Anda di halaman 1dari 30

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA


MATERI PECAHAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TPS PADA SISWA
KELAS IV SD NEGERI 1 NAMPIREJO
T.P 2021/2022

ANA FITRIANA
NIM 856999518
gendisrumi1@gmail.com

Penelitian ini memiliki latar belakang masalah mengenai nilai rerata hasil belajar
matematika kelas IV SD Negeri 1 Nampirejo yang menunjukkan hasilnya kurang
maksimal, terlihat dari jumlah siswa 36 orang hanya 14 siswa yang telah tuntas
sedangkan sisanya sebanyak 22 siswa belum tuntas pada kompetensi dasar
menjelaskan pecahan-pecahan senilai dengan gambar dan model konkret. Upaya
yang telah dilakukan dalam rangka perbaikan pembelajaran adalah dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS. Penelitian ini memiliki tujuan
untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan dengan model
pembelajaran kooperatif TPS pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Nampirejo tahun
pelajaran 2021/2022. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan 2 siklus
dimana pada siklus 1 terdapat kekurangan dalam penggunaan media konkret yang
tidak melibatkan siswa secara langsung kemudian diperbaiki pada siklus 2
sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif. Melalui penerapan
kooperatif TPS siswa menjadi aktif dan interaktif sehingga kegiatan pembelajaran
matematika menjadi lebih menyenangkan. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif TPS diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan pada siswa kelas IV
SD Negeri 1 Nampirejo.

Keyword : Hasil Belajar, Matematika, Model Kooperatif TPS.

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting diberikan bagi
siswa mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Pada jenjang
dasar, matematika memiliki manfaat bagi siswa dalam tahap belajar berhitung,
serta menyelesaikan masalah mengenai perhitungan yang kelak akan mereka
temui dalam kehidupan kesehariannya. Akan tetapi banyak siswa yang tidak
menyukai matematika karena mereka menganggap matematika itu sulit dipahami,
sulit dipelajari dan bersifat abstrak. Seperti yang terlihat pada video di laman
youtube yang berjudul “Membangun suasana aktif, interaktif dan menyenangkan”,
dalam tayangan tersebut seorang guru matematika sedang menjelaskan materi
hitung campuran. Ketika dikelas, guru tersebut langsung menjelaskan materi tanpa
melihat dulu kondisi siswanya. Nampak disana sebagian besar siswa masih
mengobrol, ada yang tidak duduk pada tempatnya, bahkan adapula yang tertidur.
Sehingga keadaan kelas terlihat sangat tidak kondusif sampai guru tersebut
memukul-mukul penghapus supaya siswa memperhatikan apa yang dijelaskan
oleh guru.

Ternyata kejadian yang ada pada laman GPO terjadi pula pada kegiatan
pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 1 Nampirejo Kec. Batanghari.
Dari jumlah siswa 36 orang hanya 14 siswa tuntas sedangkan yang tidak tuntas
sebanyak 22 siswa. Nilai siswa baik yang sudah tuntas maupun belum tuntas
ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 Data hasil prasurvei hasil analisis prses pembelajaran matematika materi
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Nampirejo T.P 2020/2021.
No Nilai Kategori Jumlah siswa Dalam Persen
1 ≥ 60 Tuntas 14 38,9%
2 < 60 Tidak Tuntas 22 61,1%
Total 36 100%
Sumber: Daftar nilai matematika materi pecahan kelas IV

1
Berdasarkan tabel data hasil prasurvey mengenai hasil belajar matematika pada
materi pecahan, siswa yang memperoleh nilai rendah bisa disebabkan oleh
aktivitas belajar yang rendah. Penyebab rendahnya aktivitas belajar siswa salah
satunya adalah kurang bervariasinya model atau metode yang digunakan guru
dalam kegiatan pembelajaran. Upaya dalam mengatasi hal tersebut adalah perlu
dilakukannya pemilihan model atau metode yang dapat menumbuhkan keaktifan
dan kreatifitas siswa. Salah satu model atau metode yang dapat digunakan adalah
pembelajaran kooperatif TPS yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja secara mandiri maupun bekerjasama dengan orang lain sehingga
terciptalah suasana belajar yang aktif, interaktif dan menyenangkan.
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran matematika
materi pecahan berdasarkan latar belakang masalah diatas, antara lain:
a. Pada awal pembelajaran kelas tidak kondusif, beberapa siswa asyik
mengobrol, tidur, dan tidak duduk pada tempatnya.
b. Siswa tidak fokus pada saat guru akan memulai pelajaran.
c. Aktivitas belajar siswa rendah dalam pembelajaran matematika.
d. Beberapa siswa kurang memahami penjelasan guru sehingga berdampak pada
hasil beajar siswa rendah.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dianalasis beberapa masalah
sebagai berikut:
a. Dalam mengajar guru masih menggunakan teknik ceramah atau cara
konvensional.
b. Dalam kegiatan pembelajaran, guru memiliki peran lebih aktif dibandingkan
dengan siswanya.
c. Guru belum memberikan apersepsi maupun motivasi kepada siswa sehingga
mereka tidak memiliki ketertarikan dalam belajar matematika.
d. Guru belum melibatkan siswa dalam penggunaan media konkrit terhadap
pembuktian bilangan pecahan.

2
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah dijelaskan identifikasi masalah serta analisisnya maka alternatif dan
prioritas pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah “Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Materi Pecahan dengan Model Pembelajaran Kooperatif TPS
pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Nampirejo T.P 2021/2022

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian tindakan ini memiliki rumusan
masalah “Apakah dengan Model Pembelajaran Kooperatif TPS dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan pada Siswa Kelas IV SD
Negeri 1 Nampirejo Tahun Pelajaran 2021/2022?”

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Adapun tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan
hasil belajar matematika materi pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 1
Nampirejo T.P 2021/2022

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi siswa-dengan model pembelajaran kooperatif TPS siswa diharapkan
dapat mengembangkan kemampuan belajarnya serta dapat berinteraksi dengan
siswa lainnya maupun guru sehingga hasil belajar meningkat khususnya pada
bidang studi matematika.
b. Bagi guru-dapat menambah wawasan mengenai model pembelajaran
kooperatif TPS sehingga dapat diterapkan pada kegiatan pembelajaran.
c. Bagi sekolah-dapat bermanfaat sebagai salah satu sarana penunjang
pencapaian ketuntasan kurikulum dan sebagai sarana perkembangan menuju
peningkatan mutu sekolah.
d. Bagi Universitas Terbuka-dapat memberikan referensi terbaru dalam
penelitian khususnya Universitas Terbuka.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Hasil Belajar


Secara umum pengertian hasil belajar merupakan sesuatu yang telah diperoleh
oleh siswa berdasarkan sebuah usaha yang terintegrasi dalam bentuk penguasaan
sebuah konsep, pengetahuan terhadap segala sesuatu, kecakapan dasar yang
terdapat pada setiap individu, serta perubahan tingkah laku.

