Anda di halaman 1dari 13

Pengembangan LKPD Berbasis Masalah Untuk Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi

Program Linear Siswa Kelas


XI SMA Dharma Bakti Medan
Dwi Emmya Grace Tarigan, Muliawan Firdaus
Email: dwitarigan2012@gmail.coom

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKPD berbasis masalah untuk meningkatkan keterampilan
pemecahan masalah pada materi program linear untuk siswa XI IPA. Kualitas LKPD mengacu pada aspek validitas,
kepraktisan, dan efektivitas. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran mengacu dalam contoh pengembangan 4-
D yaitu Define, Design, Develop & Disseminate. Namun. penelitian ini dilakukan hingga pengembangan. Subjek
penelitian ini merupakan anak didik kelas XI IPA Swasta Dharma Bakti Medan yang dibagi 2 kelas yaitu kelas uji coba
dan pelaksana. Validitas LKPD dalam pembelajaran yang dikembangkan melalui pembelajaran berbasis masalah yang
dilakukan oleh 3 validator yaitu Ibu Erlinawaty Simanjuntak, S.Pd, M.Pd., Ibu Sri Lestari Manurung, S.Pd, M.Pd. dan
Ibu Sionna Bangun, S.Pd dengan skor 93%. Rerata nilai memberikan nilai dengan kategori sangat baik kemudian
dikembangkan LKPD tersebut dapat dikatakan layak. Kepraktisan pembelajaran menggunakan LKPD pada kelas uji
coba Lembar Kerja yang dikembangkan sudah praktis, berdasarkan tanggapan siswa dengan kategori “Baik”, tanggapan
guru pada kategori “Baik” dan melalui lembar observasi pada kriteria “Sangat Baik”. Tanggapan siswa pada kelas
pelaksana menyatakan bahwa LKPD yang dikembangkan pada kategori “Sangat Baik”. Belajar menggunakan lembar
kerja berbasis masalah terhadap tingkat pemecahan masalah siswa belum tercapai di kelas uji coba. Kembali dilakukan
revisi terhadap LKPD yang dikembangkan dan diujicobakan pada kelas Pelaksana yaitu (1) Ketuntasan belajar klasikal
pada kelas pelaksana persentase peserta didik yang yang memenuhi kategori sebesar 90%. (2) Indikator pembelajaran
yang sudah memenuhi kategori pencapaian yang ada yaitu 100%. (3) Nilai Gain peserta didik sebesar 0,326 dengan
kategori sedang sehingga LKPD berbasis masalah tersebut dapat dikatakan efektif. Peningkatan dilihat dari nilai Gain
dengan nilai kelas uji coba adalah 0,293 dengan kategori rendah kelas pelaksana 0,326 dengan kategori sedang, maka
peningkatan nilai Gain sebesar 0.033.
Kata kunci: LKPD, Berbasis Masalah, Tingkat kemampuan Pemecahan Masalah

