Anda di halaman 1dari 25

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

DI SMKN 9 KOTA TANGERANG

PROPOSAL
(PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan lokakarya PPG Dalam Jabatan

DISUSUN OLEH : CHARDIYANTI, S.Pd


NO PESERTA PPG :

PPG ANGKATAN 5

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah swt,

yang telah memberikan segala keridhoan, cinta dan kasih sayang-nya kepada peneliti

sehingga dapat menyelesaikan ptk ini yang berjudul “ Upaya meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika melalui model pembelajaran discovery learning berbasis

LKPD pada pokok bahasan barisan dan deret aritmetika di SMKN 9 Kota Tangerang

Kelancaran penyusunan skripsi ini tak lepas dari peran kedua orang tua tercinta
yang selalu memberi dorongan semangat serta do’a yang tiada henti tercurah.Terima kasih
atas ketulusan, kesabaran,dan kesetiaan mendampingi selama ini.

Dengan segala keterbatasan, peneliti menyadari banyaknya kekurangan dalam PTK


ini. Semua saran, tanggapan dan kritikan yang dapat membangun kearah perbaikan
sangatlah peneliti harapkan.
Alhamdulillah,Semoga karya kecil ini bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan
sekitar. Amin Ya Robbal’alamin.

Serang, September 2019

Chardiyanti
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian

B. Kajian Pustaka

1. Kemampuan Pemecahan Masalah


2. Discovery Learning

C. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis penlitian
A. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan zaman saat ini menuntut keahlian yang memiliki inovasi

serta kualitas SDM yang siap untuk berkompetensi dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Begitu juga dengan dunia pendidikan berdasarkan

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pada bab II

pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuann dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa berakhlak mulia sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu cara untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu melalui pendidikan formal. Pada

pendidikan formal tersebut terdapat beberapa mata pelajaran wajib salah satunya

adalah matematika.

Matematika adalah bagian dari disiplin ilmu yang mampu meningkatkan

kemampuan berpikir dan berpendapat serta memberikan kontribusi dalam

penyelesaian masalah sehari-hari yang ditemui dunia kerja serta memberikan

dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.. Oleh karena


itu matematika sebagai ilmu dasar yang perlu dikuasai dengan baik oleh peserta

didik. Adapun tujuan dari pembelajaran matematika yaitu supaya peserta didik

tidak hanya menggunakan matematika atau tidak hanya berhitung saja, tetapi

juga mampu memberikan bekal untuk peserta didik dapat menggunakan

matematika dalam menyelesaikan permasalahan di kehidupan sehari-hari.

Matematika diupayakan diajarkan oleh guru bukan hanya untuk

mengetahui dan memahami apa yang terkandung di dalam matematika itu

sendiri,, tetapi matematika itu diajarkan pada dasarnya memiliki tujuan untuk

membantu, melatih pola pikir peserta didik supaya mampu memecahkan

masalah dengan kritis, logis, kreatif dan tepat. Kemampuan ini dapat

dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran matematika karena salah satu

tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013 agar peserta didik

memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan peserta

didik ketika menyajikan gagasan dan pengetahuan kongkret secara abstrak,

serta menyelesaikan permsalahan abstrak yang terkait, serta berlatih berpikir

rasional, kritis, dan kreatif (Kemendikbud,2013).

Pada kenyataannya saat ini kemampuan pemecahan masalah

matematika di Indonesia belum sejalan dengan tingkat kemampuan pemecahan

masalah matematika peserta didik. Kurang terbiasanya peserta didik

dihadapkan dengan tingkat soal yang kompleksitas atau kesulitannya rendah


merupakan salah satu factor yang menjadikan kemampuan pemecahan masalah

matematika peserta didik kurang. Hal ini didukung berdasarkan hasil evaluasi

yang dilaksanakan oleh beberapa Lembaga di antaranya PISA dan TIMSS

Indonesia masih menduduki peringkat bawah dalam hal matematika

Hal tersebut juga terjadi pada kondisi peserta didik di SMKN 9 Kota

Tangerang, dalam 3 tahun terakhir. Berkaitan dengan pelaksanaan UNBK

pemerintah memasukan soal HOTS yang bersifat pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil survei ke beberapa peserta didik mereka cenderung lebih

banyak yang bingung dan tidak paham cara penyelesaian dengan soal HOTS

tersebut. Terkait pada hal tersebut berdampak pada penurunan nilai rata-rata

UNBK selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2017 nilai rata-rata matematika

hasil UNBK 5,0 , pada 2018 4,8, dan pada tahun 2019 kembali mengalami

penurunan menjadi 4,4.

