Diajukan sebagai Syarat untuk Mengikuti Lokakarya Penelitian Tindakan Kelas pada
Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam Jabatan bagi Guru Kelas MI
LPTK UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
NAMA : Hasna Nurlaeli
KELAS : Guru Kelas - B
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
b. Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalaahn yang telah dipaparkan di atas, tindakan yang dipilih
peneliti adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian akan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning. PBL diharapkan akan mampu
meningkatkan pemahaman siswa. Siswa MI Persis 96 Banyuresmi memiliki
kriteria yaitu semangat, rajin dan patuh, namun mereka cenderung pasif saat
kegiatan pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan
mengerjakan tugas yang diberikan. Mereka tidak menanyakan sedikitpun materi
yang belum mereka pahami kepada guru. Model Problem Based Learning
dianggap cocok karena akan dapat menyalurkan semangat siswa dan akan dapat
meningkatkan kemampuan serta keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Sehingga siswa dapat memahami materi yang dijarkan oleh guru dan memiliki
lebih banyak wawasan baru yang bisa didapatkan dari kegiatan diskusi. Materi
yang diajarkan pada tema 2 sub tema 1 mencakup manfaat sumber energi dan cara
menaksir jumlah , selisih dua bilangan cacah. Model PBL sangat cocok digunakan
pada materi ini. Karena dengan PBL materi tersebut dapat dikembangkan sesuai
dengan porsinya. Serta menggali pemahaman siswa sedalam-dalamnya tentang
materi tersebut. Tujuan pembelajaran pada tema 2 sub tema 1 yaitu tentang
kemampuan siswa menjelaskan manfaat energi matahari, dan menyelesaikan
permasalahan tentang penaksiran dua bilangan cacah serta mengidentifikasi
karakteristik ruang. Tujuan ini dapat tercapai menggunakan model PBL karena
langkah-langkah PBL sangat cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Dimana siswa diberikan suatu permasalahan dan mereka menggali informasi
tentang masalah tersebut dan pada langkah terakhir yaitu mengkomunikasikan
yang sangat cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Hasil belajar kognitif siswa kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based learning pada materi manfaat
energi matahari bagi kehidupan sehari – hari dan menentukan taksiran dari
jumlah, selisih operasi bilangan cacah.
2. Hasil belajar afektif (sikap) siswa kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based learning pada materi manfaat
energi matahari bagi kehidupan sehari – hari dan menentukan taksiran dari
jumlah, selisih operasi bilangan cacah.
3. Hasil belajar psikomotor (keterampilan) siswa kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based learning pada materi
manfaat energi matahari bagi kehidupan sehari – hari dan menentukan taksiran
dari jumlah, selisih operasi bilangan cacah.
4. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa melalui model Problem Based
Learning pada tema 2 sub tema 1 materi manfaat sumber energi matahari dan
menetukan penaksiran dari jumlah dan selisih operasi bilangan cacah pada siswa
kelas IV MI Persis 96 Banyuresmi.
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan yang telah di sebutkan di atas maka di harapkan dapat manfaat
bagi :
1. Siswa
Membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi manfaat sumber energi
matahari pada tema selalu berhemat energi dan menaksir jumlah selisih dua
bilangan cacah pada muatan pelajaran IPA dan Matematika.
2. Guru
Memberikan tambahan wawasan dalam menentukan model pembelajaran yang
tepat dalam proses belajar mengajar pada pelajaran tematik yang akan dapat
meningktkan pemahaman pada siswa.
3. Peneliti
menambah pengalaman dalam mengatasi permasalahan proses belajar mengajar
sebagai bekal untuk terjun di dunia Pendidikan.
4. Pembaca
Memberikan informasi tentang pembelajaran di kelas berkenaan dengan
peningkatan kemampuan memahami siswa melalui mode pembelajaran Problem
Based Learning.
E. BATASAN MASALAH
Agar penelitian ini terarah, maka penulis memiliki batasan-batasan yang akan diteliti,
diantaranya:
1. Hasil belajar meliputi domain kognitif, afektif dan domain psikomotor yang
masing-masing meliputi:
a. Domain kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
Menurut Gagne (1985) dalam Anitah Sri, dkk (2017:1.3) bahwa belajar
adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga atribut pokok (Ciri
utama) belajar, yaitu: proses, perubahan tingkah laku dan pengalaman.
Slameto (2010:2) belajar merupakan proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
berlangsung melalui pengalaman, baik pengalaman langsung atau tidak langsung
(melalui pengamatan). Dengan kata lain, belajar terjadi di dalam interaksi dengan
lingkungan (lingkungan fisik dan lingkungan social).
Menurut Anitah Sri, dkk (2017:1.18) “Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”. Lingkungan belajar merupakan suatu system yang terdiri
dari unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa dan guru. Semua unsur
atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan semuanya
berfungsi dengan berorientasi pada tujuan.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah
suatu aktivitas yang dilakukan guru dan siswa untuk memperoleh perubahan baik
perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah lakunya, kecakapannya, dan aspek
lain yang ada pada dirinya.
2. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2004:22) “Hasil belajar adalah kemampuankemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan
menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil
belajar mengajar: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan
pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuaaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah
ia menerima parlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Ketercapaian hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan pengukuran.
Menurut Suryanto, Adi dkk (2017:1.6) “pengukuran pada dasarnya merupakan
kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang di ukur”. Penentuan angka ini
merupakan suatu upaya untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Untuk
dapat menghasilkan angka (yang merupakan hasil pengukuran) maka di perlukan
alat ukur.
