Anda di halaman 1dari 26

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA TEMA 2 SUB TEMA 1 MATERI MANFAAT ENERGI

MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV MI PERSIS 96 Banyuresmi


Kabupaten Garut)

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Diajukan sebagai Syarat untuk Mengikuti Lokakarya Penelitian Tindakan Kelas pada
Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam Jabatan bagi Guru Kelas MI
LPTK UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:
NAMA : Hasna Nurlaeli
KELAS : Guru Kelas - B
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA TEMA 2 SUB TEMA 1 MATERI MANFAAT ENERGI

MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum operasional yang berbasis


kompetensi sebagai hasil refleksi, pemikiran dan pengkajian yang mendalam dari
kurikulum sebelumnya. Kompetensi-kompetensi yang dikembangkan dalam
kurikulum 2013 diarahkan untuk memberikan softskil dan hardskills berupa
keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh tantangan,
perubahan, persaingan, ketidakpastian dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan.
Kurikulum ini ditujukan untuk menciptakan lulusan yang kompeten dan cerdas
dalam membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter
nasional.i Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan
antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowlage).
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional pada pasal 03 UU No. 20 tahun 2003 dan
sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35 yang berbunyi “kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standart nasional yang telah disepakati”.1 Model
pembelajaran tematik terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum
yang dianjurkan pada tingkat satuan pendidikan 2 Madrasah Ibtidaiyah (MI). Model
pembelajaran tematik terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran
yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali,
mengeksplorasi dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik, autentik
dan berkesinambungan melalui tema-tema yang berisi muatan mata pelajaran yang
diperlukan.2 Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum SD/MI menyebutkan bahwa "Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada
SD/MI dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu dari kelas I
sampai kelas VI".3 Namun pada tahun ini pembelajaran tematik di MI Persis 96
Banyuresmikendo hanya ada di kelas I, II, IV, dan V. Sedangkan kelas III dan VI tetap
menggunakan KTSP. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu dengan
menggunakan
tema. Pelajaran-pelajaran yang ada diintegrasikan melalui tema-tema yang telah
ditetapkan sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Pembelajaran tematik tidak hanya berpatokan pada mata pelajaran melainkan lebih
menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan pemahaman. Sehingga guru
sangat dituntut untuk menguasai semua problematika kehidupan, dan mampu
menuntun siswa untuk berpikir analisis dan kritis.4 Kurikulum 2013 dikembangkan
untuk meningkatkan capaian pendidikan.
Hal ini dilakukan dengan dua strategi utama yaitu peningkatan efektivitas
pembelajaran pada satuan pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran disekolah.
Efektivitas pembelajaran dicapai melalui tiga tahanan yaitu efektivitas interaksi,
efektivitas pemahaman, dan efektivitas penyerapan. Efektivitas pemahaman menjadi
bagian penting dalam pencapaian efektivitas pembelajaran. Efektivitas tersebut dapat
dicapai apabila pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal siswa melalui
observasi (menyimak, melihat, membaca, dan mendengar), asosiasi, bertanya,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Oleh karena itu penilaian dilakukan
berdasarkan proses dan hasil belajar serta kemampuan menilai diri sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru tematik di kelas IV MI Persis 96
didapatkan bahwa pemahaman siswa tidaklah optimal sehingga menyebabkan hasil
belajar siswa tidak optimal pula. Hasil evaluasi menunjukkan nilai para siswa di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Siswa yang dinyatakan tuntas hanya 50% untuk muatan IPA dan 41,6% untuk
muatan Matematika. Rata-rata nilai ulangan harian pada sub tema Sumber Energi untuk
muatan IPA, dari 24 siswa hanya 12 siswa yang tuntas dan 12 siswa belum tuntas. Pada
muatan Matematika , hanya 10 siswa yang tuntas dan 14 siswa belum tuntas.5 Rendahnya
pemahaman siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
pertama yaitu penerapan kurikulum 2013 baru saja dimulai di sekolah tersebut, sehingga
guru kebingungan dengan apersepsi dan pengelolaan kelas dalam pelajaran tematik.
Faktor kedua, penyampaian materi oleh guru dengan menggunakan metode ceramah dan
penugasan tanpa melibatkan siswa secara langsung, sehingga siswa cenderung pasif.
Faktor ke tiga yaitu, kesulitan siswa dalam membedakan materi yang dipelajari, sehingga
menyebabkan nilai ulangan
harian siswa rendah. Permasalahan dalam pembelajaran tersebut membutuhkan solusi
yang tepat dan sesuai untuk mengatasinya. Guru dapat mengubah cara mengajar didalam
