2 Tahun 2023 | 76 – 86
,,,,,,,,,,,,,,
JPK : Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan
http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/index
ISSN 2527-7057 (Online)
ISSN 2549-2683 (Print)
Peningkatakan Hasil Belajar Pendidikan Pancasila Kurikulum Merdeka Siswa Kelas
IB SDN 02 Girimoyo Malang Melalui Problem Based Learning
mengajar, sehingga siswa dapat belajar dengan Pancasila, sehingga siswa dapat
cara yang sesuai dengan kebutuhan dan hobinya. mengembangkan pemahaman nilai kehidupan
Sebuah tema yang ditetapkan oleh pemerintah dengan baik.
digunakan untuk membuat proyek yang (Septiana & Kurniawan, 2018) menyatakan
membantu siswa memenuhi profil siswa bahwa di SD Muhammadiyah Kauman Tahun
Pancasila. Proyek tidak dimaksudkan untuk 2016/2017) telah dilaksanakan penelitian
memenuhi tujuan pembelajaran tertentu, jadi tentang model pembelajaran PBL. Kajian ini
proyek tidak harus tentang subjek tertentu dipublikasikan dalam Jurnal Fundadikdas
(Suryani, 2023). (Dasar-Dasar Pendidikan Dasar) Vol.01. Hasil
Pendidikan Pancasila merupakan sebuah Pembelajaran No.1 menunjukkan bahwa siswa
Mata pelajaran yang digunakan di kelas mulai kelas 5 berpikir lebih kritis dari sebelumnya.
tahun pelajaran 2022–2023, bersamaan dengan Rata-rata skor sebelum tindakan 12,90%, skor
Kurikulum Merdeka yang sebelumnya memiliki setelah siklus I 51,61% (cukup), dan skor setelah
nama PPKN. Mata pelajaran Pendidikan siklus II 70,96% yang menunjukkan hasil yang
Pancasila dapat membantu anak-anak baik. Ketika siswa diberi tugas yang
mengembangkan moral dan menunjukkan mengharuskan mereka untuk menggunakan dan
kepada mereka bagaimana menggunakannya di meningkatkan keterampilan berpikir kritis
rumah dan di sekolah. Cara orang mendidik dan mereka, mereka lebih cenderung mengambil
dididik dipengaruhi oleh dua faktor. Komponen peran aktif dalam pendidikan mereka, keluar dan
pertama adalah sesuatu yang dibawa siswa ke mencari informasi yang mereka butuhkan, dan
meja, dan komponen yang kedua adalah bekerja dengan teman sekelas mereka dalam
komponen yang di bawa dari luar. Salah satu penelitian mereka.
faktor yang berada di luar pembelajaran adalah Berdasarkan pengamatan dan perbincangan
pendekatan yang diambil. Jika Anda penulis dengan rekan-rekan, khususnya yang
menggunakannya dengan benar, itu dapat sangat mengajar di kelas satu SDN 2 Girimoyo Malang,
meningkatkan hasil pendidikan Anda. Namun kenyataan di lapangan pembelajaran tidak
dalam praktiknya, banyak pendidik yang tetap berjalan sebagaimana mestinya. Orang berpikir
menggunakan format perkuliahan (Hakim & bahwa situasi belajar mengajar seperti ini tidak
Totalia, 2016). membantu siswa belajar sebanyak yang mereka
Artikel “Peningkatan Disiplin dan Hasil bisa. Karena permasalahan tersebut, anak-anak
Belajar PKn Siswa Kelas II Sekolah Dasar Pendidikan Pancasila kelas IB di SDN 2
Melalui Model Problem Based Learning” Girimoyo Malang tidak belajar dengan sebaik-
(Prayogo, 2022) mengkaji penelitian PBL baiknya. Hal ini terlihat dari kriteria ketetapan
sebelumnya. Temuan investigasi ini diterbitkan maksimal (KKM) untuk mata pelajaran
dalam Edisi 5 Basicedu. Gagasan di balik Pendidikan Pancasila yaitu 75, dan 55,6% siswa
pernyataan ini tercermin dalam fakta bahwa rata- belum mencapai KKM, sedangkan 44,4% sudah.
