari pemikiran
yang baik. Misalnya, berpikir kreatif dapat menimbulkan
inspirasi daftar kegiatan yang mungkin, dan berpikir kritis
diperlukan untuk memprioritaskan dan mengevaluasi mana yang
akan menjadi hal terbaik untuk dilakukan.
25

Berdasarkan beberapa definisi ahli diatas maka dapat dapat ditarik


kesimpulan bahwa Creativity adalah kemampuan berpikir seseorang
untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun
karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun perpaduan dengan
hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa
yang telah ada sebelumnya. Creativity juga tidak terlepas dari
kemampuan berpikir kreatif.

2. Ciri-Ciri Creativity

Menurut(Rachmawati & Kurniati, 2010), menyatakan bahwa 24 ciri-


ciri yang menunjukkan kepribadian orang kreatif:

a. terbuka terhadap pengalaman baru,

b. fleksibel dalam berpikir dan merespon,

c. bebas dalam berpikir dan merespons,

d. menghargai fantasi,

e. tertarik pada kegiatan kreatif,

f. mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh oleh orang


lain,

g. mempunyai rasa ingin tahu yang besar,

h. toleran terhadap perbedaan dan situasi yang tidak pasti,

i. berani mengambil resiko yang diperhitungkan,

j. percaya diri dan mandiri,

k. memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas,

l. tekun dan tidak mudah bosan,

m. tidak kehabisan akal dalam memcahkan masalah,

n. kaya akan inisiatif,

o. peka terhadap situasi lingkungan,

p. lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa


26

lalu,

q. memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik,

r. tertarik kepada hal hal-hal yang abtrak, kompleks, holistic dan


mengandung teka-teki. Memiliki gagasan orisinil, mempunyai minat
luas,

s. menggunakan waktu yang luang untuk kegiatan yang bermanfaat


dan kontruktif bagi pengembangan diri,

t. kritis terhadap pendapat orang lain,

u. senang mengajukan pertanyaan yang baik,

v. memiliki kesadaran etika moral dan estetik yang tinggi.

Dari ciri-ciri Creativity di atas merupakan suatu hal yang


mengungkapkan pribadi seseorang yang kreatif yang secara umum
meliputi dari segi aspek Creativity yaitu kelancaran dalam berpikir,
berpikir luwes, elaborasi dan originalistas, seseorang dapat dilihat
Creativity dari empat aspek tersebut yang mencirikan seorang tersebut
kreatif.

3. Aspek Creativity

Menurut Alvino (1991 “dalam” Cotton, 2006) terdapat empat


komponen Creativity yaitu kelancaran berpikir, keluwesan berpikir,
elaborasi dan originalitas. Hal ini sependapat menurut Guilford (1959
“dalam” Munandar, 2014) mengemukanan aspek Creativity yang
meliputi berpikir kreatif, sebagai berikut :

a. Kelancaran berpikir
1) Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak
penyelesaian masalah, banyak pertanyaan dengan lancar.
2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan
berbagai hal.
3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
27

b. Keluwesan berpikir
1) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang
bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang
yang berbeda-beda.
2) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda.
3) Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
c. Elaborasi
1) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan
atau produk
2) Menambah atau memperinci detil-detil dari suatu obyek,
gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
d. Originalitas
1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
2) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri.
3) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim
dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Creativity


terdiri dari aspek-aspek yang meliputi kemampuan berpikir
kreatif yang terdiri dari kelancaran berpikir, keluwesan, elaborasi
dan originalitas. Berdasarkan aspek-aspek tersebut, memiliki
karakteristik masing-masing terkait Creativity yang dimiliki
seseorang.

4. Produk yang Kreatif

Menurut Besemer & Treffinger (1981 “dalam” Munandar, 2014),


menyarankan bahwa produk kreatif dapat digolongkan menjadi tiga
kategori yaitu :
a. Kebaruan (novelty), adalah sejauh mana produk itu baru,
dalam hal: jumlah dan luas proses yang baru, teknik baru,
bahan baru, konsep baru yang terlibat, dalam hal di dalam
dan diluar lapanga atau bidang, dalam hal dampak dari
28

produk terhadap kreatif dimasa depan. Produk itu orisinal


dalam arti sangat langkah diantara produk-produk yang
dibuat oleh orang dengan pengalaman dan pelatihan yang
sama juga menimbulkan kejutan (surprising) sebelum
memberikan penilaian tercengan bahkan kaget, dan terakhir
produk itu germinal dalam hal dapat memimbulkan gagasan
produk orisinil lainnya.
b. Pemecahan (resolution) menyangkut derajat sejauh mana
produk memenuhi kebutuhan dari situasi bermasalah. Tiga
kriteria dalam dimensi ini ialah, bahwa produk itu harus
bermakna (valuable) menurut para pengemat, karena
memenuhi kebutuhan, logis dengan mengikuti aturan yang
ditentukan dalam bidang tertentu dan berguna, karena
diterapkan secara praktis.
c. Elaborasi dan sintesis. dimensi ini merujuk pada derajat
atau sejauh mana produk itu menggabungkan dan koheren
(bertahan secara logis). Lima kriteria untuk menilai hal
ini ialah: produk itu harus organis, yaitu canggih,
mempunyai nilai lebih dari yang tampak, kompleks yaitu
berbagai unsur digabungkan pada satu tingkat atau lebih,
dapat dipahami, karena tampil secara jelas dan
menunjukkan keterampilan atau keahlian yang baik,
dikerjakan secara saksama.

