PENDAHULUAN
1
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya untuk mengkaji peningkatan
hasil belajar matematika pada siswa Kelas II SD Negeri 3 Plantaran dengan
langkah melakukan Penelitian Tindakan Kelas tentang “Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Materi Pembagian Menggunakan Media Kelereng pada Siswa
Kelas II SDN 3 Plantaran 2020/2021”.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data dari pra siklus yang telah dilaksanakan, menunjukkan
bahwa dari jumlah 22 siswa dalam satu kelas, hanya 9 siswa (41%) yang dapat
mencapai nilai diatas KKM. Sedangkan 13 siswa (59%) lainnya hanya mendapat
nilai dibawah KKM.
Setelah guru mengadakan refleksi dan selanjutnya teridentifikasi masalah
sebagai penyebab ketidakberhasilan tersebut di atas antara lain :
Minat belajar matematika rendah sehingga prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika dibawah KKM.
Beberapa siswa mengalami kesulitan menghitung angka, sehingga
membuat siswa malas untuk mengerjakan
2. Analisis Masalah
Hal-hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar Matematika pada
pokok bahasan Arti Pembagian Sebagai Pengurangan Berulang siswa Kelas II SD
Negeri 3 Plantaran, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal tahun
pelajaran 2020/2021 adalah sebagai berikut:
Dalam proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru
Penggunaan metode yang digunakan guru kurang menarik dan variatif
serta belum optimalnya penggunaan media pembelajaran
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Dalam hal ini yang menjadi prioritas pemecahan masalahnya yaitu
peningkatan kualitas pembelajaran sehingga akan meningkatkan hasil belajar
siswa yang dapat diukur dari uji kompetensi pada akhir pembelajaran. Alternatif
yang dipilih oleh penulis adalah dengan menggunakan media pembelajaran
Kelereng yang dapat menarik perhatian siswa dan dapat meningkatkan hasil
belajar pada pelajaran Matematika pokok bahasan Arti Pembagian sebagai
2
Pengurangan Berulang, karena media pembelajaran ini berhubungan dengan
permainan yang biasa dimainkan bersama teman-teman dan relevan dengan materi
pada pelajaran Matematika yang akan diajarkan di SD Negeri 3 Plantaran,
Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal pada siswa Kelas II tahun
pelajaran 2020/2021.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Materi Pembagian Menggunakan Media Kelereng pada
Siswa Kelas II SDN 3 Plantaran 2020/2021?”.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi
pembagian menggunakan media kelereng pada siswa Kelas II SD Negeri 3
Plantaran.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Bagi Guru
Meningkatkan kemampuan mengajar.
Meningkatkan profesionalisme guru dalam memperbaiki pembelajaran
di kelas.
Meningkatkan pengetahuan dasar matematika dengan menggunakan
metode yang tepat dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi Siswa
Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Meningkatkan kemampuan siswa agar giat belajar.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung pembagian.
3. Bagi Sekolah / Lembaga Pendidikan
Mengatasi hambatan dan permasalahan pembelajaran di sekolah.
Meningkatkan prestasi sekolah.
Meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
c. Pengamatan (observing).
d. Refleksi (reflecting).
4. Pengertian PKP
PKP (Pemantapan Kemampuan Profesional) merupakan program
kegiatan yang memberikan pengalaman belajar untuk meningkatkan
kemampuan. Kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai mahasiswa
setelah mengikuti PKP ialah mampu memperbaiki atau meningkatkan
kualitas pembelajaran bidang studi atau pembelajaran tematik yang
diajarkan di SD dengan menerapkan kaidah-kaidah penelitian tindakan
kelas (PTK). Tim FKIP UT (2019) menyatakan PKP sebagai muara dari
program S1 PGSD dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
dapat meningkatkan kemampuan professional guru SD dalam mengelola
pembelajaran.
