Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


SD Negeri 3 Plantaran adalah sekolah dasar negeri yang terletak di tengah-
tengah permukiman penduduk tepatnya di Jalan Srogo Plantaran KM.2
Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal. Dalam proses pembelajaran
Matematika yang dilakukan di kelas II SD Negeri 3 Plantaran, masih jarang
menggunakan media, hanya sesekali dalam penggunaannya. Sejatinya,
penggunaan media dalam proses pembelajaran akan membantu siswa memahami
materi yang diajarkan.
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih banyak
didominasi oleh guru. Biasanya guru memberikan contoh dalam bentuk soal.
Siswa memperhatikan penyelesaian soal yang dijelaskan guru. Kemudian salah
satu siswa diminta ke depan untuk menyelesaikan soal tersebut. Saat satu siswa
mengerjakan di depan, siswa lain tidak diminta kesempatan mencoba
menyelesaikan soal tersebut di buku tulis masing-masing. Sebagian besar siswa
tidak dilibatkan aktif dalam praktek penyelesaian soal tersebut artinya siswa tidak
diberikan kesempatan untuk sampai benar-benar paham. Guru langsung
memberikan soal untuk dikerjakan. Guru juga kurang menghiraukan tingkat
perhatian siswa yang masih kurang dalam mengikuti proses pembelajaran
tersebut.
Penilaian pra siklus yang dilakukan penulis di Kelas II SD Negeri 3
Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan menunjukkan hasil belajar pada mata
pelajaran Matematika dengan pokok bahasan Arti Pembagian Sebagai
Pengurangan Berulang yang rendah. Hasilnya menunjukkan, dari 22 siswa
diketahui ada 9 siswa yang mencapai KKM dan 13 siswa yang belum mencapai
KKM 70. Hasil tersebut menunjukkan 41% siswa yang dapat mencapai KKM dan
59% yang belum mencapai KKM. Sehingga dapat di katakan hasil belajar
matematika pada siswa Kelas 2 SD Negeri 3 Plantaran belum baik, karena
pembelajaran dikatakan berhasil jika lebih dari 85% siswa dapat mencapai KKM.

1
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya untuk mengkaji peningkatan
hasil belajar matematika pada siswa Kelas II SD Negeri 3 Plantaran dengan
langkah melakukan Penelitian Tindakan Kelas tentang “Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Materi Pembagian Menggunakan Media Kelereng pada Siswa
Kelas II SDN 3 Plantaran 2020/2021”.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data dari pra siklus yang telah dilaksanakan, menunjukkan
bahwa dari jumlah 22 siswa dalam satu kelas, hanya 9 siswa (41%) yang dapat
mencapai nilai diatas KKM. Sedangkan 13 siswa (59%) lainnya hanya mendapat
nilai dibawah KKM.
Setelah guru mengadakan refleksi dan selanjutnya teridentifikasi masalah
sebagai penyebab ketidakberhasilan tersebut di atas antara lain :
 Minat belajar matematika rendah sehingga prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika dibawah KKM.
 Beberapa siswa mengalami kesulitan menghitung angka, sehingga
membuat siswa malas untuk mengerjakan
2. Analisis Masalah
Hal-hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar Matematika pada
pokok bahasan Arti Pembagian Sebagai Pengurangan Berulang siswa Kelas II SD
Negeri 3 Plantaran, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal tahun
pelajaran 2020/2021 adalah sebagai berikut:
 Dalam proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru
 Penggunaan metode yang digunakan guru kurang menarik dan variatif
serta belum optimalnya penggunaan media pembelajaran
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Dalam hal ini yang menjadi prioritas pemecahan masalahnya yaitu
peningkatan kualitas pembelajaran sehingga akan meningkatkan hasil belajar
siswa yang dapat diukur dari uji kompetensi pada akhir pembelajaran. Alternatif
yang dipilih oleh penulis adalah dengan menggunakan media pembelajaran
Kelereng yang dapat menarik perhatian siswa dan dapat meningkatkan hasil
belajar pada pelajaran Matematika pokok bahasan Arti Pembagian sebagai

2
Pengurangan Berulang, karena media pembelajaran ini berhubungan dengan
permainan yang biasa dimainkan bersama teman-teman dan relevan dengan materi
pada pelajaran Matematika yang akan diajarkan di SD Negeri 3 Plantaran,
Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal pada siswa Kelas II tahun
pelajaran 2020/2021.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Materi Pembagian Menggunakan Media Kelereng pada
Siswa Kelas II SDN 3 Plantaran 2020/2021?”.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi
pembagian menggunakan media kelereng pada siswa Kelas II SD Negeri 3
Plantaran.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Bagi Guru
 Meningkatkan kemampuan mengajar.
 Meningkatkan profesionalisme guru dalam memperbaiki pembelajaran
di kelas.
 Meningkatkan pengetahuan dasar matematika dengan menggunakan
metode yang tepat dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi Siswa
 Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
 Meningkatkan kemampuan siswa agar giat belajar.
 Meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung pembagian.
3. Bagi Sekolah / Lembaga Pendidikan
 Mengatasi hambatan dan permasalahan pembelajaran di sekolah.
 Meningkatkan prestasi sekolah.
 Meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Keterkaitan PTK dan PKP


