Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASEDLEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING


TERHADAP HASILBELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS 4 SD GUGUS GUNANDAR

Esti Setya Nugraheni, Suroso, Yustinus


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar - FKIP – UKSW – Salatiga
E-mail: 292014086@student.uksw.edu, Suroso.sltg@gmail.com, Ytinus@staff.uksw.edu

Abstract. This research aims to know the significance of the differences of the influence model of learning
Problem Based Learning and Project Based Learning results students learn math 4th grade Blora Regency,
Cluster Gunandar semester II in 2017/lessons 2018. This research is quasi experimental research. The population
in this study students 4th grade Cluster Gunandar. The sample in this research grade 4A and 4B SD Negeri
Kedungjenar chosen by purposive sampling technique. Data obtained using tests and observation. Data analysis
conducted with descriptive analysis, test and test the normality of its homogeneity as a prerequisite test before
doing the test is different (t). The results showed that there was no significant difference between the use of
model learning Problem Based Learning in the control group and Project learning model Based Learning Group
experiments. This is a review of the results of learning math 4th grade Cluster Gunandar 2017/2018 lesson II
year semester. Evident from the t test results indicate that the sig (2-tailed) indicates numbers 0.714 meaning
0.714 > 0.05. Whereas t count of 0.368. DF = 63, t table of 1.998 so 0.368 < 1.998. So Ho and Ha was rejected.

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan pengaruh model pembelajaran
Problem Based Learning dan Project Based Learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Gugus
Gunandar Kabupaten Blora semester II tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini merupakan penelitian quasi
eksperimen. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas 4 SD Gugus Gunandar. Sampel dalam penelitian ini siswa
kelas 4A dan 4B SD Negeri Kedungjenar yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data diperoleh
menggunakan tes dan observasi. Analisis data yang dilakukan dengan analisis deskriptif, uji normalitas dan uji
homogenitas sebagai uji prasyarat sebelum melakukan uji beda (t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada
kelompok kontrol dan model pembelajaran Project Based Learning pada kelompok eksperimen. Hal ini ditinjau
dari hasil belajar matematika kelas 4 SD Gugus Gunandar semester II tahun pelajaran 2017/2018. Terbukti dari
hasil uji t menunjukkan bahwa sig. ( 2-tailed) menunjukkan angka 0,714 yang berarti 0,714 > 0,05. Sedangkan t
hitung sebesar 0,368. Df = 63, t tabel sebesar 1,998 jadi 0,368 < 1,998. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Project Based Learning, Hasil Belajar Matematika

Pendidikan selalu berubah, salah satu dan kebudayaan mulai memberlakukan


aspek yang berubah adalah kurikulum. kurikulum 2013. Kurikulum ini adalah
Pendidikan, kurikulum dan pembelajaran langkah pengembangan Kurikulum Berbasis
memiliki keterikatan yang sangat penting, Kompetensi pada tahun 2004 dan Kurikulum
apalagi dalam sebuah kelembagaan. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di tahun
Pendidikan sebagai lembaga yang 2006 yang mencakup kompetensi sikap,
menampung, dimana dalam sebuah lembaga pengetahuan, dan keterampilan secara
tersebut terdapat sebuah rancangan yang terintegratif.
terencana dan terarah yang biasa disebut Kurikulum merupakan komponen
kurikulum. Tapi semua itu tidak akan terpenting yang menjadi dasar pendidikan
terlaksana tanpa adanya implementasi. yang diterapkan oleh suatu negara.
Implementasi itu didapat dengan Kurikulum dirubah dengan menyesuaikan
pembelajaran. Untuk itulah, mengapa perkembangan ilmu pengetahuan. Perubahan
pendidikan, kurikulum dan pembelajaran kurikulum harus disesuaikan pula dengan
memiliki keterkaitan dan tidak dapat kondisi negara kita. Tidak sepenuhnya
dipisahkan satu sama lain.Di Indonesia kurikulum dari negara lain bisa di adopsi,
kurikulum beberapa kali mengalami mengingat adanya perbedaan-perbedaan
perubahan. Perubahan kurikulum terakhir secara ideologi, agama, ekonomi, sosial,
kali terjadi pada tahun pelajaran 2013/2014, maupun budaya. Sebelum merubah
pemerintah melalui Kementrian Pendidikan kurikulum lama ke kurikulum baru juga tidak

1
114
115 Didaktika Dwija Indria, Volume 6, Nomor 3, hlm. 114-125

mudah karena perlu adanya penilaian menganalisis, mengevaluasi, mencipta.


