Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi seorang guru memiliki peran yang lebih
kompleks dalam melaksanakan tugasnya, terutama apabila dihubungkan
dengan konteks multikultural baik secara mikro maupun secara makro.
Dalam permendiknas tahun 2008 No 41 tentang standar proses yang
menitik beratkan pada proses kegiatan Eksplorasi, Elaborasi dan
Konfirmasi ketika pembelajaran. Siswa yang aktif dalam pembelajaran dan
guru sebagai fasilitator pembelajaran. Mengacu pada hal itu pendidikan
matematika di Sekolah Dasar yang dulu berpusat pada guru kini telah
beralih fungsi, guru hanya sebagai fasilitator.
Pembelajaran matematika di SD merupakan salah satu kajian yang
selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya karakteristik khususnya
hakekat anak dan kakekat matematika. Untuk itu diperlukan adanya upaya
untuk menjembatani perbedaan dan pertentangan tersebut. Anak usia SD
sedang mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya. Selain itu
tahap perkembangan berfikir anak-anak usia SD belum formal dan relatif
konkret ditambah lagi keanekaragaman intelegensinya. Faktor-faktor itu
harus diperhatikan agar proses pembelajaran matematika di SD dapat
berhasil. Menurut Hernawan, Dkk. ( 2008:8.27) mata pelajaran
matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dengan menggunakan sombol-simbol serta ketajaman penalaran yang
dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Pelajaran matematika di Sekolah Dasar berisi bahan
pelajaran yang menekankan agar siswa mengenal, mamahami, serta mahir
menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktik kehidupan sehari-
hari.
Anak usia Sekolah Dasar pada umumnya berada pada tahap
berpikir operasional konkret, sesuai dengan tahap operasional/operasi
konkret ( usia 7 sampai 11 atau 12 ) yang mulai memahami hukum
2

kekekalan, tetapi ia belum bisa berpikir secara deduktif. ( Karso,dkk 2008 :


1.7 ). Pembelajaran matematika Sekolah Dasar , pelajaran disampaikan
dalam suasana menyenangkan, sehingga siswa belajar dengan penuh
bergairah. Kondisi dan fakta dalam sistem pendidikan kita menunjukkan
bahwa pada umumnya pelajaran matematika merupakan salah satu
pelajaran yang kurang menarik bagi siswa, bahkan siswa berasumsi bahwa
pelajaran matematika itu sulit sehingga menjadi momok bagi siswa yang
akhirnya berpengaruh pada interaksi proses belajar mengajar. Seperti kita
ketahui juga bahwa mempelajari matematika tidak boleh terpenggal-
penggal karena matematika itu akan berhubungan dengan setiap
bagiannya. Pelajaran matematika juga tidak terlepas dari berhitung
sehingga jika anak kurang menguasai kemampuan berhitung secara baik
akan memperoleh hasil yang kurang baik pula.
Tujuan mengajar matematika adalah agar pengetahuan matematika
yang disampaikan kepada anak dapat dipahami oleh anak. Dengan
demikian akan diketahui bahwa cara mengajar yang baik akan
menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Pada anak usia 7 – 11 tahun
adalah tahapan umur anak-anak yang akan memahami konsep matematika
yang dibantu dengan benda-benda konkret. Untuk itu alat peraga dan
pendekatan pembelajaran yang tepat sanagt penting peranannya dalam
membantu untuk memahami matematika yang bersifat abstrak.
Berdasarkan pengalaman peneliti dalam mengajar di kelas 2 di
Sekolah Dasar Tingkir Tengah 02 Salatiga selama ini, sebagian besar
siswa kelas II pada semester I tahun pelajaran 2013/ 2014 kurang
memahami operasi penjumlahan dan pengurangan sampai 500 terutama
untuk soal cerita. Mereka sering bertanya tentang maksud dalam soal cerita
tersebut. Apakah itu tentang penjumlahan atau pengurangan, bahkan
bertanya apakah itu pengurangan dengan cara meminjam atau apakah
penjumlahan dengan cara menyimpan siswa masih sering kebingungan
untuk membedakan apakah soal cerita tersebut termasuk operasi
penjumlahan atau pengurangan. Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi
3