PENDAHULUAN pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis


Pendidikan merupakan salah satu penunjang masalah dimulai dengan pemberian masalah
perkembangan kehidupan manusia didalam ilmu matematika kepada siswa. Dengan segala pengetahuan
pengetahuan. Kualitas pendidikan berkaitan erat yang telah dimiliki, diperlukan untuk memecahkan
dengan kualitas pembelajaran, karena dalam kegiatan masalah menggunakan konsep matematika. Sehingga
pembelajaran merupakan sebuah implementasi dari pada pengaplikasiannya mengharapkan bisa
pendidikan yang dilakukan oleh guru dan siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
didalam kelas. Peningkatan kualitas dalam pendidikan peserta didik pada soal yang diberikan oleh pendidik.
dapat dilakukan dengan peningkatan sarana dan Menurut Beberapa penelitian juga menyatakan
prasarana serta meningkatkan mutu para pendidik dan bahwa pembelajaran berbasis masalah ialah metode
peserta didik di sekolah. Melalui pendidikan yang dapat membantu siswa dalam memecahkan
diharapkan peserta didik bisa mengembangkan potensi masalah. Berdasarkan hasil penelitian Al-haddad dkk
dirinya berupa kemampuan, pengetahuan, keahlian, (2020) maka diperoleh sebagai berikut: Kemampuan
dan keterampilan. Matematika itu satu mata pemecahan masalah matematika siswa setelah
pembelajaran yang sangat penting dalam menyiapkan menerapkan model berbasis masalah diperoleh model
siswa dalam menghadapi perkembangan zaman yang ini cukup efisien dalam pembelajaran dalam
semakin maju dan berkembang pesat. Menurut memecahkan masalah. Berdasarkan hasil penelitian
Sumartini (2016) matematika mempunyai peran Yulinar & Suherman (2019: 238) disimpulkan bahwa
penting dalam segala aspek kehidupan, terutama dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
meningkatkan pola berpikir, oleh karena itu belajar menggunakan model pembelajaran berbasis
matematika adalah pembelajaran yang diwajibkan masalah lebih baik, sehingga dapat dikatakan model
mulai SD hingga SMA. tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif untuk
Kemampuan matematika terdiri dari beberapa dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
satu di antaranya ialah kemampuan pemecahan matematis siswa.
masalah Salah satu model yang dapat meningkatkan Kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana
kemampuan pemecahan masalah siswa adalah model dengan dengan baik tentunya didukung oleh beberapa
hal salah satunya adalah bahan ajar. Bahan ajar dalam pembelajaran matematika. Karena itu lah
menentukan kualitas pembelajaran yang baik. Guru peneliti ingin mengembangkan LKPD berbasis masalah
dituntut untuk dapat mengembangkan bahan ajar untuk dalam pembelajaran matematika dan melihat
menjadikan pembelajaran dapat berjalan secara perubahan taraf kemampuan pemecahan kasus siswa
maksimal. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan dalam belajar matematika.
untuk membantu dalam proses pembelajaran adalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). LKPD adalah layak ingin dilakukan penelitian tentang
salah satu perangkat pembelajaran dan sumber belajar “Pengembangan LKPD Berbasis Masalah Untuk
yang berperan sebagai penunjang dalam pembelajaran. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Soal
LKPD dapat digunakan untuk meminimalkan peran Cerita Siswa SMA”.
guru, namun lebih mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran. Namun pada kenyataannya seringkali KAJIAN TEORITIS
guru mengalami kesulitan untuk mengembangkan Belajar adalah salah satu kebutuhan hidup
LKPD, karena kebanyakan hanya berpijak pada buku dalam usaha memelihara dan mengembangkan diri
teks pelajaran yang membuat siswa menjadi pasif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
(Suryaman, 2009). Berdasarkan Permendikbud No 8 Seseorang dapat dikatakan sedang belajar bila telah
Tahun 2016, mengatakan bahwa: terjadi suatu perubahan, dari tidak bisa berhitung jadi
LKPD yang baik adalah mengarah pada proses bisa berhitung, tidak bisa membaca jadi bisa membaca,
pembelajaran aktif seperti adanya kegiatan dari tidak tau apa-apa menjadi berpengetahuan. Tanpa
bertanya dan menjawab, kerjasama antar belajar, manusia akan sulit beradaptasi bersama
kelompok sehingga tercipta suasana belajar lingkungan dan zaman selalu berubah. Sedangkan
yang aktif. LKPD dengan model berbasis
dalam menjalani proses pada pendidikan, kegiatan
masalah adalah sumber belajar yang dirancang
melalui pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran adalah upaya strategis untuk mencapai
prosedur yang sistematis guna membantu siswa tujuan yang diharapkan.
dalam proses pembelajaran. Menurut Uno (2011), pengetahuan adalah alat
untuk matematika, komunikasi, alat untuk berbagai
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan masalah praktis, logika dan intuisi, analisis dan
peneliti di dengan mewawancarai salah satu guru konstruksi, generalisasi dan individualisasi, dan
matematika SMA Dharma Bakti Medan Ibu Sionn memiliki cabang seperti aritmatika, aljabar, geometri,
Bangun, menyatakan bahwa lebih dari 50% siswa dan analisis.. Abdurrahman (2018:203) mengatakan
memiliki kemampuan pemecahan matematis yang bahwa matematika adalah cara untuk menemukan
kurang memuaskan. Siswa cenderung sulit memahami jawaban atas masalah yang dihadapi seseorang,
pembelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan sehari- bagaimana menggunakan informasi dengan
hari, khususnya pada soal berbentuk cerita. Pada soal menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,
berbentuk cerita siswa harus terlebih dahulu untuk menggunakan pengetahuan tentang angka dan
merubah kedalam bentuk matematika agar bisa mengandalkan orang itu sendiri untuk melihat dan
menyelesaikan permasalahan yang ada, jika sulit menggunakan hubungan. tautan. Menurut Wahyudi dan
merubah kedalam bentuk matematika maka Kriswandani (2013:10), matematika adalah
permasalahan tersebut tidak akan bisa terpecahkan. pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak
Karena hal itu lah siswa dituntut untuk memiliki dengan menggunakan simbol-simbol dan bahasa yang
pemahaman yang cukup tinggi untuk bisa mengerti tepat, tepat, dan terbatas dari emosi.
sehingga menimbulkan kemalasan dan ketidakefektifan Berdasarkan beberapa uraian pendapat ahli
siswa dalam belajar matematika. Sehingga sangat sulit tersebut dapat dikatakan bahwa matematika merupakan
bagi siswa untuk memahami soal yang sering diberi kegiatan manusia berhubungan dengan angka yang
guru dalam setiap pembelajaran. digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan
Secara umum guru menggunakan metode sehari-hari juga sebagai pengembang ilmu pengetahuan
ceramah dalam setiap pembelajaran. Dalam dan teknologi. Matematika tidak hanya berhubungan
pembelajaran guru biasanya memberikan materi dan dengan bilangan beserta operasinya, namun juga
memberikan siswa tugas atas materi yang sudah sebagai alat pikir, berkomunikasi, alat untuk
disampaikan. Bahan ajar yang biasa digunakan guru memecahkan berbagai persoalan, dan untuk
yaitu buku paket yang sudah disediakan oleh sekolah memudahkan berfikir.
walaupun seringkali ada materi yang kurang lengkap di Masalah merupakan bagian yang tidak
dalamnya. Selanjutnya diperoleh informasi bahwa terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap manusia
dalam pembelajaran guru jarang menggunakan LKPD pasti menghadapi masalah, namun yang berbeda adalah
cara manusia menghadapi masalah tersebut. melaksanakan penyelesaian sesuai rencana dan
Masalahnya adalah antara harapan dan kenyataan yang memeriksa kembali hasil pemecahan masalah.
terjadi, antara apa yang anda inginkan atau apa LKPD adalah suatu perangkat pembelajaran
dimaksudkan. Masalah biasanya berisi situasi lembar tugas yang berisi instruksi dan langkah-langkah
mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, tetapi terarah yang disusun sedemikian rupa sehingga pantas
tidak mengetahui langsung apa yang harus dilakukan dijadikan sebagai panduan siswa dalam memahami
dalam penyelesaiannya. Dengan kata lain, materi atau menemukan kembali suatu konsep yang
permasalahan adalah suatu kondisi atau kondisi yang dibahas. LKPD dibuat agar siswa lebih terlibat pada
disadari dan memerlukan penyelesaian, serta tidak ada proses belajar dan menjadikan siswa mandiri dalam
cara segera untuk menghadapi situasi tersebut. memecahkan permasalahan yang terdapat dengan
Berikut beberapa indikator kemampuan langkah-langkah yang terarah tersebut. fungsi LKPD
pemecahan ,masalah berdasarkan tahapan pemecahan menurut para ahli diatas secara umum, fungsi LKPD
masalah berdasarkan pemecahan masalah oleh Polya adalah sebagai media atau bahan pembelajaran yang
dalam Herlambang (2013). membantu siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan
Tabel 2. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah belajar sehingga proses belajar dilakukan siswa adalah
Berdasarkan Tahap Pemecahan Masalah Polya belajar memecahkan permasalahan sendiri.
Penggunaan LKPD Selamat proses belajar mengajar
Tahap Pemecahan Indikator berlangsung adalah perwujudan pendekatan
Masalah oleh Polya pembelajaran berpusat kepada peserta didik (student
centered).
Memahami Masalah Siswa mampu
menuliskan atau
menyebutkan METODE PENELITIAN
informasi apa saja Populasi dan Sampel
yang diberikan Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa IPA
terkait pertanyaan SMA Dharma Bakti Medan Semester Genap Tahun
yang diberikan,
Pelajaran 2021/2022. Subjek yang diambil terdiri dari
Merencanakan Siswa memiliki maksimal 1 kelas. Teknik yang digunakan dalam
Pemecahan Masalah rencana pemecahan pengambilan sampel ini adalah cluster sampling.
masalah dengan Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa
membuat model kelas XI IPA. Kelas akan dibagi menjadi 2 kelompok,
matematika dan yaitu kelas ujicoba dan kelas pelaksana.
memilih suatu
strategi untuk
menyelesaikan Desain dan Prosedur Penelitian
masalah yang ada, Jenis penelitian ini menggunakan metode
penelitian dan pengembangan Research and
Melakukan Rencana Siswa dapat Development (R&D) dengan desain instruksional 4D,
Pembelajaran memecahkan yakni pendefinisian (define), perancang (design),
Masalah permasalahan strategi
pengembangan (development) dan penyebaran
yang digunakan
dengan hasil yang (disseminate). Namun pada penelitian ini dibatasi
betul. sampai tahap define, design, dan development.

