Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan wadah untuk mencetak sumber daya manusia
yang berkualitas. Kebutuhan akan pendidikan yang baik yang mampu
meningkatkan kualitas bangsa semakin dapat dirasakan manfaatnya. Otonomi
di bidang pendidikan memberikan kesempatan dan wewenang kepada kita
untuk melakukan berbagai inovasi dalam pengembangan pembelajaran.
Terhadap hal ini hendaknya kita menyikapi secara positif sebagai bentuk
mengetengahkan tanggung jawab sebagai pendidik. Dimana pendidik adalah
bagian dari komponem pendidikan yang meliputi tujuan pendidikan, peserta
didik, lingkungan, dan alat pendidikan.
Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kapada Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh,
cerdas, kreatif, produktif serta sehat jasmani dan rohani. Sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional tersebut dan selaras dengan tuntutan zaman maka
peningkatan kualitas pendidikan merupakan sesuatu yang dianggap penting.
Peningkatan kualitas pendidikan sendiri tidak terlepas dari peningkatan
kualitas pembelajaran, karena sumber daya manusia muncul melalui proses
pembelajaran.
Pendidikan dasar yang dilaksanakan di SD bertujuan untuk memberi
bekal kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung. Pengetahuan dan
ketrampilan yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan
di SLTP Pembelajaran di sekolah dasar sesuai dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang memuat 8 mata pelajaran termasuk di
dalamnya adalah Matematika. Dalam kegiatan sehari-hari pada pembelajaran
Matematika di SD, guru dituntut dapat mengelola kelas guna menciptakan
situasi yang kondusif bagi kelancaran proses belajar mengajar. Mulai dari
2

merencanakan progam pembelajaran sampai pelaksanaan evaluasi dan


menguasai materi Matematika yang diajarkannya. Guru sebagai evaluator
diharapkan benar-benar mampu memanfaatkan fungsi evaluasi sebagai
umpan balik guru dan sekolah dalam menjabarkan kurikulum dalam bahan
pelajaran. Tingkat kesiapan guru dalam mengajar serta ketepatan penggunaan
metode, ketepatan pemilihan media pembelajaran merupakan faktor
penunjang keberhasilan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
1. Identifikasi Masalah
Penilaian dilakukan guru guna mengetahui tingkat kemampuan siswa
dalam penguasaan materi pembelajaran. Indikator untuk menentukan
berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dilakukan biasanya ditentukan
dengan nilai. Berdasarkan hasil tes di kelas II SDN 20 Labuhan Tarok
Kecamatan Bungus Teluk Kabung pada pelajaran Matematika, siswa yang
mencapai nilai di atas KKM (diatas 8,0) hanya 11 orang siswa dari 30
orang siswa, sedangkan di bawah KKM (dibawah 8,0) 19 orang siswa
tidak berhasil. Peneliti merasakan adanya indikasi kurangnya
memperhatikan metode dalam proses pembelajaran, mengakibatkan siswa
kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga nilai
yang didapat oleh siswa khususnya nilai mata pelajaran Matematika
kurang memuaskan. Dalam proses pembelajaran guru masih menerapkan
model pembelajaran yang berpusat pada guru dengan menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab. Padahal didalam sebuah proses
pembelajaran, guru dituntut untuk mampu mengembangkan berbagai
metode pembelajaran sehingga terciptanya suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan untuk siswa.
2. Analisis Masalah
Berdasarkah hasil identifikasi masalah diatas dapat disimpulkan
berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran Matematika di kelas II
SDN 20 Labuhan Tarok:
a. Hasil belajar Matematika siswa masih kurang
3

b. Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran


Matematika
c. Siswa kurang memahami materi pelajaran Matematika
d. Keaktifan dalam mengerjakan soal masih rendah
e. Guru selalu mendominasi kegiatan pembelajaran.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar
Matematika yaitu dengan menggunakan pembelajaran aktif dimana siswa
ikut melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran. Belajar aktif
merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan menarik minat
siswa untuk belajar. Dalam proses pembelajaran aktif yang paling penting
bagi siswa perlu memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-
contoh, mencoba keterampilan-keterampilan, dan mengerjakan tugas-
tugas, yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau
yang akan dicapai.
Salah satu model pembelajaran aktif yang dapat diterapkan dalam
pelajaran Matematika di SD adalah model Cooperative learning. Model
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Salah satu metode dari
model pembelajaran Cooperative Learning adalah NHT, dengan model
pembelajaran ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya
dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Model
pembelajaran ini bertujuan mendorong seluruh siswa untuk berperan aktif
dalam pembelajaran dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dikemukakan
rumusan masalah dalam penelitian perbaikan pembelajaran:
4

“Apakah model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil pembelajaran


Matematika pada siswa di kelas II SD Negeri 20 Labuhan Tarok Kecamatan
Bungus Teluk Kabung.”
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukanan, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran NHT pada mata pelajaran Matematika siswa di kelas II SD
Negeri 20 Labuhan Tarok Kecamatan Bungus Teluk Kabung
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat antara lain:
1. Bagi siswa, Model Pembelajaran Kooperatif NHT dapat meningkatkan
hasil belajar dan keaktifan siswa baik secara individu maupun secara
kelompok dalam pembelajaran Matematika.
2. Bagi Guru, Model Pembelajaran Kooperatif NHT dapat dijadikan
sebagai model pembelajaran yang dapat diterapkan dan dapat dijadikan
salah satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar SD
Negeri 20 Labuhan Tarok
3. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini menjadi landasan dan pantauan dalam
rangka menindaklanjuti penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih
luas.
4. Dapat sebagai bahan renungan bagi semua pihak yang bermaksud untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut.
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Hasil Belajar


1. Definisi Belajar
Sebelum membicarakan pengertian hasil belajar, terlebih dahulu akan
dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan
mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya,
namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap
orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan
dalam dirinya.
Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar
sebagai berikut. Sntrock dan Yussen (dalam Sugihartono, 2007:74)
mengemukakan bahwa belajar merupakan sebagai perubahan yang relatif
permanen karena adanya pengalaman. Sugihartono (2007:74)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Slameto (2003:2) mengemukakan belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Morgan (dalam
Ngalim Purwanto, 2002: 84) mengemukakan belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Skinner (dalam Dimyati dkk, 2006: 9) mengemukakan belajar adalah
suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih
baik, sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Gagne
(dalam Dimyati dkk, 2006:10) mengemukakan belajar merupakan kegiatan
yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dari beberapa
pendapat tersebut, dapat disimpulkan definisi belajar. Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
6

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil


pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar siswa.
Muhabbibin Syah (2003:144) menyebutkan tiga faktor yang
mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal, eksternal dan
pendekatan belajar.
a. Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
belajar yang berasal dari siswa belajar. Faktor dari dalam (internal)
meliputi dua aspek, fisiologi dan psikologis.
1) Fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan
kondisi panca indra.
2) Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat,
motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.
b. Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi
lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
1) Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama
manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak
langsung hadir. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi
belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah,
sekolah dan masyarakat.
2) Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar,
cuaca, lokasi gedung sekolah dan alat-alat pembelajaran.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya
belajar yang meliputi strategi, model dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran.
Dengan demikian guru harus memperhatikan perbedaan individu
dalam memberikan pelajaran kepada mereka, supaya dapat menangani
siswa sesuai dengan kondisinya untuk menunjang keberhasilan belajar.
7

Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta


didik, satu dengan yang lainnya berbeda.
Salah satu yang mempengaruhi belajar adalah faktor pendekatan
belajar (approach to learning), yang di dalamnya terdapat model
pembelajaran. Joyce (dalam Trianto, 2010: 22) menyatakan bahwa model
pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
tercapai. Tepat tidaknya guru menggunakan model pembelajaran, turut
menentukan bagaimana hasil belajar yang dicapai siswa. Maka dalam
penelitian ini membicarakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
hasil belajar yaitu model pembelajaran.
3. Hasil Belajar
Setelah mengetahui pengertian belajar dan faktor yang
mempengaruhinya, maka akan dikemukakan apa itu hasil belajar. Nana
Sudjana (2005: 5) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya
memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Suratinah Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan hasil belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Syaiful Bahri
Djamarah (1996:23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Eko Putro Widoyoko
(2009:1), mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran,
kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik
menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi
bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment),
sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Benyamin Bloom
8

(dalam Nana Sudjana , 2010:22-31) mengemukakan secara garis besar


membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat
rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari
lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana
sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut.
1) Reciving/ attending (penerimaan)
2) Responding (jawaban)
3) Valuing (penilaian)
4) Organisasi
5) Karaakteristik nilai atau internalisasi nilai
c. Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan
keterampilan, yakni:
1) Gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.
9