Pembelajaran dalam PKP dilakukan melalui belajar mandiri atau
pembimbingan tatap muka. Mahasiswa melakukan belajar mandiri untuk
memantapkan pemahaman perencanaan dan pelaksanaan PTK, berbagai
teori dan prinsip pembelajaran yang akan diperbaiki dan ditingkatkan,
serta perencanaan dan pelaksanan pembelajaran dalam upaya memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
B. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
1. Pengertian Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika adalah membentuk logika berfikir, bukan
sekedar berhitung. Berhitung dapat dilakukan dengan alat bantu, seperti
kalkulator dan computer, namun menyelesaikan masalah perlu logika
berfikir dan analisis (Fatimah, 2009:8).
Pembelajaran matematika di SD merupakan suatu pembelajaran yang
menarik, karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat
anak dengan hakikat matematika. Anak usia SD sedang mengalami
perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Ini dikarenakan tahap berfikir
mereka masih belum formal bahkan para siswa SD di kelas-kelas rendah
5
bukan tidak mungkin sebagian dari mereka berfikir masih berada pada
tahapan pra konkrit.
Sedangkan, matematika adalah ilmu yang bersifat abstrak, seperti yang
dikemukakan Karso, dkk ( 1998 : 1 – 4 ) bahwa : “Matematika adalah ilmu
deduksi, aksiomatik, formal, hierarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat
arti dan semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat
mengembangkan sebuah system matematika”.
2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar menurut Susanto
(2013: 189-190) Secara umum, bertujuan agar siswa mampu dan terampil
menggunakan matematika. Adapun secara khusus, adalah sebagai berikut:
6
Karakteristik siswa Kelas II SD Negeri 3 Plantaran adalah sebagian besar
dari golongan ekonomi menengah kebawah dan orang tua yang berpendidikan
rendah. Orang tua siswa yang sebagian besar bekerja sebagai sopir, kuli
bangunan dan TKI atau TKW. Sehingga sebagian besar siswa kurang
memperoleh perhatian dari orang tua terutama masalah pendidikan.
Kurangnya perhatian yang diberikan membuat anak menjadi malas belajar
dan kurang bersemangat dalam menerima pelajaran.
D. Tinjauan Tentang Media
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan.
Banyaknya batasan yang diberikan oleh para ahli tentang media
menurut Association Fun Educational Communications Technology
(AECT) di Amerika yang dikutip oleh Arief S. Sadiman (1996:6) media
pendidikan ialah segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan/informasi.
Menurut M C Luhan (dalam Tim pengembang PGSD 1998: 7)
Media adalah semua saluran pesan yang tidak ada dihadapannya, meliputi:
surat, televisi, film, dan telepon bahkan jalan dan jalan kereta api.
Dari berbagai pendapat, dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya
semua pendapat tentang media sebagai alat yang dapat digunakan sebagai
pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan tersebut adalah
materi pelajaran dimana keberadaan media dimaksudkan agar lebih mudah
dipahami dan dimengerti oleh siswa.
b. Tujuan dan Manfaat Media
Menurut Piaget (dalam Muchtar A. Karim dkk, 1997: 20)
mengemukakan: Anak usia 7 s/d 12 tahun yang masih duduk di sekolah
Dasar masih dalam taraf berpikir semi konkrit sehingga belum dapat
memahami konsep – konsep pembelajaran secara konkrit sehingga harus
7
menggunakan bantuan media yang dapat mengembangkan secara jelas dan
kongkrit mengenai materi – materi pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu
media sangat diperlukan dalam menunjang proses belajar mengajar untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
Tujuan dari penggunaan suatu media membuat guru dapat
menyampaikan pesan secara lebih mudah kepada peserta didik. Sehingga
peserta didik (siswa) tersebut dapat menguasai pesan (pembelajaran) secara
cepat dan akurat.
Menurut Arief S. Sadiman (2002: 16) secara umum media
mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalisme.
2. Mengatasi keterbatasan rentang, waktu, dan daya indera.
3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik.