Dari pendapat Suprayekti (2003:4-lima) menyatakan bahwa hasil belajar


mencakup ranah-kognitif, ranah-afektif, dan ranah-psikomotorik dimana hasil
belajar ranah kognitif berorientasi kepada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan buat memecahkan
suatu problem, yang akan terjadi belajar ranah afektif bekerjasama menggunakan
perasaan, emosi, system nilai dan perilaku hati yang membagikan penerimaan
atau penolakan terhadap sesuatu. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotorik
berorientasi kepada keterampilan motorik yang bekerjasama menggunakan
anggota tubuh atau tindakan (action), yang memerlukan koordinasi antara syaraf
dan otot. Ketiga akibat belajar pada prilaku siswa tidak berdiri sendiri atau lepas
satu sama lain, tetapi ialah satu kesatuan. Sedangkan dari Oemar Hamalik
(2006:30) menyatakan bahwa hasil belajar yaitu bila seorang sudah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tadi, misalnya berasal yang tidak tahu
sebagai tahu, dan asal yang tidak mengerti menjadi mengerti. Sesuai beberapa
pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar
yang dicapai oleh siswa pada proses aktivitas belajar mengajar dengan membawa
suatu perubahan tingkah laku seorang dalam sebuah sistem pendidikan tertentu.

4
1. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar
Secara awam faktor-faktor yg mensugesti hasil belajar dibedakan atas 2 kategori,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tadi saling mempengaruhi
pada proses belajar individu sehingga memilih kualitas hasil belajar.
Dari pendapat Slameto (2010:54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yg
menghipnotis yang akan terjadi belajar secara awam adalah faktor kemampuan
siswa dan faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut secara dunia dapat diuraikan
menjadi faktor internal serta faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yangl
berasal pada diri siswa yg mencakup faktor jasmani, faktor psikologis serta faktor
kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yg berasal asal luar siswa yang
mencakup faktor famili, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Sedangkan
berdasarkan Rifai (2009:97) menyatakan bahwa faktor-faktor yg berpengaruh
terhadap hasil belajar ialah syarat internal serta eksternal siswa. Kondisi internal
mencakup syarat fisik seperti kesehatan organ tubuh, kondisi psikis seperti
kemampuan intelektual, emosional serta kondisi sosial, mirip kemampuan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Sedangkan faktor eksternal meliputi variasi
dan tingkat kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), daerah
belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan
berpengaruh pada kesiapan, proses dan hasil belajar.

Sesuai beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap yang akan terjadi belajar terdiri berasal faktor internal
yang bersumber di diri siswa serta faktor eksternal yang bersumber asal luar diri
siswa. Faktor internal terdiri dari kecerdasan, perhatian, talenta, minat, motivasi,
kematangan, kesiapan serta kelelahan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari
lingkungan famili, sekolah dan masyarakat.

B. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR


1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses

5
belajar yang dibangun oleh guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa,
serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai
upaya dalam meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Menurut Syaiful Sagala (2011:62) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses


membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan
proses komunikasi dua arah diman mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Sedangkan menurut
Oemar Hamalik (2006:239) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya sebuah tujuan
pembelajaran. Oemar Hamalik juga mengemukakan 3 rumusan pembelajaran
yang dianggap lebih maju, yaitu: 1) pembelajaran adalah upaya
mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta
didik, 2) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
warga masyarakat yang baik, 3) pembelajaran adalah suatu proses membantu
siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli diatas dapat


disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang
sistematis dan bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik dengan siswa,
sumber belajar, dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang
memungkinkan terjadinya tindakan belajar siswa.

2. Pengertian Matematika
Dalam kehidupan sehari-hari insan tidak terlepas asal permasalahan yang
berhubungan memakai matematika. Matematika memiliki kiprah penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan membentuk daya pikir insan. Mata pelajaran
matematika perlu diberikan pada semua peserta didik mulai berasal SD pada
rangka membekali peserta didik menggunakan kepandaian logis, analitis,

6
sistematis, kritis serta kreatif dan kemampuan pada bekerja sama. Menurut
Suriasumantri (Ramadani, 2009:12) mengemukakan bahwa matematika adalah
galat satu alat berpikir, selain bahasa, nalar dan statistika’. Sejalan menggunakan
pendapat tersebut, Ruseffendi (Ramadani, 2009:12) menyatakan bahwa
matematika: ilmu deduktif, bahasa, seni, ratunya ilmu, ilmu tentang struktur yg
terorganisasikan serta ilmu wacana pola serta hubungan. Matematika dianggap
ilmu deduktif, sebab pada matematika tidak mendapatkan generalisasi yang
sinkron pada observasi, eksperimen, coba-coba (induktif) seperti halnya ilmu yang
lain. Kebenaran generalisasi dalam matematika wajib bisa dibuktikan secara
deduktif. Matematika sebagai bahasa, sebab matematika adalah simbol yang
berlaku secara universal (internasional) serta sangat padat makna serta pengertian.
Matematika sebagai seni, dalam matematika terlihat adanya keteraturan,
keruntutan dan konsisten, sebagai akibatnya matematika terlihat indah dan
diresapi seperti hasil seni. Matematika artinya bahasa, ilmu deduktif, ilmu ihwal
keteraturan, ilmu perihal struktur yang terorganisir menggunakan baik serta
adalah pelayan ilmu lainnya, menjadi akibatnya matematika diklaim sebagai
ratunya ilmu.

Sesuai beberapa pengertian matematika yang telah dikemukakan oleh para pakar,
dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
diperoleh melalui proses berfikir deduktif, yang mempunyai kiprah ganda sebagai
ratu serta pelayan ilmu lainnya dan bermanfaat buat membantu konflik pada
kehidupan sehari-hari.

3. Karakteristik Siswa Kelas IV SD


Usia rata-rata anak Indonesia waktu masuk Sekolah Dasar ialah lebih kurang 7
tahun serta selesai di usia sekitar 12 tahun. Hal tersebut mengacu di tahapan
perkembangan anak tentunya. Dari Piaget dalam Zulkifli (2009: 21)
mengemukakan bahwa perkembangan pada bagi menjadi 4 fase menjadi berikut:
pertama Fase sensori motorik (0-2 tahun). Kegiatan kognitif berdasarkan di
pengalaman eksklusif panca indra. Kegiatan belum menggunakan bahasa.

