Anda di halaman 1dari 44

Resume jurnal

Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning


terhadap Creativity Peserta Didik Kelas III Sekolah Dasar

Nama : Lofty Romansa

NPM : 1953053007

Variable X (Media pembelajaran project based learning)


Judul Model Pembelajaran Project Based Learning - Audit Kepatuhan
Jurnal Journal Of Applied Managerial Accounting
Vol / hal 4(2) / 323-335
Tahun 2020
Penulis Irsutami Irsutami, Danar Irianto, Muhammad Ikhlash
tanggal 15/09/2022
Latar Kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order
belakang thinking) yang diarahkan melalui pelajaran di sekolah dasar
salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis (critical
thingking). Berpikir kritis sama halnya dengan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan yang relevan dan reliabel.
Berpikir kritis merupakan berpikir menggunakan
penalaran, reflektif, bertanggung jawab, dan ekspert dalam
berpikir Steven dalam Abdullah (2013: 66-67). Kemampuan
berpikir kritis dapat dikembangkan melalui kurikulum yang telah
diperbaharui oleh pemerintah yaitu kurikulum K13.
Pembaharuan pada kurikulum 13 adalah pembelajaran yang
digabung menjadi sistem tematik. Untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat menggunakan
indikator menurut Fridanianti,dkk (2011: 12) berpikir kritis
idealnya memiliki beberapa kriteria yang disingkat dengan
FRISCO, yakniFokus (Focus) adalah kemampuan peserta
didik dalam memahami masalah yang disajikan oleh
guru;Alasan (Reason)kemampuan peserta didik ketika
memberi alasan bersadarkan fakta yang relevan dalam
membuat kesimpulan; Menyimpulkan (inference)
kemampuan peserta didik dalam memilih alasan yang
tepat untuk membuat kesimpulan.; Situasi (situation)
kemampuan peserta didik ketika menggunakan informasi sesuai
dengaan permasalahan.

Kendala yang dihadapi guru untuk mengetahui


kemampuan berpikir kritis adalah proses pembelajaran di
sekolah belum menggunakan taraf berpikir tingkat
tinggi. Terdapat peserta didik belum mampu mengemukakan
gagasan yang dimilikinya, peserta didik masih sulit
mengungkapkan kesulitan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran. Rendahnya kesadaran belajar peserta didik
dapat dilihat dari kurangnya semangat ketika memulai
proses pembelajaran. ketika proses pembelajaran berlangsung
masih terdapat peserta didik yang bicara sendiri,
mengganggu temannya, dan tidak memperhatikan guru ketika
menjelaskan. Masih banyak tenaga pendidik yang
menggunakan metode teacher centered ketika kegiatan
pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan
kaku dan didominasi oleh guru. Permasalahan-
permasalahan itulah yang menyebabkan tidak ada kreatifitas
dan keaktifan peserta didik dalam belajar, oleh sebab itu
tidak akan melatih peserta didik dalam
memahami,menyerap, dan merespon suatu materi dan
permasalahan.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan


kemampuan berpikir kritis peserta didik yaitu
melaksanakan berbagai uji coba terhadap model
pembelajaran sehinggaguru dapat menemukan model
pembelajaran yang tepat untuk digunakan. Uji coba dapat
dilakukan dengan penelitian eksperimen, yaitu penelitian
yang diawali dari keragu-raguan model pembelajaran mana
yang lebih efektif dalam menilai kemampuan berpikir kritis.
Tujuan Oleh karena permasalahan itu peneliti tertarik untuk
penelitian melakukan penelitian dengan membandingkan perbedaaan
dua model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik terhadap muatan pelajaran tematik. Peneliti
menggunakan model pembelajaran problem-based
learningdanmodel pembelajaran project-based learningguna
melihat perbedaan model yang mampu mengetahui
kemampuan berpikir kritis peserta didik Metode penelitian :
Sampel data yang digunakan pada penelitian ini yaitu sejumlah
siswa kelas XII. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar formulir siswa dan lembar angket uji validasi tim
ahli.
hasil Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan
telah disajikan, peneliti mampu menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan antara model pembelajaran problem-based
learning dan model pembelajaran project-based learninguntuk
mengetahui tingkat berpikir kritispeserta didik. Peneliti
menyimpulkan bahwa model pembelajaran project-based
learningmemiliki tingkat perbedaan yang mencolok
dibandingkan model pembelajaran problem-based learning.
sumber https://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JAMA/article/view/2589

Judul A review of project-based learning in higher education : Student


outcomes and measures
Jurnal International Journal of Educational Research
Vol / hal 102
Tahun 2020
Penulis Pengyue Guo*, Nadira Saab, Lysanne S. Post, Wilfried Admiraal
tanggal 15/09/2022
Latar dalam beberapa tahun terakhir institusi pendidikan tinggi telah
belakang berusaha untuk membekali siswa dengan keterampilan keras,
yaitu pengetahuan kognitif dan keterampilan profesional (Vogler
et al., 2018), dan keterampilan lunak, seperti pemecahan masalah
dan kerja tim (Casner-Lotto & Barrington, 2006). ). Namun,
tujuan yang terkait dengan keterampilan ini tidak mudah dicapai
dalam pembelajaran tradisional telah memainkan peran utama di
mana guru adalah "pemancar pengetahuan" sementara siswa
bertindak sebagai "penerima informasi" (Alorda, Suenaga, &
Pons, 2011, p.1876). Akibatnya, mungkin sulit untuk melatih
siswa super disiplin. Selain itu, universitas, dan universitas riset,
khususnya, lebih fokus pada pengembangan keterampilan
penelitian siswa daripada keterampilan profesional atau
keterampilan yang dapat ditransfer. Dengan demikian, hal ini
dapat menyebabkan kesenjangan antara apa yang dipelajari siswa
di universitas dan apa yang mereka butuhkan di tempat kerja
(seperti yang dikutip di Holmes, 2012). Untuk mengubah situasi
ini, siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
konstruksi dan teks yang nyata untuk memecahkan masalah.
Salah satu cara yang menarik untuk mencapai tujuan ini melalui
pembelajaran berbasis proyek (PjBL). Dalam tinjauan
Chen&Yang(2019), efek PjBL dan pengajaran langsung guru
terhadap prestasi akademik siswa di pendidikan dasar, menengah,
dan tinggi dibandingkan. PjBL dalam penelitian ini menunjukkan
proses pembelajaran di mana siswa terlibat dalam mengerjakan
proyek otentik dan pengembangan produk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa PjBL memiliki dampak yang lebih positif
terhadap prestasi akademik siswa daripada pengajaran langsung.
Namun, ternyata hanya 20% (6 dari 30) studi yang diulas
dilakukan di perguruan tinggi. Selain itu, Lee, Blackwell, Drake,
dan Moran (2014) mengklaim bahwa –dibandingkan dengan
perkembangan progresif pendidikan PjBL in K-12 penyelidikan
PjBL di pendidikan tinggi telah tertinggal.

Tujuan Meskipun tinjauan ini telah menyebutkan hasil belajar siswa


penelitian sampai batas tertentu, tidak ada gambaran yang komprehensif
tentang hasil belajar yang dapat dikaitkan dengan PjBL, terutama
di perguruan tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian saat ini,
kami akan memberikan gambaran tentang hasil belajar siswa
PjBL di perguruan tinggi berdasarkan tinjauan studi empiris.
Untuk sepenuhnya memahami hasil siswa, dua pertanyaan
penelitian akan dijawab dalam ulasan ini: (1) Apa hasil siswa dari
PjBL yang dievaluasi dalam pendidikan tinggi? (2) Instrumen apa
yang dipilih untuk mengukur hasil siswa
hasil Sebagai kesimpulan, tinjauan ini telah menemukan empat
kategori/tujuh subkategori hasil belajar siswa dalam PjBL di
perguruan tinggi dan delapan instrumen pengukuran yang sesuai.
Studi lebih lanjut harus dilakukan untuk mengevaluasi proses
belajar siswa dan penampilan artefak siswa. Kualitas instrumen
pengukuran harus dilaporkan dan cara analisis data harus
ditingkatkan. Selain itu, penelitian lebih eksperimental harus
dilakukan untuk mengetahui pengaruh PjBL pada pembelajaran
siswa.
sumber https://www.sciencedirect.com/journal/international-journal-of-
educational-research

Judul Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran


Problem Based Learning dan Model Pembelajaran Project Based
Learning
Jurnal Jurnal Basicedu
Vol / hal 4(2) / 379 -388
Tahun 2020
Penulis Pratiwi, Eka Titik Setyaningtyas, Eunice Widyanti
tanggal 15/09/2022
Latar Kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order
belakang thinking) yang diarahkan melalui pelajaran di sekolah dasar
salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis (critical
thingking). Berpikir kritis sama halnya dengan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan yang relevan dan reliabel.
Berpikir kritis merupakan berpikir menggunakan
penalaran, reflektif, bertanggung jawab, dan ekspert dalam
berpikir Steven dalam Abdullah (2013: 66-67). Kemampuan
berpikir kritis dapat dikembangkan melalui kurikulum yang telah
diperbaharui oleh pemerintah yaitu kurikulum K13.
Pembaharuan pada kurikulum 13 adalah pembelajaran yang
digabung menjadi sistem tematik. Untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat menggunakan
indikator menurut Fridanianti,dkk (2011: 12) berpikir kritis
idealnya memiliki beberapa kriteria yang disingkat dengan
FRISCO, yakniFokus (Focus) adalah kemampuan peserta
didik dalam memahami masalah yang disajikan oleh
guru;Alasan (Reason)kemampuan peserta didik ketika
memberi alasan bersadarkan fakta yang relevan dalam
membuat kesimpulan; Menyimpulkan (inference)
kemampuan peserta didik dalam memilih alasan yang
tepat untuk membuat kesimpulan.; Situasi (situation)
kemampuan peserta didik ketika menggunakan informasi sesuai
dengaan permasalahan.

Kendala yang dihadapi guru untuk mengetahui


kemampuan berpikir kritis adalah proses pembelajaran di
sekolah belum menggunakan taraf berpikir tingkat
tinggi. Terdapat peserta didik belum mampu mengemukakan
gagasan yang dimilikinya, peserta didik masih sulit
mengungkapkan kesulitan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran. Rendahnya kesadaran belajar peserta didik
dapat dilihat dari kurangnya semangat ketika memulai
proses pembelajaran. ketika proses pembelajaran berlangsung
masih terdapat peserta didik yang bicara sendiri,
mengganggu temannya, dan tidak memperhatikan guru ketika
menjelaskan. Masih banyak tenaga pendidik yang
menggunakan metode teacher centered ketika kegiatan
pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan
kaku dan didominasi oleh guru. Permasalahan-
permasalahan itulah yang menyebabkan tidak ada kreatifitas
dan keaktifan peserta didik dalam belajar, oleh sebab itu
tidak akan melatih peserta didik dalam
memahami,menyerap, dan merespon suatu materi dan
permasalahan. Padahal dengan adanya keaktifan bertanya,
menjawab pertanyaan, mengemukakan ide dan kreatifitas dalam
menyelesaikan permasalahan dapat melatih kemampuan
berpikir kritis peserta didik. Salah satu hal yang perlu
disoroti untuk mengetahui penyebab rendahnya berpikir
kritis adalah proses pembelajaran.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan


kemampuan berpikir kritis peserta didik yaitu
melaksanakan berbagai uji coba terhadap model
pembelajaran sehinggaguru dapat menemukan model
pembelajaran yang tepat untuk digunakan. Uji coba dapat
dilakukan dengan penelitian eksperimen, yaitu penelitian
yang diawali dari keragu-raguan model pembelajaran mana
yang lebih efektif dalam menilai kemampuan berpikir kritis.Oleh
karena itu peneliti akan meneliti dua model pembelajaran
yang akan digunakan untuk menilai kemampuan berpikir
kritis peserta didik. Model pembelajaran adalah pedoman
sistematis yang didalamnya terdapat strategi, teknik,
metode, bahan, media dan alat penilaian pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran Rusman (2010:232). Menurut
peneliti model pembelajaran yang didalamnya terdapat
indikator untuk menilai kemampuan berpikir kritis
adalah model pembelajaran problem-based learningdan
project-based learning.
Tujuan untuk melakukan penelitian dengan membandingkan
penelitian perbedaaan dua model pembelajaran terhadap kemampuan
berpikir kritis peserta didik terhadap muatan pelajaran
tematik. Peneliti menggunakan model pembelajaran problem-
based learningdanmodel pembelajaran project-based
learningguna melihat perbedaan model yang mampu
mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik
hasil Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan
model pembelajaran problem-based learning dan project-based
learning, ditinjau dari hasil berpikir kritis dalam pembelajaran
Tematik kelas V gugus gajah mungkur Semester 1 Tahun
Ajaran 2019/2020. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa
terdapat perbedaan penerapan model pembelajaran
problem-based learningdan model pembelajaran project-based
learning yang ditunjukan dari perbedaan hasil indikator berpikir
kritis, mulai dari penerapan apersepsi yang bertujuan
mengetahui kemampuan awal untuk dapat memahami
kasusdan proyek yang disampaikan. Perbedaan juga
ditunjukan ketika kegiatan menyusun rancangan penyelesaian
kasus dan model. Perbedaan yang paling menonjol ketika
kegiatan pencarian sumber, presentasi dan evalusi hasil
penyelesaian kasus dan proyek.
sumber https://jbasic.org/index.php/basicedu