terhadap kurikulum yang sedang dijalankan. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas
Permendikbud nomor 67 tahun 2013 mengamati, menanya, mencoba, menalar,
tentang kerangka dasar dan struktur menyaji, dan mencipta. Pendekatan yang
kurikulum SD/MI, tantangan internal terkait digunakan untuk dapat memenuhi semua
dengan kondisi pendidikan dan tuntutan ranah kompetensi tersebut adalah pendekatan
pendidikan yang mengacu pada 8 Standar scientific.
Nasional Pendidikan yang meliputi standar Pendekatan scientific menurut Putra (2013
isi, standar proses, standar kompetensi : 53) merupakan “proses transfer ilmu dua
lulusan, standar pendidik dan tenaga arah antara guru yang merupakan pemberi
kependidikan, standar sarana dan prasarana, informasi dan siswa sebagai penerima
standar pengelolaan, dan standar informasi dengan metode tertentu”.
pembiayaan, dan standar penilaian Pendekatan scientific menekankan bahwa
pendidikan. Sedangkan tantangan eksternal siswa diarahkan dapat membangun
terkait dengan kemajuan teknologi dan pengetahuannya sendiri berdasarkan
informasi, perkembangan industri, dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
perkembangan pendidikan di tingkat Jadi siswa dituntut untuk mencari sendiri
internasional. pengetahuan dan informasi bukan hanya
Tantangan internal dan eksternal yang menerima pengetahuan. Beberapa model
dihadapi diharapkan dapat diatasi dengan pembelajaran yang merupakan bagian dari
penerapan kurikulum 2013. Penerapan pendekatan Scientific adalah Problem Based
kurikulum 2013 memberikan pemikiran baru. Learning dan Project Based Learning.
Dari pembelajaran bersifat transfer to Menurut Duch dalam Shoimin (2014: 130)
knowledge dari guru ke siswa berubah “Problem Based Learningadalah model
menjadi pertukaran pengetahuan antara guru pengajaran yang bercirikan adanya
dan siswa. Guru yang dulu menjadi sumber permasalahan nyata sebagai konteks untuk
belajar siswa, sekarang diharapkan dapat para siswa belajar berpikir kritis dan
menjadi fasilitator yang membimbing keterampilan memecahkan masalah”.
kegiatan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan Project Based Learning menurut
Pemikiran yang berubah, berdampak juga pendapat Sani (2013 : 226) merupakan
pada terjadinya perubahan pendekatan dan “model pembelajaran yang digunakan untuk
model pembelajaran di sekolah. memperdalam pengetahuan dan keterampilan
Pembelajaran diarahkan agar siswa bukan yang di peroleh dengan cara membuat karya
hanya mampu menyelesaikan masalah atau proyek yang terkait dengan materi ajar
(menjawab) namun agar siswa mampu dan kompetensi yang di harapkan dimiliki
merumuskan masalah (menanya). Selain itu oleh peserta didik”. Sedangkan
pembelajaran menekankan pada pentingnya Fathurrohman (2015:117) berpendapat
kerjasama dalam menyelesaikan masalah. bahwa “model pembelajaran ini adalah
Hal ini yang menuntut penggunaan model yang menekankan pada pengadaan
pendekatan pembelajaran yang harus dapat proyek atau kegiatan penelitian kecil dalam
memenuhi tiga ranah kompetensi siswa yaitu pembelajaran”.
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan definisi mengenai
Menurut Permendikbud nomor 22 tahun pembelajaran Problem Based Learning dan
2016 tentang standar proses pendidikan dasar Project Based Learning di atas, pada
dan menengah ketiga ranah kompetensi hakikatnya kedua model pembelajaran
tersebut memiliki lintasan perolehan (proses tersebut menekankan pada suatu masalah,
psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh namun pada model pembelajaran Problem
melalui aktivitas menerima, menjalankan, Based Learning lebih mendorong pendidik
menghargai, menghayati, dan mengamalkan. dalam kegiatan yang memerlukan perumusan
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas masalah, pengumpulan data, dan analisis
mengingat, memahami, menerapkan, data, sedangkan pada sedangkan pada model
Nugraheni, Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Basedlearning Dan Project Based … 116

pembelajaran Project Based Learning lebih model pembelajaran Problem Based


menekankan kegiatan desain: merumuskan Learning lebih baik daripada menggunakan
pekerjaan, merancang, mengkalkulasi, model pembelajaran konvensional.
melaksanakan pekerjaan, dan mengevaluasi Penelitian yang dilakukan oleh Kd. Inten
hasil yang terkait dengan suatu masalah. Nathalia, dkk menunjukkan bahwa: (1)
Permendikbud nomor 24 tahun 2016 terdapat perbedaan hasil belajar matematika
tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar siswa yang dibelajarkan dengan model
pelajaran pada kurikulum 2013 menjelaskan pembelajaran berbasis proyek dan siswa yang
bahwa pelaksanaan pembelajaran pada SD/ dibelajarkan dengan pembelajaran
MI dilakukan dengan pembelajaran tematik- konvensional, yang ditunjukkan oleh hasil uji
terpadu, namun ada beberapa mata pelajaran F(A) hitung = 7,13 > Ftabel (α=0,05), (2)
yang berdiri sendiri salah satunya yaitu terdapat pengaruh interaksi antara model
matematika. Menurut Ahmad Susanto pembelajaran yang diterapkan dengan
(2013:185) “matematika merupakan salah kemampuan penalaran operasional konkret
satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan terhadap hasil belajar matematika, yang
kemampuan berfikir dan berargumentasi, ditunjukkan oleh F(AB) hitung = 37,61 >
memberi kontribusi dalam penyelesaian Ftabel (α=0,05), (3) hasil belajar siswa yang
masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, dibelajarkan dengan model pembelajaran
serta dalam memberikan dukungan dalam berbasis proyek lebih tinggi daripada siswa
pengembangan ilmu pengetahuan dan yang mengikuti pembelajaran konvensional
teknologi”. Sedangkan untuk siswa yang memiliki kemampuan
Menurut Ismail (Hamzah, Muhlisrarini, penalaran operasional konkret tinggi, yang
2014: 48) “Hakikat matematika adalah ilmu ditunjukkan dari hasil nilai t hitung =6,23
yang membahas angka-angka dan (α=0,05), (4) hasil belajar siswa yang
perhitungannya, membahas masalah-masalah dibelajarkan dengan pembelajaran
numerik, mengenai kuantitas dan besaran, konvensional lebih tinggi daripada siswa
mempelajari hubungan pola, bentuk dan yang mengikuti model pembelajaran berbasis
struktur, sarana berfikir, kumpulan sistem, proyek untuk siswa yang memiliki
struktur dan alat mata”. Matematika perlu kemampuan penalaran operasional konkret
diberikan kepada semua mulai dari siswa rendah,yang ditunjukkan dari hasil nilai
sekolah dasar agar dapat membekali siswa thitung =2,52 (α=0,05). Dari hasil penelitian
dengan kemampuan berfikir kritis. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa model
alasan matematika perlu diberikan kepada pembelajaran berbasis proyek berpengaruh
siswa disetiap jenjang pendidikan karena, terhadap hasil belajar matematika ditinjau
konsep dalam pelajaran matematika selalu dari kemampuan penalaran operasional
berhubungan dengan mata pelajaran konkret siswa kelas IV SD Gugus III
lain.Beberapa penelitian terdahulu yang Kabupaten Klungkung.
relevan dengan penelitian yang akan Penelitian yang dilakukan oleh Diding
dilakukan. Penelitian ini di dukung oleh Ruchaedi dan Ilham Baehaki menunjukkan
Penelitian yang dilakukan oleh Safitri bahwa hasil penelitian berupa skor pretest
Ngatiatun, Riyadi, dan Usadamenunjukkan dan postest siswa dianalisis dengan
hasil pengolahan data akhir (posttest) menggunakan uji t dan uji korelasi Product
diperoleh nilai rata-rata kelompok Moment Pearson. Berdasarkan hasil analisis
eksperimen sebesar 73,32 dan rata-rata data diperoleh dapat ditarik kesimpulan
kelompok kontrol sebesar 65,14. Pada hasil bahwa, siswa yang mendapatkan
uji dengan taraf signifikansi 0,05. nilai t pembelajaran Problem Based Learning
hitung (2,536) > t tabel (0,680), ini berarti mengalami peningkatan pada kemampuan
H0ditolak dan H1diterima. Simpulan strategi heuristic pemecahan masalah dan
penelitian ini adalah kemampuan sikap matematis yang lebih baik
menyelesaikan soal cerita pada pokok dibandingkan dengan siswa yang
bahasan KPK dan FPB dengan menggunakan
117 Didaktika Dwija Indria, Volume 6, Nomor 3, hlm. 114-125