Suryanto, Adi dkk (2017:1.15) secara umum alat ukur dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu tes dan non tes. Tes merupakan sekumpulan pertanyaan atau
tugas yang direncanakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Pertanyaan dalam
tes menghendaki adanya respon yang benar atau slah dari siswa. Jika ada
sekumpulan pertanyaan yang tidak memerlukan respon yang benar atau salah dari
siswa maka kelompok alat ukur tersebut dikelompokan dalam non-test.
Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Poerwanti (2008:4-
9) sebagai berikut:
a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan
1) Tes tertulis. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis dalam
hal soal maupun jawabannya.
2) Tes lisan. Pada tes lisan, pertanyaan ataupun jawaban (response)
semuanya dalam bentuk lisan.
3) Tes unjuk kerja. Pada tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu
sebagai indicator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan
psikomotor.
b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabnnya
1) Tes Esai (essay-type test). Tes bentuk esai adalah tes yang meuntut
siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
2) Tes Jawaban Pendek. Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban
pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannnya bukan dalam
bentuk esai, tetapi memberikan jawabn-jawaban pendek.
3) Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi
diperlukan untuk menjawab tes yang tersedia. Oleh karenanya sering
pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban.
3. Hakikat belajar IPA
IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap.
Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi produk (hasil), dan dimensi
pengembangan sikap ilmiah, yang ketiganya saling terkait satu sama lain.
Yang dimaksud dalam penelitian ini mengenai hasil belajar matematika siswa
adalah penguasaan yang diperoleh siswa, melalui suatu tes yang mengukur prestasi
seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas, yang
dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan dan pemahaman berup
kognitif, afektif dan psikomotorik
3. Deskripsi Penelitian
1. Pra siklus
a. Meminta izin untuk penelitian kepada kepala sekolah.
b. Membuat observasi
a. Siklus 1
1. Perencanaan PTK
- Merumuskan masalah
- Merumuskan hipotesis
Pembelajaran yang telah dilakukan akan direfleksi untuk mengetahui sejauh mana
kelemahan pembelajaran yang telah diberikan. Refleksi dilakukan dengan
menggunakan format observasi dan refleksi dengan memperhatikan tahapan sesuai RPP
dan tujuan pembelajaran yang harus di capai siswa. Dalam melakukan refleksi peneliti
akan di bantu oleh teman sejawat untuk mengobservasi dan merefreksi proses
pembelajaran.
b. Siklus II
1. Perencanaan PTK
a. Merefleksi pembelajaran pada siklus 1 untuk menemukan kekurangan dalam
pembelajaran
b. Menganalisis data hasil penilaian harian peserta didik
c. Merumuskan masalah
e. Merumuskan hipotesis
Pembelajaran yang telah dilakukan akan direfleksi untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh keberhasilan penggunaan Pembelajaran inquiri terbimbing dalam
pembelajaran yang telah diberikan di siklus II. Refleksi dilakukan dengan
menggunakan format observasi dan refleksi dengan memperhatikan tahapan sesuai
RPP perbaikan siklus I dan tujuan pembelajaran yang harus di capai siswa. Dalam
melakukan refleksi peneliti di bantu oleh teman sejawat untuk mengobservasi dan
merefreleksi proses pembelajaran.
Menurut Arikunto (dalam Iskandar dan Narsim, 2015 hlm. 48) “Tes yaitu
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, 56 kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Dengan kata lain tes merupakan
alat yang digunakan untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan individu
atau kelompok.
c) Dokumentasi
Nawawi (dalam Iskandar dan Narsim, 2015 hlm. 50) menyatakan bahwa
studi dokumentasi adalah “Cara pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai
pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan”. Definisi ini
memiliki cakupan yang masiih sempit karena dokumentasi hanya mencaku
data peninggalan tertulis dari berbagai referensi.
G. Analisis Data
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
tematik siswa kelas IV MI PERSIS 96 yang berjumlah 24 orang pada mata
pelajaran IPA dan Matematika materi manfaat energi matahari dan taksiran dari
jumlah, selisih operasi dua bilngan cacah terhadap Kriteria Ketuntasan Minimun
(KKM) yang ditentukan yaitu 73. Untuk mengukur hasil belajar siswa peneliti
menggunakan teknis analisis data kuantitatif berupa tes uraian. Adapun metode
penilaiannya berupa skor dengan rentang nilai antara 0 – 100.
Terdapat beberapa rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Rata-rata (Mean)
Keterangan: M = Mean
(Rata-rata) n = Jumlah data
2. Ketuntasan Belajar Siswa
DAFTAR PUSTAKA
Fina Fidiana Melati, Skripsi: “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), 13-
14.
M. Khafid dan Suyuti (2006). Buku Pelajaran Matematika Penekanan pada Berhitung
untuk Sekolah Dasar Kelas IV; Penerbit Erlangga.
Materi Komponen Ekosistem. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Nurdyansyah, N. (2018). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pelajaran IPA
Oemar HamAhmad Susantoalik, , Proses Belajar Mengajar, Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), (Jakarta: Prenadamedia
Group, 27. 2013),
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas V Sekolah Dasar” ( universitas
pendidikan Indonesia, 2016
Sri Sulistyorini dan Supartono. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan
Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sholeh hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung :PT Remaja
Rosdakarya,2015),113.