Judul Meta Analisis Efektivitas Model Pembelajaran Project-Based


Learning
Jurnal jtev
Vol / hal 06(02)
Tahun 2020
Penulis Harahap, Tania Octavia Mukhaiyar, Riki
tanggal 15/09/2022
Latar Seiring dengan perkembangan penelitian mengenai pendidikan,
belakang maka model pembelajaran memegang peranan penting untuk
menciptakan tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau
kompetensi pada peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat dilihat dari efektivitas.
Efektivitas merupakan faktor yang sangat penting dalam pelajaran
karena menentukan tingkat keberhasilan suatu model pembelajaran
yang digunakan.

Project Based Learning yaitu model pembelajaran yang


menggunakan strategi proyek. Strategi proyek yang dimaksud
adalah siswa diberikan kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk
mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Project
Based Learning adalah model pembelajaran yang di mana guru
mengelola proses pembelajaran didalam kelas dengan melibatkan
siswa dalam kerja proyek. Pekerjaan proyek yang dilakukan peserta
didik, memuat tugas untuk menghasilkan suatu produk.
Mengggunakan model pembelajaran inisiswa dapat belajar aktif
dan lebih mengasah keterampilan dan kreativitas.

Studi terhadap efektivitas model pembelajaran Project based


learning telah dilakukan oleh banyak mahasiswa yang mengambil
tema tentang model pembelajaran tersebut. Berdasarkan banyaknya
penelitian yang sejenis tersebut perlu dilakukan penggalian
informasi, pengorganisasian data sebanyak mungkin dari penelitian
terdahulu yang diperoleh, sehingga memperoleh kekomprehensifan
data. Menggabungkan hasil penelitian yang sejenis memerlukan
metode yang tepat yaitu Meta Analisis.

Tujuan Meta Analisis merupakan metode yang membantu para peneliti


penelitian dalam memperoleh fakta yang lebih pasti mengenai efektivitas
model pembelajaran Project based learning. Model pembelajaran
Project based learning merupakan cara yang dipakai untuk
mengaplikasikan strategi yang telah dibuat dalam bentuk aktivitas
yang nyata untuk memperoleh kompetensi pembelajaran dalam
pendidikan. Dari berbagai penelitian pendidikan yang dilakukan
secara terpisah diupayakan dapat dilakukan penggabungan hasil
penelitian yang sejenis, sehingga hasil gabungan penelitian yang
diperoleh mempunyai suatu kesimpulan yang menjadi rekomendasi
dari hasil penelitian.

hasil Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode


Meta analisis.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
(1)Efektivitas model pembelajaran Project based learning
berdasarkan jenjang pendidikan mampu meningkatkan efektivitas
pada peserta didik baik pada tingkat Siswa maupun Mahasiswa,
Penerapan dengan konsep Project based learning menghasilkan
efektivitas model pembelajaran project based learning serta
menghasilkan hasil yang lebih baik, Penelitian menggunakan
metode Meta Analisis mempunyai pengaruh positif terhadap
efektivitas model pembelajaran Project based learning.
sumber http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jtev/article/view/109547/103923

Judul Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Iii
Sekolah Dasar
Jurnal Jurnal Cakrawala Pendas
Vol / hal 8/552-563
Tahun 2022
Penulis Nida Winarti , Luthfi Hamdani Maula , Arsyi Rizqia Amalia , N.
Liany Ariesta Pratiwi , Nandang
tanggal 3 juli 2022
Latar Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menekankan proses
belakang pembelajaran yang berpusat pada siswa menggunakan pola
pembelajaran aktif mencari serta diperkuat dengan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran (Susanti,
2019). Pada kurikulum 2013 siswa diharapkan bisa berpikir
tingkat tinggi serta bisa menciptakan pemikirannya sendiri
berdasarkan pola pembelajaran berikir kritis. Upaya peningkatan
pembelajaran pada kurikulum 2013 yaitu menggunakan
pendekatan saintifik (Fuadah et al., 2016). Menurut Hosnan
(2014) pendekatan saintifik artinya proses belajaran yang
dilaksanakan secara ilmiah yang membentuk keterampilan
mengamati, menanya, mencoba, menalar, serta
mengkomunikasikan.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
diharapkan dapat membentuk kemampuan siswa untuk berpikir
kritis. Menurut Greenstein (Fitri et al., 2018) bahwa pada abad
21 keterampilan berpikir kritis yang diperlukan yaitu berpikir
kritis, krativitas, serta pemecahan masalah. Menurut Unaenah
(2019) Berpikir kritis adalah keterampilan dalam berpikir dengan
menggunakan proses menganalisis dan mengevaluasi suatu
masalah sehingga menghasilkan keputusan yang tepat dalam
memecahkan masalah tersebut. Perlunya kemampuan berpikir
kritis dalam pembelajaran akan berdampak pada siswa untuk
menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Ridho et
al., 2020). Ennis (Normadhita, 2018) Indikator yang harus
dicapai siswa dalam berpikir kritis yaitu : a) mampu untuk
bertanya, b) mampu menjawab pertanyaan, c) kemampuan untuk
menarik kesimpulan, d) mampu untuk mengemukakpan
pendapat/argumentasi, e) mampu untuk memecahkan masalah,
dan f) mampu mengevaluasi dan menilai hasil penilaian kritis.
Maka dari itu, kemampuan berpikir kritis merupakan
kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas III SDN
Rambay Tegalbuleud pada proses pembelajaran saat guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
materi yang belum dipahami siswa hanya diam serta cenderung
pasif sehingga akibatnya pembelajaran cenderung monoton
sehingga kemampuan berpikir kritis siswa tidak terasah.
Kemudian saat penjelasan dan diakhir pembelajaran siswa tidak
mampu untuk membuat kesimpulan dari pembelajaran yang
dilaksanakan. Saat dimintai pendapat oleh guru, siswa belum
mampu memberikan pendapat. Ketika guru memberikan soal
siswa belum mampu untuk menjawab soal-soal tersebut. Hal ini
didukung oleh hasil wawancara guru kelas III menyampaikan
bahwa selama proses pembelajaran guru telah memberikan
stimulus kepada siswa berbentuk pertanyaan agar siswa cepat
dalam menerima pembelajaran. Namun pada kenyataannya
metode yang diberikan guru tersebut tidak berjalan dengan baik.
Jika ditinjau dari hasil tes yang dilakukan pada awal penelitian
nilai rata-rata yang didapat adalah 53. Hal ini menandakan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Beberapa
kriterian yang menunjukkan kemampuan berpikir kritis rendah
yaitu tidak dapat melakukan evaluasi terhadap
tindakan/keputusan yang diambil, tidak dapat menjelaskan
kebermanfaatan suatu informasi dan alasan pengambilan
keputusan yang telah dilakukan, serta tidak dapat menemukan
alternatif atau solusi lain dalam menyelesaikan masalah (Restiaji,
2021).
Tujuan Penelitian yang memfokuskan pada model PJBL sudah banyak
penelitian dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya. Pertama, penelitian
yang dilakukan oleh Darmayoga et al. (2021) menunjukkan
model PjBL berhasil meningkatkan hasil belajar IPS dengan
bantuan media visual. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh
Hapsari et al. (2018) menyatakan bahwa model PJBL berhasil
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pelajaran
matematika. Ketiga, penelitian Donaviza et al. (2021)
menunjukkan bahwa PjBL dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pembelajaran tematik. Berbeda dari penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini berbeda secara materi
pembelajaran serta berfokus pada kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, pertanyaan
penelitian ini yaitu bagaimana model pembelajaran PjBL dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan
demikian, tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan
proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran PjBL
serta peningkatan kemampuan berpikir kritis menggunakan
model pembelaaran PjBL. Penelitian ini diharapkan menjadi
sumber referensi mengenai model pembelajaran PjBL yang dapat
dimanfaatkan oleh praktisi dan akademisi pendidikan dalam
upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
hasil Berdasarkan hasil observasi, aktivitas guru dan aktivitas siswa
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Kemampuan
berpikir kritis meningkat setelah melaksanakan pembelajaran
dengan model pembelajaran project based learning, hal tersebut
nampak karena terjadi peningkatan nilai rata-rata kemampuan
berpikir kritis siswa dari siklus I ke siklus II. Dengan demikian,
kemampuan berpikir kritis siswa semakin meningkat setelah
menggunakan model pembelajaran PjBL di setiap siklusnya.
Penelitian selanjutnya, saat kegiatan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran PjBL diharapkan untuk memperhatikan
setiap tahapan yang ada pada langkah-langkahnya terutama
dalam hal membuat kesimpulan dan memecahkan permasalahan
yang disajikan siswa sudah menguasainya.
sumber DOI: http://dx.doi.org/10.31949/jcp.v8i2.2419

Judul Analisis Pemahaman Konsep Matematis Peserta Didik Sekolah


Dasar: Dampak Model Project Based Learning Model
Jurnal Didaktika Tauhidi
Vol / hal 7/43-53
Tahun 2020
Penulis Komarudin , Laila Puspita , Suherman , Isya Fauziyyah
tanggal 2 April 2020
Latar Era globalisasi saat ini menuntut semua bidang kehidupan untuk
belakang menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strateginya agar sesuai
dengan kebutuhan zaman (Baqiyudin, 2013; Dewi, 2014;
Mundiri & Hasanah, 2018; Prakarso, 2016). Semua sistem
kehidupan wajib melakukan pembaharuan dan pengembangan
agar dapat menyelaraskan kemajuan global, salah satunya sistem
pendidikan. Sistem pendidikan nasional harus selalu
dikembangkan agar dapat mengimbangi kebutuhan masyarakat,
baik lokal, regional maupun nasional (Bahri, 2017).
Salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan adalah
kurikulum. Saat ini kurikulum pendidikan mengharapkan peserta
didik memiliki kecakapan kognitif, kemampuan dalam
menghadapi dunia nyata, berakhlak mulia dan lebih aktif dalam
proses pembelajaran.
Namun, melihat kondisi pendidikan beberapa tahun belakangan
ini, harapan tersebut masih bertolak belakang dengan hasil studi
yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) tahun 2011 menempatkan Pendidikan
Indonesia pada posisi rendah yaitu 54% mencapai tingkat rendah,
menunjukkan sekitar 65% peserta Indonesia tidak mencapai
tingkat 2 dalam sains dan matematika (Maudi, 2016). Hal ini
menggambarkan bahwa pemahaman konsep, khususnya sains
dan matematika peserta didik Indonesia masih rendah sehingga
berdampak pada kesiapan peserta didik dalam menghadapi abad
21 saat ini.
Tujuan Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan
penelitian sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian yang
membahas mengenai PjBL (Addiin et al., 2014; Destian, 2018;
Hikmah, Nur et al., 2016; Insyasiska et al., 2017; Maudi,
2016; Noviyana, 2017; Suranti et al., 2017) serta beberapa
penelitian tentang pemahaman konsep matematis (Agustina,
2015; Hadi & Kasum, 2015; Herawati et al., 2010; Mawaddah &
Maryanti, 2016). Namun, belum adanya penelitian
yang menjelaskan Pengaruh Model PjBL Terhadap Pemahaman
konsep matematis Peserta Didik Sekolah Dasar pada
materi pecahan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model PjBL Terhadap
Pemahaman konsep matematis Peserta Didik.
hasil Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa nilai ttabel
sebesar 1,71387. Sesuai dengan penafsiran t-test yakni hipotesis
diterima apabila thitung )> ttabel, dengan hasil 4,13 > 1,71387
maka H0 ditolak. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep peserta didik yang dibelajarkan dengan
model PjBL lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
pemahaman konsep peserta didik yang tidak menggunakan
model PjBL, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh positif penggunaan model PjBL terhadap pemahaman
konsep peserta didik SD di Kabupaten Pesawaran.
sumber ojs.unida.ac.id/jtdik

