DOSEN PENGAMPU :
OLEH KELOMPOK 2 :
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ,Karna atas
Berkat dan Rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Model Pembelajaran Kontemporer ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr. Izwita Dewi., M.Pd., selaku Dosen Pengampu mata kuliah ini yang
memberi arahan dalam mengerjakan tugas makalah ini. Kami harap semoga
makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dan teman-teman yang membacanya.
Makalah ini membahas tentang “Model Pembelajaran Berbasis Projek Dan Model
Discovery Learning”
Kami sadar bahwa tugas ini memiliki banyak kekurangan dan kekeliruan oleh
karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan ini dan kami juga
mengharapkan kritik dan saran dari ibu dosen juga teman-teman dalam tugas ini
agar di lain waktu saya bisa membuat tugas dengan lebih baik lagi. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih semoga apa yang kami kerjakan bisa bermanfaat bagi
orang lain.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan di Indonesia harus dapat menyiapkan peserta didik
untuk menghadapi tantangan di masa depan. Pembelajaran merupakan
kegiatan yang paling pokok dan utama dalam keseluruhan proses
Pendidikan, artinya ketercapaian tujuan Pendidikan bergantung pada
bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Pada masa ini, Pendidikan
dihadapkan pada tantangan yang lebih serius dalam pencapaian hasil
belajar peserta didik. Guru memegang peran utama yang sangat penting
dalam kegiatan proses belajar mengajar, pembelajaran yang akan
dilakukan oleh guru diharapkan mampu mengajak dan melatih peserta
didik untuk berfikir ke level berpikir tingkat tinggi. “Konsep berpikir
tingkat tinggi berasal dari taksonomi Bloom, enam tingkatan dalam
Taksonomi Bloom yakni: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Tingkatan pertama dan ke-dua dalam Taksonomi
Bloom dianggap sebagai kemampuan berpikir tingkat rendah, sedangkan
tingkatan ke-empat dan tingkatan lainnya merupakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi”.(Purbaningrum, 2017, hlm. 61)
Prestasi yang dimiliki peserta didik sangat dipengaruhi oleh
keterampilan proses berpikir yang dilatih dan dikembangkan dalam proses
pembelajaran di sekolah. “Keterampilan berpikir harus dimiliki peserta
didik sebagai modal dalam menghadapi tantangan hidup bermasyarakat
dan tuntukan abad 21. Kemampuan berpikir ini tidak dapat berkembang
dengan sendirinya. Melainkan keterampilan berpikir ini dapat dilihat dari
aspek keterampilan berpikir kritis yang diperoleh dari pembelajaran di
sekolah”. (Puspita, dkk, 2019, hlm. 1). Oleh karena itu diperlukan
beberapa model dalam pembelajaran yang akan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
4
1. Apa yang dimaksud dengan model Proyek Based Learning ?
2. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek?
3. Apa saja karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek?
4. Apa saja sintaks Pembelajaran Berbasis Proyek?
5. Apa saja kelebihan dan kelemahan model pembelajaran berbasis
Proyek?
6. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Discovery
Learning?
7. Apa saja prinsip-prinsip model pembelajaran Discovery Learning?
8. Apa saja karakteristik Model Pembelajaran Discovery Learning?
9. Apa saja langkah-langkah model Pembelajaran Discovery
Learning?
10. Apa saja kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Discovery
Learning?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi model Proyek Based Learning.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek.
3. Untuk mengetahui karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek.
4. Untuk mengetahui sintaks Pembelajaran Berbasis Proyek.
5. Apa saja kelebihan dan kelemahan model pembelajaran berbasis
Proyek.
6. Untuk mengetahui defenisi model pembelajaran Discovery
Learning.
7. Untuk mengetahui prinsip-prinsip model pembelajaran Discovery
Learning.
8. Untuk mengetahui karakteristik Model Pembelajaran Discovery
Learning.
9. Untuk mengetahui langkah-langkah model Pembelajaran
Discovery Learning.
10. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
Discovery Learning.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
berpusat pada peserta didik untuk melakukan suatu investigasi yang
mendalam terhadap suatu topik.
Berdasarkan beberapa definisi para ahli, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Proyek Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang
terpusat pada siswa untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari
proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah
di dunia nyata secara mandiri.
7
aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi
sentral kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran akan dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam
pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi pembelajaran; siswa
mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui
proyek.