mendapatkan pembelajaran matematika dan memecahkan masalah yang ada dan


secara konvensional. mampu mengembangkan kreativitas beerfikir
Menurut Hosnan(2014: 295) menyatakan maupun berkreasi dalam bentuk produk.
Problem Based Learning adalah model Menurut Gaer dalam Wena (2013 :145)
pembelajaran yang menggunakan pendekatan Model pembelajaran Project Based Learning
pembelajaran pada suatu masalah autentik adalah pembelajaran yang memiliki potensi
sehingga siswa bisa merangkai yang begitu luar biasa untuk menjadikan
pengetahuannya sendiri, mengembangkan kegiatan yang dilakukan siswa menjadi
keterampilan yang lebih tinggi, membuat pengalaman yang menarik dan bermakna
siswa lebih mandiri dan membuat siswa bagi siswa. Sedangkan menurut Warsono dan
percaya diri. Menurut Naniek Sulistya Hariyanto (2014:153) model pembelajaran
Wardani (2010: 27) model pembelajaran Project Based Learning didefinisikan sebagai
berbasis masalah dapat menyajikan masalah suatu pembelajaran yang mencoba
autentik dan bermakna sehingga mahasiswa mengaitkan teknologi dengan masalah
dapat melakukan penyelidikan dan kehidupan sehari-hari.Project Based
menemukan sendiri. Kokom Komalasari Learningmenurut Hosnan (2014: 321) adalah
(2010:58-59) menyatakan bahwa model pembelajaran yang menggunakan
pembelajaran berbasis masalah dengan proyek / kegiatannya sebagai sarana
menggunakan permasalahan yang dihadapi pembelajaran. Pembelajaran ini
dalam kehidupan sehari-hari adalah cara menenkankan pada aktivitas siswa saat
untuk membuat siswa berpikir kritis dan memecahkan masalah dengan menerapkan
mampu mengembangkan ketrampilan dalam kemampuan yang dimiliki siswa seperti
memecahkan masalah dan juga untuk ketrampilan dalam pembuatan karya maupun
mendapatkan pengetahuan dan konsep yang memecahkan masalah.Kegiatan pembelajaran
esensi dari mata pelajaran. Project Based Learning siswa dituntut
Menurut Hosnan (2014: 301) langkah- berkreasi dalam menciptakan produk nyata
langkah model pembelajaran Problem Based berdasarkan masalah yang sudah dipecahkan
Learning mempunyai 5 langkah yaitu: “1) dalam bentuk kelompok maupun individu.
Orientasi siswa pada masalah; 2) Project Based Learning merupakan
Mengorganisasi siswa untuk belajar; 3) pembelajaran yang mengutamakan siswa
Membimbing penyelidikan individual dan untuk belajar sesuai dengan keadaan
kelompok; 4) Mengembangkan dan lingkungannya atau realistik. Model
menyajikan hasil karya; 5) Menganalisis dan pembelajaran Project Based Learning siswa
mengevaluasi hasil karya.”M Taufiq Amir belajar dalam masalah yang nyata, yang
(2010: 24-25) mengemukakan ada 7 langkah dapat melahirkan pengetahuan yang bersifat
model pembelajaran Problem Based permanen dan mengorganisasi proyek dalam
Learning yaitu: “1) Langkah 1 pembelajaranl ini merupakan pendapat
mengklarifikasi masalah dan konsep; 2) Thomas dalamTrianto(2014: 43).Sintaks
Merumuskan masalah; 3) Menganalisis model pembelajaran Project Based Learning
masalah; 4) Menata gagasan secara menurut Sani ( 2013: 226-227) yaitu:1)
sistematis; 5) Menentukan tujuan Tahap pertama pembelajaran adalah
pembelajaran; 6) Mencari informasi; 7) menyampaikan tujuan pembelajaran,
Mensintesis dan menguji informasi baru.” kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta
Menurut Berenfeld dalam Trianto(2014:43) didik dan materi ajar yang harus dikuasai; 2)
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu Tahap kedua peserta didik membentuk
pendidikan yang efektif yang berfokus pada kelompok belajar dan mengidentifikasi
kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan permasalahan yang ada di lingkungan atau
interaksi antara siswa dengan kawan sebaya masyarakat yang terkait dengan tujuan
mereka untuk menciptakan dan pembelajaran atau materi pembelajaran; 3)
menggunakan pengetahuan baru. Dalam Tahap ketiga kelompok belajar membuat
pembelajaran ini siswa mampu mengelola rencana atau rancangan karya untuk
Nugraheni, Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Basedlearning Dan Project Based … 118