Judul Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)


Berbantuan Media Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Siswa Kelas V SD N 1 Penatih Tahun Pelajaran 2019/2020
Jurnal EdukasI: Jurnal Pendidikan Dasar
Vol / hal 2/41-50
Tahun 2021
Penulis I Wayan Darmayoga, I Ketut Suparya
tanggal 8 Maret 2021
Latar Pandemi Covid-19 merupakan musibah yang memilukan seluruh
belakang penduduk bumi. Seluruh segmen kehidupan manusia di bumi
terganggu, tanpa terkecuali pendidikan. Banyak negara
memutuskan menutup sekolah, perguruan tinggi maupun
universitas, termasuk Indonesia. Di Indonesia banyak keluarga
yang kurang familiar melakukan sekolah di rumah. Bersekolah di
rumah bagi keluarga Indonesia adalah kejutan besar khususnya
bagi produktivitas orang tua yang biasanya sibuk dengan
pekerjaannya di luar rumah. Demikian juga dengan problem
psikologis peserta didik yang terbiasa belajar bertatap muka
langsung dengan guru-guru mereka. Selama masa pandemic
Covid-19 ini, pembelajaran dirumah atau online menjadi solusi
melanjutkan sisa semester (Herliandry, 2020: 67). Proses ini
berjalan pada skala yang belum pernah terukur dan teruji sebab
belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini tentu dirasa berat oleh
pendidik dan peserta didik. Terutama bagi pendidik, yang
dituntut untuk kreatif dalam penyampaian materi pelajaran IPS
melalui media pembelajaran daring.
Hilda (2006:18) menyatakan bahwa “tujuan pendidikan IPS
adalah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, moral
dan seperangkat keterampilan hidup dalam rangka
mempersiapkan warga Negara yang baik dan mampu
bermasyarakat”. Pendidikan IPS di SD hendaknya lebih
menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan
pemahaman, nilai moral, dan keterampilan-keterampilan sosial
pada siswa. Sehingga kelak mereka mampu menjadikan apa yang
telah dipelajarinya sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Selama ini, pendidikan
di sekolah–sekolah hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan,
tidak membangun karakter anak didik, dan siswa tidak diberikan
kesempatan untuk merefleksikan dan memposisikan dirinya
dalam sistem pendidikan yang semata-mata untuk kepentingan
dunia kerja. Kegiatan refleksi di dalam pendidikan itu sangat
penting, akan tetapi kegiatan refleksi kini sudah kehilangan
tempat karena pendidikan selama ini masih memperlihatkan pola
pendidikan yang mentransfer ilmu. Kurikulum kompetensi pun
belum mengarah pada pembentukan karakter dan masih berbasis
disiplin ilmu. Anggapan bahwa mata pelajaran IPS merupakan
mata pelajaran yang membosankan masih saja tertanam dalam
pikiran mereka Romanda, (2006) Banyak juga yang menganggap
bahwa IPS merupakan pelajaran tidak menarik, peserta didik
tidak memperoleh sesuatu yang dapat disimpan dalam
memorinya, sulitnya mengingat materi yang cukup banyak, dan
sebagaian besar siswa mempelajari materi dengan cara
menghafal.
Tujuan Adapun sintaks dari model pembelajaran Project Based Learning
penelitian (PjBL) Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based
Learning (PjBL) adalah sebagai berikut (Abdul Majid 2015:168-
169). a) Penentuan pertanyaan mendasar (Start With the
Essential Question) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan
esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta
didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang
sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang
diangkat relevan untuk para peserta didik. b) Mendesain
perencanaan proyek (Design a Plan for the Project) Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.
Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang
aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam
menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan
yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. c)
Menyusun Jadwal (Create a Schedule) Pengajar dan peserta didik
secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1).
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2). membuat
deadline penyelesaian proyek, (3). membawa peserta didik agar
merencanakan cara yang baru, (4). membimbing peserta didik
ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan
proyek, dan (5). meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan (alasan)tentang pemilihan suatu cara. d) Memonitor
Peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the
Progress of the Project) Pengajar bertanggungjawab untuk
melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain
pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik.
Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik
yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting e)
Menguji hasil (Assess the Outcome) Penilaian dilakukan untuk
membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta
didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang
sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya f) Mengevaluasi
pengalaman (Evaluate the Experience) Pada akhir proses
pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada
tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan
dan pengalaman selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan
peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada
akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran.
hasil Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pemahasan
diatas maka dapat didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Dengan diterapkannya model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) berbantuan media visual dalam pembelajaran
IPS pada siswa kelas V SD Negeri 1 Penatih yang dilaksanakan
selama dua siklus,dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
terbukti dari nilai rata- rata hasil belajar siswa pada Siklus I dan
Siklus II mengalami peningkatan. Dimana pada refleksi awal
sebesar 40% mengalami peningkatan sebesar 20 % pada siklus I
menjadi sebesar 60 % yang berada pada kategori sedang, dan
kembali mengalami peningkatan sebesar 20 % menjadi 80% pada
siklus II yang berada pada kategori sedang. Ketuntasan belajar
siswa pada refleksi awal sebesar 30 % mengalami peningkatan
sebesar 20% pada siklus I menjadi sebesar 50%, dan kembali
mengalami peningkatan sebesar 35 % menjadi 85% pada siklus
II. Dengan demikian proses pembelajaran IPS yang dilaksanakan
dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) berbantuan media visual dapat meningkatkan hasil belajar
siswa sehingga dapat mencapai kriteria keberhasilan yang
ditentukan.
sumber https://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/edukasi
Judul PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA
PESERTA DIDIK KELAS V
Jurnal AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam
Vol / hal 5/-154-161
Tahun 2018
Penulis Dyana Indri Hapsari , Gamaliel Septian Airlanda
tanggal 2 Desember 2018
Latar Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran 2013 yang tertuang
belakang dalam peraturan menteri No. 68 tahun 2014 disebutkan bahwa
dalam rangka mewujudkan iklim pembelajaran dan proses
pembelajaran yang aktif, diharapkan guru dapat menggunakan
bermacam sumber belajar agar dapat mengembangkan potensi
peserta didik secara maksimal (Abidin, 2014).
Selain itu, guru juga harus memahami faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi belajar peserta didik (Sukmadinata, 2009).
Pertama, faktor internal yaitu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dari dalam diri peserta didik seperti kondisi psikologi dan
kondisi fisiologi peserta didik. Kedua, faktor eksternal yaitu
faktor yang berkaitan dengan lingkungan, desain pembelajaran
dan seterunsnya.
Salah satu faktor yang ikut menentukan kelancaran peserta didik
dalam belajar adalah motivasi belajar. Menurut Indaryati (2015),
motivasi adalah salah satu penggerak dari dalam hati individu
untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar peserta didik
dapat dipupuk dengan mengikut sertakan peserta didik secara
aktif dalam proses pembelajaran. Motivasi sangat dibutuhkan
seseorang karena motivasi sebagai pemicu manusia untuk
melakukan perbuatan, menentukan arah, dan menyeleksi
perbuatan (Pratiwi, 2015).
Munirah (2018) menyatakan bahwa kemampuan guru memberi
motivasi kepada peserta didik belajar akan memberi arti penting
dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran sudah tercapai
separuhnya jika guru mampu memberi motivasi kepada peserta
belajar. Guru cukup mengekselerasi kemampuan yang dimiliki
peserta belajar dan memadukan motivasinya untuk mecapai
target pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut penelitian Hartono dan Noto (2017), menerapkan model
pembelajaran merupakan salah satu cara dalam menanggulangi
masalah kesulitan belajar dan memahami konsep. Diantara
model-model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model
berbasis proyek yang disebut model pembelajaran project based
learning (PjBL). Model project based learning merupakan model
pembelaaran yang menitikberatkan pada penciptaan produk
dengan melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses
pembelajarannya. sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh
Siti Fitria Ratnasari dan Abdul Aziz Saefudin (2018),
menyatakan bahwa pembelajaran langsung lebih efektif
digunakan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi
peserta didik.
Tujuan Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti mencoba
penelitian mencari model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran
yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar pada
kegiatan pembelajaran matematika kelas V SDN Salatiga 02
adalah model pembelajaran project based learning. Model ini
merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk
diterapkan pada kurikulum 2013 dan dapat mengatasi
permasalahan secara efektif di dalam kelas (Fikriyah et al., 2015)
Kegiatan belajar akan berjalan efektif jika dijalani dengan
perasaan senang dan dorongan untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran dengan kata lain ada minat untuk belajar
(Baharuddin, 2014). Model PjBL merupakan model
pembelajaran yang bersifat kontekstual karena diharapkan dapat
merubah cara belajar peserta didik secara mandiri dengan
meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kreativitas peserta
didik dalam berkarya, memunculkan ide-ide kreatif serta melatih
berpikir kritis, dalam menyikapi suatu masalah yang dihadapi di
dunia nyata (Al-Tabany, 2014). Trisnowali (2017) juga
menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa dipengaruhi
positif oleh motivasi belajar, minat belajar, dan sikap belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
penerapan model PjBL dalam meningkatkan motivasi belajar
matematika peserta didik kelas 5 SDN Salatiga 02 tahun
pelajaran 2017/2018.
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
bagi peserta didik, guru, dan sekolah terutama dalam
pembelajaran matematika. Penelitian ini memberikan manfaat
diantaranya untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam
pembelajaran matematika, melatih peserta didik aktif dalam
proses pembelajaran serta meningkatkan keterampilan bekerja
kelompok.
hasil Motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika
dapat ditingkatkan dengan menerapkan model project based
learning (PjBL). Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil angket yang
menunjukkan pada persentase pada siklus 1 sebesar 75% dan
mengalami peningkatan pada siklus dua menjadi 83%. Selain itu
project based learning memberikan dampak positif bagi guru dan
peserta didik, antara lain kreativitas peserta didik terbangun
dengan adanya proyek yang harus mereka kerjakan,
meningkatnya kemampuan mengorganisir kelompok karena
peserta didik harus dapat mengatur pembagian tugas agar proyek
dapat diselesaikan dengan baik, menumbuhkan jiwa kompetitif
antar peserta didik supaya menjadi kelompok yang terbaik, dan
pembelajaran lebih bermakna dan memberikan arti mendalam
bagi peserta didik dan guru. Berdasarkan simpulan di atas,
project based learning dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika di sekolah dasar karena memenuhi tuntutan
pembelajaran kurikulum 2013 antara lain pendekatan saintifik,
4C, HOTS, dan PPK.
sumber https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/
view/154-161