rata telah meningkat. Dua puluh siswa Mengingat kendala ini, sangat penting
menyelesaikan siklus I dengan skor 89,95, untuk menerapkan model pendidikan baru dan
sedangkan tiga siswa tidak menyelesaikannya imajinatif untuk meningkatkan pembelajaran
dan memperoleh skor 13,15%. Persentase siswa siswa. Kreativitas seorang guru bersinar ketika
yang berhasil menyelesaikan semua 23 tugas dia memilih pendekatan instruksional yang
dengan nilai sempurna 100 meningkat dari 87,17 menarik yang membuat siswanya tertarik dan
menjadi 100. terlibat. Siswa yang bersemangat untuk bertanya
PBL adalah metode pembelajaran yang dan berpartisipasi akan mendapat manfaat
memfokuskan pada pengalaman belajar yang terbesar dari model pendidikan yang
diarahkan pada pemecahan masalah atau situasi menekankan kualitas-kualitas ini (Zahra &
nyata. Dalam PBL, siswa diberi kesempatan Widiyanto, 2015). PBL adalah metode
untuk menyelesaikan masalah atau situasi nyata pengajaran dan pembelajaran keterampilan
melalui diskusi, penelitian, dan refleksi. Dalam penting untuk dunia modern, seperti berpikir
konteks pembelajaran Pendidikan Pancasila, kritis (Masrinah, Aripin, & Gaffar, 2019).
PBL dapat membantu siswa memahami materi Pembelajaran dengan metode PBL
pelajaran Pancasila secara lebih menyeluruh dan merupakan pilihan tepat bagi guru yang ingin
kontekstual. Dalam PBL, siswa diberi meningkatkan pembelajaran siswanya dengan
kesempatan untuk menyelesaikan masalah atau mengajak mereka berpikir kritis dan kreatif
situasi nyata yang berkaitan dengan nilai-nilai tentang cara memecahkan suatu masalah di
kelas. Sejalan dengan definisi PBL (Tyas, 2017), dalam pembelajaran. Dalam mengamati dan
yang menggambarkan pendekatan sebagai menemukan apa yang terjadi, guru dapat
"metode pengajaran yang memanfaatkan melakukan observasi terhadap siswa dalam
masalah dunia nyata, keterampilan memecahkan memecahkan masalah yang diberikan.
masalah, dan pengetahuan dasar dan konsep Kemudian, guru dapat melakukan analisis dan
tentang suatu topik," kita dapat mengatakan merefleksi apa yang terjadi untuk meningkatkan
bahwa ini pernyataan itu akurat.
kualitas pembelajaran.
Penulismenyimpulkan dari data bahwa
tujuan akhir model pembelajaran PBL adalah
untuk memberikan bekal terhadap siswa dengan METODE
perangkat mental yang semakin kompleks. Penelitian tindakan kelas merupakan jenis
Siswa dapat menjadi lebih terlibat dan akhirnya penelitian praktis yang melihat permasalahan
lebih sukses sebagai hasil dari ini. Dalam yang dihadapi guru di kelas dan mengambil
prosesnya, siswa ditantang untuk memberikan langkah-langkah untuk memperbaikinya. Hasil
pandangannya, bekerjasama dengan siswa lain belajar dapat langsung digunakan oleh guru
untuk memecahkan masalah dalam kelompok, untuk memecahkan masalah belajar mengajar
mengembangkan rasa kepemimpinan, dan dan menjadikan guru lebih profesional dalam
mempelajari keterampilan berpikir analitis yang proses belajar mengajar (Farhana & Awiria,
dapat membantu mereka mengembangkan 2019).
kemampuan penalarannya. Penulis melakukan penelitian tindakan
Output dari belajar mandiri adalah hasil dari kelas di SDN 2 Girimoyo Malang. Sebanyak 27
sesuatu yang telah dilakukan, dibuat, atau siswa yang mengikuti penelitian ini merupakan
didapat melalui kerja keras, baik sendiri maupun siswa kelas IB dan berada pada semester gasal
bersama orang lain, setelah melalui proses tahun ajaran 2022–2023. Fokus kajiannya adalah
belajar (Komariyah & Laili, 2018). seberapa baik siswa mempelajari Pendidikan
Keterampilan dan keinginan siswa untuk belajar, Pancasila dan mata pelajaran lain dalam
serta lingkungan sosialnya dan keadaan yang kurikulum merdeka. Pada penlitian ini
diatur oleh guru, memengaruhi seberapa baik menggunakan tahap menjadi 2 siklus yaitu siklus
mereka belajar (Christina & Kristin, 2016). I dan siklus II. Setiap siklus memiliki empat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat tahapan yaitu merencanakan tindakan,
membantu masyarakat belajar lebih banyak melaksanakan tindakan, mengamati tindakan,
tentang bidang pendidikan, terutama tentang dan memikirkan tindakan. Penelitian ini
bagaimana memilih cara belajar yang terbaik menggunakan dua metode: (1) Pada siklus
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. pertama indikator dimaksudkan untuk
Memudahkan untuk belajar tentang sains, dan mendorong masyarakat belajar secara
dapat digunakan di area yang tepat. Sebagai berkelompok, sedangkan pada siklus kedua
alasan untuk belajar dengan metode indikator dimaksudkan untuk mendorong
keterampilan proses dan mendapatkan hasil yang masyarakat untuk belajar sendiri; (2) metode
baik pada akhirnya. Ini juga dapat digunakan yang tidak menggunakan tes, seperti mengamati
sebagai cara yang menyenangkan dan mudah siswa dan berbicara dengan mereka dan gurunya.
