Anda di halaman 1dari 29

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


NHT PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 20
LABUHAN TAROK KECAMATAN
BUNGUS TELUK KABUNG

Oleh :
NAMA : LISA OKTAVIA
NIM : 826248622
Email : oktavialisa79@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini didasarkan pada rendahnya hasil belajar siswa kelas 2 SD
Negeri 20 Labuhan Tarok pada pelajaran Matemaika yang disebabkan
oleh kurangnya memperhatikan metode dalam proses pembelajaran,
mengakibatkan siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
sehingga nilai yang didapat oleh siswa khususnya nilai mata pelajaran
Matematika kurang memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran NHT pada mata pelajaran Matematika siswa di kelas II SD Negeri
20 Labuhan Tarok Kecamatan Bungus Teluk Kabung
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2016
dan siklus kedua pada tanggal 24 Oktober 2016. Setiap pertemuan beralokasi
waktu 4x30 menit. Setiap siklus dilalui dengan kegiatan perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi proses dan hasil belajar, serta kegiatan refleksi.
Dari hasil penelitian siklus 1 ketuntasan siswa berkisar 60 % dengan
keaktifa siswa kurang. Sesuai hasil refleksi pada siklus I maka dilanjutkan
pembelajaran pada siklus II. Hasil tes pada siklus II persentase ketuntasan siswa
86,67% dengan keaktifan siswa yang cukup baik. Sesuai dengan harapan maka
penelitian ini berhasil mengoptimalkan pembelajaran matematika pada siklus II.
Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif NHT dapat mengoptimalkan hasil hasil belajar siswa
dalam pembelajaran Matematika

Keyword: Hasil Belajar, NHT, Matematika


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kegiatan sehari-hari pada pembelajaran Matematika di SD, guru
dituntut dapat mengelola kelas guna menciptakan situasi yang kondusif bagi
kelancaran proses belajar mengajar. Tingkat kesiapan guru dalam mengajar
serta ketepatan penggunaan metode, ketepatan pemilihan media
pembelajaran merupakan faktor penunjang keberhasilan dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil tes di kelas II SDN 20 Labuhan Tarok Kecamatan
Bungus Teluk Kabung pada pelajaran Matematika, siswa yang mencapai
nilai di atas KKM (diatas 8,0) hanya 11 orang siswa dari 30 orang siswa,
sedangkan di bawah KKM (dibawah 8,0) 19 orang siswa tidak berhasil.
Peneliti merasakan adanya indikasi kurangnya memperhatikan metode
dalam proses pembelajaran, mengakibatkan siswa kurang antusias dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga nilai yang didapat oleh siswa
khususnya nilai mata pelajaran Matematika kurang memuaskan. Dalam
proses pembelajaran guru masih menerapkan model pembelajaran yang
berpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab. Padahal didalam sebuah proses pembelajaran, guru dituntut untuk
mampu mengembangkan berbagai metode pembelajaran sehingga
terciptanya suasana belajar yang aktif dan menyenangkan untuk siswa.
2. Analisis Masalah
Berdasarkah hasil identifikasi masalah diatas dapat disimpulkan
berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran Matematika di kelas II
SDN 20 Labuhan Tarok:
a. Hasil belajar Matematika siswa masih kurang
b. Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
Matematika
c. Siswa kurang memahami materi pelajaran Matematika
d. Keaktifan dalam mengerjakan soal masih rendah
e. Guru selalu mendominasi kegiatan pembelajaran.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar
Matematika yaitu dengan menggunakan pembelajaran aktif dimana siswa
ikut melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran aktif yang dapat diterapkan dalam
pelajaran Matematika di SD adalah model Cooperative learning. Salah
satu metode dari model pembelajaran Cooperative Learning adalah NHT,
dengan model pembelajaran ini siswa belajar melaksanakan tanggung
jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan
kelompoknya. Model pembelajaran ini bertujuan mendorong seluruh siswa
untuk berperan aktif dalam pembelajaran dan mengembangkan
kemampuan berkomunikasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dikemukakan
rumusan masalah dalam penelitian perbaikan pembelajaran:
“Apakah model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil pembelajaran
Matematika pada siswa di kelas II SD Negeri 20 Labuhan Tarok Kecamatan
Bungus Teluk Kabung.”
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukanan, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran NHT pada mata pelajaran Matematika siswa di kelas II SD
Negeri 20 Labuhan Tarok Kecamatan Bungus Teluk Kabung
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat antara lain:
1. Bagi siswa, Model Pembelajaran Kooperatif NHT dapat meningkatkan
hasil belajar dan keaktifan siswa baik secara individu maupun secara
kelompok dalam pembelajaran Matematika.
2. Bagi Guru, Model Pembelajaran Kooperatif NHT dapat dijadikan
sebagai model pembelajaran yang dapat diterapkan dan dapat dijadikan
salah satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar SD
Negeri 20 Labuhan Tarok
3. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini menjadi landasan dan pantauan dalam
rangka menindaklanjuti penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih
luas.
4. Dapat sebagai bahan renungan bagi semua pihak yang bermaksud untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Hasil Belajar