Judul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED


LEARNING TERHADAP KREATIVITAS SISWA SEKOLAH
DASAR
Jurnal EDUCATOR : Jurnal Inovasi Tenaga Pendidik dan
Kependidikan
Vol / hal 2/206-211
Tahun 2022
Penulis KUSMIATI
tanggal 2 Juni 2022
Latar Pendidikan di era revolusi industri 4.0 harus dapat menciptakan
belakang sumber daya manusia yang kreatif, aktif, inovatif, komunikatif
dan dapat berpikir kritis, dapat memecahkan masalah serta dapat
mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka dalam pelaksanaan kurikulum 2013
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan harus berpusat pada
siswa (student learning center) peran guru hanya sebagai
fasilitator, motivator dan mediator. Sebagaimana diungkapkan
oleh (Mulyasa., 2019); (Rayinda Dwi Prayogi, 2019),dan
(Nurmala et al., 2021) bahwa ketrampilan abad 21 sekolah harus
dapat menciptakan kemampuan Creativity and Innovation,
Critical Thinking and Problem Solving, Collaboration (4C) serta
Literasi dan HOTS (High Order Thinking Skill) Ilmu
Pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang memegang peranan penting dalam
perkembangan IPTEK. Tujuan pembelajaran IPA di SD adalah
Pemahaman terhadap disiplin keilmuan ilmu penetahuan alam
dan ketrampilan berkarya (proyek) untuk menghasilkan suatu
produk yang akan merefleksikan penguasaan kompetesi
seseorang sebagai hasil belajar. IPA merupakan “ilmu
pengetahuan yang mengkaji gejalagelaja dalam alam semesta”
(Ayu, I. G., Perdani, M., Gading, K., & Riastini, 2016)
Pengembangan kreativitas siswa dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran, salah satunya pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam . (Nurmala et al., 2021)
Tujuan Model pembelajaran problem based learning merupakan kegiatan
penelitian belajar mengajar yang berdasarkan pada proyek yang dikerjakan
siswa dalam waktu tetentu, dengan bimbingan guru (Surya et al.,
2018); (Loyens et al., 2011) Pembelajaran berbasis proyek adalah
suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam
proses pembelajaran. Proyek yang di kerjakan oleh siswa dapat
berupa proyek perseorangan atau klompok dan dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan
sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan di tampilkan dan
dipresentasikan. Agar siswa dapat menikmati dan menimbulkan
proses minat dan kreativitas dalam proses pembelajaran maka
solusinya dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek
(Choi et al., 2019; Guo et al., 2020 dalam (Rozal et al., 2021)
Model pembelajaran berbasis proyek dipilih karena memiliki
beberapa keunggulan diantaranya dapat meningkatkan kreativitas
dan hasil belajar siswa. Pengembangan kreativitas sangat penting
dalam memahami suatu pelajaran atau memaknai dari semua
kegiatan yang dilakukan (Budiarti, 2015 dalam Gita Cemara &
Sudana, 2019) Hasil penelitian lain yang membuktikan
keunggulan model pembelajaran berbasis proyek diungkapkan
oleh Desimah et al. (2019), Insyasiska et al. (2017), Irawan
(2014), Putra et al. (2014), dan Baidowi et al. (2015)
hasil Hasil penelitian disimpulkan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran project based learning terhadap kreativitas belajar
IPA siswa kelas IV SDN Kamal 1. Berdasarkan hasil uji
hipotesis terbukti bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
project based learning terhadap kreativitas belajar hal ini dapat
dilihat pada table 3. Dasar pengambilan keputusan Jika nilai Sig.
(2-tailed) < 0.05, maka terdapat perbedaan antara keativitas siswa
sebelum dan sesudah pembelajarn project based learning;
sebaliknya jika nilai Sig.(2-tailed) > 0.05, maka tidak terdapat
perbedaan antara keativitas siswa sebelum dan sesudah
pembelajarn project based learning. Berdasarkan hasil analisis
diketahui bahwa nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0.000 < 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan anatara kreativitas
siswa sebelum dan sesudah pembelajarn project based learning.
Yang berarti terdapat pengaruh model pembelajaran project
based learning terhadap kreativitas belajar. Model pembelajaran
PjBL efektif diterapkan pada mata pelajaran IPA untuk
meningkatkan kreativitas siswa kelas IV sekolah dasar.
sumber https://jurnalp4i.com/index.php/educator/article/view/1309

Judul Pengaruh Model Project Based Learning (PjBL) Terhadap


Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Ditinjau dari Motivasi
Berprestasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Jurnal BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual
Vol / hal 2/201-212
Tahun 2018
Penulis Hikmatul Fitri , I Wayan Dasna, Suharjo
tanggal 13 Mei 2018
Latar Keberhasilan implementasi kurikulum 2013 dalam mencetak
belakang generasi yang unggul tidak terlepas dari adanya peningkatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Upaya peningkatan
pembelajaran pada kurikulum 2013 yaitu dengan melaksanakan
kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
(Fuadah, 2017). Hal tersebut sejalan dengan dasar pemikiran
dalam panduan teknis kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa
strategi pelaksanaan kegiatan belajar siswa sekolah dasar yang
dikehendaki kurikulum 2013 yakni melalui pendekatan
saintifik/ilmiah. Menurut Hosnan (2014) pendeketan saintifik
adalah proses belajar yang dilaksanakan dengan kegiatan ilmiah
yang memuat keterampilan mengamati, menanya, mencoba,
menalar dan mengkomunikasikan. Serangkaian kegiatan tersebut
biasa disebut dengan 5M. Pelaksanaan proses pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik hendaknya dapat
mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Menurut
Greenstein (2012) bahwa keterampilan berpikir yang dibutuhkan
pada abad 21 mencakup berpikir kritis, pemecahan masalah,
kreativitas, dan metakoginitif. Salah satu hal penting yang perlu
dicermati dalam proses pembelajaran di kelas yaitu mengasah
kemampuan siswa berupa keterampilan berpikir tingkat tinggi
atau high order thinking skills (HOTS), dengan tujuan
meningkatkan kemampuan siswa berpikir menalar untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memecahkan suatu
kasus/masalah yang lebih rumit. Berpikir tingkat tinggi
merupakan suatu aktivitas berpikir siswa yang melibatkan level
kognitif hierarki tingkat tinggi dari taksonomi berpikir Bloom,
yang meliputi menganalisis (analyzing), mengevaluasi
(evaluating), dan mengkreasi (creating) Anderson & Krathwohl
(2015).
Tujuan Hasil penelitian Sanderayanti dkk (2015) menunjukkan bahwa
penelitian antara variabel motivasi berprestasi dan kemampuan berpikir
kritis baik secara bersamasama maupun secara terpisah memiliki
pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis pelajaran
matematika di sekolah dasar. Hasil penelitian Setyorini dkk
(2015) menunjukkan bahwa ada perbedaan motivasi belajar
antara siswa yang dibelajarkan dengan strategi inkuiri terbimbing
dengan siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran
ekspositori. Beberapa penelitian tersebut telah membahas
pengaruh model pembelajaran dan motivasi berprestasi, namun
hasil penelitian belum menjelaskan secara khusus tentang
pengaruh model project based learning (PjBL) dan motivasi
berprestasi terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
khususnya di Sekolah Dasar. Sehingga sangat perlu dilakukan
penelitian tentang pengaruh model project based learning (PjBL)
terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi ditinjau dari
motivasi berprestasis siswa kelas IV Sekolah Dasar. Guna
merespon ide tersebut, maka diperlukan tindakan suatu
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk, (1) mengetahui
pengaruh yang siginifikan penerapan model PjBL terhadap
kamampuan berpikir tingkat tinggi, (2) mengetahui pengaruh
yang signifikan motivasi berprestasi terhadap kemampuan
berpikir tingkat tinggi, dan (3) mengetahui penerapan model
PjBL dan motivasi berprestasi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
hasil Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan dibahas pada
bab sebelumnya, sehingga diperoleh beberapa hal yang dapat
disimpulkan yaitu, (1) ada pengaruh yang signifikan penerapan
Model Project Based Learning (PjBL) terhadap Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas IV SD, (2) ada pengaruh
yang signifikan Motivasi Beprestasi terhadap Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas IV SD, dam (3) ada
pengaruh yang signifikan penerapan Model Project Based
Learning (PjBL) terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas IV SD.
sumber http://www.jurnal.unublitar.ac.id/index.php/briliant

Judul Peningkatan Hasil Belajar Tematik Terpadu dengan Model


Problem Based Learning di Sekolah Dasar
Jurnal Journal of Moral and Civic Education
Vol / hal 4/88-96
Tahun 2020
Penulis Reinita
tanggal 29 Oktober 2020
Latar Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang
belakang menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran
yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus untuk
memberikan pengalaman kepada siswa. Dalam kurikulum 2013
materi pembelajarannya lebih mengaitkan pada kehidupan siswa
dengan salah satu cirinya yaitu menggunakan tematik terpadu.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi
antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak
dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi
bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang
nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak (Majid, 2014).
Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang
memadukan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke
dalam berbagai tema (Faisal, Gandamana, & Andayani, 2018).
Selain itu proses pembelajaran kurikulum 2013 yang ideal
menurut (Khoiru, Ahmad Iif dan Amri, 2014) berpusat pada
peserta didik, sifat pembelajaran yang kontekstual, buku teks
memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta
kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran tematik terpadu lebih
memperhatikan keterlibatan siswa dalam proses belajar atau
mengarahkan siswa secara aktif untuk terlibat dalam proses
pembelajaran. Dalam pelaksanaannya pembelajaran tematik
terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa
untuk memahami konsep yang tergabung dalam sebuah tema dan
akan menambah semangat bagi siswa karena materi yang
dipelajari merupakan materi yang nyata (konstektual) dan
bermakna bagi siswa (Mungzilina, et al., 2018). Proses belajar
secara aktif dilakukan dalam proses pembelajaran, sehingga
siswa memperoleh pengalaman secara langsung. Pembelajaran
tematik merupakan salah satu pembelajaran terpadu yang
memungkinkan siswa baik secara individu maupun kelompok
untuk lebih aktif dalam menggali dan menemukan konsep serta
prinsip (Pramudya, et al., 2019).
Tujuan Permasalahan yang dialami peserta didik berpengaruh terhadap
penelitian hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari nilai tengah semester 1
siswa yang masih tergolong rendah. Dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) sebesar 75, masih banyak siswa yang belum
dapat mencapainya. Tidak tercapainya proses pembelajaran ini
perlu dicarikan solusinya. Faktor model pembelajaran dianggap
cukup penting, karena tidak hanya meningkatkan hasil belajar
siswa tetapi juga berperan dalam menentukan keaktifan siswa
(Reinita & Hidayat, 2018). Oleh karena itu, peneliti ingin
mengembangkan PBL dalam pembelajaran tematik di SDN 06
Batu Taba, Kabupaten Agam untuk meningkatkan hasil belajar.
Model ini cocok sekali digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam proses pembelajaran karena dapat
menjadikan siswa terlibat langsung dalam memecahkan masalah
di lingkungan sekitarnya dan menemukan solusi dari
permasalahan tersebut.
hasil Dalam penelitian ini, keberhasilan PBL dalam pembelajaran
tematik di SD tergantung pada perubahan-perubahan yang
dilakukan sepanjang pelaksanaan pembelajaran. Pada awal
pembelajaran, upaya perubahan dilakukan dengan pemberian
motivasi belajar mengingat karakteristik siswa yang berbeda-
beda, sehingga semua anak menjadi semangat dalam belajar
walaupun setiap individu membawa variasi dan irama
pertumbuhan dan perkembangan sendiri-sendiri yang
menyebabkan peserta didik berbeda satu sama lain. Selama
proses pembelajaran sampai pada proses penyimpulan, guru
terus-menerus membimbing siswa untuk melakukan refleksi
membuka kesadaran siswa dalam menyimpulkan poin-poin
penting dalam penguatan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
sikap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil keberhasilan
PBL dalam pembelajaran tematik di SD perlu didukung oleh
upaya-upaya berkelanjutan oleh guru untuk memaksimalkan
keberhasilan anak dalam belajar. Peneliti PBL dan pembelajaran
tematik selanjutnya dapat memfokuskan pada masing-masing
kompetensi dan keterampilan anak yang didapatkan dalam
pembelajaran tematik dengan PBL.
sumber http://jmce.ppj.unp.ac.id/index.php/JMCE/article/view/230