mengatasi permasalahan atau menjawab pelaksanaan sintaks model pembelajaran


pertanyaan yang diidentifikasikan; 4) Tahap Problem Based Learning dan Project Based
keempat kelompok mengerjakan proyek dan Learningyang dilakukan oleh guru.
berupa memahami konsep serta prinsip yang Uji instrumen meliputi uji validitas, uji
terkait dengan materi ajar secara mendalam; reliabilitas dan uji kesukaran soal. Butir-butir
5) Tahap kelima pembelajaran berbasis soal dinyatakan valid apabila r hitung >
proyek adalah menampilkan atau 0,2826.ReliAbilatas dikatakan baik apabila
memamerkan proyek yang telah dibuat.” nilai Cronbach’s Alpha> 0,08, apabila nilai
Metode Cronbach’s Alpha > 0,07 maka reliabilitas
Jenis penelitian yang digunakan dalam sedang, apabila nilai Cronbach’s Alpha>
penelitian ini yaitu penelitian eksperimen 0,06 maka reliabiltas bisa diterima, dan
semu (quasi eksperimental). Eksperimen apabila nilai Cronbach’s Alpha> 0,05 maka
semu merupakan penelitian yang reliabilitas kurang baik. Dalam penelitian ini
mengembangkan eksperimen murni (true analisis data dilakukan dengan bantuan SPSS
experimental). Penelitian ini melibatkan dua 16.0 for windows. Dari hasil uji validitas
kelas. Kelas pertama sebagai kelompok instrumen soal pretest dari 40 butir soal yang
kontrol, sedangkan kelas kedua sebagai telah diuji 33 soal valid dengan hasil uji
kelompok eksperimen. Kelompok kontrol reliabilitas α = 0,918 dengan kategori
yaitu kelompok yang menggunakan model reliabilitas baik, instrumen soal posttest dari
pembelajaran Problem Based Learning. 40 soal yang telah diuji 33 soal valid dengan
Sedangkan kelompok eksperimen yaitu hasil uji reliabilitas α = 0,927 dengan
kelompok yang menggunakan model kategori reliabilitas baik.Berdasarkan hasil
pembelajaran Project Based uji tersebut menunjukkan bahwa instrumen
Learning.Populasi dalam penelitian ini tes sudah valid dan reliabel sehingga dapat
adalah siswa kelas 4 SD Gugus Gunandar digunakan dalam penelitian.
yang tergabung beberapa SD yaitu: SD Teknik analisis data dan uji hipotesis
Negeri Kedungjenar, SD Negeri Beran 1, SD menggunakan uji Independent Sample T-Test
Negeri Beran 2, SD Negeri Bangkle 1, SD dengan prasyarat uji normalitas dan uji
Negeri Bangkle 2, SD Negeri Bangkle 3, SD homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk
Negeri Andongrejo 1, SD Negeri Andongrejo mengetahui apakah data yang diperoleh
2, SD Kridadarma, dan MI Khozinatul Ulum. berdistribusi normal atau tidak. Sedangkan
Sampel dalam penelitian ini adalah pada uji homogenitas digunakan untuk mengetahui
kelas 4A dan 4B SD Negeri Kedungjenar. keadaan variansi kedua kelompok sama atau
Teknik sampling yang digunakan yaitu berbeda. Uji hipotesis digunakan perhitungan
purposive sampling. Teknik purposive statistik dengan menggunakan uji perbedaan
sampling yaitu teknik pemilihan sampel dua rata-rata (uji t) dan dua sampel yang
hanya berdasarkan keputusan peneliti, yang saling independen. Hipotesis dalam
menurut pendapatnya sampel mewakili penelitian ini adalah sebagai berikut:
populasi dan dapat memenuhi persyaratan 1. Ho : artinya tidak terdapat perbedaan
antara lain: kelas 4 sudah menerapkan yang signifikan antara penggunaan
kurikulum 2013 dan dengan kelas model pembelajaran Problem Based
paralel.Variabel yang digunakan dalam Learning dan model pembelajaran
penelitian ini yaitu variabel bebas model Project Based Learning terhadap
pembelajaran Problem Based Learningdan hasil belajar matematika kelas 4 SD
Project Based Learning, sedangkan variabel Gugus Gunandar Kabupaten Blora
terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar tahun pelajaran 2017/2018.
matematika. Metode pengumpulan data 2. Ha : artinya terdapat perbedaan yang
menggunakan tes dan observasi. Tes signifikan antara penggunaan model
digunakan untuk mengumpulkan data hasil pembelajaran Problem Based
belajar matematika. Observasi digunakan Learning dan model pembelajaran
untuk mengetahui penerapan dan Project Based Learning terhadap
119 Didaktika Dwija Indria, Volume 6, Nomor 3, hlm. 114-125

hasil belajar matematika kelas 4 SD dibuat dengan tabel destribusi frekuensi skor
Gugus Gunandar Kabupaten Blora hasil belajar kelompok ekperimen dan
tahun pelajaran 2017/2018. kelompok kontrol. Destribusi frekuensi yang
Hasil dan Pembahasan dibuat bertujuan untuk mengetahui
Data Hasil Penelitian persebaran dan skor hasil belajar dan
Data hasil penelitian yang diperoleh mempermudah dalam pengelompokan data
adalah data skor hasil belajar dari kelompok dalam kelas dengan panjang interval yang
ekperimen dan kelompok kontrol. Data skor sudah dihitung melalui perhitungan
hasil belajar tersebut digunakan untuk matematis.
menjelaskan hasil penelitian yang diolah
dengan deskripsi data untuk mengetahui Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol
perbedaan hasil belajar dari kelompok Destribusi frekuensi hasil belajar
ekperimen dan kelompok kontol. Analisis pretestkelompok kontrol, disajikan pada
diskriptif yang dilakukan pada data hasil tabel 1 berikut:
belajar setelah perlakuan pembelajaran
Tabel 1Hasil Belajar Pretest Kelompok Kontrol
No Interval Frekuensi Presentase
1. 50 – 57 5 17,86%
2. 58 – 65 4 14,29%
3. 66 – 73 3 10,71%
4. 74 – 81 10 35,71%
5. 82 – 89 4 14,29%
6. 90 – 97 2 7,14%
Jumlah 28 100%