1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Suhardjono (2007:107) menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas
sebagai penelitian tindakan yang dilakukan di ruang kelas dengan tujuan
memperbaiki atau meningkatkan mutu proses atau praktik pembelajaran.
Wina (2009:24) menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah
satu upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk meningkatkan kualitas
peran dan tanggung jawabnya sebagai pendidik khususnya dalam
pengelolaan pembelajaran. Sedangkan Arikunto (2006:92) menjelaskan
Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan
pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
2. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Dengan melakukan PTK ada beberapa manfaat yang dapat
diperoleh guru, menurut Wardhani, dkk (2008:8) manfaat PTK bagi guru
antara lain:
a. Membantu guru memperbaiki pembelajaran.
b. Membantu guru berkembang secara profesional.
c. Meningkatkan rasa percaya diri guru.
d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
3. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Wardhani, dkk (2008:14) prosedur atau langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas didasarkan terdiri
dari empat komponen kegiatan pokok, yaitu:
a. Perencanaan (planning).
b. Tindakan (acting).

4
c. Pengamatan (observing).
d. Refleksi (reflecting).
4. Pengertian PKP
PKP (Pemantapan Kemampuan Profesional) merupakan program
kegiatan yang memberikan pengalaman belajar untuk meningkatkan
kemampuan. Kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai mahasiswa
setelah mengikuti PKP ialah mampu memperbaiki atau meningkatkan
kualitas pembelajaran bidang studi atau pembelajaran tematik yang
diajarkan di SD dengan menerapkan kaidah-kaidah penelitian tindakan
kelas (PTK). Tim FKIP UT (2019) menyatakan PKP sebagai muara dari
program S1 PGSD dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
dapat meningkatkan kemampuan professional guru SD dalam mengelola
pembelajaran.
Pembelajaran dalam PKP dilakukan melalui belajar mandiri atau
pembimbingan tatap muka. Mahasiswa melakukan belajar mandiri untuk
memantapkan pemahaman perencanaan dan pelaksanaan PTK, berbagai
teori dan prinsip pembelajaran yang akan diperbaiki dan ditingkatkan,
serta perencanaan dan pelaksanan pembelajaran dalam upaya memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
B. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
1. Pengertian Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika adalah membentuk logika berfikir, bukan
sekedar berhitung. Berhitung dapat dilakukan dengan alat bantu, seperti
kalkulator dan computer, namun menyelesaikan masalah perlu logika
berfikir dan analisis (Fatimah, 2009:8).
Pembelajaran matematika di SD merupakan suatu pembelajaran yang
menarik, karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat
anak dengan hakikat matematika. Anak usia SD sedang mengalami
perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Ini dikarenakan tahap berfikir
mereka masih belum formal bahkan para siswa SD di kelas-kelas rendah

5
bukan tidak mungkin sebagian dari mereka berfikir masih berada pada
tahapan pra konkrit.
Sedangkan, matematika adalah ilmu yang bersifat abstrak, seperti yang
dikemukakan Karso, dkk ( 1998 : 1 – 4 ) bahwa : “Matematika adalah ilmu
deduksi, aksiomatik, formal, hierarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat
arti dan semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat
mengembangkan sebuah system matematika”.
2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar menurut Susanto
(2013: 189-190) Secara umum, bertujuan agar siswa mampu dan terampil
menggunakan matematika. Adapun secara khusus, adalah sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonse,


dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau
media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Karakteristik Siswa
Siswa Kelas II SD Negeri 3 Plantaran memiliki tingkat kemampuan
terhadap materi pelajaran yang berbeda, ada yang pandai, sedang dan kurang
pandai. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran di Kelas II SD Negeri 3
Plantaran belum berhasil atau masih banyak siswa yang belum mencapai
KKM sesuai dengan standar ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 70.

6
Karakteristik siswa Kelas II SD Negeri 3 Plantaran adalah sebagian besar
dari golongan ekonomi menengah kebawah dan orang tua yang berpendidikan
rendah. Orang tua siswa yang sebagian besar bekerja sebagai sopir, kuli
bangunan dan TKI atau TKW. Sehingga sebagian besar siswa kurang
memperoleh perhatian dari orang tua terutama masalah pendidikan.
Kurangnya perhatian yang diberikan membuat anak menjadi malas belajar
dan kurang bersemangat dalam menerima pelajaran.
D. Tinjauan Tentang Media
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan.
Banyaknya batasan yang diberikan oleh para ahli tentang media
menurut Association Fun Educational Communications Technology
(AECT) di Amerika yang dikutip oleh Arief S. Sadiman (1996:6) media
pendidikan ialah segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan/informasi.
Menurut M C Luhan (dalam Tim pengembang PGSD 1998: 7)
Media adalah semua saluran pesan yang tidak ada dihadapannya, meliputi:
surat, televisi, film, dan telepon bahkan jalan dan jalan kereta api.
Dari berbagai pendapat, dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya
semua pendapat tentang media sebagai alat yang dapat digunakan sebagai
pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan tersebut adalah
materi pelajaran dimana keberadaan media dimaksudkan agar lebih mudah
dipahami dan dimengerti oleh siswa.
b. Tujuan dan Manfaat Media
Menurut Piaget (dalam Muchtar A. Karim dkk, 1997: 20)
mengemukakan: Anak usia 7 s/d 12 tahun yang masih duduk di sekolah
Dasar masih dalam taraf berpikir semi konkrit sehingga belum dapat
memahami konsep – konsep pembelajaran secara konkrit sehingga harus