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan


ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
pada keterampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Tohirin (2006:155) mengungkapkan seseorang yang berubah tingkat
kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan
perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007:121) mengungkapkan ranah
kognitif pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah ingatan, pemahaman
dan aplikasi, sedangkan untuk analisis, sintesis, baru dapat dilatih di SLTP
dan SMU dan Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai urutan yang ada.
Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir yang paling
rendah, misalnya mengingat rumus, istilah, nama-nama tokoh atau nama-
nama kota. Kemudian pemahaman adalah tipe hasil belajar yang lebih
tinggi daripada pengetahuan, misalnya memberi contoh lain dari yang
telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.
Sedangkan aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret
atau situasi khusus. Menerapkan abstraksi yaitu ide, teori atau petunjuk
teknis ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Tujuan aspek kognitif
berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, model atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan
demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan
tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan
sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam
ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha
10

kegiatan belajar dan dinilai dalam periode tertentu. Di antara ketiga ranah
tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai
isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 2005: 23). Dalam pembatasan hasil
pembelajaran yang akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada
jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3)
B. Tinjauan tentang Pembelajaraan Matematika di SD
1. Definisi Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau
manthenein yang berarti mempelajari. Kata Matematika diduga erat
hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya
kepandaian, ketahuan atau intelegensia, (Nasution, 1980 dalam Sri
Subarinah, 2006: 1).
Antonius Cahya Prihandoko (2006: 1) mengemukakan matematika
merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-
ilmu lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak
diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul
dan benar sejak dini. Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika
merupakan suatu rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun
berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan menjadi dasar bagi
konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah terhadap
suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsep-
konsep selanjutnya.
Em Zul Fajri (2007: 554) menyatakan pengertian matematika adalah
ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Elea
Tinggih (dalam Erman Suherman, 2001: 18) mengemukakan berdasarkan
etimologis perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh
dengan bernalar. Ruseffendi (dalam Sri Subarinah, 2006: 1) mengatakan
matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
11

definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan


kebenarannya sehingga matematika disebut ilmu deduktif.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
mengenai definisi matematika. Matematika adalah kumpulan ide-ide yang
bersifat abstrak, dengan struktur-struktur deduktif, mempunyai peran yang
penting dalam pengembangan ilmu-ilmu lain.
2. Pembelajaran Matematika di SD
Suharjo (2006: 85) mengemukakan pembelajaran pada hakikatnya
tidak hanya sekedar menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta
didik, akan tetapi merupakan aktivitas profesional yang menuntut guru
untuk dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar secara terpadu,
serta menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan peserta didik
dapat belajar secara efektif dan efisien.
Merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika SD dalam
mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru hendaknya
dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan
kurikulum dan pola pikir siswa (Heruman, 2008: 2). Dalam mengajarkan
matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa
berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran
matematika.
Pembelajaran matematika yang baik menuntut penggunaan metode
ataupun model pembelajaran yang bervariasi. Hal ini masuk akal karena
suatu topik matematika kadang-kadang dapat diajarkan secara lebih baik
hanya dengan menggunakan metode tertentu. Selain itu jika guru
matematika hanya dengan menggunakan satu jenis metode mengajar,
maka akan dimungkinkan para siswa menjadi lebih cepat bosan atau jemu
terhadap materi yang disampaikan.
Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi
tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep,
dan pembinaan keterampilan. Untuk menuju tahap keterampilan tersebut
harus melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan
12

lingkungan siswa, yaitu (1) Penanaman konsep dasar, (2) Pemahaman


konsep, dan (3) Pembinaan Keterampilan (Heruman, 2008: 2-3).
Matematika sangat diperlukan dalam kehidupan manusia, maka
matematika perlu diajarkan bagi siswa SD. Sesuai dengan kurikulum 2006
KTSP, disebutkan tujuan mata pelajaran matematika di SD (Riyanto
Dwidasih dkk, 2006: 4) adalah:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Memahami konsep matematika sangatlah penting untuk
mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah. Maka pada Sekolah
Dasar, guru harus menyampaikan konsep matematika dengan baik dan
benar agar dapat mengaplikasikan pada kehidupan nyata dengan benar.
Selain memahami konsep, melatih cara berfikir dan bernalar dalam
pembelajaran matematika juga penting untuk memudahkan dalam
memecahkan suatu masalah. SD merupakan pondasi pengajaran
matematika yang nantinya digunakan untuk melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi. Maka dari itu, memiliki sikap menghargai kegunaan
13

matematika dalam kehidupan harus ditanamkan agar siswa dapat dengan


senang hati mempelajari matematika.
Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika tersebut, dapat
dimengerti bahwa matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung,
tetapi siswa juga dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah
dalam hidup ini. Masalah itu baik mengenai matematika itu sendiri
maupun masalah dalam ilmu lain. Maka, pembelajaran matematika di SD
perlu dirancang sebaik mungkin agar siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.
C. Tinjauan tentang Model Pembelajaraan NHT
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar. Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan
kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang menyatakan tidak ada
sesuatu yang aneh dalam cooperative learning dalam bentuk belajar
kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan
cooperative learning (Rusman, 2012: 203).
Menurut Lie, dalam Taniredja (2011: 56) bahwa model pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
unsurunsur dasar pembelajaran cooperative learning yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang asal-asalan.
Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar-benar
akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur
tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota
kelompok (Solihatin, E., dan Rahardjo dalam Taniredja, 2011: 56). Dari
beberapa pendapat oleh para ahli tentang cooperative learning yang telah
dikemukakan di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran berkelompok dengan memperhatikan
14

keragaman anggota kelompok sebagai wadah siswa untuk bekerjasama


dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman
sebayanya, memberikan kesempatan pada para peserta didik untuk
mempelajari suatu dengan yang baik pada yang bersamaan dan ia menjadi
narasumber bagi teman yang lain.
2. Model Pembelajaran NHT
Pembelajaran NHT atau disebut juga dengan Numbered Heads
Together merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan. Menurut Trianto (2009: 82), NHT merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Sedangkan Huda (2011: 3) menyatakan bahwa model
NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan dapat
meningkatkan kerjasama siswa.
Pada model pembelajaran NHT setiap siswa dalam kelompok
diberikan sebuah nomor yang berbeda, sehingga untuk mewakili
presentasi di depan kelas guru hanya memanggil nomor-nomor tersebut.
Salah satu nomor yang dipanggil untuk mewakili kelompoknya
memberikan jawaban secara bergantian, tetapi siswa yang akan mewakili
kelompoknya tidak diberitahukan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk
memastikan keterlibatan seluruh siswa.
Untuk mencapai tujuan aktivitas dan prestasi belajar siswa perlu
mengunakan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together).
Upaya dalam menerapkan metode diskusi kelompok yang inovatif agar
dengan metode diskusi kelompok tersebut semua siswa itu bisa ikut
terlibat langsung untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan
dalam kegiatan diskusi serta tidak terjadi saling mengandalkan satu sama
lain diantara anggota kelompoknya sehingga semua siswa akan aktif
berpikir dan behasil dalam aktivitas pembelajarannya. Upaya tersebut
dapat terwujud dengan cara menerapkan model pembelajaran NHT
(Numbered Heads Together) sebagai inovasi untuk mengaktifkan siswa
15

dalam kegiatan diskusi kelompok. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


NHT ini merupakan Pembelajaran kooperatif strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-
kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang
telah ditentukan. (Nuy, 2011 :5)
Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif NHT (Numbered Heads
Together) adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan
belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat
pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan suatu masalah. Ibrahim (2000: 28) mengemukakan tiga
tujuan yang diharapkan tercapai dalam pembelajaran kooperatif dengan
tipe NHT yaitu :
a. Prestasi belajar akademik stuktural, ini bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b. Pengakuan adanya keragaman, ini bertujuan agar siswa dapat
menerima teman - temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang yang berbeda.
c. Pengembangan keterampilan sosial, ini bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif


bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Numbered Head
Together (NHT) merupakan suatu model yang dikembangkan oleh Kagen
untuk melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran (Ibrahim, 2000:28).
Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa
belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh
16

penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Ada struktur


yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi akademik
dan ada pula struktur yang tujuannnya untuk mengajarkan keterampilan
sosial (Ibrahim, 2000:25).
Berdasarkan pengertian di atas model pembelajaran Numbered Head
Together (NHT) adalah pembelajaran kelompok untuk bekerja sama dalam
memahami dan menguasai isi materi yang diberikan oleh pendidik.
Menurut Spencer Kagan dalam Aqib (2013:18-19) langkah-langkah
pembelajaran menggunakan model Numbered Head Together (NHT)
sebagai berikut :
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok
mendapatkan nomor.
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain.
6) Kesimpulan.
17