Memeriksa Kembali Siswa mampu


Pemecahan Masalah memeriksa kembali
kebenaran hasil atas
jawaban yang sudah
ditemukan,

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa


kemampuan pemecahan masalah matematika adalah
kesanggupan siswa dalam menemukan penyelesaian
dari soal matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban juga langkah-langkah pemecahan
masalah untuk menemukan jawaban, yaitu memahami
masalah, merencanakan penyelesaian masalah,
Analisis Awal-Akhir analisis ke dalam tujuan pembelajaran tertentu yang
PENDEFENISIA selaras dengan kompetensi inti dan kompetensi inti
Analisis Peserta Didik N
kurikulum yang digunakan saat ini, yaitu program
Analisis Tugas Analisis Konsep
2013. Rumusan tujuan pembelajaran adalah tujuan
merancang LKPD yang kemudian diintegrasikan ke
Spesifikasi Tujuan Pembelajaran dalam materi pembelajaran. Pada tahap ini, menguji
hasil belajar menjadi tujuan yang lebih spesifik sesuai
Penyusunan Tes

PERANCANGAN
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah mati.
Penilaian Format Alasan penelitian ini yaitu kemampuan memecahkan
Rancangan Awal LKPD
masalah dalam cerita masih perlu ditingkatkan.
2. Tahap Perancangan (Design)
Draf 1 Validasi Ahli Analisis Hasil Validasi Ahli
Pada tahap ini adalah merancang LKPD berbasis
Revisi Valid
masalah untuk mendapatkan LKPD yang sesuai
Uji Coba lapangan
kelas uji coba Uji Coba Draf 2 dengan karakteristik yang dibutuhkan. Tahapan ini
PENGEMBANGAN meliputi persiapan tes, pemilihan media, pemilihan
Uji Kepraktisan Uji Coba Analisis Hasil Uji
Keefektifan Coba Lapangan format, dan desain awal.
Uji Coba Kelas (a) Penyusunan Tes (Criterion Test Construction)
pelaksana Draf 3 Revisi
Dasar dari penyusunan tes adalah analisis
Uji Kefektifan Uji Coba Analisis Hasil Uji tugas dan konsep yang diajarkan dalam
Kepraktisan Coba kelas pelaksana
spesifikasi tujuan pembelajaran Tes ini
Perangkat Final merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
perubahan perilaku siswa setelah pembelajaran.
Gambar 1. Prosedur Penelitian (b) Pemilihan Format (Format Selection)
Pada tahap ini bertujuan untuk memilih
1. Tahap Pendefinisian (Define) format yang sesuai dengan unsur-unsur yang
(a) Analisis Awal Akhir digunakan dalam kompetensi inti, yaitu format
Analisis pendahuluan untuk mengungkap untuk merancang konten pembelajaran,
permasalahan mendasar yang dihadapi dalam pendekatan, metode pembelajaran dan sumber
matematika, sehingga membutuhkan sarana belajar yang akan dikembangkan.
pembelajaran bagi guru dan siswa. Berdasarkan hal (c) Rancangan Awal Perangkat Pembelajaran
tersebut akan disusun materi pembelajaran yang Kegiatan pada tahap ini adalah
relevan sehingga pembelajaran dapat dikatakan ideal mempersiapkan draft awal LKPD, dan untuk
(b) Analisis Peserta didik (Learner Analysis) menguji kemampuan belajar siswa adalah
Analisis Siswa merupakan kajian terhadap menguji keterampilan pemecahan masalah.
karakteristik siswa kelas XI SMA Dharma Bakti Keterampilan memecahkan masalah. Rancangan
Medan meliputi latar belakang kemampuan akademik, asli alat penelitian ini berupa tes dan angket
tingkat perkembangan kognitif siswa, dan lingkungan. siswa. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan
(c) Analisis Tugas pada tahap ini juga disebut Draft 1.
Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi
keterampilan utama yang membantu menganalisanya
3. Tahap Pengembangan (Develop)
menjadi satu keterampilan tambahan yang dibutuhkan
dan memadai. Analisis ini memastikan ikhtisar tugas (a) Uji Coba Lapangan Kelas Uji Coba
dalam materi pembelajaran. Uji coba pada tahap pengembangan setelah
(d) Analisis Konsep (Concept Analysis) dilakukan uji kepraktisan dan keefektifan pada
Analisis konseptual adalah studi tentang Draft 2 menghasilkan dan dilakukan analisis serta
konsep-konsep terkait untuk mengembangkan lembar revisi sehingga menghasilkan Draft 3. Uji coba
berorientasi masalah. Analisis konseptual bertujuan lapangan dilaksanakan untuk memperoleh
untuk secara sistematis, merinci dan mengatur konsep masukan dari LKPD yang dikembangkan dan
yang diajarkan berdasarkan analisis awal dan akhir. untuk melihat kepraktisan dan keefektifannya,
peningkatan kemampuan pemecahan masalah
(e) Spesifikasi Tujuan Pembelajaran peserta didik pada pembelajaran berbasis masalah
Spesifikasi tujuan pembelajaran berguna Rancangan percobaan dan tujuan dijelaskan
untuk menggabungkan hasil pekerjaan rumah dan secara singkat sebagai berikut:
memenuhi KKM atau nilai ≥ 75. (Depdikbud
1. Uji Coba Keefektifan dalam Trianto, 2009:241).
Untuk mengetahui keefektifan yang
dikembangkan, maka LKPD yang diujicobakan kepada - Analisis ketercapaian indikator/ketuntasan Tujuan
peserta didik menjadi subjek penelitian untuk menguji Pembelajaran
efektivitas penggunaan LKPD berbasis masalah dalam Dalam menentukan kategori ketercapaian
pembelajaran. Keefektifan dapat ukuran kemajuan tujuan pembelajaran ketercapaian indikator
belajar siswa di kelas meliputi: (1) Ketercapaian kemampuan pemecahan masalah dilakukan dengan
Ketuntasan belajar klasikal dan (2) Ketercapaian langkah-langkah berikut:
Indikator Pembelajaran (3) Peningkatan kemampuan 1. Menentukan skor tiap indikator pada masing-
pemecahan masalah pada siswa. masing butir soal dengan acuan pedoman
Tabel 1. Uji coba one-group pretest-posttest design penskoran yang telah ditetapkan.
kelas uji coba 2. Menjumlahkan skor tiap indikator pemecahan
masalah yang diperoleh peserta didik untuk setiap