Dari tabel 1 dapat diketahui pada dengan persentase 32,14%. Siswa yang
kelompok kontrol hasil pretest, siswa yang mendapat skor 82 – 89 sebanyak 4 anak
mendapat skor 50 – 57 sebanyak 5 anak dengan persentase 14,29%. Siswa yang
dengan persentase17,86%. Siswa yang mendapat skor 90 - 97 sebanyak 2 anak
mendapat skor 58 – 65 sebanyak 4 anak dengan persentase 7,14%.
dengan persentase 14,29%. Siswa yang Sedangkan pada hasil belajar posttest
mendapat skor 66 – 73 sebanyak 3 anak kelompok kontrol,disajikan pada tabel 2
dengan persentase 10,71%. Siswa yang berikut:
mendapat skor 74 – 81 sebanyak 10 anak
Tabel 2 Hasil Belajar Posttest Kelompok Kontrol
No Interval Frekuensi Persentase
1. 60 – 66 4 14,29%
2. 67 – 73 2 7,14%
3. 74 – 80 9 32,14%
4. 81 – 87 5 17,86%
5. 88 – 94 5 17,86%
6. 95 ≤ x 3 10,71%
Jumlah 28 100%
Dari tabel 2 dapat diketahui pada dengan persentase 17,86%. Siswa yang
kelompok eksperimen hasil posttest, siswa mendapat skor 88 – 94 sebanyak 5 anak
yang mendapat skor 60 – 66 sebanyak 4 dengan persentase 17,86%. Siswa yang
anak dengan persentase14,29%. Siswa yang mendapat skor 95 ≤ x sebanyak 3 anak
mendapat skor 67 – 73 sebanyak 2 anak dengan persentase 10,71%.
dengan persentase 7,14%. Siswa yang Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
mendapat skor 74 – 80 sebanyak 9 anak Destribusi frekuensi hasil belajar pretest
dengan persentase 32,14%. Siswa yang kelompok eksperimen, disajikan pada tabel 3
mendapat skor 81 – 87 sebanyak 5 anak berikut:
Nugraheni, Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Basedlearning Dan Project Based … 120

Tabel 3Hasil Belajar Pretest Kelompok Eksperimen


No Interval Frekuensi Presentase
1. 50 – 57 4 10,81%
2. 58 – 65 6 16,22%
3. 66 – 73 5 13,51%
4. 74 – 81 13 35,14%
5. 82 – 89 5 13,51%
6. 90 – 97 4 10,81%
Jumlah 37 100%
Dari tabel 3 dapat diketahui pada dengan persentase 35,14%. Siswa yang
kelompok eksperimen hasil pretest, siswa mendapat skor 82 – 89 sebanyak 5 anak
yang mendapat skor 50 – 57 sebanyak 4 dengan persentase 13,51%. Siswa yang
anak dengan persentase10,81%. Siswa yang mendapat skor 90 - 97 sebanyak 4 anak
mendapat skor 58 – 65 sebanyak 6 anak dengan persentase 10,81%.
dengan persentase 16,22%. Siswa yang Sedangkan destribusi frekuensi hasil
mendapat skor 66 – 73 sebanyak 5 anak belajar posttest kelompok eksperimen,
dengan persentase 13,51%. Siswa yang disajikan pada tabel 4 berikut:
mendapat skor 74 – 81 sebanyak 13 anak
Tabel 4Hasil Belajar Posttest Kelompok Eksperimen
No Interval Frekuensi Persentase
1. 60 – 66 5 13,51%
2. 67 – 73 4 10,81%
3. 74 – 80 9 24,33%
4. 81 – 87 8 21,62%
5. 88 – 94 5 13,51%
6. 95 ≤ x 6 16,22%
Jumlah 37 100%
Dari tabel 4 dapat diketahui pada Analisis Data
kelompok eksperimen hasil posttest, siswa Uji Prasyarat
yang mendapat skor 60 – 66 sebanyak 5 Uji Normalitas
anak dengan persentase13,51%. Siswa yang Uji normalitas data digunakan untuk
mendapat skor 67 – 73 sebanyak 4 anak mengetahui apakah penyebaran data pada
dengan persentase 10,81%. Siswa yang kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
mendapat skor 74 – 80 sebanyak 9 anak berdistribusi normal atau tidak. Uji
dengan persentase 24,33%. Siswa yang normalitas dalam penelitian ini
mendapat skor 81 – 87 sebanyak 8 anak menggunakan teknik Shapiro-Wilk.
dengan persentase 21,62%. Siswa yang Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
mendapat skor 88 – 94 sebanyak 5 anak SPSS 16.0 for window. Hasil uji normalitas
dengan persentase 13,51%. Siswa yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut
mendapat skor 95 ≤ x sebanyak 6 anak
dengan persentase 16,22%.
:
Tabel 5Uji Normalitas Hasil Belajar Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic Df Sig.
Nilai Pretest Kelompok
.945 28 .149
Kontrol
Pretest Kelompok Eksperimen
.966 37 .321