pada siklus 1 ( pra siklus ) yang diberikan kepada 31 siswa kelas II hanya
34% yang telah mencapai batas ketuntasan atau KKM.
1. Identifikasi Masalah
Setelah melakukan refleksi pada pra siklus maka hasil yang
diperoleh dalam ketidakberhasilan siswa dalam memahami pelajaran
matematika, khususnya pada operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangab sampai 500 antara lain; (1) Adanya persepsi siswa bahwa
pembelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan menjadi
momok. (2) Masih rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap
konsep berhitung dalam pelajaran matematika. (3) Pada waktu latihan
siswa kurang berani untuk bertanya apabila ada materi yang kurang
dimengerti karena takut. (4) Semakin banyaknya alat-alat menghitung
yang serba modern sehingga anak malas untuk berfikir dalam
menyelesaikan suatu perhitungan. (5) Guru kurang memberi
kesempatan siswa melalui kegiatan latihan dalam menguaai materi
pelajaran matematika. (6) Guru belum menggunakan pendekatan
pembelajaran yang tepat, sehingga anak merasa bosan mengukuti
pembelajaran. (7) Penggunaan media dalam proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru belum optimal sehingga terkesan guru kurang
menguasai materi pelajaran.
Dari data yang dikumpulkan bersama, maka peneliti lebih menitik
beratkan pada pendekatan dan media yang harus digunakan dalam
melakukan PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ) ini, dan dalam
pelaksanaan pembelajaran peneliti dibantu oleh Siti Rohmah, S.Pd.SD
guru SD Negeri Tingkir Tengah 02 Salatiga sebagai teman sejawat dan
Mulyono S.Pd kepala sekolah SD Negeri Tingkir Tengah 02 sebagai
supervisor 2.
2. Analisis Masalah
Masalah yang akan di teliti dalam PTK ( Penelitian Tindakan
Kelas) ini yaitu rendahnya hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran matematika kelas II SD Negeri Tingkir Tengah 02
4

semester I tahun pelajaran 2022/2023.


Hasil belajar merupakan gambaran hasil usaha yang dilakukan oleh
guru. Dalam permendiknas tahun 2008 no 41 tentang standar proses
yang menitik beratkan pada proses kegiatan Eksplorasi, Elaborasi dan
Konfirmasi ketika pembelajaran. Siswa yang aktif dalam pembelajaran
dan guru sebagai fasilitator pembelajaran. Mengacu pada hal itu
pendidikan matematika di Sekolah Dasar yang dulu berpusat pada guru
kini telah beralih fungsi, guru hanya sebagai fasilitator.
Dengan kata lain, tujuan usaha guru diukur dengan hasil belajar
siswa. Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai ulangan harian atau
nilai – nilai lainnya. Semakin baik nilai hasil belajar siswa maka
semakin baik juga kemampuan guru dalam menyampaikan
pembelajaran dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
serta menciptakan kondisi yang nyaman bagi siswa dalam belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
suatu masalah sebagai berikut: Apakah melalui penerapan pendekatan
kontekstual dan penggunaan alat peraga benda konkret dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika operasi
penjumlahan dan pengurangan di kelas II Semseter I SD Negeri Tingkir
Tengah 02 Salatiga Tahun Pelajaran 2022/2023 ?”
C. Tujuan Penelitian Perbaikan
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk
: Meningkatkan hasil belajar siswa setelah diterapkannya pendekatan
kontekstual dan penggunaan alat peraga benda konkret dalam mata
pelajaran matematika materi operasi pemjumlahan dan pengurangan
bilangan sampai 500 pada siswa kelas II di SD Negeri Tingkir Tengah
02 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2022/2023.
Dari hasil evaluasi akhir siswa yang kurang memuaskan, maka
peneliti melakukan PTK dengan tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum Penelitian
5

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui


peningkatan hasil belajar matematika di kelas II SD Negeri Tingkir
Tengah 02 Salatiga.
2. Tujuan Khusus Penelitian
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika tentang operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai 20 dengan mempergunakan
pendekatan kontekstual dan pemakaian alat peraga benda
konkret.
b. Untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran matematika
c. Untuk mengoptimalkan benda-benda konkret yang ada di
sekitar siswa dalam pembelajaran matematika.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan penulis dapat memberikan
pengetahuan dan pengalaman baru bagi dunia pendidikan
khususnya bagi para guru dalam upaya meningkatkan hasil balajar
siswa pada mata pelajaran matematika dengan menerapkan
pendekatan kontekstual dan penggunaan alat peraga benda konkret
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dapat meningkatnya hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika
dan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan dapat
menemukan sendiri konsep-konsep dari pembelajaran yang
diajarkan sehingga ilmu yang didapat menjadi lebih bermakna
dan bermanfaat dalam kehidupan siswa dikemudian hari.
b. Bagi Guru
Mendapat pengalaman baru dalam mengatasi masalah
pembelajaran di kelas II terutama mata pelajaran matematika
6

dengan menerapkan metode yang bervariasi misalnya dengan


menerapkan pendekatan kontekstual dan penggunaan alat peraga
benda konkret. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara
menciptakan suasana atau kondisi yang menyenagkan dalam
pembelajaran matematika di dalam kelas sehingga siswa merasa
senang dalam mempelajari matematika dan pelajaran matematika
tidak menjadi momok lagi di dalam kelas.
c. Bagi Sekolah
Sebagai masukan bagi sekolah untuk mengembangkan pendekatan
kontekstual dan penggunaan alat peraga benda konkret sehingga
hasil belajar yang diperoleh siswa meningkat yang pada
akhirnya mencapai hasil secara maksimal

Anda mungkin juga menyukai