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian


1. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas II SD Negeri 20 Labuhan Tarok yang
berjumlah 30 orang siswa. Alasan penulisan mengambil siswa kelas II ini
sebagai subjek penelitian adalah karena penulis mengajar di kelas tersebut.
2. Tempat Penelitian
Proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan disekolah
tempat penulis mengabdi yaitu mengajar di SD Negeri 20 Labuhan Tarok
Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang.
3. Waktu Penelitian
Proses pelaksanaan dan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SD
Negeri 20 Labuhan Tarok Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang
pada tanggal 14 Oktober 2016 dan tanggal 24 Oktober 2016 dalam Mata
Pelajaran Matematika kelas II SD Semester 1. Jadwal pelaksanaan
perbaikan pembelajaran untuk setiap pertemuan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

Mata
No Hari / Tanggal Waktu Siklus
Pelajaran

1. Senin, 10 Oktober 2016 Matematika 08.00-10.00 Pra Siklus

2. Jumat, 14 Oktober 2016 Matematika 08.00-10.00 Siklus 1

3. Senin, 24 Oktober 2014 Matematika 08.00-10.00 Siklus 2

4. Pihak yang Membantu

Dalam penyusunan penelitian perbaikan pembelajaran ini,


khususnya dalam pelaksanaan siklus, peneliti dibantu oleh Kepala
Sekolah, dan Teman sebaya sebagai pengamat. Hal ini, bertujuan agar
18

penelitian dapat terlaksana seoptimal mungkin dengan hasil yang sejujur


mungkin.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan hasil
belajar siswa dengan Mata Pelajaran Matematika menggunakan Metode
Pembelajaran NHT, yang dilaksanakan dalam dua siklus, meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan perbaikan, pengamatan data, refleksi dalam
pelaksanaan perbaikan pembelajaran Matematika.

Berikut ini adalah desain dari setiap kegiatan pelaksanaan.

1. Pembelajaran Siklus Pertama.


a) Perencanaan
Rencana perbaikan ini pada dasarnya merupakan penelitian tindakan
kelas, sehingga langkah pelaksanaannya pun mengkuti prinsip dasar
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Perencanaan yang dilakukan oleh
peneliti dalam upaya perbaikan pembelajaran adalah menggunakan
model pembelajaran NHT dengan menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran. Menurut Resmini (dalam
Koswara, 2003:7), rancangan tindakan harus disusun dengan
memperhatikan: (1) tujuan pembelajaran, (2) prosedur pelaksanaan,
(3) bahan dan isi pembelajaran, (4) kriteria pencapaian dan (5) format
evaluasi yang digunakan.
b) Pelaksanaan
Kegiatan perbaikan ini terbagi menjadi dua tahap yaitu studi
pendahuluan dan pelaksanaan perbaikan. Pada tahap pelaksanaan
perbaikan siklus 1 mata pelajaran Matematika tentang menentukan
lama waktu dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2016 pada
semester 1 tahun ajaran 2016/2017. Studi pendahuluan dilakukan
tujuan untuk mencari data awal yang ada di lapangan. Data awal yang
ditemukan akan dijadikan sebagai bahan untuk merencanakan
tindakan yang berkaitan dengan perencanaa tindakan dan memeriksa
19

kendala-kendala. Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 10


Oktober 2016. Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pengamatan
berkaitan proses PBM terutama bidang study Matematika.
Selanjutnya peneliti mendiskusikan hasil perolehan pengamatan
bersama guru lain sebagai observer, dari hasil pengamatan diperoleh
identifikasi dan rumusan hambatan-hambatan yang ditemui dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran serta rumusan alternatif tindakan
yang sekiranya dapat dilakukan dalam memecahkan hambatan-
hambatan itu.
Rincian kegiatan yang akan dilaksanakan pada pembelajaran siklus1
adalah sebagai berikut:
1) Pendahuluan ( ± 10 menit )
a. Menyiapkan kondisi kelas untuk mengikuti pembelajaran.
b. Appersepsi : menyanyikan lagu yang berjudul “ Anak
Gembala”
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti (± 150 menit )
Pada awalnya guru melakukan proses PBM seperti biasa namun
pada mata pelajaran Matematika guru menggunakan model
pembelajaran NHT dengan langkah sebagai berikut:
a. Guru menerangkan cara mencari lama waktu berdasarkan
cerita
b. Guru mengelompokkan siswa dengan cara memberi siswa
nomor .
c. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 3 orang.
d. Pemberian nomor dilakukan dengan menyuruh siswa
manghitung 1 sampai 3, terus diulang sampai semua siswa
mendapat nomor .
e. Guru membagikan LKS yang sudah disiapkan dan tugas
diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya
20

f. Siswa disuruh bekerjasama antar kelompok, menjelaskan


kepada anggota kelompok yang kurang mengerti
g. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung
bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain
untuk saling membantu atau mencocokan hasil kerjasama
mereka
h. Setiap kelompok mengadakan presentasi dan kelompok lain
memberikan tanggapan.
i. Guru bersama-sama siswa mengadakan penilaian
3) Penutup ( ± 15 menit)
a. Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang
telah dibahas bersama
b. Siswa diberikan tes akhir ( post tes ) oleh guru
c. Guru menyampaikan pesan moral kepada siswa.
c) Pengamatan
Kegiatan pada siklus 1 ini dilakukan dengan menggunakan berbagai
teknik diantaranya observasi (pengamatan), catatan lapangan, dan
dokumentasi. Observasi dilakukan untuk mengamati latar kelas dan
aktivitas belajar mengajar yang dilakukan sehingga prilaku guru dan
siswa terpantau, dengan menggunakan format yang telah disediakan
adapun fokus observasi adalah penampilan guru selama mengajar dan
aktifitas siswa selama belajar. Observasi dilakukan secara bersama-
sama secara kolaboratif oleh pelaksana dan observer. Catatan
lapangan pada dasarnya berisi deskripsi atau paparan tentang latar
kelas dan aktvitas pembelajaran. Catatan terutama tentang interksi
belajar mengajar baik guru-siswa maupun siswa-siswa. Supervisor
mencatat temuannya untuk dimusyawarahkan dengan praktisi demi
perbaikan pada siklus selanjutnya apabila ditemukan hasil yang
kurang memuaskan. Analisis data dilakukan secara bertahap, pertama
dengan menyeleksi dan mengelompokan, kedua dengan memaparkan
atau mendeskripsikan data, dan terakhir menyimpulkan atau memberi
makna.
21

d) Refleksi
Setelah dilakukan pengamatan pelaksana dan observer melakukan
refleksi atau evaluasi diri terhadap pembelajaran untuk siklus 1 yang
telah dilaksanakan, pada tahap ini hasil observasi berupa data proses
maupun data hasil dikumpulkan dan dianalisis. Dalam analisis data,
peneliti melihat hasil tes, LKS, dan rencana pembelajaran sejauh mana
instrumen sudah memenuhi pembelajaran yang diharapkan. Bila
ditemukan kekurangan dalam kegiatan pembelajaran pada suatu siklus
maka dilaksanakan perfleksian sehingga dapat ditemukan cara untuk
memperbaikinya. Hasil refleksi ini digunakan sebagai landasan untuk
melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran disiklus
berikutnya.
Berdasarkan diskusi dengan supervisor tentang pembelajaran siklus 1
diperoleh hasil refleksi
No Permasalahan Perbaikan

1. Dalam pelaksanaan tugas Guru akan memberikan motifasi


kelompok masih ada siswa kepada siswa dan penejalasan
yang tidak aktif agar siswa semua aktif dalam
pelaksanaan tugas kelompok