2. Prinsip Pertanyaan Pendorong/ Penuntun (driving question)
Kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang
dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip
utama suatu bidang tertentu. Kaitan antara pengetahuan konseptual dengan
aktivitas nyata dapat ditemui melalui pengajuan pertanyaan (Blumenfeld,
dkk., 1991) ataupun dengan cara memberikan masalah dalam bentuk
definisi yang lemah (Stepien & Gallagher, 1993). Jadi dalam hal ini kerja
sebagai external motivation yang mampu menggugah siswa untuk
menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas
pembelajaran (Clegg, 2001).
3. Prinsip Investigasi Konstruktif (contructive investigation)
Merupakan proses yang mengarah pada pencapaian tujuan, yang
mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam
investigasi memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan
masalah, pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model. Di
samping itu, dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek ini harus
tercakup proses transformasi dan konstruksi pengetahuan (Bereiter &
Scardamalia, 1999). Jika kegiatan utama dalam kerja proyek tidak
menimbulkan masalah bagi siswa, atau permasalahan itu dapat dipecahkan
oleh siswa memalui pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, maka kerja
proyek itu sekadar “latihan”, bukan proyek dalam konteks pembelajaran
berbasis proyek (Suhartadi, 2001). Oleh karena itu, penentuan jenis proyek
haruslah dapat mendorong siswa untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri
untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru harus
mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa
8
ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin
tahu yang tinggi.
4. Prinsip Otonomi (autonomy)
Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dapat diartikan sebagai
kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas
menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan
bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja siswa, petunjuk kerja
praktikum, dan yang sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari prinsip
pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi, 2001). Dalam hal ini guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya
kemandirian siswa.
5. Prinsip Realistis (realism)
Proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di sekolah
(Suhartadi,2001). Pembelajaran Berbasis Proyek harus dapat memberikan
perasaan realistis kepada siswa, termasuk dalam memilih topik, tugas dan
peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar
produknya Gordon (1998) membedakan antara tantangan akademis,
tantangan yang dibuat-buat, dan tantangan nyata. Pembelajaran Berbasis
Proyek mengandung tantangan yang berfokus pada permasalahan yang
autentik (bukan simulasi), bukan yang dibuat-buat, dan solusinya dapat
diimplementasikan di lapangan. Untuk itu, guru harus mampu merancang
proses pembelajaran yang nyata, dan hal ini bisa dilakukan dengan
mengajak siswa belajar pada dunia kerja yang sesungguhnya (Dryden &
Vos, 2001). Jadi, guru harus mampu menggunakan dunia nyata sebagai
sumber belajar bagi siswa. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan
motivasi, krativitas, sekaligus kemandirian siswa dalam pembelajaran.
9
(1999) dalam Made (2000, 145) belajar berbasis proyek memiliki
karakteristik yaitu:
1. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja
2. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
3. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
4. Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola
informasi yang dikumpulkan
5. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu
6. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan
7. Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya
8. Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan
perubahan.
10
c. Create a Schedule Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif
menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas
pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan
proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyak, (3) membawa
peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara (The George Lucas
Educational Foundation : 2005).
d. Monitor the Students and the Progress of the Project Pengajar
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan
kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta
didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik
yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting (The George
Lucas Educational Foundation : 2005).
e. Assess the Outcome Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar
dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi
kemajuan masingmasing peserta didik, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu
pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya (The
George Lucas Educational Foundation : 2005).
f. Evaluate the Experience Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan
peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek
yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu
maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan
proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga
pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk
11
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran (The George Lucas Educational Foundation : 2005).
12
4. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi
siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk
menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek
yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
b. Kelemahan
Adapun kelemahan dari pembelajaran berbasiskan proyek ini antara lain:
1. Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan
masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara
melatih dan memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah.
2. Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk
menyelesaikan masalah.
3. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
4. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional,
dimana instruktur memegang peran utama di kelas.
5. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
13
1. Guru Mengorganisir siswa kedalam kelompok-kelompok yang heterogen
(4-5) orang. Heterogen berdasarkan tingkat kognitif atau etnis
2. Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk menentukan ketua dan
sekretaris secara demokratis, dan mendeskripsikan tugas masing-masing
setiap anggota kelompok.