7
menggunakan bantuan media yang dapat mengembangkan secara jelas dan
kongkrit mengenai materi – materi pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu
media sangat diperlukan dalam menunjang proses belajar mengajar untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
Tujuan dari penggunaan suatu media membuat guru dapat
menyampaikan pesan secara lebih mudah kepada peserta didik. Sehingga
peserta didik (siswa) tersebut dapat menguasai pesan (pembelajaran) secara
cepat dan akurat.
Menurut Arief S. Sadiman (2002: 16) secara umum media
mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalisme.
2. Mengatasi keterbatasan rentang, waktu, dan daya indera.
3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik.
Dalam hal ini media berguna:

1. Menimbulkan kegairahan belajar.


2. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
3. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
E. Teori Pembelajaran yang Terkait
a. Fungsi Media Pengajaran
Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (Strategi Belajar
Mengajar 2001: 154) mengemukakan bahwa media pengajaran
menceritakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mengantarkan
atau menyampaikan pesan berupa, sejumlah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap kepada peserta didik sehingga peserta didik itu dapat
menangkap, memahami dan memiliki pesan-pesan dan makna yang
disampaikan itu.

8
Menurut Sudjana (1991: 41) merumuskan fungsi media pengajaran
menjadi enam kategori :
a. Penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b. Penggunaan media sebagai alat bantu untuk mewujutkan situasi
belajar mengajar yang menyenangkan.
c. Penggunaan media pembelajaran merupakan bagian integral dengan
tujuan dan isi pembelajaran.
d. Penggunaan media pembelajaran guna menarik perhatian siswa.

e. Penggunaan media pembelajaran membantu siswa dalam

menangkap pengertian yang diberikan oleh guru.

f. Penggunaan media pembelajaran mempertinggi mutu belajar

mengajar.

b. Media Benda Konkret


Menurut Rimawati (2016: 22), Media konkret adalah segala
sesuatu yang nyata dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
lebih efektif dan efesien menuju kepada tercapainya tujuan yang
diharapkan.
Sumantri, (2004:178) mengemukakan bahwa secara umum media
konkret berfungsi sebagai :
a. Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang
efektif,
b. Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar,
c. Meletakkan dasar-dasar yang konkret dan konsep yang abstrak
sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat
verbalisme,
d. Mengembangkan motivasi belajar siswa,

9
e. Mempertinggi mutu pembelajaran.
Keuntungan penggunaan media konkret dalam pembelajaran adalah:

a. Membangkitkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat

konseptual, sehingga mengurangi kesalahpahaman siswa dalam

mempelajarinya;

b. Meningkatkan minat siswa terhadap materi pelajaran;

c. Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang

aktivitas diri sendiri untuk belajar;

d. Dapat mengambangkan jalan pikiran yang berkelanjutan;

e. Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah di

dapat melalui materi-materi yang lain dan menjadikan proses

belajar mendalam dan beragam.

Dalam pembelajaran matematika di SD, untuk menanamkan pembagian


adalah konsep pengurangan berulang. Media yang dapat dimanfaatkan
diantaranya adalah sebagai berikut : buah – buahan, batu kecil, kelereng,
kancing baju, paku dan sebagainya. Sedangkan dalam penelitian tindakan
kelas ini media atau alat peraga yang peneliti gunakan adalah alat peraga yang
berada di lingkungan bermain sekitar siswa yaitu kelereng.
F. Penelitian Terdahulu
Sebagai penunjang dalam penelitian ini, peneliti menuliskan beberapa
penelitian yang relevan dengan penelitian yang telah peneliti lakukan.
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Aliya (2016) dengan judul
“Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV
Menggunakan Metode Permainan” Dari hasil penelitian tersebut peneliti
menunjukan bahwa peningkatan proses dan prestasi belajar siswa kelas IV di
SD N Demangan dapat dengan menggunakan metode permainan. Penggunaan

10
metode permainan tersebut dilakukan secara optimal sehingga berdampak pada
peningkatan prestasi belajar siswa.
Penelitian kedua dilakukan oleh Aan Tya Ervina (2018) dengan judul
“Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Tentang
Arti Pembagian Sebagai Pengurangan Berulang Melalui Metode Diskusi Dan
Penggunaan Media Berupa Biji-Bijian”.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Ikromatul Fikriyah (2019) dengan
judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pembagian Dua Angka Tema
2 Subtema 3 Bermain Di Lingkungan Sekolah Menggunakan Media Kancing
Baju Pada Siswa Kelas II Semester I SDN 2 Rejosari Kecamatan Brangsong
Kendal Tahun Ajaran 2019/2020”.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Aliya (2016), Aan
(2018), dan Ikromatul (2019) merupakan penelitian yang memiliki relevansi
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini. Hasil dari ketiga penelitian
menunjukan keberhasilan peningkatan hasil belajar pada siswa melalui media
permainan. Peneliti kemudian tertarik untuk menggunakan media kelereng
untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi Pembagian siswa kelas 2
SDN 3 Plantaran Tahun 2020/2021.
G. Kerangka Berpikir
Hasil data pra siklus siswa yang sebagian belum mencapai ketuntasan
sangat dipengaruhi oleh beberapa permasalahan yang muncul pada saat proses
pembelajaran. Hal ini terlihaht setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran
matematika pada materi arti pembagian sebagai pengurangan berulang. Ketidak
berhasilan siswa dalam mencapai target ketuntasan tersebut disebabkan
beberapa faktor, baik faktor dari guru maupun dari siswa itu sendiri.