Dalam hal ini media berguna:
8
Menurut Sudjana (1991: 41) merumuskan fungsi media pengajaran
menjadi enam kategori :
a. Penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b. Penggunaan media sebagai alat bantu untuk mewujutkan situasi
belajar mengajar yang menyenangkan.
c. Penggunaan media pembelajaran merupakan bagian integral dengan
tujuan dan isi pembelajaran.
d. Penggunaan media pembelajaran guna menarik perhatian siswa.
mengajar.
9
e. Mempertinggi mutu pembelajaran.
Keuntungan penggunaan media konkret dalam pembelajaran adalah:
mempelajarinya;
10
metode permainan tersebut dilakukan secara optimal sehingga berdampak pada
peningkatan prestasi belajar siswa.
Penelitian kedua dilakukan oleh Aan Tya Ervina (2018) dengan judul
“Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Tentang
Arti Pembagian Sebagai Pengurangan Berulang Melalui Metode Diskusi Dan
Penggunaan Media Berupa Biji-Bijian”.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Ikromatul Fikriyah (2019) dengan
judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pembagian Dua Angka Tema
2 Subtema 3 Bermain Di Lingkungan Sekolah Menggunakan Media Kancing
Baju Pada Siswa Kelas II Semester I SDN 2 Rejosari Kecamatan Brangsong
Kendal Tahun Ajaran 2019/2020”.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Aliya (2016), Aan
(2018), dan Ikromatul (2019) merupakan penelitian yang memiliki relevansi
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini. Hasil dari ketiga penelitian
menunjukan keberhasilan peningkatan hasil belajar pada siswa melalui media
permainan. Peneliti kemudian tertarik untuk menggunakan media kelereng
untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi Pembagian siswa kelas 2
SDN 3 Plantaran Tahun 2020/2021.
G. Kerangka Berpikir
Hasil data pra siklus siswa yang sebagian belum mencapai ketuntasan
sangat dipengaruhi oleh beberapa permasalahan yang muncul pada saat proses
pembelajaran. Hal ini terlihaht setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran
matematika pada materi arti pembagian sebagai pengurangan berulang. Ketidak
berhasilan siswa dalam mencapai target ketuntasan tersebut disebabkan
beberapa faktor, baik faktor dari guru maupun dari siswa itu sendiri.
11
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian
tindakan kelas ini oleh peneliti dapat digambarkan sebagai berikut:
H. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan media kelereng dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang pelajaran matematika pada materi
pembagian sebagai pengurangan berulang siswa kelas 2 SDN 3 Plantaran
Tahun 2020/2021.
12
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
13
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus, sampai tercapainya kriteria
keberhasilan. Tiap -tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang
dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Pada
masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi.
1. Pra Siklus
Setelah diadakan refleksi, identifikasi serta rumusan masalah, peneliti
menguraikan secara singkat masalah yang terjadi pada awal pelajaran materi
arti pembagian sebagai pengurangan berulang di kelas II SDN 3 Plantaran
Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal. Pada proses pembelajaran
siswa banyak yang kurang aktif, tidak dapat menjawab pertanyaan, tidak
berani bertanya berakibat hanya 9 dari 22 siswa atau ketuntasan klasikal 41%.
Jadi siswa yang belum tuntas ada 13 siswa atau ketidaktuntasan mencapai 59
% untuk itu peneliti perlu melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
2. Siklus I
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan
dalam tahap -tahap sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan
a. Mengumpulkan data yang diperlukan.
b. Merencanakan pembelajaran dengan media "Kelereng" dan
mendesain alat evaluasinya.
c. Membuat laporan observasi.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Guru menerapkan model pembelajaran sesuai dengan
rencana pada siswa kelas II SDN 3 Plantaran Kecamatan
Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.
b. Siswa belajar dengan menggunakan media "Kelereng"
dengan bimbingan guru.
14
3) Tahap Observasi
a. Tindakan guru memonitor siswa selama proses pembelajaran.