Menurut Besemer & Treffinger (1981 “dalam” Munandar, 2014),


tidak perluh produk itu menonjolkan semua kriteria. Misalnya
nilai cukup tinggi pada semua kriteria sebanding dengan nilai
sangat tinggi pada beberpa kriteria dan rendah pada beberapa
lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa dari hasil produk yang kreatif harus


meliputi 3 aspek yaitu kebaruan, pemecahan masalah, elaborasi
29

dan sintesis. Dan untuk menentukan suatu kriteria dalam


membuat suatu penilaian produk dengan menggabung aspek
Creativity produk kreatif, tidak semua kriteria dapat ditimbulkan
karena penilian harus disesuaikan dengan konsep produk yang
akan dinilai oleh guru.

C. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pendukung


dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Yolida, Jalmo & Solihah. 2013. Penelitiannya yang berjudul “ Creativity


Dan Aktivitas Belajar Peserta didik Dalam Pembelajaran Biologi
Menggunakan Model Project Based Learning”. Dengan Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata Creativity belajar peserta didik berkriteria
“cukup kreatif” (68,14%) dalam perencanaan dan pembuatan produk, rata-
rata produk yang dihasilkan berkriteria “bernilai” (62,53%), dan rata-rata
aktivitas belajar peserta didik berkriteria “cukup aktif” (64,89%). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa peserta didik “cukup kreatif”
merencanakan dan membuat produk daur ulang limbah dan “cukup aktif”
dalam pembelajaran menggunakan model PBL.
Persamaan penelitian adalah (variabel bebas) independent penggunaan
model project based learning dan materi yang digunakan juga materi
konsep daur ulang limbah sedangkan perbedaannya adalah (variabel
terikat) dependent yang akan dikur hanya Creativity peserta didik dalam
membuat produk daur ulang limbah sedangkan penelitian diatas variabel
terikatnya ada dua yaitu Creativity dan aktivitas siswa, selain variabel
yang membedakan adalah objek penelitian, karena penelitian ini akan
dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Palembang.

2. Utomo, D. S. S. S, 2015. Penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan


Creativity Peserta didik Pada Mata Pelajaran Muatan Lokal Batik
Menggunakan Metode Project-Based Learning Pada Peserta didik Kelas
30

VIII G SMP N 1 Trucuk Kabupaten Klaten. Dengan hasil penelitian


menunjukkan bahwa (1) Proses pembelajaran dengan metode project-
based learning yaitu dengan memberikan projek/tugas kepada peserta didik
sehingga peserta didik dapat berkarya dan berkreasi secara maksimal, (2)
Metode Project-Based Learning dapat meningkatkan Creativity peserta
didik pada mata pelajaran muatan lokal batik peserta didik kelas VIII G
SMP N 1 Trucuk Klaten. Hal ini berdasarkan dari hasil penilaian
Creativity peserta didik pada kondisi awal menunjukkan aspek fluency
berjumlah 35%, flexibility 32,5%, originality 38,21%, elaboration 35%,
sensitivity 37,86%, sehingga skor rata-rata keseluruhan 35,71% (kriteria
kurang). Selanjutnya pada siklus I aspek fluency berjumlah 71,07%,
flexibility 57,86%, originality 70%, elaboration 61,07%, sensitivity 67,5%,
sehingga skor rata-rata sebesar 65,5% (kriteria baik). Kemudian pada
siklus II aspek fluency berjumlah 88,21%, flexibility 83,21%, originality
92,5%, elaboration 88,21%, sensitivity 85,71%, sehingga skor Creativity
sebesar 87,57% (kriteria sangat baik). Penelitian dihentikan pada siklus II
karena sudah memenuhi kriteria keberhasilan >81%, (3) Meningkatnya
Creativity hasil karya peserta didik pada kondisi awal hingga siklus II.
Peneliti menyimpulkan bahwa metode Project-Based Learning dapat
meningkatkan Creativity peserta didik pada mata pelajaran muatan lokal
batik.
Persamaan penelitian adalah (variabel bebas) independent penggunaan
model project based learning dan (variabel terikat) dependent yang akan
dikur Creativity peserta didik dalam membuat produk. Perbedaan yang
pertama penelitian sebelumnya adalah mata pelajaran, mata pelajaran
penelitian diatas adalah mata pelajaran muatan lokal batik sedangkan
penelitian ini akan dilaksanakan pada mata pelajaran Biologi, perbedaan
kedua, design penelitian, penelitian diatas merupakan penelitian PTK
(Penelitian Tindakan Kelas) sedangkan penelitian yang akan
dilakasanakan menggunakan design quasi eksperimental yang ketiga, yang
membedakan adalah objek penelitian, karena penelitian ini akan
dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Palembang.
31

