Anda di halaman 1dari 28

MODUL 4

PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA

Pendidikan bagi anak tunanetra tidak hanya terbatas pada sekolah khusus atau dalam
system segregasi saja. Akan tetapi mereka juga memiliki kesempatan yang sama untuk
menempuh dan mengikuti pendidikan melalui system integrasi/ terpadu atau pendidikan inklusif.
Sehingga banyak anak tunanetra sudah lebih banyak mengikuti pendidikan nonsegregrasi
dibandingkan dengan anak-anak yang berkebutuhan khusus seperti tunarungu, tunagrahita maupun
tunadaksa.

Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan adanya
pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang
terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan
mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami penyimpangan atau
kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila dibandingkan dengan nak yang
normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat
perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik
motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi
social, serta kreatifitasnya.Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan
khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan
dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-
aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara
besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu
perubahan perilaku kearah pendewasaan.

Tujuan
1. Pengertian,klasifikasi, penyebab serta cara pencegahan terjadinya ketunanetraan
2. Menjelaskan dampak ketunanetraan
3. Menjelaskan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak tunanetra
A. Kegiatan Pembelajaran 1

Definisi, Klasifikasi, Penyebab dan Cara Pencegahan terjadinya ketunanetraan

a. Definisi
Tunanetra Indonesia/ Pertuni (2004). Mendefinisikan Tunanetra yaitu sebagai berikut :
Orang Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali
( buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan.

organ mata yang normal dalam menjalankan fungsinya sebagai indra penglihatan
melalui proses pantulan cahaya dari objek di lingkungannya ditangkap oleh mata melewati
kornea, lensa mata dan membentuk bayangan nyata, terbalik, diperkecil pada
retina.selanjutnya melalui syaraf penglihatan bayangan benda dikirim ke otak dan
terbentuklah kesadaran orang tentang objek yang dilihatnya.
Sedangkan organ mata yang yang tidak normal atau berkelainan yaitu bayangan benda
yang ditangkap oleh mata tidak dapat dteruskan oleh kornea, lensa mata, retina dan ke syaraf
karena suatu sebab, misalnya kornea mata mengalami kerusakan, kering, keriput, lensa mata
menjadi keruh, atau syaraf yang menghubungkan mata dengan otak mengalami gangguan.
Seseorang yang mengalami konisi tersebut dikatakan sebagai penderita kelainan penglihatan
atau tunanetra.
Orang tunanetra yang masih memiliki sisa penglihatan yang fugsional seperti ini kita
sebut sebagai “ kurang waras” atau dikenal dengan sebutan “Low vision”
Konsensus Internasional menggunakan 2 jenis definisi sehubungan dengan kehilangan
penglihatan yatitu sebagai berikut:

1. Definisi secara legal (Legally Definition)

Definisi secara legal didasarkan pada hasil pengukuran terhadap

ketajaman penglihatan yang biasa dilakukan oleh tenaga medik. Sehingga definisi ini

sering disebut juga dengan istilah definsi secara medik atau klinis. Kenapa definisi ini

dikatakan legal? karena sering dijadikan persyaratan untuk menentukan syah atau

tidaknya seseorang dikatagorikan sebagai tunanetra. Selain itu karena biasa dipakai oleh

masyarakat awam dan profesi kedokteran.


Digunakan pada profesi Medis untuk menentukan apakah seseorang berhak

memperoleh akses keuntungan tertentu seperti : asuransi tertentu, bebas bea transportasi

dan untuk menentukan perangkat alat bantu yang sesuai dengan kebutuhannya. Ada 2

aspek yang diukur :

a. ketajaman penglihatan

b. medan pandang

Cara yang paling umum untuk mengukur ketajaman mata dengan Kartu Snelen yg terdiri

dari huruf huruf atau angka angka yang tersusun berbaris berdasarkan ukuran besarnya.