4) Tahap Analisis Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, dan 3.
berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga dapat
digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus
berikutnya. Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus I menunjukkan
adanya peningkatan prestasi pada siswa Kelas II SDN 3 Plantaran
Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal, maka tidak
perlu dilanjutkan dengan siklus II. Namun apabila belum
memperlihatkan adanya peningkatan basil belajar tematik siswa
Kelas II SDN 3 Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan
Kabupaten Kendal, maka dibuat siklus II yang meliputi tahap
perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi
tindakan, dan tahap refleksi. Sehingga siswa benar-benar mampu
meningkatkan hasil belajar tematik.
3. Siklus II
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam
tahap -tahap sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan
a. Mengumpulkan data yang diperlukan.
b. Merencanakan pembelajaran dengan media "Kelereng" dan
mendesain alat evaluasinya.
c. Membuat laporan observasi.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Guru menerapkan model pembelajaran sesuai dengan
rencana pada siswa Kelas II SDN 3 Plantaran Kecamatan
Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.
b. Siswa belajar dengan menggunakan media "Kelereng"
dengan bimbingan guru.
15
3) Tahap Observasi
a. Tindakan guru memonitor siswa selama proses pembelajaran.
b. Menilai hasil dalam pembelajaran tematik.
4) Tahap analisis Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, dan 3.
berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga dapat
digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus
berikutnya. Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus II menunjukkan
adanya peningkatan prestasi tematik pada siswa Kelas II SDN 3
Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal, maka
tidak perlu dilanjutkan dengan siklus III, Namun apabila belum
memperlihatkan adanya peningkatan basil belajar matematika
siswa Kelas II SDN 3 Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan
Kabupaten Kendal, maka dibuat siklus III yang meliputi tahap
perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi
tindakan, dan tahap refleksi. Sehingga siswa benar-benar mampu
meningkatkan hasil belajar tematik.
Keterangan:
n = skor yang diperoleh
N = skor total
Na = Nilai akhir
16
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif
persentase, yang dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik,
cukup, kurang, dan sangat kurang sebagai berikut:
Tabel 3.1 Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Persentase
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Frekuensi Prosentase
No Interval Predikat
(Perolehan) (Ketercapaian)
1 86 – 100 - 0% Sangat Baik
2 71 – 85 9 41% Baik
3 56 – 70 11 50% Cukup
4 41 – 55 2 9% Kurang
5 <40 - 0% Sangat Kurang
Jumlah 22 100%
Rerata 67
Prosentase
41 %
Ketuntasan
18
PRA SIKLUS
12
10
8
Banyak Siswa
6 Frekuensi
4
2
0
86-100 71-85 56-70 41-55 <40
Rentang Nilai
2. Siklus I
Beberapa hasil penelitian yang dapat penulis kemukakan dari
pelaksanaan siklus I yakni mulai hasil perencanaan, hasil pelaksanaan, hasil
penelitian (observasi) sampai dengan hasil refleksi akan peneliti paparkan
berikut ini:
a. Perencanaan
Dalam hasil perencanaan ini, penulis telah mempersiapkan segala
sesuatu yang penulis pergunakan dalam perbaikan pembelajaran siklus I,
yakni sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan mencari pemecahan
masalah untuk penulis laksanakan pada perbaikan pembelajaran siklus I.
Di dalam melakukan tindakan ini penulis meminta bantuan dari teman
sejawat dan berkonsultasi dengan supervisor.
2. Merumuskan permasalahan untuk memfokuskan penelitian tindakan
kelas.
3. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran yang berisikan skenario
pembelajaran / langkah-langkah pembelajaran yang menekankan pada
penerapan model pembelajaran demonstrasi.
19
4. Menyusun alat observasi sebagai panduan pengamat dalam
mengobservasi pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran.
5. Merancang alat evaluasi yang berupa tes formatif.
b. Pelaksanaan
Setelah proses penyusunan rencana perbaikan pembelajaran siklus I
selesai, selanjutnya peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I.
Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I dapat dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang telah direncanakan, yakni pada hari Kamis, 22 Oktober 2020
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (1 x pertemuan). Pada pelaksanaan
perbaikan siklus I ini semua siswa dapat hadir.