2. Kemampuan siswa dalam Perobahan cara pembagian


kelompok tidak beragam kelompok siswa berdasarkan
kemampuan akademik

2. Pembelajaran Siklus Kedua.


a) Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus kedua didasarkan pada hasil
refleksi yang dilakukan pada siklus kesatu. Materi pada siklus kedua
ini adalah tentang mengenal alat ukur panjang dan membandingkan
panjang benda. Pada siklus kedua perencanaan tidak terlalu beda
dengan pembelajaran siklus kedua, hanya pada siklus kedua ini guru
22

lebih memaksimalkan dalam bimbingan setiap kegiatan baik secara


individual, klasikal maupun kelompok, sehingga anak lebih aktif
dalam tugas kelompok yang pada akhirnya akan menimbulkan masa
ingat yang lebih lama (retention spam)
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2016
dengan lebih memaksimalkan kerja kelompok melalui model
pembelajaran NHT. Adapun rincian pelaksanaan kegiatan
pembelajaran siklus kedua adalah:
1) Pendahuluan ( ± 10 menit )
a. Menyiapkan kondisi kelas untuk mengikuti pembelajaran.
b. Appersepsi : menyanyikan lagu yang berjudul “ Dua Tangan
Saya”
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti (± 150 menit )
Pada awalnya guru melakukan proses PBM seperti biasa namun
pada mata pelajaran Matematika guru menggunakan model
pembelajaran NHT dengan langkah sebagai berikut:
a. Guru mengelompokkan siswa dengan cara memberi siswa
nomor. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 3
orang dengan kemampuan akademik yang beragam. Pemberian
nomor dilakukan dengan menyuruh siswa manghitung 1
sampai 3, terus diulang sampai semua siswa mendapat nomor.
b. Tugas diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya
terhadap tugas yang berangkai yaitu:
1. Siswa bernomor 1 bertugas menulis nama nama benda
yang ada di kelas
2. Siswa bernomor 2 bertugas membandingkan panjang benda
yang ada dikelas
3. Siswa bernomor 3 bertugas mempresentasikan
c. Siswa disuruh bekerjasama antar kelompok, siswa disuruh
keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa
23

siswa bernomor sama dari kelompok lain untuk saling


membantu atau mencocokan hasil kerjasama mereka.
d. Setiap kelompok mengadakan presentasi dan kelompok lain
memberikan tanggapan.
e. Guru bersama-sama siswa mengadakan penilaian
3) Penutup
a) Pada kegiatan ini guru mengajak siswa bersama-sama
menyimpulkan pelajaran hari ini yaitu tentang alat ukur dan
membandingkan panjang benda.
b) Guru melakukan refleksi (bagaimana kekompakan serta
kerjasama) terhadap kegiatan kerja kelompok yang telah
dilakukan.
c) Guru memberikan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk PR
d) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya dan meminta siswa belajar di rumah.
e) Guru mengakhiri pelajaran dengan cara memberikan nasehat
agar siswa rajin belajar baik di sekolah maupun di rumah
serta diakhiri dengan do’a dan salam
c) Pengamatan
Proses pengamatan pada siklus kedua tidak berbeda dengan siklus
kesatu, karena menggunakan format yang sama dan dilakukan oleh
orang yang sama pula. Pada pengamatan siklus kedua dalam
pengamatan penampilan guru ditekankan pada pembagian kelompok
dengan kemampuan akademik yang merata, metode dan bimbingan
yang dilakukan oleh guru. Dalam kegiatan pengamatan ini diamati
apakah semua indikator yang tidak muncul pada siklus 1 dan
direncanakan akan dilaksanakan pada siklus 2 sudah muncul dan
apakah partisipasi anak dalam belajar meningkat pada saat perbaikan
siklus 2
24

d) Refleksi
Setelah pelaksanaan pembelajaran siklus kedua peneliti bersama
observer melakukan refleksi. Dibawah ini disajikan hasil refleksi
siklus kedua
No Keadaan siklus 1 Langkah yang sudah dilaksanakan
1. Kemampuan akademik Pembagian kelompok sudak
setiap kelompok tidak dilakukan dengan memperhatikan
merata kemampuan akademik
2. Dalam pelaksanaan tugas Guru akan memberikan motifasi
kelompok masih ada siswa kepada siswa dan penejalasan agar
yang tidak aktif siswa semua aktif dalam
pelaksanaan tugas kelompok
dengan memaksimalkan dalam
bimbingan setiap kegiatan baik
secara individual, klasikal maupun
kelompok

C. Teknik Analisis Data


1. Data dan Sumber
a. Data penelitian
Data penelitian berupa hasil pengamatan dan data hasil belajar
dari setiap tindakan perbaikan pada pembelajaran Matematika
dengan menggunakna Model Pembelajaran NHT pada siswa kelas II
SD Negeri 20 Labuhan Tarok, data tersebut seperti :
1) Pelaksanaan pemebelajaran yang berhubungan dengan interaksi
antara siswa guru dan antara siswa dengan siswa
2) Evaluasi dalam pembelajaran Matematika berupa evaluasi hasil
b. Sumber data
Sumber data penelitian dalam proses belajar mengajar dalam
mata pelajaran Matematika dengan menggunakan Model
Pembelajaran NHT di kelas II diporoleh dari subjek yang diteliti
yakni guru dan siswa kelas II SD Negeri 20 Labuhan Tarok.
25

2. Instrument Penelitian
Untuk mengumpulkan data-data selama perbaikan penelitian,
peneliti menggunakan instrument sebagai berikut:

a. Lembar Observasi
Kegiatan observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu, yaitu
untuk mengumpulkan data–data hasil perbaikan. Observasi dalam
penelitian tindakan kelas dilakukan terhadap gurusebagai peneliti oleh
supervisor 2, dan pengamatan (observasi) terhadap siswa sebagai
subyek penelitian. Lembar observasi terhadap guru sebagai peneliti
adalah jurnal yang telah disediakan oleh UT yang digunakan untuk
mengobservasi guru selama proses pembelajaran. Lembar observasi
untuk siswa sebagai subyek penelitian dibuat oleh guru yang
digunakan untuk observasi aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
b. Lembar tes / soal – soal tes
Untuk mengetahui hasil perbaikan pembelajaran, data- data
dikumpulkan melalui hasil tes pembelajaran. Tes pembelajaran berupa
soal–soal tes yang disusun dalam RPP (Rencana Perbaikan
Pembelajaran) setiap siklus.

c. LKS ( Lembar kerja Siswa)

3. Analisis Data
Analisis data yang disajikan bersumber data kuantitatif dan kualitatif.
Data kuantitatif bersumber dari hasil lembar kerja siswa (LKS) dan
evaluasi, sedangkan data kualitatif bersumber dari lembar observasi dan
catatan lapangan. Dari hasil LKS dan evaluasi, apabila hasil siswa di
bawah dari KKM mata pelajaran matematika di kelas II SDN 20 Labuhan
Tarok, maka penulis perlu melakukan perbaikan pembelajaran untuk
siklus berikutnya.
Data kualitatif bersumber dari lembar observasi yang dilakukan oleh
teman sejawat, selama pembelajaran digunakan sebagai refleksi untuk
membuat pembelajaran pada siklus selanjutnya.
26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh


Kepala Sekolah dan teman sejawat, yang bertindak selaku pengamat atau
observer. Pola yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah
penelitian tindakan kelas ( PTK ). Mata pelajaran yang dijadikan objek
perbaikan pembelajaran adalah Matematika dengan Tema Kesehatan dan
Lingkungan. Sedangkan sebagai subjek penelitiannya adalah siswa kelas II
SDN 20 Labuhan Tarok. Proses pembelajarannya dilaksanakan sebanyak
dua tahap atau dua siklus, yaitu siklus l dan siklus ll.
1. Deskripsi per Siklus
a) Siklus l
1) Perencanaan
Peneliti dengan teman sejawat berdiskusi mendindaklanjuti
dari refleksi pra siklus untuk menentukan langkah-langkah
penyusunan RPP siklus I dengan mengimplikasikan pembelajaran
model NHT ( Numbered Heads Together ). Langkah–langkah
pembelajaran terlampir pada laporan ini. Untuk melakukan
pengamatan, peneliti juga membuat lembar observasi agar teman
sejawat sebagai pengamat mempunyai fokus pengamatan sehingga
tidak keluar dari tujuan pembelajaran.
2) Pelaksanaan
Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan teman
sejawat maka pada tanggal 14 Oktober 2106 perbaikan
pembelajaran dilaksanakan. Langkah–langkah pembelajaran
terlaksana sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran siklus I.
Pada kegiatan awal guru telah mempersiapkan siswa 100% bisa
mengikuti pelajaran. Selanjutnya pembelajaran berlangsung sesuai
dengan kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan.
Kegiatan pembelajaran matematika diakhiri dengan pelaksanaan tes
27

formatif, penilaian dan analisis nilai yang hasilnya terlampir pada


laporan ini.
Tabel 4.1
Data Rentang Nilai Sebelum Perbaikan
No. Rentang Nilai Jumlah Siswa
1 30-39 3
2 40-49 4
3 50-59 3
4 60-69 7
5 70-79 2
6 80-89 6
7 90-100 5
JUMLAH 30
Berdasarkan tabel atas dari 30 siswa hanya 11 siswa yang tuntas (
36,67% ), sedangkan 19 siswa belum tuntas belajar (63,33%). Nilai
sebelum perbaikan pembelajaran tergambar dengan grafik sebagai
berikut :
Grafik Data Rentang Nilai Sebelum Perbaikan
8