kelas dengan lebih baik. Guru tidak boleh selalu menggunakan metode cerama saat
mengajar pembelajaran tematik. Guru bisa menggunakan model, strategi dan media yang
dapat menunjang keberhasilah pembelajran sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai,
pembelajaran menjadi menyenangkan, dan pembelajaran lebih bermakna.
Penggunaan model Problem Based Learning (PBL) diharapkan dapat memacu
semangat siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan siswa tidak merasa jenuh.
Keunggulan model tersebut adalah pemberian masalah yang berhubungan dengan materi
yang diajarkan dan diselesaikan secara berkelompok. Sehingga siswa bisa menggali
kemampuan lebih mendalam dari permasalahan tentang manfaat energi dan menaksir
penjumlahan dan pengurang dua bilangan cacah . Dimana siswa dituntut berperan aktif
dan kritis untuk memecahkan masalah yang telah diberikan guru. Pembelajaran
menggunakan model Problem Based Learning dilakukan dengan cara membagi siswa
menjadi beberapa kelompok, yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Hal ini dapat
menumbuhkan semangat siswa dalam belajar, karena mereka tidak bekerja secara
individu, melainkan berkelompok dengan cara berdiskusi. Hal ini sesuai dengan
karakteristik siswa yang semangat mengerjakan jika bersama-sama dengan temannya.
Dengan model PBL diharapkan siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Guru
bertugas sebagai pengajar dan fasilitator agar pembelajaran menggunakan model PBL
dapat berjalan sesuai dengan harapan. Guru harus berperan aktif untuk memanfaatkan
keadaan yang ada. Dengan kemampuan guru memanfaaatkan waktu dan mengajar
dengan baik dan menyenangkan diharapkan siswa tidak akan jenuh dan dapat memahami
materi yang telah disampaikan oleh guru.
Penggunaan model Problem Based Learning dengan pemberian masalah dan
diskusi untuk menyelesaikannya dianggap cocok untuk meningkatkan pemahaman siswa.
Pada pelajaran tematik tema Selalu Berhemat Energi, sub tema Sumber Energi, mata
pelajaran IPA dan Matematika materi manfaat energi matahari dan menaksir jumlah dan
selisih operasi bilangan cacah . Penggunaan model Problem Based Learning diharapkan
akan mampu meningkatkan pemahaman siswa agar dapat megerjakan evaluasi dengan
baik dan mencapai nilai KKM sehingga dinyatakan tuntas. Model pembelajaran Problem
Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan yang dialami oleh siswa kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi.
Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning akan lebih menyenangkan dan
tidak menjenuhkan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa. Siswa juga akan
aktif menggali informasi yang ada dengan sendirinya. Peneliti akan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning, untuk mengatasi permasalahan yang dialami
siswa kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi. Hal ini dikarenakan banyaknya penelitian yang
relevan dengan permasalahan yang dialami siswa tersebut. Diantaranya yaitu penelitian
yang dilakukan Lukman Alhadi. Isi dari penelitian tersebut menyatakan “Pada siklus I
memperoleh presentase sikap memahami 61,70%, percaya diri 60,30%, hasil belajar
72,50% dan siklus II sebesar memahami 86,70%, percaya diri 88,30% dan hasil belajar
88,30%. Dan terlihat juga adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I, siswa
yang telah mencapai KKM yaitu 13,30% dan siklus II siswa yang mencapai KKM
mengalami peningkatan menjadi 90%”.9 Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh
Fina fidiana melati. Ia menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan peningkatan
pemahaman konsep matematis siswa, pada siklus I diperoleh rata-rata dengan skor
keseluruhan siswa 55,65 dengan ketuntasan belajar siswa 43% dan klasifikasi
tingkat keberhasilan siswa yang rendah. Sementara pada siklus II diperoleh rata-rata skor
keberhasilan siswa 64,34 dengan ketuntasan belajar seluruh siswa 74% dan klasifikasi
belajar siswa pada tingkat sedang.6 Perbedaan penelitian yang akan dilakukan peneliti
dengan penelitian-penelitian sebelumnya antara lain tempat atau sekolah penelitian,
subyek dan kelas, serta materi yang akan diteliti. Berdasarkan permasalahan tersebut,
model pembelajaran Problem Based Learning dianggap akan mampu meningkatkan
pemahaman siswa. Model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan
pemahaman siswa. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model
pembelajaran yang mampu membangkitkan keaktifan siswa sehingga dapat
meningkatkan Hasil belajar siswa. Dari latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti
bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning akan dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi. Oleh sebab
itu, peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam proposal PTK yang
berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA 2 SUB TEMA
1 MATERI MANFAAT ENERGI MELALUI MODEL PROBLEM BASED
LEARNING KELAS IV MI PERSIS 96 BANYURESMI
B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH
a. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil belajar kognitif siswa kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi dengan