Pelaksanaannya sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disusun baik dari kegiatan awal, kegiatan inti maupun kegiatan akhir. Pada
kegiatan inti, penerapan media pembelajaran “Kelereng” yang menjadi
tindakan utama dalam perbaikan pembelajaran siklus I dapat terlaksanakan
sesuai prosedur.
Dari hasil proses pembelajaran melalui tes formatif pembelajaran
Matematika di Kelas II semester I di SD Negeri 3 Plantaran, maka dapat
diketahui hasil data sebelum perbaikan dan perbaikan siklus I ternyata
hasilnya menunjukkan peningkatan yang cukup berarti seperti tampak pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Nilai Siklus I Hasil Evaluasi Matematika Materi
Pembagian Siswa Kelas II SDN 3 Plantaran
Frekuensi Prosentase
No Interval Predikat
(Perolehan) (Ketercapaian)
1 86 – 100 - 0 Sangat Baik
2 71 – 85 12 55% Baik
3 56 – 70 10 45% Cukup
4 41 – 55 - 0% Kurang
5 <40 - 0% Sangat Kurang
Jumlah Kelas 22 100%
Rerata Nilai 71
Prosentase
55%
Ketuntasan
20
Tabel di atas diketahui sebanyak 12 orang (55%) memperoleh hasil
belajar kategori baik dan 10 orang (45%) kategori cukup. Bila dilihat dari
rata-rata hasil belajar adalah 71 dengan ketuntasan siswa kelas II SDN 3
Plantaran termasuk pada kategori cukup. Selengkapnya dapat dilihat dalam
grafik batang berikut ini:
SIKLUS I
14
12
10
Banyak Siswa
8
Frekuensi
6
4
2
0
86-100 71-85 56-70 41-55 <40
Rentang Nilai
Dengan melihat tabel 4.2 dan gambar 4.2 tersebut, dapat diketahui
bahwa prosentase tingkat ketuntasan klasikal pra siklus (sebelum perbaikan
pembelajaran) sebesar 41 % atau sebanyak 9 siswa dapat mencapai
ketuntasan belajar dari total 22 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas 59
% atau 13 siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan klasikal
masih jauh dari kriteria ideal.
21
mencapai 85%, maka peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran siklus
II agar evaluasi belajar siswa dapat lebih ditingkatkan.
c. Pengamatan
Dari proses pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat diperoleh
beberapa temuan bahwa pada siklus I guru dalam persiapan pembelajaran,
membuka pembelajaran, memotivasi siswa, penyajian materi, belajar,
pelaksanaan evaluasi, pemanfaatan waktu, dan menutup pelajaran sudah baik;
sedangkan untuk penguasaan materi, penerapan metode, dan penggunaan alat
peraga masih perlu diperbaiki.
Dari proses pengamatan yang dilakukan terhadap siswa dapat dilihat
motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran, dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran sudah baik; sedangkan perhatian siswa pada penyampaian
materi, keaktifan siswa dalam pembelajaran, dan inisiatif siswa dalam
bertanya atau mengemukakan ide masih perlu diperbaiki.
Dari aspek observasi dalam penyampaian media corong hitung semua
telah disampaikan oleh guru pada siklus I ini; penyampaian tujuan, pemberian
waktu, membagi siswa dalam kelompok, memberi kesempatan kepada siswa
untuk melaporkan hasil pengamatan, membuat kesimpulan dari hasil
pengamatan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hasil
pengamatan melalui metode demonstrasi.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa siswa dalam memperhatikan
penjelasan guru, semangat dalam berdiskusi, dan mengerjakan tugas sudah
baik hanya siswa masih kurang berani bertanya sehingga perlu ditingkatkan.
e. Refleksi
Dengan melakukan refleksi diri dan berdiskusi dengan teman sejawat
dapat dianalisis beberapa kelebihan dan kekuragan dari perbaikan
pembelajaran siklus I. Walaupun ada beberapa kekurangan dari perbaikan
pembelajaran siklus I, namun hasil evaluasi belajar siswa sudah ada
peningkatan. Jika sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang memperoleh
nilai tuntas atau nilai > KKM (70) hanya 9 orang dari 22 siswa, atau tingkat
22
tuntas klasikal hanya mencapai 41% setelah dilaksanakan perbaikan
pembelajaran siklus I meningkat menjadi 12 siswa atau tingkat ketuntasan
meningkat menjadi 55%.