Klasifikasi ketajaman penglihatan menurut WHO:

Mata normal : 6/6 hingga 6/18

Mata kurang awas : <6/18 hingga >3/60

Buta : <3/60

 Tuna Netra menurut definisi legal adalah Mereka yang memiliki ketajaman
penglihatan dari mulai 20/70 f hingga buta total.
 Blind secara legal adalah mereka yang memiliki ketajaman penglihatan 20/200 f
atau kurang(lebih buruk).
 Low Vision secara legal adalah mereka yang memiliki ketajaman penglihatan
20/70 f sampai dnegan 20/200 f.

2. Definisi secara Pendidikan (Educationally Definition)

Definisi secara Penddikan biasa dia anut (dipakai ) oleh para pendidik untuk kebutuhan
pendidikan .

 Adapun pengertian dari Tuna Netra secara pendidikan adalah mereka yang
memiliki gangguan pada penglihatannya secara signifikan sehingga
membutuhkan pelayanan yang khusus.
 Blind secara pendidikan adalah mereka yang memiliki atau mengalami
gangguan penglihatan dan meskipun telah di bantu sedemikian rupa agar dapat
membaca tetap sisa penglihatannya tidak dapat digunakan untuk
membaca.sehingga harus membaca menggunakan Braille.
 Low Vision secara Pendidikan adalah mereka yang memiliki atau mengalami
gangguan penglihatan dan sisa penglihatannya masih dapat digunakan untuk
membaca dengan memperbesar huruf atau menggunakan alat bantu.

Jika seseorang didefinisikan secara medis atau legal mengalami Blind belum tentu
orang tersebut mengalami blind secara pendidikan. Karena biasanya orang yang
didefinisikan Blind secara legal masih dapat membaca tulisan walaupun dengan
memperbesar tulisan tersebut.

Berdasarkan acuan tersebut, anak tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
yaitu ;
a. Buta
Dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar
(visusnya= 0).

b. Low Vision
Bila anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajaman lebih dari
6/21, atau jika anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar.

b. Klasifikasi Anak Tunanetra

Klasifikasi tunanetra secara garis besar dibagi empat yaitu:

a. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan


1) Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki
pengalaman penglihatan.
2) Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-kesan serta
pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
3) Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-
kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses
perkembangan pribadi.
4) Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran
mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
5) Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan
penyesuaian diri.

b. Berdasarkan kemampuan daya penglihatan


1) Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki hambatan
dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program
pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi
penglihatan.

2) Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian
daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti
pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.

3) Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.

c. Berdasarkan pemeriksaan klinis


1) Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki
bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.
2) Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan
20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.

d. Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata


1) Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang
retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan. Untuk membantu proses
penglihatan pada penderita Myopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa negatif.

2) Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan
retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk membantu proses
penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa positif.
3) Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena
ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga
bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina.
Untuk membantu proses penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan kacamata
koreksi dengan lensa silindris.

c. Etiologi / Penyebab Terjadinya Ketunanetraan

Secara etiologi, timbulnya ketunanetraan disebabkan oleh faktor endogen dan


faktor eksogen, seperti keturunan (herediter), atau karena faktor eksogen seperti
penyakit, kecelakaan, obat-obatan, dan lain-lainnya. Demikian pula dari kurun waktu
terjadinya, ketunanetraan dapat terjadi pada saat anak masih berada dalam kandungan,
saat dilahirkan, maupun sesudah kelahiran.

Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan dapat diuraikan sebagai


berikut :

a. Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya
dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara lain:
1) Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan
bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra.
2) Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam kandungan dapat
disebabkan oleh:

 Gangguan waktu ibu hamil.


 Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama
pertumbuhan janin dalam kandungan.
 Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat
menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada
janin yang sedang berkembang.
 Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi
pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
 Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga hilangnya
fungsi penglihatan.

b. Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau
setelah bayi lahir antara lain:
1) Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat
atau benda keras.

2) Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil


gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir mengalami
sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.

3) Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:

 Albinisme, yakni kondisi yang herediter terdapat kekurangan pigmen.

 Amblyopia, yakni diakibatkan oleh suatu penyakit yang dapat teramati dan yang

tidak dapat dikoreksi dengan kaca mata.

 Buta warna, yaitu yang disebabkan berdasarkan garis kelamin melalui

chromosome.