1. Definisi Belajar
Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar
sebagai berikut. Sntrock dan Yussen (dalam Sugihartono, 2007:74)
mengemukakan bahwa belajar merupakan sebagai perubahan yang relatif
permanen karena adanya pengalaman. Sugihartono (2007:74)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Slameto (2003:2) mengemukakan belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan definisi belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar siswa.
Muhabbibin Syah (2003:144) menyebutkan tiga faktor yang
mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal, eksternal dan
pendekatan belajar.
a. Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
belajar yang berasal dari siswa belajar. Faktor dari dalam (internal)
meliputi dua aspek, fisiologi dan psikologis.
1) Fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan
kondisi panca indra.
2) Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat,
motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.
b. Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi
lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
1) Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama
manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak
langsung hadir. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi
belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah,
sekolah dan masyarakat.
2) Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar,
cuaca, lokasi gedung sekolah dan alat-alat pembelajaran.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya
belajar yang meliputi strategi, model dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran.
3. Hasil Belajar
Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana , 2010:22-31) mengemukakan
secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat
rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: Pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari
lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana
sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut : Reciving/ attending
(penerimaan), Responding (jawaban), Valuing (penilaian), Organisasi,
Karaakteristik nilai atau internalisasi nilai
c. Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan
keterampilan, yakni:
1) Gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
pada keterampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
B. Tinjauan tentang Pembelajaraan Matematika di SD
1. Definisi Matematika
Antonius Cahya Prihandoko (2006: 1) mengemukakan matematika
merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-
ilmu lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak
diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul
dan benar sejak dini. Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika
merupakan suatu rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun
berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan menjadi dasar bagi
konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah terhadap
suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsep-
konsep selanjutnya.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
mengenai definisi matematika. Matematika adalah kumpulan ide-ide yang
bersifat abstrak, dengan struktur-struktur deduktif, mempunyai peran yang
penting dalam pengembangan ilmu-ilmu lain.
2. Pembelajaran Matematika di SD
Matematika sangat diperlukan dalam kehidupan manusia, maka
matematika perlu diajarkan bagi siswa SD. Sesuai dengan kurikulum 2006
KTSP, disebutkan tujuan mata pelajaran matematika di SD (Riyanto
Dwidasih dkk, 2006: 4) adalah:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika tersebut, dapat
dimengerti bahwa matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung,
tetapi siswa juga dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah
dalam hidup ini. Maka, pembelajaran matematika di SD perlu dirancang
sebaik mungkin agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
C. Tinjauan tentang Model Pembelajaraan NHT
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas
bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok
(Solihatin, E., dan Rahardjo dalam Taniredja, 2011: 56). Dari beberapa
pendapat oleh para ahli tentang cooperative learning yang telah
dikemukakan di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran berkelompok dengan memperhatikan
keragaman anggota kelompok sebagai wadah siswa untuk bekerjasama
dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman
sebayanya, memberikan kesempatan pada para peserta didik untuk
mempelajari suatu dengan yang baik pada yang bersamaan dan ia menjadi
narasumber bagi teman yang lain.
2. Model Pembelajaran NHT
Menurut Trianto (2009: 82), NHT merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Sedangkan Huda (2011: 3) menyatakan bahwa model NHT memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan dapat meningkatkan
kerjasama siswa.
Pada model pembelajaran NHT setiap siswa dalam kelompok
diberikan sebuah nomor yang berbeda, sehingga untuk mewakili
presentasi di depan kelas guru hanya memanggil nomor-nomor tersebut.
Salah satu nomor yang dipanggil untuk mewakili kelompoknya
memberikan jawaban secara bergantian, tetapi siswa yang akan mewakili
kelompoknya tidak diberitahukan terlebih dahulu.
Upaya dalam menerapkan metode diskusi kelompok yang inovatif
agar dengan metode diskusi kelompok tersebut semua siswa itu bisa ikut
terlibat langsung untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan
dalam kegiatan diskusi serta tidak terjadi saling mengandalkan satu sama
lain diantara anggota kelompoknya sehingga semua siswa akan aktif
berpikir dan behasil dalam aktivitas pembelajarannya. Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif NHT (Numbered Heads Together)
adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar.
Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa,
yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan
suatu masalah. Ibrahim (2000: 28) mengemukakan tiga tujuan yang
diharapkan tercapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT
yaitu :
a. Prestasi belajar akademik stuktural, ini bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b. Pengakuan adanya keragaman, ini bertujuan agar siswa dapat
menerima teman - temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang yang berbeda.
c. Pengembangan keterampilan sosial, ini bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Berdasarkan pengertian di atas model pembelajaran Numbered Head
Together (NHT) adalah pembelajaran kelompok untuk bekerja sama dalam
memahami dan menguasai isi materi yang diberikan oleh pendidik.
Menurut Spencer Kagan dalam Aqib (2013:18-19) langkah-langkah
pembelajaran menggunakan model Numbered Head Together (NHT)
sebagai berikut :
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok
mendapatkan nomor.
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain.
6) Kesimpulan.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian


1. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas II SD Negeri 20 Labuhan Tarok yang
berjumlah 30 orang siswa. Alasan penulisan mengambil siswa kelas II ini
sebagai subjek penelitian adalah karena penulis mengajar di kelas tersebut.
2. Tempat Penelitian
Proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan disekolah
tempat penulis mengabdi yaitu mengajar di SD Negeri 20 Labuhan Tarok
Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang.
3. Waktu Penelitian
Proses pelaksanaan dan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SD
Negeri 20 Labuhan Tarok Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang.
Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran untuk setiap pertemuan
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

Mata
No Hari / Tanggal Waktu Siklus
Pelajaran

1. Senin, 10 Oktober 2016 Matematika 08.00-10.00 Pra Siklus

2. Jumat, 14 Oktober 2016 Matematika 08.00-10.00 Siklus 1

3. Senin, 24 Oktober 2014 Matematika 08.00-10.00 Siklus 2

4. Pihak yang Membantu

Dalam penyusunan penelitian perbaikan pembelajaran ini,


khususnya dalam pelaksanaan siklus, peneliti dibantu oleh Kepala
Sekolah, dan Teman sebaya sebagai pengamat. Hal ini, bertujuan agar
penelitian dapat terlaksana seoptimal mungkin dengan hasil yang sejujur
mungkin.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan hasil
belajar siswa dengan Mata Pelajaran Matematika menggunakan Metode
Pembelajaran NHT, yang dilaksanakan dalam dua siklus, meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan perbaikan, pengamatan data, refleksi dalam
pelaksanaan perbaikan pembelajaran Matematika.

Berikut ini adalah desain dari setiap kegiatan pelaksanaan.