Kelompok Pretes Perlakuan Posttest butir soal.
t
3. Menghitung persentase skor total dari setiap
Uji Coba T1 X T2
indikator dengan cara:
Keterangan:
jumlah skor peserta didik indikator ke−i
T1 : Tes Awal (Pretest) diberikan kepada kelompok uji KB= x 100 %
coba sebelum diberikan perlakuan jumlah skor maksimal indikator ke−i
X : Perlakuan terhadap kelas uji coba berupa LKPD 4. Menentukan persentase banyak yang tuntas
berbasis masalah minimal 75% untuk setiap indikator pemecahan
T2 : Tes Akhir (Posttest) diberikan kepada kelompok masalah.
uji coba sesudah diberikan perlakuan
5. Melihat ketercapaian indikator pembelajaran
- Analisis Ketuntasan Klasikal dengan indikator ketuntasan adalah minimal 65%
peserta didik yang mampu memenuhi 75%
Keefektifan perangkat pembelajaran terkait
dengan kemampuan pemecahan masalah ditentukan terhadap tujuan pembelajaran yang dirumuskan
(Hasratuddin, 2015:154).
ketuntasan peserta didik secara klasikal. Penentuan
skor hasil kerja siswa dilakukan dengan memberikan
penilaian sesuai penskoran. Dalam penelitian ini yang - Analisis N-Gain
menjadi acuan tercapainya ketuntasan yaitu melalui Keefektifan LKPD berbasis masalah untuk
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
oleh sekolah adalah ≥ 75. Analisis ketuntasan ditentukan berdasarkan pencapaian ketuntasan belajar
peserta didik secara individu.
dilakukan pada kelas uji coba dan kelas pelaksana
Skor yang diperoleh peserta didik
dalam menentukan keefektifannya. Berikut merupakan
menggunakan LKPD yang dikembangkan akan
langkah-langkahnya:
dianalisis dengan cara membandingkan skor peserta
Menentukan hasil kemampuan pemecahan
didik yang diperoleh dari hasil tes peserta didik
masalah peserta didik dapat dihitung dengan rumus:
sebelum (tes awal) dan setelah diberi perlakuan (tes
(Trianto, 2011:241).
akhir). Besarnya peningkatan tes sebelum dan tes
jumlah skor diperoleh peserta didik
KB= x 100 sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus N-Gain
jumlah skor total sebagai berikut:
Ket: KB : Ketuntasan Belajar Skor postest −skor pretest
N−gain= =g
1. Menentukan banyaknya peserta didik yang tuntas skor total−skor pretest
atau memenuhi KKM atau KB ≥ 75. Tabel 2. Kriteria skor N-Gain ternormalisasi
2. Menentukan persentase ketuntasan per kelas atau
Skor Gain Interpretasi
persentase ketuntasan klasikal (PKK) dengan
g ≥ 0,70 Tinggi
menggunakan rumus:
0,30< g <0,70 Sedang
jumlah peserta didik yang tuntas g ≤ 0,30 Rendah
KB= x 100 %
jumlah peserta didik Sumber: Hake dalam Susanto (2012)
Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya jika
dalam kelas terdapat ≥ 85 % siswa yang Menghitung keefektifan LKPD diperoleh dengan
rumus:
Skor perolehan angket respon siswa dan guru dapat dikategorikan
Keefektifan LKPD= x 100 pada tabel berikut ini :
skor maksimal
LKPD efektif apabila peserta didik
memperoleh nilai minimum (KKM) yaitu 75. Dan
berdasarkan hitungan n-gain termasuk antara 0,30 dan
0,70 atau kategori “sedang” untuk menyatakan Tabel 4. Pedoman Klasifikasi Penilaian Kepraktisan
kemampuan pemecahan masalah terhadap sola cerita
peserta didik meningkat. Interval rata-rata skor Klasifikasi
x >3,4 Sangat Baik
2. Analisis Data Kepraktisan LKPD
2,8< x ≤3,4 Baik
Cara menganalisis kepraktisan LKPD adalah
dengan menyediakan perangkat pembelajaran bagi
2,2< x ≤ 2,8 Cukup
validator. Suatu LKPD dianggap praktis apabila 1,6< x ≤2,2 Kurang
validator menyatakan bahwa LKPD yang x <1,6 Sangat Kurang
dikembangkan dapat diterapkan dan digunakan di LKPD yang dikembangkan dinyatakan praktis
lapangan tanpa atau tanpa modifikasi. Dan hasil jika berdasarkan respon pada kategori “Baik” atau
penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa pengguna “Sangat Baik”.
LKPD menganggap LKPD memenuhi batasan sebagai 1. Angket Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
berikut: Analisis pada lembar observasi keterlaksanaan
- Angket respon peserta didik dan guru terhadap pembelajaran didasarkan pada persentase
LKPD keterlaksanaan kegiatan sesuai dengan capaian
pembelajaran. Berikut merupakan langkah analisis
Data hasil angket respon peserta didik dan
pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
guru dianalisis berdasarkan hasil yang diperoleh.
a. Jumlah pengamat yang dihitung dipilih “ya” pada
Angket diberikan pada saat kegiatan pembelajaran
aspek yang diamati pada lembar observasi kinerja
sudah selesai dam angket diberikan kepada seluruh
pembelajaran.
siswa. Angket dianalisis berdasarkan jawaban atas
b. Menghitung persentase jumlah yang didapat pada
pernyataan yang diberikan oleh siswa. Sedangkan
langkah sebelumnya menggunakan rumus berikut.
angket guru diberikan kepada guru dan dianalisis
banyak jawaban Ya
berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh guru. persentase= x 100 %
Penilaian untuk kuesioner dengan pernyataan positif banyaknya aspek yang diamati
dan negatif disajikan pada tabel berikut: c. Membandingkan persentase yang didapat dengan
Tabel 3. Sistem Penilaian Angket Respon Peserta kriteria penilaian pada tabel berikut.
Didik Tabel 5. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan
Pernyataan Sikap SS S TS STS Pembelajaran
Interval persentase Klasifikasi
Pernyataan Positif 4 3 2 1
p ≥85 % Sangat Baik
Pernyataan Negatif 1 2 3 4 70 %< p ≤ 85 % Baik
Adapun langkah untuk mendapatkan hasil
analisis angket respon siswa dan guru adalah sebagai
50 %< p ≤ 75 % Cukup
berikut: p ≤50 % Kurang
a. Menghitung jumlah dan rata-rata skor penilaian
dengan rumus: (b) Uji Coba Lapangan Kelas Pelaksana

