Pendidikan bagi anak tunanetra tidak hanya terbatas pada sekolah khusus atau dalam
system segregasi saja. Akan tetapi mereka juga memiliki kesempatan yang sama untuk
menempuh dan mengikuti pendidikan melalui system integrasi/ terpadu atau pendidikan inklusif.
Sehingga banyak anak tunanetra sudah lebih banyak mengikuti pendidikan nonsegregrasi
dibandingkan dengan anak-anak yang berkebutuhan khusus seperti tunarungu, tunagrahita maupun
tunadaksa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan adanya
pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang
terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan
mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami penyimpangan atau
kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila dibandingkan dengan nak yang
normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat
perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik
motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi
social, serta kreatifitasnya.Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan
khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan
dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-
aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara
besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu
perubahan perilaku kearah pendewasaan.
Tujuan
1. Pengertian,klasifikasi, penyebab serta cara pencegahan terjadinya ketunanetraan
2. Menjelaskan dampak ketunanetraan
3. Menjelaskan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak tunanetra
A. Kegiatan Pembelajaran 1
a. Definisi
Tunanetra Indonesia/ Pertuni (2004). Mendefinisikan Tunanetra yaitu sebagai berikut :
Orang Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali
( buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan.
organ mata yang normal dalam menjalankan fungsinya sebagai indra penglihatan
melalui proses pantulan cahaya dari objek di lingkungannya ditangkap oleh mata melewati
kornea, lensa mata dan membentuk bayangan nyata, terbalik, diperkecil pada
retina.selanjutnya melalui syaraf penglihatan bayangan benda dikirim ke otak dan
terbentuklah kesadaran orang tentang objek yang dilihatnya.
Sedangkan organ mata yang yang tidak normal atau berkelainan yaitu bayangan benda
yang ditangkap oleh mata tidak dapat dteruskan oleh kornea, lensa mata, retina dan ke syaraf
karena suatu sebab, misalnya kornea mata mengalami kerusakan, kering, keriput, lensa mata
menjadi keruh, atau syaraf yang menghubungkan mata dengan otak mengalami gangguan.
Seseorang yang mengalami konisi tersebut dikatakan sebagai penderita kelainan penglihatan
atau tunanetra.
Orang tunanetra yang masih memiliki sisa penglihatan yang fugsional seperti ini kita
sebut sebagai “ kurang waras” atau dikenal dengan sebutan “Low vision”
Konsensus Internasional menggunakan 2 jenis definisi sehubungan dengan kehilangan
penglihatan yatitu sebagai berikut:
ketajaman penglihatan yang biasa dilakukan oleh tenaga medik. Sehingga definisi ini
sering disebut juga dengan istilah definsi secara medik atau klinis. Kenapa definisi ini
dikatakan legal? karena sering dijadikan persyaratan untuk menentukan syah atau
tidaknya seseorang dikatagorikan sebagai tunanetra. Selain itu karena biasa dipakai oleh
memperoleh akses keuntungan tertentu seperti : asuransi tertentu, bebas bea transportasi
dan untuk menentukan perangkat alat bantu yang sesuai dengan kebutuhannya. Ada 2
a. ketajaman penglihatan
b. medan pandang
Cara yang paling umum untuk mengukur ketajaman mata dengan Kartu Snelen yg terdiri
dari huruf huruf atau angka angka yang tersusun berbaris berdasarkan ukuran besarnya.
Buta : <3/60
Tuna Netra menurut definisi legal adalah Mereka yang memiliki ketajaman
penglihatan dari mulai 20/70 f hingga buta total.
Blind secara legal adalah mereka yang memiliki ketajaman penglihatan 20/200 f
atau kurang(lebih buruk).
Low Vision secara legal adalah mereka yang memiliki ketajaman penglihatan
20/70 f sampai dnegan 20/200 f.
Definisi secara Penddikan biasa dia anut (dipakai ) oleh para pendidik untuk kebutuhan
pendidikan .
Adapun pengertian dari Tuna Netra secara pendidikan adalah mereka yang
memiliki gangguan pada penglihatannya secara signifikan sehingga
membutuhkan pelayanan yang khusus.
Blind secara pendidikan adalah mereka yang memiliki atau mengalami
gangguan penglihatan dan meskipun telah di bantu sedemikian rupa agar dapat
membaca tetap sisa penglihatannya tidak dapat digunakan untuk
membaca.sehingga harus membaca menggunakan Braille.
Low Vision secara Pendidikan adalah mereka yang memiliki atau mengalami
gangguan penglihatan dan sisa penglihatannya masih dapat digunakan untuk
membaca dengan memperbesar huruf atau menggunakan alat bantu.