1. Pembelajaran Siklus Pertama.


a) Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan oleh peneliti dalam upaya perbaikan
pembelajaran adalah menggunakan model pembelajaran NHT dengan
menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung
pembelajaran. Menurut Resmini (dalam Koswara, 2003:7), rancangan
tindakan harus disusun dengan memperhatikan: (1) tujuan
pembelajaran, (2) prosedur pelaksanaan, (3) bahan dan isi
pembelajaran, (4) kriteria pencapaian dan (5) format evaluasi yang
digunakan.
b) Pelaksanaan
Kegiatan perbaikan ini terbagi menjadi dua tahap yaitu studi
pendahuluan dan pelaksanaan perbaikan. Pada tahap pelaksanaan
perbaikan siklus 1 mata pelajaran Matematika tentang menentukan
lama waktu dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2016 pada
semester 1 tahun ajaran 2016/2017. Studi pendahuluan dilakukan
tujuan untuk mencari data awal yang ada di lapangan. Data awal yang
ditemukan akan dijadikan sebagai bahan untuk merencanakan
tindakan yang berkaitan dengan perencanaa tindakan dan memeriksa
kendala-kendala. Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 10
Oktober 2016. Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pengamatan
berkaitan proses PBM terutama bidang study Matematika.
Selanjutnya peneliti mendiskusikan hasil perolehan pengamatan
bersama guru lain sebagai observer, dari hasil pengamatan diperoleh
identifikasi dan rumusan hambatan-hambatan yang ditemui dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran serta rumusan alternatif tindakan
yang sekiranya dapat dilakukan dalam memecahkan hambatan-
hambatan itu.
Rincian kegiatan yang akan dilaksanakan pada pembelajaran siklus1
adalah sebagai berikut:
1) Pendahuluan ( ± 10 menit )
a. Menyiapkan kondisi kelas untuk mengikuti pembelajaran.
b. Appersepsi : menyanyikan lagu yang berjudul “ Anak
Gembala”
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti (± 150 menit )
Pada awalnya guru melakukan proses PBM seperti biasa namun
pada mata pelajaran Matematika guru menggunakan model
pembelajaran NHT dengan langkah sebagai berikut:
a. Guru menerangkan cara mencari lama waktu berdasarkan
cerita
b. Guru mengelompokkan siswa dengan cara memberi siswa
nomor .
c. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 3 orang.
d. Pemberian nomor dilakukan dengan menyuruh siswa
manghitung 1 sampai 3, terus diulang sampai semua siswa
mendapat nomor .
e. Guru membagikan LKS yang sudah disiapkan dan tugas
diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya
f. Siswa disuruh bekerjasama antar kelompok, menjelaskan
kepada anggota kelompok yang kurang mengerti
g. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung
bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain
untuk saling membantu atau mencocokan hasil kerjasama
mereka
h. Setiap kelompok mengadakan presentasi dan kelompok lain
memberikan tanggapan.
i. Guru bersama-sama siswa mengadakan penilaian
3) Penutup ( ± 15 menit)
a. Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang
telah dibahas bersama
b. Siswa diberikan tes akhir ( post tes ) oleh guru
c. Guru menyampaikan pesan moral kepada siswa.
c) Pengamatan
Kegiatan pada siklus 1 ini dilakukan dengan menggunakan berbagai
teknik diantaranya observasi (pengamatan), catatan lapangan, dan
dokumentasi. Observasi dilakukan untuk mengamati latar kelas dan
aktivitas belajar mengajar yang dilakukan sehingga prilaku guru dan
siswa terpantau, dengan menggunakan format yang telah disediakan
adapun fokus observasi adalah penampilan guru selama mengajar dan
aktifitas siswa selama belajar. Observasi dilakukan secara bersama-
sama secara kolaboratif oleh pelaksana dan observer. Catatan
lapangan pada dasarnya berisi deskripsi atau paparan tentang latar
kelas dan aktvitas pembelajaran. Catatan terutama tentang interksi
belajar mengajar baik guru-siswa maupun siswa-siswa. Supervisor
mencatat temuannya untuk dimusyawarahkan dengan praktisi demi
perbaikan pada siklus selanjutnya apabila ditemukan hasil yang
kurang memuaskan. Analisis data dilakukan secara bertahap, pertama
dengan menyeleksi dan mengelompokan, kedua dengan memaparkan
atau mendeskripsikan data, dan terakhir menyimpulkan atau memberi
makna.
d) Refleksi
Setelah dilakukan pengamatan pelaksana dan observer melakukan
refleksi atau evaluasi diri terhadap pembelajaran untuk siklus 1 yang
telah dilaksanakan, pada tahap ini hasil observasi berupa data proses
maupun data hasil dikumpulkan dan dianalisis. Dalam analisis data,
peneliti melihat hasil tes, LKS, dan rencana pembelajaran sejauh mana
instrumen sudah memenuhi pembelajaran yang diharapkan. Bila
ditemukan kekurangan dalam kegiatan pembelajaran pada suatu siklus
maka dilaksanakan perfleksian sehingga dapat ditemukan cara untuk
memperbaikinya. Hasil refleksi ini digunakan sebagai landasan untuk
melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran disiklus
berikutnya.
Berdasarkan diskusi dengan supervisor tentang pembelajaran siklus 1
diperoleh hasil refleksi
No Permasalahan Perbaikan

1. Dalam pelaksanaan tugas Guru akan memberikan motifasi


kelompok masih ada siswa kepada siswa dan penejalasan
yang tidak aktif agar siswa semua aktif dalam
pelaksanaan tugas kelompok