untuk mengajarkan informasi. Hasil penelitian Lembar pengamatan merupakan tempat
ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan informasi dari temuan akan ditulis. Observasi
pembelajaran di kelas, mengangkat derajat terstruktur digunakan, yang berarti bahwa semua
sekolah yang dipelajari, dan membantu sekolah upaya penelitian telah menetapkan kerangka
lain melakukan hal yang sama. kerja dengan faktor-faktor yang telah
Seorang guru dapat memperhatikan dimasukkan ke dalam kelompok. Area di mana
langkah-langkah dalam proses pembelajaran, informasi pengamatan dapat digunakan telah
ditetapkan dan sangat kecil. Manfaatnya adalah:
yaitu merencanakan tindakan,
(1) Data hasil pengamatan lebih akurat karena
melaksanakannya, mengamati dan menemukan berasal dari pengukuran langsung; (2) Data
apa yang terjadi, serta menganalisis dan observasi ini menunjukkan hal yang berbeda
merefleksi apa yang terjadi. Dalam tentang siswa. Penulisberusaha membuat lembar
melaksanakan pembelajaran, guru dapat pertanyaan dan observasi agar dapat
mengaplikasikan teknik Problem Based memperoleh informasi yang benar. Pertanyaan
Learning sehingga siswa dapat terlibat aktif berdasarkan apa yang menjadi tujuan
pembelajaran, dan lembar observasi berdasarkan dapat mengerjakan soal pada lembar kerja siswa
apa yang dilihat. (LKPD) dan mendapat nilai KKM 75 ke atas,
sedangkan 18,52% belum mampu
HASIL DAN PEMBAHASAN menyelesaikan soal pada soal. diberikan LKPD.
Hasil dari penelitian meliputi dua siklus Dan dari hasil observasi dan analisis yang telah
yaitu siklus I dan siklus II. dilakukan, terlihat jelas bahwa metode Problem
Siklus I Based Learning merupakan cara terbaik untuk
Siklus I berjalan seperti yang diharapkan, membantu siswa belajar pada mata pelajaran
sekitar pertengahan November 2022 di ruang Pendidikan Pancasila. Fakta bahwa nilai rata-
kelas IB SDN 02 Girimoyo Malang. Ada dua rata ulasan kelas meningkat dari pra-siklus ke
pertemuan 30 menit, yang diatur berdasarkan siklus I menunjukkan hal ini. Sebelum
situasi pembelajaran dan modul pengajaran. Hal- digunakan metode Problem Based Learning di
hal materi yang dimiliki keluarga dan teman di kelas Pendidikan Pancasila, rata-rata nilai
rumah dan di sekolah menunjukkan siapa diri evaluasi kelas adalah 68,7. Setelah metode ini
mereka. Tindakan dari Siklus I yang berkaitan digunakan, rata-rata evaluasi kelas naik menjadi
dengan pemahaman keluarga dan teman 82,8. Dari total 27 siswa, 21 mendapat skor lebih
diberlakukan. Kemudian, siswa diberi tahu apa tinggi dari bilah 75 poin untuk ketuntasan.
yang perlu mereka ketahui dengan menunjukkan Namun indikator keberhasilan siklus I belum
materi dan memasukkan mereka ke dalam mencapai target 85%, hanya 77,7% siswa yang
kelompok belajar. mendapat nilai di atas 75, sedangkan 22,3%
Penulis dan guru model mengamati siswa lainnya masih belum tuntas. Hal ini terjadi
bagaimana siswa mempelajari Pendidikan karena sebagian siswa masih belum paham dan
Pancasila melalui metode Problem Based malu untuk bertanya selama proses
Learning di kelas IB SDN 02 Girimoyo Malang pembelajaran sehingga beberapa hal harus
selama di kelas dan melakukan kegiatan disampaikan kembali.
pembelajaran. Kemudian, siswa disuruh pergi ke Berdasarkan penelitian yang terdapat pada
kelompoknya dan mengerjakan soal bersama. siklus I masih terdapat beberapa permasalahan.