 Cedera (Trauma) dan Radiasi yaitu penggunan sofelens atau benda benda yang

menyebabkan cedera mata serta radiasi asap atau zat kimia.

 Xeropthalmia/ Difisiensi Vitamin A yakni penyakit mata karena kekurangan

vitamin A.

 Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis.

 Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata

menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.

 Kelainan Mata Bawaan / Congenital, yaitu Kelainan sejak lahir


 Myopia (Penglihatan Dekat ) yaitu bola mata yang lebih panjang daripada

normalnya sehingga mengakibatkan sinar membelok secara abnormal.

 NIstagmus, Yaitu gerakan otot mata yang menghentak-hentak secara tak sadar

dan terus menerus.

 Ophthalmia Neonatorum, Yaitu Peradangan pada mata bayi baru lahir.

 Penyakit Kornea dan Pencangkokan Kornea, Yaitu lapisan tranparan pada

bagian depan bola mata/selaput.

 Retinitis Pigmentosa (RP) Yaitu, Adanya degenerasi retina dan choroid, adanya

pingmen yang berlebihan.

 Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata,

sehingga tekanan pada bola mata meningkat.

 Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena

diabetis.

 Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah

tengah dari retina secara berangsur memburuk.

 Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya

terlalu prematur. Dll.

4) Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda


keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll
d. Pencegahan Terjadinya ketunanetraan

Upaya WHO untuk menghindari kebutaan dapat dilakukan dengan :

a. Memperkuat program kesehatan dasar mata

b. Mengembangkan pelayanan terapi dan pembedahan ntuk menangani gangguan

mata yang dapat disembuhkan

c. Mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan penyandang tunanetra

Strategi pencegahan terhadap ketunanetraan:

a. Pencegahan primer, yaitu pencegahan terjangkitnya penyakit

b. Pencegahan sekunder, yaitu pencegahan timbulnya komplikasi yg mengancam

penglihatan.

c. Pencegahan tersier, yaitu meminimalisir ketunanetraan

Sepuluh Strategi utama mencegah ketunanetraan

a. Penggunaan prosedur yang sistematis

b. Pemberian imunisasi

c. Perawatan kehamilan yg tepat

d. Perawatan bayi yg baru lahir

e. Perbaikan gizi

f. Pendidikan kpd masyarakat

g. Penyuluhan genetika

h. Perundang undangan

i. Deteksi dini

j. Meningkatkan higinis dan perawatan kesehatan


B. Kegiatan Pembelajaran 2

DAMPAK KETUNANETRAAN TEHADAP KEHIDUPAN SEORANG INDIVIDU

Terdapat 2 mispersepsi yang saling bertentangan dikalangan

masyarakat awam tentang keadaan yang mungkin terbentuk bila orang kehilangan

indra penglihatan. Pertama,banyak orang percaya bahwa bila orang kehilangan

penglihatannya amak hilang pulalah semua persepsinya.kedua,mispersepsi bahwa

secara otomatis orang tuna netra akan mengembangkan indra ke -6 untuk

menggantikan indra penglhatan lainnya.sesungguhnya,sumber-sumber lain yang

diperoleh melaui indra selain penglihatan itu tersedia bagi semua orang ,dan

hanya apabila sumber utama informasi yang berkaitan dengan indra penglihatan

itu berkurang,maka sumber- sumber lain itu menjadi lebih dihargainya dan

keterampilan berdasarkan informasi non visual itu terasa,jadi sesungguhnya tidak

ada indra ke -6 namun hanya ada indra pendengaran,indra peraba dan penciuman

individu tuan netra lebih tajam daripada orang awas.

A. PROSES PENGINDRAAN

Organ-organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari lingkungan dan

mengirimkannya ke otak untuk diproses,disimpan,dan ditindak lanjuti.masing-

masing organ pengindraan bertugas memperoleh tugas yang berbeda-beda.semua

informasi yang dipersepsimelalui organ-organ pengindraan itu melalui 3 prosesor

dan dikodekan dalam bentuk linguistik,nonlinguistik,dan afektif.