2. Kemampuan siswa dalam Perobahan cara pembagian


kelompok tidak beragam kelompok siswa berdasarkan
kemampuan akademik

2. Pembelajaran Siklus Kedua.


a) Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus kedua didasarkan pada hasil
refleksi yang dilakukan pada siklus kesatu. Materi pada siklus kedua
ini adalah tentang mengenal alat ukur panjang dan membandingkan
panjang benda. Pada siklus kedua perencanaan tidak terlalu beda
dengan pembelajaran siklus kedua, hanya pada siklus kedua ini guru
lebih memaksimalkan dalam bimbingan setiap kegiatan baik secara
individual, klasikal maupun kelompok, sehingga anak lebih aktif
dalam tugas kelompok yang pada akhirnya akan menimbulkan masa
ingat yang lebih lama (retention spam)
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2016
dengan lebih memaksimalkan kerja kelompok melalui model
pembelajaran NHT. Adapun rincian pelaksanaan kegiatan
pembelajaran siklus kedua adalah:
1) Pendahuluan ( ± 10 menit )
a. Menyiapkan kondisi kelas untuk mengikuti pembelajaran.
b. Appersepsi : menyanyikan lagu yang berjudul “ Dua Tangan
Saya”
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti (± 150 menit )
Pada awalnya guru melakukan proses PBM seperti biasa namun
pada mata pelajaran Matematika guru menggunakan model
pembelajaran NHT dengan langkah sebagai berikut:
a. Guru mengelompokkan siswa dengan cara memberi siswa
nomor. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 3
orang dengan kemampuan akademik yang beragam. Pemberian
nomor dilakukan dengan menyuruh siswa manghitung 1
sampai 3, terus diulang sampai semua siswa mendapat nomor.
b. Tugas diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya
terhadap tugas yang berangkai yaitu:
1. Siswa bernomor 1 bertugas menulis nama nama benda
yang ada di kelas
2. Siswa bernomor 2 bertugas membandingkan panjang benda
yang ada dikelas
3. Siswa bernomor 3 bertugas mempresentasikan
c. Siswa disuruh bekerjasama antar kelompok, siswa disuruh
keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa
siswa bernomor sama dari kelompok lain untuk saling
membantu atau mencocokan hasil kerjasama mereka.
d. Setiap kelompok mengadakan presentasi dan kelompok lain
memberikan tanggapan.
e. Guru bersama-sama siswa mengadakan penilaian
3) Penutup
a) Pada kegiatan ini guru mengajak siswa bersama-sama
menyimpulkan pelajaran hari ini yaitu tentang alat ukur dan
membandingkan panjang benda.
b) Guru melakukan refleksi (bagaimana kekompakan serta
kerjasama) terhadap kegiatan kerja kelompok yang telah
dilakukan.
c) Guru memberikan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk PR
d) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya dan meminta siswa belajar di rumah.
e) Guru mengakhiri pelajaran dengan cara memberikan nasehat
agar siswa rajin belajar baik di sekolah maupun di rumah
serta diakhiri dengan do’a dan salam
c) Pengamatan
Proses pengamatan pada siklus kedua tidak berbeda dengan siklus
kesatu, karena menggunakan format yang sama dan dilakukan oleh
orang yang sama pula. Pada pengamatan siklus kedua dalam
pengamatan penampilan guru ditekankan pada pembagian kelompok
dengan kemampuan akademik yang merata, metode dan bimbingan
yang dilakukan oleh guru. Dalam kegiatan pengamatan ini diamati
apakah semua indikator yang tidak muncul pada siklus 1 dan
direncanakan akan dilaksanakan pada siklus 2 sudah muncul dan
apakah partisipasi anak dalam belajar meningkat pada saat perbaikan
siklus 2
d) Refleksi
Setelah pelaksanaan pembelajaran siklus kedua peneliti bersama
observer melakukan refleksi. Dibawah ini disajikan hasil refleksi
siklus kedua
No Keadaan siklus 1 Langkah yang sudah dilaksanakan
1. Kemampuan akademik Pembagian kelompok sudak
setiap kelompok tidak dilakukan dengan memperhatikan
merata kemampuan akademik
2. Dalam pelaksanaan tugas Guru akan memberikan motifasi
kelompok masih ada siswa kepada siswa dan penejalasan agar
yang tidak aktif siswa semua aktif dalam
pelaksanaan tugas kelompok
dengan memaksimalkan dalam
bimbingan setiap kegiatan baik
secara individual, klasikal maupun
kelompok

C. Teknik Analisis Data


1. Data dan Sumber
a. Data penelitian
Data penelitian berupa hasil pengamatan dan data hasil belajar
dari setiap tindakan perbaikan pada pembelajaran Matematika
dengan menggunakna Model Pembelajaran NHT pada siswa kelas II
SD Negeri 20 Labuhan Tarok, data tersebut seperti :
1) Pelaksanaan pemebelajaran yang berhubungan dengan interaksi
antara siswa guru dan antara siswa dengan siswa
2) Evaluasi dalam pembelajaran Matematika berupa evaluasi hasil
b. Sumber data
Sumber data penelitian dalam proses belajar mengajar dalam
mata pelajaran Matematika dengan menggunakan Model
Pembelajaran NHT di kelas II diporoleh dari subjek yang diteliti
yakni guru dan siswa kelas II SD Negeri 20 Labuhan Tarok.
2. Instrument Penelitian
Untuk mengumpulkan data-data selama perbaikan penelitian,
peneliti menggunakan instrument sebagai berikut:
a. Lembar Observasi
Kegiatan observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu, yaitu
untuk mengumpulkan data–data hasil perbaikan. Lembar observasi
terhadap guru sebagai peneliti adalah jurnal yang telah disediakan
oleh UT yang digunakan untuk mengobservasi guru selama proses
pembelajaran. Lembar observasi untuk siswa sebagai subyek
penelitian dibuat oleh guru yang digunakan untuk observasi aktivitas
siswa selama proses pembelajaran.
b. Lembar tes / soal – soal tes
Untuk mengetahui hasil perbaikan pembelajaran, data- data
dikumpulkan melalui hasil tes pembelajaran. Tes pembelajaran berupa
soal–soal tes yang disusun dalam RPP (Rencana Perbaikan
Pembelajaran) setiap siklus.
c. LKS ( Lembar kerja Siswa)