Setiap kelompok nantinya harus menunjukkan Masalah-masalah ini dibicarakan dengan para
hasil pekerjaannya. Kemudian diadakan evaluasi pengamat, dan mereka semua sepakat bahwa
bagi siklus I. Melalui kegiatan ini digunakan siklus II harus dilakukan sebagai tindak lanjut.
metode Problem Based Learning untuk Melalui metode Problem-Based Learning, dapat
menunjukkan bagaimana proses pembelajaran dikatakan bagaimana pelaksanaan tugas proses
Pendidikan Pancasila berjalan dan bagaimana belajar mengajar pada siklus II.
tindakan yang harus dilakukan. Siklus II
Berdasarkan hasil kajian tentang bagaimana Kegiatan perencanaan tindakan siklus II
proses belajar mengajar itu dilaksanakan, akan dilaksanakan pada akhir November 2022 di
diperoleh informasi sebagai berikut tentang apa ruang kelas IB SDN 02 Girimoyo Malang.
yang dilakukan siswa selama belajar mengajar: Tindakan dari siklus II dilakukan sesuai rencana.
74% siswa benar-benar terlibat dalam tugas Ada dua pertemuan 30 menit, yang diatur
pertama dalam memberikan persepsi, sedangkan berdasarkan situasi pembelajaran dan modul
27% dari siswa lain tidak dapat berkonsentrasi pengajaran. Menerapkan tindakan dari siklus II
pada awal pembelajaran. 77% siswa dapat hampir sama dengan menerapkan tindakan dari
bekerja sama dalam tugas inti selama kerja siklus I. Bedanya hanya masih ada yang perlu
kelompok, sedangkan 22% tidak dapat diperbaiki dari tindakan I pada tindakan II. Pada
melakukannya. Ini karena siswa merasa harus pertemuan siklus II, siswa diberi tahu tentang
bergantung pada siswa lain untuk mencari tahu materi dan diperlihatkan cara kerjanya dengan
bagaimana menyelesaikan masalah, dan karena mengajukan pertanyaan dan mendapatkan
siswa tidak termotivasi. 66,67% siswa terlibat jawaban. Video pembelajaran juga ditampilkan.
dalam pembelajaran dengan memberikan Setelah itu, siswa mengerjakan soal secara
pandangan dan mengajukan pertanyaan. terpisah dan berkelompok dengan menggunakan
Sedangkan 33,33% lainnya tidak terlalu metode yang sama seperti pada siklus I.
memperhatikan dan tidak banyak memahami apa Kegiatan diskusi dan presentasi juga dilakukan
yang diajarkan. berdasarkan hasil kerja kelompok, dengan siswa
Berdasarkan apa yang telah dilakukan dari kelompok lain memberikan tanggapan.
siswa, terlihat bahwa 81,48% sudah paham dan Kegiatan ini dipadankan dengan sesi tanya
jawab yang lebih efektif untuk membantu meningkat. Siswa telah berhenti terlibat dalam
pemahaman siswa, dan Siklus II diakhiri dengan perilaku tidak sehat dan lebih banyak terlibat
evaluasi akhir agar hasil pembelajaran dapat dalam proyek dan presentasi kelompok.