7
Pemahaman intelektual muncul di akhir fase ini, kedua Fase pra operasional (dua-
7 tahun). Anak tidak terikat lagi di lingkungan sensori. Kesanggupan menyimpan
tanggapan bertambah besar. Anak suka meniru orang lain dan mampu
mendapatkan imajinasi serta suka bercerita perihal hal-hal yg fantastis, ketiga
Fase operasi konkret (7-12 tahun). Di fase ini cara anak berpikir mulai logis.
Bentuk kegiatan dapat dipengaruhi menggunakan peraturan yang berlaku. Anak
masih berpikir harfiah sesuai menggunakan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya, keempat Fase operasi formal. Dalam fase ini anak sudah bisa
mengembangkan pola-pola berpikir formal, telah mampu berpikir logis, rasional,
dan bahkan tak berbentuk. Sedangkan menurut Izzati dkk (2008: 116)
menjelaskan bahwa spesial siswa kelas tinggi SD khususnya kelas IV yaitu, 1)
Perhatiannya tertuju kepada kehidupan simpel sehari-hari, dua) ingin memahami,
realistis, serta ingin belajar, tiga) ada minat pada pelajaran-pelajaran khusus.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, bisa disimpulkan bahwa ciri


perkembangan peserta didik kelas IV SD berada pada termin operasional konkret.
Pada tahapan tersebut peserta didik berpikir atas dasar pengalaman yang konkret
atau nyata yang pernah ditinjau serta dialami, peserta didik belum bisa berpikir
secara abstrak. Karakteristik yang timbul di tahap ini bisa dijadikan landasan
dalam menyiapkan serta melaksanakan pembelajaran bagi siswa SD. Aplikasi
pembelajaran pada kelas perlu dirancang memakai contoh, taktik dan metode
pembelajaran yang sinkron dan sempurna dengan memperhatikan karakteristik
perkembangan peserta didik kelas IV yang berada pada tahap operasional konkret.

C. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS


1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran di mana banyak siswa
berpartisipasi sebagai anggota kelompok-kelompok kecil dengan kemampuan
yang berbeda-beda. Saat menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota
kelompok harus bekerja sama untuk saling membantu memahami materi.
Menurut Isjoni (2007:12), pembelajaran kolaboratif adalah model pembelajaran

8
dimana siswa kelompok kecil bekerja sama dengan 4-6 anggota dengan struktur
kelompok yang heterogen. Sedangkan menurut Suyatno (2009:51), model
pembelajaran kolaboratif adalah kegiatan belajar dimana kelompok berkolaborasi
untuk membangun konsep, memecahkan masalah, dan melakukan penelitian,
dengan anggota 4-5 orang dalam setiap kelompok. siswa. Ini dikelola dan
dimoderasi dan bertanggung jawab atas hasil kelompok dalam bentuk laporan atau
presentasi. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, bisa
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu contoh pembelajaran
kelompok yang memberi kesempatan pada siswa untuk terlibat aktif pada proses
pembelajaran sehingga diharapkan bisa menaikkan output belajar yg optimal.

2. Pembelajaran Kooperatif TPS


a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif TPS
Think Pair Share adalah strategi pembelajaran yang lahir dari penelitian
pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu. Ini pertama kali dikembangkan oleh
Frank Lyman dan rekan-rekannya di Universitas Marland. Trianto (2007:6)
menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS) merupakan bentuk pembelajaran
kolaboratif yang bertujuan untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Sedangkan
Suyatno (2009:54) menyatakan bahwa Think Pair Share adalah presentasi
kelompok (sharing) dimana guru menyajikan materi klasik, memberikan masalah
kepada siswa, dan siswa bekerja berpasangan (think pair). Model pembelajaran
kolaboratif yang menggunakan sintaks: buat pertanyaan kuis individual, buat
penilaian kemajuan untuk setiap siswa, bagikan hasil kuis, dan beri penghargaan
kepada mereka. Dari pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
pembelajaran kolaboratif Think Pair Share memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpikir (think), bekerja secara kelompok (pair) dengan dua orang, dan
memberikan presentasi (share) secara berkelompok. metode pembelajaran.
Bagikan).

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif TPS

9
Ketika belajar di dala m kelas, sebagai guru, kita perlu memastika n bahwa siswa
kita merasa nyama n da n puas denga n materi yang kita ajarka n. Sala h satu cara
agar kegiata n belajar menjadi lebi h menyenangka n adala h denga n menggunaka n
mode l pembelajara n kooperati TPS. Pembelajara n bersama TPS memiliki tiga
fase: berpikir-berpasangan-berbagi.
Menurut Trianto (2007: 61), ia mengusulka n prosedur guru menggunaka n tipe
TPS. Langka h 1: Berpikir-guru mengajuka n pertanyaa n da n pertanyaa n yang
berkaita n denga n pelajara n da n meminta siswa meluangka n waktu beberapa
menit untu k memikirka n jawaba n da n pertanyaa n itu sendiri. Siswa perlu
menjelaska n bahwa berbicara da n bertinda k bukanla h bagia n dari pemikira n
mereka. Langka h 2: Berpasangan-guru meminta siswa untu k berpasanga n da n
mendiskusika n apa yang tela h mereka pelajari. Interaksi dala m waktu yang
ditentuka n dapat menyatuka n ide-ide ketika sebua h pertanyaa n diajuka n, atau
mengintegrasika n ide-ide ketika masala h tertentu diidentifikasi. Guru biasanya
tida k memberika n waktu lebi h dari 4 atau 5 menit untu k memasangka n.
Langka h 3: Berbagi-pada langka h terakhir guru meminta pasanga n itu untu k
membagika n apa yang tela h mereka kataka n di seluru h kelas. Adala h efektif
untu k berjala n dari pasanga n ke pasanga n melintasi ruanga n sampai sekitar
setenga h dari pasanga n memiliki kesempata n untu k berbicara.

Sedangka n prosedur guru yang menggunaka n tipe TPS didasarka n pada Suyatno
(2009:122):
a. Guru mengkomunikasika n materi inti da n kemampua n yang ingi n dicapai
b. Siswa diminta untu k merenungka n materi/masala h yang disampaika n ole h
guru.
c. Siswa diminta untu k bekerja sama denga n teman-tema n di sebela h
(kelompo k dua orang) da n berbagi pemikira n mereka.
d. Guru memimpi n diskusi pleno keci l, da n setia p kelompo k mempresentasika n
hasi l diskusinya.
e. Berdasarka n kegiata n tersebut, guru aka n memandu percakapa n menuju topi k
da n menambahka n materi yang tida k diungkapka n ole h siswa.

10
f. Guru menyimpulka n.
g. Penutu p.

Berdasarka n beberapa pendapat di atas, sinta k dala m kegiata n pembelajara n


kooperatif TPS yang aka n dilakuka n peneliti adalah
Langkah 1 : Berpikir (Thinking)
a. Siswa memperhatika n penjelasa n guru tentang materi yang sesuai denga n
tujua n pembelajarannya.
b. Siswa diberika n masala h atau soa l yang berkaita n denga n materi yang aka n
dipelajari.
c. Setia p siswa berpikir sendiri terhada p permasalaha n atau soa l yang
diberika n..
Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)
a. Siswa bergabung denga n kelompo k pasangannya untu k berdiskusi tentang
permasalaha n tersebut.
b. Siswa menuangka n hasi l diskusi kedala m LKPD.
Langkah 3 : Berbagi (Sharing)
a. Perwakila n kelompo k mempersentasika n hasi l diskusinya.
b. Siswa menyimpulka n hasi l kerja kelompo k secara bersama.