3. Analisis Data
Analisis data yang disajikan bersumber data kuantitatif dan kualitatif.
Data kuantitatif bersumber dari hasil lembar kerja siswa (LKS) dan
evaluasi, sedangkan data kualitatif bersumber dari lembar observasi dan
catatan lapangan. Dari hasil LKS dan evaluasi, apabila hasil siswa di
bawah dari KKM mata pelajaran matematika di kelas II SDN 20 Labuhan
Tarok, maka penulis perlu melakukan perbaikan pembelajaran untuk
siklus berikutnya.
Data kualitatif bersumber dari lembar observasi yang dilakukan oleh
teman sejawat, selama pembelajaran digunakan sebagai refleksi untuk
membuat pembelajaran pada siklus selanjutnya.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Deskripsi per Siklus


a) Siklus l
1) Perencanaan
Peneliti dengan teman sejawat berdiskusi mendindaklanjuti
dari refleksi pra siklus untuk menentukan langkah-langkah
penyusunan RPP siklus I dengan mengimplikasikan pembelajaran
model NHT ( Numbered Heads Together ). Langkah–langkah
pembelajaran terlampir pada laporan ini.
2) Pelaksanaan
Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan teman
sejawat maka pada tanggal 14 Oktober 2106 perbaikan
pembelajaran dilaksanakan. Langkah–langkah pembelajaran
terlaksana sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran siklus I.
Pada kegiatan awal guru telah mempersiapkan siswa 100% bisa
mengikuti pelajaran. Selanjutnya pembelajaran berlangsung sesuai
dengan kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan.
Kegiatan pembelajaran matematika diakhiri dengan pelaksanaan tes
formatif, penilaian dan analisis nilai yang hasilnya terlampir pada
laporan ini.
Tabel 4.1
Data Rentang Nilai Sebelum Perbaikan
No. Rentang Nilai Jumlah Siswa
1 30-39 3
2 40-49 4
3 50-59 3
4 60-69 7
5 70-79 2
6 80-89 6
7 90-100 5
JUMLAH 30
Berdasarkan tabel atas dari 30 siswa hanya 11 siswa yang tuntas (
36,67% ), sedangkan 19 siswa belum tuntas belajar (63,33%). Nilai
sebelum perbaikan pembelajaran tergambar dengan grafik sebagai
berikut :
Grafik Data Rentang Nilai Sebelum Perbaikan
8

6
Jumalah siswa

0
30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
Rentang nilai

Berdasarkan grafik diatas, nilai sebelum perbaiakan pembelajaran


hanya mempunyai ketuntasan 36,67 % dengan KKM 80. Grafik
tertinggi perolehan nilai 60-69, sedangkan grafik terendah
perolehan nilai 70-79.
Setelah diadakan perbaikan siklus I, maka data rentang nilai
formatifnya sebagai berikut :
Tabel 4.2
Data Rentang Nilai Siklus 1
No. Rentang Nilai Jumlah Siswa
1 30-39 -
2 40-49 2
3 50-59 2
4 60-69 3
5 70-79 5
6 80-89 10
7 90-100 8
JUMLAH 30
Dari rentang nilai pada tabel diatas terjadi peningkatan yaitu 36,67%
ketuntasan sebelum siklus menjadi 60% pada siklus I. Peneliti
gambarkan pada grafik sebagai berikut :
Grafik Data Rentang Nilai Siklus 1
12