6
Jumalah siswa

0
30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
Rentang nilai

Berdasarkan grafik diatas, nilai sebelum perbaiakan pembelajaran


hanya mempunyai ketuntasan 36,67 % dengan KKM 80. Grafik
tertinggi perolehan nilai 60-69, sedangkan grafik terendah
perolehan nilai 70-79.
Setelah diadakan perbaikan siklus I, maka data rentang nilai
formatifnya sebagai berikut :
28

Tabel 4.2
Data Rentang Nilai Siklus 1
No. Rentang Nilai Jumlah Siswa
1 30-39 -
2 40-49 2
3 50-59 2
4 60-69 3
5 70-79 5
6 80-89 10
7 90-100 8
JUMLAH 30
Dari rentang nilai pada tabel diatas terjadi peningkatan yaitu 36,67%
ketuntasan sebelum siklus menjadi 60% pada siklus I. Peneliti
gambarkan pada grafik sebagai berikut :
Grafik Data Rentang Nilai Siklus 1
12

10

8
Jumalah siswa

0
30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
Rentang nilai

Berdasarkan data-data di atas terlihat adanya peningkatan pemahaman


siswa terhadap materi lama waktu sebagai perbandingan pada
pembelajaran Siklus I.
a. Peningkatan dapat diuraikan sebagai berikut:
- Sebelum perbaikan pembelajaran dari 30 siswa hanya 11 siswa
yang mencapai ketuntasan belajar atau 36,67%, sedangkan 19
siswa atau 63,33 % belum tuntas belajar.
- Pada perbaikan pembelajaran siklus I, dari 30 siswa terdapat 18
siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 60%, sedangkan 12
siswa atau 40 % belum tuntas belajar.
29

- Pemahaman siswa terhadap materi lama waktu dari sebelum


perbaikan dibanding setelah perbaikan pembelajaran siklus I
mengalami peningkatan yang signifikan. Dari 36,67% menjadi
60% atau mengalami peningkatan 23,33%.
b. Dari observasi teman sejawat diperoleh data sebagai berikut:
- Kerja sama dalam berdiskusi belum optimal
- Latihan berulang-ulang (drill) perlu ditingkatkan.
3) Menentukan instrument pengamatan
Ada dua macam instrument pengamatan yang digunakan dalam
pembelajaran siklus l, yaitu lembar penilaian dan lembar observasi
sistematis
1. Lembar Penilaian
Lembar penilaian digunakan peneliti untuk menulis hasil nilai siswa
yang diperoleh dalam kegiatan tes formatif
2. Lembar Observasi Sistematis
Format observasi yang digunakan teman sejawat untuk mengamati
kinerja peneliti adalah lembar observasi sistematis. Dalam format
observasi dicantumkan aspek-aspek yang menjadi fokus pengamatan,
dimana aspek–aspek yang diobservasi tersebut ditetapkan berdasarkan
hasil kesepakatan antara peneliti dengan teman sejawat.
4) Refleksi
Setelah proses pembelajaran siklus l berakhir dan data nilai tes akhir
yang diperoleh siswa dianalisis, ternyata menunjukan bahwa
pembelajaran siklus l masih gagal, oleh karena itu peneliti mencoba
mengingat kembali kejadian–kejadian yang muncul yang menyebabkan
gagalnya pembelajaran siklus l. Disamping itu peneliti juga merenungkan
dan sekaligus menetapkan langkag–langkah perbaikan yang akan
dilakukan dalam pembelajaran berikutnya.
Hasil refleksi yang dilakukan peneliti dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Siswa tidak focus pada pembelajan, sebagian siswa ada yang bercanda
dengan teman-temannya.
b. Dalam berdiskusi kelompok ada siswa yang hanya mengandalkan
temannya saja.
30

Dari hasil renungan tersebut, muncul gagasan peneliti untuk


meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Matematika
dengan materi mengenal alat ukur dan perbandingan panjang benda.
Gagasan–gagasan peneliti yang akan dilaksanakan pada pembelajaran
siklus ll adalah sebagai berikut :
1. Merancang kembali pembelajaran dengan menetapkan penggunaan
model pembelajaran NHT semaksimal mungkin
2. Guru memberi arahan kepada siswa agar dapat bekerjasama yang baik
dalam berdiskusi.
3. Meningkatkan pemberian motivasi pada siswa dengan cara
memberikan penghargaan yang dapat menimbulkan kebanyakan pada
diri anak, baik secara verbal maupun non verbal.
4. Guru memberi motivasi serta kesempatan bertanya kepada siswa
b) Siklus ll
1. Perencanaan
Peneliti dengan teman sejawat berdiskusi mendindaklanjuti dari
refleksi siklus I untuk menentukan langkah-langkah
penyusunan RPP siklus II dengan kembali mengimplikasikan
pembelajaran model NHT (Numberd Heads Together). Langkah –
langkah pembelajaran terlampir pada laporan ini. Untuk melakukan
pengamatan, peneliti juga membuat lembar observasi agar teman
sejawat sebagai pengamat mempunyai fokus pengamatan sehingga
tidak keluar dari tujuan pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan teman sejawat
maka pada tanggal 24 Oktober 2016 perbaikan pembelajaran
dilaksanakan. Langkah–langkah pembelajaran terlaksana sesuai
dengan rencana perbaikan pembelajaran siklus I. pada kegiatan awal
guru telah mempersiapkan siswa 100% bisa mengikuti pelajaran.
Selanjutnya pembelajaran berlangsung sesuai dengan kegiatan belajar
mengajar yang telah direncanakan. Semua berjalan cukup lancar,
tanya jawab, diskusi kelompok meningkat. Kegiatan pembelajaran
diakhiri dengan pelaksanaan tes formatif, penilaian dan analisis nilai
yang hasilnya terlampir tabel dibawah ini.
31

Tabel 4.3
Data Rentang Nilai Siklus II
No. Rentang Nilai Jumlah Siswa
1 30-39 -
2 40-49 -
3 50-59 1
4 60-69 1
5 70-79 2
6 80-89 16
7 90-100 10
JUMLAH 30
Dari rentang nilai pada table diatas terjadi peningkatan yang
signifikan untuk perolehan nilai ketuntasan belajar pada siklus II yaitu
86,6%, peneliti gambarkan pada grafik sebagai berikut :
Grafik Data Rentang Nilai Siklus II
18
16
14
12
Jumalah siswa

10
8
6
4
2
0
30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
Rentang nilai

3. Pengamatan
Instrument yang digunakan dalam pembelajaran siklus II ada tiga
macam yaitu :
a) Lembar Penilaian
Lembar penilaian digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data
nilai tes formatif yang diperoleh siswa.
b) Lembar Observasi Sistematis
Format observasi yang digunakan teman sejawat untuk mengamati
kinerja peneliti adalah lembar observasi sistematis. Aspek – aspek
32

yang menjadi fokus pengamatan ditetapkan berdasarkan hasil


diskusi dan kesepakatan antara peneliti dengan teman sejawat.
4. Refleksi
Setelah proses pembelajaran siklus II berakhir dan nilai tes akhir
dianalisis, peneliti mencoba mengingat kembali kejadian-kejadian
yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung.
Hasil dari refleksi yang dilakukan peneliti dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Tetap saja ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran dan ada
siswa yang belum bisa mencapai ketuntasan karena faktor
kelemahan berfikir.
b. Siswa lebih antusias atau termotivasi di dalam mersepon materi
pelajaran yang disampaikan guru. Hal ini terbukti dengan
banyaknya siswa yang sudah berani mengajukan pertanyaan
tentang materi yang belum dipahami.
c. Peran serta dalam diskusi sudah cukup baik, diskusi berjalan
dengan lancar, dengan sistematis sesuai denagn aturan yang telah
ditentukan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Gagal dan tidaknya suatu pembelajaran diketahui dari sejauh mana


kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan guru.
Oleh karena itu, setiap proses pembelajaran hendaknya diakhiri dengan
penilaian akhir. Untuk mengetahui adanya kemajuan belajar yang dimiliki
oleh siswa dalam proses pembelajaran perlu diadakan tes formatif. Tes ini
diberikan sesudah satu kegiatan atau unit belajar deselesaikan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan
siswa dalam pelajaran.
1. Siklus I
Pada perbaikan siklus I terjadi penigkatan signifikan dengan hasil belajar
sebelum perbaikan. Dari rata-rata kelas 69,83 sebelum perbaikan menjadi
78,9 pada perbaikan siklus I . Jumlah siswa yang tuntas 11 siswa sebelum
perbaikan menjadi 18 siswa pada perbaikan siklus I. Setelah dipresentase
36,67% sebelum perbaikan menjadi 60% pada siklus I. Dari hasil
33

observasi juga diketahui bahwa aktifitas guru dan siswa juga mengalami
banyak sekali perubahan yang menuju pada perbaikan.
2. Siklus II
Pada perbaikan siklus II dengan hasil yang diperoleh dalam bentuk nilai
formatif bahwa pembelajaran mengalami peningkatan. Dari rata-rata kelas
78,9 menjadi 86,1 ini berarti pembelajaran siklus II mengalami
peningkatan 7,2. Prosentase ketuntasan mencapai 86,67%. Pembelajaran
siklus II diakhiri dengan pembelajaran tuntas. Peneliti merasa telah
berhasil mencapai nilai ketuntasan pembelajaran.
Perbandingan prosentase ketuntasan antara pra siklus dengan perbaikan
siklus I dan perbaikan siklus II peneliti sajikan dalam table dan grafik sebagai
berikut :
Table 4
Rekapitulasi nilai tes formatif
Pra Siklus Siklus I Siklus II
No Blm Blm Blm
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas
63,33% 36,67% 40% 60% 13,33% 86,67%

Grafik Perbandingan Presentase

100.00%
90.00% 87%

80.00%
Persentase Ketuntasan

70.00% 63.33%
60.00%
60.00%
50.00%
40.00% Belum Tuntas
40.00% 36.67%
Tuntas
30.00%
20.00% 13%
10.00%
0.00%
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Siklus
34

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Atas dasar perubahan masalah dengan disertai penyajian langkah- langkah
pembelajaran, serta melakukan komparasi data nilai tes akhir pembelajaran
Matematika dengan Tema Kesehatan dan Lingkungan, ternyata ada
perbedaan yang cukup signifikan antara pembelajaran siklus I dengan
pembelajaran siklus II. Oleh karena itu peneliti dapat menyimpulkan bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran NHT ( Numberd Heads Together )
maka aktivitas guru dan siswa lebih kondusif serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan Tema Kesehatan dan
Lingkungan siswa kelas II semester I SD Negeri 20 Labuhan Tarok,
Kecamatan Bungus Teluk Kabung Tahun Pelajaran 2016/2017.

B. Saran
1. Untuk meningkatkan pemahaman siswa guru hendaknya selalu
mengembangkan kreatifitas yang dimiliki berkaitan dengan pemilihan
metode dan alat peraga yang tepat. Sehingga pembelajaran yang diadakan
dapat menyenangkan, tidak menoton, dan tidak membosankan bagi siswa.
2. Agar penguasaan metode dan alat peraga lebih meningkat seyogyanya
guru mengembangkan wawasan sesuai dengan perkembangan dunia
pendidikan dewasa ini.
3. Beberapa cara yang efektif bagi guru untuk mengembangkan kreatifitas
adalah melalui Kelompok Kerja Guru (KKG), penataran, penguasaan
tehnologi komputer, dan lain-lain.
4. Dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) hendaknya terjadi sharing, tukar
pendapat, berbagi pengalaman yang menyangkut kesulitan dan temuan
baru dalam proses pembelajaran.
35

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen penelitian. Jakarta : Rineka Cipta


Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya
Eko Putro W (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA
Press
M. Ngalim Purwanto. (2002). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Miftahul Huda. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan
Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Prihandoko Antonius Cahya. (2006). Memahami Konsep Matematika Secara
Benar Dan Menyajikannya Dengan Menarik. Jakarta: Depdiknas
Riyanto Dwidasih dkk. (2006). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pedidikan
Sekolah Dasar. Yogyakarta: Dinas Pendidikan Propinsi DIY
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Depok : PT. Rajagrafindo Persada.
Sugihartono, dkk (2007) Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : UNY Press
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sudjana Nana (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Suratinah Tirtonegoro (2001). Anak Super Normal dan Program Pendidikannya.
Jakarta: Bina Aksara
Syaiful Bahri Djamarah (1996). Psikologi Belajar. Bandung: Rineka Cipta
36

Suherman Erman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika


Kontemporer. Bandung: Jica.
Suharjo.(2006). Mengenal pendidikan sekolah dasar teori dan praktek. Jakarta:
Dikti
Subarinah Sri. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:
Depdiknas
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Tukiran, Taniredja, dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung:
Alfabeta
Trianto, 2009 Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta
Kencana Prenada Group
37

KESEDIAAN SEBAGAI SUPERVISOR 2 DALAM


PENYELENGGARAAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP)

Kepada
Kepala UPBJJ 14 – Padang
Di Padang

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ROSMALINA, S.Pd
NIP : 196002101982032002
Tempat mengajar : SDN 20 Labuhan Tarok
Alamat Sekolah : Jl.Padang-Painan Km.17, Kel.Bungus Barat,
Kecamatan Bungus Teluk Kabung
Telepon : 085375914630

Menyatakan bersedia sebagai Supervisor 2 untuk membimbing mahasiswa


dalam perencanaan dan pelaksanaan PKP (PDGK4501) atas:
Nama : LISA OKTAVIA, S.Pd
NIM : 826248622
Program Studi : S1 PGSD Bidang Ilmu
Tempat mengajar : SDN 20 Labuhan Tarok
Alamat Sekolah : Jl.Padang-Painan Km.17, Kel.Bungus Barat,
Kecamatan Bungus Teluk Kabung
Telepon : 085263774596

Demikian agar surat pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui, Padang, Oktober 2016


Kepala Sekolah Supervisor 2,

ERNAWATI, S.Pd ROSMALINA S.Pd


Nip. 19681125 200501 2 004 Nip. 19600210 198203 2 002
38

PERENCANAAN PTK
PERENCANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
KELAS II SD NEGERI 20 LABUHAN TAROK KECAMATAN BUGUS
TELUK KABUNG KOTA PADANG

Identifikasi masalah:
Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
Faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa:
Kurangnya memperhatikan metode dalam proses pembelajaran,
mengakibatkan siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
sehingga nilai yang didapat oleh siswa khususnya nilai mata pelajaran
Matematika kurang memuaskan
Analisis masalah :
Berdasarkah hasil identifikasi masalah diatas dapat disimpulkan berbagai
permasalahan dalam proses pembelajaran Matematika di kelas II SDN 20
Labuhan Tarok:
a. Hasil belajar Matematika siswa masih kurang
b. Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Matematika
c. Siswa kurang memahami materi pelajaran Matematika
d. Keaktifan dalam mengerjakan soal masih rendah
e. Guru selalu mendominasi kegiatan pembelajaran.
Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah:
Menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning yaitu NHT, dengan
model pembelajaran ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya
dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Model pembelajaran
ini bertujuan mendorong seluruh siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi
Rumusan masalah:
Apakah model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil pembelajaran
Matematika pada siswa di kelas II SD Negeri 20 Labuhan Tarok Kecamatan
Bungus Teluk Kabung.”
39

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


PRA SIKLUS

Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar


Kelas/Semester : II/I
Tema : Lingkungan
Alokasi waktu : 1 x pertemuan
Pertemuan : IV/minggu II

B. Standar Kompetensi
Matematika
2. Menggunakan pengukuran waktu dan panjang.
Bahasa Indonesia
4. Menulis permulaan melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte.

C. Kompetensi Dasar
Matematika
2.1 Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam
Bahasa Indonesia
4.2 Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan menggunakan
huruf tegak bersambung dan memperhatikan penggunaan huruf kapital dan
dan tanda titik.