3. Susanti. 2012. Penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pembelajaran


Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Sikap Ilmiah
Peserta didik Pada Materi Nutrisi. Dengan hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif setelah mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek (eksperimen)
dan pembelajaran berbasis praktikum (kontrol) pada materi nutrisi.
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif untuk kelas eksperimen dengan
rata-rata N-gain yang dinormalisasi sebesar 0,69 dengan kategori sedang,
sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,49 dengan kategori sedang.
Terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kreatif
peserta didik antara pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran
berbasis praktikum. Peningkatan sikap peserta didik pada kelas
eksperimen sebesar 0,46 dengan kategori sedang, sedangkan untuk kelas
kontrol sebesar 0,27 dengan kategori rendah. Terdapat perbedaan yang
signifikan pada sikap peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol . Pembelajaran berbasis proyek pada materi nutrisi lebih efektif
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan sikap siswa.
Persamaan penelitian adalah (variabel bebas) independent penggunaan
model project based learning dan materi yang digunakan juga materi
konsep daur ulang limbah sedangkan perbedaannya adalah (variabel
terikat) dependent yang akan dikur hanya Creativity peserta didik dalam
membuat produk daur ulang limbah sedangkan penelitian diatas variabel
terikatnya ada dua yaitu berpikir kreatif dan sikap ilmiah siswa, selain
variabel yang membedakan adalah objek penelitian, karena penelitian ini
akan dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Palembang.

4. Irawan, A. N, Surbakti, A. & Marpaung. R.R.T. penelitiannya yang


berjudul Creativity peserta didik pada materi daur ulang limbah
menggunakan model project based learning. Dengan hasil penelitian
menunjukkan rata- rata Creativity peserta didik berkriteria “kreatif” (65%)
dalam perencanaan meliputi aspek membuat perencanaan, interdisiplin
32

ilmu dan aplikasi konsep, eksplorasi dan mengembangkan gagasan


mendesain produk, memilih bahan yang tepat dan menggunakan alat.
Rata-rata produk berkriteria “cukup kreatif” (45,58%) meliputi aspek baru,
unik, berguna, benar, nilai ekonomi produk, dan heuristik. Dengan
demikian, PjBL dapat meningkatkan Creativity peserta didik yaitu
berkriteria “kreatif” dan produk yang “cukup kreatif”.
Persamaan penelitian adalah (variabel bebas) independent penggunaan
model project based learning dan (variabel terikat) dependent Creativity
peserta didik serta materi yang digunakan juga materi konsep daur ulang
limbah. Untuk perbedaan penelitian dengan sebelumnya adalah jenis
penelitian akan dilaksanakan menggunakan quasi eksperimen dengan
desain tipe nonequivalent control only design sedangkan penelitian
sebelumnya menggunakan jenis penelitian pre-experimental design dengan
desain tipe one-shot case study. Hal yang membedakan lainnya adalah
objek penelitian, karena penelitian ini akan dilaksanakan di SMA
Muhammadiyah 2 Palembang.

5. Pradita, Y. Mulyani,B. & Redjeki, T. 2015. Dengan judul penelitian


Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Creativity Peserta didik Pada Materi
Pokok Sistem Koloid Kelas XI IPA Semester Genap Madarasah Aliyah
Negeri Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan hasil penelitian Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Project
Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar dan Creativity peserta
didik kelas XI IPA-2 MAN Klaten pada materi sistem koloid. Pada siklus I
persentase peserta didik yang tuntas adalah 38,09% dan meningkat
menjadi 76,19% pada siklus II. Aspek afektif menunjukkan ketercapaian
sebesar 78,31%. Sedangkan untuk aspek kreativitas, pada siklus I peserta
didik yang mencapai Creativity tinggi sebanyak 57,14% dan meningkat
menjadi 66,67% pada siklus II.
Persamaan penelitian adalah (variabel bebas) independent penggunaan
model project based learning sedangkan perbedaannya adalah (variabel
33

terikat) dependent yang akan dikur hanya Creativity peserta didik dalam
membuat produk daur ulang limbah sedangkan penelitian diatas variabel
terikatnya ada dua yaitu prestasi belajar dan Creativity siswa, selain
variabel yang membedakan adalah jenis penelitian. Penelitian sebelumnya
merupakan penelitian perencanaan tindakan kelas sedangkan penelitian
yang akan dilaksanakan adalah jenis penelitian quasi eksperimen dan
objek penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2
Palembang.

6. Lindawati, Fatmariyanti, S. D & Maftukhin, A. 2013. Dengan judul


penelitian Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk
Meningkatkan Creativity Peserta didik Man I Kebumen. Dengan hasil
penelitian Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model project based
learning dapat meningkatkan Creativity belajar Fisika pada peserta didik
MAN I Kebumen.Peningkatan Creativity psikomotorik peserta didik
sebelum diterapkan model project based learning dengan persentase
56,31% meningkat menjadi 63,40% pada siklus I dan 78,63% pada siklus
II. Peningkatan Creativity afektif peserta didik pada pra siklus dengan
persentase 56,05 menjadi 60,78% pada siklus I dan meningkat lagi
menjadi 78,94% pada siklus II. Peningkatan Creativity kognitif dengan
persentase 59,53% sebelum siklus menjadi 67,78% pada siklus I dan
80,92% pada siklus II. Sedangkan peningkatan Hasil belajar sebelum
diterapkan project based learning sebesar 47,36%, pada siklus I mengalami
peningkatan menjadi 52,53% dan menjadi 78,94% pada siklus II.
Persamaan penelitian adalah (variabel bebas) independent penggunaan
model project based learning dan (variabel terikat) dependent yang akan
dikur Creativity siswa. Perbedaan yang pertama penelitian sebelumnya
adalah mata pelajaran, mata pelajaran penelitian diatas adalah mata
pelajaran Fisika sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan pada mata
pelajaran Biologi, perbedaan kedua, design penelitian, penelitian diatas
merupakan penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas) sedangkan
penelitian yang akan dilakasanakan menggunakan design quasi
34