Jika seseorang didefinisikan secara medis atau legal mengalami Blind belum tentu
orang tersebut mengalami blind secara pendidikan. Karena biasanya orang yang
didefinisikan Blind secara legal masih dapat membaca tulisan walaupun dengan
memperbesar tulisan tersebut.
Berdasarkan acuan tersebut, anak tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
yaitu ;
a. Buta
Dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar
(visusnya= 0).
b. Low Vision
Bila anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajaman lebih dari
6/21, atau jika anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar.
2) Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian
daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti
pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.
3) Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.
2) Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan
retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk membantu proses
penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa positif.
3) Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena
ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga
bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina.
Untuk membantu proses penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan kacamata
koreksi dengan lensa silindris.
a. Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya
dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara lain:
1) Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan
bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra.
2) Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam kandungan dapat
disebabkan oleh:
b. Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau
setelah bayi lahir antara lain:
1) Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat
atau benda keras.
Amblyopia, yakni diakibatkan oleh suatu penyakit yang dapat teramati dan yang
chromosome.
Cedera (Trauma) dan Radiasi yaitu penggunan sofelens atau benda benda yang
vitamin A.
Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata
NIstagmus, Yaitu gerakan otot mata yang menghentak-hentak secara tak sadar
Retinitis Pigmentosa (RP) Yaitu, Adanya degenerasi retina dan choroid, adanya
Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata,
diabetis.
Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah
penglihatan.
b. Pemberian imunisasi
e. Perbaikan gizi
g. Penyuluhan genetika
h. Perundang undangan
i. Deteksi dini
masyarakat awam tentang keadaan yang mungkin terbentuk bila orang kehilangan
diperoleh melaui indra selain penglihatan itu tersedia bagi semua orang ,dan
hanya apabila sumber utama informasi yang berkaitan dengan indra penglihatan
itu berkurang,maka sumber- sumber lain itu menjadi lebih dihargainya dan
ada indra ke -6 namun hanya ada indra pendengaran,indra peraba dan penciuman
A. PROSES PENGINDRAAN
a. Indra pendengaran
Melalui latihan ,pendengaran jadi peka terhadap bunyi-bunyi kecil,seperti tetasan air
dari keran yang bocor,bunyi goresan orang menulis menggunakan pena dan
perbedaan panci dan piring yang diletakkan seseorang diatas meja.dengan melatih
pendengaran seperti ini tanpa kita sadari apa yang dilakukan oleh orang sekitar
b. Indra perabaan
mungkin tidak menyadari indra perabaan ini dapat memberikan informasi yang
akan fungsi indra peraba anda akan mendapati bahwa banyak informasi tentang
ada disana tetapi anda tidak membutuhkannya karna anda selalu bergantung pada
indra penglihatan.namun,indra peraba tidak hanya terbatas pada tangan saja arus
udara yang menerpa wajah anda dapat menginformasikan bahwa pintu atau
jendela terbuka ,kaki anda akan mendeteksi karpet tikar,rumput atau tanah.bagi
permukaan tanah yang akan dilaluinya.daya imajinasi dan kreativitas ini yang
telah membantu para tuna netra mengakses berbagai peralatan normalnya diakses
Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai tuna netra masih mempunyai sisa
besar individu low vision dapat merespon dengan baik terhadap warna- warna dan
pencahayaan yang memadai.selain itu, individu low vision juga perlu tambahan
modifikasi alat bantu belajar/kerja agar fungsi sisa penglihatan dapat lebih
1. Visualisasi
bergerak secara mandiri individu tuna netra menggunakan ingatan visual (visual
memory ) atau visualisasi ( visula mandiri )atau Visualisasi ( peta mental ).setelah
pikirannya.
2. Ingatan Kinestatik
ingatan kinestatik adalah ingatan tentang kesadaran otot yang dihasilkan oleh
dikontrol oleh sistem vsetibular,yang berpusat di bagian atas dari telinga bagian
3. Persepsi Objek
individu tuna netra menyadari bahwa suatu benda hadir disampingnya atau
dihadapannya meskipun dia tidak memiliki penglihatan sama sekali dan tidak
menyentuh benda itu. Fenomena itu dapat dijelaskan bahwa dia mendengar gema
langkah kakinya atau bunyi lain yang ditimbulkan yang dipantulkan oleh benda
kulitnya.biasanya pesepsi objek ini dikembangka oleh indivdu tuna netra yang
1. Kontak mata
2. Cara memegang
3. Posisi pegangan
4. Jalan sempit
6. Melewati tangga
7. Melangkahi lubang
8. Duduk di kursi
b. Cara mengorientasi
Dengan memberikan arahan lebih detail serta terperinci dalam menunjukkan arah
Tidak semua individu tuna netra memerlukan bantuan,sebagai orang awas sebaiknya
disekolah khusus bagi tunanetra yang disebut Sekolah Luar Biasa bagian A ( SLB/
Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik
yang memiliki kelainan dan Memiliki Potensi K kecerdasan dan /atau Bakat
sama dengan peserta didik pada umumnya”.di atntaranya adalah siswa tunanetra.