menggunakan model pembelajaran Problem Based learning pada materi manfaat
energi matahari bagi kehidupan sehari – hari dan menentukan taksiran dari
jumlah, selisih operasi bilangan cacah.
2. Bagaimana hasil belajar afektif (sikap) siswa kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based learning pada materi
manfaat energi matahari bagi kehidupan sehari – hari dan menentukan taksiran
dari jumlah, selisih operasi bilangan cacah.
3. Bagaimana hasil belajar psikomotor (keterampilan) siswa kelas IV MI Persis 96
Banyuresmi dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based learning
pada materi manfaat energi matahari bagi kehidupan sehari – hari dan menentukan
taksiran dari jumlah, selisih operasi bilangan cacah.
4. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada tema 2 sub tema 1 materi
manfaat energi model Problem Based Learning pada siswa kelas IV MI Persis 96
Banyuresmi ?

b. Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalaahn yang telah dipaparkan di atas, tindakan yang dipilih
peneliti adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian akan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning. PBL diharapkan akan mampu
meningkatkan pemahaman siswa. Siswa MI Persis 96 Banyuresmi memiliki
kriteria yaitu semangat, rajin dan patuh, namun mereka cenderung pasif saat
kegiatan pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan
mengerjakan tugas yang diberikan. Mereka tidak menanyakan sedikitpun materi
yang belum mereka pahami kepada guru. Model Problem Based Learning
dianggap cocok karena akan dapat menyalurkan semangat siswa dan akan dapat
meningkatkan kemampuan serta keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Sehingga siswa dapat memahami materi yang dijarkan oleh guru dan memiliki
lebih banyak wawasan baru yang bisa didapatkan dari kegiatan diskusi. Materi
yang diajarkan pada tema 2 sub tema 1 mencakup manfaat sumber energi dan cara
menaksir jumlah , selisih dua bilangan cacah. Model PBL sangat cocok digunakan
pada materi ini. Karena dengan PBL materi tersebut dapat dikembangkan sesuai
dengan porsinya. Serta menggali pemahaman siswa sedalam-dalamnya tentang
materi tersebut. Tujuan pembelajaran pada tema 2 sub tema 1 yaitu tentang
kemampuan siswa menjelaskan manfaat energi matahari, dan menyelesaikan
permasalahan tentang penaksiran dua bilangan cacah serta mengidentifikasi
karakteristik ruang. Tujuan ini dapat tercapai menggunakan model PBL karena
langkah-langkah PBL sangat cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Dimana siswa diberikan suatu permasalahan dan mereka menggali informasi
tentang masalah tersebut dan pada langkah terakhir yaitu mengkomunikasikan
yang sangat cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Hasil belajar kognitif siswa kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based learning pada materi manfaat
energi matahari bagi kehidupan sehari – hari dan menentukan taksiran dari
jumlah, selisih operasi bilangan cacah.
2. Hasil belajar afektif (sikap) siswa kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based learning pada materi manfaat
energi matahari bagi kehidupan sehari – hari dan menentukan taksiran dari
jumlah, selisih operasi bilangan cacah.
3. Hasil belajar psikomotor (keterampilan) siswa kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based learning pada materi
manfaat energi matahari bagi kehidupan sehari – hari dan menentukan taksiran
dari jumlah, selisih operasi bilangan cacah.
4. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa melalui model Problem Based
Learning pada tema 2 sub tema 1 materi manfaat sumber energi matahari dan
menetukan penaksiran dari jumlah dan selisih operasi bilangan cacah pada siswa
kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi.