eksperimental yang ketiga, yang membedakan adalah objek penelitian,


karena penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2
Palembang.
7. Susilowati, R. Iswari,R.S & Sukaesih.S. 2013. Dengan judul penelitian
Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Peserta
didik Materi Sistem Pencernaan Manusia. Dengan hasil uji perbedaan rata-
rata nilai post-test menunjukkan bahwa rata-rata nilai post-test kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol (thitung >
ttabel). Selain itu, rata-rata nilai akhir peserta didik kelas eksperimen lebih
tinggi dari pada kelas kontrol yakni pada kelas eksperimen sebesar 83 dan
ketuntasan belajarnya mencapai 100% sedangkan pada kelas kontrol rata-
rata nilai akhirnya sebesar 76 dan ketuntasan belajarnya hanya 89.7% .
Hasil uji N- Gain juga menunjukkan bahwa terdapat peningkatan antara
sebelum diberikan perlakuan (pre-test) dengan sesudah diberikan
perlakuan (post- test) yakni kelas yang menggunakan pembelajaran
berbasis proyek rata- rata peningkatannya sebesar 0.71 pada kriteria tinggi
sedangkan pada kelas kontrol hanya 0.5 dan pada kriteria sedang.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
berbasis proyek berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik materi
sistem pencernaan manusia.
Persamaan penelitian adalah (variabel bebas) independent penggunaan
model project based learning dan persamaan selanjutnya adalah jenis
penelitian quasi eksperimental dengan menggunakan desain Nonequivalent
Control Group Design. sedangkan perbedaannya adalah (variabel terikat)
dependent yang akan dikur adalah Creativity peserta didik dalam membuat
produk daur ulang limbah dan penelitian diatas variabel terikatnya hasil
belajar siswa, selain variabel yang membedakan adalah materi
pembelajaran, karena penelitian akan dilaksanakan menggunakan materi
konsep daur ulang limbah.

8. Sahtoni, Agus Suyatna, Posman Manurung. 2017. Dengan judul


Implementation of student’s worksheet based on project based learning
35

(pjbl) to foster student’s creativity. Studi ini bertujuan untuk meningkatkan


kreativitas peserta didik melalui penggunaan lembar kerja peserta didik
Project Based Learning (PjBL) pada materi listrik dinamis dalam
pembuatan sumber daya listrik alternatif. Studi ini menemukan bahwa
penerapan lembar kerja peserta didik project based learning secara
keseluruhan efektif dalam meningkatkan kreativitas siswa. Skor rata-rata
kreativitas adalah 80%, dikategorikan sebagai "kreatif," dan skor rata-rata
produk adalah 76,2%, dikategorikan sebagai "berharga." Respon peserta
didik terhadap penggunaan lembar kerja sangat positif, dengan 92%
peserta didik sangat setuju bahwa mereka senang belajar dengan lembar
kerja dan merasa berperan aktif dalam pembelajaran. Namun, beberapa
peserta didik mengalami kesulitan dalam mengeksplorasi desain produk
dan mendapatkan wawasan baru. Secara keseluruhan, studi ini
menunjukkan bahwa lembar kerja peserta didik berbasis PjBL dapat
menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kreativitas siswa.

Artikel ini membahas penggunaan ilmu antardisiplin dalam


mempromosikan kreativitas di kalangan siswa. Artikel ini menyoroti
efektivitas model Project based Learning (PjBL) dalam mengembangkan
kreativitas dan keterampilan pemecahan masalah siswa. Studi ini
menemukan bahwa peserta didik mampu secara kreatif memecahkan
masalah dengan mempertimbangkan perspektif ilmiah yang berbeda.
Produk-produk peserta didik juga dianggap berharga dan bermanfaat
dalam masyarakat. Secara keseluruhan, model PjBL ini mendapat respon
positif dari peserta didik dan berkontribusi pada pembelajaran dan
kreativitas mereka.

D. Kerangka Pikir

Kerangka Pikir adalah merujuk pada struktur konseptual yang digunakan untuk
mengorganisir dan mengelompokkan gagasan, informasi, atau konsep dalam
cara yang teratur dan koheren. Ini membantu seseorang dalam merumuskan
pemahaman yang lebih baik tentang suatu topik atau masalah, serta membantu
dalam proses analisis, perencanaan, dan pengambilan keputusan. Menurut
36

Polancik (2009), kerangka berfikir diartikan sebagai diagram yang berperan


sebagai alur logika sistematika tema yang akan ditulis. Polancik menempatkan
hal ini untuk kepentingan penelitian. Dimana kerangka berpikir tersebut dibuat
berdasarkan pertanyaan penelitian. pertanyaan itulah yang menggambarkan
himpunan, konsep atau mempresentasikan hubungan antara beberapa konsep.