Judul Project Based Learning Bermuatan Etnomatematika Dalam


Pembelajar Matematika
Jurnal Jurnal Pendidikan indonesia
Vol / hal 6/106-114
Tahun 2017
Penulis I Wayan Eka Mahendra
tanggal April 2017
Latar Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
belakang suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas, 2003).
Dalam era kesemrawutan global, idealnya pendidikan tidak
hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini. Pendidikan
hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang akan
dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Di lain hal,
globalisasi juga menjadi ancaman bagi budaya Indonesia.
Indonesia mengalami degradasi (penurunan) dalam beragam
bidang sehingga cenderung menjadi bangsa yang tidak
mempunyai dignity (martabat), integritas, kejujuran, kecerdasan,
dan kreativitas (Lisa, 2012). Pendidikan dan budaya memiliki
peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan nilai luhur bangsa. Penanamaan nilai budaya
bisa dilakukan melalui lingkungan keluarga, pendidikan, dan
lingkungan masyarakat sekitar, dengan mengaktifkan kembali
segenap wadah dan kegiatan pendidikan. Selain sebagai
pelestarian, pendidikan juga dapat menjadi sebuah gardu
terdepan dalam kesuksesan sebuah negara.
Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan mata pelajaran
yang penting diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, karena
memberikan banyak manfaat dan dapat diterapkan dalam
berbagai bidang kehidupan. Matematika merupakan ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep
yang berhubungan satu dengan yang lainnya (Rizka, 2014).
Menurut Ismayani dan Nuryanti (2016), matematika diberikan
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif
serta kemampuan bekerja sama. Kebutuhan masyarakat akan
pemahaman matematika di era globalisasi ini akan terus
meningkat, sehingga menuntut penguasaan pengetahuan maupun
kemampuan baru. Begitu pentingnya peranan matematika dalam
kehidupan masyarakat, seharusnya menjadikan matematika
sebagai mata pelajaran yang menyenangkan dan digemari oleh
peserta didik. Tidak dapat dipungkiri, banyak peserta didik di
sekolah tidak menyukai pelajaran matematika. Peserta didik
menganggap matematika adalah pelajaran yang paling sulit dan
tidak mudah dipahami karena terdapat banyak hal yang perlu
dipecahkan, dari rumus hingga menghafal atau mengartikan
dalam bahasa matematikanya. Berbagai upaya telah dilakukan
oleh pemerintah Indonesia seperti wajib belajar 9 tahun,
beberapa fasilitas beasiswa pendidikan dan penunjang lainnya
telah dilakukan. Namun, semua usaha tersebut belum
membuahkan hasil yang optimal dan mutu pendidikan di
Indonesia terlihat masih rendah dibandingkan dengan mutu
pendidikan di negara lain.
Hasil studi PISA (Programme for Internasional Student
Assessment) menunjukan bahwa peserta didik Indonesia kurang
mampu menggunakan konsep-konsep matematika untuk
menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan kehidupan
nyata. Mereka sulit untuk mengerjakan persoalan matematika
dalam bentuk proyek matematika. Hal ini dikarenakan selama ini
siswa cenderung diajarkan rumus-rumus praktis yang nantinya
digunakan untuk menyelesaikan soal ujian. Siswa merasa bosan
apabila diberikan persoalan matematika dalam bentuk proyek,
karena yang mereka inginkan adalah soal-soal matematika
praktis yang bisa langsung diselesaikan dengan menggunakan
beberapa rumus tanpa harus berpikir panjang.
Tujuan Sangat sulit menanamkan pada peserta didik tentang pentingnya
penelitian budaya yang ada di lingkungan sekitarnya, namun diharapkan
dengan adanya model pembelajaran project based learning
bermuatan etnomatematika peserta didiktidak mengalami
kesulitan lagi memahami konsep-konsep matematika yang bisa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, secara tidak
langsung peserta didik akan memahami dan mengetahui bahwa
matematika bukanlah pelajaran yang menakutkan dan
membosankan namun pelajaran yang menarik dan dapat
dikaitkan dengan budaya tempat tinggal mereka. Jika model
pembelajaran project based learning bermuatan etnomatematika
ini diterapkan, maka akan mampu mengubah suasana belajar
yang kaku menjadi aktif dan menyenangkan karena peserta didik
akan termotivasi secara positif untuk aktif dalam proses
pembelajarannya. Peserta didik lebih mudah memahami materi
yang dipelajari karena dikaitkan dengan budaya mereka. Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Rizka, dkk. (2014) yang
menunjukkan bahwa kontribusi model pembelajaran Project
Based Learning bermuatan etnomatematika terhadap kemampuan
koneksi matematika sebesar 85%, tentunya nilai ini cukup besar
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika peserta didik.
Penelitian sangat bermanfaat bagi guru-guru yang mengampu
mata pelajaran matematika terutama guru di SMP. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran
matematika yang menyenangkan dan memotivasi. Penelitian ini
mampu menjawab kesulitan guru dalam mencari model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
secara simultan motivasi belajar dan hasil belajar matematika
antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran project
based learning bermuatan etnomatematika dan peserta didik yang
mengikuti model pembelajaran konvensional pada peserta didik
kelas VIII SMP Negeri 3 Abiansemal tahun ajaran 2016/2017.
hasil Dari hasil uji hipotesis diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan
secara simultan motivasi belajar dan hasil belajar matematika
peserta didik yang mengikuti model pembelajaran project based
learning bermuatan etnomatematika dengan peserta didik yang
mengikuti model pembelajaran konvensional pada peserta didik
kelas VIII SMP Negeri 3 Abiansemal Tahun Ajaran 2016/2017.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan model pembelajaran project based learning bermuatan
etnomatematika terhadap motivasi belajar dan hasil belajar
matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Abiansemal
Tahun Ajaran 2016/2017. Disarankan kepada guru matematika
SMP untuk menerapakan model pembelajaran project based
learning bermuatan etnomatematika dalam pembelajarannya
untuk memperoleh hasil belajar yang lebih optimal.
sumber http://dx.doi.org/10.23887/jpi-undiksha.v6i1.9257
Judul Pengaruh Metode PJBL Terhadap Hasil Belajar Matematika di
Sekolah Dasar
Jurnal Journal for Lesson and Learning Studies
Vol / hal 4/264-270
Tahun 2021
Penulis Rani, Ani Lestari, Fadzilatul Mutmainah,Khardianti Alviani
Ishak, Rika Delima, Pariang Sonang Siregar,Eni Marta
tanggal 9 Juni 2021
Latar Matematika merupakan ilmuyang diajarkan secara bertahap
belakang dan menggunakan metode spiral. Matematika diajarkan mulai
dari tahap konkret, semi konkret, kemudian abstrak(Khairani &
Roza, 2021; Sunismi, 2015). Matematika yang bersifat
hirarkis dimana antara satu topik dengan topik lainnya
saling terkait, mengharuskan siswa memiliki pemahaman
yang baik terhadap konsep untuk belajar konsep lainnya(L.E.,
2018; Ula et al., 2019). Matematika merupakan ilmu dasar
yang mendasari perkembangan Terhadap Hasil Belajar
Matematika di Sekolah Dasarilmu-ilmu lain(Jeheman et al.,
2019; Rahayu & Hidayati, 2018). Oleh karena itu matematika
menjadi salah satu mata pelajaran yang penting untuk
diajarkan di sekolah. Matematika merupakan salah satu
bidang studi yang ada paa semua jenjang pendidikan, mulai
dari tingkat sekolah dasarhingga perguruan tinggi. Bahkan
matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara
informal(Indriani, 2018; Saraswati & Agustika, 2020).
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah
agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika,
tetapi dapat memberikan bekal kepada siswa dengan
tekanan penataan nalar dalam penerapan matematika dalam
kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat di mana ia
tinggal(Lestari & Putra, 2020; Zaini & Marsigit, 2014).
Namun kenyataannya, siswa cenderung kurang menguasai
materi dalam belajar matematika(Khotimah & Yuliastuti,
2019; Safithri et al., 2021; Saputro & Rayahu, 2020).Hal itu
terlihat ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengerjakan soal latihan siswa masih banyak
yang kebingungan dalam mengerjakan soal, seperti sulit dalam
mengajukan dugaan dan melakukan manipulasi
matematika.Rendahnya kemampuan penalaran matematika
siswa terlihat dari sebagian besar siswa belum mampu
mengajukan dugaan, melakukan manipulasi, memberikan bukti
atau alasan serta menarik kesimpulan, memeriksa kesahihan
suatu argumen dan menemukan pola atau sifat dari gejala
matematika untuk membuat generalisasi(Leniati & Indarini,
2021; Suryaningtyas, 2017). Pembelajaran di kelas VI SD Negeri
014 Rambah Samo belum menerapkan model
pembelajaran, hal ini terlihat pada saat pembelajaran
peserta didik menunjukkan sikap yang kurang antusias dan
kurang terpusatnya perhatian terhadap para pengajar.siswa
merasa kesulitan dalam memahami konsep matematika,
di mana pemahaman konsep matematika merupakan hal
mendasar yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar
matematika. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran
yang didominasi oleh guru sehingga siswa terbiasa
mendapatkan informasi atau pengetahuan terkait materi
pelajaran tanpa melalui proses menemukan informasi.
Perhatian siswa tidak fokus kepapan tulis padahal banyak
hal-hal penting yang dituliskan guru sehingga siswa
mengalami kesulitan untuk memaparkan kembali materi
yang disampaikan oleh guru. Siswa menolak ketika guru
meminta untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan
di papan tulis.Jika hal ini terus terjadi, maka proses
pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal.
Tujuan Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, maka tujuan
penelitian penelitian ini untuk menganalisis pengaruh metode
pembelajaran project based learning terhadap hasil belajar
matematika di SD Negeri 014 Rambah Samo. Adanya
penelitian ini diharapkan memberikan inovasi dalam sebuah
pembelajaran, peneliti juga dapat mengetahui apakah metode
tersebut layak atau tidak layak.Model pembelajaran menjadi
pedoman dalam merancang dan melaksanakan langkah –langkah
pembelajaran dari awal hingga evaluasi pada akhir pembelajaran.
Selain itu, model pembelajaran dapat membuat kegiatan
pembelajaran menjadi terarah sampai pada evaluasi akhir
sehingga dapat melihat keberhasilan kegiatan pembelajaran. Para
pengajar hendaknya memikirkan upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
tersebut, salah satunya dengan menggunakan alat peraga
hasil Berdasarkan hasil penelitian Project Based Learning yang
telah dilakukan, terdapat pengaruh penerapan model
pembelajaran Project Based Learning terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika dan dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis Project Based
Learning secara signifikan lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran konvensional. Peningkatan keterampilan
berpikir kreatif siswa menggunakan model pembelajaran
berbasis proyek Project Based Learning secarasignifikan
lebih tinggi dibandingkan pembelajaran
konfensional.Berdasarkan iuran diatas hasil penelitian dan
pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran
project basd learning (PJBL) dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar terutama pada siswa.
sumber https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JLLS