D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan yang telah di sebutkan di atas maka di harapkan dapat manfaat
bagi :
1. Siswa
Membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi manfaat sumber energi
matahari pada tema selalu berhemat energi dan menaksir jumlah selisih dua
bilangan cacah pada muatan pelajaran IPA dan Matematika.
2. Guru
Memberikan tambahan wawasan dalam menentukan model pembelajaran yang
tepat dalam proses belajar mengajar pada pelajaran tematik yang akan dapat
meningktkan pemahaman pada siswa.
3. Peneliti
menambah pengalaman dalam mengatasi permasalahan proses belajar mengajar
sebagai bekal untuk terjun di dunia Pendidikan.
4. Pembaca
Memberikan informasi tentang pembelajaran di kelas berkenaan dengan
peningkatan kemampuan memahami siswa melalui mode pembelajaran Problem
Based Learning.

E. BATASAN MASALAH
Agar penelitian ini terarah, maka penulis memiliki batasan-batasan yang akan diteliti,
diantaranya:

1. Hasil belajar meliputi domain kognitif, afektif dan domain psikomotor yang
masing-masing meliputi:
a. Domain kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.

b. Domain afektif yang dikembangkan berupa sikap siswa setelah


pembelajaran, yaitu dengan pernyataan sangat setuju, setuju, raguragu, tidak
setuju dan sangat tidak setuju.
c. Domain psikomotor meliputi keterampilan mengawali diskusi, ikut
berperan dalam diskusi, mempresentasikan hasil diskusi, mengajukan
pertanyaan dan menyimpulkan.
2. Model pembelajaran yang dikembangkan yaitu model pembelajaran Problem
Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menempatkan guru
sebagai pusat pembimbing pengajaran yang ditunjang dengan menggunakan alat
bantu audio visual dan video yang membantu dalam memberikan penjelasan
materi yang disampaikan.
3. Materi yang dikembangkan yaitu pada materi manfaat energi matahari bagi
kehidupan sehari -hari dan menentukan taksiran dari jumlah, selisih operasi
bilangan cacah
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Menurut Gagne (1985) dalam Anitah Sri, dkk (2017:1.3) bahwa belajar
adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga atribut pokok (Ciri
utama) belajar, yaitu: proses, perubahan tingkah laku dan pengalaman.
Slameto (2010:2) belajar merupakan proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
berlangsung melalui pengalaman, baik pengalaman langsung atau tidak langsung
(melalui pengamatan). Dengan kata lain, belajar terjadi di dalam interaksi dengan
lingkungan (lingkungan fisik dan lingkungan social).
Menurut Anitah Sri, dkk (2017:1.18) “Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”. Lingkungan belajar merupakan suatu system yang terdiri
dari unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa dan guru. Semua unsur
atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan semuanya
berfungsi dengan berorientasi pada tujuan.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah
suatu aktivitas yang dilakukan guru dan siswa untuk memperoleh perubahan baik
perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah lakunya, kecakapannya, dan aspek
lain yang ada pada dirinya.

2. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2004:22) “Hasil belajar adalah kemampuankemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan
menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil
belajar mengajar: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan
pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuaaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah
ia menerima parlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Ketercapaian hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan pengukuran.
Menurut Suryanto, Adi dkk (2017:1.6) “pengukuran pada dasarnya merupakan
kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang di ukur”. Penentuan angka ini
merupakan suatu upaya untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Untuk
dapat menghasilkan angka (yang merupakan hasil pengukuran) maka di perlukan
alat ukur.
Suryanto, Adi dkk (2017:1.15) secara umum alat ukur dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu tes dan non tes. Tes merupakan sekumpulan pertanyaan atau
tugas yang direncanakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Pertanyaan dalam
tes menghendaki adanya respon yang benar atau slah dari siswa. Jika ada
sekumpulan pertanyaan yang tidak memerlukan respon yang benar atau salah dari
siswa maka kelompok alat ukur tersebut dikelompokan dalam non-test.
Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Poerwanti (2008:4-
9) sebagai berikut:
a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

1) Tes tertulis. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis dalam
hal soal maupun jawabannya.
2) Tes lisan. Pada tes lisan, pertanyaan ataupun jawaban (response)
semuanya dalam bentuk lisan.
3) Tes unjuk kerja. Pada tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu
sebagai indicator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan
psikomotor.
b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabnnya

1) Tes Esai (essay-type test). Tes bentuk esai adalah tes yang meuntut
siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
2) Tes Jawaban Pendek. Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban
pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannnya bukan dalam
bentuk esai, tetapi memberikan jawabn-jawaban pendek.
3) Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi
diperlukan untuk menjawab tes yang tersedia. Oleh karenanya sering
pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban.
3. Hakikat belajar IPA