Kerangka Pikir dalam penelitian ini adalah input, Tindakan, dan output. Input
merupakan masalah-masalah yang ada pada proses pembelajaran berlangsung
ialah 1) Pendidikan masih menerapkan pembelajaran konvensional (teacher
center), 2) pemilihan metode pembelajaran yang belum tepat sehingga
Creativity peserta didik terbatas, 3) motivasi belajar peserta didik yang masih
rendah karena kesulitan dalam memahami materi sehingga kurangnya
Creativity peserta didik.

Berdasarkan masalah-masalah tersebut, penulis akan mencoba menggunakan


metode pembelajaran Project Based Learning untuk membantu peserta didik
memahami materi yang disampaikan. Output yang diharapkan adalah dengan
diterapkannya metode pembelajaran Project Based Learning tersebut dapat
berpengaruh dalam Creativity peserta didik dalam belajar.

Secara ringkat dibuat kerangka pikir penelitian sebagai berikut.


37

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

Pokok kerangka Pikir yang sudah dijelaskan, memungkinkan bahwa metode


pembelajaran Project based Learning berpengaruh terhadap Creativity peserta
didik. Hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar
kerangka berfikir berikut

Gambar 2.3 hubungan variabel

Keterangan :
X = Metode Pembelajaran Project Based Learning
Y = Creativity Peserta Didik
= Pengaruh
Sumber: (sugiyono, 2020)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah hipotesis alternatif disingkat dengan Ha dan


hipotesis lawan disingkat dengan H0, maka dapat dinyatakan dalam bentuk:

Ha : Model Pembelajaran project based learning berpengaruh terhadap


Creativity siswa.

H0 : Model Pembelajaran project based learning tidak berpengaruh terhadap


Creativity siswa.
38
III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasy experiment). Eksperimen


semu (quasi-experiment) ialah jenis penelitian ilmiah yang digunakan untuk
menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian dengan melakukan
pengamatan terhadap kelompok subjek atau unit yang tidak dipilih secara acak.
Bentuk desain quasi eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Nonequivalent Control Group Design. Desain ini hampir sama dengan pretest-
posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2013).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan dua kelompok kelas, yaitu kelompok
kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Pada kelas eksperimen akan diberi
perlakuan menggunakan media pembelajaran dengan Software Proteus dan pada
kelas kontrol menggunakan media pembelajaran dengan Trainer Mikrokontroler.

Perbedaan rata-rata nilai test akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan pada
kelas kontrol dibandingkan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan
peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kedua kelas tersebut.

kelompok Pre-test perlakuan Post-test


Kelas kontrol O1 X O2
Kelas eksperimen O3 X O4
Table 3.1 Desain penelitian

Keterangan :

O1 : kelas kontrol sebelum diberi perlakuan ( pre-test )

O2 : kelas kontrol setelah diberi perlakuan ( post-test )


40

O3 : kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan ( pre-test )

O4 : kelas eksperimen setelah diberi perlakuan ( post-test )

X : pemberian perlakuan ( treatment )

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun 2023

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonodadi di Jl. Raden Intan,
Wonodadi, Kec. Gadingrejo, Kab. Pringsewu, Lampung, dengan kode pos
35372.

C. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.

1. Melakukan kegiatan observasi di sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat


penelitian.
2. Mengidentifikasi dan merumusan masalah secara tepat.
3. Melakukan studi pendahuluan dan kajian pustaka.
4. Menentukan subjek penelitian.
5. Melakukan uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
6. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol secara random (acak).
7. Melakukan pengembangan instrument tes.
8. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian.
9. Memberikan pretest pada kelas kontrol serta eksperimen sebelum
pembelajaran berlangsung untuk mengetahui kemampuan awalsiswa.
10. Melakukan pembelajaran pada kelas kontrol tanpa menerapakan model PjBL
dan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan menerapakan
model PjBL
41

11. Memberikan posttest pada kelas kontrol serta eksperimen setelah kegiatan
pembelajaran untuk mengetahui skor posttest.
12. Melakukan analisis data menggunakan teknik analisis data t-test untuk sampel
terpisah dan uji keefektifan relatif.
13. Melakukan uji hipotesis penelitian.
14. Membuat pembahasan hasil penelitian.
15. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
16. Menyusun laporan penelitian.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini seluruh kelas tinggi di SD Negeri 2 Wonodadi
Pringsewu dari kelas 5 yang berjumlah 39 peserta didik.

Laki- Jumlah
No. Kelas Perempuan Jumlah
laki Total
1. VA 11 9 20
40
2. VB 8 12 20
Tabel 3.2 Jumlah Kelas Lima di SD Negeri 2 Wonodadi Pringsewu
Sumber: Dokumentasi wali kelas Lima SD Negeri 2 Wonodadi tahun
pelajaran 2023/2024

2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan kelompok kecil individu yang dikaitkan langsung dalam
penelitian. Dalam pengertian lain sampel merupakan sebagian wakil populasi
yang diteliti atau obyek yang diambil dan dapat mewakili populasi. Sampel
pada penelitian ini terdiri dari 2 kelas yaitu kelas V A sebagai kelas
eksperimen dan kelas V B sebagai kelas kontrolnya. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik
sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel (sugiyono, 2015). Jadi, alasan menggunakan teknik
42

sampling jenuh adalah peneliti memerlukan semua siswa kelas lima yang
berjumlah 40 orang.