D. Indikator
Matematika
 Menunjukkan waktu yang ditunjukkan oleh jam
 Membaca jam digital
Bahasa Indonesia
 Menulis kalimat yang didiktekan guru dengan menggunakan huruf
tegak bersambung.
40

E. Tujuan Pembelajaran
1) Melalui jam dinding siswa dapat mengetahui waktu yang di tunjukkan
oleh jam.
2) Melalui jam tangan siswa dapat melihat waktu yang di tunjukkan oleh jam
digital.
3) Melalui kalimat yang didiktekan guru dengan menggunakan huruf tegak
bersambung
F. Materi Pembelajaran
1. Media gambar
2. Teks pendek.
G. Model Pembelajaran
1. Pendekatan : tematik
2. Model : pembelajaran langsung
3. Metode : ceramah, tanya jawab, penugasan.
H. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan ( ± 10 menit )
a. Menyiapkan kondisi kelas untuk mengikuti pembelajaran.
b. Appersepsi :
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (F1)
2. Kegiatan Inti (± 150 menit )
a. Mengamati jam dinding siswa dapat membaca waktu yang di
tunjukkan oleh jam.
b. Mengamati jam tangan siswa dapat melihat waktu yang di tunjukkan
oleh jam digital.
c. Siswa diminta menentukkan tentang jam dinding dalam kegiatan
sehari-hari.
d. Memperhatikan gambar jam dinding yang di buat guru.
e. Guru mendiktekan siswa dengan menggunakan huruf tegak
bersambung.
f. Siswa membuat dikte yang di sebutkan guru.
41

3. Penutup ( ± 15 menit)
a. Guru menyampaikan jam dinding siswa dapat membaca waktu yang
di tunjukkan oleh jam.

I. Alat dan sumber pembelajaran


a. Buku (BSE) Matematika Karangan Dwi Priyo Utomo dkk halaman 41
b. Buku (BSE) Bahasa Indonesia Kelas 11 Karangan
c. LKS dan kunci LKS
d. Lembar Penilaian dan kunci Lembar Penilaian

J. Penilain
1. Teknik : tertulis dan perbuatan
2. Soal terlampil

Mengetahui Padang, Oktober 2016


Kepala Sekolah Guru Kelas 2

Ernawati, S.Pd Lisa Oktavia, S.Pd


Nip.196811252005012004
42

LEMBAR PENILAIAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat !
1. Gambarlah jarum panjang dan pendek.
2. Tuliskanlah jam di gital di bawah ini.
Di baca pukul……… lewat ……….. menit.
3. Tulislah jam berapa ani bangun tidur

KUNCI PENILAIAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat !
1. gambarlah jarum panjang dan pendek
2. jarum digital

3. di baca pukul 7 lewat 30 menit

4. Ani bangun tidur jam 5.30


43

LEMBAR KEGIATAN SISWA


Nama…………………..Kelas……………………Tanggal……………………….

Dibaca …………
Ditulis ……………….
Dibaca……………
Ditulis …………..

Dibaca ……………..
Ditulis …………….

Dibaca ………….
Ditulis …………..

Dibaca …………
Ditulis …………

KUNCI LEMBAR KEGIATAN SISWA

Dibaca jam sembilan lewat tiga puluh menit


Ditulis jam 9.30
Dibaca jam delapan lewat tiga puluh menit
Ditulis jam 8.30
Dibaca jam setengah sebelas malam
Ditulis jam 22.30
Dibaca jam setengah empat sore
Ditulis jam 15.30
Dibaca jam setengah sebelas siang
Ditulis jam 10.30
44

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


SIKLUS 1

Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar


Kelas/Semester : II/I
Tema : Lingkungan
Alokasi waktu : 1 x pertemuan
Pertemuan : VI

A. Standar Kompetensi
Bahasa Indonesia
1. Membaca
Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak
2. Menulis
Menulis permulaan melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte.
Matematika
2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan
masalah
B. Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesi
Menyimpulkan isi teks pendek (10-15 kalimat) yang dibaca dengan membaca
lancar.
Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan menggunakan huruf
tegak bersambung dan memperhatikan penggunaan huruf kapital dan tanda
titik.
Matematika
Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam
C. Indikator
Bahasa Indonesia
3.1.1 Menyusun kalimat menjadi cerita.
4.1.1 Menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung.
45

Matematika
2.1.4 Menentukan lama waktu

D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui kalimat yang dibaca, siswa dapat menuliskan kalimat ke dalam
bentuk cerita.
2. Melalui kalimat yang didiktekan guru siswa dapat menulis dengan
menggunakan huruf tegak bersambung.
3. Melaui peragaan gambar jam didinding dan cerita, siswa dapat
menentukan lama waktu.
4. Siswa mendemontstrasikan kedepan kelas cara menjawabnya.
E. Tujuan Perbaikan Pembelajaran
a. Bagi siswa
Model Pembelajaran Kooperatif NHT dapat meningkatkan hasil belajar
dan keaktifan siswa baik secara individu maupun secara kelompok dalam
pembelajaran Matematika
b. Bagi guru
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran NHT pada mata pelajaran Matematika
F. Materi Pembelajaran
1. Kalimat yang masih acak tentang windi anak gembala
2. Cerita tentang windi anak gembala
3. Gambar jam dinding
G. Model Pembelajaran
1. Pendekatan : Kooperatif.
2. Model : Kepala Bernomor Sruktur (Modifikasi dari Number
Heads)
3. Metode : Diskusi, Penugasan, Demontasi
H. Kegiatan Pembelajaran
2. Pendahuluan ( ± 10 menit )
a. Menyiapkan kondisi kelas untuk mengikuti pembelajaran.
46

b. Appersepsi : menyanyikan lagu yang berjudul “ Anak Gembala”


c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Kegiatan Inti (± 150 menit )
a. Siswa membaca kalimat acak di depan kelas secara bergantian yang
dituliskan guru dipapan tulis.
b. Siswa menyusun kalimat ke dalam bentuk sebuah cerita dari kalimat
acak yang telah dibaca kedepan kelas.
c. Melalui penugasan siswa dapat menuliskan kalimat acak yang
dibacakan ke dalam bentuk cerita dengan menggunakan huruf tegak
bersambung.
d. Siswa secara bergantian membacakan hasil cerita kedepan kelas.
e. Guru menerangkan cara mencari lama waktu berdasarkan cerita
f. Guru mengelompokkan siswa dengan cara memberi siswa nomor .
g. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 3 orang.
h. Pemberian nomor dilakukan dengan menyuruh siswa manghitung
1 sampai 3, terus diulang sampai semua siswa mendapat nomor .
i. Guru membagikan LKS yang sudah disiapkan dan tugas diberikan
kepada setiap siswa berdasarkan nomornya
j. Siswa disuruh bekerjasama antar kelompok, menjelaskan kepada
anggota kelompok yang kurang mengerti
k. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama
beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain untuk saling
membantu atau mencocokan hasil kerjasama mereka
l. Setiap kelompok mengadakan presentasi dan kelompok lain
memberikan tanggapan.
m. Guru bersama-sama siswa mengadakan penilaian
4. Penutup ( ± 15 menit)
a. Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang telah
dibahas bersama
b. Siswa diberikan tes akhir ( post tes ) oleh guru
c. Guru menyampaikan pesan moral kepada siswa.
47

I. Alat dan sumber pembelajaran


1. Buku (BSE) Bahasa Indonesia SD Kelas II karangan Tri Novia Nelltayanti
Penerbit Pusat Perbukuan Depdiknas hal 117-118
2. Buku (BSE) senang matematika SD Kelas II karangan Amin Mustoha dkk
Penerbit Pusat Perbukuan Depdiknas hal 79-81
3. Lembar Penilaian dan kunci Lembar Penilaian
J. Penilain
1. Teknik : tertulis dan perbuatan
2. Bentuk : Isian.
3. Soal terlampir

Mengetahui Padang, Oktober 2016


Kepala Sekolah Guru Kelas 2

Ernawati, S.Pd Lisa Oktavia, S.Pd


Nip.196811252005012004
48

MATERI PEMBELAJARAN / BUKU SISWA


A ayo susun kalimat kalimat
1 Nenek jelaskan pada celsi
2 Benalu itu tumbuhan merugikan
3 Kata nenek
4 Celsi tidak boleh meniru benalu
5 Celsi pergi ke kebun nenek
6 Celsi lihat tumbuhan benalu
7 Celsi tanya tentang benalu
8 Pada nenek
9 Celsi harus bisa
10 Lakukan sesuatu sendiri
49

Wandi anak gembala

hari telah siang


bel tanda pulang sekolah berbunyi
Pukul 12.00 Wib
wandi cepat pulang ke rumah

Windi sampai di rumah jam 13.00 Wib


wandi beri tahu ibu
nilai ulangan wandi bagus
ibu sangat senang
wandi tak pernah lupa belajar

selesai ganti baju dan makan


wandi siapkan buku dan belajar
sore hari jam 13.00 Wib
wandi menggembala kambing
bersama bang irman
bang irman kakak wandi
selama menunggu
kambing makan rumput
wandi baca buku atau bermain
hari hampir malam jam 18.00 Wib
wandi dan bang irman pulang
kambing pun sudah kenyang makan
itulah kegiatan wandi
50
51

Lembar Kerja Kelompok


Nama Kelompo
1. .............................
2. .............................
3. .............................
Soal Jawaban

Lembar Penilaian
Ayo jawab pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Siapa yang pergi ke kebun?
2. Apa yang sedang di lakukan nenek?