Usman Samatowa mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan alam atau


science ilmu tentang alam, yaitu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam ini. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
oleh manusia7.
Adapun Sri Sulistyorini (2007: 9-11) menyatakan bahwa pada
hakikatnya

IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap.
Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi produk (hasil), dan dimensi
pengembangan sikap ilmiah, yang ketiganya saling terkait satu sama lain.
Yang dimaksud dalam penelitian ini mengenai hasil belajar matematika siswa
adalah penguasaan yang diperoleh siswa, melalui suatu tes yang mengukur prestasi
seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas, yang
dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan dan pemahaman berup
kognitif, afektif dan psikomotorik

4. Pengertian Belajar Matematika


Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun secara logis, berjenjang
dari yang palig mudah hingga yang paling rumit. Dengan demikian pelajaran
matematika tersusun sedemikian rupa sehingga pengertian terdahulu mendasari
pengertian berikutnya. Russefendi (1984 : 25) mengatakan bahwa : Program
matematika supaya diberikan secara bertahap agar si anak secara bertahap dapat
mengkondisikan konsep-konsep melalui kegiatan praktis maupun teoritis.
Selanjutnya Herman Hudoyo (1990 : 5) berpendapat bahwa : belajar matematika
haruslah menekankan pada pengertian konsep-konsep matematika dan proses
matematika melalui pemecahan masalah.
5. Problem Based Learning

a. Pengertian Problem Based Learning

Arends menyatakan bahwa esensinya PBL menyuguhkan berbagai situasi


bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi
sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan8. PBL dirancang untuk
membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
menyelesaikan masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi
pelajar yang mandiri. Model ini menyediakan sebuah alternatif yang menarik bagi
guru yang menginginkan maju melebihi pendekatan-pendekatan yang lebih
berpusat pada guru untuk menantang siswa dengan aspek pembelajaran aktif dari
model itu.
PBL adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari mata
pelajaran. PBL memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan
pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang autentik, relevan
dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dinyatakan bahwa PBL merupakan sebuah model pembelajaran alternatif yang
dapat diterapkan oleh para pendidik. Guru perlu mengembangkan lingkungan kelas
yang memungkinkan pertukaran ide secara terbuka sehingga pembelajaran ini
menekankan siswa dalam berkomunikasi dengan teman sebayanya maupun dengan
lingkungan belajar siswa, sehingga membantu siswa menjadi lebih mandiri dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan fakta. Fokus pembelajaran ada pada
konsep yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang
berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Masalah yang dijadikan fokus pembelajaran dapat diselesaikan
siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman
belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok.
Keadaan tersebut menunjukan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman
yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan
pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka
dapat menerapkannya dalam kondisi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
b. Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL)

Arends menyatakan bahwa sintaks pembelajaran berdasarkan masalah


terdiri dari lima fase utama. Fase-fase tersebut merujuk pada tahapan-tahapan yang
praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL.
Fase 1. Memberikan Orientasi tentang Permasalahannya kepada Siswa.
Pada awal pelajaran PBL, seperti semua tipe pelajaran lainnya, guru
seharusnya mengkomunikasikan dengan jelas maksud pelajarannya, membangun
sikap positif terhadap pelajaran itu, dan mendeskripsikan sesuatu yang diharapkan
untuk dilakukan oleh siswa. Guru perlu menyodorkan situasi bermasalah dengan
hati-hati atau memiliki prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam
identifikasi permasalahan. Guru seharusnya menyuguhkan situasi bermasalah itu
kepada siswa dengan semenarik mungkin.
Fase 2. Mengorganisasikan Siswa untuk Meneliti.

PBL mengharuskan guru untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi


diantara siswa dan membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara
bersama-sama. PBL juga mengharuskan guru untuk membantu siswa untuk
merencanakan tugas investigatif dan pelaporannya.
Fase 3. Membantu Investigasi Mandiri dan Kelompok.
Investigasi yang dilakukan secara mandiri, berpasangan, atau dalam timtim
studi kecil adalah inti PBL. Meskipun setiap situasi masalah membutuhkan teknik
investigatif yang agak berbeda, kebanyakan melibatkan proses mengumpulkan data
dan eksperimentasi, pembuatan hipotesis dan penjelasan, dan memberikan solusi.
Fase 4 Mempresentasikan Hasil Investigasi Kelompok.