10

8
Jumalah siswa

0
30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
Rentang nilai

Berdasarkan data-data di atas terlihat adanya peningkatan pemahaman


siswa terhadap materi lama waktu sebagai perbandingan pada
pembelajaran Siklus I.
a. Peningkatan dapat diuraikan sebagai berikut:
- Sebelum perbaikan pembelajaran dari 30 siswa hanya 11 siswa
yang mencapai ketuntasan belajar atau 36,67%, sedangkan 19
siswa atau 63,33 % belum tuntas belajar.
- Pada perbaikan pembelajaran siklus I, dari 30 siswa terdapat 18
siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 60%, sedangkan 12
siswa atau 40 % belum tuntas belajar.
- Pemahaman siswa terhadap materi lama waktu dari sebelum
perbaikan dibanding setelah perbaikan pembelajaran siklus I
mengalami peningkatan yang signifikan. Dari 36,67% menjadi
60% atau mengalami peningkatan 23,33%.
b. Dari observasi teman sejawat diperoleh data sebagai berikut:
- Kerja sama dalam berdiskusi belum optimal
- Latihan berulang-ulang (drill) perlu ditingkatkan.
3) Menentukan instrument pengamatan
Ada dua macam instrument pengamatan yang digunakan dalam
pembelajaran siklus l, yaitu lembar penilaian dan lembar observasi
sistematis
1. Lembar Penilaian
Lembar penilaian digunakan peneliti untuk menulis hasil nilai siswa
yang diperoleh dalam kegiatan tes formatif
2. Lembar Observasi Sistematis
Format observasi yang digunakan teman sejawat untuk mengamati
kinerja peneliti adalah lembar observasi sistematis. Dalam format
observasi dicantumkan aspek-aspek yang menjadi fokus pengamatan,
dimana aspek–aspek yang diobservasi tersebut ditetapkan berdasarkan
hasil kesepakatan antara peneliti dengan teman sejawat.
4) Refleksi
Setelah proses pembelajaran siklus l berakhir dan data nilai tes akhir
yang diperoleh siswa dianalisis, ternyata menunjukan bahwa
pembelajaran siklus l masih gagal, oleh karena itu peneliti mencoba
mengingat kembali kejadian–kejadian yang muncul yang menyebabkan
gagalnya pembelajaran siklus l.
Hasil refleksi yang dilakukan peneliti dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Siswa tidak focus pada pembelajan, sebagian siswa ada yang bercanda
dengan teman-temannya.
b. Dalam berdiskusi kelompok ada siswa yang hanya mengandalkan
temannya saja.
Dari hasil renungan tersebut, muncul gagasan peneliti untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Matematika
dengan materi mengenal alat ukur dan perbandingan panjang benda.
Gagasan–gagasan peneliti yang akan dilaksanakan pada pembelajaran
siklus ll adalah sebagai berikut :
1. Merancang kembali pembelajaran dengan menetapkan penggunaan
model pembelajaran NHT semaksimal mungkin
2. Guru memberi arahan kepada siswa agar dapat bekerjasama yang baik
dalam berdiskusi.
3. Meningkatkan pemberian motivasi pada siswa dengan cara
memberikan penghargaan yang dapat menimbulkan kebanyakan pada
diri anak, baik secara verbal maupun non verbal.
4. Guru memberi motivasi serta kesempatan bertanya kepada siswa
b) Siklus ll
1. Perencanaan
Peneliti dengan teman sejawat berdiskusi mendindaklanjuti dari
refleksi siklus I untuk menentukan langkah-langkah
penyusunan RPP siklus II dengan kembali mengimplikasikan
pembelajaran model NHT (Numberd Heads Together). Langkah –
langkah pembelajaran terlampir pada laporan ini. Untuk melakukan
pengamatan, peneliti juga membuat lembar observasi agar teman
sejawat sebagai pengamat mempunyai fokus pengamatan sehingga
tidak keluar dari tujuan pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan teman sejawat
maka pada tanggal 24 Oktober 2016 perbaikan pembelajaran
dilaksanakan. Langkah–langkah pembelajaran terlaksana sesuai
dengan rencana perbaikan pembelajaran siklus I. pada kegiatan awal
guru telah mempersiapkan siswa 100% bisa mengikuti pelajaran.
Selanjutnya pembelajaran berlangsung sesuai dengan kegiatan belajar
mengajar yang telah direncanakan. Semua berjalan cukup lancar,
tanya jawab, diskusi kelompok meningkat. Kegiatan pembelajaran
diakhiri dengan pelaksanaan tes formatif, penilaian dan analisis nilai
yang hasilnya terlampir tabel dibawah ini.
Tabel 4.3
Data Rentang Nilai Siklus II
No. Rentang Nilai Jumlah Siswa
1 30-39 -
2 40-49 -
3 50-59 1
4 60-69 1
5 70-79 2
6 80-89 16
7 90-100 10
JUMLAH 30
Dari rentang nilai pada table diatas terjadi peningkatan yang
signifikan untuk perolehan nilai ketuntasan belajar pada siklus II yaitu
86,6%, peneliti gambarkan pada grafik sebagai berikut :
Grafik Data Rentang Nilai Siklus II
18
16
14
12
Jumalah siswa

10
8
6
4
2
0
30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
Rentang nilai