Posttest Kelompok Kontrol .963 28 .404


Posttest Kelompok Eksperimen
.957 37 .161
121 Didaktika Dwija Indria, Volume 6, Nomor 3, hlm. 114-125
Tabel 5 mendeskripsikan hasil uji 0,05 jadi Ho diterima. Artinya nilai
normalitas penyebaran data dengan teknik posttest kelompok kontrol
Shapiro-Wilk, tingkat signifikan dua sisi berdistribusi normal.
dengan taraf kepercayaan 95% (Asyimp. Sig. 4. Tingkat signifikan nilai posttest
2-tailed). Ho diterima apabila probabilitas > kelompok eksperimen sebesar 0,161
0,05 dan Ha ditolak. Sedangkan, jika > 0,05 jadi Ho diterima. Artinya nilai
probabilitas < 0,05 Ha diterima dan Ho posttest kelompok eksperimen
ditolak. berdistribusi normal.
1. Tingkat signifikan nilai pretest Uji Homogenitas
kelompok kontrol sebesar 0,149 > Uji Homogenitas dalam penelitian ini,
0,05 jadi Ho diterima. Artinya nilai pada dasarnya dilakukan untuk
pretest kelompok kontrol membuktikan bahwa data yang akan
berdistribusi normal. dianalisis memiliki variansi yang sama. Uji
2. Tingkat signifikan nilai pretest homogenitas dalam penelitian ini
kelompok eksperimen sebesar 0,321 menggunakan nilai hasil belajar pretest dan
> 0,05 jadi Ho diterima. Artinya nilai posttest kedua kelompok yaitu kelas 4A
pretest kelompok eksperimen sebagai kelompok kontrol dan 4B sebagai
berdistribusi normal. kelompok eksperimen. Hasil uji
3. Tingkat signifikan nilai posttest homogenitas nilai pretest dapat dilihat pada
kelompok kontrol sebesar 0,404 > tabel 6 berikut:
Tabel 6Uji Homogenitas Nilai PretestTest of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Nilai Based on Mean .503 1 63 .481
Based on Median .297 1 63 .588
Based on Median and with adjusted
df .297 1 62.494 .588

Based on trimmed mean .518 1 63 .474


Tabel 6 mendeskripsikan hasil uji Setelah pengujian homogenitas, dapat
homogenitas. Nilai sig. atau siginifikasi atau dilihat pada tabel Test of Homogeneity of
nilai probabilitas < 0,05, data berasal dari Variances menunjukkan nilai probabilitas
kelompok yang mempunyai varians tidak mean (rata-rata) 0,481 > 0,05 dan nilai
sama, Jika nilai sig. atau signifikansi atau probabilitas median data 0,588 > 0,05. Hal
nilai probabilitas > 0,05, data berasal dari ini mengindikasikan bahwa varians
kelompok yang mempuyai varians yang kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
sama. adalah sama. Hasil uji homogenitas nilai
posttest dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7Uji Homogenitas Nilai Posttest


Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Nilai Based on Mean .035 1 63 .852
Based on Median .016 1 63 .901
Based on Median and with adjusted df
.016 1 61.080 .901

Based on trimmed mean .032 1 63 .859


Nugraheni, Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Basedlearning Dan Project Based … 122

Tabel 7mendeskripsikan hasil uji Uji t


homogenitas. Nilai sig. atau siginifikasi atau Berdasarkan uji normalitas dan
nilai probabilitas < 0,05, data berasal dari homogenitas yang telah dilakukan diketahui
kelompok yang mempunyai varians tidak bahwa skor dan hasil belajar berdistribusi
sama, Jika nilai sig. atau signifikansi atau normal dan homogen maka langkah
nilai probabilitas > 0,05, data berasal dari selanjutnya dilakukan analisis uji t dengan
kelompok yang mempunyai varians yang bantuan SPSS for windows version 16.0. Uji
sama. Setelah pengujian homogenitas, dapat t dalam penelitian ini digunakan untuk
dilihat pada tabel Test of Homogeneity of mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata
Variances menunjukkan nilai probabilitas hasil belajar antara dua kelompok kelas yang
mean (rata-rata) 0,852 > 0,05 dan nilai tidak berhubugan. Berikut ini adalah hasil
probabilitas median data 0,901 > 0,05. Hal dari uji beda (t) yang disajikan dalam tabel 8
ini mengindikasikan bahwa varians berikut:
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
adalah sama.
Tabel 8Hasil Analisis Uji t Hasil Belajar Matematika
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

Std. 95% Confidence


Sig. Error Interval of the
(2- Mean Differen Difference
F Sig. T Df tailed) Difference ce Lower Upper
Nilai Equal
variances .035 .852 .368 63 .714 .994 2.702 -4.405 6.393
assumed
Equal
variances
not .369 59.070 .713 .994 2.692 -4.392 6.380
assumed

Berdasarkan tabel 8 diketahui t sebesar Learning dalam pembelajaran matematika.