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif TPS


1. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif TPS
Pembelajara n kolaboratif denga n TPS memungkinka n siswa untu k berpartisipasi
aktif dala m diskusi da n berkolaborasi denga n tema n. Ha l ini TPS tida k memiliki
banya k anggota atau kelompo k keci l kelompo k diskusi, sehingga lebi h muda h
untu k membentu k kelompo k. Mode l pembelajara n kolaboratif TPS memiliki
kelebiha n yang dijelaska n dala m Debu (2008: 1). Berikut kelebiha n dari tipe
TPS adalah:
a. Melati h siswa untu k mengungkapka n pendapat atau ide atau gagasa n.
b. Melati h siswa untu k menghargai pendapat atau ide atau gagasa n orang lai n.
c. Menumbuhka n rasa tanggungawab secara sosia l.

11
d. Anda dapat meningkatka n kemampua n siswa untu k bekerja denga n siswa
lai n.
e. Meningkatka n partisipasi kreatifitas siswa.

Selai n itu, Hartina (2008:dua belas) pembelajara n kolaboratif TPS memiliki


keunggula n sebagai berikut:
a. Dari soa l atau permasalaha n yang diberika n guru, siswa dapat mengajuka n
pertanyaa n da n memiliki kesempata n untu k memikirka n topi k tersebut.
b. Siswa dilati h menerapka n konse p untu k bertukar pikira n atau gagasa n
denga n tema n untu k mencapai mufakat dala m pemecaha n masala h.
c. Siswa lebi h giat belajar karena mengerjaka n tugas secara berkelompo k
dimana tia p kelompoknya terdiri atas dua orang.
d. Siswa mendapat kesempata n untu k mempresentasika n hasi l diskusinya
sehingga dapat menyebarluaska n ide-idenya.
e. Memungkinka n guru untu k memantau pembelajara n siswa denga n lebi h
bai k.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulka n bahwa mode l


pembelajara n kooperatif TPS memiliki kelebiha n yaitu siswa dapat berpartisipasi
aktif dala m diskusi da n berkolaborasi denga n tema n. Selai n itu dala m pembagia n
kelompo k juga guru lebi h muda h mengkoordinasikannya karena kelompo k
berasa l dari tema n sebangku sehingga siswa tida k lari kesana kemari mencari
anggota kelompo k lainnya.

2. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif TPS


Dala m pembelajara n kooperatif TPS selai n memiliki kelebiha n juga memiliki
kelemaha n. Seperti yang ditunjukka n Debu (2008: 1), kelemaha n dari tipe TPS
adalah: Hanya sedikit siswa yang terlibat aktif dala m proses belajar kelompo k,
serta dala m mengatur kegiata n kelompo k cuku p sulit karena jumla h kelompo k
yang banya k. Selai n itu, kekuranga n koopeatif TPS dikemukaka n ole h Hartina
(2008:12), dimana mode l ini memiliki rata-rata keterampila n siswa yang renda h

12
da n waktu yang terbatas, sulit untu k diterapka n di sekola h jika jumla h siswanya
banya k. Berdasarka n beberapa pendapat ahli, dapat disimpulka n bahwa mode l
pembelajara n kolaboratif TPS memiliki kekuranga n jika jumla h siswa dala m
kelas terlalu banya k, maka dala m pengelolaa n kelas memerluka n waktu yang
banya k sedangka n waktu yang disediaka n terbatas.

13
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek
Subje k penelitia n dala m penelitia n ini adala h siswa kelas IV SD Negeri 1
Nampirejo yang berjumla h 36 siswa yang terdiri dari 16 siswa perempua n da n 20
siswa laki-laki. Mata pelajara n matematika denga n poko k bahasa n pecaha n pada
semester ganji l tahu n pelajara n 2021/2022.

B. Waktu (Setting)
Waktu pelaksanaa n perbaika n pembelajara n dilakuka n dari tangga l 30 Oktober
s.d 6 November 2021 denga n jadwa l seperti pada tabe l berikut:
Tabe l 3.1 Jadwa l Pelaksanaa n Perbaikan
No Mata Pelajaran Siklus Waktu Pelaksanaan
1. Matematika Pra Siklus 23 Oktober 2021
2. Matematika Siklus 1 30 Oktober 2021
3. Matematika Siklus 2 6 November 2021

C. Pihak yang Membantu


Penelitia n ini dilakuka n denga n bantua n dari berbagai pemangku kepentinga n.
Pemangku kepentinga n yang kompete n mendukung penelitia n ini adala h tutor
pembimbing, kepala sekola h da n reka n sejawat.

D. Karakteristik Siswa
Ciri khas siswa pada kelas yang diteliti yaitu siswa berada pada taha p operasi
konkrit. Karena pada fase ini siswa memiliki rasa ingi n tahu yang tinggi da n
senang bekerja dala m kelompo k, berpikir berdasarka n pengalama n konkrit atau
nyata yang tela h mereka lihat da n alami.

14
E. Deskripsi Per Siklus
Siklus 1
1. Tahap Perencanaan
Langkah-langka h pada taha p perencanaa n menggunaka n mode l kooperatif TPS
adala h sebagai berikut:
a. Mengadaka n pertemua n denga n guru kelas.
b. Mengidentifikasi masala h dala m sekola h yang diteliti da n alternatif
pemecaha n masalahnya.
c. Membuat rumusa n tujua n pembelajara n yang sesuai denga n KD da n
indikator.
d. Menyusu n RP P sesuai denga n sinta k kooperatif TPS.
e. Mempersiapka n baha n ajar matematika materi pecaha n.
f. Mempersiapka n instrume n berupa lembar observasi.
g. Membuat soa l tes untu k penilaia n hasi l belajar pada siklus 1.

2. Tahap Pelaksanaan
Pada taha p pelaksanaa n peneliti melakuka n kegiata n pembelajara n sesuai denga n
RP P yang memuat sinta k mode l pembelajara n kooperatif TPS meliputi kegiata n
awa l, kegiata n inti da n kegiata n akhir dimana langkah-langka h pelaksanaannya
adala h sebagai berikut:
Kegiatan awal
a. Memulai pelajara n denga n mengucapka n sala m da n berdoa terlebi h dahulu.
b. Mengkonfirmasi siswa sebagai sika p disipli n.
c. Mengkomunikasika n tujua n pembelajara n yang aka n dicapai.
d. Mengkomunikasika n kegiata n pembelajara n langka h demi langka h sesuai
sinta k dala m TPS.
e. Menyampaika n apersepsi da n motivasi.
Kegiatan Inti
Langkah 1 Berpikir (Thinking)
a. Siswa memperhatika n demonstrasi guru mengenai konse p bilanga n pecaha n.
b. Siswa diberika n permasalaha n atau soa l berkaita n denga n konse p pecaha n.

15
c. Setia p siswa berpikir sendiri terhada p permasalaha n atau soa l yang diberika n.
Langkah 2 Berpasangan (Pairing)
a. Siswa bergabung denga n kelompo k pasangannya untu k berdiskusi tentang
permasalaha n tersebut.
b. Siswa menuangka n hasi l diskusi kedala m LKPD.
Langkah 3 Berbagi (Sharing)
a. Siswa persentasi di depa n kelas berkenaa n denga n hasi l diskusi.
b. Menyimpulka n hasi l kerja kelompo k secara bersama.
Kegiatan Akhir
a. Siswa diberika n test.
b. Menutu p pelajara n denga n memberika n pesa n supaya giat belajar da n
menyampaika n rencana pembelajara n berikutnya.
c. Membaca doa dipimpi n ole h seorang siswa secara bergantia n setia p
pertemua n.

3. Tahap Pengamatan
Pada taha p pengamata n, observer mengisi setia p kolo m pada lembar observasi
menggunaka n tekni k observasi yang berguna untu k mengetahui aktivitas guru
da n prilaku siswa dala m kegiata n pembelajara n.

4. Tahap Refleksi
Pada taha p refleksi peneliti mengumpulka n data berupa lembar observasi yang
kemudia n mengkaji, menganalisis serta mengevaluasi hasi l belajar siklus 1
sebagai dasar untu k mengetahui apaka h setela h melakuka n tindaka n
menggunaka n mode l pembelajara n kooperatif TPS hasi l belajar siswa pada mata
pelajara n matematika mengalami peningkata n. Kemudia n peneliti menyimpulka n
hasi l pembelajara n yang tela h dilakuka n pada siklus 1 yang berguna untu k
mengetahui kelebiha n serta kekuranga n. Jka terdapat kekuranga n pada siklus 1
maka kekuraga n tersebut aka n dijadika n acua n pada perbaika n siklus 2

16
Siklus 2
1. Tahap Perencanaan
Karena hasi l yang peneliti harapka n pada siklus 1 belu m tercapai maka pada
taha p perencanaa n siklus 2 peneliti memfokuska n untu k memperbaiki kegiata n
pembelajara n pada siklus 2 denga n melihat hasi l refleksi dari siklus 1 sebagai
acuannya, dimana langkah-langka h tahapa n perencanaa n pada siklus 2 adala h
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masala h da n menetapka n alternatif pemecaha n masala h.
b. Membuat rumusa n tujua n pembelajara n yang sesuai denga n KD da n
indikator.
c. Menyusu n RP P sesuai denga n sinta k mode l pembelajara n kooperatif TPS.
d. Mempersiapka n baha n ajar matematika materi pecaha n senilai.
e. Mempersiapka n instrume n berupa lembar observasi.
f. Membuat soa l tes untu k penilaia n hasi l belajar pada siklus 1.

2. Tahap Pelaksanaan
Pada taha p pelaksanaa n peneliti melakuka n kegiata n pembelajara n sesuai denga n
RP P yang memuat sinta k mode l pembelajara n kooperatif TPS meliputi kegiata n
awa l, kegiata n inti da n kegiata n akhir dimana langkah-langka h pelaksanaannya
adala h sebagai berikut:
Kegiatan awal
a. Membuka pelajara n denga n sala m da n berdoa.
b. Memeriksa kehadira n siswa sebagai sika p disipli n.
c. Menyampaika n tujua n pembelajara n yang aka n dicapai.
d. Menyampaika n langkah-langka h kegiata n pembelajara n sesuai sinta k dala m
TPS .
e. Menyampaika n apersepsi da n motivasi.
Kegiatan Inti
Langkah 1 Berpikir (Thinking)
a. Siswa memperhatika n demonstrasi guru mengenai konse p bilanga n pecaha n.

17
b. Siswa diberika n permasalaha n atau soa l berkaita n denga n konse p pecaha n
senilai.
c. Setia p siswa berpikir sendiri terhada p permasalaha n atau soa l yang diberika n.
Langkah 2 Berpasangan (Pairing)
a. Siswa bergabung dala m kelompo k pasangannya untu k berdiskusi mengenai
permasalaha n tersebut denga n cara memotong kue menjadi beberapa bagia n
sesuai denga n petunju k didala m LKPD.
b. Siswa menuangka n hasi l diskusi kedala m LKPD.
Langkah 3 Berbagi (Sharing)
a. Mempersentasika n hasi l diskusi di depa n kelas melalui perwakila n
kelompo k.
b. Menyimpulka n hasi l kerja kelompo k secara bersama.
Kegiatan Akhir
a. Peserta didi k diberika n test.
b. Menutu p pelajara n denga n memberika n pesa n untu k giat belajar da n
menyampaika n rencana pembelajara n berikutnya.
c. Membaca doa dipimpi n ole h seorang peserta didi k secara bergantia n setia p
pertemua n.

3. Tahap Pengamatan
Pada taha p pengamata n, observer mengisi setia p kolo m pada lembar observasi
menggunaka n tekni k observasi yang berguna untu k mengetahui aktivitas guru
da n prilaku siswa dala m kegiata n pembelajara n.

4. Tahap Refleksi
Pada taha p refleksi peneliti mengumpulka n data berupa lembar observasi yang
kemudia n mengkaji, menganalisis serta mengevaluasi hasi l belajar siklus 2 untu k
mengetahui apaka h setela h menggunaka n mode l pembelajara n kooperatif TPS
hasi l belajar siswa pada mata pelajara n matematika mengalami peningkata n dari
siklus sebelumnya. Kemudia n peneliti menyimpulka n hasi l pembelajara n yang

18
tela h dilakuka n pada siklus 2 yang berguna untu k mengetahui tingkat
keberhasila n dari tindaka n yang tela h dilakuka n.

19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Siklus
1. Deskripsi Siklus 1
Pelaksanaa n tindaka n siklus 1 dilaksanaka n pada hari Seni n tangga l 30 Oktober
2021. Kegiata n pembelajara n dilakuka n sesuai denga n RP P yang memuat sinta k
mode l pembelajara n kooperatif TPS denga n materi pecaha n dimana pada
kegiata n awa l siswa dikondisika n terlebi h dahulu, apaka h suda h sia p belajar,
apaka h masi h ada yang mengobro l atau lainnya. Guru mengucapka n sala m,
berdoa sebelu m belajar, lalu bertanya apa kabarnya hari ini, suda h sarapa n atau
belu m, da n tida k lupa mengkonfirmasi siswa yang tida k masu k. Setela h itu guru
mengkomunikasika n tujua n pembelajara n, guru juga memberika n motivasi
kepada siswa tentang manfaat mempelajari materi pecaha n dala m kehidupa n
kesehariannya.

Pada kegiata n inti yang dilakuka n guru adala h mendemonstrasika n konse p


pecaha n, kemudia n memberika n permasalaha n atau soa l mengenai konse p
pecaha n yaitu “Pama n mempunyai 3 bua h pir aka n diberika n kepada 6 orang
keponakannya. Berapa bagianka h bua h pir yang diterima setia p anak?”.
Selanjutnya siswa diminta untu k memikirka n sendiri jawaba n atas permasalaha n
yang diberika n denga n waktu kurang lebi h 5 menit. Setela h berfikir sendiri,
siswa diminta untu k berpasanga n denga n tema n sebangkunya guna
mendiskusika n permasalaha n tentang konse p pecaha n. Guru membagika n lembar
kerja kelompo k dala m bentu k LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) sebagai
wada h untu k menuliska n hasi l diskusi. Selama berdiskusi, ada kelompo k
pasanga n yaitu Farda n da n Iqba l yang nampa k mengobro l saja dikarenaka n
mereka dudu k paling belakang, kemudia n guru melukir Farda n berpasanga n
denga n Aldi sedangka n Iqba l berpasanga n denga n Danu. Setela h semua selesai
menuliska n hasi l diskusi ke dala m LKPD, perwakila n kelompo k maju ke depa n
untu k mempersentasika n hasilnya yaitu kelompoknya Aldi da n Iqba l sebagai

20
perwakila n. Dari hasi l persentasi diperole h bahwa setia p ana k mendapatka n 3 per
6 bagia n bua h pir atau sama denga n setenga h bagia n. Dari hasi l persentasi siswa
menyimpulka n bahwa pecaha n adala h bagia n dari keseluruha n. Bagi kelompo k
yang aktif da n mendapat nilai paling tinggi aka n diberika n reward .

Pada kegiata n akhir yang dilakuka n guru adala h memberika n evaluasi berupa
soa l tes untu k mengetahui hasi l belajar siswa yang dikerjaka n secara mandiri
ole h setia p siswa. Setela h selesai mengerjaka n, lembar kerja tes dikumpu l
kemudia n guru menilai hasi l pekerjaa n mereka. Siswa yang mendapat nilai paling
tinggi diberi reward. Sebelu m kegiata n pembelajara n ditutu p guru memberika n
motivasi untu k teta p giat belajar da n menyampaika n topic yang aka n dipelajari
pada pertemua n selanjutnya yaitu mengenai pecaha n senilai. Kelas diakhiri
denga n doa da n sala m penutu p.

Taha p pengamata n dilakuka n pada saat guru melaksanaka n pembelajara n denga n


menerapka n mode l pembelajaraa n kooperatif TPS. Kegiata n ini dilakuka n untu k
memperole h data apaka h suda h sesuai antara pelaksanaa n pembelajara n denga n
RP P yang tela h disusu n sebelumnya serta untu k mengetahui apaka h ada
peningkata n terhada p hasi l belajar matematika siswa kelas IV jika pembelajara n
dilakuka n denga n menerapka n mode l pembelajara n kooperatif TPS. Melalui
lembar observasi siklus 1, terlihat guru belu m memberika n apersepsi dala m
kegiata n pembelajara n tetapi hanya memberika n motivasi saja. Dala m
penggunaa n media suda h cuku p bai k, karena menggunaka n benda kongkrit yaitu
bua h pir. Hanya saja siswa tida k dilibatka n langsung dala m penggunaa n media
tersebut sehingga pemahama n mengenai konse p pecaha n kurang diterima secara
bai k ole h siswa.

Kegiata n refleksi dilakuka n bersama reka n sejawat sebagai baha n masuka n pada
perencanaa n siklus 2. Dimana hasi l yang diperole h adala h guru dapat membuat
kegiata n pembelajara n menjadi lebi h aktif, interaktif da n menyenangka n karena
menggunaka n metode pembelajara n TPS apalagi ditamba h guru membawa media

21
konkrit sehingga siswa terlihat antusias di awa l pembelajara n. Namu n dala m
kegiata n inti siswa belu m sepenuhnya memahami konse p pecaha n dikarenaka n
siswa belu m terlibat aktif dala m penggunaa n media tersebut. Ole h karena itu
dala m siklus 1 ini aka n dilaksanaka n kembali perbaika n pembelajara n pada
siklus siklus 2 denga n melibatka n siswa dala m menggunaka n media secara
langsung agar pemahama n materi meneganai konse p pecaha n dapat diterima
denga n bai k.

2. Deskripsi Siklus 11
Kegiata n pembelajara n yang disusu n pada taha p perencanaa n siklus 2 sama
denga n kegiata n perencanaa n yang dilaksanaka n pada siklus 1 namu n pada siklus
2 terdapat perbaika n kegiata n pembelajara n yang dirasa kurang pada siklus 1.
Adapu n langkah-langka h kegiata n pembelajara n yang dilakuka n adala h denga n
mengidentifikasi masala h yang muncu l pada siklus 1, merumuska n tujua n
perbaika n pembelajara n da n menyusu n RP P sesuai sinta k pada mode l
pembelajara n kooperatif TPS, memperiapka n baha n ajar berupa materi pecaha n
senilai, mempersiapka n instrume n lembar observasi serta menyusu n alat evaluasi
untu k mengetahui perkembanga n hasi l belajar siswa dala m siklus 2.

Pelaksanaa n tindaka n siklus 2 dilaksanaka n pada hari sabtu tangga l 6 November


2021. Kegiata n pembelajara n dilakuka n sesuai denga n RP P yang memuat sinta k
mode l pembelajara n kooperatif TPS denga n materi pecaha n dimana pada
kegiata n awa l guru mengkondisika n siswa terlebi h dahulu untu k mengikuti
pembelajara n matematika, apaka h suda h sia p belajar, apaka h masi h ada yang
mengobro l atau lainnya. Guru mengucapka n sala m, berdoa sebelu m belajar, lalu
bertanya apa kabarnya hari ini, suda h sarapa n atau belu m, da n tida k lupa
bertanya siapa siswa yang tida k hadir. Setela h itu, guru menyampaika n tujua n
pembelajara n yang aka n dicapai, guru juga memberika n motivasi tentang
manfaat mempelajari materi pecaha n senilai dala m kehidupa n sehari-hari.
Dala m kegiata n inti guru memberika n dua bua h permasalaha n mengenai konse p
pecaha n senilai. Permasalaha n 1 “Ibu mempunyai 2 bua h biskuit aka n diberika n

22
kepada 4 orang anaknya. Berapa bagianka h biskuit yang diperole h setia p anak?”.
Permasalaha n 2 “Nene k mempunyai 4 bua h biskuit aka n diberika n kepada 8
orang cucunya. Berapa bagianka h biskuit yang diperole h setia p anak?”.
Kemudia n dari dua bua h permasalaha n siswa diminta untu k memikirka n sendiri
solusi pemecaha n masala h dala m waktu kurang lebi h 5 menit. Setela h berfikir
mandiri, siswa berkumpu l denga n kelompo k pasangannya untu k
mendemonstrasika n konse p pecaha n senilai menggunaka n biskuit yang suda h
diberika n da n menuangka n hasilnya ke dala m LKPD. Jika LKPD suda h terisi,
perwakila n kelompo k maju ke depa n untu k memperentasika n hasi l diskusinya.
Pada kesempata n ini kelompo k Naela da n Inta n mewakili kelompo k lai n untu k
persentasi. Dari hasi l persentasi didapatka n hasi l bahwa pada permasalaha n
pertama biskuit yang diperole h setia p siswa adala h 2 per 4 bagia n atau sama
denga n setenga h bagia n, lalu pada permasalaha n kedua biskuit yang diperole h
ana k adala h 4 per 8 bagia n atau sama denga n setenga h bagia n. Dari hasi l
tersebut siswa dibantu guru menyimpulka n bahwa kedua permasalaha n tersebut
memiliki nilai yang sama sehingga kedua pecaha n tersebut merupaka n pecaha n
yang senilai. Guru memberika n reward kepada kelompo k yang aktif bertanya da n
menjawab serta kelompo k yang mendapatka n skor tertinggi dari hasi l LKPD
yang suda h dikumpulka n.

Pada kegiata n akhir, guru memberika n evaluasi untu k mengetahui hasi l belajar
siswa denga n memberika n tes yang dikerjaka n secara mandiri ole h setia p siswa.
Setela h selesai mengerjaka n, lembar kerja tes dikumpu l kemudia n guru menilai
serta memberika n reward kepada siswa yang memperole h skor tertinggi. Sebelu m
kegiata n pembelajara n ditutu p guru memberika n motivasi untu k teta p giat belajar
da n menyampaika n poko k bahasa n yang aka n dipelajari pada pertemua n
selanjutnya yaitu mengenai pecaha n senilai. Kelas diakhiri denga n doa yang
dipimpi n ole h ketua kelas, kemudia n guru mengucapka n sala m.

Taha p pengamata n dilakuka n pada saat guru melaksanaka n pembelajara n denga n


menerapka n mode l pembelajaraa n kooperatif TPS. Kegiata n ini dilakuka n untu k

23
memperole h data apaka h suda h sesuai antara pelaksanaa n pembelajara n denga n
RP P yang tela h disusu n sebelumnya serta untu k mengetahui apaka h ada
peningkata n hasi l belajar matematika siswa kelas IV jika pembelajara n dilakuka n
denga n menerapka n mode l pembelajara n kooperatif TPS. Melalui lembar
observasi siklus 2, terlihat guru suda h memberika n apersepsi serta motivasi
dala m kegiata n pembelajara n yang sebelumnya pada siklus 1 hanya memberika n
motivasi saja. Dala m penggunaa n media suda h cuku p bai k, karena siswa suda h
dilibatka n dala m kegiata n demonstrasi mengenai konse p pecaha n senilai melalui
media biskuit sehingga siswa lebi h termotivasi da n lebi h mengerti mengenai
materi tersebut.

Kegiata n refleksi dilakuka n bersama reka n sejawat sebagai baha n evaluasi pada
kegiata n pembelajara n siklus 2 yang tela h dilaksanaka n. Dimana hasi l yang
diperole h adala h guru dapat membuat kegiata n pembelajara n menjadi lebi h aktif,
interaktif da n menyenangka n karena menggunaka n metode pembelajara n TPS
ditamba h denga n penggunaa n media konkrit berupa biskuit serta siswa dilibatka n
langsung dala m penggunaa n media konkrit yang sebelumnya pada siklus 1 hanya
guru saja yang menggunaka n media tersebut sehingga pemahama n materi
mengenai konse p pecaha n senilai pada siklus 2 dapat diterima denga n bai k ole h
siswa secara keseluruha n. Siswa juga lebi h senang karena bagi kelompo k yang
aktif aka n mendapat reward berupa nilai tambaha n serta diberika n biskuit untu k
dimaka n bersama setela h kegiata n pembelajara n berakhir.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitia n dala m rangka perbaika n pembelajara n dilaksanaka n dala m dua siklus
yang terdiri dari siklus 1 da n siklus 2 dimana pada setia p siklusnya melalui 4
tahapa n yaitu taha p perencanaa n, pelaksanaa n, pengamata n da n refleksi. Dala m
pelaksanaannya kegiata n dilakuka n denga n membuat dua bua h video simulasi
pembelajara n yang terdiri dari video simulasi 1 untu k kegiata n pembelajara n
pada siklus 1 da n video simulasi 2 untu k kegiata n pembelajara n pada siklus 2

24
denga n menggunaka n sinta k mode l pembelajara n kooperatif TPS denga n materi
pecaha n.

1. Siklus 1
Pelaksanaa n pembelajara n pada siklus 1 guru suda h menerapka n sinta k pada
mode l pembelajara n kooperatif TPS dimana guru melakuka n demonstrasi
mengenai konse p pecaha n menggunaka n benda kongkrit yaitu bua h pir. Guru
memberika n sebua h permasalaha n mengenai konse p pecaha n da n meminta siswa
untu k berfikir sendiri atas penyelesaia n masala h tersebut. Setela h berfikir secara
mandiri siswa bergabung denga n kelompo k pasangannya untu k berdiskusi da n
menuangka n hasi l diskusi kedala m LKPD. Perwakila n kelompo k maju ke depa n
untu k mempersentasika n hasi l diskusi serta menyimpulka n hasilnya bersama
kelompo k lai n. Guru memberika n reward kepada kelompo k yang aktif da n
memperole h skor tertinggi. Sinta k pada mode l pembelajara n kooperatif TPS
lebi h menekanka n kepada siswa untu k berpera n aktif serta menumbuhka n rasa
tanggungjawab da n kerja sama yang bai k dala m kegiata n kelompo k sehingga
dapat meningkatka n hasi l belajar siswa pada mata pelajara n matematika
khususnya materi pecaha n.

Melalui hasi l lembar observasi siklus 1, terlihat guru hanya memberika n motivasi
saja, belu m memberika n apersepsi sebagaimana mestinya yang tertulis dala m
RP P. Apersepsi sangat penting diberika n agar ana k dapat mengaitka n materi
pembelajara n yang aka n dilakuka n denga n pengalama n peserta didi k denga n
materi sebelumnya. Kemampua n guru dala m menyampaika n materi da n
penggunaa n media kurang maksima l karena siswa tida k dilibatka n langsung
dala m penggunaa n media tersebut sehingga siswa belu m memahami konse p
pecaha n secara keseluruha n. Aka n tetapi secara keseluruha n siswa terlihat aktif
karena guru suda h menggunaka n media konkrit sehingga menumbuhka n rasa
penasara n yang tinggi.

25
Dilihat dari hasi l lembar refleksi pada siklus 1 juga terdapat beberapa kelemaha n,
kelebiha n, keunika n serta uapaya perbaika n pembelajara n. Dimana kelemaha n
pada siklus 1 sebagia n besar siswa belu m sepenuhnya memahami konse p
pecaha n dikarenaka n hanya guru yang mendemontrasika n konse p pecaha n
menggunaka n bua h pir sedangka n siswa tida k dilibatka n langsung dala m
menggunaka n media tersebut. Selai n itu karena anggota kelompo k berpasanga n,
maka jumla h kelompo k sangat banya k untu k kelas yang jumla h siswanya 36.
Sehingga guru dala m membimbing kelompo k satu persatu membutuhka n waktu
yang lama sedangka n waktunya terbatas. Adapu n kelebiha n pada siklus 1 guru
dapat menjadika n kegiata n pembelajara n menjadi lebi h aktif, interakif da n
menyenangka n apalagi ditamba h penggunaa n media konkrit. Rasa penasara n
siswa tinggi sehingga menimbulka n keaktifa n siswa untu k bertanya. Bahka n ha l
uni k yang terjadi pada siklus 1 ini yaitu beberapa siswa terlihat sampai berdiri
karena rasa penasarannya terhada p demonstrasi yang dilakuka n ole h guru. Upaya
perbaika n untu k mengatasi kelemaha n yang terdapat dala m siklus 1 yaitu denga n
denga n melibatka n siswa dala m mengunaka n media pada kegiata n pembelajara n
siklus 2 agar mereka dapat mempraktekka n langsung sehingga pemahama n materi
aka n dapat diterima denga n bai k.

2. Siklus 2
Pelaksanaa n pembelajara n pada siklus 2 guru suda h menerapka n sinta k pada
mode l pembelajara n kooperatif TPS dimana selai n guru melakuka n demonstrasi
mengenai konse p pecaha n siswa juga dilibatka n dala m penggunaa n media
tersebut. Pada kegiata n pembelajara n siklus 2 ini terdapat kelebiha n yaitu denga n
dilibatkannya siswa secara langsung dala m menggunaka n media maka kegiata n
pembelajara n menjadi lebi h aktif dari siklus sebelumnya da n pemahama n siswa
terhada p materi konse p pecaha n senilai dapat diterima secara keseluruha n. Ha l
uni k dala m kegiata n pembelajara n pada siklus 2 yaitu siswa terlihat senang
dala m mendemonstrasika n konse p pecaha n senilai denga n menggunaka n media
konkrit da n pada langka h berbagi (sharing) masing-masing kelompo k seka n
berlomba-lomba untu k maju ke depa n karena guru memberika n reward berupa

26
tambaha n nilai da n pemberia n biskuit yang nanti dapat dimaka n setela h kegiata n
pembelajara n berakhir.
Berdasarka n pembahasa n hasi l penelitia n perbaika n pembelajara n bai k siklus 1
da n siklus 2 maka simulasi pembelajara n suda h sesuai denga n target yang
diinginka n ole h guru da n supervisor. Dimana pada saat sebelumnya kegiata n
pembelajara n matematika terlihat monoto n, kurang menari k da n aktivitas siswa
juga sangat pasif, setela h dilaksanakannya tindaka n perbaika n pembelajara n
denga n menerapka n sinta k pada mode l pembelajara n kooperatif TPS, aktivitas
siswa meningkat serta kegiata n pembelajara n matematika menjadi lebi h aktif,
interaktif da n menyenangka n sehingga aka n berdampa k pada meningkatnya hasi l
belajar siswa.

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarka n pembahasa n hasi l penelitia n perbaika n pembelajara n bai k siklus 1
da n siklus 2 dapat disimpulka n bahwa kegiata n pembelajara n menggunaka n
mode l pembelajara n kooperatif TPS mampu meningkatka n aktivitas siswa
sehingga kegiata n pembelajara n matematika menjadi lebi h aktif, interaktif da n
menyenangka n. Mode l pembelajara n kooperatif TPS aka n membawa hasi l yang
maksima l jika dala m pelaksanaannya ditamba h denga n penggunaa n media sesuai
denga n materi yang aka n diajarka n sehingga penerapa n mode l pembelajara n
kooperatif TPS diharapka n dapat meningkatka n hasi l belajar siswa mata
pelajara n matematika materi pecaha n pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Nampirejo
tahu n pelajara n 2021/2022.

B. Saran
Dala m pelaksanaa n kegiata n pembelajara n menggunaka n mode l kooperatif TPS,
terdapat beberapa sara n yang sebaiknya dilakuka n ole h siswa, guru maupu n
sekola h. Bagi siswa hendaknya mampu bekerjasama denga n da n saling berbagi
ilmu pengetahua n kepada siswa lai n yang mengalami kesulita n. Bagi guru
hendaknya melibatka n siswa berpera n aktif dala m menggunaka n media agar
penerapa n mode l pembelajara n kooperatif TPS dapat lebi h meningkatka n hasi l
belajar siswa. Bagi sekola h penerapa n mode l pembelajara n kooperatif TPS dapat
menjadi sala h satu alternatif pembelajara n di SD Negeri 1 Nampirejo untu k
meningkatka n mutu pendidika n di sekola h.

28
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman.2003. Pengertian Hasil Belajar (Online),


(http://jeranopendidikan.blogspot.com, diakses pada 3 November 2021.

Suprayekti.2003. Pengertian Hasil Belajar (Online),


(http://pendidikanuntukindonesiaku2.blogspot.com, diakses pada 3
November 2021.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ibrahim, M. Et, All. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas


Negeri Surabaya Press.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok.


Bandung: Alfabeta.

Munadi. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar. (Online).


http//:www.academia.edu, diakses pada 3 November 2021.

Nurhadi, Agus Gerald Senduk. 2003. Pembelajaran CTL. Malang: Penerbit


Universitas Negeri Malang.

Ramadi. 2009. Hakikat Matematika di Sekolah Dasar. (Online). https://ilmu-


pendidikan-berbagi.blogspot.com/2016/10/hakikat-matematika-di-sekolah-
dasar.html?m=1, diakses pada 4 November 2021

Rifai, Achmad dan Chatarina Tri Anni. 2009. Psikologi Perkembangan.


Semarang: UNNES PRESS

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Bandung: Masmedia Buana


Pustaka.

Syaiful Sagala. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alphabeta.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka.

29

Anda mungkin juga menyukai