langsung terlihat. Tindakan berbasis refleksi didasarkan pada apa
Dalam pelaksanaan tindakan II, telah yang telah diamati dan dipertimbangkan. Hal ini
dijelaskan secara rinci jalannya proses terlihat dari tabel 1:
pembelajaran Pendidikan Pancasila melalui
metode Problem Based Learning. Terdapat Tabel 1. Penerapan Model PBL
92,60% siswa benar-benar terlibat dalam tugas Presentase
pertama dalam memberikan persepsi, sedangkan Aspek yang Capaian Peningka
7,4% siswa kurang memperhatikan pada awal diteliti Siklus Siklus tan
pembelajaran. Selama tugas kerja kelompok, I II
88,89% siswa bekerja sama pada kegiatan inti, Pemberian
sedangkan 11,1% tidak dapat bekerja sama. Ini 74% 96% 22%
Masalah
karena siswa merasa harus bergantung pada Pembagian
siswa lain untuk mencari tahu bagaimana 88% 96% 8%
Kelompok
menyelesaikan masalah, dan karena siswa tidak Pengarahan
termotivasi. 85,18% siswa terlibat dalam Diskusi 85% 92% 7%
pembelajarannya dengan memberikan Kelompok
pandangan dan mengajukan pertanyaan. Penyelesaian
Sejumlah 14,82% memiliki sifat yang pasif. 81% 96% 15%
Masalah
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa terlihat Refleksi atau
bahwa 92,6% siswa atau sebanyak 25 dari 27 77% 92% 15%
Evaluasi
siswa dapat memahami dan mengerjakan soal Rata – rata 81% 94,4% 13,4%
LKPD serta mendapatkan nilai berdasarkan (Sumber: Data primer yang diolah, 2022)
KKM dengan skor 75 ke atas. Sisanya 7,4%
siswa belum mampu menyelesaikan soal LKPD Tabel 1 menunjukkan bahwa selama siklus
yang diberikan. I, guru menghabiskan 74% waktunya untuk
Berdasarkan hasil observasi dan analisis mengajukan masalah kepada siswa, 88%
siklus kedua, jelas bahwa dengan menggunakan waktunya membagi siswa ke dalam kelompok,
metode Problem Based Learning (PBL) dapat 85% waktunya membimbing siswa melalui
membantu siswa belajar lebih banyak dan lebih diskusi, 81% waktunya memecahkan masalah,
baik dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila. dan 81 % dari waktu mereka mencerminkan atau
Pada siklus II rata-rata nilai evaluasi anak kelas mengevaluasi kinerja mereka. Proporsi
IB naik dari 82,8 menjadi 91,3. Pada siklus I pertanyaan yang diajukan naik 22% menjadi
menjadi 82,8. Sebanyak 25 dari 27 siswa 96% pada siklus kedua. aspek pembagian
dinyatakan selesai karena memenuhi hasil kelompok mengalami peningkatan sebesar 8%
belajar di atas kriteria standar jumlah siswa menjadi 96%, aspek pengarahan diskusi
maksimal kelompok tuntas yaitu 75. Hal ini kelompok mengalami peningkatan sebesar 7%
tentunya memudahkan dalam penggunaan Soal menjadi 92%, aspek penyelesaian masalah
Metode Pembelajaran Berbasis (PBL) dalam mengalami peningkatan sebesar 15% menjadi
tugas belajar mengajar karena siswa tahu cara 94,4% dan aspek refleksi atau evaluasi
menggunakannya dan sudah terbiasa. mengalami peningkatan pula sebesar 15%
Dari hasil review tersebut terlihat jelas menjadi 92%. Hasil data pada tabel 1 dapat
bahwa metode Problem Based Learning (PBL) digambarkan pada gambar 1 sebagai berikut:
digunakan dengan sukses dan memuaskan pada
120%
siklus II, sehingga tidak perlu melanjutkan ke
100%
siklus berikutnya.
Pengamat melakukan analisis berikut 80%
60% Siklus I
berdasarkan apa yang dia lihat dan bagaimana
dia memahami apa yang terjadi pada siklus II: 40% Siklus II
Saat mengajar, guru lebih menguasai kelas dan 20%
dapat memberikan perhatian penuh kepada 0%
A B C D E
semua siswa. Jumlah siswa yang tertarik dan
berkontribusi pada pendidikan mereka terus Gambar 1. Diagram Penerapan Model PBL
74% menjadi 88%, dan persentase orang yang dari dua tahap. Merencanakan, melaksanakan,
mengerjakan soal atau tugas naik 11%, dari 85% mengamati, dan menganalisis serta merefleksi
menjadi 96%. hasil siklus adalah empat bagian penyusunnya.
Para siswa adalah titik fokus dari desain
Tabel 5. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa instruksional ini.
Aspek yang Presentase Capaian Tugas guru adalah membantu dan
diteliti Siklus I Siklus II mendorong siswa agar mereka berperan aktif
Tuntas 21 25 dalam pembelajaran di kelas. Cara baru untuk
Tidak tuntas 6 2 mengajar dan belajar adalah melalui
Jumlah 27 27 pembelajaran berbasis masalah. Ketika seorang
(Sumber: data primer yang diolah, 2022) guru bertindak sebagai pemandu dan motivator
di kelas, siswa lebih mungkin untuk belajar. Hal
21 dari 27 siswa sudah menyelesaikan ini dikarenakan siswa akan lebih peduli terhadap
semua kegiatan pada siklus I seperti terlihat pada pendidikannya sendiri dan lebih cenderung
tabel ketuntasan siswa 5 di atas, sedangkan 6 dari berperan aktif dalam setiap langkah proses
27 siswa belum menyelesaikan semua kegiatan pembelajaran.