11
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian
tindakan kelas ini oleh peneliti dapat digambarkan sebagai berikut:

Pembelajaran masih Proses belajar


Kondisi awal student center dan kurang maksimal
(pra siklus) belum bervariatif sehingga banyak
nilai anak
dibawah KKM

Tindakan Penggunaan media kelereng

Melalui media kelereng dapat meningkatkan


Kondisi akhir hasil belajar siswa pada materi pembagian
siswa SDN 3 Plantaran

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

H. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan media kelereng dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang pelajaran matematika pada materi
pembagian sebagai pengurangan berulang siswa kelas 2 SDN 3 Plantaran
Tahun 2020/2021.

12
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas II SD Negeri 3 Plantaran
Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal tahun pelajaran
2020/2021 dengan jumlah siswa 22 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-
laki dan 7 siswa perempuan.
2. Tempat Pelaksanaan Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas di Kelas II SD Negeri 3 Plantaran, Kecamatan Kaliwungu
Selatan Kabupaten Kendal.
3. Waktu Penelitian
Kegiatan perbaikan pembelajaran Matematika dalam penelitian ini
dilaksanakan dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:
Pra Siklus Selasa, 20 Oktober 2020.
Siklus I Kamis, 22 Oktober 2020.
Siklus II Selasa, 27 Oktober 2020.
4. Pihak Yang Membantu
Pihak yang membantu penelitian pembelajaran yaitu:
A. Iswahyudi Joko, M.Pd selaku Supervisor-1 dan Tutor pembimbing
yang membina dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian.
B. Yulia Setyatmini, S.Pd selaku Supervisor-2 yang selalu membimbing
dan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran di SDN 3
Plantaran.
C. Guru Senior/Kepala SDN 3 Plantaran selaku pembimbing dalam
menginterprestasikan data dalam pelaksanaan penelitian di SDN 3
Plantaran.
D. Siswa kelas II SD Negeri 3 Plantaran, selaku subjek penelitian.

13
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus, sampai tercapainya kriteria
keberhasilan. Tiap -tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang
dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Pada
masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi.

1. Pra Siklus
Setelah diadakan refleksi, identifikasi serta rumusan masalah, peneliti
menguraikan secara singkat masalah yang terjadi pada awal pelajaran materi
arti pembagian sebagai pengurangan berulang di kelas II SDN 3 Plantaran
Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal. Pada proses pembelajaran
siswa banyak yang kurang aktif, tidak dapat menjawab pertanyaan, tidak
berani bertanya berakibat hanya 9 dari 22 siswa atau ketuntasan klasikal 41%.
Jadi siswa yang belum tuntas ada 13 siswa atau ketidaktuntasan mencapai 59
% untuk itu peneliti perlu melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2. Siklus I
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan
dalam tahap -tahap sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan
a. Mengumpulkan data yang diperlukan.
b. Merencanakan pembelajaran dengan media "Kelereng" dan
mendesain alat evaluasinya.
c. Membuat laporan observasi.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Guru menerapkan model pembelajaran sesuai dengan
rencana pada siswa kelas II SDN 3 Plantaran Kecamatan
Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.
b. Siswa belajar dengan menggunakan media "Kelereng"
dengan bimbingan guru.

14
3) Tahap Observasi
a. Tindakan guru memonitor siswa selama proses pembelajaran.
4) Tahap Analisis Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, dan 3.
berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga dapat
digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus
berikutnya. Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus I menunjukkan
adanya peningkatan prestasi pada siswa Kelas II SDN 3 Plantaran
Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal, maka tidak
perlu dilanjutkan dengan siklus II. Namun apabila belum
memperlihatkan adanya peningkatan basil belajar tematik siswa
Kelas II SDN 3 Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan
Kabupaten Kendal, maka dibuat siklus II yang meliputi tahap
perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi
tindakan, dan tahap refleksi. Sehingga siswa benar-benar mampu
meningkatkan hasil belajar tematik.

3. Siklus II
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam
tahap -tahap sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan
a. Mengumpulkan data yang diperlukan.
b. Merencanakan pembelajaran dengan media "Kelereng" dan
mendesain alat evaluasinya.
c. Membuat laporan observasi.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Guru menerapkan model pembelajaran sesuai dengan
rencana pada siswa Kelas II SDN 3 Plantaran Kecamatan
Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.
b. Siswa belajar dengan menggunakan media "Kelereng"
dengan bimbingan guru.

15
3) Tahap Observasi
a. Tindakan guru memonitor siswa selama proses pembelajaran.
b. Menilai hasil dalam pembelajaran tematik.
4) Tahap analisis Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, dan 3.
berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga dapat
digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus
berikutnya. Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus II menunjukkan
adanya peningkatan prestasi tematik pada siswa Kelas II SDN 3
Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal, maka
tidak perlu dilanjutkan dengan siklus III, Namun apabila belum
memperlihatkan adanya peningkatan basil belajar matematika
siswa Kelas II SDN 3 Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan
Kabupaten Kendal, maka dibuat siklus III yang meliputi tahap
perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi
tindakan, dan tahap refleksi. Sehingga siswa benar-benar mampu
meningkatkan hasil belajar tematik.