x=
∑ xi Setelah dilakukan uji coba lapangan pada kelas
uji coba maka akan dilakukan uji coba lapangan
n terhadap kelas pelaksana. Analisis pada kelas uji coba
Keterangan:
dan dilakukan revisi terhadap Draft 2 maka akan
x=Rata−tara skor instrumen menghasilkan Draft 3. Uji coba kelas pelaksana
∑ x i=Jumlah skor tiap aspek dilakukan untuk mengujicobakan perangkat yang sudah
n=Jumlah evaluator direvisi. Selanjutnya, hasil uji coba kelas pelaksana
dianalisis dan direvisi untuk mendapatkan LKPD yang
b. Mengkonversi skor rata-rata instrumen menjadi
diinginkan (Perangkat final). Pada kelas pelaksana
nilai kualitatif berdasarkan kriteria penilaian skala
dilakukan juga uji keefektifan dan juga uji kepraktisan
4 menurut Eko Putro Widyoko (2009), maka hasil
mengenai LKPD berbasis masalah yang
dikembangkan. Keterangan :
Tabel 6. Uji coba one-group pretest-posttest design V : Valid
VDR : Valid dengan revisi
kelas pelaksana
Berdasarkan hasil validasi oleh 3 validator pada
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
tabel diatas dengan rerata hasil nilai para ahli
Pelaksana T1 X T2
memberikan nilai dengan kategori valid maka tes
kemampuan dikatakan valid.
Keterangan:
T1 : Tes Awal (Pretest) diberikan kepada kelompok
pelaksana sebelum diberikan perlakuan
X : Perlakuan terhadap kelas pelaksana berupa LKPD
revisi berbasis masalah b. Uji Coba Kelas Uji Coba
T2 : Tes Akhir (Posttest) diberikan kepada kelompok 1. Uji keefektifan
pelaksana sesudah diberikan perlakuan - Ketuntasan belajar secara klasikal pada kelas
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
uji coba
ini adalah lembar validasi ahli, untuk mengukur
Tabel 9. Ketuntasan Klasikal Kelas Uji Coba
kefektifan berupa pretest dan posttest, dan mengukur
kepraktisan dengan lembar observasi keterlaksanaan Keterangan Nilai
Rata-rata hasil tes 67,11
pembelajaran, angket Respon peserta didik , dan angket Banyak peserta didik yang tuntas 8 orang
respon guru Persentase peserta didik yang 56,33%
tuntas belajar
Banyak peserta didik yang tidak 7 orang
HASIL PENELITIAN tuntas
1. Lembar Validasi Ahli Persentase peserta didik yang tidak 43,67 %
tuntas
a. L Ketuntasan belajar secara klasikal Belum
Skor Para Ahli 64 68 69
Tuntas
e
Total Skor Para 201 Berdasarkan tabel hasil ketuntasan belajar
Ahli m peserta didik diperoleh secara klasikal bahwa
Total Skor 216 b banyaknya peserta didik yang tuntas berjumlah 8 orang
Maksimum
(56,33%) dan peserta didik yang tidak tuntas sebanyak
Skor 93% a
Hasil Validasi Sangat Valid 7 orang (43,67%). Sesuai dengan kriteria ketuntasan
(Kategori) r peserta didik secara klasikal minimal 85% maka
Validasi LKPD ketuntasan belajar secara klasikal sudah belum
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh tercapai.
dari 3 validator terhadap LKPD pada tabel diatas, - Ketercapaian indikator Pembelajaran Kelas
dengan rerata nilai, karena rerata nilai memberikan Uji Coba
nilai dengan kategori sangat baik maka LKPD dapat Effektivitas lembar kerja peserta didik
dikatakan sangat valid. dapat dilihat dari ketercapaian indikator/ketuntasan
Tabel 7. Hasil skor para ahli tujuan pembelajaran adalah minimal 75% untuk
setiap indikator dan minimal 65% siswa. Berikut
merupakan grafik menunjukkan nilai pretest dan
post test peserta didik berdasarkan indikator
ketercapaian dari soal yang ada.
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
1. Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan 30.00% PRETEST
Masalah 20.00% POSTTEST
Tabel 8. Hasil Validasi Tes Kemampuan Peserta didik 10.00%
0.00%
Penilaian Tiap Tes
Pretest Posttest r1 r2 r3
ato ato ato
1a,2 1b,2 1c,2 1a,2 1b,2 1c,2 k k k
di di di
a b c a b c In In In
Validator V V V V V V
1
Validator V V V VD VD VD
2 R R R
Validator V V V V V V
3
Gambar 1. Grafik Ketercapain Indikator Kelas Uji Jumlah Peserta Didik 15
Coba Skor rata-rata 3,13
Kategori Baik
Dengan kriteria yang ditentukan, indikator Berdasarkan hasil respon yang diberikan
tujuan pembelajaran tercapai jika 75% indikator yang peserta didik diperoleh skor rata-rata 3,13 dari skor
dirumuskan dapat dicapai oleh 65% peserta didik. maximal 4,00 dengan kategori “Baik”. hal ini
berarti LKPD yang dikembangkan telah membantu
Berdasarkan ketercapaian indikator pada nilai post test dan memudahkan peserta didik dalam memahami
atau setelah diberikan LKPD berbasis masalah kepada soal cerita pada materi program linear. Sehingga
peserta didik dengan belum memenuhi keriteria yang dari skor rata-rata yang diperoleh maka LKPD yang
dikemangkan telah memenuhi kriteria praktis.
ada. Dengan demikian, berdasarkan analisis ketecapain
- Hasil Angket Respon Guru
indikator ke-2 dan indikator ke-3 pada kelas uji coba
Hasil analisis dari data angket respon guru
kriteria efektifitas belum tercapai. Indikator yang terhadap LKPD berbasis masalah yang
tujuan pembelajaran yang tercapai pada indikator ke-2 dikembangkan disajikan dalam tabel berikut.
hanyalah 59,33% peserta didik dan pada indikator ke-3 Tabel 12. Hasil Respon Guru
Jumlah penilaian 40
hanyalah 56,33% peserta didik sehingga belum
Skor rata-rata 3,33
mencapai indikator yang dirumuskan dan indikator Kategori Baik
yang terpenuhi dari indikator capaian hanyalah Respon guru terhadap LKPD yang telah
digunakan menunjukkan skor rata-rata 3,33 dari
33,33%.
skor maximal 4 dengan kategori “Baik”. dari skor
- Deskribsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan rata-rata diperoleh maka LKPD yang
Masalah Peserta Didik Berdasarkan N-gain dikembangkan telah memenuhi kriteria praktis.
Berikut merupakan kondisi rata-rata kemampuan - Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
spasial peserta didik pada kelas uji coba. Penelitian ini, dilakukan oleh 1 orang
obsever yaitu guru bidang studi matematika di
Tabel 10. Pemecahan Masalah Kelas Uji Coba SMA Dharma Bakti Medan. Kriteria LKPD
Pretest Posttest dikatakan praktis apabila tingkat pencapaian
Nilai rata-rata 47,44 67,11
kemampuan melaksanakan pembelajaran minimal
Nilai Gain 0,293
Kategori Gain Rendah dalam kategori “Baik”. Hasil analisis dari data
observasi keterlaksanaan pembelajaran disajikan
Dari tabel diatas terdapat peningkatan pada tabel berikut.
kemampuan pemecahan masalah pada siswa melalui Tabel 13. Hasil Observasi Keterlaksanaan
nilai Gain yang dihasilkan dengan rata-rata Pretest Pembelajaran
57,11 dan nilai posttest 78,88 Peningkatan kemampuan Banyak Jawaban”Ya” 16
pemecahan masalah peserta didik dinyatakan dalam Banyaknya aspek 17
bentuk N-Gain sebesar 0,293 dengan kategori rendah yang diamati
sehingga LKPD belum dapat dikatakan effektif. Kategori Sangat Baik