pada siklus I. Dua puluh lima dari 27 siswa Temuan penelitian ini memberikan
sudah menyelesaikan semua tindakan yang dukungan teoretis pada klaim bahwa
diperlukan untuk siklus II, sementara hanya dua Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) adalah
yang belum. Berikut adalah penjelasan skematis pendekatan pendidikan berdasarkan keyakinan
dari informasi yang disajikan pada tabel bahwa pertanyaan memberikan lahan subur
sebelumnya: untuk elaborasi, kolaborasi, berfikir kritis dan
konsolidasi pengetahuan (Cahyo, 2013). Siswa
dapat memecahkan masalah dan memperoleh
30 pengetahuan baru melalui pembelajaran berbasis
25 masalah (PBL). Menurut (Nuraini, 2017), siswa
20 mendapat manfaat dari PBL karena
15 Tuntas memungkinkan mereka menerapkan
10 pengetahuannya dalam situasi dunia nyata.
Tidak tuntas
5 Secara individu atau kelompok, siswa berlatih
membingkai masalah, organisasi masalah,
0
siklus I siklus II
penyelidikan masalah, pengumpulan dan
analisis data, penataan fakta, dan argumentasi.
Siswa didorong untuk berpikir kritis dan
Gambar 5. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa berkolaborasi dengan teman sebayanya melalui
penggunaan model pembelajaran yang nyata.
Gambar 5 menunjukkan hasil seberapa Siswa mendapatkan kepercayaan diri dan lebih
banyak siswa telah belajar. Pada siklus I, 21 mampu mengatasi masalah sebagai hasilnya.
siswa sudah menyelesaikan tindakannya, Jika siswa memiliki lebih banyak keyakinan
sedangkan 6 dari total 27 siswa belum selesai. pada diri mereka sendiri, mereka akan lebih
Pada siklus II, 25 siswa sudah menyelesaikan mungkin untuk berperan serta dalam kelas dan
tindakannya, sedangkan 2 dari total 27 siswa menerapkan apa yang mereka pelajari. Mereka
belum selesai. akan termotivasi untuk menyelesaikan semua
pekerjaan rumah mereka dan sebagai hasilnya,
Pembahasan mereka merasa bisa melakukan lebih baik dari
Dengan menggunakan model Problem- sebelumnya di kelas.
Based Learning (PBL), pembelajaran tindakan Persentase siswa mencapai hasil belajar
kelas bertujuan untuk meningkatkan yang diinginkan meningkat dari 77,7% pada
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran siklus I (atau sebanyak 21 dari 27 yang tuntas)
dengan cara yang unik dan kreatif serta membuat menjadi 92,5% pada siklus II (atau sebanyak 25
para guru menjadi lebih inovati dalam siswa dari 17 siswa yang tuntas). Berdasarkan
memberikan pembelajaran bermakna bagi para langkah-langkah tersebut, penulismampu
anak didiknya. Penelitian ini terdiri dari tiga membuat pembelajaran Pendidikan Pancasila
iterasi yang masing-masing mengikuti prosedur menjadi relevan dan menyenangkan sehingga
yang sama. Penelitian tindakan kelas ini terdiri siswa dapat belajar lebih banyak pada mata
pelajaran Pendidikan Pancasila. Ini juga dapat mengarahkan siswa pada pemahaman nilai-nilai
membantu guru melakukan pekerjaan mengajar Pancasila yang relevan.
yang lebih baik dengan cara yang sukses dan Kedua, Mengorganisir siswa ke dalam
kreatif. kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok
diberikan tugas untuk menyelesaikan masalah
SIMPULAN atau situasi nyata yang diberikan.