E. Variabel Penelitian

Sebuah penelitian harus memiliki variabel baik berupa variabel bebas maupun
variabel terikat. Sugiyono (2016: 60) menyatakan bahwa “Variabel pada dasarnya
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan. Variabel merupakan atribut, sifat atau nilai yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.

Terdapat dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada
penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu :

1. Variabel bebas (Independent)


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Project Based
Learning (X)

2. Variabel Terikat (Dependent)


Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Creativity Peserta Didik Kelas V
Sekolah Dasar Negeri 2 Wonodadi (Y)

F. Definisi Oprasional Variabel

Definisi operasional adalah pendefinisian secara operasional suatu konsep


sehingga dapat diukur, dicapai dengan melihat pada dimensi tingkah laku atau
properti yang ditujukan oleh konsep dan mengkatagorikan hal tersebut menjadi
elemen yang diamati dan dapat diukur. Untuk memudahkan pengumpulan data
agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mendefinisikan objek penelitian, maka
43

variabel yang diuji dalam sebuah penelitian perlu dioperasionalkan. Definisi


operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Model Pembelajaran Project Based Learning (X)
Pembelajaran Project Based Learning merupakan model pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek
dalam penelitian ini adalah dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai
bahan pembelajarannya.
2. Creativity (Y)
creativity adalah proses dimana seseorang menggunakan akalnya
dengan menghubungkan informasi-informasi yang dimiliki, sehingga
dapat mencapai suatu keputusan untuk menghasilkan banyak
kemungkinan jawaban sesuai dengan masalah dan bervariasi. Indikator
kemampuan berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir
orisinil (originality), dan berpikir terperinci (elaboration).

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan untuk mengukur tingkah laku individu.
Menurut Sudjana (2016) mengemukakan bahwa kegiatan observasi banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya ataupun dlam situasi buatan. Observasi dilakukan untuk
mengetahui permasalahan yang sedang terjadi, sehingga penelitian yang
dilakukan dapat mengatasi permasalahan yang ada. Peneliti melakukan
observasi langsung terhadap proses pembelajaran pada kelas VA dan VB
di SD Negeri 2 Wonodadi untuk melihat bagaimana proses pembelajaran
berlangsung, data observasi diambil secara acak dari beberapa siswa yang
dijadikan sampel dalam pengisian lembar obsevasi yang dilakukan oleh
44

peneliti.

2. Wawancara
Dalam sebuah penelitian wawancara sangat diperlukan untuk mengetahui
hal hal yang akan di kumpulkan datanya. Masyhud (2016:271)
mendefinisikan bahwa wawancara merupakan metode pengumpulan data
dengan menanyakan poin-poin yang telah ditentukan kepada responden.
Wawancara dilakukan sebelum proses penelitian dengan tujuan untuk
mencari data awal dari guru yang menerapkan kurikulum 2013.
Narasumber dari kegiatan wawancara yaitu siswa kelas 5A dan 5B SD
Negeri 2 Wonodadi.

3. Tes
Tes merupakan prosedur atau alat yang dapat digunakan untuk mengukur
atau mengetahui sesuatu dengan cara aturan-aturan yang sudah ditetapakan
Menurut Syahrum (dalam Devi, 2019) tes adalah instrumen atau alat untuk
mengukur perilaku atau kinerja (performance) seseorang. Data hasil
belajar siswa dapat diketahui menggunakan metode tes. Tes dalam
penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan
setelah mempelajari materi yang dibelajarkan. Hasil tes tersebut
selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
penerapan model PJBL pada peserta didik kelas 5 di SD Negeri 2
Wonodadi

4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data yang diperoleh langsung dari penelitian meliputi
buku-buku, peraturan- peraturan, foto-foto atau segala sesuatu yang
relevan dalam penelitian. Menurut Utami (2019) dokumen merupakan
teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen yang
telah tersedia. Di dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah
nilai ujian tengah semester siswa kelas 5A dan 5B untuk uji homogenitas
dan daftar nama siswa untuk mengetahui jumlah siswa kelas 5A dan 5B di
45

SD Negeri 2 Wonodadi.

H. Instrumen penelitian

Instrumen yang penulis gunakan adalah instrument tes dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan peserta didik dan bagaimana hasil belajar peserta
didik setelah mengikuti proses belajar menggunakan model pembelajaran Project
Based Learning.

1. Uji Validasi instrument


Uji validitas dilakukan untuk mengetahui instrumen yang digunakan itu valid
atau tidak. Menurut Masyhud (2016) sebuah instrumen dikatakan valid apabila
instrumen tersebut dapat mengungkapkan apa yang hendak diketahui atau
diukur. Validitas instrumen berkenaan dengan ketetapan alat penilaian
terhadap konsep yang dinilai, sehingga benar-benar menilai apa yang
seharusnya dinilai (Sudjana, 2016:12). Uji validitas pada penelitian ini
dilakukan pada instrumen tes. Uji validitas pada instrumen tes digunakan untuk
menguji valid tidaknya setiap butir soal yang akan digunakan saat pretest dan
posttest.