siswa lain, strategi ini harus dimodifikasi agar pelajaran dapat ditangkap melalui
sisa kemampuan penglihatan anak yang terbatas ( bagi penyandang low vision ),
dapat secara langsung berpengalaman hanya dengan hal-hal yang berada dalam
jangkauan tangannya dan dapat dirabanya secara aman, Untuk memastikan bahwa
anak memperoleh pendidikan yang tepat, orang tua dan guru dengan pelatihan
khusus harus bekerja sama untuk memberikan dunia pengalaman kepada anak
pada dasarnya sama dengan tujuan bagi anak-anak lain.Tujuan itu antara lain
perlu dilakukan asesmen yang tepat shingga guru dapat melakukan penyesuaian
Berikut ini dijelaskan kebutuhan pendidikan khusus, strategi, media, serta evaluasi
yang apabila tidak mendapat intervensi yang efektif, berdampak sangat buruk
incidental karena mereka sring tidak menyadari adanya kegiatan – kegiatan kecil
Berikut ini adalah penjelasan untuk beberapa dari kebutuhan khusus berikut:
1. Pengembangan Konsep
diperlukan informasi sensori (sensory information) dari indra untuk diolah dan
disimpan dalam otak. Konsep dapat disamakan dengan kognitif dalam teori
alat bantu khusus) yang memanfaatkan indra-indra nonvisual atau sisa indra
indra penglihatan.
paling efisien sesudah indra penglihatan.sejalan dengan hal ini, banyak alat bantu
belajar dan alat-alat bantu kegiatan kehidupan sehari-hari lainnya dibuat timbul
atau bersuara.
3. Kereramplan sosial/Emosional
diatas maka McGaha dan Farran menemukan bahwa anak tunanetra lebih sering
reguler maupun setting program rehabilitas, 2,5 kali lebih tinggi kemungkinan
dari pada anak awas prasekolah untuk berada dkat dngan gurunya, sedangkan
anak awas 2,5 kali lebih tinggi kemungkinan untuk berada dekat teman sebaya.
orientas, yaitu kemampuan untuk memahami hubungan lokasi antara satu obyek
orientasi dan mobilitas telah merumuskan dua cara yang dapat ditempuh oleh
lingkungan sebagai rute yang berurutan,atau dengan metode peta kognitif yang
1991).
5. Keterampilan Menggunakan Sisa Penglihatan
yang fungsional,dan banyak diantara mereka masih dapat membaca dan menulis
menggunakan tulisan biasa dngan pengaturan pada satu atau tiga aspek
tampilan tulisan).
1. Strategi Pembelajaran
tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran
belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran tersebut berjalan dngan efektif
dan efisien.
sebagai berikut.
c. Berdasarkan pertimbangan dan pengaturan guru, ada dua macam strategi, yaitu
e. Brdasarkan interaksi guru dan siswa, terdapat strategi pembelajaran tatap muka
a. Strategi individualisasi
b. Strategi kooperatif
a. Prinsip individual
c. Prinsip totalitas
2. Media Pembelajaran
Jenis-jenis alat peraga dan alat bantu pemblajaran yang dapat digunakan dalam
a. Alat peraga
4. Alat bantu audio yang sering digunakan oleh anak tunanetra yaitu tape recorder.
C. Evaluasi pembelajaran
1. Soal yang diberikan kepada siswa tunanetra yang tergolong buta, hendaknya
dalam bentuk huruf Braille,sedangkan bagi siswa low vision dapat menggunakan
Braille, anda dapat bkerja sama dengan GPK atau guru pembimbing khusus.
3. Waktu pelaksanaan tes bagi siswa tunanetra hendaknya lebih lama dibandingkan
A. Kesimpulan
sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang
bersifat khusus.
yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu penguatan kondisi mental orang tua
yang memiliki anak berkebutuhan khusus, dukungan sosial yang kuat dari
tetangga dan lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus tersebut, dan yang
terakhir adalah peran aktif pemerintah dalam menjadikan pelayanan kesehatan dan
Definisi Legal:
Definisi Definisi Edukasional:
berdasarkan DEFINISI Definisi untuk tujuan
peraturan pendidikan
perundang-
undangan