Dalam penelitian ini, model Problem Based Ketiga, Memberikan panduan tentang cara
Learning digunakan dalam dua cara yang menyelesaikan masalah atau situasi tersebut dan
berbeda. Setiap siklus memiliki dua pertemuan, memberikan bahan pembelajaran yang relevan
dan setiap pertemuan memiliki empat kelompok tentang nilai-nilai Pancasila yang terkait dengan
30 menit. Pembelajaran berbasis masalah telah masalah atau situasi tersebut.
terbukti meningkatkan seberapa baik siswa Keempat, Mengawasi dan membimbing
belajar secara umum. Hal ini ditunjukkan dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru harus
banyaknya siswa yang memperoleh nilai memastikan bahwa siswa bekerja dengan baik
tertinggi. Selama siklus I, rata-rata seluruh kelas dan memahami materi pembelajaran.
adalah 82,8. Rata-rata sebelum siklus I adalah Kelima, Mengadakan diskusi kelompok dan
68,7 sehingga terjadi peningkatan sebesar 14,1. presentasi hasil pembelajaran. Setelah siswa
Dua puluh satu dari dua puluh tujuh siswa pada menyelesaikan tugasnya, guru harus
siklus I membuat keputusan setinggi mungkin mengadakan diskusi kelompok untuk
sebesar 77%. Jumlah siswa yang mencapai memperjelas pemahaman siswa tentang materi
kriteria penentuan maksimal meningkat sebesar pembelajaran. Selain itu, guru juga dapat
8,5 poin persentase, dan nilai rata-rata kelas meminta setiap kelompok untuk
meningkat sebesar 8,5 poin persentase, baik mempresentasikan hasil pembelajaran mereka.
pada siklus II. Dua puluh lima dari dua puluh Keenam, Evaluasi hasil pembelajaran. Guru
tujuh (atau 92,5% dari total) siswa memenuhi harus mengevaluasi hasil pembelajaran siswa
standar tertinggi. Siswa dapat menjadi lebih dan memberikan umpan balik yang memotivasi
terlibat, termotivasi, dan berinvestasi dalam siswa untuk belajar lebih baik lagi.
pendidikan mereka sendiri ketika model Dalam perencanaan pembelajaran dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah diterapkan model PBL, penting untuk memperhatikan
secara metodis. Siswa dihimbau untuk pemilihan masalah atau situasi nyata yang
berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan relevan dengan materi pembelajaran Pancasila,
pendidikan. Siswa percaya bahwa mereka serta memberikan panduan yang jelas dan bahan
belajar lebih banyak ketika mereka berpartisipasi pembelajaran yang relevan. Selain itu,
dalam model pembelajaran yang pengawasan dan bimbingan dari guru juga
menggabungkan diskusi kelompok, pemecahan sangat diperlukan untuk memastikan bahwa
masalah, dan presentasi. Siswa akan lebih siswa dapat memahami dan menerapkan nilai-
terlibat, termotivasi, dan aktif di kelas jika nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
mereka diminta untuk memecahkan masalah mereka.
berdasarkan materi yang dibahas. Berikut adalah kendala-kendala yang dapat
Konsep pendidikan Pancasila yang ideal diidentifikasi dalam proses penelitian dan dapat
dalam meningkatkan hasil belajar melalui model dijadikan dasar untuk merekomendasikan
PBL adalah pendidikan yang mengembangkan penelitian berikutnya: Pertama, Variabilitas
pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai dalam karakteristik siswa: Meskipun penelitian
Pancasila dan kemampuan siswa untuk ini dilakukan pada siswa kelas IB SDN 02
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan Girimoyo Malang, namun karakteristik siswa
sehari-hari. Dalam konteks ini, model PBL dapat mungkin berbeda-beda pada kelas dan sekolah
menjadi metode pembelajaran yang efektif untuk lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi hasil
mencapai tujuan tersebut. Perencanaan belajar siswa dan perlu diperhatikan dalam
pembelajaran dengan model PBL dalam konteks penelitian selanjutnya. Kedua, Pengaruh
pendidikan Pancasila dapat dilakukan dengan variabel luar: Terdapat faktor-faktor luar yang
mengikuti langkah-langkah berikut: dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti
Pertama, Menentukan masalah atau situasi lingkungan keluarga dan kondisi kesehatan. Hal
nyata yang relevan dengan materi Pancasila ini perlu diperhatikan dan diidentifikasi dalam
yang akan dipelajari. Masalah atau situasi penelitian selanjutnya agar dapat dihitung
tersebut harus menarik perhatian siswa dan dapat pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
Ketiga, Keterbatasan jumlah sampel: Penelitian Kedelapan, Lusiana, S.Pd selaku Guru
ini dilakukan pada satu kelas saja dengan jumlah Kelas IB SDN 2 Girimoyo Malang. yang telah
siswa yang terbatas. Hal ini dapat membatasi memberi banyak masukan untuk kegiatan
generalisasi hasil penelitian pada populasi yang selama mengajar siswa kelas IB.