Judul Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran


Project Based Learning pada Masa Pandemi Covid-19 bagi
Siswa SMP Negeri 4 Gunungsar
Jurnal Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan
Vol / hal 7/168-174
Tahun 2020
Penulis Lilik Handayani
tanggal 6 Juli 2020
Latar Pada hakekatnya kegiatan pembelajaran adalah suatu proses
belakang interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta
didik dalam satuan pembelajaran, guru sebagai salah satu
komponen dalam proses pembelajaran merupakan pemegang
peran yang sangat penting, Guru bukan hanya sekedar
penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan
sebagai fasilitator, moderator, dan pendidik. Guru sebagai
pendidik agar menarik dalam proses penyampaian materi dituntut
adanya Creativity and Innovation (Kreativitas dan inovasi) yaitu
kemampuan seorang guru dalam mencipkan kreativitas yang bisa
menghasilkan penemuan-penemuan baru (inovasi). Menurut
Surat Edaran Mendikbud NO. 4/2020 tentang pelaksanaan
pendidikan dalam masa darurat Covid-19 dapat dilakukan
melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pada Pembelajaran Jarak
Jauh (PJJ) difokuskan bukan pada pencapaian akademik saja
namun pada pembelajaran literasi, numerasi dan pendidikan
karakter. Pendidikan karakter yang ingin kami sampaikan dalam
hal ini adalah adanya karakter gotong royong. Keberhasilan
pendidikan dalam situasi pandemic Covid-19 berasal dari
kolaborasi dan interaksi tiga elemen yaitu Guru, Siswa dan
Orang Tua. Pandemi Covid-19 yang tengah melanda dunia
memaksa orang untuk berdiam dirumah sehingga tidak dapat lagi
melakukan aktivitas seperti biasanya, termasuk menuntut ilmu ke
sekolah, melaksanakan proses pembelajaran seperti biasanya,
sedangkan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa harus
dilakukan dengan cara inovatif, salah satunya dengan melakukan
proses belajar mengajar secara online,semi online atau dengan
cara konfesional.
Tujuan Dengan demikian penggunaan model pembelajaran project based
penelitian learning diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar Peserta
didik dalam situasi pandemik Covid-19. Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut diatas maka penelitian best practice ini
bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar ipa melalui
model pembelajaran project based learning pada materi
perkembangbiakan tumbuhan cara vegetatif buatan dalam
kondisi pandemi Covid-19 pada peserta didik Kelas IX di SMP
Negeri 4 Gunungsari. Best Practice ini diharapkan bermanfaat :
1. Bagi peserta didik agar dapat meningkatkan motivasi belajar
IPA setelah diterapkannya model Pembelajaran Project Based
Learning dalam Kondisi Pandemi Covid-19 pada Peserta didik di
SMP Negeri 4 Gunungsari. 2. Bagi para Guru dapat memberikan
informasi tambahan bahwa setelah diterapkannya medel
Pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan
motivasi belajar dalam Kondisi Pandemi Covid-19 pada Peserta
didik di SMP Negeri 4 Gunungsari. 3. Bagi para pengambil
kebijakan apabila tidak bisa memungkinkan untuk pembelajaran
secara online, agar selalu memperhatikan pentingnya model
Pembelajaran Project Based Learning dalam Kondisi Pandemi
Covid-19. 4. Bagi para peneliti dan penyusun karya ilmiah hasil
Best Practice ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk
meningkatkan profesionalisme sebagai peneliti.
hasil Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan motivasi belajar IPA
melalui model pembelajaran project based learning pada materi
perkembangbiakan tumbuhan cara vegetatif buatan dalam
Kondisi Pandemi Covid-19 pada Peserta Didik Kelas IX di SMP
Negeri 4 Gunungsari. Selain itu, siswa merasa termotivasi
melaksanakan kerja proyek yang dilakukan, yang dikerjakan
tanpa adanya beban dan membuahkan hasil yang maksimal, dan
merupakan penilaian ujian praktik IPA di akhir belajar di sekolah
menengah pertama.
sumber http://ojs.ikipmataram.ac.id/index.php/pedagogy/index

Judul Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl)


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kreatifitas Siswa Kelas
Iii Sd Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga
Jurnal Jurnal Pesona Dasar
Vol / hal 6/41-54
Tahun 2018
Penulis Andita Putri Surya , Stefanus C. Relmasira , Agustina Tyas Asri
Hardini
tanggal April 2018
Latar Kurikulum berdasarkan Undang-undang No 20 Tahun 2003
belakang Pasal 1 ayat 19 adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1,
Pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Lebih khusus
ditunjukkan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 3
tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang mana
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.Hal sejalan dengan tujuan kurikulum 2013,
yang dikembangkan dan difokuskan dalam pembentukan
kompetensi serta karakter peserta didik yang berupa panduan
tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang nantinya
dapat ditunjukkan peserta didik sebagai hasil belajar dari konsep
yang dipelajari secara kontekstual. Proses pembelajaran pada
kurikulum 2013 dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk lebih
mengembangkan kreatifitas sesuai dengan pengalaman dan
meningkatkan hasil belajar.
Tujuan Model pembelajaran PjBL merupakan merupakan model
penelitian pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti
pembelajaran. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan siswa akan
mendapat pengalaman secara langsung yang nantinya dapat
meningkatkan kreatifitas serta hasil belajar anak. Model
pembelajaran PjBL ini dapat membantu siswa untuk menemukan
konsep-konsep baru, pengalaman baru, serta dalam
meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas siswa baik dalam
memecahkan masalah maupun dalam membuat sebuah produk.
Seperti yang dipaparkan bahwa ada beberapa faktor yang telah
diuraikan tentang pengembangan kreatifitas anak. Salah satunya
dengan memfasilitasinya, dalam hal ini kita berupaya untuk
memfasilitasi mereka berimajinasi tentang produk serta
pemecahan masalah yang disajikan. Selain itu pendidik pun
memberi dorongan agar kreatifitas siswa dapat berkembang
melalui datadata yang telah mereka temukan pada saat kegiatan
baik saat eksperimen, ataupun elaborasi sehingga dengan
kegiatan langsung menjadi pembelajaran yang bermakna dan
selalu teringat oleh siswa
hasil Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar dan
kreatifitas siswa kelas III SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga,
Semester II Tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terlihat pada
peningkatan hasil belajar siswa yakni pada pra siklus ketuntasan
belajar siswa sebesar 46% lalu meningkat sebesar 72% pada
Siklus I dan meningkat lagi pada Siklus II sebesar 92%
ketuntasan belajar siswa. Selain pada hasil belajar kreatifitas
siswa dari setiap pertemuan mengalami peningkatan, yang pada
awalnya sebesar 27% pada pra siklus meningkat menjadi 50%
pada pertemuan 1 siklus I lalu meningkat kembali menjadi 51%
pada pertemuan II. Dan pada siklus II kreatifitas siswa meningkat
menjadi 80% pertemuan 1 dan meningkat menjadi 90% pada
pertemuan 2 siklus II.
sumber https://doi.org/10.24815/pear.v6i1.10703

Judul Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar
Jurnal Pinisi Journal Of Education
Vol / hal 1/142-167
Tahun 2021
Penulis Muh. Irfan Nugraha, Ritha Tuken, Abdul Hakim
tanggal 2021
Latar Pendidikan adalah salah satu hal yang harus dipenuhi untuk
belakang meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak tertinggal
dari bangsa lain seiring perkembangan zaman. Sehingga untuk
mewujudkan pendidikan tersebut perlu adanya peningkatan
kualitas pendidikan yang diharapkan dapat mencapai atau
mewujudkan Sistem Pendidikan Nasional. Di dalam Undang -
Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan Tinggi, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan
usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan pengendalian diri eterampilan yang
diperlukan bagi dirinya masyarakat bangsa dan negara.
Untuk mewujukepribadian kecerdasan akhlak mulia serta kdkan
hal tersebut salah satu usaha yang telah dilakukan pemerintah
adalah meningkatkan kinerja guru sebagai garda terdepan untuk
mewujudkan tujuan dari sistem pendidikan nasional. Karena
salah satu faktor utama dalam keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran adalah kinerja guru dalam mengelolah proses
pembelajaran di sekolah. Apabila guru berhasil mengelolah
pembelajaran dengan baik maka dapat memicu minat belajar
siswa sehinggah hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini
sependapat dengan Siregar (2015) tinggi rendahnya hasil belajar
siswa akan sangat di tentukan oleh kualitas kinerja guru dalam
mengelolah proses pembelajaran dan memotivasi belajar siswa.
Hal ini dapat dipahami bahwa, menjadi seorang guru
bertanggung jawab tidak hanya menjadikan siswa pandai
dibidang ilmu pengetahuan namun berasal dari dalam
kehidupannya.
Pelaksanaan peroses pembelajaran di sekolah dilaksanakan
menurut kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Kurikulum
yang diterapkan saat ini adalah kurikulum 13 yang disusun sesuai
dengan kondisi masyarakat dan lingkungan sekitar, kurikulum 13
telah dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan terutama
pendidikan sekolah dasar. Orientasi pemberlakuan kurikulum 13
memberikan pengertian bahwa pembelajaran di dalam cakupan
kurikulum 13 tidak lagi hanya berfokus terhadap perkembangan
kognitif, tetapi lebih kepada pengembangan dan penanaman
sikap serta keterampilan yang diharapkan dapat memberi bekal
yang cukup pada seluruh peserta didik dengan menggunakan
pola-pola pembelajaran berbasis lingkungan social budaya
(Santoso dan Wuryandani 2020). Proses pembelajaran yang
demikian tentu dapat berfungsi sebagai langkah preventif dari
sekolah untuk menjaga kelestarian kekayaan keberagaman social;
budaya yang dimiliki Indonesia.
Pada proses pembelajaran tentu saja erat kaitannya dengan hasil
belajar, karena dari hasil belajarlah yang menjadi tolak ukur
untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah dicapai atau
belum. Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas
yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar orang oleh
seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, ketarampilan berpikir maupun
ketrampilan motorik. Masruroh dan Reza (2015) hasil belajar
adalah kemampuan yang didapatkan oleh siswa setelah melalui
kegiatan - kegiatan pembelajaran , baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif dan psikomotor yang kemudian dinnyatakan
dalam bentuk skor setelah diadakannya evaluasi dari materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Tes hasil belajar atau achievement
test biasanya dilakukan sebagai upaya guru mengukur tingkat
keberhasilan siswanya. Semakin tinggi nilai yang didapat
mayoritas siswa maka semakin berhasil pula proses
pembelajaran.
Tujuan Oleh sebab itu peneliti bermaksud untuk menerapkan sebuah
penelitian model pembelajaran yaitu, model project based learning (PjBL)
pada materi keberagaman sosial budaya masyarakat. yang di
harapkan dapat melatih siswa kelas V UPTD SDN 29 Barru,
untuk memecahkan masalah sehari – hari, dan melatih siswa
untuk berpikir kritis dan kreatif, serta melatih dalam berkerja
dalam sebuah tim atau kelompok. Sehinggah dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dari sebelumnya yang dibawah SKBM
menjadi diatas SKBM melalui penerapan model tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan di atas maka calon
peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tindakan
kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
project based learning (PjBL), Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat Siswa Kelas V
UPTD SDN 29 Barru”.
hasil ari keseluruhan proses yang telah dilaksanakan peneliti, baik
dalam perencanaan, pelaksanaan, observasi,dan refleksi
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran project based learning (PjBL) dapat meningkatkan
hasil belajar keberagaman sosial budaya masyarakat siswa kelas
V UPTD SDN 29 Barru. Dengan ini peneliti menilai bahwa
model pembelajaran project based learning (PjBL) apabila
diterapkan dengan baik sesuai langkah - langkah yang
dikemukakan oleh Addiin dan Ariani (2014) yaitu memberikan
pertanyaan yang bersifat esensial atau mendasar, merndesain
pengerjaan project / proyek yang akan dibuat siswa, menyusun
langkah – langkah pembuatan proyek, melakukan monitoring
secara berkala terhadap pengembangan proyek siswa, melakukan
penilaian terhadap hasil kerja siswa, melakukan evaluasi tentang
pengalaman yang di peroleh siswa. Penelitian dengan
menerapkan model pembelajaran project based learning (PjBL),
telah dilakukan sebelumnya dan rata-rata berhasil dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Diantaranya yaitu, penelitian
yang dilakukan oleh Faizah (2015) dengan penelitian yang
berjudul “Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui model project
based learning (PjBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas IV SD Negeri Seworan, Wonoseogoro”. kelas IV SD
Negeri Seworan. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil
kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Secara umum pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II belum
terlaksana dengan sangat baik karena masih terdapat kekurangan
baik dari aktivitas peneliti sebagai guru maupun dari aktivitas
siswa. Melihat dari hasil siklus I dan siklus II dengan
melaksanakan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi menunjukan bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran project based learning (PjBL) dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar keberagaman sosial
budaya
sumber https://ojs.unm.ac.id/PJE/article/view/25908