Fase investigatif diikuti dengan pembuatan laporan hasil diskusi terkait


masalah yang diberikan oleh guru kepada masing-masing kelompok. Presentasi
kelompok dilakukan secara bergantian dan dilakukan pula sesi tanya jawab. Guru
memberi stimulus kepada kelompok lainnya untuk bertanya kepada setiap
kelompok yang tampil di depan.
Fase 5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Mengatasi Masalah.

Fase terakhir PBL melibatkan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk


membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri
maupun keterampilan investigatif dan keterampilan intelektual yang mereka
gunakan. Selama fase ini, guru meminta siswa untuk merekontruksikan pikiran dan
kegiatan mereka selama berbagai fase pelajaran.
BAB III METODE PENELITIAN

1. Subyek Penelitian, Tempat, Waktu dan Lama Tindakan


Pelaksanaan penelitian pembelajaran dilaksanakan pada siswa kelas IVMI
Persi 96 Banyuresmi, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Dengan Jumlah
siswa 24 orang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Sedangkan yang menjadi topik penelitian tindakan kelas ini adalah
meningkatkan pemahaman siswa tentang operasi penjumlahan dan pengurangan
pecahan desimal melalui metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Prosedur
penelitian ini akan di lakukan dalam rentang pada semester ke satu pada tahun
pelajaran 2021 – 2022 yaitu bulan November sampai Desember 2021
2. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kemmis dan
M.Taggart dengan system spiral repleksi diri yang dimulai dengan cara tindakan,
pengamatan, refleksi, perencanaan kembali ( Kasbolah, 1998/1999 : 113).
Dalam model Kemis Tagart ini, penelitian menggunakan dan
mengembangkan siklus (cycle) dengan dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai
dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran.
Sebelum dalam tahap siklus, dilaksanakan studi kelayakan sebagai penelitian
pendahuluan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah dan ide yang tepat
dalam pengembangan proses pembelajaran di kelas.
Adapun alur penelitian ini dimulai dengan studi pendahuluan, hasilnya
dipertimbangkan untuk kemudian menyusun rencana tindakan, dilanjutkan
dengan pelaksanaan tindakan, observasi pelaksanaan tindakan, refleksi proses dan
hasil tindakan. Ini adalah sebagai siklus pertama belum menyelesaikan
permasalahan, maka dilanjutkan dengan siklus kedua, dimana rencana
tindakannya berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama. Demikian penelitian
dilakukan siklus demi siklus sampai permasalahan penelitian dapat dipecahkan
Siklus kegiatan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Model sederhana dari Kemiss tagart dalam satu siklus terdapat empat Langkah
yaitu 1 perencanaan ( Planing ), 2 Tindakan (acting ), 3 pengamatan ( Observing
) dan 4 refleksi (reflecting )

3. Deskripsi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan empat rangkaian kegiatan


yang akan dilakukan dalam dua siklus. Karena biasanya Penelitian Tindakan Kelas tidak
bisa berhasil hanya dalam satu siklus saja, sehingga peneliti akan melakukan dua siklus
dengan rangkaian yang sama antara siklus pertama denga siklus kedua. Langkah –
Langkah penelitian Tindakan meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Pra siklus
a. Meminta izin untuk penelitian kepada kepala sekolah.
b. Membuat observasi

a. Siklus 1
1. Perencanaan PTK

- Merefleksi pembelajaran untuk menemukan masalah dalam


pembelajaran
- Menganalisis data hasil penilaian harian peserta didik

- Mengobservasi kesalahan pembelajaran

- Merumuskan masalah

- Merumuskan cara perbaikan masalah (perbaikan pembelajaran)

- Merumuskan hipotesis

- Menyusun rencana perbaikan (RP) menggunanakan model Pembelajaran


Problem Based Learning
- Menyiapkan format Observasi dan refleksi
2. Pelaksanaan

Melakukan tindakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan Rencana


Perbaikan Pembelajaran yang telah disusun dengan menggunakan model
Pembelajaran Problem Based Learning
3. Observasi dan Evaluasi
Pembelajaran dimulai dengan melakukan apersepsi untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa tentang manfaat sumber energi matahari dan menentukan
taksiran operasi bilangan cacah yang sebelumnya telah diberikan. Mengamati
bagaimana pengaruh penggunaan Pembelajaran Problem Based Learning terhadap
proses dan hasil belajar siswa lalu memeriksa hasil evaluasi yang dilakukan pada akhir
kegiatan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diberikan
4. Refleksi