Dengan mempertimbangkan hal ini, maka sudah saatnya pembelajaran

matematika diubah secara mendasar. Diawali dengan menciptakan suasana

belajar semenarik mungkin dalam belajar matematika, misalnya dengan cara:

mengecek konsentrasi siswa sebelum dimulai proses pembelajaran, mengaitkan

pembelajaran dengan benda-benda yang ada di sekelilingnya, mengaitkan

pembelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian

peserta didik dapat merasa senang dan tertarik dalam belajar matematika.
Dalam proses pembelajaran penggunaan model pembelajaran sangat

membawa pengaruh terhadap peserta didik dalam menerima pengetahuan baru

yang didapat oleh guru. Perlunya dihadirkan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

Dalam prosesnya diharapkan peserta didik mampu mengembangkan pola

pikirnya ketika mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, mengolah data,

melakukan pembuktian, dan menarik kesimpulan. Model pembelajaran

discovery learning dalam proses pembelajarannya guru akan berperan sebagai

fasilitator dan pembimbing peserta didik dalam memecahkan masalah

sistematis, dan peserta didik akan berdiskusi untuk mengamati,

mengelompokan, mengukur, menjelaskan, dan membuat kesimpulan terkait

permaalahan matematika. Dengan demikian discovery learning dapat

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan mandiri dalam

memecahkan masalah dengan bimbingan guru.

Dengan berbantu LKPD saat penerapan proses pemebelajarannya di

harapkan dapat mendukung pembelajaran discovery learning. Didalam LKPD

tersebut peserta didik mencari informasi yang diperoleh dari permasalahan yang

ditampilkan, kemudian mencari solusi nya secara mandiri ataupun kelompok

dari berbagai sumber dan setelah itu hasilnya di presentasikan. Dengan hal ini

peserta didik diharapkan memiliki kemampuan 4C ( Communication,


Collaboration, Critical Thinking, Creative) sebagaimana tuntutan

perkembangan masa revolusi industry 4.0 .

Berdasarkan latar belakang di atas akan dilakukan penelitian tindakan

kelas upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika

melalui model pembelajaran discovery learning di SMKN 9 Kota Tangerang.

2. Rumusan Masalah
Bagaimana model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik ?

3. Tujuan Penelitian Tindakan


Untuk mengetahui model pembelajaran discovery learning dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

4. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan referensi untuk menambah
pengetahuan dalam pengembangan model pembelajaran matematika.
2. Bagi guru dapat membuka wawasan yang lebih tinggi terutama dalam
usaha meningkatkan mutu pendidikan.
3. Bagi peserta didik dapat mempebaiki cara belajar peserta didik dan dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
B. Studi Pustaka, Kerangka Berpikir, Hipotesis

1. Studi Pustaka

a. Kemampuan Pemecahan Masalah

Memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah adalah bagian dari

aktivitas dasar manusia. Karena sebagaian besar dalam kehidupan manusia

akan selalu berhadapan dengan masalah-masalah, entah itu yang sifatnya

sederhana ataupun yang sifatnya kompleks. Dan kita diperlukan memiliki

solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam

pembelajaran matematika, peserta didik juga sering berhadapan dengan

masalah. Masalah yang dimaksud adalah pertanyaan atau soal matematika

yang harus diselesaikan oleh siswa

Menurut Widjajanti ( 2018 ; ) Dalam belajar matematis pada

umumnya yang dianggap masalah bukanlah persoalan yang biasa dijumpai

siswa. Soal disebut masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki

penjawab dapat terjadi bagi seseorang, pertanyaan itu dapat dijawab

dengan menggunakan penyelesaian rutin baginya, namun bagi orang lain

untuk menjawab pertanyaan tersebut memerlukan pengumpulan

pengetahuan yang telah dimiliki secara rutin. Oleh karena itu dalam

menyelesaikan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan masalah

seseorang dibutuhkan pemahaman terlebih dahulu kemudian menentukan


solusi yang tepat untuk penyelesaiannya. Pemecahan masalah matematika

tidak memiliki tidak hanya bertujuan untuk mencari sebuah jawaban yang

benar, akan tetapi juga perlu menghubungkan antara apa yang mereka

pelajari, kemampuan peserta didik miliki, dengan bagaimana pengetahuan

tersebut akan dimanfaatkan sesuai dengan situasi.

Apa yang berperan penting dalam memecahkan masalah

matematika? Tentu saja pengetahuan matematika yang kita miliki. Hal ini

semakin jelas,bahwa kita akan merasa lebih mudah memecahkan masalah

yang sama pada saat ini dibandingkan waktu yang lalu, karena saat kita

memecahkan masalah tersebut saat ini, pengetahuan matematika kita telah

bertambah.

Selanjutnya, (Ruseffendi, 2006) berpedapat bahwa kemampuan

pemecahan masalah amat penting dalam matematika bukan saja bagi

mereka yang dikemudian hari akan mendalami ataupun mempelejari

matematika, melaikankan juga untuk mereka yang akan menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Karena dalam kehidupan ilmu matematika

akan selalu di butuhkan untuk membantu dalam menyelesaikan

permasalahan baik itu hal yang sederhana ataupun yang kompleks. Contoh

kegiatan yang membutuhkan kemampuan pemecahan masalah dalam


kehidupan misalnya dalam pembagian luas lahan, perdagangan dan

mungkin masih banyak lagi kegiatan yang lain.

Menurut Polya dalam Jurnal Oktaviana, pemecahan masalah

matematika adalah suatu cara untuk menyelesaiakan masalah matematika

dengan menggunakan penalaran matematika (konsep matematika) yang

telah dikuasai sebelumnya. Ketika peserta didik menggunakan kerja

intelektual dalam proses pembelajaran, maka adalah beralasan bahwa

pemecahan masalah yang diarahkan sendiri utnuk diselesaikan adalah suatu

karakteristik penting. Dengan ini peserta didik diharapkan menjadi seorang

problem solver. Peserta didik tidak hanya terbatas pada pembelajaran

matematika tetapi juga dapat dilakukan dalam kehidupan dunia nyata.

Terdapat empat tahapan pemecahan masalah yang bersumber dari

teori Polya, Ke empat tahapan pemecahan masalah tersebut antara lain :

a. Memahami dan mengekplorasi masalah

b. Menemukan strategi

c. Menggunakan strategi untuk memecahkan massalah

d. Melihat kembali dan melakukan refleksi terhadap solusi yang

diperoleh.
Berikut adalah penjelasan dari empat tahapan atau indikator dari

pemecahan masalah :

Indikator Pemecahan Masalah Tahapan

Memahami dan mengeksplorasi - Mengetahui apa saja yang


diketahui dan ditanyakan pada
masalah masalah dan

- Menjelaskan masalah sesuai


dengan kalimat sendiri
Menemukan strategi - Menyederhanakan masalah,
- Mampu membuat eksperimen
dan simulasi,
- Mampu mencari sub-tujuan hal-
hal yang perlu dicari sebelum
menyelesaikan masalah),
- Mengurutkan informasi.
Menggunakan strategi untuk - Mengartikan masalah yang
diberikan dalam bentuk kalimat
pemecahan masalah
matematika, dan
- Melaksanakan strategi selama
proses dan penghitungan
berlangsung.
Melihat kembali dan melakukan
- Mengecek semua informasi dan
refleksi terhadap solusi yang
perhitungan yang terlibat.
diperoleh. - Mempertimbangkan apakah
solusinya logis.
- Melihat alternative penyelesaian
lain.
- Membaca pertanyaan kembali.
- Bertanya kepada diri sendiri
apakah sudah terjawab.

b. Discovery Learning

Menurut Budiningsih (2016;13) Model discovery learning adalah

memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif untuk

akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Pembelajaran discovery dapat

terjadi jika individu peserta didik tersebut ikut terlibat, khususnya dalam

proses menemukan konsep dan prinsip. Pada pembelajaran discovery

masalah yang dihadapkan peserta didik adalah masalah yang direkayasa

oleh guru. Di dalam pembelajaran discovery learning peserta didik

didorong dapat belajar sendiri secara mandiri. Peserta didik diharapkan

dapat terlibat aktif dalam penemuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip

melalaui pemecahan masalah. Guru bertugas mendorong serta memotivasi

peserta didik untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan aktivitas

yang memungkinkan peserta didik dapat menemukan konsep-konsep dan

prinsip-prinsip matematika untuk mereka sendiri. Pembelajaran ini

diharapkan dapat memeunculkan rasa keingintahuan peserta didik dalam

proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

Menurut Bruner (2016;14), Discovery learning atau belajar

menemukan memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan


pencipta informasi. Dalam hal ini dalam proses belajar dianggap sebagai

suatu proses aktif yang memungkinkan peserta didik mampu menemukan

hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.

Menurut Uno ( Skripsi ) pengaruh kegiatan pembelajaran yang

berorientasi pada penemuan (discovery) adalah (1) dapat mengembangkan

potensi intelektual siswa (2) siswa dapat mempelajari Heuristi (mengelola

pesan dan informasi) dari penemuan discovery, dan (3) dapat menyebabkan

ingatan bertahan lama.

Menurut Purwaningrum (2016) (Anargya 2018) merupakan

pembelajaran dalam kelompok kecil yang membimbing siswa untuk

menemukan suatu konsep matematika melalui beberapa tahap, yaitu ; (1)

pemberian stimulus (rangsangan) , (2) identifikassi masalah; (3)

pengumpulan data; (4) pengolahan data; (5) pembuktian; (6) penarikan

kesimpulan.

Menurut Bicknell dan Hoffman (Jarwan; 2018) pembelajaran ini

memiliki tiga sifat, yaitu : melakukan kegiatan eksplorasi dan memecahkan

maslah peserta didik mampu mencipta, mengintegrasi, dan menganalisa

pengetahuan. (3) Aktivitas bertujuan mendorong integrase dari

pengetahuan baru ke dasar pengetahuan yang telah dimiliki siswa.


Menurut Salmon (Jurnal pendidikan Universitas Garut) dalam

pengaplikasian model discovery learning mengembangkan cara belajar

siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil

yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan.

Kelebihan metode discovery learning (Kemendikbud, 2013) adalah

sebagai berikut :

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-prses kognitif. Usaha

penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung

bagaimana cara belajarnya.

2. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan

sesuai dengan kecepatan sendiri

3. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa, karena unsur

berdiskusi.

4. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa

menyelidiki dan berhasil.

5. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena

mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

2. Kerangka berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori yang dipaparkan di atas
dalam 3 tahun terakhir terjadi penurunan nilai rata-rata UNBK di SMKN 9
Kota Tangerang pada mata pelajaran matematika dikarenakan saat ini
pemerintah memasukan 10% soal berkadar HOT’s yang bersifat soal bentuk
pemecahan masalah. Perubahan tersebut membuat pembelajaran matematika di
anggap masih terdapat banyak permasalahan yang perlu dicarikan jalan
keluarnya sehingga usaha perbaikan kemampuan pemecahan masalah dapat
mencapai hasil yang diharapkan. Salah satunya adalah dengan penerapan model
Discovery Learning. Model Discovery Learning diperdiksi akan meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah.

Berdasarkan kerangkan pemikiran diatas, kelebihan dari model discovery


learning diprediksi dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Karena pada model Discover Learning menekankan agar peserta didik terlihat
langsung dalam pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengalami dan
menemukan sendiri konsep-konsep yang harus ia kuasai. Dengan demikian
materi pembelajaran yang disampaikan dapat diproses dengan lebih baik oleh
peserta didik.

Kemudian pada pembelajaran dengan penerapan model discovery learning


dapat memberi pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses. Dalam model ini pembelajaran matematika
dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pengamatan, diskusi,
penggalian informasi, pengumpulan data. Disamping itu pendekatan ini dapat
memberi peluang peserta didik agar dapat belajar lebih bermakna.
3. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan Rumusan masalah dan Tujuan Penelitian, Hipotesis tindakan

ini adalah : . Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika

melalui model pembelajaran discovery learning di SMKN 9 Kota Tangerang.

C. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai penyelidikan yang dilakukan

secara sistematis oleh guru, administrator, konselor atau yang lainnya dengan

sesuatu yang menarik di dalam proses pengajaran atau lingkungan yang

bertujuan untuk memperoleh informasi tentang bagaimana mereka mengajar dan

bagaimana peserta didik belajar untuk diri mereka sendiri.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperbaiki proses

pembelajaran yang selama ini pembelajaran berpusat kepada guru menjadi

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika dengan menggunakan model pembelajaran

discovery learning.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X FKK 1 SMKN 9 Kota

Tangerang dengan jumlah siswa 36 orang.

3. Setting penelitian
a) Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 9 Kota Tangerang yang terletak

Villa Tangerang Indah di Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk

Tangerang – Banten pada kelas X FKK 1 Tahun Pelajaran 2019/2020

menggunakan model pembelajaran discovery learning.

b) Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan pada bulan Januari

2020. Dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

4. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian

yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.Taggart. Penelitian tindakan dapat

dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksaan

tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti

dengan siklus spiral selanjutnya.

Adapun tahapan prosedurnya, digambarkan seperti di bawah ini :


Pada model ini banyaknya siklus dalam penelitian tindakan kelas dalam

penelitian terdiri dari II siklus dan setiap siklus terdapat dua kali pertemuan

dengan uraian sebagai berikut :

a. Tahapan perencanaan (Planning) : merencanakan program tindakan yang

akan dilakukan untuk meningkatnkan kemampuan pemecahan masalah

peserta didik.

b. Tahapan tindakan (acting) : pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai

upaya meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik.

c. Tahapan pengamatan (Observing) : pengamatan terhadap peserta didik

selama pembelajaran berlangsung.


d. Tahapan refleksi (reflection) : kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan

hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi

terhadap proses pembelajaran selanjutnya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Sehubungan dengan adanya pertanyaan penelitian yang terdapat pada


rumusan masalah : Bagaimana model pembelajaran discovery learning dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik ?
Maka jenis data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah melalui penerapan model

pembelajaran discovery learning. Data ini dikumpulkan melalui lembar

observasi mengenai aktivitas peserta didik dan pendidik selama kegiatan belajar

mengajar di kelas, dan dokumentasi pembelajaran yang diambil oleh observer

yang kemudian dianalisis secara deskriptif.

6. Instrumen Penelitian

Berikut uraian instrument yang digunakan dalam penelitian :

a. Tes

Instrument ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan

pemecahan masalah pada peserta didik. Instrument ini berupa tes uraian

yang mengukur pemahaman peserta didik terhadap materi berdasarkan

indikator kemampuan pemecahan masalah yang telah ditentukan. Dimana


dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu pretest untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan awal pemecahan masalah peserta didik pada materi barisan dan

deret aritmetika dan posttest untuk mengetahui sejauh mana peningkatan

pemahaman yang didapatkan peserta didik setelah diberikan treatment.

b. Lembar Observasi

Instrument yang digunakan untuk memperoleh data mengenai aktivitas guru

dan peserta didik selama kegiatan belajar mengajar di kelas dengan

penerapan model discovery learning. Instrument ini digunakan oleh

observer.

7. Analisis Data

Dalam menjawab pertanyaan penelitian, analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang akan digunakan

dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusu, menggunakan serta

menafsirkan mengenai kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik

yang diperoleh dari tes uraian serta lembar observasi dan dokumentasi untuk

mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

8. Definisi operasional

Definisi Operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :


1. Dalam penelitian ini, discovery learning dikatakan berpengaruh jika

kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang mengikuti

discover learning lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah

matematis peserta didik yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dalam

hal ini, kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang

mengikuti discovery learning lebih dari rata-rata kemampuan pemecahan

masalah matematis yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Discovery learning merupakan pembelajaran penemuan yang mengarahkan

peserta didik untuk dapat menemukan sendiri konsep baru. Sintak

pembelajaran discovery learning adalah (1) pemberian stimulus; (2)

identifikasi masalah; (3) pengumpulam ; (4) pengolahan data; (5)

pembuktian; (6) penarikan kesimpulan.

3. Kemampuan pemecahan masalah peserta didik adalah kemampuan peserta

didik memahami maalah, merencanakan strategi serta prosedur pemecahan

maalah, dan melakukan prosedur pemecahan masalah.

D. Jadwal Penelitian

Waktu penelitian adalah 2 bulan terhitung bulan Oktober sampai dengan

November 2019. Untuk kegiatan beserta jadwal pelaksanaan disajikan sebagai

berikut :
Oktober November
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Perencanaan x

2 Penyusunan Proposal x

3 Pelaksanaan Tindakan x x x

4 Pengumpulan Data x x

5 Penyusunan Laporan x
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Pendidikan Universitas Garut Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut
ISSN: 1907-932X Nurdin Muhamad Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan, Universitas Garut
Pengaruh Metode Discovery Learning untuk Meningkatkan Representasi
Matematis dan Percaya Diri Siswa
https://numeracy.stkipgetsempena.ac.id/?journal=home&page=article&op=view&path%5B%5D=6

0&path%5B%5D=55

http://garuda.ristekdikti.go.id/journal/view/11617?page=2&issue=%20Vol%204,%20No%202%20(

2017)

http://journal.uncp.ac.id/index.php/proximal/article/view/1059/913

https://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JPMI/article/view/203/pdf_1

PENGARUH DISCOVERY LEARNING TERHADAP


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN
KOMONIKASI MATEMATIS SISWA
Jarwan
Universitas Cokroaminoto Palopo
jarwan650@gmail.com

JURNAL PENELITIAN MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


ISSN 26158132 (cetak)

ISSN 26157667 (online)

Anda mungkin juga menyukai