Melihat hasil tersebut, perbaikan pembelajaran siklus I cukup berhasil.
Dengan asumsi bahwa pembelajaran berhasil jika telah mencapai kriteria
ketuntasan yakni > 70, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II
agar proses pembelajaran dapat lebih berhasil.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Dalam hasil perencanaan ini, penulis telah mempersiapkan segala
sesuatu yang penulis pergunakan dalam perbaikan pembelajaran siklus II,
yakni sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan mencari pemecahan
masalah untuk penulis laksanakan pada perbaikan pembelajaran siklus II.
di dalam melakukan tindakan ini penulis meminta bantuan dari teman
sejawat dan berkonsultasi dengan supervisor.
2. Merumuskan permasalahan untuk memfokuskan penelitian tindakan
kelas.
3. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran yang berisikan skenario
pembelajaran/langkah-langkah pembelajaran yang menekankan pada
penerapan model pembelajaran demonstrasi
4. Merancang alat evaluasi yang berupa tes formatif
b. Pelaksanaan
Setelah proses penyusunan rencana perbaikan pembelajaran siklus II
selesai, selanjutnya peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II.
Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II dapat dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang telah direncanakan, yakni pada hari Selasa tanggal 27 Oktober
2020 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (1 x pertemuan). Pada pelaksanaan
perbaikan siklus II ini semua siswa dapat hadir.
23
Pelaksanaannya sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disusun baik dari kegiatan awal, kegiatan inti maupun kegiatan akhir. Pada
kegiatan inti, penerapan media pembelajaran “Kelereng” yang menjadi
tindakan utama dalam perbaikan pembelajaran siklus II dapat terlaksanakan
sesuai prosedur. Analisis hasil evaluasi belajar pun dapat segera dilaksanakan
setelah kegiatan pembelajaran berakhir.
Dari analisis data perbaikan pembelajaran siklus II didapat data-data,
hasil nilai tes formatif perbaikan pembelajaran siklus II dari 22 siswa
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.3 Nilai Siklus II Hasil Evaluasi Matematika Materi
Pembagian Siswa Kelas II SDN 3 Plantaran
Frekuensi Prosentase
No Interval Predikat
(Perolehan) (Ketercapaian)
1 86 – 100 8 36% Sangat Baik
2 71 – 85 13 59% Baik
3 56 – 70 1 5% Cukup
4 41 – 55 - 0% Kurang
5 <40 - 0% Sangat Kurang
Jumlah Siswa 22 100%
Rerata Nilai 84
Prosentase
95%
Ketuntasan
24
SIKLUS II
25
20
Banyak Siswa
15
Frekuensi
10
0
86-100 71-85 56-70 41-55 <40
Rentang Nilai
25
Perbandingan hasil tes formatif dari pra siklus, siklus I, sampai pada
siklus II terus mengalami peningkatan sehingga perbaikan pembelajaran ini
dapat dikatakan berhasil karena telah mencapai ketuntasan lebih dari 85%.