Kunci Lembar Penilaian


1. Celsi
2. Membersihkan kebun
52

Nama : ______________
Lembar Penilaian
1. Mobil jemputan Pipi berangkat dari rumah pukul 06.00 dan sampai di
sekolah pukul 08.00. Lama perjalanan mobil itu adalah .....

2. Ayah bekerja di kebun dari pukul 10.00 pagi sampai pukul 04.00. Lama
ayah bekerja adalah .....

3. Adik Via tidur dari pukul 20.00 dan terbangun pada pukul 04.00. Adik
Via tidur selama .....

4. Beni bermain sepak bola di lapangan RW bersama teman-temannya


mulai pukul 04.00 sore sampai pukul 05.00 sore. Berapa jam Beni
bermain sepak bola?

5. Perhatikan gambar disamping.


Ani senang sekali dengan kegiatan
pramuka.
Ani berangkat latihan pramuka pukul
.......
Ani pulang latihan pramuka pukul .......
Lama Ani latihan pramuka adalah
..........
53

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


SIKLUS 2

Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar


Tema : Kesehatan
Kelas/Semester : II/I
Alokasi Waktu : 1 x pertemuan
Pertemuan : I
A. Standar Kompetensi
1. Mendengarkan memahami teks pendek dan puisi yang dilisankan
(Bahasa Indonesia)
2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan
masalah (Matematika)
B. Kompetensi Dasar
1.2 Menyebutkan kembali dengan kata-kata atau kalimat sendiri isi teks pendek
2.2 Menggunakan alat ukur panjang tidak baku dan baku (cm, m) yang sering
digunakan
C. Indikator
1.2.1 Mendengarkan puisi yang dibacakan guru. (Bahasa Indonesia)
1.2.2 Menjawab pertanyaan tentang isi puisi yang dibacakan guru (Bahasa
Indonesia)
2.2.1 Mengenal alat ukur panjang (Matematika)
2.2.2 Membandingkan panjang benda (Matematika)
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mendengarkan puisi yang dibacakan guru siswa dapat memahami
puisi tersebut
2. Dengan penugasan siswa dapat menjawab pertanyaan tentang isi puisi
yang dibacakan guru.
3. Dengan tanya jawab siswa dapat mengenal alat ukur panjang
4. Dengan penugasan siswa dapat membandingkan panjang benda
dilingkungan sekitar kelas
E. Tujuan Perbaikan Pembelajaran
1. Bagi siswa
54

Model Pembelajaran Kooperatif NHT dapat meningkatkan hasil belajar


dan keaktifan siswa baik secara individu maupun secara kelompok dalam
pembelajaran Matematika
2. Bagi guru
Untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
NHT pada mata pelajaran Matematika
F. Materi Pembelajaran.
 Puisi
 Alat ukur panjang
G. Metode Pembelajaran.
 mah
 Tanya jawab
 Penugasan
 Diskusi kelompok
H. Kegiatan Pembelajaaran.
1. Pendahuluan (±15 menit)
 Mengecek kesiapan belajar siswa, ruang kelas, dan media yang akan
digunakan dalam pembelajaran
 Mengkomunikasikan garis besar kompetensi dasar dan indicator yang
akan dicapai dalam pembelajaran
2. Kegiatan Inti
f. Guru dan siswa bertanya jawab tentang penyakit yang pernah dialami
oleh siswa.
g. Beberapa orang siswa menceritakan pengalamannya tentang penyakit
yang pernah dialaminya.
h. Guru membacakan puisi yang berjudul “Gigi” dan siswa
mendengarkannya.
i. Guru menuliskan pertanyaan dipapan tulis dan siswa menjawab
pertanyaan berdasarkan puisi yang dibacakan guru
j. Berdasarkan gambar tentang kesehatan siswa guru memberi penjelasan
secara umum tentang alat ukur
k. Guru mengelompokkan siswa dengan cara memberi siswa nomor.
Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 3 orang. Pemberian
55

nomor dilakukan dengan menyuruh siswa manghitung 1 sampai 3,


terus diulang sampai semua siswa mendapat nomor.
l. Tugas diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya
terhadap tugas yang berangkai yaitu:
4. Siswa bernomor 1 bertugas menulis nama nama benda yang ada di
kelas
5. Siswa bernomor 2 bertugas membandingkan panjang benda yang ada
dikelas
6. Siswa bernomor 3 bertugas mempresentasikan
m. Siswa disuruh bekerjasama antar kelompok, siswa disuruh keluar
dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa
bernomor sama dari kelompok lain untuk saling membantu atau
mencocokan hasil kerjasama mereka.
n. Setiap kelompok mengadakan presentasi dan kelompok lain
memberikan tanggapan.
o. Guru bersama-sama siswa mengadakan penilaian
3. Penutup
1. Pada kegiatan ini guru mengajak siswa bersama-sama
menyimpulkan pelajaran hari ini yaitu tentang alat ukur dan
membandingkan panjang benda.
2. Guru melakukan refleksi (bagaimana kekompakan serta kerjasama)
terhadap kegiatan kerja kelompok yang telah dilakukan.
3. Guru memberikan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk PR
4. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya dan meminta siswa belajar di rumah.
5. Guru mengakhiri pelajaran dengan cara memberikan nasehat agar
siswa rajin belajar baik di sekolah maupun di rumah serta
diakhiri dengan do’a dan salam
I. Alat dan Sumber belajar
 BSE kelas II
 Buku Bahasa Indonesia
 Buku Matematika
 Gambar orang sedang sakit
56

J. Penilaian
1. Tekhnik penilaian
 Tertulis
2. Bentuk Instrumen
 Isian
 LKS (terlampir)
3. Soal/Instrumen terlampir

Mengetahui Padang,
Kepala Sekolah Guru Kelas 2

Ernawati, S.Pd Lisa Oktavia, S.Pd


Nip.196811252005012004
57

Lampiran
Teks Puisi
Gigi Ku
Gigi
Salah satu anggota tubuhku
Tiap hari kubersihkan selalu
Kuingin gigiku sehat selalu
Bangun tidur kusikat
Habis makan kusikat
Mau tidur pun kusikat
Tak bosan aku merawat
Aku ingin gigiku sehat
Agar makan jadi nikmat
Gigi tak sering disikat
Akan mudah sakit.

Soal Instrumen
1. Judul puisi tersebut adalah .....
2. Agar gigi tetap sehat harus .....
3. Sikat gigi dilakukan pada saat .....
4. Apabila gigi tidak sering disikat akan .....
Kunci
1. Gigiku
2. Bersihkan
3. Bangun tidur, habis makan dan mau tidur
4. Mudah sakit
58

Nama: _____________________
Lembar Penilaian
1. Contoh alat ukur baku adalah ...
2. 1 jengkal merupakan contoh alat ukur .....
3. Sabun ... dari sikat gigi
4. Pohon kelapa . . . dari pada pohon pisang
5. Papan tulis lebih panjang ............... lebih pendek ......................

Kunci Lembar penilaian


1. Penggaris, meter
2. Tidak baku
3. Lebih pendek
4. Lebih panjang
5. Meja lebih pendek dari lemari
59

Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Nama (kelompok) ......................…………....


Tanggal…………
Tujuan Kegiatan : Mengetahui panjang benda dengan melakukan perbandingan
1. Tempat kegiatan : Dalam Kelas
2. Cara kerja
 Ajaklah teman kelompok belajar mu untuk mengamati benda-benda yang
ada didalam kelas
 Siswa bernomor 1 bertugas menulis nama nama benda yang ada di kelas
pada tabel yang telah tersedia
 Siswa bernomor 2 bertugas membandingkan panjang benda yang ada
dikelas
 Siswa bernomor 3 bertugas mempresentasikan (menuliskan mana benda
yang lebih panjang dan lebih pendek) pada tabel yang telah tersedia
 Siswa berkunjung ke tempat kelompok lain, cocok hasil kerjamu dengan
siswa yang bernomor sama
3. Isilah tabel dibawah ini

Nama Benda :

Perbandingan benda

................. lebih panjang ............. lebih pendek .............

................ lebih panjang .............. lebih pendek .............

................ lebih panjang .............. lebih pendek .............

............. lebih panjang .............. lebih pendek .............

............. lebih panjang ............. lebih pendek ............


60

Anda mungkin juga menyukai