2. Uji kepraktisan LKPD Hasil observasi keterlaksanaan


Uji kepraktisan dilakukan utuk mengetahui pembelajaran selama proses pembelajaran dengan
apakah LKPD praktis atau mudah digunakan oleh menggunakan LKPD yang dikembangkan
peserta didik sebagai pengguna. Kepraktisan LKPD menunjukkan persentase rata-rata 94%.
diperoleh dari angket respon peserta didik, angket Berdasarkan pedoman kualifikasi keterlaksanaan
respon guru, dan observasi keterlaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran memenuhi
pembelajaran pada uji coba lapangan. kategori “Sangat Baik” sehingga keterlaksanaan
- Hasil Angket Respon Peseta Didik dikatakan praktis.

Hasil analisis data angket peserta didik 3. Kesimpulan Hasil Kelas Uji Coba
yang diperoleh terhadap LKPD berbasis masalah
Berdasarkkan hasil analisis pada kelas uji coba
yang dikembangkan disajikan pada tabel berikut
diatas bisa disimpulkan maka LKPD yang
ini.
dikembangkan sudah memenuhui kategori valid
Tabel 11. Hasil Respon Siswa
dan praktis, namun belum memenuhi kategoi - Ketercapaian indikator Pembelajaran Kelas
effektif. Pada kenyataannya masih terdapat siswa
Pelaksana
yang melakukan kesalahan dalam proses
pelaksanaannya, maka perlu dilakukan Effektivitas lembar kerja peserta didik
pembetulan LKPD berdasarkan permasalahan dapat dilihat dari ketercapaian
yang dibangun dengan harapan LKPD tersebut indikator/ketuntasan tujuan pembelajaran adalah
dapat meningkatkan kemampuan spasial siswa minimal 75% untuk setiap indikator dan minimal
untuk dapat mengatakan bahwa LKPD tersebut 65% siswa. Berikut merupakan grafik
berbasis pada masalah pada masalah yang menunjukkan ketercapain peserta didik pada kelas
dibangun. efektif. Berikut penjelasan masing- pelaksana terhadap indikator:
masing item yang perlu diubah dalam LKPD. 100%
80%
60%
c. Hasil Kelas Pelaksana
Uji coba pada kelas pelaksana dengan subjek 40%
PRETEST
sebanyak 10 peserta didik. Uji coba pada kelas 20%
POSTTEST
pelaksana dilakukan uji coba lembar kerja peserta didik 0%
berbasis masalah setelah mengalami perbaikan pada
LKPD yang menjadi kendala pada kelas uji coba. o r1 o r2 o r3
k at k at k at
Berikut akan diuraikan deskribsi hasil uji coba Lembar di di di
kerja peserta didik berbasis masalah yang In In In
dikembangkan pada kelas uji coba.
1. Analisis effektifitas LKPD Gambar 2. Grafik Ketercapain Indikator Kelas
Pelaksana
- Ketuntasan belajar secara klasikal pada kelas
Pada kriteria yang ditentukan, indikator
uji coba tujuan pembelajaran tercapai jika 75% indikator
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dirumuskan dapat dicapai oleh 65% peserta
berbasis masalah yang dikembangkan layak didik. Berdasarkan ketercapaian indikator pada nilai
digunakan jika menimbulkan dampak positif post test atau setelah diberikan LKPD berbasis
dalam pembelajaran, yaitu harus memenuhi masalah kepada peserta didik sudah memenuhi
kriteria keefektifan. Berikut ini akan disajikan keriteria yang ada. Dengan demikian, berdasarkan
pembahasan untuk masing-masing indikator analisis ketecapain indikator pada kelas pelaksana
dalam mengukur keefektifan LKPD berbasis kriteria efektifitas sudah tercapai.
masalah pada kelas pelaksana. - Deskribsi Peningkatan Kemampuan
Tabel 14. Nilai Klasikal Kelas Pelaksana Pemecahan Masalah Peserta Didik
Keterangan Nilai Berdasarkan N-gain
Rata-rata hasil tes 87,4167 Deskribsi peningkatan kemampuan spasial
Banyak peserta didik yang 9 siswa dari pretest dan posttest yang diberikan. Tes
tuntas dilakukan sebanyak 2 kali yaitu tes awal (pretest)
Persentase peserta didik yang 90%
dan tes akhir (posttest) dengan soal yang berbentuk
tuntas belajar
Banyak peserta didik yang 1 cerita namun telah dimodifikasi dengan soal pretest
tidak tuntas sebagai soal materi prasyarat dan posttest sebagai
Persentase peserta didik yang 10% soal materi yang sama dengan pada LKPD. Adapun
tidak tuntas
hasil uji coba lapangan yang diperoleh dari kelas uji
Ketuntasan belajar secara Tuntas
klasikal coba dan kelas pelaksana dapat dilihat pada
Berdasarkan tabel hasil ketuntasan lampiran. Peningkatan kemampuan spasial peserta
belajar peserta didik diperoleh secara klasikal didik dapat dilihat dari hasil analisis gain pada tabel
bahwa banyaknya peserta didik yang tuntas dibawah ini:
berjumlah 9 orang (90%) dan peserta didik yang Tabel 15. Tabel N-Gain Kelas Pelaksana
tidak tuntas berjumlah 1 orang (10%). Sesuai Pretest Posttest
dengan kriteria ketntasan peserta didik secara Nilai rata-rata 58,91 87,41
klasikal minilal 85% maka ketuntasan belajar Nilai Gain 0,326
secara klasikal sudah tercapai. Kategori Gain Sedang
Dari tabel diatas terdapat peningkatan
kemampuan pemecahan masalah pada siswa melalui
nilai Gain yang dihasilkan dengan rata-rata Pretest Tahap terakhir dari penelitian ini adalah tahap
58,91 dan nilai posttest 87,41 Peningkatan kemampuan pengembangan (development). Tahap pengembangan
pemecahan masalah peserta didik dinyatakan dalam adalah tahap produksi produk pengembangan. Pada
bentuk N-Gain sebesar 0,326 dengan kategori sedang langkah ini dilakukan validasi ahli, pengujian
sehingga LKPD dapat dikatakan effektif. keefektifan dan kepraktisan LKPD yang telah
dikembangkan.
4.1.2.1.1.1 Uji kepraktisan Lembar Kerja Peserta Instrumen penelitian pertama yang divalidasi
Didik (LKPD) dan digunakan untuk mengukur klaim LKPD
Uji kepraktisan dilakukan utuk mengetahui dikembangkan oleh beberapa ahli. Ahli materi
apakah LKPD praktis atau mudah digunakan oleh pelajaran adalah validator terampil yang mengevaluasi
peserta didik sebagai pengguna. Kepraktisan LKPD perangkat pembelajaran dan memberikan umpan balik
diperoleh dari angket respon peserta didik, angket dan kritik untuk meningkatkan perangkat yang
respon guru, dan observasi keterlaksanaan disiapkan. LKPD telah divalidasi oleh beberapa guru
pembelajaran pada uji coba lapangan. matematika dan matematika sebelum dilakukan uji
1. Hasil Angket Respon Peseta Didik lapangan. Validitas LKPD yang dilakukan oleh 3
validator dinyatakan layak untuk diuji dengan beberapa
Hasil analisis data angket peserta didik saran perbaikan dengan skor 93%. Rata-rata untuk
yang diperoleh terhadap LKPD berbasis masalah suatu nilai dalam kategori sangat baik, sehingga LKPD
yang dikembangkan disajikan pada tabel berikut berbasis masalah yang dikembangkan dapat dikatakan
ini. “valid”.
Tabel 4.21 Hasil Respon Siswa Kelas Pelaksana Setelah dilakukan validasi maka LKPD
Jumlah Peserta Didik 10 diujicobakan pada peserta didik kelas XI IPA SMA
Skor rata-rata 3,17 Dharma Bakti Medan yang dibagi menjadi kelas
Kategori Baik ujicoba yang terdiri dari 15 peserta didik dan kelas
Berdasarkan hasil respon yang diberikan pelaksana yang terdiri dari kelas XI IPA SMA Dharma
peserta didik diperoleh skor rata-rata 3,17 dari Bakti Medan. Hasil data dari kelas ujicoba akan
skor maximal 4,00 dengan kategori “Baik”. hal ini digunakan untuk memperbaiki LKPD untuk