3. Pengamatan
Instrument yang digunakan dalam pembelajaran siklus II ada tiga
macam yaitu :
a) Lembar Penilaian
Lembar penilaian digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data
nilai tes formatif yang diperoleh siswa.
b) Lembar Observasi Sistematis
Format observasi yang digunakan teman sejawat untuk mengamati
kinerja peneliti adalah lembar observasi sistematis. Aspek – aspek
yang menjadi fokus pengamatan ditetapkan berdasarkan hasil
diskusi dan kesepakatan antara peneliti dengan teman sejawat.
4. Refleksi
Setelah proses pembelajaran siklus II berakhir dan nilai tes akhir
dianalisis, peneliti mencoba mengingat kembali kejadian-kejadian
yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung.
Hasil dari refleksi yang dilakukan peneliti dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Tetap saja ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran dan ada
siswa yang belum bisa mencapai ketuntasan karena faktor
kelemahan berfikir.
b. Siswa lebih antusias atau termotivasi di dalam mersepon materi
pelajaran yang disampaikan guru. Hal ini terbukti dengan
banyaknya siswa yang sudah berani mengajukan pertanyaan
tentang materi yang belum dipahami.
c. Peran serta dalam diskusi sudah cukup baik, diskusi berjalan
dengan lancar, dengan sistematis sesuai denagn aturan yang telah
ditentukan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Untuk mengetahui adanya kemajuan belajar yang dimiliki oleh siswa dalam
proses pembelajaran perlu diadakan tes formatif. Tes ini diberikan sesudah
satu kegiatan atau unit belajar deselesaikan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan siswa
dalam pelajaran.
1. Siklus I
Pada perbaikan siklus I terjadi penigkatan signifikan dengan hasil belajar
sebelum perbaikan. Dari rata-rata kelas 69,83 sebelum perbaikan menjadi
78,9 pada perbaikan siklus I . Jumlah siswa yang tuntas 11 siswa sebelum
perbaikan menjadi 18 siswa pada perbaikan siklus I. Setelah dipresentase
36,67% sebelum perbaikan menjadi 60% pada siklus I. Dari hasil
observasi juga diketahui bahwa aktifitas guru dan siswa juga mengalami
banyak sekali perubahan yang menuju pada perbaikan.
2. Siklus II
Pada perbaikan siklus II dengan hasil yang diperoleh dalam bentuk nilai
formatif bahwa pembelajaran mengalami peningkatan. Dari rata-rata kelas
78,9 menjadi 86,1 ini berarti pembelajaran siklus II mengalami
peningkatan 7,2. Prosentase ketuntasan mencapai 86,67%. Pembelajaran
siklus II diakhiri dengan pembelajaran tuntas. Peneliti merasa telah
berhasil mencapai nilai ketuntasan pembelajaran.
Perbandingan prosentase ketuntasan antara pra siklus dengan perbaikan
siklus I dan perbaikan siklus II peneliti sajikan dalam table dan grafik sebagai
berikut :
Table 4
Rekapitulasi nilai tes formatif
Pra Siklus Siklus I Siklus II
No Blm Blm Blm
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas
63,33% 36,67% 40% 60% 13,33% 86,67%

Grafik Perbandingan Presentase

100.00%
90.00% 87%

80.00%
Persentase Ketuntasan

70.00% 63.33%
60.00%
60.00%
50.00%
40.00% Belum Tuntas
40.00% 36.67%
Tuntas
30.00%
20.00% 13%
10.00%
0.00%
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Siklus
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Atas dasar perubahan masalah dengan disertai penyajian langkah- langkah
pembelajaran, serta melakukan komparasi data nilai tes akhir pembelajaran
Matematika dengan Tema Kesehatan dan Lingkungan, ternyata ada
perbedaan yang cukup signifikan antara pembelajaran siklus I dengan
pembelajaran siklus II. Oleh karena itu peneliti dapat menyimpulkan bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran NHT ( Numberd Heads Together )
maka aktivitas guru dan siswa lebih kondusif serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan Tema Kesehatan dan
Lingkungan siswa kelas II semester I SD Negeri 20 Labuhan Tarok,
Kecamatan Bungus Teluk Kabung Tahun Pelajaran 2016/2017.

B. Saran
1. Untuk meningkatkan pemahaman siswa guru hendaknya selalu
mengembangkan kreatifitas yang dimiliki berkaitan dengan pemilihan
metode dan alat peraga yang tepat. Sehingga pembelajaran yang diadakan
dapat menyenangkan, tidak menoton, dan tidak membosankan bagi siswa.
2. Agar penguasaan metode dan alat peraga lebih meningkat seyogyanya
guru mengembangkan wawasan sesuai dengan perkembangan dunia
pendidikan dewasa ini.
3. Beberapa cara yang efektif bagi guru untuk mengembangkan kreatifitas
adalah melalui Kelompok Kerja Guru (KKG), penataran, penguasaan
tehnologi komputer, dan lain-lain.
4. Dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) hendaknya terjadi sharing, tukar
pendapat, berbagi pengalaman yang menyangkut kesulitan dan temuan
baru dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen penelitian. Jakarta : Rineka Cipta


Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya
Eko Putro W (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA
Press
M. Ngalim Purwanto. (2002). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Miftahul Huda. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan
Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Prihandoko Antonius Cahya. (2006). Memahami Konsep Matematika Secara
Benar Dan Menyajikannya Dengan Menarik. Jakarta: Depdiknas
Riyanto Dwidasih dkk. (2006). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pedidikan
Sekolah Dasar. Yogyakarta: Dinas Pendidikan Propinsi DIY
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Depok : PT. Rajagrafindo Persada.
Sugihartono, dkk (2007) Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : UNY Press
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sudjana Nana (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Suratinah Tirtonegoro (2001). Anak Super Normal dan Program Pendidikannya.
Jakarta: Bina Aksara
Syaiful Bahri Djamarah (1996). Psikologi Belajar. Bandung: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai