Anda di halaman 1dari 39

TUGAS PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

MODEL 221
NAMA : TARI INSTANTI DEWI BANGUN
NIM : NIM
KELAS : B
SEMESTER : III

YOUTUBE CHANNEL : Tanti Bangun


LINK VIDEO
https://youtu.be/VcGJGjQDG44
Lembar Laporan Refleksi Praktek Mengelola Pembelajaran Kelas Rangkap

Nama : Tari Instanti Dewi Bangun


NIM : 856025063
Kelas / Semester : B / III
Mata Kuliah : Pembelajaran Kelas Rangkap

Kemunculan
Komponen Contoh / Komentar
Ya Tidak
A. Mengadakan pendekatan secara pribadi Dalam pembelajaran guru
1. Menunjukkan kehangatan dan kepekaan V menunjukkan kehangatan, terlihat dari
guru yang menanyakan kabar siswa dan
2. Mendengarkan secara simpatik V mengecek kehadiran masing-masing
3. Memberikan respons positif V siswa tiap kelas. Guru mendengarkan
4. Membangun hubungan saling mempercayai V siswa secara simpatik dan memberi
respons positif ketika murid
5. Menunjukkan kesiapan membantu siswa V mengemukakan pendapatnya. guru
6. Menerima perasaan siswa V juga membantu siswa untuk bersiap
7. Mengendalikan situasi V sebelum memulai pelajaran.

B. Mengorganisasikan kegiatan Guru memberi orientasi umum dengan


mengarahkan anak duduk sesuai kelas
1. Memberi orientasi umum V
dan kemudian membentuk kelompok
2. Memvariasikan kegiatan V baik untuk kelas 4 dan kelas 5. Lalu
3. Membentuk kelompok V masing-masing kelompok mengerjakan
tugas. Guru membagikan perhatian ke
4. Mengkoordinasikan kegiatan V
semua kelompok agar anak bekerja
5. Membagi perhatian V sesuai dengan tugasnya.
6. Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi V
C. Membimbing dan memudahkan belajar Guru melakukan supervisi dengan
mendekati kelompok-kelompok dan
1. Memberikan penguatan V memantau apa yang dikerjakan siswa.
2. Melakukan supervisi proses awal V Dan guru memandu salah satu siswa
dalam kelompok untuk membacakan
3. Melakukan supervisi proses lanjut V
hasil laporan kelompoknya.
4. Melakukan supervisi pemaduan V
D. Keterampilan merencanakan dan Pada keterampilan merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran melaksanakan pembelajaran, guru di
1. Membantu siswa menetapkan tujuan belajar V awal sudah menetapkan dan
menyampaikan tujuan belajar,
2. Merencanakan pembelajaran V
merencanakan pembelajaran yang akan
3. Bertindak sebagai penasihat bagi siswa V dilakukan. Guru juga sudah bertindak
4. Membantu siswa menilai hasil belajarnya sebagai penasihat dengan
sendiri V mengomentari hasil belajar siswa.
LAPORAN ANALISIS PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
DIJADIKAN MODEL PEMBELAJARAN

UNIVERSITAS TERBUKA

Disusun Oleh :

NAMA : TARI INSTANTI DEWI BANGUN


NIM 856025063

PROGRAM STUDI PGSD – S1


(UPBJJ-UT) MEDAN
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sumber dari segala sumber kemajuan suatu bangsa, karena
dengan melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa tersebut dapat
ditingkatkan. Sumber daya manusia merupakan aset utama dalam membangun suatu
bangsa, tidak terkecuali bagi bangsa Indonesia. Kemajuan suatu bangsa di masa sekarang
dan masa datang akan sangat ditentukan generasi muda yang akan menjadi penerus
bangsa itu sendiri. Sistem pendidikan yang bermutu membutuhkan manajemen
pendidikan yang baik.
Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap orang, karena itu pendidikan
menjadi hak bagi setiap warga negara. Pemerintah harus memberikan jaminan kepada
setiap warganya untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Maka dari itu pemerintah
telah berupaya untuk mewujudkan komitmennya dalam rangka pemenuhan hak
pendidikan bagi warga negara melalui wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, sebagai
wujud pembangunan pendidikan secara utuh bagi seluruh warga negaranya. Rendahnya
kualitas pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dikarenakan oleh kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak bangsa, terlebih lagi
kurangnya peran serta pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan menjadi
penghambat kualitas pendidikan di Indonesia.Contohnya penyebaran alokasi dana
program pendidikan yang tidak tersebar secara merata, kurangnya bahan belajar
mengajar, rendahnya kualitas tenaga pendidik dan tidak tersedia fasilitas yang memadai.
Layanan pendidikan dasar tidak hanya memenuhi kebutuhan pendidikan yang formal saja
namun juga individu yang memerlukan layanan khusu, seperti Anak Berkebutuhan
Khusus, anak-anak yang tinggal did daerah terpencil dan anak-anak yang berasal dari
keluarga miskin.
Suatu kondisi yang bertolak belakang bahwa memang sekolah-sekolah yang
terletak di daerah perkotaan padat penduduk atau sekolah-sekolah favorit mempunyai
jumlah siswa yang stabil. Tetapi di daerah lain, beberapa sekolah di daerah terpencil
memiliki jumlah siswa di bawah ambang batas kelayakan. Kondisi tersebut merupakan
fenomena baru dalam pendidikan dasar, akibatnya banyak sekolah yang kekurangan
siswa. Bahkan di beberapa daerah yang sekolahnya didirikan pada tahun 1980-an harus
tutup karena tidak ada siswanya. Maka dari itu kondisi ini membutuhkan kebijakan
khusus dari Pemerintah.
Adapun kebijakan dari pemerintah dalam menghadapi masalah ini ada dua jenis.
Kebijakan pertama adalah melakukan regrouping sekolah (merger), sehingga sekolah
memiliki jumlah siswa sesuai persyaratan. Akibat regrouping ini akan ada sekolah yang
ditutup. Akibat negatif lainnya, seperti siswa terpaksa berhenti sekolah karena lokasi
sekolah regrouping jauh dan guru juga terpaksa pindah ke sekolah yang mungkin lebih
jauh. Meskipun secara ekonomis kebijakan regrouping berdampak positif bagi
pemerintah, di beberapa daerah ternyata mempunyai dampak negatif bagi guru maupun
siswa.
Kebijakan selanjutnya yaitu tetap mempertahankan sekolah-sekolah kecil dengan
menerapkan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Melalui model ini, jumlah siswa yang
tidak memenuhi ambang batas dibiarkan seperti apa adanya, kemudian dilakukan
penggabungan dua atau tiga tingkat kelas dalam kelas yang sama dengan satu guru. Maka
guru harus dibekali dengan pengelolaan siswa heterogen dalam satu kelas yang sama.
Pembelajaran kelas rangkap mengatasi masalah kekurangan tenaga guru, jumlah siswa
yang sedikit, letak geografis yang sulit dijangkau, keterbatasan ruangan dan
ketidakhadiran guru.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Pembelajaran Kelas Rangkap bisa dijadikan suatu model pembelajaran
untuk saat ini ?

C. Tujuan Pendidikan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan penulisan laporan ini yang ingin
dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui Pembelajaran Kelas Rangkap bisa dijadikan model
pembelajaran unntuk saat ini.
BAB II
ISI LAPORAN

A. Pendapat Pribadi PKR Sebagai Model Pembelajaran


Menurut saya, di Indonesia masih ditemukan banyak daerah yang belum
mendapatkan akses pendidikan yang merata. Ditemukan banyak daerah di pelosok negeri
yang belum terjamah, kekurangan guru dan juga kurangnya fasilitas kesempatan untuk
menikmati pendidikan. Misalnya anak Suku Dalam yang ada di Jambi, yang dahulunya
menolak pendidikan karena menganggap itu sebuah ancaman bagi budayanya. Oleh
karena itu, dalam memberikan pendidikan bagi anak suku dalam diperlukan strategi
adaptasi tertentu yang tidak semua guru memilikinya.
Dalam masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid di Sekolah
yang berada di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang ada di
daerah. Akibat kekurangan guru mungkin saja akan menambah adanya perbedaan. Salah
satu upaya untuk mengatasi kekurangan guru di beberapa Sekolah Dasar di Indonesia
adalah dengan penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Tetapi mengajar dengan
model Pembelajaran Kelas Rangkap bukan penyebab kurang baiknya kualitas belajar.
Hanya saja kita belum menemukan teknik yang tepat dalam melakukannya. Maka dari itu
diharapkan pemahaman yang baik tentang PKR oleh guru maupun calon guru agar
mampu melaksanakan pembelajaran PKR dengan efektif dan efisien. Sehingga anggapan
bahwa PKR sulit diatasi itu dapat ditepis dengan menganggap PKR adalah sebuah
tantangan yang harus dihadapi dan dijalani sebagai tugas guru.
Dalam PKR lebih banyak menuntut siswa belajar secara mandiri dan kontekstual,
sehingga secara tidak langsung interaksi antara siswa yang baik dan intensif akan
membentuk karakter pribadi siswa yang positif. PKR ini juga cocok diterapkan dalam
Kurikulum 2013 yang menekankan pada pendekatan tematik. Pembelajaran tematik
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai komptensi dari
berbagai mata pelajaran. Adapun pengintegrasian tersebut dapat dilakukan dalam 2 hal
yaitu integrasi sikap, kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses
pembelajaran serta pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan. Oleh karena itu
PKR masih bisa dijadikan solusi yang tepat untuk saat ini demi tercapainya tujuan
pembelajaran.
B. Sumber Berita Sebagai Pendukung Diperlukannya PKR

https://www.inovasi.or.id/id/practices/bangkitkan-semangat-guru-dan-siswa-melalui-
model-pembelajaran-kelas-rangkap/

Di SDN Sukapura 3 Probolinggo merupakan salah satu sekolah di lereng Gunung Bromo
yang memiliki permasalahan kekurangan guru. Dengan jumlah 51 siswa, sekolah hanya
memiliki satu guru PNS dan empat guru honorer. Sang Kepala Sekolah pun tak bisa
berbuat banyak, karena kekurangan guru memang sudah menjadi masalah di wilayah-
wilayah terpencil di Kabupaten Probolinggo. Kehadiran program rintisan kelas rangkap
yang dikembangkan di Kecamatan Sukapura, Probolinggo, sangat memberikan
pencerahan pada SDN Sukapura 3 Probolinggo.

https://surabaya.tribunnews.com/2019/09/16/dorong-efisiensi-pembelajaran-di-sekolah-
terpencil-pemprov-jatim-jajaki-model-kelas-rangkap
Pemerintah Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Balitbang Kemendikbud
untuk mulai menjajaki model penerapan kelas rangkap di sejumlah sekolah dasar di Jawa
Timur. Program ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan, terutama pada kemampuan
literasi baca tulis dan hitung. Menurut Emil Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur saat itu,
program ini menunjukkan progress yang baik. Dilihat dari nilai anak didik yang semakin
baik.

C. Teori Pendukung Pelaksanaan PKR


Menurut Djalil (2012) menyatakan bahwa Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
adalah bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu
ruang kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat
kelas yang berbeda. Pembelajaran kelas rangkap juga mengandung makna seorang guru
mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid dengan kemampuan
belajar yang berbeda-beda.
Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang
mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di mana dikelola
oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada
kemajuan individual para siswa (Franklin, 1967). Namun demikian selain definisi
tersebut, ada sebagian praktisi pendidikan membedakan definisi dari multigrade dengan
multiage karena perbedaan tujuannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Elkind (1987), bahwa istilah multigrade di mana
kelas yang berbentuk seperti itu akan berisi para siswa dari 2 atau lebih tingkatan kelas
dengan satu guru di ruangan yang sama pada suatu waktu. Para siswa di kelas tersebut
tetap menggunakan kurikulum yang spesifik untuk tingkatan kelasnya sendiri dan
demikian pula dengan tingkat kesukaran tesnya pun disesuaikan dengan tingkatan kelas
mereka. Dengan demikian, kelihatan bahwa kelas multigrade atau pembelajaran kelas
rangkap model itu diadakan untuk alasan administrasi dan ekonomi. Seperti halnya yang
terjadi di sekolah-sekolah daerah terpencil di Indonesia banyak guru yang merangkap
kelas karena memang tidak ada tenaga guru bukan karena tujuan atau alasan pendidikan.
Lain halnya dengan istilah multiage yang mengacu pada praktek pembelajaran kedua
tingkatan usia dan kelas yang sengaja dicampur karena kepentingan tujuan pendidikan
yang diinginkan.
Kelebihan dan Kelemahan Model PKR

Menurut Susilowati dalam bukunya Pembelajaran Kelas Rangkap menjelaskan bahwa:


Kelebihan Model PKR 221
 Peserta didik mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan kebiasaan
bekerja secara independen dan keterampilan belajar sendiri. Kelompok diantara
para siswa yang berbeda usia dan tingkatan mempunyai kecenderungan
berkembangnya etika, kepedulian tanggung jawab kelompok.
 Peserta didik mengembangkan sikap positif tentang saling membantu sama yang
lain.
 Para siswa yang belajar dalam kelas rangkap akan lebih berkembang dengan
perpaduan antara strategi pembelajaran kelas rangkap, pembelajaran kooperatif,
kelompok yang beragam, tugas-tugas yang menunjang perkembangan, pendekatan
tutor multiusia, waktu yang luwes dan evaluasi yang positif.

Kelemahan Model PKR 221


 Keterbatasan berbagai sumber belajar untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran
terutama yang berupa buku-buku teks, bahan belajar yang lainnya dan alat bantu
mengajar.
 Jika Siswa dalam kelas jumlahnya lebih dari 25 siswa maka kelas PKR harus
dibagi menjadi 2 kelas.
 Tidak semua guru memiliki kemampuan mengelola siswa heterogen dalam
ruangan yang sama.
Dari uraian di atas model ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan model ini
adalah dapat meningkatkan keaktifan siswa, untuk bekerjasama denganantara tingkat
kelas yang berbeda dalam satu ruangan yang sama, dan juga melatih siswa agar berani
untuk bertanggung jawab terhadap kelompok yang diembannya,
dan kelemahan dari model ini yaitu tidak semua siswa mempunyai keberanian untuk
mengembangkan potensi yang ada didalam diri siswa tersebut, disamping itu tidak semua
guru bisa mengembangkan kemampuan untuk mengelola siswa yang heterogen dalam
ruangan yang sama.
Menurut Wardhani, IGK dalam bukunya Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap
menjelaskan bahwa:
Kelebihan Model PKR 221
 Kegiatan pendahuluan dan penutupan masing-masing kelas dapat dilakukan secara
bersama-sama dalam ruangan yang akan digunakan untuk pembelajaran.
 Tidak membuang waktu terlalu banyak dalam pembelajaran, sebab dua kelas
melakukan pembelajaran dalam satu ruangan bersama-sama.
 Guru mudah dalam melakukan pemantauan terhadap siswa selama pembelajaran
berlangsung.
 Menghemat tenaga guru karena tidak perlu berpindah-pindah ruangan.
 Membina persahabatan antar kelas.
 Guru lebih kreatif dalam merancang pembelajaran agar tetap tercipta iklim kelas
yang menyenangkan.

Kelemahan Model PKR 221


 Siswa tidak dapat fokus dengan apa yang sedang dipelajari atau dikerjakan karena
terganggu oleh aktivitas kelas lain.
 Tidak semua guru memiliki kemampuan mengelola siswa heterogen dalam
ruangan yang sama.
 Bertambahnya pekerjaan administratif, pekerjaan akademik, pelayanan dan
tanggung jawab guru terhadap siswa karena guru mengajar kelas rangkap.