Cara penskoran pada instrumen tes ini yaitu diberi skor 4 jika jawaban
paling benar, skor 3 jika jawaban benar, skor 2 jika jawaban kurang benar,
skor 1 jika jawaban salah, skor 0 jika tidak menjawab. Selanjutnya data
yang telah diperoleh tersebut dimasukkan pada tabel untuk analisis uji
validitas empirik tes menggunakan rumus korelasi product moment dari
Pearson. Uji coba instrument tes dilaksanakan pada siswa SD Negeri 2
Wonodadi dengan jumlah 40 siswa. Jumlah soal yang di uji cobakan
sebanyak 10 soal berupa essay.

Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS. Teknik


pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah
menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson).
Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan
46

skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item
pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan
item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa
yang ingin diungkap à Valid. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig.
0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan valid).

Berikut merupakan rumus point biserial (Arikunto, 2006:283)

Gambar 3.1 rumus point biserial


Keterangan:

𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = Koefisien Korelasi Point Biserial


𝑆 = Standar Deviasi
𝑀𝑝 = Rata – rata jawaban benar
𝑀𝑡 = Rata – rata skor total
𝑝 = proporsi jawaban benar terhadap seluruh jawaban
𝑞 =1–p

Koefisien Korelasi (r) Tafsiran


0,40 ≤ r < 1,00 Soal Baik
0,30 ≤ r < 0,40 Terima dan Perbaiki
0,20 ≤ r < 0,30 Soal Diperbaiki
0,00 ≤ r < 0,20 Soal Ditolak
Tabel 3.3 Kriteria Korelasi Point Biserial
47

2. Uji Reliabilitas Instrumen


Terdapat beberapa formula untuk menghitung nilai koefisien reliabilitas yang
bergantung kepada metode atau teknik pengumpulan data reliabilitas yang
digunakan. Menurut (Sugiyono, 2020) instrument yang reliabel adalah
instrument yang bila digunakan beberapa kali. Menghitung reiliabilitas
digunakan rumus KR.20(kuder Richardson) dengan bantuan Microsoft excel.
Metode KR-20 merupakan koefisien reliabilitas yang dapat menggambarkan
variasi dari item – item untuk jawaban benar / salah yang diberi skor 0 atau 1.
(Guilford, 1978)
Berikut merupakan rumus formula KR-20 (Surapranata, 2010:170) :

Gambar 3.2 rumus formula


KR-20
Keterangan :

r11 : Koefisien Reliabilitas


n : Banyaknya siswa
p : Proporsi subjek menjawab soal dengan benar
q : proporsi subjek menjawab soal dengan salah (1-p)
S2 : Simpangan baku (varians)

sedangkan rumus simpangan baku itu sendiri ialah

Gambar 3.3 rumus simpanan baku


Keterangan :

S2 : Simpangan baku
X : Skor yang diperoleh siswa
n : Banyaknya siswa
48

I. Teknik Analisis Data

Besarnya pengaruh model pembelajaran PjBL terhadap kemampuan berpikir


kreatif siswa kelas 5 di SD Negeri 2 Wonodadi dapat diketahui dengan
menggunakan teknik analisis statistik t-test sampel terpisah.

Adapun rumus t-test sampel terpisah menurut (Masyhud, 2016:382) adalah


sebagai berikut.

Gambar 3.4 rumus t-test sampel terpisah


Keterangan:
t = t-test
M1 = Nilai rata-rata kelompok X1 (kelompok eksperimen)
M2 = Nilai rata-rata kelompok X2 (kelompok kontrol)
x1 = Deviasi setiap nilai x1 dan rata-rata x1
x2 = Deviasi setiap nilai x2 dan rata-rata x2
N = Banyaknya subjek/sampel penelitian

Hasil analisis t (t-test) menunjukkan adanya pengaruh atau perbedaan antara satu
variabel terhadap variabel yang lainnya. Hal ini masih belum menunjukkan
seberapa besar keefektifan relatif yang dicapai oleh suatu kelompok
dibandingkan dengan kelompok yang lainnya. Oleh karena itu, hasil uji t (t-test)
masih perlu dilanjutkan dengan uji keefektifan relatif.

Uji keefektifan relatif dapat dilakukan dengan menggunakan rumus seperti


berikut ini.

Gambar 3.5 rumus uji keefektifan


relatif
49

Keterangan :
ER = tingkat keefektifan relatif perlakuan kelompok eksperimen dibandingkan
dengan perlakuan kelompok kontrol
MX1 = mean atau rata-rata nilai pada kelompok kontrol
MX2 = mean atau rata-rata nilai pada kelompok eksperimen
(Masyhud, 2016)

Menurut Masyhud (2016) hasil keektifan relatif tersebut kemudian ditafsirkan


berdasarkan kriteria pada tabel sebagai berikut.

Hasil Uji Keefektifan Relatif Kategori Keefektifan


80% < ER < 100% Keefektifan sangat tinggi
60% < ER < 80% Keefektifan tinggi
40% < ER < 60% Keefektifan sedang
20% < ER < 40% Keefektifan rendah
0% < ER < 20% Keefektifan sangat rendah

Tabel 3.4 hasil keaktifan relatif


(Masyhud, 2016)

Adapun hipotesis dan ketentuan uji hipotesis dijelaskan sebagai berikut.


