Oleh :
NAMA : Gede Krisma Eka Putra
NIM : 1615061003
A Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting bagi sebuah negara,
dimana kemajuan sebuah negara dilihat dari seberapa besar tingkat
kecerdasan masyarakatnya. Tentu saja rakyat yang cerdas perlu menjalani
sebuah pendidikan. Pendidikan secara umum adalah sebuah proses
pengembangan diri pada tiap individu untuk dapat melangsungkan
kehidupannya. Oleh karena itu pemerintah pun tidak segan untuk
menggratiskan pendidikan dari jenjang SD, SMP, dan SMA walaupun tidak
semuanya demi mengembangkan potensi-potensi generasi muda. Begitu pula
dengan para pendidik yang perannanya dalam membentuk dan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh generasi muda.
Terkait dengan banyaknya pelajaran yang ada di Indonesia khususnya
pelajaran Matematika. Hudoyo (dalam Yuniati : 2008) mengatakan bahwa :
“Tujuan pembelajaran matematika saat ini adalah agar siswa mampu
memecahkan masalah (problem solving) yang dihadapi dengan berdasarkan
pada penalaran dan kajian ilmiahnya”. Ditambahkan pula oleh Polya (dalam
Yuniati : 2009) bahwa : “Pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan
keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak segera
dapat dicapai”. Oleh karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat
aktivitas intelektual yang tinggi dan membutuhkan suatu proses psikologi
yang tidak hanya melibatkan aplikasi dalil-dalil atau teorema-teorema yang
dipelajari. Matematika secara umum sangat sulit dipahami oleh siswa, karena
matematika memiliki obyek yang sifatnya abstrak dan membutuhkan
penalaran yang cukup tinggi untuk memahami setiap konsep-konsep
matematika yang sifatnya hirarkis.
Namun menurut pengamatan peneliti selama ini, siswa SMA Negeri 2
Singaraja kelas X mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan
yang diberikan pada materi yang diberikan. Untuk tingkat menggunakan
1
2
rumus-rumus yang sudah baku saja masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan, apalagi untuk soal yang berkonteks dan menuntut kemampuan
pemecahan masalah, mereka akan bingung untuk memulai dari mana, konon
lagi dengan penyelesaiannya.
Hal ini banyak kemungkinan penyebab terjadinya kelemahan siswa
dalam memecahkan permasalahan yang diberikan, salah satunya adalah masih
banyak proses pembelajaran matematika yang kurang memperhatikan
aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat dari kurangnya respon positif siswa
dalam mengikuti pelajaran matematika di sekolah. Siswa cenderung pasif dan
jarang sekali mengemukakan pendapatnya di kelas. Siswa banyak diam,
hanya mendengarkan dan mengerjakan latihan dengan penuh
kebingungan. Syaban (dalam Ossa : 2009) mengatakan bahwa : “Dalam
proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru sementara siswa
lebih cenderung pasif mengakibatkan siswa tidak mempunyai kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematikanya”.
Dari masalah yang telah dikemukakan di atas, guru hendaknya perlu
melakukan perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa. Salah satunya dengan menerapkan pendekatan pembelajaran
yang menekankan pada keaktifan siswa untuk mengembangkan potensi
secara maksimal. Banyak sekali model-model pembelajaran yang bisa
diterapkan, sehingga memungkinkan guru untuk menyampaikan materi
matematika secara menarik dan menyenangkan. Dalam kondisi peserta didik
yang menyenangkan maka peserta didik dapat mengikuti dengan
menyenangkan juga, sehingga mereka tidak merasa jenuh dalam belajar
matematika.
Bedasarkan masalah tersebut peneliti berpendapat perlunya dilakukan
perbaikan proses pembelajaran pada siswa kelas X IPA 1. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar siswa dapat ikut beroeran aktif selama proses
pembelajaran berlangsung. Siswa saling bertukar pendapat memahami konsep
serta mampu menyelesaikan soal secara berdiskusi dalam kelompok. Maka
diperlukan model pembelajaran yang dapat mendorong keaktifan,
kemandirian dan tanggung jawab dari diri siswa adalah model pembalajaran
3
B Identifikasi Masalah
Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Kurangnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika.
3. Kurang efektifnya kerja/diskusi kelompok dalam pembelajaran
matematika.
4. Kesulitan belajar siswa pada materi pokok trigonometri
5. Kurang tepatnya penggunaan strategi pembelajaran matematika.
C Batasan Masalah
Bedasarkan latar belakang di atas, penelitian ini hanya membahas upaya
meningkatkan keaktifan dan preastasi belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam penelitian ini indicator
meningkatnya keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran selama
dikenai tindakan dan meningkatna prestasi belajar siswa dilihat dari hasil tes
siswa
D Rumusan Masalah
Bedasarkan uraian di atas rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah :
4
E Tujuan Penelitian
Bedasarkan rumusan di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika di kelas X IPA 1 SMA Negeri 2 Singaraja melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika di kelas X IPA 1 SMA Negeri 2 Singaraja melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
A. Deskripsi Teori
1. Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
mengembangkan daya pikir manusia. Masih banyak persepsi negatif
yang dianut oleh masyarakat kita. Seperti, matematika itu hanya ilmu
yang sulit dan mempersulit masalah, matematika hanya ilmu hayalan
(abstrak) ataupun matematika hanya ilmu berhitung bilangan-bilangan
saja. Fathani (2006:1) mengemukakan bahawa :
Masyarakat mempunyai persepsi negatif bahwa matematika adalah
ilmu berhitung. Kemampuan berhitung dengan bilangan-bilangan
memang tidak dapat dihindari ketika belajar matematika. Namun,
berhitung hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan isi
matematika.
Pada dasarnya matematika merupakan cara untuk menemukan
jawaban terhadap masalah yang dihadapi oleh manusia. Abdurrahman
(1999:252) mengungkapkan bahwa :
Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia. Suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan-pengetahuan tentang menghitung, dan yang
paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam
melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Dengan demikian matematika sangat penting untuk dipelajari, karena
matematika memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehidupan
sehari-hari. Matematika juga merupakan suatu cara menggunakan
informasi dalam membantu memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
Objek pembelajaran yang biasanya bersifat abstrak merupakan salah
satu penyebab munculnya persepsi negatif pada matematika. Jenning dan
5
6
perilaku sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar
(Sugiyanto, 2010: 37). Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa
model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar
belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative
learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif.
Menurut Ibrahim dalam Jamil Suprihatiningrum (2012: 193)
terdapat enam langkah utama dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut
ini:
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase – 1 Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaiakan Tujuan Pelajaran yang ingin dicapai saat
Dan Memotivasi Siswa pelajaran dan memotivasi siswa
belajar
Fase – 2 Guru menyajikan invormasi pada
Menyajikan Informasi siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
Fase – 3 Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan Siswa tentang bagaiamana caranya
Kedalam Kelompok membentuk kelompok belajar dan
Kooperatif membantu kelompok untuk
bertransmisi efesien
Fase – 4 Guru membimbing kelompok
Membimbing Kelompok kelompok saat belajar
Belajar dan Bekerja
Fase – 5 Guru mengevaluasi hasil belajar
8
e. Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan
penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama
belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan
lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan
bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas
guru.
4. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD.
Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran
kooperatif metode STAD adalah sebagai berikut:
a. Persiapan STAD
1) Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang
sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum
menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar kegiatan
(lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif dan
lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut.
2) Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang
heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang
terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Bila memungkinkan harus diperhitungkan juga latar
belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh membiarkan siswa
memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih
teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan
kelompok dapat diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998:7-8):
a) Merangking siswa
Merangking siswa berdasarkan hasil belajar
akademiknya di dalam kelas. Gunakan informasi apa saja
yang dapat digunakan untuk melakukan rangking
tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor tes.
11
5) Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu
penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes
penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas.
b. Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi
kelas, yang meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk
praktis, aktivitas kelompok, dan kuis.
Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Pendahuluan
a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan
mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu
siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teka-
teki, memunculkan masalah-masalah yang berhubungan
dengan materi dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk
menentukan konsep atau untuk menimbulkan rasa senang
pada pembelajaran.
2) Pengembangan
a) Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari
pembelajaran.
b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa
mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.
c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
d) Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
e) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok
masalahnya.
3) Praktek terkendali
a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
13
D. Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran sebelum menggunakan kooperatif yaitu
guru sehingga keaktifan siswa rendah. Akibatnya siswa menjadi jenuh dan
21
mudah bosan. Akibat dari kondisi awal yang seperti itu, dapat mempengaruhi
Model pembelajaran
Hasil belajar siswa
tradisional:
meningkat
Hasil belajar siswa rendah
Model pembelajaran
Cooperative Learning tipe
STAD
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan
menerapkan model pembelajaran STAD (Student Team Achievment Division)
secara berkelompok untuk meningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas X IPA 1 SMA Negeri 2
Singaraja.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas atau Classroom
Action Research. Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 3) penelitian tindakan
kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan sebagai strategi pemecahan
masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata kemudian merefleksi terhadap
hasil tindakan. Penelitian tindakan cocok untuk meningkatkan kualitas subyek
yang akan diteliti. Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD).
Pada pelaksanaannya, penelitian ini dilaksanakan secara kolaborasi antara
peneliti dengan guru. Peneliti bertindak sebagai observer dan guru bertindak
sebagai pengajar. Dalam hal ini peneliti berkolaborasi dengan guru dengan
tujuan agar lebih mudah dan teliti dalam kegiatan observasi.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian tindakan kelas (classroom
action research) yang dilaksanakan sebagai strategi pemecahan masalah.
Pada penelitian tindakan dibagi menjadi 3 tahapan yaitu perencanaan
(planning), tindakan (action) dan observasi (observe), serta refleksi (reflect).
Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart.
23
24
dosen pembimbing.
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam tiga kali
pertemuan. Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan
model pembelajaran koopertif tipe STAD. Proses pembelajaran dilakukan
sesuai dengan jadwal pelajaran matematika kelas VIIB. Materi yang akan
diberikan adalah materi himpunan tentang diagram Venn.
Adapun tindakan yang dilakukan pada tiap siklus yaitu:
1) Pendahuluan
Guru menyampaikan presentasi kelas dengan memberikan apersepsi
dan motivasi kepada siswa dalam mempelajari materi himpunan.
2) Kegiatan Inti
a). Siswa belajar dalam kelompok
b). Guru memberi penekanan dari hasil diskusi dalam kelompok.
d). Siswa mengerjakan kuis secara individu
e). Peningkatan nilai
f). Pemberian penghargaan kelompok
3) Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah berhasil
mencapai kriteria keberhasilan tertentu.
c. Observasi
Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian
yang tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar
catatan lapangan. Hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran
adalah kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa selama
pelaksanaan pembelajaran.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari
pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. Jika hasil
25
berikut.
2. Lembar Observasi
Dalam penelitian ini digunakan dua lembar observasi yaitu lembar
observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan lembar
keaktifan siswa. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran STAD
digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan observasi
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan lembar
observasi keaktifan siswa digunakan pada setiap pembelajaran sehingga
kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan
penelitian.
28
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui respon atau
tanggapan guru dan siswa mengenai proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4. Angket Respon Siswa
Angket yang akan digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif
jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Berikut
kisi-kisi angket respon siswa:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Respon Siswa
2. Interaksi
a. Interaksi dengan guru 4,7
b. Interaksi dengan teman atau siswa lain 6,13
3. Kerja sama dengan teman sekelompok 5,8,9,10,11
4. Mengerjakan soal dan tugas
a. Mengerjakan soal dan tugas kelompok 12
b. Mengerjakan soal dan tugas individu 17,18,19
5. Tes
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan pre test,
post test, dan kuis individu. Tes ini digunakan untuk mengetahui
sejauhmana prestasi siswa mengenai materi himpunan dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
6. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran, daftar nilai siswa, daftar kelompok,
dokumen guru mengenai nilai siswa semester ganjil, dan foto-foto selama
proses pembelajaran.
7. Catatan lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang hasil pengamatan
di kelas yang tidak terdapat di lembar observasi. Dalam penelitian ini
catatan lapangan digunakan untuk mengamati hal-hal yang terjadi selama
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
G. Validitas Instrumen
Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulansi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu lain sebagai pengecekan atau pembanding data itu (Lexy J. Moleong,
2005: 330). Data yang digunakan baik data observasi, wawancara maupun
catatan lapangan. Triangulasi dalam penelitian ini, menggunakan triangulasi
metode. Triangulasi metode itu adalah pengecekan derajat penemuan hasil
penelitian dengan beberapa metode yaitu observasi, wawancara, dan catatan
30
lapangan.
H. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data kualitatif ini mengacu pada metode analisis dari
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: 247-252). Teknik analisis yang
digunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data,
penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan
lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes
naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami. Hal ini
dilakukan secara bertahap kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara
diskusi bersama mitra kolaborasi. Untuk menjamin pemantapan dan
kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian digunakan
triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada (Sugiyono, 2005:83).
1. Analisis Data Observasi Keaktifan Siswa
Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui keaktifan siswa
yang berpedoman pada lembar observasi keaktifan siswa. Penilaian
dilihat dari hasil skor pada lembar observasi yang digunakan. Persentase
diperoleh dari skor pada lembar observasi dikualifikasikan untuk
menentukan seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari rata-rata
persentase keaktifan siswa pada tiap pertemuan. Hasil data observasi ini
dianalisis dengan pedoman kriteria sebagai berikut:
Persentase Kriteria
75% - 100% Sangat
50% - 74,99% Tinggi Tinggi
25% - 49,99% Sedang
0% - 24,99% Rendah
Hatta, Bung. 2016. Pentingnya Pendidikan Bagi Semua Orang. Tersedia pada
https://bunghatta.ac.id/artikel-259-pentingnya-pendidikan-bagi-semua-
orang.html
(di akses pada tanggal 8 Juni 2019)
Ismail. 2003. Model Pembelajaran Kooperatif. Dit. PLP Dikdasmen.
Math, Suadin. 2016. Model dan Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif. Tersedia
pada
https://suaidinmath.wordpress.com/2016/08/24/model-dan-jenis-jenis-
pembelajaran-kooperatif/
(di akses pada tanggal 8 Juni 2019)
Revy, Reza. 2013. Hakikat Matematika. Tersedia pada
https://revyareza.wordpress.com/2013/10/31/hakikat-matematika/
(di akses pada tanggal 8 Juni 2019)
Rochiati Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Suharsimi Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
33