Judul Peningkatan Minat Belajar Peserta Didik dengan Penerapan Apersepsi Visual
Menggunakan Model Problem Based Learning
Jurnal Jurnal Lageogrefia
Vol / hal 20/395-406
Tahun 2022
Penulis Nafin Nihayati, Muh Said, Wahyuningsih
tanggal Juni 2022
Latar Dasar pendidikan adalah mengembangkan sumber daya manusia.
belakang Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia, melalui
pendidikan ini kita ingin mencetak, membentuk manusia
Indonesia yang berkualitas dalam hal jasmani dan rohaninya.
Manusia yang berkualitas dilihat dari segi pendidikan telah
terkandung secara jelas dalam Tujuan Pendidikan Nasional.
Menurut Undang- undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
pendidikan Nasional. Tujuan Pendidikan Nasional dirumuskan
sebagai berikut: “Tujuan pendidikan nasional adalah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Pencapaian
tujuan pendidikan bermuara pada kualitas guru di lembaga
pendidikan. Guru sebagai ujung tombak fungsi pelaksanaan di
bidang pendidikan, profesi yang sangat mulia guna mencapai
tujuan dan sasaran sebagaimana tugas pokok dan fungsi guru
yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003. SMP Negeri 7 Kunto
Darussalam memiliki Visi yaitu “Terwujudnya peserta didik
yang berakhlak mulia serta unggul dalam berprestasi ”. Untuk
mencapai visi SMP N 7 Kunto Darussalam Kabupaten Rokan
Hulu, seluruh stakeholder berkerjasama demi tercapainya visi
dan misi sekolah pada khususnya dan tujuan pendidikan nasional
pada umumnya, dengan tercapainya delapan standar pendidikan
salah satunya adalah standar proses. Standar proses berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran yang
maksimal dapat terjadi apabila seorang siswa mempunyai minat
terhadap pelajaran. Minat belajar peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran merupakan suatu hal yang penting dalam
kelancaran proses pembelajaran (Duhita et al., 2020; Hasriyanti,
2019; Nurhasanah & Sobandi, 2016; Rahmawati, 2015). Peserta
didik yang mempunyai minat belajar tinggi dalam proses
pembelajaran dapat menunjang proses belajar mengajar untuk
semakin baik, begitupun sebaliknya minat belajar peserta didik
yang rendah maka kualitas pembelajaran akan menurun dan akan
berpengaruh pada hasil belajar. Hal serupa diungkapkan oleh
(Slameto, 2010) bahwa minat adalah Kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu. Kondisi terkini menunjukkan kurang
minat belajar peserta didik mengikuti pembelajaran di SMP N 7
Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu. Masalah yang sangat
krusial adalah kebanyakan peserta didik yang sering mengobrol
dengan temannya, ribut dikelas, mengantuk, sering keluar–masuk
kelas dalam proses pembelajaran yang sangat mengganggu
keberlangsungan proses pembelajaran, karena dapat mengganggu
siswa yang lain yang ingin memperhatikan serta bagi siswa yang
berbicara akan tidak dapat menyerap materi dengan baik. Minat
belajar mengikuti pembelajaran yang kurang disebabkan peserta
didik bosan dengan keadaan Proses pembelajaran serta kurang
adanya aturan yang tegas dalam mengatur aktivitas peserta didik.
Tujuan Apersepsi akan mempengaruhi kurangnya minat belajar siswa
penelitian terhadap mata pelajaran, hal ini disebabkan karena kurang
tepatnya model pembelajaran yang digunakan guru untuk
meningkatkan minat belajar siswa. Kegiatan apersepsi
diharapkan dapat mempengaruhi minat belajar siswa dan dapat
memberikan peningkatan manfaat baik supaya siswa mampu
dengan mudah menerima materi pelajaran yang diberikan guru.
Membangkitkan minat dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut: 1) membangkitkan adanya suatu kebutuhan, 2)
menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
(Apersepsi), 3) memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil
yang baik, 4) menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
Keempat aspek tersebut dipadukan dengan metode pembelajaran
yang mampu menciptakan suasana yang aktif (Sardiman, 2020).
Membangkitkan minat salah satunya dengan cara guru
menerapkan apersepsi di awal pembalajaran, diharapkan bisa
meningkatkan minat belajar peserta didik untuk menyenangi
mata pelajaran yang sifatnya teori supaya siswa dapat memahami
dasar untuk menerapkan pada praktinya. Kegiatan apersepsi
dapat dikembangkan guna minat belajar peserta didik dan hasil
belajar peserta didik dapat di tingkatkan menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Berdasarkan uraian permasalahan minat belajar
pada materi mobilitas sosial di SMP Negeri 7 Kunto Darussalam
di atas maka yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan
menarik minat belajar siswa dengan menerapkan apersepsi visual
diawal kegiatan belajar dengan penggunaan model Pembelajaran
PBL (problem based learning) sehingga peserta didik mampu
mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan permasalahan
tersebut maka penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan
judul “Peningkatan Minat Belajar Peserta Didik dengan
Penerapan Apersepsi Visual Menggunakan Model Problem
Based Learning”
hasil Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
mengenai peningkatan Minat Belajar Siswa dengan diterapkan
Apersepsi Visual menggunakan Model Problem Based Learning
pada materi mobilitas sosial di SMP Negeri 7 Kunto Darussalam
Kabupaten Rokan Hulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut: Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
mendapatkan hasil positif terhadap peningkatan minat belajar
siswa pada rekapitulasi data angket yang telah diolah penulis
datanya dengan memperoleh persentase sebanyak 88% atau pada
angka 210.2 pada rentang skala 203 s/d 240 dalam kategori
sangat senang/ antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hal ini artinya penerapan apersepsi visual dengan menerapkan
model problem based learning, minat belajar siswa mengalami
peningkatan. Demi mencapai perubahan yang besar terhadap
kualitas belajar siswa perlu adanya penggunaan metode
pembelajaran yang variatif pada kegiatan pembelajaran, supaya
antusias dan minat belajar siswa mengalami peningkatan dengan
harapan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat
tercapai sesuai hasil yang diharapkan. Maka program ini
hendaknya dilaksanakan secara berkelanjutan. Tidak hanya
menjadi program yang dilaksanakan disaat pelaksanaan kegiatan
aktualisasi dan supervisi saja, namun juga setiap saat guru wajib
menghadirkan kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan
menyenangkan. Sesuai dengan Tujuan Pendidikan, mewujudkan
“peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab, perlu adanya kerja sama
antar stakeholder sekolah, yakni Kepala sekolah, pendidik dan
peserta didik maupun wali murid untuk mencapai keberhasilan
program ini.
sumber https://doi.org/10.35580/lageografia.v20i3.36063

Judul Penerapan Model PJBL Berbasis Bahan Bekas Dalam


Meningkatkan Kemampuan Kreativitas Anak Kelompok B
Jurnal EDUSTUDENT: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pengembangan
Pembelajaran
Vol / hal 1/164-172
Tahun 2022
Penulis Beti Nurasih, Syamsuardi Syamsuardi, Andi St.Emeralda Ria
tanggal April 2022
Latar Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia merupakan suatu
belakang system Pendidikan nasional yang diatur secara sistematik.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kamampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No 20
Tahun 2003)
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu
wadah dalam bentuk formal pada jenjang pendidikan anak usia
dini yang berfungsi sebagai salah satu tempat berproses dan
sarana yang kondusif bagi tumbuh kembang anak yang berada
pada usia 0 sampai 6 tahun. Sebagai salah satu lembaga
pendidikan bagi anak usia prasekolah, Taman Kanak-kanak
seharusnya membantu memberikan stimulasi yang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak didik, baik secara jasmani
maupun rohani. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang
optimal maka dibutuhkan seorang guru yang profesional dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya di lembaga tersebut.
Kebutuhan esensial anak untuk memperoleh Pendidikan yang
layak adalah hak setiap anak tidak terkecuali anak usia dini.
Taman Kanak-kanak memberikan layanan bagi usia 4-6 tahun,
pada usia ini anak berada pada masa peka. Pada masa ini telah
terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap
merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Di masa ini
tahapan meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan
berbagai aspek kemampuan yaitu fisik, kognitif,bahasa, sosial
emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, kreatifitas,
moral, dan nilai- nilai agama. Berdasarkan hal tersebut maka
dibutuhkan kondisi dan rangsangan yang sesuai dengan
kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangannya
tercapai secara optimal (Depdiknas, 2003:6).
Tujuan Kurangnya pengetahuan serta kreatifnya guru TK Negeri
penelitian Pembina di Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin
Barat dalam pemanfaatan barang bekas, khususnya dalam
pembuatan media pembelajaran dan mengaplikasikan media
pembelajaran dengan menggunakan bahan bekas dalam proses
pembelajaran, serta kurangnya inisiatif guru dalam
memanfaatkan bahan bekas yang ada di lingkungannya menjadi
media pembelajaran yang inovatif. Berdasarkan uraian diatas
solusi yang akan ditawarkan adalah upaya meningkatkan
kreativitas anak melalui penerapan model PJBL berbasis bahan
bekas. Melalui PJBL berbasis bahan bekas ini, dalam proses
kegiatan belajarnya dapat mengasah motorik kasar dan halus
pada anak sehingga dapat membangun daya kreativitas dan
kemampuan berpikir pada anak. Selain itu memberikan
kesempatan pada anak untuk mencoba dan mengembangkan
daya pikir, daya cipta serta menjelajahi lingkungannya. Tujuan
dari penelitian Tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan
kreativitas anak melalui pemanfaatan bahan bekas pada anak
kelompok B TK Negeri Pembina Arut Selatan Kabupaten
Kotawaringin Barat Tahun Pelajaran 2020/2021.
hasil Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kreativitas anak pada kelompok B TK Negeri
Pembina Arut Selatan mengalami peningkatan dari setiap
pertemuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
kemampuan kreativitas anak sebelum dan sesudah perlakuan
Penelitian Tindakan Kelas melalui penerapan Project Based
Learning dengan bahan bekas. Hal ini menandakan PJBL dengan
bahan bekas dapat meningkatkan kemampuan kreativitas anak
pada kelompok B TK Negeri Pembina Arut Selatan.
sumber http://dx.doi.org/10.26858/edustudent.v1i3.26482