B. LATIHAN KETERAMPILAN PENGINDRAAN

a. Indra pendengaran

Melalui latihan ,pendengaran jadi peka terhadap bunyi-bunyi kecil,seperti tetasan air

dari keran yang bocor,bunyi goresan orang menulis menggunakan pena dan

perbedaan panci dan piring yang diletakkan seseorang diatas meja.dengan melatih

pendengaran seperti ini tanpa kita sadari apa yang dilakukan oleh orang sekitar

anda melalui sumber informasi bunyi telah ada disana.tetapi andatidak

menyadarinya karena anda selalu bergantung pada indra penglihatan.

b. Indra perabaan

Hampir sama pentingnya dengan indra pendengaran adalah indra peraba.anda

mungkin tidak menyadari indra perabaan ini dapat memberikan informasi yang

biasanya diperoleh dari indra penglihatan.jika anda mengembangkan kesadaran

akan fungsi indra peraba anda akan mendapati bahwa banyak informasi tentang

lingkungan yang dapat di berikan oleh ujung jari,informasi sesungguhnya selalu

ada disana tetapi anda tidak membutuhkannya karna anda selalu bergantung pada

indra penglihatan.namun,indra peraba tidak hanya terbatas pada tangan saja arus

udara yang menerpa wajah anda dapat menginformasikan bahwa pintu atau

jendela terbuka ,kaki anda akan mendeteksi karpet tikar,rumput atau tanah.bagi

individu tuna netra ,tongkat merupakan erpanjangan fungsi indra peraba.tongkat

tidak hanya mendeteksi hambatan jalan namun dapat menginformasikan tekstur

permukaan tanah yang akan dilaluinya.daya imajinasi dan kreativitas ini yang

telah membantu para tuna netra mengakses berbagai peralatan normalnya diakses

orang secara visual.seperti berbagai hasil karya dari braille,yang merupakan

taktual bagi tuna netra.


c. Indra Penciuman

Indra penciuman sangat berperan penting bagi individu tuna netra,bagaimana

membedakan antara kunyit dan jahe melalui baunya,juga membantu mengenali

lingkungann bilamana berada di suatu tempat.

d. Sisa indra penglihatan

Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai tuna netra masih mempunyai sisa

penglihatan.tetapi tingkat sisa penglihatan ini sangat bervariasi,begitu pula

kemampuan mereka untuk memanfaatkan sisa penglihatan tersebut.kondisi fisik

secara keseluruhan ,jenis gangguan mata yang dialami,bentuk pengaruh cahaya

terhadap mata,dan durasi baiknya penglihatan,kesemuanya ini sangat berpengaruh

terhadap individu low vision dapat menggunakan sisa penglihatannya.sebagian

besar individu low vision dapat merespon dengan baik terhadap warna- warna dan

pencahayaan yang memadai.selain itu, individu low vision juga perlu tambahan

modifikasi alat bantu belajar/kerja agar fungsi sisa penglihatan dapat lebih

fungsional.seperti menyediakan buku- buku bertuliskan huruf yang besar,kaca

pembesar dan modifikasi lainya.

C. VISUALISASI ,INGATAN KINESTATIK,DAN PERSEPAI OBYEK.

1. Visualisasi

Untuk mendapatkan kenyamanan di dalam lingkungannya dan membantunya dalam

bergerak secara mandiri individu tuna netra menggunakan ingatan visual (visual

memory ) atau visualisasi ( visula mandiri )atau Visualisasi ( peta mental ).setelah

berorentasi terhadap dengan memanfaatkan semua indra dengan sebaik-

baiknya,individu tuna netra dapat menggambarkan lingkungannya di dalam

pikirannya.
2. Ingatan Kinestatik

ingatan kinestatik adalah ingatan tentang kesadaran otot yang dihasilkan oleh

interaksi antara indra peraba ( tactile )Propriosepsi dan keseimbangan ( yang

dikontrol oleh sistem vsetibular,yang berpusat di bagian atas dari telinga bagian

dalam.ingatan kinestatik hanya terbentuk sesudah orang melakukan gerakan yang

sama atau untuk kegiatan yang dilakukan berulang-ulang.

3. Persepsi Objek

Persepsi objek ( objek Perception ) adalah suatu kemampuan yang memungkinkan

individu tuna netra menyadari bahwa suatu benda hadir disampingnya atau

dihadapannya meskipun dia tidak memiliki penglihatan sama sekali dan tidak

menyentuh benda itu. Fenomena itu dapat dijelaskan bahwa dia mendengar gema

langkah kakinya atau bunyi lain yang ditimbulkan yang dipantulkan oleh benda

tersebut.kehadiran benda tersebut juga melalui pengindraan yang dihantarkan oleh

kulitnya.biasanya pesepsi objek ini dikembangka oleh indivdu tuna netra yang

buta total ataupun yang mereka yang emga;ami gangguan pendengaran.


D. BAGAIMANA CARA MEMBANTU SEORANG TUNA NETRA.

a. Cara menuntun orang tuna netra.

1. Kontak mata

2. Cara memegang

3. Posisi pegangan

4. Jalan sempit

5. Membuka /menutup pintu

6. Melewati tangga

7. Melangkahi lubang

8. Duduk di kursi

9. Naik ke dalam mobil

b. Cara mengorientasi

Dengan memberikan arahan lebih detail serta terperinci dalam menunjukkan arah

yang ingin di tuju atau benda yang ingin diambil.

Tidak semua individu tuna netra memerlukan bantuan,sebagai orang awas sebaiknya

bertanya terlebih dahulu pakah mereka butuh bantuan atau tidak.


C. KEGIATAN BELAJAR 3

Pendidikan Bagi siswa Tunanetra disekolah umum

dalam setting Pendidikan Inklusif

Pada saat ini, sebagian besar siswa tunanetra di Indonesia belajar

disekolah khusus bagi tunanetra yang disebut Sekolah Luar Biasa bagian A ( SLB/

A ). Akan tetapi, sebagaimana halnya dinegara-negara lain, kini semakin banyak

siswa tunanetra yang belajar disekolah umum bersama-sama dengan siswa-siswa

pada umumnya dalam setting pendidikan inklusif.

Menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik

yang memiliki kelainan dan Memiliki Potensi K kecerdasan dan /atau Bakat

Istimewa, pendidikan inklusif adalah “sistem penyelnggaraan pendidikan yang

mmberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memmiliki kelainan

dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti

pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-

sama dengan peserta didik pada umumnya”.di atntaranya adalah siswa tunanetra.

Agar siswa tunanetra dapat belajar bersama-sama dengan siswa-

siswa lain, strategi ini harus dimodifikasi agar pelajaran dapat ditangkap melalui

sisa kemampuan penglihatan anak yang terbatas ( bagi penyandang low vision ),

pendengaran, dan perabaannya. Anak dengan kehilangan penglihatan yang berat

dapat secara langsung berpengalaman hanya dengan hal-hal yang berada dalam

jangkauan tangannya dan dapat dirabanya secara aman, Untuk memastikan bahwa
anak memperoleh pendidikan yang tepat, orang tua dan guru dengan pelatihan

khusus harus bekerja sama untuk memberikan dunia pengalaman kepada anak

dengan cara yang bermakna.

Penting untuk diingat bahwa tujuan pendidikan bagi anak tunanetra

pada dasarnya sama dengan tujuan bagi anak-anak lain.Tujuan itu antara lain

mencakup mampu berkomunikasi secara efektif, memiliki kompetensi sosial,

mampu bekerja, dan memiliki kemandirian pribadi. Akan tetapi program

pendidikannya perlu dimodifikasi.Untuk dapat merumuskan program yang tepat,

perlu dilakukan asesmen yang tepat shingga guru dapat melakukan penyesuaian

metode pengajaran secara tepat.

Berikut ini dijelaskan kebutuhan pendidikan khusus, strategi, media, serta evaluasi

dalam pembelajaran siswa tunanetra.

A. Kebutuhan Khusus Pendidikan Siswa Tunanetra

Kebutuhan pendidikan khusus yang diciptakan olh ktunanetraan itu dapat

dirangkum sebagai berikut.

1. Kehilangan penglihatan dapat mengakibatkan terlambatnya perkembangan konsep

yang apabila tidak mendapat intervensi yang efektif, berdampak sangat buruk

terhadap perkembangan sosial, emosi, akademik, dan vokasionalnya.

2. Siswa tunanetra sering harus belajar melalui media alternative, menggunakan

indera – indera lain.

3. Siswa tunanetra sering memerlukan pengajaran individual karena pengajaran

klasikal untuk belajar keterampilan-keterampilan khusus mungkin tidak akan

begitu bermakna baginya.

4. Siswa tunanetra sring membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus serta buku

materi dan peralatan khusus untuk belajar melalui media alternative.


5. Siswa tunanetra terbatas dalam memperoleh informasi mlalui belajar secara

incidental karena mereka sring tidak menyadari adanya kegiatan – kegiatan kecil

yang terjadi dalam lingkungannya.

Berikut ini adalah penjelasan untuk beberapa dari kebutuhan khusus berikut:

1. Pengembangan Konsep

Konsep adalah symbol atau istilah yang menggambarkan suatu

obyek, kejadian, atau keadaan tertentu. Untuk membentuk suatu konsep

diperlukan informasi sensori (sensory information) dari indra untuk diolah dan

disimpan dalam otak. Konsep dapat disamakan dengan kognitif dalam teori

perkembangan kognitif Piaget. Hill dan Blasch (1980-dalam sunanto,2008)

mengklasifikasi jenis-jenis konsep yang diperlukan bagi anak tunanetra menjadi

tiga kategori besar :

1. Konsep tubuh (body concept)

2. Konsep ruang (spatial concept)

3. Konsep Lingkungan (environmental concept)

2. Teknik Alternatif dan Alat Bantu Belajar Khusus

Teknik alternatif adalah cara khusus (baik dengan ataupun tanpa

alat bantu khusus) yang memanfaatkan indra-indra nonvisual atau sisa indra

pnglihatan untuk melakukan suatu kegiatan yang normalnya dilakukan dengan

indra penglihatan.

Indra pendengaran dan perabaan merupakan saluran penerima informasi yang

paling efisien sesudah indra penglihatan.sejalan dengan hal ini, banyak alat bantu

belajar dan alat-alat bantu kegiatan kehidupan sehari-hari lainnya dibuat timbul

atau bersuara.
3. Kereramplan sosial/Emosional

Arena utama untuk interaksi sosial bagi anak adalah kegiatan

bermain,kajian yang dilakukan olh Mc Gaha& Farran(2001) bahwa anak

tunanetra menghadapi banyak tantangan dalam interaksi sosial,membutuhkan cara

khusus untuk memperoleh ketrampilan sosial, seperti keterampilan untuk

mengawali dan mempertahankan interaksi. Mungkin karena factor-faktor tersebut

diatas maka McGaha dan Farran menemukan bahwa anak tunanetra lebih sering

melakukan kegiatan bermain “repetitive and stereotyped play”.Crocker dan Orr

(Mcgaha & Farran,2001)bahwa anak tunanetra prasekolah, dalam setting sekolah

reguler maupun setting program rehabilitas, 2,5 kali lebih tinggi kemungkinan

dari pada anak awas prasekolah untuk berada dkat dngan gurunya, sedangkan

anak awas 2,5 kali lebih tinggi kemungkinan untuk berada dekat teman sebaya.

4. Ketrampilan Orientasi dan Mobilitas

Keterampilan mobilitas ini sangat terkait dengan kemampuan

orientas, yaitu kemampuan untuk memahami hubungan lokasi antara satu obyek

lainnya didalam lingkungan (Hill & Ponder,1976).Para pakar dalam bidang

orientasi dan mobilitas telah merumuskan dua cara yang dapat ditempuh oleh

individu tunanetra untuk memproses informasi tentang lingkunga,yaitu dengan

metode urutan (sequencial mode) yang menggambarkan titik-titik didalam

lingkungan sebagai rute yang berurutan,atau dengan metode peta kognitif yang

memberikan gambaran topografis tentang hubungan secara umum anatara

berbagai titik didalam lingkungan(Dodds et.al dalam Hallahan & Kauffman

1991).
5. Keterampilan Menggunakan Sisa Penglihatan

Sebagian besar orang tunanetra masih memiliki sisa penglihatan

yang fungsional,dan banyak diantara mereka masih dapat membaca dan menulis

menggunakan tulisan biasa dngan pengaturan pada satu atau tiga aspek

berikut.Pencahayaan,penggunaan kaca mata, dan magnifikasi (pembesaran

tampilan tulisan).