3. Guru dan peserta didik membicarakan aturan main untuk disepakati
bersama dalam proses penyelesaian proyek. Hal-hal yang disepakati:
pemilihan aktivitas, waktu maksimal yang direncanakan, sansi yang
dijatuhkan pada pelanggaran aturan main, tempat pelaksanaan proyek,
hal-hal yang dilaporkan, serta alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian proyek
1. Guru Membagikan Lemba Kerja siswa yang berisi tugas peroyek dengan
tagihan: 1) menuliskan informasi yang secara eksplisit dinyatakan dalam
tugas, 2) menuliskan beberapa pertanyaan yang terkait dengan
masalah/tugas yang diberikan, 3) menuliskan konsep-konsep/prinsip-
prinsip matematika berdasarkan pengalaman belajarnya yang terkait
dengan tugas, 4) mengaitkan konsep-konsep yang dinyatakan secara
eksplisit dalam tugas dengan konsepkonsep/prinsip-prinsip yang dimiliki
oleh siswa berdasarkan pengalaman belajarnya, 5) melakukan dugaan-
dugaan berdasarkan kaitan konsep poin 4), 6) menguji dugaan dengan cara
mencoba, 6) menarik kesimpulan
14
2. Guru memonitoringterhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan
proyek dengan cara melakukan skaffolding jika terdapat kelompok
membuat langkah yang tidak tepat dalam penyelesaian proyek.
15
terbimbing. “Model penemuan murni merupakan proses menememukan
sesuatu yang hendak ditemukan dengan jalan atau proses yang ditentukan
oleh peserta didik itu sendiri. Sedangakan model penemuan terbimbing
merupakan suatu interaksi yang melibatkan interaksi antara peserta didik
dengan guru”. (Markaban, 2006, hlm. 9).
16
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, melainkan sebagai pengatur lingkungan atau
pengatur interaksi itu sendiri.
c. Prinsip bertanya
Dalam menggunakan strategi ini guru berperan sebagai penanya karena
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya
sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya sekedar mengingat sejumlah fakta, akan tetapi juga
merupakan proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e. Prinsip keterbukaan
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan
kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukannya, karena pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
17
Menurut (Syah, 2004, hlm. 244) penerapan Model Discovery learning di
dalam kelas ini terdapat beberapa prosedur yang harus dilaksanakan saat
kegiatan pembelajaran. Yaitu :
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pada tahap awal ini peserta didik dihadapkan pada situasi yang
membingungkan. Yang kemudian dilanjutkan untuk memberikan
generalisasi agar timbul rasa keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Stimulasi berfungsi untuk menjadikan kondisi interaksi belajar peserta
didik dalam mengeksplorasi materi pembelajaran.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah tahap simulasi, selanjutnya guru memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak-banyaknya
permasalahan yang relevan dengan materi pembelajatan dalam bentuk
pertanyaan. Memberikan peserta didik untuk berkesempatan
mengidentifikasi dan menganalisi permasalahanpermasalahan yang
dihadapi.
c. Data Collection ( pengumpulan data)
Pada saat eksplorasi, guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengumpulkan informasi yang sebanyak banyaknya
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Saat ini lah peserta
didik diberi untuk mengumpulkan berbagai invormasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber,
uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data processing (pengolahan data)
Kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh oleh
peserta didik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, yang
kemudian ditafsirkan. Data processing ini disebut juga
pengkodean/kategorisasi yang berfungsi untuk menmgelompokkan
data sesuai permasalahan yang dihadapkan.
e. Verivication (pembuktian)
18
Pada tahapan ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar/tidaknya hipotesis yang akan ditetapkan
dari temuan alternatif dan dihubungkan dengan hasil processing data.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap terahir adalah menarik kesimpulan, yaitu proses menarik suatu
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian /masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verivikasi.
g. Kelebihan dan Kelemahan Model discovery learnig
a. Kelebihan
Strategi pembelajaran discovery learning adalah merupakan strategi
pembelajaran yang banyak dianjurkan karena memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut:
a. Mengembangkan potensi intelektual.Melalui strategi ini siswa yang lambat
dalam belajar akan mengetahui bagaimana menyusun dan melakukan
penyelidikan. Salah satu keuntungan pembelajaran dengan strategi
discovery learning adalah materi yang dipelajari lebih lama membekas
karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.
b. Mengubah siswa dari memiliki motivasi dari luar menjadi motivasi dari
dalam diri sendiri. Strategi discovery learning membantu siswa untuk lebih
mandiri, bisa mengarahkan diri sendiri, dan bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri.
c. Siswa akan belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Siswa dapat
dilibatkan secara aktif dengan mendengarkan, berbicara, membaca,
melihat dan berpikir. Jika otak anak selalu dalam keadaan aktif, maka pada
saat itulah seorang siswa sedang dalam keadaan belajar.
d. Mempertahankan memori. Otak manusia seperti komputer. Para ahli
berpendapat bahwa cara yang mudah mendapatkan data adalah pengaturan
(organization). Penelitian membuktikan, dengan pengaturan, informasi
yang disimpan dalam otak akan berkurang kerumitannya, apalagi jika
informasi tersebut dibangun sendiri yang salah satunya dengan strategi
discovery learning.