0,368 dengan nilai signifikansinya pada Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil belajar
kolom Signifikansi (2-tailed) sebesar 0,714. yang didapatkan dari kelompok kontrol dan
Perbedaan rata-rata dari kedua kelompok kelompok ekperimen. Dari uji beda (t)
(mean difference) sebesar 0,994 yang diketahui nilai t adalah 0,368 dengan nilai
merupakan selisih kedua kelompok, yaitu signifikansinya (2-tailed) bernilai 0,714.
kelompok kontrol dengan kelompok Perbedaan rata-rata dari kedua kelompok
eksperimen. Sesuai dengan kriteria pengujian (mean diference) sebesar 0,994 yang
uji beda, nilai signifikansinya menunjukan merupakan selisih kedua rata-rata nilai
bahwa 0,714 > 0,05 sehingga Ho diterima dan (81,35-80,36). Sesuai dengan kriteria
Ha ditolak. Dengan demikian analisis pada pengujian uji hipotesis, bahwa nilai
uji beda ini dinyatakan bahwa tidak ada signifikansinya menunjukan bahwa 0,714 >
perbedaan yang signifikan antara kelompok 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.
kontrol dan kelompok eksperimen. Oleh karena Ho diterima maka hasil uji
Uji Hipotesis hipotesis menyatakan bahwa tidak terdapat
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat perbedaan yang signifikan antara model
keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran Problem Based Learning
treatment pada kelompok kontrol dengan dengan model pembelajaran Project Based
menggunakan model pembelajaran Problem Learning terhadap hasil belajar matematika
Based Learning dan kelompok eksperimen pada siswa kelas 4 SD Gugus Gunandar
dengan menggunakan model Project Based semester II tahun pelajaran 2017/2018
123 Didaktika Dwija Indria, Volume 6, Nomor 3, hlm. 114-125
.
Pembahasan sehingga siswa bisa merangkai pengetahuan,
Berdasarkan hasil analisis data, dapat dan mengembangkan keterampilannya
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan sendiri. Lebih jauh, Naniek Sulistya Wardani
yang signifikan terhadap hasil belajar (2010:27) mengungkapkan bahwa
matematika siswa kelas 4 SD Gugus pembelajaran berbasis masalah menyajikan
Gunandar antara kelompok kontrol dengan masalah autentik dan bermakna sehingga
model pembelajaran Problem Based siswa dapat melakukan penyelidikan dan
Learning dan kelompok eksperimen dengan menemukan sendiri. Kokom Komalasari
model pembelajaran Project Based Learning. (2010:58-59) menyatakan bahwa
Dari uji beda (t) diketahui nilai t adalah 0,368 pembelajaran berbasis masalah menggunakan
dengan nilai signifikansinya (2-tailed) permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
bernilai 0,714. Perbedaan rata-rata dari kedua adalah cara membuat siswa berpikir kritis,
kelompok (mean diference) sebesar 0,994 mengembangkan ketrampilan memecahkan
yang merupakan selisih kedua rata-rata nilai masalah dan mendapatkan pengetahuan. Dari
(81,35-80,36). Sesuai dengan kriteria ketiga definisi ahli terlihat bahwa model
pengujian uji hipotesis, bahwa nilai Problem Based Learning menekankan pada
signifikansinya menunjukan bahwa 0,714 > kemampuan siswa dalam memecahkan
0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. masalah, serta membutuhkan kemampuan
Oleh karena Ho diterima maka hasil uji berfikir kritis dan mendalam. Siswa dilatih
hipotesis menyatakan bahwa tidak terdapat memecahkan masalah dengan menemukan
perbedaan yang signifikan antara model sendiri solusinya dalam mengikuti proses
pembelajaran Problem Based Learning pembelajaran dapat melibatkan siswa secara
dengan model pembelajaran Project Based aktif baik secara individu maupun saat
Learning terhadap hasil belajar matematika berkelompok sehingga tidak terjadi
pada siswa kelas 4 SD Gugus Gunandar pembelajaran satu arah. materi yang
semester II tahun pelajaran 2017/2018. diajarkan oleh guru adalah materi yang
Pada hakikatnya model Problem Based sering dijumpai dan dialami sendiri oleh
Learning dan Project Based Learning siswa pada kehidupan sehari-hari.
merupakan bagian dari pendekatan saintifik. Model yang kedua adalah model
Oleh karenanya, secara teoritik kedua model pembelajaran Project Based Learning. Model
pembelajaran tidak memiliki perbedaan yang ini merupakan model dengan kegiatan
signifikan baik dalam hal sintaks maupun pembelajaran pembuatan proyek yang
teori. Kedua model ini dianggap serupa mengutamakan pengalaman memecahkan
karena merupakan model pembelajaran yang masalah dan meningkatkan kreativitas.
basisnya keterpaduan sintaks. Berenfeld dalam Trianto (2014:43)
Model pembelajaran Problem Based pembelajaran berbasis proyek adalah
Learning memberi kesempatan kepada siswa pembelajaran yang berfokus pada kreativitas,
untuk belajar secara mandiri, saling bertukar pemecahan masalah, dan interaksi antara
pikiran dengan teman dalam kelompok dan siswa. Lebih mendetail dipaparkan oleh
bekerjasama menyelesaikan tugas atau LKS Gaer dalam Wena (2013 :145) model
yang diberikan guru. Selain itu, siswa juga pembelajaran Project Based Learning adalah
menjadi lebih aktif pada saat proses pembelajaran yang menjadikan kegiatan
pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat siswa menjadi pengalaman menarik dan
pada saat diskusi kelompok dan memaparkan bermakna. Project Based Learning menurut
hasil diskusi di depan kelas dan siswa Hosnan (2014: 321) adalah pembelajaran
mampu berpikir kritis dalam pemecahan yang menekankan pada aktivitas
masalah. Fakta ini serupa dengan pemaparan memecahkan masalah dengan ketrampilan
dari Hosnan (2014: 295) bahwa Problem pembuatan karya. Berdasarkan beberapa
Based Learning adalah model pembelajaran pendapat ahli nampak bahwa model ini
yang menggunakan masalah autentik menekankan pada kemampuan siswa dalam
Nugraheni, Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Basedlearning Dan Project Based … 124