lebih luas. Oleh karena itu, penelitian Kesembilan, Kepada Sulthan Haidar Rivqi
selanjutnya dapat dilakukan dengan jumlah selaku calon suami saya yang selalu memberikan
sampel yang lebih banyak atau pada beberapa dukungan dan baik secara finansial maupun
sekolah yang berbeda untuk memperluas dukungan moral sehingga saya semangat dalam
generalisasi hasil penelitian. menyelesaikan penelitian ini
Dalam penelitian selanjutnya, hendaknya Kesepuluh, seluruh rekan kerja Prajabatan
diupayakan untuk mengatasi kendala-kendala PPG 2022 yang selalu memberikan nasehat,
yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya motivasi, semangat, dan dukungan dalam
agar hasil penelitian lebih akurat dan kehidupan dan studi sehingga penulisdapat
representatif. menyelesaikan penelitian.
Dengan segala permasalahan dan
UCAPAN TERIMA KASIH kekurangan dalam penelitian ini, penulis sangat
Puji dan syukur Penulis berdoa semoga ingin mendengar masukan, kritik, dan ide-ide
Tuhan Yang Maha Esa memberkati saya dan bagus untuk pembuatan artikel jurnal yang lebih
para penulislain membantu menyelesaikan baik dan lebih baik lagi. Penulis mengalami
jurnal artikel penelitian tindakan kelas ini. Studi banyak kesulitan dalam menyusun artikel jurnal
tindakan di kelas ini sudah selesai, tapi ini bukan ini, namun dengan rahmat Allah SWT,
akhir. Sebaliknya, itu adalah pelajaran untuk penelitian ini dapat dilakukan dengan baik dan
awal yang baik dalam hidup. Hal terbaik yang artikel tersebut dapat diterbitkan.
dapat dilakukan penulis untuk orang-orang yang Akhir kata, penulis berharap penelitian ini
telah banyak membantunya adalah menunjukkan dapat membantu semua orang, dan semoga Allah
rasa terima kasih. Jadi, penulis ingin SWT membalas kebaikan yang telah dilakukan.
mengucapkan terima kasih kepada: Pertama,
Kepada Allah SWT, sumber rahmat dan karunia DAFTAR PUSTAKA
yang tiada hentinya, yang telah memungkinkan Cahyo, A. N. (2013). Panduan aplikasi teori-
penulismenyelesaikan penelitian tindakan kelas teori belajar mengajar : teraktual dan
ini dengan menjadikan segala sesuatunya lebih terpopuler. Dalam Metode Belajar-Buku
sederhana, kuat, dan nyaman. Pedoman, Buku Pegangan (hlm. 305–309).
Kedua, kepada keluarga, terutama orang tua Yogyakarta: Diva Press.
dan saudara yang selalu mendukung saya dan
mendorong untuk melanjutkan pendidikan. Christina, L. V., & Kristin, F. (2016). Efektivitas
Sehingga sampai pada titik ini. model pembelajaran tipe group
Ketiga, penelitian tindakan kelas ini tidak investigation (gi) dan cooperative
akan terwujud tanpa bimbingan dan masukan integrated reading and composition (circ)
dari Drs. Gigit Mujianto, M.Si., sebagai dalam meningkatkan kreativitas berpikir
Pembimbing.
kritis dan hasil belajar ips siswa kelas 4.
Keempat, Dr. Iin Hindun, M.Kes selaku
Ketua Program PPG Universitas Scholaria: Jurnal Pendidikan dan
Muhammadiyah Malang. Kebudayaan, 6(3), 217–230.
Kelima, Dr. Trisakti Handayani, MM. https://doi.org/https://doi.org/10.24246/j.s
selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah cholaria.2016.v6.i3.p217-230
Malang.
Farhana, H., & Awiria, A. (2019). Penelitian
Keenam, Dra. Emy Sulistyaningsih selaku
Kepala SDN 2 Girimoyo Malang yang telah tindakan kelas.
mengizinkan kami para mahasiswa PPL PPG Hakim, M. A. A., & Totalia, S. A. (2016).
Prajabatan gelombang 1 melaukan kegiatan Penerapan Model Pembelajaran Problem
praktik pembelajaran di seolah
Based Learning (PBL) Untuk
Ketujuh, Kholiq Yudiantoro, S.Pd, selaku
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
pembimbing penelitian ini yang banyak sekali
membantu dan membimbing sehingga penelitian Kelas Xi Iis Dalam Mata Pelajaran
berjalan sebagai mana mestinya Ekonomi Di Sma N 5 Surakarta Tahun