C. Teknik Analisis Data


Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis
kuantitatif dan kualitatif, dengan rumus:
n
Na= X 100 %
N

Keterangan:
n = skor yang diperoleh
N = skor total
Na = Nilai akhir

16
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif
persentase, yang dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik,
cukup, kurang, dan sangat kurang sebagai berikut:
Tabel 3.1 Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Persentase

Kriteria Nilai Penafsiran


Baik Sekali 86 – 100 Hasil belajar baik sekali
Baik 71 – 85 Hasil belajar baik
Cukup 56 – 70 Hasil belajar cukup
Kurang 41 – 55 Hasil belajar kurang
Sangat Kurang < 40 Hasil belajar sangat kurang
(Depdiknas, 2002: 4)

Hasil observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang


digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut
kategori untuk memperoleh kesimpulan.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Deskripsi Kondisi Awal


Kondisi awal pada penelitian tindakan kelas ini berdasarkan hasil
belajar yang siswa kelas II sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Berdasarkan hasil
belajar yang diperoleh rata-rata sebesar 67 dengan ketuntasan sebesar 41%
dengan batas KKM 70. Selengkapnya dapat disimak dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1: Nilai Pra Siklus Hasil Evaluasi Matematika Materi


Pembagian Kelas II SDN 3 Plantaran

Frekuensi Prosentase
No Interval Predikat
(Perolehan) (Ketercapaian)
1 86 – 100 - 0% Sangat Baik
2 71 – 85 9 41% Baik
3 56 – 70 11 50% Cukup
4 41 – 55 2 9% Kurang
5 <40 - 0% Sangat Kurang
Jumlah 22 100%
Rerata 67
Prosentase
41 %
Ketuntasan

Berdasarkan data dalam tabel, diketahui jumlah total siswa sebanyak


22, yang mencapai ketuntasan hanya 9 siswa dengan prosentase ketuntasan
sebesar 41%. Nilai tuntas tersebut adalah nilai yang berada diatas nilai
KKM 70. Sebanyak 13 siswa dengan prosentase 50% mendapat nilai
dibawah 70 dengan kategori cukup. Sedangkan sebesar 9% yaitu sebanyak 2
siswa masih butuh bimbingan karena berada pada kategori sangat kurang.
Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:

18
PRA SIKLUS
12
10
8
Banyak Siswa

6 Frekuensi
4
2
0
86-100 71-85 56-70 41-55 <40
Rentang Nilai

Gambar 4.1 Grafik Perolehan Nilai Siswa Pra Siklus

2. Siklus I
Beberapa hasil penelitian yang dapat penulis kemukakan dari
pelaksanaan siklus I yakni mulai hasil perencanaan, hasil pelaksanaan, hasil
penelitian (observasi) sampai dengan hasil refleksi akan peneliti paparkan
berikut ini:
a. Perencanaan
Dalam hasil perencanaan ini, penulis telah mempersiapkan segala
sesuatu yang penulis pergunakan dalam perbaikan pembelajaran siklus I,
yakni sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan mencari pemecahan
masalah untuk penulis laksanakan pada perbaikan pembelajaran siklus I.
Di dalam melakukan tindakan ini penulis meminta bantuan dari teman
sejawat dan berkonsultasi dengan supervisor.
2. Merumuskan permasalahan untuk memfokuskan penelitian tindakan
kelas.
3. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran yang berisikan skenario
pembelajaran / langkah-langkah pembelajaran yang menekankan pada
penerapan model pembelajaran demonstrasi.

19
4. Menyusun alat observasi sebagai panduan pengamat dalam
mengobservasi pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran.
5. Merancang alat evaluasi yang berupa tes formatif.

b. Pelaksanaan
Setelah proses penyusunan rencana perbaikan pembelajaran siklus I
selesai, selanjutnya peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I.
Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I dapat dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang telah direncanakan, yakni pada hari Kamis, 22 Oktober 2020
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (1 x pertemuan). Pada pelaksanaan
perbaikan siklus I ini semua siswa dapat hadir.
Pelaksanaannya sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disusun baik dari kegiatan awal, kegiatan inti maupun kegiatan akhir. Pada
kegiatan inti, penerapan media pembelajaran “Kelereng” yang menjadi
tindakan utama dalam perbaikan pembelajaran siklus I dapat terlaksanakan
sesuai prosedur.
Dari hasil proses pembelajaran melalui tes formatif pembelajaran
Matematika di Kelas II semester I di SD Negeri 3 Plantaran, maka dapat
diketahui hasil data sebelum perbaikan dan perbaikan siklus I ternyata
hasilnya menunjukkan peningkatan yang cukup berarti seperti tampak pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Nilai Siklus I Hasil Evaluasi Matematika Materi
Pembagian Siswa Kelas II SDN 3 Plantaran
Frekuensi Prosentase
No Interval Predikat
(Perolehan) (Ketercapaian)
1 86 – 100 - 0 Sangat Baik
2 71 – 85 12 55% Baik
3 56 – 70 10 45% Cukup
4 41 – 55 - 0% Kurang
5 <40 - 0% Sangat Kurang
Jumlah Kelas 22 100%
Rerata Nilai 71
Prosentase
55%
Ketuntasan