d. Refleksi
Dengan melakukan refleksi diri dan berdiskusi dengan teman sejawat
dapat dianalisis beberapa kelebihan dan kekurangan dari perbaikan
pembelajaran siklus II. Secara keseluruhan guru sudah banyak melibatkan
siswa dalam proses pembelajaran, membimbing siswa agar aktif dalam tanya
jawab dan memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan media
kelereng dengan baik. Adapun masih ada sedikit siswa yang kurang aktif
dalam proses pembelajaran. Dapat dilihat dari masih adanya satu siswa yang
belum mencapai ketuntasan. Namun demikian, dari kelebihan dan
kekurangan perbaikan pembelajaran siklus II, ternyata lebih condong ke arah
peningkatan pemahaman siswa. Hal ini terbukti dari analisis hasil perbaikan
pembelajaran siklus II yaitu jika pada perbaikan pembelajaran siklus I yang
memperoleh nilai tuntas atau nilai > KKM (70) sebanyak 12 siswa dari 22
siswa atau tingkat tuntas klasikal mencapai 55%, setelah dilaksanakan
perbaikan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 21 siswa dari 22 siswa
atau tingkat ketuntasan meningkat menjadi 95%.
Melihat hasil tersebut, perbaikan pembelajaran siklus II sangat berhasil.
Dengan asumsi bahwa pembelajaran berhasil jika telah mencapai kriteria
ketuntasan yaitu > 85% dan rerata nilai kelas telah mencapai diatas KKM
yaitu 80, maka perbaikan pembelajaran hanya sampai pada siklus II.
26
Selengkapnya perbandingan rerata hasil belajar, ketuntasan hasil belajar
dalam proses pembelajaran matematika dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Penelitian Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II
20
Banyak Siswa
15
Pra Siklus
Siklus I
10
Siklus II
0
86-100 71-85 56-70 41-55 <40
Rentang Nilai
Gambar 4.4 Grafik Perolehan Nilai Siswa Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II
27
klasikal baru mencapai 55%, setelah perbaikan pembelajaran siklus II naik
menjadi 95%. Dengan demikian ada kenaikan prosentase sebesar 40%.
Disamping meningkatkannya prosentase tingkat ketuntasan klasikal rata-
rata hasil evaluasi belajar siswa juga meningkat. Jika pada perbaikan
pembelajaran siklus I rata-rata hasil belajar siswa sebesar 71 setelah perbaikan
pembelajaran siklus II meningkat menjadi 84.
Perolehan nilai hasil perbaikan pembelajaran siklus II mencapai kriteria
ketuntasan yakni > 85% artinya semua siswa telah tuntas dan ketuntasan
klasikal 95% terdapat peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan
ketuntasan sebelumnya. Hasil belajar dan dan ketuntasan pada siklus II telah
memenuhi target indikator keberhasilan ketuntasan.
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini membuktikan bahwa melalui
media kelereng mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN 3
Plantaran. Dengan demikian hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan
rujukan oleh peneliti lain yang hendak menelaah dan mengembangkan inovasi
pembelajaran ini. Peran guru tidak hanya sebagai pendidik namun juga
sebagai fasilitator dalam sebuah pembelajaran. Pada pembelajaran tematik ini
guru harus pandai mengaitkan muatan-muatan mata pelajaran yang ada
didalam suatu pembelajaran. Guru mempunyai tanggung jawab untuk
mengantarkan siswa-siswanya kearah kedewasaan dengan memberikan ilmu
pengetahuan serta membimbing guru. Sedangkan anak didik berusaha untuk
mencapai tujuan itu dengan bantuan, pembinaan serta bimbingan dari guru.
Dengan demikian sudah jelas bahwa melalui media kelereng dapat
meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa ke arah yang lebih baik dan
maju.
28
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
29
b. Guru hendaknya melibatkan siswa dalam pembelajaran
matematika.
2. Peneliti
3. Kepala Sekolah
Laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam KKG, serta dapat
dijadikan sebagai bahan referensi untuk mengambil kebijakan.
B. Tindak Lanjut
1. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan akan dijadikan sebagai bahan
acuan perbaikan pembelajaran pada SDN 3 Plantaran Kecamatan
Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.
2. Mensosialisasikan hasil penelitian kepada Kelompok Kerja Guru (KKG)
di SDN 3 Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal
sebagai masukan dan bahan diskusi untuk dapat diimplementasikan di
berbagai pembelajaran yang lain.
30