berarti LKPD yang dikembangkan telah diujicobakan kembali pada kelas pelaksana.
membantu dan memudahkan peserta didik dalam Berdasarkan analisis kepraktisan pembelajaran
memahami soal cerita pada materi program linear. menggunakan LKPD pada kelas uji coba Lembar Kerja
Sehingga dari skor rata-rata yang diperoleh maka Peserta Didik berbasis masalah yang dikemangkan
LKPD yang dikemangkan telah memenuhi sudah praktis, berdasarkan respon peserta didik dengan
kriteria praktis. kategori “Baik”, respon guru dengan kategori “Baik”
dan melalu lembar observasi dengan kriteria “Sangat
PEMBAHASAN
Baik”. Respon siswa pada kelas pelaksana menyatakan
Temuan berdasarkan penelitian yang telah
bahwa LKPD yang dikembangkan dengan kategori “
diuraikan dalam hasil penelitian, pengembangan dewan
Sangat Baik”.
siswa berbasis masalah dan model dengan tahapan
Berdasarkan hasil analisis pada kelas Uji Coba
define, design, development, dan dissaminate. Karena
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis masalah
keterbatasan peneliti, penelitian ini hanya dalam tahap
ynag dikembangkan belum effektif karena belum
pengembangan. Hasil pengembangan LKPD akan diuji
tercapai hal berikut: (1) Ketuntasan belajar klasikal
validitas, kepraktisan dan keefektifannya.
pada kelas uji coba belum tercapai. Dilihat dari
Tahap pengembangan Lembar Kerja Peserta
persentase peserta didik yang tuntas belum mencapai
Didik dimulai dari tahap pendefenisian (define). Fase
85% yakni 80%. (2) Indikator pembelajaran yang
ini adalah tentang merumuskan dan mendefinisikan
belum memenuhi kategori sebanyak 75%, karena
kondisi belajar. Tahapan ini meliputi analisis
kategori tercapai yang memenuhi hanyalah 1 indikator
pendahuluan, analisis siswa, analisis konseptual,
dari 3 indikator yang ada. (3) Nilai Gain peserta didik
analisis tugas, dan spesifikasi indikator pembelajaran.
sebesar 0,293 dengan kategori rendah, sehingga LKPD
Tahap selanjutnya adalah tahap perancangan
berbasis masalah tersebut belum dapar dikatakan
(Design), pada tahap ini merupakan soal merancang
effektif.
LKPD berdasarkan suatu masalah sehingga diperoleh
Pembelajaran menggunakan LKPD berbasis
karakteristik yang dibutuhkan. Tahapan ini meliputi
masalah terhadap tingkat pemecahan masalah peserta
persiapan tes, pemilihan media, pemilihan format, dan
didik belum tercapai pada kelas uji coba. Maka
desain awal.
kembali dilakukan revisi terhadap LKPD yang
dikembangkan dan kemudian diujicobakan pada kelas kembali dilakukan revisi terhadap LKPD yang
Pelaksana yaitu (1) Ketuntasan belajar klasikal pada dikembangkan dan kemudian diujicobakan pada kelas
kelas pelaksana pesentase peseta didik yang yang Pelaksana yaitu (1) Ketuntasan belajar klasikal pada
memenuhi Kategori sebesar 90%. (2) Indikator kelas pelaksana pesentase peseta didik yang yang
pembelajaran yang sudah memenuhi kategori memenuhi Kategori sebesar 90%. (2) Indikator
pencapaian yang ada yaitu 100%. (3) Nilai Gain pembelajaran yang sudah memenuhi kategori
peserta didik sebesar 0,326 dengan kategori sedang pencapaian yang ada yaitu 100%. (3) Nilai Gain
sehingga LKPD berbasis masalah tersebut belum dapar peserta didik sebesar 0,326 dengan kategori sedang
dikatakan effektif. Tingkat pemecahan masalah peserta sehingga LKPD berbasis masalah tersebut belum
didik setelah melaksanakan tahap pengembangan dapar dikatakan effektif. Tingkat pemecahan masalah
dengan menggunakan LKPD berbasis masalah peserta didik setelah melaksanakan tahap
mengalamai peningkatan dilihat dari N-Gain dengan pengembangan dengan menggunakan LKPD berbasis
nilai pada kelas uji coba sebesar 0,293 dengan kategori masalah mengalamai peningkatan dilihat dari N-Gain
rendah dan diuji pada kelas pelaksana 0,326 dengan dengan nilai pada kelas uji coba sebesar 0,293 dengan
kategori sedang. Maka LKPD berbasis masalah yang kategori rendah dan diuji pada kelas pelaksana 0,326
dikembangkan tersebut mengalami peningkatan nilai dengan ategori sedang. Maka LKPD berbasi masalah
Gain sebesar 0.033. yang dikembangkan tersebut mengalami peningkatan
Berdasarkan hasil analisis dan pengembangan nilai Gain sebesar 0.033.
LKPD dapat disimpukan bahwa LKPD berbasis maslah Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran
yang dikembangkan sudah memnuhi kategori valid, yang dapat peneliti berikan adalah:Peserta didik
praktis serta effektif. Sehingga LKPD berbasis masalah cermat dalam mengerjakan soal dan tidak terburu-buru
yang dikembangkan daapt digunakan untuk saat menyelesaikan soal, membiasakan diri untuk
meningkatkan tingkat kemampuan pemecahan masalah berlatih dalam menyelesaikan soal. Kepada guru,
pada peserta didik. LKPD yang dihasilkan dalam penelitian ini telah
memenuhi kriteria vali, praktis dan effektif dan
KESIMPULAN terbukti mampu meningkatkan tingkat kemampuan
Kevalidan LKPD dalam pembelajaran yang pemecahan masalah pada peserta didik sehingga dapat
dikembangkan melalui pembelajaran berbasis masalah dijadikan alternatif dalam pembelajaran matematika
yang dilakukan oleh 3 validator dengan skor 93%. pada materi program linear. Penelitian ini dapat
Rerata nilai memberikan nilai dengan kategori sangat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
baik maka LKPD berbasis masalah yang mengkaji lebih dalam mengenai LKPD berbasis
dikembangkan tersebut dapat dikatakan valid. masalah dalam pembelajaran matematika pada materi
Kepraktisan pembelajaran menggunakan LKPD pada lain dalam upaya meningkatkan kemampuan
kelas uji coba Lembar Kerja Peserta Didik berbasis pemecahan masalah yang lebih luas.
masalah yang dikemangkan sudah praktis, berdasarkan
respon peserta didik dengan kategori “Baik”, respon
guru dengan kategori “Baik” dan melalu lembar
observasi dengan kriteria “Sangat Baik”. Respon siswa REFERENSI
pada kelas pelaksana menyatakan bahwa LKPD yang Abdurrahman,M.(2018). Anak Berkesulitan Belajar,
teori, Diagnosis dan Remediasinya.
dikembangkan dengan kategori “Sangat Baik”. Pada
Jakarta:Rineka Cipta.
kelas Uji Coba Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Afdareza, M. Y., Zuhri., & Sakur.(2016).
berbasis masalah ynag dikembangkan belum effektif Pengembangan RPP dan LKPD Matematika
karena belum tercapai hal berikut: (1) Ketuntasan dengan Penerapan Pembelajaran Berdasarkan
belajar klasikal pada kelas uji coba belum tercapai. Masalah pada Materi Prisma dan Limas kelas
Dilihat dari persentase peserta didik yang tuntas belum VIII SMP. Jurnal Online Mahasiswa.3(1):1-9.
mencapai 85% yakni 80%. (2) Indikator pembelajaran Al-haddad, I., Hamid,H., Tonra,W. S., &
Siddik,R.(2020). Penerapan Problem
yang belum memenuhi kategori sebanyak 75%, karena
Based Learning (PBL) untuk
kategori tercapai yang memenuhi hanyalah 1 indikator Meningkatkan Kemampuan
dari 3 indikator yang ada. (3) Nilai Gain peserta didik Pemecahan Masalah Matematis Siswa
sebesar 0,293 dengan kategori rendah, sehingga LKPD pada Sistem Persamaan Linear Dua
berbasis masalah tersebut belum dapat dikatakan Variabel (SPLDV). Jurnal Matematika