Judul Model PJBL Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar


Siswa Sekolah Dasar
Jurnal Pinisi Journal PGSD
Vol / hal 1/593599
Tahun 2021
Penulis Ika Mariska, Zaid Zainal, Taslim Tanwil
tanggal 31 Juli 2021
Latar Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang dilakukan
belakang setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku baik
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Seseorang dianggap
telah belajar jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Namun berdasarkan hasil observasi dan temuan di lapangan
diperoleh gambaran bahwa siswa kelas V tidak aktif, cara
mengajar guru yang monoton, dan tidak ada media yang
bervariasi menyebabkan hasil belajar siswa menurun. Untuk
menunjang keberhasilan dalam pembelajaran, seorang guru dapat
menerapkan suatu model, strategi, ataupun teknik pembelajaran
yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa salah
satunya yaitu dengan menerapkan model project based learning
dalam pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning atau biasa disebut PjBL) adalah metode
pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai
media. Menurut Dewi, I Gusti dan I Ngh. Suadnyana (2017,
hlm.3) yang menyatakan bahwa Project Based Learning adalah
model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan
prinsip-prinsip utama (sentral) dari suatu disiplin, melibatkan
siswa dalam kegiatan memecahkan masalah dan tugas-tugas
bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara
otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya
menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik.
Pendapat lain dikemukakan oleh Andari, Ni Wayan dan IB Surya
(2016, hlm.3) yang menyatakan bahwa model Project Based
Learning adalah pembelajaran yang melibatkan suatu proyek
dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan siswa dapat
berupa proyek perorangan maupun kelompok dan dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan
sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau
dipresentasikan. Jadi ciri khas pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) ini adalah dihasilkannya suatu produk sebagai
hasil belajar.
Tujuan Berdasarkan hasil temuan di lapangan, peneliti tertarik untuk
penelitian melakukan penelitian tentang penerapan model PjBL untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas V
Sekolah Dasar yang diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran
di kelas karena model PjBL ini merupakan salah satu bentuk
pembelajaran inovatif karena mengajarkan beragam strategi
mencapai kesuksesan abad 21, membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan abad 21, meningkatkan tanggung
jawab, melatih pemecahan masalah, komunikasi, dan kreativitas.
(Miyarso, Estu: 2019).
hasil Berdasarkan rumusan masalah dan hasil yang diperoleh dalam
pelaksanaan penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran menggunakan model Project Based
Learning (PjBL) ini menunjukkan aktivitas dan hasil belajar yang
meningkat, karena proses pembelajarannya siswa terlibat aktif.
Pembelajran menggunakan model Project Based Learning (PjBL)
memberikan pengalaman langsung pada siswa saat proses
pembelajaran dengan sintak PjBL diantaranya yaitu tahap
pertanyaan mendasar, tahap mendesain perencanaan proyek,
tahap menyusun jadwal, tahap memonitor peserta didik, tahap
menguji hasil, dan tahap mengevaluasi pengalaman. Selain
karena model pembelajarannnya yang menarik dan inovatif perlu
juga menggunakan media yang menarik yaitu selain media benda
konkrit yang dapat memberikan pengalaman nyata untuk peserta
didik tetapi juga perlu adanya media berbasis teknologi yang
merupakan media pembelajaran abad 21. Hal tersebut terbukti
membuat siswa lebih fokus dan memahami pembelajaran yang
diberikan oleh guru dibandingkan jika peserta didik hanya belajar
secara konvensional apalagi jika media tersebut ditampilkan
dengan sangat menarik seperti gambargambar yang menarik, atau
video pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik juga.
Oleh karena itu diperlukan juga seorang guru yang inovatif yang
mampu memberikan perbaikan dan perubahan pada proses
pembelajaran maupun pendidikan.
2. Pembelajaran dengan menggunakan model Project Based
Learning (PjBL) memberikan pengalaman yang berbeda bagi
siswa karena siswa terlibat langsung dalam pembelajaran yang
akhirnya dapat meningkatkan bukan hanya pada aktivitas peserta
didik tetapi juga hasil belajar peserta didik. Pada awalnya peserta
didik cenderung pasif saat pembelajaran hal tersebut disebabkan
karena terlalu lama belajar di rumah akibat pandemi covid-19
yang menyebabkan siswa sulit mengemukakan pendapat, tidak
aktif dalam diskusi, dan tidak berani tampil di depan kelas. Oleh
sebab itu peneliti ingin melakukan berbagai perbaikan-perbaikan
agar kemampuan siswa meningkat yaitu salah satunya dengan
penerapan model Project Based Learning (PjBL) dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model
pembelajaran Project Based Learning mampu meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar peserta didik sekolah dasar.
Peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat dari perolehan nilai
rata-rata tes akhir yaitu 82.
sumber https://ojs.unm.ac.id/pjp/article/view/26237
Judul Meningkatkan Minat Belajar Melalui Metode Projeck Based
Learning Dengan Media Loosepart
Jurnal EDUSTUDENT: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pengembangan
Pembelajaran
Vol / hal 2/31-36
Tahun 2022
Penulis Sulastini Sulastini, Wahira Wahira, Kahrul Alam
tanggal Oktober 2022
Latar Implementasi kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya
belakang peningkatan mutu pendidikan formal di Indonesia, dalam
implementasinya kurikulum 2013 merupakan proses
pengembangan pembelajaran dan salah satunya adalah mengubah
pola pembelajaran yang pertamanya pasif menjadi pembelajaran
bersifat aktif (Hamida Fauziah, 2018:161) dengan menerapkan
pembelajaran pada peserta didik dengan model pembelajaran
berbasis projek melalui pendekatan saintifik dengan penggunaan
media loosepart yang mengubah pola belajar yang pertamanya
individu menjadi belajar kelompok (berbasis tim). Dalam
pemilihan metode pembelajaran sebaiknya guru selalu
memperhatikan faktor peserta didik yang menjadi subjek belajar,
karena setiap peserta didik pada dasarnya memiliki kemampuan
serta cara belajar yang berbeda-beda dengan peserta didik yang
lainnya. Perbedaan tersebutlah yang dapat menyebabkan adanya
kebutuhan yang berbeda dari setiap individu, namun bukan
berarti bahwa pembelajaran harus diubah menjadi pembelajaran
yang individual, melainkan dibutuhkan sebuah alternatif
pembelajaran yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan
seluruh individu peserta didik. Kemampuan mengajar yang baik
dan benar serta penguasaan tekhnologi merupakan salah satu
tuntutan sebagai seorang pendidik, sehingga seorang pendidik
harus mampu memilih serta menggunakan pendekatan
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, dan harus mempertimbangkan kemampuan dan
tingkat perkembangan masing-masing peserta didik. Pendekatan
yang diterapkan pada kurikulum 2013 adalah pendekatan
scientific (scientific approach) yaitu pendekatan yang lebih
menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik
melalui kegiatan 5M yakni mengamati, menanya, menalar,
mengumpulkan informasi dan mengkomunikasikan (Yuliani
Nurani, 2020:38), salah satu model dalam pendekatan scientific
adalah model pembelajaran berbasis proyek (project based
learning).
TK-ALHALIIM merupakan sekolah yang mempunyai fasilitas
yang cukup memadai dan kemampuan intelektual peserta didik
yang beragam dengan kata lain kemampuan serta keterampilan
yang berbeda-beda, mulai dari peserta didik yang memiliki
kemampuan belajar rendah, sedang, sampai peserta didik yang
memiliki kemampuan belajar tinggi. Berdasarkan pada observasi
kegiatan pembelajaran di KELOMPOK B TK-ALHALIIM yang
berjumlah 15 peserta didik, diketahui bahwa metode
pembelajaran yang sering digunakan dalam kegiatan
pembelajaran adalah metode ceramah. Penggunaan metode
ceramah atau verbal dinilai kurang efisien karena pada proses
pembelajarannya hanya berpusat pada guru (teacher centered)
dan kurang melibatkan peserta didik sehingga situasi
pembelajaran membosankan dan anak tidak dapat
mengkonstruksi sendiri kemampuan kognitifnya, model
pembelajaran seperti ini harus diubah dan beralih pada pada
model pembelajaran yang lebih mengaktifkan peserta didik
(centered learning) dan memberikan mereka kebebasan dan
ruang dalam belajar dan berkarya sehingga pembelajaran tidak
pasif, guru sebagai sumber utama memegang peranan penting
atas berhasilnya proses pembelajaran maka peran guru sangatlah
penting karena berkaitan erat dengan penguasaan anak terhadap
suatu materi (Nuraeni, 2017:144)
Tujuan Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu
penelitian hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, semakin
kuat atau semakin dekat hubungan tersebut semakin besar minat,
suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukan ketertarikan pada suatu objek, dengan kata lain
minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktifitas (Sumarni, 2019:8).
Loose part merupakan media bahan ajar yang kegunaannya
dalam pembelajaran anak tidak pernah ada habisnya.media iini
berupa bahan alam yang dapat dipindahkan dibawa, digabungkan
,dirancang ulang dipisahkan dan disatukan kembali dengan
berbagai cara, melalui penggunaan Loose Part ini si anak di
bimbing dan difasilitasi untuk terus mengeluarkan imajinasi-
imajinasi kreatifnya serta menkonkretnya atau membuatnya
menjadi sebuah karya nyata sehingga anak merasa memiliki
kebebasan untuk berekspresi dan berkreasi (Ady farida, 2020:3).
Dalam pembelajaran yang dilaksanakan di TK-ALHALIIM
tergolong masih belum menekankan pada model pembelajaran
project based learning .kegiatan pembelajaran yang dilakukan
hanya terfokus pada hasil yang didapat pada akhir pembelajaran
tanpa memperhatikan proses pada saat kegiatan berlangsung.
Pada penggunaan teknologi pun dalam pembelajaran masih
terbatas yakni hanya melalui whatsaap group (WAG).
Pembelajaran berlangsung monoton karena tugas guru hanya
sebagai pemberian tugas dan peserta didik mengerjakan tugas
dari gurunya. Dengan kondisi tersebut peserta didik selalu pasif
dalam pembelajaran. Tidak adanya komunikasi yang interaktif
antara guru dan peserta didik. Selain itu, hasil belajar peserta
didik selama proses pembelajaran cenderung rendah. Maka dari
itu penggunaan metode kegiatan berbasis proyek ini sangat bagus
untuk meningkatkan minat anak dalam menyelesaikan kegiatan
dalam pembelajaran. Hal yang dilakukan oleh guru:
1. Guru mengajukan pertanyaan terkait pemecahan masalah.
(misal: dengan apa petani menyebrangi sungai jika tidak ada
jembatan).
2. Anak merencakan proyek yang akan dikerjakan.
3. Guru memberikan arahan terkait dengan proyek yang akan
dikerjakan.
4. Guru memotivasi agar siswa semangat untuk menyelesaikan
poyek. Guru mengevaluasi hasil proyek yang telah dikerjakan.
hasil Dari hasil analisis data parametric yang berskala interval atau
rasio dan memiliki data yang normal dimana dengan uji hipotesis
akan menghasilkan data yang koefifisien. Berdasarkan dari hasil
perbandingan kedua siklus penelitian dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode project based
learning dapat meningkatkan minat anak dalam menyelesaikan
kegiatan main anak di TK-ALHALIIM Pademawu.
Dalam pengambilan kesimpulan jika prosentase minat belajar
anak >80%=berhasil/tuntas, jika minat belajar anak < 80%=maka
belum berhasil/belum tuntas dan peneliti perlu melakukan
refleksi sekaligus persiapan untuk melakukan kegiatan penelitian
siklus selanjutnya.
Adapun nilai presentase yang diperoleh adalah anak mulai
berkembang 1 (6,6%) sudah berkembang ada 2 (13,3%) orang
anak (20%) dan 12 orang anak berkembang sangat baik (80,1%)
Artinya sebagian besar anak dapat menyelesaikan kegiatan
mainnya pada penggunaan metode pjbl tersebut.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penggunaan
metode project based learning dapat meningkatkan kemampuan
anak dalam menyelesaikan kegiatan main anak secara signifikan.
Penelitian ini didukung oleh beberapa peneliti yaitu dilakuksan
olleh Hamida Fauzia (2018) yang menunjukan bahwa terdapat
peningkatan minat dan hasil belajar peserta didik kelas XI IPS 3
SMAN 3 Blitar.
Adapun peneliti lain yang melakukan peneitian terkait dengan
metode ini adalah Dyana Indri Hapsari (2018) yang menujukan
bahwa melalui metode pembelajaran pjbl tersebut dapat
meningkatakan motivasi anak dalam belajar matematika pada
peseta didik kelas V SDN Salatiga 02 tahun 2017/2018.
sumber http://dx.doi.org/10.26858/edustudent.v2i1.27273

Anda mungkin juga menyukai