Pembelajaran yang telah dilakukan akan direfleksi untuk mengetahui sejauh mana
kelemahan pembelajaran yang telah diberikan. Refleksi dilakukan dengan
menggunakan format observasi dan refleksi dengan memperhatikan tahapan sesuai RPP
dan tujuan pembelajaran yang harus di capai siswa. Dalam melakukan refleksi peneliti
akan di bantu oleh teman sejawat untuk mengobservasi dan merefreksi proses
pembelajaran.
b. Siklus II
1. Perencanaan PTK
a. Merefleksi pembelajaran pada siklus 1 untuk menemukan kekurangan dalam
pembelajaran
b. Menganalisis data hasil penilaian harian peserta didik

c. Merumuskan masalah

d. Merumuskan cara perbaikan masalah (perbaikan pembelajaran siklus II)

e. Merumuskan hipotesis

f. Menyusun rencana perbaikan (RP siklus II)

- Menggunakan Pembelajaran Syntac inquiri terbimbing pada proses KBM


g. Menyiapkan media pembelajaran

h. Menyiapkan format Observasi dan refleksi


2. Pelaksanaan

Melakukan tindakan perbaikan sesuai dengan Rencana Perbaikan


Pembelajaran siklus II yang telah disusun dengan melengkapi kekurangan pada RPP
Perbaikan sebelumnya (Siklus I) dalam penggunaan media Audio Visual.
3. Observasi dan Evaluasi

- Pembelajaran dimulai dengan meningkatkan apersepsi dan motivasi untuk menggali


pengetahuan awal siswa tentang materi jenis mata pencaharian berdasarkan pengaruh
kondisi geografis bangsa Indonesia yang sebelumnya telah diberikan. Mengamati
bagaimana pengaruh penggunaan Pembelajaran Problem Based Learning dengan
tambahan tahapan yaitu memberikan kesempatan siswa untuk bertanya terhadap
proses dan hasil belajar siswa lalu memeriksa hasil evaluasi yang dilakukan pada
akhir kegiatan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang
diberikan.
4. Refleksi

Pembelajaran yang telah dilakukan akan direfleksi untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh keberhasilan penggunaan Pembelajaran inquiri terbimbing dalam
pembelajaran yang telah diberikan di siklus II. Refleksi dilakukan dengan
menggunakan format observasi dan refleksi dengan memperhatikan tahapan sesuai
RPP perbaikan siklus I dan tujuan pembelajaran yang harus di capai siswa. Dalam
melakukan refleksi peneliti di bantu oleh teman sejawat untuk mengobservasi dan
merefreleksi proses pembelajaran.