effektif. Pembelajaran menggunakan LKPD berbasis dan Pendidikan Matematika. 9(2):223-
masalah terhadap tingkat pemecahan masalah peserta 236.
didik belum tercapai pada kelas uji coba. Maka Arifin, Z., Kartono, A., & Pramono.(2018).
Keefektifan Pembelajaran Matematika
dengan Model PBL Terhadap Hudojo,H.(2016).Pengembangan kurikulum dan
Kemampuan Menyelesaikan Soal Pembelajaran Matematika. Malang:
Cerita Materi SPLDV pada Siswa Universitas Negeri Malang.
Kelas X SMKN 6 Semarang. PRISMA, Ihsana.(2017). Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta:
Prosiding Seminar Nasional Pustaka Pelajar.
Matematika.Vol 1: 628-632. Jehadus,E., Jundu,R., Jelatu,S., & Gayus, A.
Darmodjo, H & Kaligis, J. R.E. E. (2019). Pengaruh Model
(1991).Pendidikan IPA II. Jakarta: Pembelajaran Problem Solving
Depdikbud. terhadap kemampuan Pemecahan
Departemen Pendidikan Nasional.(2003). Undang- Masalah Matematis siswa SMK.
undang Nomor 20 Tahun 2003.Jakarta: Journal Of Songke Math. Vol 2(1):35-
Depdiknas. 42.
Depdiknas. (2004). Pedoman Penggunaan Lembar Kemendikbud. (2014). Konsep dan
Kegiatan Peserta Didik dan Skenario Implementasi Kurikulum 2013.
Pembelajaran Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Jakarta:Direktorat Pendidikan Menengah Kebudayaan.
Umum. Ngalimun.(2016). Strategi dan Model
Dewi, S., Maryani, I., & Purwanto.(2020). Peningkatan Pembelajaran.Yogyakarta: Aswaja Presindo.
Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Hasil Nieveen, N. (1999). Prototype to reach product
Belajar Pembelajaran Matematika Siswa Kelas quality. Design approaches and tools in
VB SDIT LHI Melalui Model Problem Based educational and training. Dordrecht: Kluwer
Learning (PBL). Prosiding Pendidikan Academic Publisher.
Profesi Guru Fakultas Keguruan dan ilmu Maryati, I.(2018). Penerapan Model Pembelajaran
Pendidikan Universitas.10-19. Berbasis Masalah Pada Materi Pola Bilangan
Dick, W., Carey,L., & Carey,J.O.(2006). The Di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama.
Systematic Design of instruction. Educattional Jurnal Mosharafa.7(1):63-75.
Technology Research and Development.54(4):417-420. Prastowo,A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar
Djamarah,S.(2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Tematik Tinjauan Teoritis dan Praktis.
Cipta. Jakarta:Kencana.
Eled,S. S., Syarifuddin,H., & Musni,E.(2021). Risdiana,S.(2016).Pembelajaran Saintifik Pada
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika.Yogyakarta:Harfeey.
matematika Berbasis Masalah untuk Rusman.(2017).Model-model Pembelajaran;
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Masalah Matematis Siswa Kelas VII SMP. Jakarta: Rajawali Pers.
JEMS (Jurnal Edukasi Matematika dan Sanhadi, K. C.D. , Mardiyana., & Pramudya I.
Sains).9(2):424-432. (2016).Analisis Kesulitan Siswa Dalam
Fatmawati, A.2016. Pengembangan Perangkat Memecahkan Masalah Materi Program Linear
Pembelajaran Konse Pencemaran Ditinjau Dari Kemampuan Memahami Bacaan
Lingkungan Menggunakan Model Siswa Kelas XI SMA MTA Surakarta Tahun
Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk Pelajaran 2016/2017. Prosiding Seminar
SMA Kelas X. Jurnal Edusains. 4(2):2338- Matematika dan Pendidikan Matematika.
4387. 1(2):99-110.
Fauzi, KMA., & Hia,Y.(2021). Jenis-Jenis Kesalahan Setiyawan, H.(2017). Pembelajaran Matematika Model
Siswa dalam Lintasan Berpikir Memecahkan PBL (Problem Based Learning) Pada Mata
Pertanyaan Geometri Analitik Berdasarkan Pelajaran Matematika Materi Luas Bidang
Analisis Kesalahan Newman (NEA). Pada Siswa Kelas III SD. INOVASI.19(1): 8-
Gunantara,G., Suarjana,M., & Riastini,P. N.(2014). 17.
Penerapan Model Pembelajaran Problem Setyosari, P.(2016).Metode Penelitian &
Based Learning Untuk Meningkatkan Pengembangan. Jakarta: Pemademedia Group.
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siagian,P., Pratama, R., dan Khairani,N.(2018).
Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Develoment of Mathematics Learning Devices
Universitas Pendidikan Ganesha.2(1).1-10. Through Problem Based Learning Models to
Hamdani.(2017). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Improe Problem Solving Mathematis Ability
CV Pustaka Students SMP Swasta Salsa.Advances in
Hasratuddin. (2018). Mengapa Harus Belajar Social Sciences Reseacrh Journal.5(10):503-
Matematika?.Medan:EDIRA. 510.
Herlambang.(2013).Analisis kemampuan pemecahan Simatupang,H. & Purnama,D.(2019).Analisis
masalah matematika siswa kelas VII-A SMP Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari
Negeri 1 Kepahitang tentang bangun datar Stadar Proses dalam Pembelajaran IPA Kelas
ditinjau dari teori Van Hile. Tesis, VII SMP Al-Ulum Kota Medan. Jurnal
Matematika, Bengkulu: PPs Universitas Pendidikan Biologi dan Biologi.2(1):135-138.
Bengkulu.
Simorangkir,F.(2014).Perbedaan
Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Yang Diajar dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah Dan
Pembelajaran Konvensional.Jurnal
Saintech.Vol 6: 75-83.
Slameto.(2015).Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono.(2008).Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit
Erlangga.
Sumarmo,U.(2017). Hard Skills and Soft
skills Matematika Siswa. Bandung:PT
Refika Aditama.
Sumartini, T. S.(2016). Peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa melalui
pembelajaran berbasis masalah. Mosharafa:
Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 5:(2).
148-158.
Susanto,J.(2012).Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berbasis Lesson Study dengan
Kooperatif Tipe Number Heads Together
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar IPA di SD.Journal of Primary
Educational. Vol 1(2):71-77.
Trianto.(2009) Model-model Pembelajaran Inovatif-
Progresif. Jakarta:Prenada Media.
Trianto.(2013). Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif, Progresif,
Konsep, landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Uno, H.(2011). Teori Motivasi dan
Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi
Aksara Bandung Pt Remaja Rosdaka
Karya.
Wahyudi &Kriswandani.(2013).Pengembangan
Pembelajaran Matematika SD. Salatiga:
Widya Sari Press.
Widjajanti,E.(2008).Kualitas LKPD. Makalah pada
pelatihan LKPD Mata pelajaran Kimia
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Bagi Guru
SMK/MAK.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Yulinar & Suherman.(2019). Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Learning
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas XI MIA SMAN 7
Padang. Jurnal Edukasi dan Penelitian
Matematika. Vol. 8(3) :233-239.
Yustianingsih,R., Syarifuddin,H., & Yerizon.(2017).
Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Berbasis Problem Based Learning
(PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Peserta didik VIII. Jurnal
JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan
Matematika). 1(2): 258-27.

Anda mungkin juga menyukai