pemecahan masalah dan ketrampilan model pembelajaran ini dapat digunakan


pembuatan sebuah karya. dalam pembelajaran. Guru dapat memilih
Berdasarkan pada paparan teoritik diatas salah satu model pembelajaran yang cocok
dapat terlihat bahwa model Problem Based digunakan untuk materi yang akan diajarkan.
Learning dan Project Based Learning Dengan penerapan model pembelajaran
memiliki kesamaaan yakni pada kemampuan Problem Based Learning dan model
berfikir kritis dan mendalam serta basisnya pembelajaran Project Based Learning secara
adalah pada pemecahaan masalah, sehingga tepat dan sesuai standar proses, tujuan
tidak mengherankan apabila hasil penelitian pembelajaran akan dapat tercapai.
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang Simpulan
signifikan antara kedua model. Hasil penelitian dan analisis data yang
Referensi dari kajian penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
relevan dilakukan oleh Safitri Ngatiatun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Riyadi, dan Usada (2013) menunjukkan nilai antara penggunaan model pembelajaran
t hitung (2,536) > t tabel (0,680), ini berarti Problem Based Learning pada kelompok
H0 ditolak dan H1 diterima. Simpulan kontrol dan model pembelajaran Project
penelitian adalah model pembelajaran Based Learning pada kelompok eksperimen.
Problem Based Learning berpengaruh Hal ini ditinjau dari hasil belajar matematika
terhadap kemampuan menyelesaikan soal kelas 4 SD Gugus Gunandar semester II
cerita materi KPK dan FPB. Hasil penelitian tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini terbukti
ini juga mendukung penelitian yang telah dari hasil uji t menunjukkan bahwa sig. ( 2-
dilakukan oleh Kd. Inten Nathalia, dkk tailed) menunjukkan angka 0,714 yang
(2015) menunjukkan hasil uji F(A) hitung = berarti 0,714 > 0,05. Sedangkan t hitung
7,13 > Ftabel (α=0,05). Hasil penelitian sebesar 0,368. Df = 63, t tabel sebesar 1,998
disimpulkan bahwa model pembelajaran jadi 0,368 < 1,998. Sehingga Ho diterima dan
berbasis proyek berpengaruh terhadap hasil Ha ditolak.
belajar matematika ditinjau dari kemampuan Dilihat dari hasil analisis deskriptif nilai
penalaran operasional konkret siswa kelas IV posttest, kedua kelompok menunjukkan
SD Gugus III Kabupaten Klungkung. Selain adanya selisih rata-rata nilai antara kelompok
itu juga mendukung penelitian yang kontrol dengan kelompok eksperimen.
dilakukan oleh Pradnyana, P.B., Marhaeni, Namun, selisih yang ditunjukkan tidak
A.A.I.N., Candiasa, I Made (2013) terpaut jauh yaitu sebesar 0,99. Sehingga
menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
masalah berpengaruh terhadap hasil belajar perbedaan yang signifikan antara
matematika dilihat dari (F = 15,438 dan penggunaan model pembelajaran Problem
Sig.= 0,000; p < 0,05). Based Learning dan model pembelajaran
Adapun yang membedakan penelitian ini Project Based Learning ditinjau dari hasil
dengan penelitian yang terdahulu yaitu jika belajar matematika kelas 4 SD Gugus
dalam penelitian yang terdahulu perbedaan Gunandar semester II tahun pelajaran
yang signifikan hanya salah satu model 2017/2018. Sehingga model pembelajaran
pembelajaran. Sedangkan dalam penelitian Problem Based Learningdan Project Based
ini 2 model pembelajaran sama-sama Learningdapat diterapkan dalam
berpengaruh terhadap hasil belajar pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.
matematika siswa. Dengan demikian kedua
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Depdiknas. 2013. Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Isi Sekolah Dasar
dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2013. Permendikbud RI Nomor 67 Tahun 2013 tentang Standar Proses Sekolah
Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
125 Didaktika Dwija Indria, Volume 6, Nomor 3, hlm. 114-125

Depdiknas. 2016. Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses


Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2016. Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model pembelajaran inovatif dalam alternatif
desain pembelajaran yang menyenangkan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Hamzah, Ali dkk. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Hosnan. 2014. Pendekatan Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: Yrama Widya.
Hosnan. 2014. Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran IPA. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Komalasari, Kokom. 2010: Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT
Reflika Aditama.
Nathalia, K. I., Sedanayasa, G., & Japa, I. G. N. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemampuan
Penalaran Operasional Konkret. Mimbar Pgsd Undiksha, 3(1).
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=346440&val=1342&title=PENGA
RUH%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20BERBASIS%20PROYEK%20TERHAD
AP%20HASIL%20BELAJAR%20MATEMATIKA%20DITINJAU%20DARI%20KEM
AMPUAN%20PENALARAN%20OPERASIONAL%20KONKRET) diakses pada 17
maret 2018.
Ngatiatun, S. 2013. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita. Jurnal Didaktika Dwija Indria, 3(1).
(https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uac
t=8&ved=0ahUKEwjireOKuKLaAhVMuI8KHSapCqkQFggzMAE&url=https%3A%2F
%2Fdigilib.uns.ac.id%2Fdokumen%2Fdownload%2F30666%2FNjQ1MTE%3D%2FPen
garuh-model-pembelajaran-problem-based-learning-terhadap-kemampuan-
menyelesaikan-soal-cerita-pokok-bahasan-kpk-dan-fpb-pada-siswa-kelas-v-
abstrak.pdf&usg=AOvVaw2thB-w-DhQquUs3GvDHhxw) diakses pada 17 maret 2018.
Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta:
Diva Press.
Ruchaedi, D. & Baehaki, I. 2016. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Kemampuan
Heuristik Pemecahan Masalah dan Sikap Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Cakrawala Cerdas, 2: 20-32.
(https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uac
t=8&ved=0ahUKEwiWu7KJtaLaAhUMpo8KHXPUCwYQFgg-
MAM&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unma.ac.id%2Findex.php%2FCP%2Farticle%2Fdo
wnload%2F331%2F311&usg=AOvVaw2jTZeINN6oKsHfmOaBNEje) diakses pada 17
maret 2018.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-ruzz Media.
Sulistya Wadani, Naniek. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Aktif Hasil Penelitian.
Salatiga: Penerbitan Widya Sari
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP.
Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta:
Prenamedia Group.
Warsono; Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wena. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai