Anda di halaman 1dari 26

Laporan Karya Ilmiah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY
LEARNING DI SMKN 1 KOTA SERANG

OLEH :

Chardiyanti, S.Pd
19286118010222

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA (UNTIRTA)
NOVEMBER 2019

1
Lembar Pengesahan Laporan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY
LEARNING DI SMKN 1 KOTA SERANG

Menyetujui:

Serang, 04 November 2019

Ketua Program Studi PPG, Dosen Pembimbing,

Dr. H. Yuyu Yuhana, M.Si. Ihsanudin, M.Si


NIP. 196508141991031004 NIP 19790216 201012 1 001
.

Mengetahui:
Dekan FKIP Untirta,

Dr. H. Aceng Hasani, M.Pd.


NIP. 196708201998021003

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelasaikan karya ilmiah yang berjudul " Upaya Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Pembelajaran Discovery
Learning Di SMKN 1 Kota Serang " tepat pada waktunya.
Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Profesi Guru
Dalam Jabatan (PPL-PPGDJ) Angkatan V Tahun 2019 yang merupakan prasyarat
wajib lulus bagi maha peserta didik Peserta PPGDJ yang dilaksanakan tanggal 23
Juni sampai dengan 25 November 2019.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan laporan ini, namun penulis berharap agar laporan ini nantinya dapat
memberikan manfaat tidak hanya bagi penulis pribadi akan tetapi dapat juga
bermanfaat bagi segenap pihak yang membaca.
Dalam menyusun laporan ini penulis telah banyak dibantu oleh berbagai
pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih
serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis selama penyusunan laporan ini. Dengan terlaksananya
penyusunan laporan ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. H. Fatah Sulaeman, S.T., M.T,, selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. H. Aceng Hasani, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
3. Dr. H. Yuyu Yuhana, M.Si., selaku ketua program studi PPG FKIP Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Ibu Dra. Hj. Cucu Supriatin, M.Si. selaku Kepala SMK Negeri 1 Kota Serang

3
5. Bapak Ihsanudin, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
6. Bapak H. Ading Kustendi, S.ST, M.Pd. Selaku Waka. Kurikulum dan
Koordinator Guru Pamong di SMK Negeri 1 Kota Serang
7. Ibu Santi Mainasari M.Pd. selaku Guru Pembimbing/Pamong yang telah
membagi ilmu selama PPL di SMK Negeri 1 Kota Serang
8. Guru-guru serta Staf SMKN 1 Kota Serang yang membantu dalam kelancaran
kegiatan PPL
9. Rekan-rekan PPL PPG Dalam Jabatan di SMK Negeri 1 Kota Serang yang
selalu berbagi semangat dan motivasi
10. Riza Romadhon, Hanita Rahmawati , Isdiana Afriyanti, dan Chardiyanti
selaku Partner PPL di SMK Negeri 1 Kota Serang
11. Siwa-siswi SMK Negeri 1 Kota Serang khususnya kelas X AKL 4 dan XI
OTKP 3 yang memberikan warna baru dan pengalaman baru untuk penulis.
Semoga Allah membalas segala amalan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam pelaksanaan PPL di SMK Negeri 1 Serang dan penulis
mohon doa agar untuk ke depannya penulis beserta rekan-rekan penulis lainya
menjadi tenaga pendidik yang lebih baik dan profesional.
Penulis menyadari bahwa penulisan hasil Pragram Pengalaman Lapangan ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini di masa-masa yang
akan datang. Mudah-mudahan laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Akhirnya penulis mengucapkan semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Serang, November 2019
Penulis

Chardiyanti, S.Pd
19286118010222

4
DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................... 1

Lembar Pengesahan ............................................................................... 2

Kata Pengantar ........................................................................................ 3

Daftar Isi ................................................................................................ 5

Bab I Pendahuluan ................................................................................. 6

A. Latar Belakang ........................................................................... 6

B. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10

Bab II Rencana Tindakan ..................................................................... 11

A. Kemampuan Pemecahan Masalah ……………………………… 11


B. Model Pembelajaran Discovery Learning .................................. 15
Bab III Hasil dan Pembahasan ................................................................ 18

A. Hasil ............................................................................................. 18
B. Pembahasan ................................................................................. 18
Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi .................................................... 20

A. Kesimpulan ................................................................................. 20
B. Rekomendasi ............................................................................... 20
Daftar Pustaka ........................................................................................... 21

Lampiran-Lampiran ................................................................................. 22

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman saat ini menuntut keahlian yang memiliki


inovasi serta kualitas SDM yang siap untuk berkompetensi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu juga dengan dunia
pendidikan berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 tahun 2003, pada bab II pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia sehat,
berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Salah satu cara untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yaitu melalui pendidikan formal. Pada pendidikan
formal tersebut terdapat beberapa mata pelajaran wajib salah satunya adalah
matematika.
Matematika adalah bagian dari disiplin ilmu yang mampu
meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat serta memberikan
kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari yang ditemui dunia kerja
serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.. Oleh karena itu matematika sebagai ilmu dasar yang perlu
dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Adapun tujuan dari pembelajaran
matematika yaitu supaya peserta didik tidak hanya menggunakan
matematika atau tidak hanya berhitung saja, tetapi juga mampu memberikan

6
bekal untuk peserta didik dapat menggunakan matematika dalam
menyelesaikan permasalahan di kehidupan sehari-hari.
Matematika diupayakan diajarkan oleh guru bukan hanya untuk
mengetahui dan memahami apa yang terkandung di dalam matematika itu
sendiri,, tetapi matematika itu diajarkan pada dasarnya memiliki tujuan
untuk membantu, melatih pola pikir peserta didik supaya mampu
memecahkan masalah dengan kritis, logis, kreatif dan tepat. Kemampuan ini
dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran matematika karena
salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013 agar
peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan peserta didik ketika menyajikan gagasan dan pengetahuan
kongkret secara abstrak, serta menyelesaikan permsalahan abstrak yang
terkait, serta berlatih berpikir rasional, kritis, dan kreatif
(Kemendikbud,2013).
Namun pada kenyataannya saat ini kemampuan pemecahan masalah
matematika di Indonesia belum sejalan dengan tingkat kemampuan
pemecahan masalah matematika peserta didik. Kurang terbiasanya peserta
didik dihadapkan dengan tingkat soal yang kompleksitas atau kesulitannya
rendah merupakan salah satu factor yang menjadikan kemampuan
pemecahan masalah matematika peserta didik kurang. Hal ini didukung
berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh beberapa Lembaga di
antaranya PISA dan TIMSS Indonesia masih menduduki peringkat bawah
dalam hal matematika
Dengan mempertimbangkan hal ini, maka sudah saatnya
pembelajaran matematika diubah secara mendasar. Diawali dengan
menciptakan suasana belajar semenarik mungkin dalam belajar matematika,
misalnya dengan cara: mengecek konsentrasi siswa sebelum dimulai proses
pembelajaran, mengaitkan pembelajaran dengan benda-benda yang ada di
sekelilingnya, mengaitkan pembelajaran matematika dengan kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian peserta didik dapat merasa senang dan tertarik
dalam belajar matematika.

7
Dalam proses pembelajaran penggunaan model pembelajaran sangat
membawa pengaruh terhadap peserta didik dalam menerima pengetahuan
baru yang didapat oleh guru. Perlunya dihadirkan model pembelajaran yang
dapat meningkatkan keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung. Dalam prosesnya diharapkan peserta didik mampu
mengembangkan pola pikirnya ketika mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan data, mengolah data, melakukan pembuktian, dan menarik
kesimpulan. Model pembelajaran discovery learning dalam proses
pembelajarannya guru akan berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
peserta didik dalam memecahkan masalah sistematis, dan peserta didik akan
berdiskusi untuk mengamati, mengelompokan, mengukur, menjelaskan, dan
membuat kesimpulan terkait permaalahan matematika. Dengan demikian
discovery learning dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk aktif dan mandiri dalam memecahkan masalah dengan bimbingan
guru.
Dengan berbantu LKPD saat penerapan proses pemebelajarannya di
harapkan dapat mendukung pembelajaran discovery learning. Didalam
LKPD tersebut peserta didik mencari informasi yang diperoleh dari
permasalahan yang ditampilkan, kemudian mencari solusi nya secara
mandiri ataupun kelompok dari berbagai sumber dan setelah itu hasilnya di
presentasikan. Dengan hal ini peserta didik diharapkan memiliki
kemampuan 4C ( Communication, Collaboration, Critical Thinking,
Creative) sebagaimana tuntutan perkembangan masa revolusi industry 4.0 .
Berdasarkan latar belakang di atas akan dilakukan penelitian
tindakan kelas upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika melalui model pembelajaran discovery learning
Berdasarkan hasil observasi terhadap kelas X AKL-4 SMKN 1 Kota

Serang mengenai pelajaran matematika dipahami oleh peserta didik sebagai

pelajaran yang belum banyak diminati dengan berbagai alasan yang

dikemukakan peserta didik, sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap

8
sikap peserta didik yang kurang aktif dan tidak termotivasi dalam mengikuti

proses pembelajaran. Hal ini berakibat pada rendahnya kemampuan

pemecahan masalah matematika yang diperoleh oleh peserta didik pada mata

pelajaran ini. Padahal, kurangnya berperan aktifnya peserta didik terhadap

pelajaran mengakibatkan rendahnya daya serap pemahaman peserta didik.

Catatan dokumentasi pada penilaian PTS yang sebelumnya dengan metode

pengajaran konvensional dengan dominasi metode ceramah ternyata tidak

mampu meningkatkan aktifnya peserta didik dalam belajar sehingga pada

saat penilaian hasil belajar yang diperoleh sangat tidak maksimal.

Masalah ini yang mendorong munculnya gagasan untuk menekankan

kepada pengajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang ada

pada dirinya.

Berdasarkan masalah tentang kurangnya hasil belajar peserta didik

pada mata pelajaran Matematika di SMKN 1 Kota Serang, sehinga diangkat

dalam penulisan PTK ini dengan judul : “ Upaya Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Pembelajaran

Discovery Learning”, dengan alasan dapat dilakukannya peningkatan hasil

belajar peserta didik di SMKN 1 Kota Serang.

9
B. Tujuan Penelitian

Secara Khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika melalui penerapan
model discovery learning di SMKN 9 Kota Tangerang.
2. Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai peningkatan
hasil belajar yang mengukur kemampuan pemecahan masalah
matematika peserta didik melalui penerapan model discovery
learning.

10
BAB II

RENCANA TINDAKAN

A. Kemampuan Pemecahan Masalah

Memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah adalah bagian dari


aktivitas dasar manusia. Karena sebagaian besar dalam kehidupan
manusia akan selalu berhadapan dengan masalah-masalah, entah itu yang
sifatnya sederhana ataupun yang sifatnya kompleks. Dan kita diperlukan
memiliki solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Dalam pembelajaran matematika, peserta didik juga sering berhadapan
dengan masalah. Masalah yang dimaksud adalah pertanyaan atau soal
matematika yang harus diselesaikan oleh siswa
Menurut Widjajanti (Jarwan;2018) dalam belajar matematis pada
umumnya yang dianggap masalah bukanlah persoalan yang biasa
dijumpai siswa. Soal disebut masalah tergantung kepada pengetahuan
yang dimiliki penjawab dapat terjadi bagi seseorang, pertanyaan itu dapat
dijawab dengan menggunakan penyelesaian rutin baginya, namun bagi
orang lain untuk menjawab pertanyaan tersebut memerlukan
pengumpulan pengetahuan yang telah dimiliki secara rutin. Oleh karena
itu dalam menyelesaikan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan
masalah seseorang dibutuhkan pemahaman terlebih dahulu kemudian
menentukan solusi yang tepat untuk penyelesaiannya. Pemecahan
masalah matematika tidak memiliki tidak hanya bertujuan untuk mencari
sebuah jawaban yang benar, akan tetapi juga perlu menghubungkan
antara apa yang mereka pelajari, kemampuan peserta didik miliki, dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan sesuai dengan
situasi.
Apa yang berperan penting dalam memecahkan masalah
matematika? Tentu saja pengetahuan matematika yang kita miliki. Hal
ini semakin jelas,bahwa kita akan merasa lebih mudah memecahkan

11
masalah yang sama pada saat ini dibandingkan waktu yang lalu, karena
saat kita memecahkan masalah tersebut saat ini, pengetahuan matematika
kita telah bertambah.
Selanjutnya, (Ruseffendi, 2006) berpedapat bahwa kemampuan
pemecahan masalah amat penting dalam matematika bukan saja bagi
mereka yang dikemudian hari akan mendalami ataupun mempelejari
matematika, melaikankan juga untuk mereka yang akan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Karena dalam kehidupan ilmu matematika
akan selalu di butuhkan untuk membantu dalam menyelesaikan
permasalahan baik itu hal yang sederhana ataupun yang kompleks.
Contoh kegiatan yang membutuhkan kemampuan pemecahan masalah
dalam kehidupan misalnya dalam pembagian luas lahan, perdagangan
dan mungkin masih banyak lagi kegiatan yang lain.
Menurut Hudojo (Panjaitan:2017) menyatakan bahwa pemecahan
masalah merupakan suatu hal essensial didalam pengajaran matematika,
disebabkan (1) siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang
relevan, kemudian menganalisanya dan akhirnya meneliti hasilnya, (2)
kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, (3) potensi intelektual siswa
meningkat. Hal ini perlu dimunculkan dalam proses kegiatan
pembelajaran matematika di kelas agar peserta didik terlatih untuk
mengasah kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaaikan soal-
soal yang membutuhkan berpikir tingkat tinggi yang saat ini dikenal
dengan istilah HOT’S
Menurut Polya (Purba:2017), pemecahan masalah matematika
adalah suatu cara untuk menyelesaiakan masalah matematika dengan
menggunakan penalaran matematika (konsep matematika) yang telah
dikuasai sebelumnya. Ketika peserta didik menggunakan kerja intelektual
dalam proses pembelajaran, maka adalah beralasan bahwa pemecahan
masalah yang diarahkan sendiri utnuk diselesaikan adalah suatu
karakteristik penting. Dengan ini peserta didik diharapkan menjadi
seorang problem solver. Peserta didik tidak hanya terbatas pada

12
pembelajaran matematika tetapi juga dapat dilakukan dalam kehidupan
dunia nyata.
Masih menurut pendapat Polya dalam (Masruhin:2017) menyatakan
bahwa model pemecahan masalah polya merupakan upaya mencari jalan
keluar (solusi) yang dimulai dengan pemberian masalah sampai dengan
menarik kesimpulan yang memerlukan kreativitas dan pengetahuan peserta
didik. Dengan ini peran guru penting bagaimana caranya untuk
memunculkan kreativitas dan menggali informasi sebanyak-banyaknya
yang dimiliki peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadirkan.
Menurut Atsnan (2018:64) Pemecahan masalah, pada dasarnya
adalah suatu proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi hingga masalah tersebut tidak lagi menjadi
masalah baginya. Oleh karena itu jika suatu masalah diberikan kepada
peserta didik dan dia langsung dapat menyelesaiaknnya dengan benar dan
tepat, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan masalah.
Seorang peserta didik dikatakan memiliki kemampuan pemecahan
masalah dalam pembelajaran matematika ketika peserta didik mencapai
kriteria-kriteria tertentu atau indikator pencapaian. Menurut Polya
(Astuti;2016) strategi dalam pemecahan masalah terdiri atas 4 langkah
yaitu : 1) memahami masalah, 2) membuat rencana pemecah masalah, 3)
melaksanakan rencana pemecahan masalah, 4) membuat review atas
pelaksanaan rencana pemecahan masalah.

Berikut adalah penjelasan dari empat tahapan atau indikator dari


pemecahan masalah :

13
Indikator Pemecahan Masalah Tahapan

Memahami dan mengeksplorasi - Mengetahui apa saja yang


masalah diketahui dan ditanyakan pada
masalah dan
- Menjelaskan masalah sesuai
dengan kalimat sendiri
Menemukan strategi - Menyederhanakan masalah,
- Mampu membuat
eksperimen dan simulasi,
- Mampu mencari sub-tujuan
hal-hal yang perlu dicari
sebelum menyelesaikan
masalah),
- Mengurutkan informasi.
Menggunakan strategi untuk - Mengartikan masalah yang
pemecahan masalah diberikan dalam bentuk
kalimat matematika, dan
- Melaksanakan strategi selama
proses dan penghitungan
berlangsung.
Melihat kembali dan melakukan
refleksi terhadap solusi yang - Mengecek semua informasi
diperoleh. dan perhitungan yang terlibat.
- Mempertimbangkan apakah
solusinya logis.
- Melihat alternative
penyelesaian lain.
- Membaca pertanyaan
kembali.

14
- Bertanya kepada diri sendiri
apakah sudah terjawab.

Berdasarkan pemaparan berbagai definisi mengenai pemecahan


masalah matematika disimpulkan bahawa pemecahan masalah
merupakan suatu kegiatan untuk mencari penyelesaian dari masalah
matematika yang dihadapi dengan menggunakan semua bekal
pengetahuan matematika yang dimiliki.

b. Model Pembelajaran Discovery Learning


Menurut Muhammad (2016;12) Discovery Learning adalah proses
belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi
(final), tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya
dalam menemukan konsep.
Menurut Budiningsih (Sari;2017) Model discovery learning
adalah memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif
untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Pembelajaran
discovery dapat terjadi jika individu peserta didik tersebut ikut
terlibat, khususnya dalam proses menemukan konsep dan prinsip.
Pada pembelajaran discovery masalah yang dihadapkan peserta didik
adalah masalah yang direkayasa oleh guru. Di dalam pembelajaran
discovery learning peserta didik didorong dapat belajar sendiri secara
mandiri. Peserta didik diharapkan dapat terlibat aktif dalam penemuan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalaui pemecahan masalah.
Guru bertugas mendorong serta memotivasi peserta didik untuk
mendapatkan pengalaman dengan melakukan aktivitas yang
memungkinkan peserta didik dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip matematika untuk mereka sendiri. Pembelajaran ini
diharapkan dapat memeunculkan rasa keingintahuan peserta didik
dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

15
Menurut Bruner (2016;14), Discovery learning atau belajar
menemukan memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir
dan pencipta informasi. Dalam hal ini dalam proses belajar dianggap
sebagai suatu proses aktif yang memungkinkan peserta didik mampu
menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada
dirinya. Guru harus terampil dalam menggali pengetahuan-
pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik. Hal ini diupayakan agar
peserta didik tidak mudah melupakan materi yang telah dipelajari
dipertemuan sebelumnya.
Menurut Uno (Sari:2017) pengaruh kegiatan pembelajaran yang
berorientasi pada penemuan (discovery) adalah (1) dapat
mengembangkan potensi intelektual siswa (2) siswa dapat
mempelajari Heuristi (mengelola pesan dan informasi) dari penemuan
discovery, dan (3) dapat menyebabkan ingatan bertahan lama.
Denganberdasarkan kepada orientasi tersebut pembelajaran
matemamatika dapat memiliki makna yang baik untuk dipelajari oleh
peserta didik.
Menurut Purwaningrum (Kurniadi;2018) discovery learning
merupakan pembelajaran dalam kelompok kecil yang membimbing
siswa untuk menemukan suatu konsep matematika melalui beberapa
tahap, yaitu ; (1) pemberian stimulus (rangsangan) , (2) identifikasi
masalah; (3) pengumpulan data; (4) pengolahan data; (5) pembuktian;
(6) penarikan kesimpulan. 4 tahapan tersebut dalam RPP dikenal
dengan sintak atau langkah pembelajaran yang harus dimunculkan
atau dilaksanakan ketika proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung.

Menurut Bicknell dan Hoffman (Jarwan; 2018) pembelajaran


ini memiliki tiga sifat, yaitu : melakukan kegiatan eksplorasi dan
memecahkan maslah peserta didik mampu mencipta, mengintegrasi,
dan menganalisa pengetahuan. (3) Aktivitas bertujuan mendorong

16
integrase dari pengetahuan baru ke dasar pengetahuan yang telah
dimiliki siswa.
Menurut Salmon (Muhammad:2016) dalam pengaplikasian model
discovery learning mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan tahan lama dalam ingatan.
Berdasarkan pemaparan dari Kemendikbud (Muhammad:2016)
Kelebihan metode discovery learning adalah sebagai berikut :
1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-prses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang
tergantung bagaimana cara belajarnya.
2. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatan sendiri
3. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa, karena unsur
berdiskusi.
4. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
5. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau
pasti.

17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Setelah dilakukan tindakan berupa penerapan model pembelajaran
Discovery Learning upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika terdapat perubahan positif dalam diri peserta didik dalam
belajar matematika di kelas. Peserta didik terpacu untuk bisa menyelesaikan
permasalahan yang dihadirkan oleh guru yang di tampilkan pada LKPD dan
bersaing dengan peserta didik dalam kelompok lain.
Perubahan yang positif dalam diri peserta didik dalam membuat peserta
didik lebih aktif, kegiatan pembelajaran lebih ditekankan pada student
centered guru hanya bersigat sebagai fasilitator memberikan perubahan
terhadap kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal-soal.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kelas X AKL-4 SMK Negeri 1
Serang yaitu peserta didik memiliki ketertarika terhadap pembelajaran
matematika karena mereka dapat belajar dengan proses penemuan konsep
dan pada proses pembelajaran dapat meningkatkan keampuan pemecahan
masalaha pada lembar kerja peserta didik (LKPD). Hal ini dapat dilihat dari
hasil penilaian harian berupa tes formatif, dari 33 peserta didik, 70% peserta
didik memahami materi yang sedang dipelajari saat itu yaitu berkaiatan
dengan barisan aritmetika.
Pada penelitian ini, peserta didik dilibatkan pada proses pembelajaran.
Guru juga harus selalu memiliki ide menarik untuk memilih model ataupun
metode pembelajaran yang mengasah pola pikir peserta didik, salah satunya
mengukur kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Harus kreatif

18
menghadirkan media pembelajaran yang membuat daya tarik peserta didik
dalam mempelajari matematika. Pembiasaan mengenalkan soal-soal berkadar
HOT’s juga perlu di pikirkan oleh guru. Karena saat ini tuntutan zaman
mengharapkan peserta didik memiliki kemampuan beripikir kritis, kreatif,
mampu memecahkan masalah, mampu berikomunikasi dengan baik dan
berkolaborasi antar teman dengan baik pula.

19
BAB IV
KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembelajaran di kelas X AKL 4 dengan penarapan
model pembelajaran disvovery learning upaya meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah peserta didik di SMKN 1 Kota Serang maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Peserta didik dapat lebih aktif dalam pemeblajaran dan menuntut
mereka untuk menggali pengetahuan mereka untuk menyelesaikan
permasalahan.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik memiliki
perubahan setelah diterapkan model pembelajaran discovery learning.

B. Harapan Penulis
Adapun harapan penulis sebagai berikut:
1. Guru harus pintar mencari model pembelajaran yang tepat untuk setiap
materi ajar agar menciptakan pemebelajaran matematika yang menarik
bagi peserta didik.
2. Sekolah perlu mendukung untuk menciptakan peserta didik yang
memiliki kemampuan yang dituntut abad 21 saat ini. Yaitu kemampuan
komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan kreatif.

20
DAFTAR PUSTAKA

Atsnan, Muh. Fajaruddin. (2018). Pendekatan problem-solving pada pembelajaran


matematika. Jurnal Mercumatika : Jurnal Penelitian Matematika dan
Pendidikan Matematika, 3(01): 63-70. DOI :
https://doi.org/10.26486/jm.v3i1.651

Jarwan(2018). Pengaruh discovery learning terhadap kemampuan pemecahan


masalah dan komonikasi matematis siswa. Jurnal penelitian matematika dan
pendidikan matematika proximal,1(2) 77-89

Kurniadi,Galih (2018) kemampuan pemahaman matematis siswa melalui


discovery learning berbantuan asesmen hands on Activities. ANARGYA:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. 1(1):
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/anargya

Masruhin Nur.(2017). Pengaruh model pemecahan masalah Polya berbantuan LKPD


terhadap kemampuan menganalisis materi fisika peserta Didik sman 1 selong
tahun pelajaran 2016/2017. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN.
2407-6902), 3(2)

Muhammad,Nurdin (2016). Pengaruh metode discovery learning untuk


meningkatkan representasi matematis dan percaya diri siswa. Jurnal
Pendidikan Universitas Garut, 09(01): 9-22. https://www.journal.uniga.ac.id

Panjaitan ,Marojahan. (2017). Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan


masalah matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Problem based learning Di kelas x sma. Jurnal Inspiratif, 3(2)

Purba,Oktaviana Nirmala. (2017) peningkatan kemampuan pemecahan masalah


matematik siswa melalui pendekatan matematika realistik (PMR). AXIOM, 4(1)

Sari,Anita Fitri. (2017). Pengaruh discovery learning terhadap kemampuan


pemecahan masalah matematis siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII
Semester Genap SMP Negeri 9 Metro Tahun Pelajaran 2016/2017).
(Skripsi). Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-Universitas Lampung

21
Lampiran-Lampiran

22
Lampiran

Sample LKPD hasil kerja peserta didik

23
24
25
26

Anda mungkin juga menyukai