20
Tabel di atas diketahui sebanyak 12 orang (55%) memperoleh hasil
belajar kategori baik dan 10 orang (45%) kategori cukup. Bila dilihat dari
rata-rata hasil belajar adalah 71 dengan ketuntasan siswa kelas II SDN 3
Plantaran termasuk pada kategori cukup. Selengkapnya dapat dilihat dalam
grafik batang berikut ini:

SIKLUS I
14
12
10
Banyak Siswa

8
Frekuensi
6
4
2
0
86-100 71-85 56-70 41-55 <40
Rentang Nilai

Gambar 4.2 Grafik Perolehan Nilai Siswa Siklus I

Dengan melihat tabel 4.2 dan gambar 4.2 tersebut, dapat diketahui
bahwa prosentase tingkat ketuntasan klasikal pra siklus (sebelum perbaikan
pembelajaran) sebesar 41 % atau sebanyak 9 siswa dapat mencapai
ketuntasan belajar dari total 22 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas 59
% atau 13 siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan klasikal
masih jauh dari kriteria ideal.

Setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I, prosentase tingkat


ketuntasan klasikal naik menjadi 55% atau sebanyak 12 siswa yang dapat
mencapai ketuntasan belajar dari 22 siswa. Ini ada kenaikan prosentase
sebesar 41%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran pada
siklus I cukup berhasil. Namun masih ada 10 siswa yang tidak mencapai
ketuntasan belajar atau 45%. Karena tingkat ketuntasan klasikal belum

21
mencapai 85%, maka peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran siklus
II agar evaluasi belajar siswa dapat lebih ditingkatkan.

c. Pengamatan
Dari proses pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat diperoleh
beberapa temuan bahwa pada siklus I guru dalam persiapan pembelajaran,
membuka pembelajaran, memotivasi siswa, penyajian materi, belajar,
pelaksanaan evaluasi, pemanfaatan waktu, dan menutup pelajaran sudah baik;
sedangkan untuk penguasaan materi, penerapan metode, dan penggunaan alat
peraga masih perlu diperbaiki.
Dari proses pengamatan yang dilakukan terhadap siswa dapat dilihat
motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran, dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran sudah baik; sedangkan perhatian siswa pada penyampaian
materi, keaktifan siswa dalam pembelajaran, dan inisiatif siswa dalam
bertanya atau mengemukakan ide masih perlu diperbaiki.
Dari aspek observasi dalam penyampaian media corong hitung semua
telah disampaikan oleh guru pada siklus I ini; penyampaian tujuan, pemberian
waktu, membagi siswa dalam kelompok, memberi kesempatan kepada siswa
untuk melaporkan hasil pengamatan, membuat kesimpulan dari hasil
pengamatan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hasil
pengamatan melalui metode demonstrasi.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa siswa dalam memperhatikan
penjelasan guru, semangat dalam berdiskusi, dan mengerjakan tugas sudah
baik hanya siswa masih kurang berani bertanya sehingga perlu ditingkatkan.

e. Refleksi
Dengan melakukan refleksi diri dan berdiskusi dengan teman sejawat
dapat dianalisis beberapa kelebihan dan kekuragan dari perbaikan
pembelajaran siklus I. Walaupun ada beberapa kekurangan dari perbaikan
pembelajaran siklus I, namun hasil evaluasi belajar siswa sudah ada
peningkatan. Jika sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang memperoleh
nilai tuntas atau nilai > KKM (70) hanya 9 orang dari 22 siswa, atau tingkat

22
tuntas klasikal hanya mencapai 41% setelah dilaksanakan perbaikan
pembelajaran siklus I meningkat menjadi 12 siswa atau tingkat ketuntasan
meningkat menjadi 55%.
Melihat hasil tersebut, perbaikan pembelajaran siklus I cukup berhasil.
Dengan asumsi bahwa pembelajaran berhasil jika telah mencapai kriteria
ketuntasan yakni > 70, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II
agar proses pembelajaran dapat lebih berhasil.

3. Siklus II
a. Perencanaan
Dalam hasil perencanaan ini, penulis telah mempersiapkan segala
sesuatu yang penulis pergunakan dalam perbaikan pembelajaran siklus II,
yakni sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan mencari pemecahan
masalah untuk penulis laksanakan pada perbaikan pembelajaran siklus II.
di dalam melakukan tindakan ini penulis meminta bantuan dari teman
sejawat dan berkonsultasi dengan supervisor.
2. Merumuskan permasalahan untuk memfokuskan penelitian tindakan
kelas.
3. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran yang berisikan skenario
pembelajaran/langkah-langkah pembelajaran yang menekankan pada
penerapan model pembelajaran demonstrasi
4. Merancang alat evaluasi yang berupa tes formatif

b. Pelaksanaan
Setelah proses penyusunan rencana perbaikan pembelajaran siklus II
selesai, selanjutnya peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II.
Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II dapat dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang telah direncanakan, yakni pada hari Selasa tanggal 27 Oktober
2020 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (1 x pertemuan). Pada pelaksanaan
perbaikan siklus II ini semua siswa dapat hadir.