B. Strategi dan media pemblajaran

1. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara

tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran

yang meliputi tujuan, materi pelajaran,media, metode, siswa, guru,lingkungan

belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran tersebut berjalan dngan efektif

dan efisien.

Strategi pembelajaran yang didasarkan pada prtimbangan tertentu antara lain

sebagai berikut.

a. Berdasarkan pertimbangan pengolahan pesan terdapat dua macam strategi

pembelajara, yaitu deduktif dan induktif.

b. Berdasarkan pihak pengolahan pesan, terdapat dua strategi pembelajaran, yaitu

ekpositorik dan heuristic.

c. Berdasarkan pertimbangan dan pengaturan guru, ada dua macam strategi, yaitu

strategi pembelajaran dengan sorang guru dan beregu(tem teaching).

d. Brdasarkan prtimbangan jumlah siswa, terdapat srategi pembelajaran

klasikal,klompok kecil, dan individual.

e. Brdasarkan interaksi guru dan siswa, terdapat strategi pembelajaran tatap muka

dan melalui media.


Strategi lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunanetra,yaitu

a. Strategi individualisasi

b. Strategi kooperatif

c. Strategi modifikasi perilaku

Prinsip-prinsip dasar dalam pmbelajaran siswa tunanetra yaitu

a. Prinsip individual

b. Prinsip kekongritan/pengalaman pengindraan langsung

c. Prinsip totalitas

d. Prinsip aktivitas mandiri

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan komponen yang tidak dapat

dilepaskan dari suatu proses pembelajaran karena keberhasilan proses

pembelajaran tersebut,salah satunya ditentukan oleh penggunaan komponen.

Menurut fungsinya, media pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok.

a. Media yang berfungsi untuk memperjelas penanaman konsep,yang sering disebut

sebagai alat peraga.

b. Media yang berfungsi untuk membantu kelancaran proses pembelajaran itu

sendiri yang sering disebut sebagai alat bantu pembelajaran.

Jenis-jenis alat peraga dan alat bantu pemblajaran yang dapat digunakan dalam

proses pembelajaran anak tunanetra.

a. Alat peraga

1. Objek atau situasi yang sebenarnya

2. Benda asli yang diawetkan


3. Tiruan (model),yang terdiri dari modl tiga dimensi dan dua dimensi.

b. Alat bantu pembelajaran

1. Alat bantu untuk baca tulis

2. Alat bantu untuk membaca

3. Alat bantu untuk berhitung

4. Alat bantu audio yang sering digunakan oleh anak tunanetra yaitu tape recorder.

C. Evaluasi pembelajaran

Kegiatan evaluasi dapat dilaksanakan melalui tes lisan, tertulis, dan

perbuatan. Beberapa yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan tes tertulis.

1. Soal yang diberikan kepada siswa tunanetra yang tergolong buta, hendaknya

dalam bentuk huruf Braille,sedangkan bagi siswa low vision dapat menggunakan

huruf biasa yang ukurannya disesuaikan kemampuan penglihatannya.Untuk soal

Braille, anda dapat bkerja sama dengan GPK atau guru pembimbing khusus.

2. Anda harus bersifat objektif dalam mengevaluasi pencapaian prestasi belajar

tunanetra atau memberikan penilaian yang sesuai dengan kemampuan.

3. Waktu pelaksanaan tes bagi siswa tunanetra hendaknya lebih lama dibandingkan

dengan pelaksanaan tes untuk siswa awas.


PENUTUP

A. Kesimpulan

Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa)

di definisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus

untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna.

Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan

sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang

bersifat khusus.

Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, terdapat tiga hal

yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu penguatan kondisi mental orang tua

yang memiliki anak berkebutuhan khusus, dukungan sosial yang kuat dari

tetangga dan lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus tersebut, dan yang

terakhir adalah peran aktif pemerintah dalam menjadikan pelayanan kesehatan dan

konsultasi bagi anak berkebutuhan khusus.


PETA KONSEP
KEGIATAN BELAJAR 1

DEFINISI, KLASIFIKASI, PENYEBAB, DAN


CARA PENCEGAHAN TERJADINYA KETUNANETRAAN

Definisi Legal:
Definisi Definisi Edukasional:
berdasarkan DEFINISI Definisi untuk tujuan
peraturan pendidikan
perundang-
undangan

Ada dua aspek: Ada tiga aspek:


1. Ketajaman penglihatan 1. Alat bantu khusus
2. Medan pandang 2. Metode khusus
3. Teknik-teknik tertentu

Buta (blind): Kurang awas (low


Tunanetra berat KLASIFIKASI vision):
Tunanetra ringan

PENYEBAB: CARA PENCEGAHAN:


1. Albinisme 1. VISION
2. Amblyopia a. Pencegahan dan
3. Buta warna pemberantasan penyakit
4. Cedera (Trauma) dan Radiasi b. Pelatihan personel
5. Defisiensi Vitamin A – c. Memperkuat infrastruktur
Xerophthalmia perawatan mata yang ada
6. Glaukoma d. Penggunaan teknologi yang
7. Katarak tepat dan terjangkau
8. Kelainan Mata Berawan e. Mobilisasi sumber-sumber
9. Myopia (Penglihatan Dekat) 2. WHO
10. Nistagmus a. Memperkuat program
11. Ophthalmia Neonatorum kesehatan dasar mata untuk
12. Penyakit Kornea dan menghapuskan faktor-faktor
Pencangkokan Kornea penyebabnya
13. Retinitis Pigmentosa (RP) b. Mengembangkan pelayanan
14. Retinopati Diabetika terapi dan pembedahan untuk
15. Retinopathy of Prematurity menangani secara efektif
16. Sobeknya dan Lepasnya Retina gangguan mata.
17. Strabismus c. Mendirikan pusat pelayanan
18. Trakhoma optik dan pelayanan bagi
19. Tumor penyandang tunanetra.
20. Uveitis
PETA KONSEP
KEGIATAN BELAJAR 2

DAMPAK KETUNANETRAAN TERHADAP


KEHIDUPAN SEORANGINDIVIDU

Miss Persepsi Persepsi sebenarnya


Persepsi
1. Hilang pengelihatan hilang pula 1. Tunanetra dapat belajar
persepsinya menggunakan indra - indra lain
2. Tuna netra otomatis dengan cara berbeda dari yang
mengembangkan indra ke – 6, dipergunakan oleh orang awas
untuk menggantikan fungsi indra pada umumnya.
pengelihatan
3. Indra pendengaran, perabaan, dan
penciuman otomatis lebih tajam
dari orang awas

LATIHAN KETERAMPILAN PENDAMPINGAN


Pencapaian Informasi
1. Dengan indra pendengaran (
memperkenalkan cirikas dari 1. Cara Menuntun Tunanetra
bunyi ) a. Kontak pertama (
2. Dengan Indra Peraba ( bentuk / VISUALISASI, Mengkomunikasikan
teksturnya ) INGATAN tawaran )
3. Dengan Indra Penciuman ( KINESTETIK, DAN b. Cara Memegang
aroma ) PERSEPSI c. Posisi Pegangan
4. Dengan Sisah Indra d. Jalan Sempit
Pengelihatan yang bervariasi ( e. Membuka /menutup Pintu
bentuk pengaruh cahaya Merupakan cara lain bagi f. Melewati tangga
terhadap mata ) individu tunanetra dalam g. Melangkahi lubang
mendapatkan h. Duduk di kursi
kenyamanan di dalam i. Naik ke dalam mobil
lingkungan dan
membantunya bergerak 2. Cara mengorientasikan
secara mandiri. Dengan memberikan arahan
yang lebih detail serta
terperinci, dalam
menunjukkan arah yang ingin
di tuju, atau benda yang ingin
di ambil, dsb.

Anda mungkin juga menyukai