Prinsip-Prinsip yang Mendasari PKR


Prinsip-prinsip dalam PKR adalah ketentuan – ketentuan umum yang khusus
memandu dan mengarahkan pikiran dan perilaku guru dalam menyikapi dan mengelola
pembelajaran. PKR seperti pembelajaran pada umum memiliki prinsip umum baik yang
bersifat psikologis- pedagogis maupun didaktik-metodik.
Sedangkan yang bersifat psikologis-pedagogis adalah yang berkenaan dengan perubahan
perilaku siswa, sedangkan yang bersifat didaktik-metodik adalah yang berkenaan dengan
strategi atau prosedur pembelajaran. Beberapa prinsip umum psikologis-pedagogis antara
lain :
 Perbedaan individual anak dalam perkembangan kognitif, sikap, dan perilaku
menuntut perlakuan pembelajaran yang cocok dengan tingkatannya. Misal,
perlakuan terhadap siswa kelas III tentu harus berbeda dengan perlakuan terhadap
siswa kelas IV. Pada tingkat usia kelas III proses berfikir kongkrit lebih dominan,
sedangkan siswa kelas IV sudah mulai dapat berfikir abstrak.
 Motivasi sangat diperlukan dalam belajar baik yang datang dari diri siswa atau
”motivasi instrinsik” maupun yang datang dari luar diri siswa atau motivasi
instrumental. Oleh karena itu pembelajaran harus diawali dengan menumbuhkan
motivasi siswa agar terasa butuh dan mau belajar. Bila sudah tumbuh , motivasi
tersebut perlu dipelihara dan malah ditingkatkan melalui berbagai bentuk
penguatan atau” reinforcement ”.
 Belajar sebagai proses akademis dalam diri individu untuk membangun
pengetahuan, sikap dan ketrampilan melalui transformasi pengalaman. Proses
tersebut dapat dipandang sebagai suatu siklus proses pengalaman kongkrit
(concrete experience ), pengamatan mendalam ( reflective observation ),
pemikiran abstrak ( abstract conceptualization ), dan percobaan atau penerapan
secara aktif ( active experimentation ).
 Belajar dari teman seusia atau “peer group “ terutama mengenai sikap dan
ketrampilan sosial dapat berhasil dengan baik melalui interaksi sosial yang
sengaja dirancang.
 Pencapaian dampak instructional atau ”instructional effects” dan dampak
pengiring atau ”nurturant effect” menuntut lingkungan dan suasana belajar yang
dirancang dengan baik oleh guru dan terciptanya suasana belajar secara
kontekstual.
Implementasi dari prinsip umum psikologis-pedagogis terhadap pembelajaran adalah
munculnya prinsip didaktik-metodik sebagai berikut :
 Penganekaragaman pembelajaran agar dapat melayani perbedaan individual siswa.
 Pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar agar dapat membangkitkan,
memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa.Penerapan aneka pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran yang berpotensi mengaktifkan siswa dalam
keseluruhan siklus proses belajar.
 Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiring.

Di samping memiliki prinsip umum di atas, PKR memiliki prinsip khusus seperti
berikut:
 Keserempakan kegiatan belajar-mengajar
 Kadar tinggi waktu keaktifan akademik.
 Kontak psikologis guru-murid yang berkel
 Lanjutan.Pemanfaatan sumber belajar yang efisien.
 Belajar dari teman sebaya.
 Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan pengiring.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah suatu bentuk pembelajaran
yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan
menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara
peserta didik dengan peserta didik. Dan memberi kesempatan siswa untuk belajar sesuai
minat dan kemampuan, adanya bantuan dari guru serta kemungkinan keterlibatan siswa
dalam perencanaan pembelajarannya.
Bagi seorang guru PKR, penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perseorangan akan sangat membantu dalam mengorganisasikan kegiatan belajar
mengajar. Berbagai keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat
dilakukan dengan mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian, dengan
memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas, membimbing dan
memudahkan belajar, yang mencakup penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi
pembelajaran, perencanaan penggunaan ruangan serta pemberian tugas yang jelas,
menantang, dan menarik.
Maka pembelajaran model PKR sangat memungkinkan untuk diterapkan sebagai
solusi dan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran dimana dalam penerapannya mampu
menjadi solusi untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi tiap-tiap sekolah di
daerah.

B. Saran
Sekolah yang melaksanakan PKR dalam sekolah hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip agar nantinya jika pelaksanaan ini terwujud , dapat menjadi Pembelajaran
Kelas Rangkap yang ideal. PKR yang ideal dan terencana menerapkan prinsip-prinsip
PKR akan menyebabkan belajar menjadi menyenangkan dan menantang, dan guru pun
menjadi kreatif dalam memanfaatkan sumber belajar, menciptakan iklim kelas yang ceria,
membuat murud menjadi aktif dan menyenangkan sehingga muncul kerjasama dan
persaingan yang sehat antar murid.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.inovasi.or.id/id/practices/bangkitkan-semangat-guru-dan-siswa-
melalui- model-pembelajaran-kelas-rangkap/

https://surabaya.tribunnews.com/2019/09/16/dorong-efisiensi-pembelajaran-di-
sekolah- terpencil-pemprov-jatim-jajaki-model-kelas-rangkap

IGK. AK. Wardhani, Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap, Materi Pokok


(Jakarta:Universitas Terbuka, 1998)

IGK. AK. Wardhani, Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap, Materi Pokok


(Jakarta:Universitas Terbuka, 2012)

Susilowati, Pembelajaran Kelas Rangkap, (Jakarta: Universitas Terbuka,

2001) Aria Djalil, Pembelajaran Kelas Rangkap (Tangerang: Universitas

Terbuka, 2020)

Nanang Hanfiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung:


RefikaAditama, 2012), hlm.41

Anda mungkin juga menyukai