23
Pelaksanaannya sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disusun baik dari kegiatan awal, kegiatan inti maupun kegiatan akhir. Pada
kegiatan inti, penerapan media pembelajaran “Kelereng” yang menjadi
tindakan utama dalam perbaikan pembelajaran siklus II dapat terlaksanakan
sesuai prosedur. Analisis hasil evaluasi belajar pun dapat segera dilaksanakan
setelah kegiatan pembelajaran berakhir.
Dari analisis data perbaikan pembelajaran siklus II didapat data-data,
hasil nilai tes formatif perbaikan pembelajaran siklus II dari 22 siswa
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.3 Nilai Siklus II Hasil Evaluasi Matematika Materi
Pembagian Siswa Kelas II SDN 3 Plantaran

Frekuensi Prosentase
No Interval Predikat
(Perolehan) (Ketercapaian)
1 86 – 100 8 36% Sangat Baik
2 71 – 85 13 59% Baik
3 56 – 70 1 5% Cukup
4 41 – 55 - 0% Kurang
5 <40 - 0% Sangat Kurang
Jumlah Siswa 22 100%
Rerata Nilai 84
Prosentase
95%
Ketuntasan

Berdasarkan tabel di atas ketercapaian ketuntasan hasil pembelajaran


siklus II menjadi 95 % dengan rata-rata nilai 84. Dari tabel di atas terdapat 21
siswa yang mendapat nilai diatas KKM 70, dan hanya 1 siswa yang
mendapat nilai dibawah ketuntasan dengan kategori cukup. Hasil evaluasi
belajar pada tabel 4.3 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar
berikut ini :

24
SIKLUS II
25

20
Banyak Siswa

15
Frekuensi
10

0
86-100 71-85 56-70 41-55 <40
Rentang Nilai

Gambar 4.3 Grafik Perolehan Nilai Siswa Siklus II

Perbandingan tingkat ketuntasan perbaikan pembelajaran dari siklus I


dari 55 % naik menjadi 95 % pada siklus II. Dapat diketahui bahwa
prosentase tingkat ketuntasan klasikal siklus I sebesar 55% atau sebanyak 12
siswa dapat mencapai ketuntasan belajar dari total 22 siswa, sedangkan siswa
yang tidak tuntas 45 % atau 10 siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat ketuntasan klasikal masih belum mencapai kriteria ideal.
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus II, prosentase tingkat
ketuntasan klasikal naik menjadi 95% atau sebanyak 21 siswa yang dapat
mencapai ketuntasan belajar dari 22 siswa. Ini ada kenaikan prosentase
sebesar 40%.
c. Pengamatan
Dari proses pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat sekaligus
sebagai pengamat terhadap siswa, diperoleh beberapa temuan yang dapat
dilihat. Motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran, perhatian siswa pada
penyampaian materi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah baik.
Sedangkan partisipasi siswa dalam pembelajaran dan inisiatif siswa dalam
bertanya atau mengemukakan ide telah terjadi peningkatan. Jadi guru telah
melaksanakan semua aspek dalam kegiatan perbaikan pembelajaran dalam
siklus II.

25
Perbandingan hasil tes formatif dari pra siklus, siklus I, sampai pada
siklus II terus mengalami peningkatan sehingga perbaikan pembelajaran ini
dapat dikatakan berhasil karena telah mencapai ketuntasan lebih dari 85%.

d. Refleksi
Dengan melakukan refleksi diri dan berdiskusi dengan teman sejawat
dapat dianalisis beberapa kelebihan dan kekurangan dari perbaikan
pembelajaran siklus II. Secara keseluruhan guru sudah banyak melibatkan
siswa dalam proses pembelajaran, membimbing siswa agar aktif dalam tanya
jawab dan memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan media
kelereng dengan baik. Adapun masih ada sedikit siswa yang kurang aktif
dalam proses pembelajaran. Dapat dilihat dari masih adanya satu siswa yang
belum mencapai ketuntasan. Namun demikian, dari kelebihan dan
kekurangan perbaikan pembelajaran siklus II, ternyata lebih condong ke arah
peningkatan pemahaman siswa. Hal ini terbukti dari analisis hasil perbaikan
pembelajaran siklus II yaitu jika pada perbaikan pembelajaran siklus I yang
memperoleh nilai tuntas atau nilai > KKM (70) sebanyak 12 siswa dari 22
siswa atau tingkat tuntas klasikal mencapai 55%, setelah dilaksanakan
perbaikan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 21 siswa dari 22 siswa
atau tingkat ketuntasan meningkat menjadi 95%.
Melihat hasil tersebut, perbaikan pembelajaran siklus II sangat berhasil.
Dengan asumsi bahwa pembelajaran berhasil jika telah mencapai kriteria
ketuntasan yaitu > 85% dan rerata nilai kelas telah mencapai diatas KKM
yaitu 80, maka perbaikan pembelajaran hanya sampai pada siklus II.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Perolehan hasil evaluasi pembelajaran pada tahap pra siklus, siklus I dan
siklus II mengalami peningkatan. Hasil belajar pada tahap pra siklus diperoleh
rerata 67 dengan prosentase ketuntasan 41%. Pada siklus I diperoleh rerata
hasil pembelajaran 71 dengan prosentase ketuntasan sebesar 55%. Sedangkan
pada siklus II diperoleh rerata hasil pembelajaran 84 dengan prosentase
ketuntasan sebesar 95%.