19
Kelebihan yang lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Majid adalah
sebagai berikut:
a. Strategi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang
sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b. Strategi ini memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka.
c. Strategi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman.
d. Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan
belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
b. Kelemahan
Di samping memiliki kelebihan, strategi ini memiliki kelemahan, di antaranya
adalah sebagai berikut:
a. Jika guru kurang spesifik merumuskan teka-teki atau pertanyaan kepada
siswa dengan baik untuk memecahkan permasalahan secara sistematis,
maka siswa akan bingung dan tidak terarah.
b. Sering kali guru mengalami kesulitan dalam merencanakan pembelajaran
karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Dalam implementasinya strategi discovery learning memerlukan waktu
yang lama, sehingga guru sering kesulitan menyesuaikannya dengan
waktu yang ditentukan.
d. Pada sistem pembelajaran klasikal dengan jumlah siswa yang relatif
banyak penggunaan strategi discovery learning sulit untuk dikembangkan
dengan baik.
e. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
dalam menguasai materi, maka pembelajaran discovery learning sulit
diimplementasikan.
20
h. Implementasi Model Pembelajaran Discovery Learning
Eksplorasi
Tahap 1:
Stimulasi/ pemberian rangsangan
1. Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok, dengan jumlah siswa tiap
kelompok 4 orang dan mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan anggota
kelompoknya
2. Guru mengajukan pertanyaan tentang aspek-aspek apa saja yang
dipelajari dari materi eksponen dan bilangan berpangkat
3. Guru meminta siswa untuk melihat buku paket masing-masing dan
menyebutkan subtopik yang dipelajari pada sub pokok materi eksponen dan
bilangan berpangkat.
Elaborasi
Tahap 2:
Problem Statement/ pertanyaan/identifikasi masalah
1. Guru memberikan lembar kerja (LK) dan siswa diminta untuk mengamati isi
materi yang berbentuk permasalahan dalam LK untuk didiskusikan secara
berkelompok.
2. Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah yang diajukan
dalam lembar kerja (LK), melalui pengajuan pertanyaan (langsung) untuk
membimbing siswa .
Tahap 3:
Data Collection/Pengumpulan Data
Guru mengamati aktifitas siswa dalam mengumpulkan data/ informasi yang
relevan untuk menjawab masalah yang diajukan dalam lembar kerja (LK), dan
membimbing siswa yang mengalami kendala saat melakukan proses pengumpulan
data
Tahap 4:
21
Data Processing/ Pengolahan Data
Guru mengamati aktifitas siswa dan membimbing siswa dalam melakukan proses
memperoleh berbagai alternatif jawaban permasalahan yang diajukan dalam
lembar kerja (LK).
Konfirmasi
Tahap 5:
Verification/Pembuktian
Guru mengamati aktifitas siswa dalam membuktikan jawaban hasil penyelesaian
dari permasalahan yang diajukan dalam LK dan membimbing siswa yang
mengalami kendala.
Tahap 6:
Generalization/ Menarik Kesimpulan/ Generalisasi
1. Guru mengamati aktifitas siswa dalam membuat kesimpulan dari hasil
penyelesaian permasalahan yang diajukan dalam LK, yaitu dengan membuat
kesimpulan dari soal-soal yang telah dikerjakan
2. Guru meminta perwakilan siswa dari tiap kelompok untuk meuntuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
3. Guru memberikan soal evaluasi akhir untuk melihat ketercapain kemampuan
setiap siswa berkaitan dengan materi eksponen dan bilangan berpangkat yang
dibahas.
22
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Proyek Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang
terpusat pada siswa untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari
proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah di
dunia nyata secara mandiri. discovery learning merupakan suatu model
pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
tahan lama dan setia dalam ingatan serta tidak akan mudah dilupakan oleh
peserta didik.
23
kelas tradisional, dimana instruktur memegang peran utama di kelas,
Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
B. SARAN
24
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
25