C. Tahap Siklus III

a) Guru melaksanakan siklus III dengan model pembelajaran Inquiri terbimbing


menggunakan metode diskusi, ceramah dan tanya jawab. Proses
pembelajaran siklus III meliputi: perubahan energi angin dan
memyelaesaikan penaksiran dengan menggunakan LKPD III kemudian
mengisi tes individu sebagai bentuk penugasan kepada siswa. Peneliti
bertindak sebagai observer. Pembelajaran ini berlangsung 2x35 menit.
b) Untuk pembelajaran selanjutnya guru dengan siswa melakukan diskusi ulang
tentang konsep yang telah dijelaskan, apresiasi kepada kelompok yang paling
aktif. Hal tersebut sebagai ciri dari model pembelajaran inquiri terbimbing ,
yaitu adanya penghargaan kelommpok.
c) Kegiatan selanjutnya melakukan wawancara dengan siswa tentang pendapat
mereka selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inquiri terbimbing.
d) Melaksanakan tes akhir (postes) untuk mengetahui kemampuan akhir siswa
setelah pembelajaran berlangsung.
e) Menganalisis perubahan pengetahuan konsepsi siswa dengan
membandingkan pengetahuan konsepsi awal siswa dengan penguasaan
pengetahuan konsepsi siswa yang diperoleh melalui tes akkhir.
D. Menentukan Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes dan non tes , yang
akan menghasilkan data kualitatif dan data kuantitatif. Untuk mengukur
kemampuan kognitif siswa, peneliti menggunakan instrumen berbentuk tes
dengan bentuk soal uraian. Sedangkan untuk mengukur kemampuan afektif,
psikomotor, dan keaktifan siswa peneliti menggunakan instrumen lembar
observasi dan wawancara. Instrumen berupa tes dan non tes tersebut dapat
digunakan untuk memperkuat hasil penelitian yang dilakukan
E. Analisis Instrumen Penelitian
Analisis instrumen penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif
kuantitatif untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar pada materi operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Juga digunakan analisis deskriptip
kualitatif untuk mengetahui mutu proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data mencakup jenis data yang akan dikumpulkan
penjelasan, dan alasan pemakaian suatu teknit pengumpulan data disesuaikan
dengan kebutuhan data penelitian. Teknik pengumpulan data antara lain:
wawancara, tes , angket ( questionere), observasi, atau studi dokumentasi. Teknik
pengumpulan data tersebut dapat menghasilkan data utama dan data penunjang
sesuai dengan rumusan masalah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a) Observasi Menurut Arikunto (dalam Iskandar dan Narsim, 2015 hlm. 49)
“Observasi sebagai suatu aktivitas yang sempit yakni
memperhatikan sesuatu dengan mata”. Observasi dapat mengetahui dan
mengamati kegiatan siswa dalam mempersiapkan, memperhatikan, dan
menanggapi penjelasan dari guru selama proses pembelajaran berlangsung,
dengan model pembelajaran inquiri Terbimbing
b) Tes

Menurut Arikunto (dalam Iskandar dan Narsim, 2015 hlm. 48) “Tes yaitu
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, 56 kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Dengan kata lain tes merupakan
alat yang digunakan untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan individu
atau kelompok.
c) Dokumentasi

Nawawi (dalam Iskandar dan Narsim, 2015 hlm. 50) menyatakan bahwa
studi dokumentasi adalah “Cara pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai
pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan”. Definisi ini
memiliki cakupan yang masiih sempit karena dokumentasi hanya mencaku
data peninggalan tertulis dari berbagai referensi.
G. Analisis Data
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
tematik siswa kelas IV MI PERSIS 96 yang berjumlah 24 orang pada mata
pelajaran IPA dan Matematika materi manfaat energi matahari dan taksiran dari
jumlah, selisih operasi dua bilngan cacah terhadap Kriteria Ketuntasan Minimun
(KKM) yang ditentukan yaitu 73. Untuk mengukur hasil belajar siswa peneliti
menggunakan teknis analisis data kuantitatif berupa tes uraian. Adapun metode
penilaiannya berupa skor dengan rentang nilai antara 0 – 100.
Terdapat beberapa rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Rata-rata (Mean)

Suryanto, Adi (2017:4.30) mean atau rata-rata dapat dihitung dengan


menggunakan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎 ∑𝑥
𝑀= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑀 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑛

Keterangan: M = Mean
(Rata-rata) n = Jumlah data
2. Ketuntasan Belajar Siswa

Untuk melihat ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika


menggunakan pedoman penskoran sebagai berikut: 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑘𝑒𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 = 𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
3. Prosentase Ketercapaian Secara Klasikal

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ𝑖 𝐾𝐾𝑀


𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

DAFTAR PUSTAKA
Fina Fidiana Melati, Skripsi: “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), 13-
14.

Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Depdiknas.


Meningkatkan Pemahaman Dan Sikap Percaya Diri Siswa Serta Hasil Belajar Dalam
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Di Kelas IV” (Bandung: universitas pasundan,
2015.

M. Khafid dan Suyuti (2006). Buku Pelajaran Matematika Penekanan pada Berhitung
untuk Sekolah Dasar Kelas IV; Penerbit Erlangga.
Materi Komponen Ekosistem. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Nurdyansyah, N. (2018). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pelajaran IPA
Oemar HamAhmad Susantoalik, , Proses Belajar Mengajar, Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), (Jakarta: Prenadamedia
Group, 27. 2013),
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas V Sekolah Dasar” ( universitas
pendidikan Indonesia, 2016

9 Lukman Alhadi, Skripsi : “Penggunaan Metode


Problem Based Learning (PBL) Untuk

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran (mengembangkan profesionalisme guru).


Bandung: Rajagrafindo Persada.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
prenadamedia group.

Sri Sulistyorini dan Supartono. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan
Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sholeh hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung :PT Remaja
Rosdakarya,2015),113.

Anda mungkin juga menyukai