26
Selengkapnya perbandingan rerata hasil belajar, ketuntasan hasil belajar
dalam proses pembelajaran matematika dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Penelitian Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II

No Interval Pra Siklus Siklus I Siklus II Predikat


1 86 – 100 - - 8 Sangat Baik
2 71 – 85 9 12 13 Baik
3 56 – 70 11 10 1 Cukup
4 41 – 55 2 - - Kurang
5 <40 - - - Sangat Kurang
Jumlah Siswa 22 22 22
Rerata Nilai 67 71 84
Prosentase
41% 55% 95%
Ketuntasan

Berdasar tabel di atas, dapat digambarkan grafik peningkatan pra siklus,


siklus I dan siklus II sebagai berikut:

PERBANDINGAN PRA SIKLUS, SIKLUS I DAN SIKLUS II


25

20
Banyak Siswa

15
Pra Siklus
Siklus I
10
Siklus II

0
86-100 71-85 56-70 41-55 <40
Rentang Nilai

Gambar 4.4 Grafik Perolehan Nilai Siswa Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II

Dengan beberapa tindakan pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran


siklus II, akhirnya hasil evaluasi belajar siswa dapat meningkat secara
signifikan. Jika pada perbaikan pembelajaran siklus I tingkat ketuntasan

27
klasikal baru mencapai 55%, setelah perbaikan pembelajaran siklus II naik
menjadi 95%. Dengan demikian ada kenaikan prosentase sebesar 40%.
Disamping meningkatkannya prosentase tingkat ketuntasan klasikal rata-
rata hasil evaluasi belajar siswa juga meningkat. Jika pada perbaikan
pembelajaran siklus I rata-rata hasil belajar siswa sebesar 71 setelah perbaikan
pembelajaran siklus II meningkat menjadi 84.
Perolehan nilai hasil perbaikan pembelajaran siklus II mencapai kriteria
ketuntasan yakni > 85% artinya semua siswa telah tuntas dan ketuntasan
klasikal 95% terdapat peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan
ketuntasan sebelumnya. Hasil belajar dan dan ketuntasan pada siklus II telah
memenuhi target indikator keberhasilan ketuntasan.
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini membuktikan bahwa melalui
media kelereng mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN 3
Plantaran. Dengan demikian hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan
rujukan oleh peneliti lain yang hendak menelaah dan mengembangkan inovasi
pembelajaran ini. Peran guru tidak hanya sebagai pendidik namun juga
sebagai fasilitator dalam sebuah pembelajaran. Pada pembelajaran tematik ini
guru harus pandai mengaitkan muatan-muatan mata pelajaran yang ada
didalam suatu pembelajaran. Guru mempunyai tanggung jawab untuk
mengantarkan siswa-siswanya kearah kedewasaan dengan memberikan ilmu
pengetahuan serta membimbing guru. Sedangkan anak didik berusaha untuk
mencapai tujuan itu dengan bantuan, pembinaan serta bimbingan dari guru.
Dengan demikian sudah jelas bahwa melalui media kelereng dapat
meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa ke arah yang lebih baik dan
maju.

28
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada


penelitian dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi
Pembagian Menggunakan Media Kelereng pada Siswa Kelas II SDN 3
Plantaran 2020/2021” dapat penulis paparkan implikasi penelitian dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Hasil penelitian perbaikan pembelajaran materi pembagian menggunakan
media kelereng dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas II SDN 3
Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal. Hasil pada
kondisi awal dari 22 siswa, 9 siswa mendapat nilai tuntas. Pada kondisi
siklus I hasil belajar siswa yang mengalami ketuntasan meningkat menjadi
12 anak. Pada siklus II hasil belajar siswa yang mengalami ketuntasan
meningkat menjadi 21 siswa.
2. Melalui media kelereng pada materi pembagian dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas II SDN 3 Plantaran. Dapat dilihat dari nilai rata-rata
pada kegiatan pra siklus yakni 67 dengan prosentasi 41%, pada siklus I
meningkat menjadi 71 dengan prosentasi 55% dan kembali meningkat pada
siklus II yakni 84 dengan prosentasi 95%.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan melalui media
kelereng, ada beberapa saran dan tindak lanjut yang perlu disampaikan, sebagai
berikut:
A. Saran
1. Guru
a. Guru hendaknya dapat meningkatkan minat belajar siswa dengan
menggunakan media yang sesuai.

29
b. Guru hendaknya melibatkan siswa dalam pembelajaran
matematika.

2. Peneliti

Bagi peneliti umumnya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan


referensi dalam penelitiannya.

3. Kepala Sekolah

Laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam KKG, serta dapat
dijadikan sebagai bahan referensi untuk mengambil kebijakan.

Menyediakan media pembelajaran yang cukup untuk meningkatkan


hasil prestasi siswa.

B. Tindak Lanjut
1. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan akan dijadikan sebagai bahan
acuan perbaikan pembelajaran pada SDN 3 Plantaran Kecamatan
Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.
2. Mensosialisasikan hasil penelitian kepada Kelompok Kerja Guru (KKG)
di SDN 3 Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal
sebagai masukan dan bahan diskusi untuk dapat diimplementasikan di
berbagai pembelajaran yang lain.

30

Anda mungkin juga menyukai