1. Hipotesis

Ha: ada pengaruh positif yang signifikan dari penerapan model


pembelajaran PjBL terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
5 di SD Negeri 2 Wonodadi
H0: tidak ada pengaruh positif signifikan dari penerapan model
pembelajaran PjBL terintegrasi STEM terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas 5 di SD Negeri 2 Wonodadi

2. Pengujian hipotesis
Menurut Masyhud (2016:80) untuk menguji hasil perhitungan t-test dan
membandingkan dengan ttabel pada taraf signigfikansi 5% melalui
50

ketentuan sebagai berikut.


a. Jika thitung ≥ ttabel, maka hipotesis nihil (H0) ditolak dan Ha diterima.
b. Jika thitung< ttabel, maka hipotesis nihil (H0) diterima dan Ha ditolak.

3. Keputusan hasil pengujian hipotesis


a. Hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, jika
hasil uji t menunjukkan nilai yang lebih besar daripada ttabel dengan
taraf signifikansi 5%. Jika pada hasil analisis menunjukkan hasil
yang signifikan yaitu thitung ≥ ttabel, maka hipotesis nihil (H0) yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh model pembelajaran PjBL
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran PjBL terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
5 di SD Negeri 2 Wonodadi diterima.

b. Hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak, jika
hasil uji t menunjukkan nilai yang lebih kecil daripada ttabel dengan
taraf signifikansi 5%. Jika pada hasil analisis menunjukkan hasil
yang signifikan yaitu thitung< ttabel, maka hipotesis nihil (H0) yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh model pembelajaran PjBL
terhadap kemampuan kreativitas peserta didik kelas V SD Negeri 2
Wonodadi diterima.

J. Uji Persyaratan Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber lain terkumpul (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini dilakukan dua
pengujian analisis data yaitu uji prasyarat data dan uji hipotesis. Uji prasayarat
data adalah dengan pengujian normalitas dan homogenitas. Selanjutnya
dilanjutkan dengan uji hipotesis untuk mengambil suatu kesimpulan.

1. Uji Normalitas
51

Uji normalitas data ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel yang akan digunakan dalam penelitian data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki ditribusi normal
(Sujarweni, 2015). Pada penelitian ini menggunakan uji normalitas
Kolmogrov-Smirnov yang dihitung dengan bantuan program SPSS for
windows release 16.0 dengan pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika Sig > 0,05 maka data
berdistribusi normal Jika Sig < 0,05
data tidak berdistribusi normal

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kesetaraan data atau


kehomogenan data. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama, maka
kelompok tersebut dinyatakan homogen. Perhitungan uji homogenitas
menggunakan program SPSS for windows release 16.0 dengan uji levene
statistics dengan cara one way ANOVA. Cara untuk menafsirkan hasil uji
levene statistics ini adalah :

Jika Sig > 0,05 maka data homogen


Jika Sig < 0,05 maka data tidak homogen

3. Uji Hipotesis

a. Independent Sample t Tes

Uji t dua sampel independent pada prinsipnya akan membandingkan rata-


rata dari dua groub yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, dengan
tujuan apakah kedua groub tersebut mempunyai rata-rata yang sama atau
berbeda (Sujarweni, 2015). Uji t dua sampel independent dibantu dengan
program SPSS for windows release 16.0. Untuk melihat pengambilan
keputusan independent sample t test sebagai berikut :
Jika sig thitung > 0,05 maka H0 diterima

Jika sig thitung < 0, 05 maka H0 ditolak


52

b. Paired Sample t Tes

Uji hipotesis pada penelitian ini perluh diujikan untuk membuktikan


kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam
penelitian ini hipotesis akan di uji dengan menggunakan uji t untuk dua
sample yang berpasangan (paired sample t test). Dengan bantuan SPSS
for windows release 16.0. Menurut Sujarweni (2015), paired sample t test
digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan rata-rata dua sampel
bebas, dua sambel yang dimaksud adalah sampel yang sama namun
mempunyai dua data. Untuk mengambil keputusan dari pengujian
hipotesis sebagai berikut:
Jika sig > 0,05 maka H0 diterima
Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak
53
Daftar Pustaka

Indonesia. (2003). undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.

Kemendikbud. (2017). Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.

Latuconsina, H. (2014). Pendidikan Kreatif: Menuju Generasi Kreatif &


Kemajuan Ekonomi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ni Made Yeni Suranti, G. H. (2016). Pengaruh Model Project Based Learning


Berbantuan Media Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Peserta didik
pada Materi Alat-alat Optik . Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi.
DOI https://doi.org/10.29303/jpft.v2i2.292.

Rena Surya Rohana, D. W. (2016). Project Based Learning untuk Menigkatkan


Berpikir Kreatif Siswa SD pada Materi Makanan dan Kesehatan. jurnal
penelitian pendidikan.

Riyanti. (2020). Efektivitas Penggunaan Perangkat Pembelajaran Project Based


Learning. Dwija Cendikia. DOI https://doi.org/10.20961/jdc.v4i2.45276.

Riyanto, Fauzi, R., Syah, I., & Muslim, U. (2021). Model STEM dalam
Pendidikan. Bandung: Widana Bakti Persada.

Sani, R. A. (2014). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sri Lertari, A. A. (2022). Choacing untuk Meningkatkan Kemampuan Guru


dalam Menerapkan Pembelajaran Berbasis Proyek. Jawa Timur: Kun
Fayakun.

Wena, M. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tunjauan


Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai