Anda di halaman 1dari 25

CRITICAL BOOK REPORT

“MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK DAN MODEL


DISCOVERY LEARNING”

DOSEN PENGAMPU :

DR. IZWITA DEWI., M.PD.

OLEH KELOMPOK 2 :

NAMA KELOMPOK : DWI EMMYA GRACE BR TARIGAN (4182111039)

TEODORA TANIA TAMPUBOLON (41811111022)

GABRIYELTHA GINTING (4183311011)


KELAS : PENDIDIKAN MATEMATIKA DIK A 2018

MATA KULIAH : MODEL PEMBELAJARAN KONTEMPORER

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ,Karna atas
Berkat dan Rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah  mata kuliah
Model Pembelajaran Kontemporer  ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr. Izwita Dewi., M.Pd., selaku Dosen Pengampu mata kuliah ini yang
memberi arahan dalam mengerjakan tugas makalah ini. Kami harap semoga
makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dan teman-teman yang membacanya.
Makalah ini membahas tentang “Model Pembelajaran Berbasis Projek Dan Model
Discovery Learning”

Kami sadar bahwa tugas ini memiliki banyak kekurangan dan kekeliruan oleh
karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan ini dan kami juga
mengharapkan kritik dan saran dari ibu dosen juga teman-teman dalam tugas ini
agar di lain waktu saya bisa membuat tugas dengan lebih baik lagi.  Akhir kata
kami ucapkan terima kasih semoga apa yang kami kerjakan bisa bermanfaat bagi
orang lain.

Medan, September 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................3

A. Model Pembelajaran Berbasis Projek.................................................................

B. Model Discovery Learning.................................................................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................................

B. Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan di Indonesia harus dapat menyiapkan peserta didik
untuk menghadapi tantangan di masa depan. Pembelajaran merupakan
kegiatan yang paling pokok dan utama dalam keseluruhan proses
Pendidikan, artinya ketercapaian tujuan Pendidikan bergantung pada
bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Pada masa ini, Pendidikan
dihadapkan pada tantangan yang lebih serius dalam pencapaian hasil
belajar peserta didik. Guru memegang peran utama yang sangat penting
dalam kegiatan proses belajar mengajar, pembelajaran yang akan
dilakukan oleh guru diharapkan mampu mengajak dan melatih peserta
didik untuk berfikir ke level berpikir tingkat tinggi. “Konsep berpikir
tingkat tinggi berasal dari taksonomi Bloom, enam tingkatan dalam
Taksonomi Bloom yakni: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Tingkatan pertama dan ke-dua dalam Taksonomi
Bloom dianggap sebagai kemampuan berpikir tingkat rendah, sedangkan
tingkatan ke-empat dan tingkatan lainnya merupakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi”.(Purbaningrum, 2017, hlm. 61)
Prestasi yang dimiliki peserta didik sangat dipengaruhi oleh
keterampilan proses berpikir yang dilatih dan dikembangkan dalam proses
pembelajaran di sekolah. “Keterampilan berpikir harus dimiliki peserta
didik sebagai modal dalam menghadapi tantangan hidup bermasyarakat
dan tuntukan abad 21. Kemampuan berpikir ini tidak dapat berkembang
dengan sendirinya. Melainkan keterampilan berpikir ini dapat dilihat dari
aspek keterampilan berpikir kritis yang diperoleh dari pembelajaran di
sekolah”. (Puspita, dkk, 2019, hlm. 1). Oleh karena itu diperlukan
beberapa model dalam pembelajaran yang akan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa.

B. RUMUSAN MASALAH

4
1. Apa yang dimaksud dengan model Proyek Based Learning ?
2. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek?
3. Apa saja karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek?
4. Apa saja sintaks Pembelajaran Berbasis Proyek?
5. Apa saja kelebihan dan kelemahan model pembelajaran berbasis
Proyek?
6. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Discovery
Learning?
7. Apa saja prinsip-prinsip model pembelajaran Discovery Learning?
8. Apa saja karakteristik Model Pembelajaran Discovery Learning?
9. Apa saja langkah-langkah model Pembelajaran Discovery
Learning?
10. Apa saja kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Discovery
Learning?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi model Proyek Based Learning.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek.
3. Untuk mengetahui karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek.
4. Untuk mengetahui sintaks Pembelajaran Berbasis Proyek.
5. Apa saja kelebihan dan kelemahan model pembelajaran berbasis
Proyek.
6. Untuk mengetahui defenisi model pembelajaran Discovery
Learning.
7. Untuk mengetahui prinsip-prinsip model pembelajaran Discovery
Learning.
8. Untuk mengetahui karakteristik Model Pembelajaran Discovery
Learning.
9. Untuk mengetahui langkah-langkah model Pembelajaran
Discovery Learning.
10. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
Discovery Learning.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK (PROJECT BASED


LEARNING)
1. Definisi Project Based Learning
Project based learning adalah model pembelajaran yang
mengorganisasi kelas dalam sebuah proyek (Thomas, 2000, hlm. 1).
Menurut NYC Departement of Education (2009), PjBL merupakan
strategi pembelajaran dimana siswa harus membangun pengetahuan
konten mereka sendiri dan mendemonstrasikan pemahaman baru melalui
berbagai bentuk representasi.
Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based
Learning (PjBL) merupakan pendekatan pengajaran yang dibangun di atas
kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi
peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan
secara berkelompok.
Made Wena (Lestari, 2015) menyatakan bahwa model Project
Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran dikelas
dengan melibatkan kerja proyek.
Menurut Afriana (2015), pembelajaran berbasis proyek merupakan
model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Pengalaman
belajar peserta didik maupun konsep dibangun berdasarkan produk yang
dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek.
Grant (2002) mendefinisikan project based learning atau
pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang

6
berpusat pada peserta didik untuk melakukan suatu investigasi yang
mendalam terhadap suatu topik.
Berdasarkan beberapa definisi para ahli, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Proyek Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang
terpusat pada siswa untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari
proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah
di dunia nyata secara mandiri.

2. Tujuan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan dalam


penerapannya. Tujuan project based learning, antara lain :
1. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan
masalah proyek.
2. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru
dalam pembelajaran.
3. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah
proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata.
4. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik
dalam mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas
atau proyek.
5. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PjBL
yang bersifat kelompok.

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek


Sebagai sebuah model pembelajaran, menurut Thomas (2000)
dalam Wena (2009:145), pembelajaran berbasis proyek memiliki berbagai
prinsip, yaitu:
1. Prinsip Sentralistis (centrality)
Prinsip ini menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari
kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana
siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek.
Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan

7
aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi
sentral kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran akan dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam
pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi pembelajaran; siswa
mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui
proyek.
2. Prinsip Pertanyaan Pendorong/ Penuntun (driving question)
Kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang
dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip
utama suatu bidang tertentu. Kaitan antara pengetahuan konseptual dengan
aktivitas nyata dapat ditemui melalui pengajuan pertanyaan (Blumenfeld,
dkk., 1991) ataupun dengan cara memberikan masalah dalam bentuk
definisi yang lemah (Stepien & Gallagher, 1993). Jadi dalam hal ini kerja
sebagai external motivation yang mampu menggugah siswa untuk
menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas
pembelajaran (Clegg, 2001).
3. Prinsip Investigasi Konstruktif (contructive investigation)
Merupakan proses yang mengarah pada pencapaian tujuan, yang
mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam
investigasi memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan
masalah, pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model. Di
samping itu, dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek ini harus
tercakup proses transformasi dan konstruksi pengetahuan (Bereiter &
Scardamalia, 1999). Jika kegiatan utama dalam kerja proyek tidak
menimbulkan masalah bagi siswa, atau permasalahan itu dapat dipecahkan
oleh siswa memalui pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, maka kerja
proyek itu sekadar “latihan”, bukan proyek dalam konteks pembelajaran
berbasis proyek (Suhartadi, 2001). Oleh karena itu, penentuan jenis proyek
haruslah dapat mendorong siswa untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri
untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru harus
mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa

8
ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin
tahu yang tinggi.
4. Prinsip Otonomi (autonomy)
Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dapat diartikan sebagai
kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas
menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan
bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja siswa, petunjuk kerja
praktikum, dan yang sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari prinsip
pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi, 2001). Dalam hal ini guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya
kemandirian siswa.
5. Prinsip Realistis (realism)
Proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di sekolah
(Suhartadi,2001). Pembelajaran Berbasis Proyek harus dapat memberikan
perasaan realistis kepada siswa, termasuk dalam memilih topik, tugas dan
peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar
produknya Gordon (1998) membedakan antara tantangan akademis,
tantangan yang dibuat-buat, dan tantangan nyata. Pembelajaran Berbasis
Proyek mengandung tantangan yang berfokus pada permasalahan yang
autentik (bukan simulasi), bukan yang dibuat-buat, dan solusinya dapat
diimplementasikan di lapangan. Untuk itu, guru harus mampu merancang
proses pembelajaran yang nyata, dan hal ini bisa dilakukan dengan
mengajak siswa belajar pada dunia kerja yang sesungguhnya (Dryden &
Vos, 2001). Jadi, guru harus mampu menggunakan dunia nyata sebagai
sumber belajar bagi siswa. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan
motivasi, krativitas, sekaligus kemandirian siswa dalam pembelajaran.

4. Karakteristik – karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek


Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk
memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi
siswa (Gear, 1998).Sedangkan menurut Buck Institute For Education

9
(1999) dalam Made (2000, 145) belajar berbasis proyek memiliki
karakteristik yaitu:
1. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja
2. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
3. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
4. Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola
informasi yang dikumpulkan
5. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu
6. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan
7. Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya
8. Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan
perubahan.

5. Sintaks Model Pembelajaran Proyek Based Learning


Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Leraning
sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational
Foundation (2005) terdiri dari :
a. Start With the Essential Question Pembelajaran dimulai dengan
pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan
peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang
sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat
relefan untuk para peserta didik (The George Lucas Educational
Foundation : 2005).
b. Design a Plan for the Project Perencanaan dilakukan secara
kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian
peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang
dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui
alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek (The George Lucas Educational Foundation : 2005).

10
c. Create a Schedule Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif
menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas
pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan
proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyak, (3) membawa
peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara (The George Lucas
Educational Foundation : 2005).
d. Monitor the Students and the Progress of the Project Pengajar
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan
kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta
didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik
yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting (The George
Lucas Educational Foundation : 2005).
e. Assess the Outcome Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar
dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi
kemajuan masingmasing peserta didik, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu
pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya (The
George Lucas Educational Foundation : 2005).
f. Evaluate the Experience Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan
peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek
yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu
maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan
proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga
pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk

11
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran (The George Lucas Educational Foundation : 2005).

6. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek


a. Kelebihan
Moursund, Bielefeldt, & Underwood (1997) meneliti sejumlah
artikel tentang proyek di kelas yang dapat dipertimbangkan sebagai bahan
testimonial terhadap guru, terutama bagaimana guru menggunakan proyek
dan persepsi mereka tentang bagaimana keberhasilannya. Kelebihan dari
Pembelajaran Berbasis Proyek adalah berikut:
1. Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu
banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat
batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga
melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya
keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih
fun daripada komponen kurikulum yang lain.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada
pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa
menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas
pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada
bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber
yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat
siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks.
3. Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi
siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif
dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan
konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial,
dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif.

12
4. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi
siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk
menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek
yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
b. Kelemahan
Adapun kelemahan dari pembelajaran berbasiskan proyek ini antara lain:
1. Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan
masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara
melatih dan memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah.
2. Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk
menyelesaikan masalah.
3. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
4. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional,
dimana instruktur memegang peran utama di kelas.
5. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

7. Implementasi Model Pembelajaran Proyek Based Learning (PjBL)


Fase-1: Penentuan Pertanyaan Mendasar
Guru mengemukakan pertanyaan esensial yang bersifat eksplorasi pengetahuan
yang telah dimiliki siswa berdasarkan pengalaman belajarnya yang bermuara pada
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.

1. Bagaimana menentukan jarak antara titik dengan garis?

2. Bagaimana menentukan jarak titik dengan bidang?

3. Bagaimana menentukan jarak antara garis dengan bidang?

4. Bagaimana menentukan jarak antara bidang dengan bidang?

Fase-2.Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

13
1. Guru Mengorganisir siswa kedalam kelompok-kelompok yang heterogen
(4-5) orang. Heterogen berdasarkan tingkat kognitif atau etnis
2. Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk menentukan ketua dan
sekretaris secara demokratis, dan mendeskripsikan tugas masing-masing
setiap anggota kelompok.
3. Guru dan peserta didik membicarakan aturan main untuk disepakati
bersama dalam proses penyelesaian proyek. Hal-hal yang disepakati:
pemilihan aktivitas, waktu maksimal yang direncanakan, sansi yang
dijatuhkan pada pelanggaran aturan main, tempat pelaksanaan proyek,
hal-hal yang dilaporkan, serta alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian proyek

Fase-3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

1. Guru memfasilitasi peserta didik untuk membuat jadwal aktifitas yang


mengacu pada waktu maksimal yang disepakati.
2. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyusun langkah alternatif, jika
ada sub aktifitas yang molor dari waktu yang telah dijadwalkan.
3. Guru meminta setiap kelompok menuliskan alasan setiap pilihan yang
telah dipilih.

Fase-4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek

1. Guru Membagikan Lemba Kerja siswa yang berisi tugas peroyek dengan
tagihan: 1) menuliskan informasi yang secara eksplisit dinyatakan dalam
tugas, 2) menuliskan beberapa pertanyaan yang terkait dengan
masalah/tugas yang diberikan, 3) menuliskan konsep-konsep/prinsip-
prinsip matematika berdasarkan pengalaman belajarnya yang terkait
dengan tugas, 4) mengaitkan konsep-konsep yang dinyatakan secara
eksplisit dalam tugas dengan konsepkonsep/prinsip-prinsip yang dimiliki
oleh siswa berdasarkan pengalaman belajarnya, 5) melakukan dugaan-
dugaan berdasarkan kaitan konsep poin 4), 6) menguji dugaan dengan cara
mencoba, 6) menarik kesimpulan

14
2. Guru memonitoringterhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan
proyek dengan cara melakukan skaffolding jika terdapat kelompok
membuat langkah yang tidak tepat dalam penyelesaian proyek.

Fase-5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)


1. Guru telah melakukan penilaian selama monitoring dilakukan dengan
mengacu pada rubrik penilaian.yang bertujuan: mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta
didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah
dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.

Fase-6. Mengevaluasi Pengalaman

1. Peserta didik secara berkelompok melakukan refleksi terhadap aktivitas


dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Hal-hal yang direfleksi adalah
kesulitan-kesulitan yang dialami dan cara mengatasinya dan perasaan yang
dirasakan pada saat menemukan solusi dari masalah yang dihadapi.
Selanjutnya kelompok lain diminta menanggapi

B. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING


1. Definisi Model Discovery Learning
Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran intruksional
dan strategi, berfokus kepada pemberian kesempatan untuk peserta didik agar
berperan. (Dafrita, 2017, hlm 34). Menurut Hartono, Discovery learning
merupakan strategi pembelajaran yang merangsang, mengajarkan, dan
mengajak peserta didik untuk dapat bernalar, analisis, berpikir kritis, dan
sistematis dalam proses penemuan jawaban (Hartono, 2013, hlm 22).

Markaban menjelaskan bahwa model Discovery learning dibedakan


menjadi dua macam. Yaitu, model penemuan murni dan model penemuan

15
terbimbing. “Model penemuan murni merupakan proses menememukan
sesuatu yang hendak ditemukan dengan jalan atau proses yang ditentukan
oleh peserta didik itu sendiri. Sedangakan model penemuan terbimbing
merupakan suatu interaksi yang melibatkan interaksi antara peserta didik
dengan guru”. (Markaban, 2006, hlm. 9).

Menurut Jerome Bruner, discovery learning adalah metode belajar yang


mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari
prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman.

Hanafiah berpendapat bahwa discovery learning adalah suatu rangkaian


kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis
sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan
keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

Hosnan mengemukakan model pembelajaran discovery learning adalah


suatu model untuk mengembangkan cara siswa belajar aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, sehingga hasil yang diperoleh lebih
bermakna, tahan lama dan tidak mudah dilupakan siswa

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning


merupakan suatu model pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar
siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan tahan lama dan setia dalam ingatan serta tidak akan mudah
dilupakan oleh peserta didik.

2. Prinsip-Prinsip Discovery Learning


Beberapa prinsip penggunaan strategi discovery learning adalah sebagai
berikut:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi pembelajaran discovery adalah pengembangan
kemampuan berpikir. Dengan demikian strategi pembelajaran ini selain
berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
b. Prinsip interaksi

16
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, melainkan sebagai pengatur lingkungan atau
pengatur interaksi itu sendiri.
c. Prinsip bertanya
Dalam menggunakan strategi ini guru berperan sebagai penanya karena
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya
sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya sekedar mengingat sejumlah fakta, akan tetapi juga
merupakan proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e. Prinsip keterbukaan
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan
kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukannya, karena pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.

3. Karakteristik – karakteristik Discovery Learning


Model Pembelajaran Discovery Learning beberapa karakteristik atau ciri
utama. Adapun karakteristik model pembelajaran discovery learning
menurut Hosnan adalah:
a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.
b. Berpusat pada siswa.
c. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan
yang sudah ada

4. Sintaks Model Pembelajran Discovery Learning

17
Menurut (Syah, 2004, hlm. 244) penerapan Model Discovery learning di
dalam kelas ini terdapat beberapa prosedur yang harus dilaksanakan saat
kegiatan pembelajaran. Yaitu :
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pada tahap awal ini peserta didik dihadapkan pada situasi yang
membingungkan. Yang kemudian dilanjutkan untuk memberikan
generalisasi agar timbul rasa keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Stimulasi berfungsi untuk menjadikan kondisi interaksi belajar peserta
didik dalam mengeksplorasi materi pembelajaran.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah tahap simulasi, selanjutnya guru memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak-banyaknya
permasalahan yang relevan dengan materi pembelajatan dalam bentuk
pertanyaan. Memberikan peserta didik untuk berkesempatan
mengidentifikasi dan menganalisi permasalahanpermasalahan yang
dihadapi.
c. Data Collection ( pengumpulan data)
Pada saat eksplorasi, guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengumpulkan informasi yang sebanyak banyaknya
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Saat ini lah peserta
didik diberi untuk mengumpulkan berbagai invormasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber,
uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data processing (pengolahan data)
Kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh oleh
peserta didik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, yang
kemudian ditafsirkan. Data processing ini disebut juga
pengkodean/kategorisasi yang berfungsi untuk menmgelompokkan
data sesuai permasalahan yang dihadapkan.
e. Verivication (pembuktian)

18
Pada tahapan ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar/tidaknya hipotesis yang akan ditetapkan
dari temuan alternatif dan dihubungkan dengan hasil processing data.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap terahir adalah menarik kesimpulan, yaitu proses menarik suatu
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian /masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verivikasi.
g. Kelebihan dan Kelemahan Model discovery learnig
a. Kelebihan
Strategi pembelajaran discovery learning adalah merupakan strategi
pembelajaran yang banyak dianjurkan karena memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut:
a. Mengembangkan potensi intelektual.Melalui strategi ini siswa yang lambat
dalam belajar akan mengetahui bagaimana menyusun dan melakukan
penyelidikan. Salah satu keuntungan pembelajaran dengan strategi
discovery learning adalah materi yang dipelajari lebih lama membekas
karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.
b. Mengubah siswa dari memiliki motivasi dari luar menjadi motivasi dari
dalam diri sendiri. Strategi discovery learning membantu siswa untuk lebih
mandiri, bisa mengarahkan diri sendiri, dan bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri.
c. Siswa akan belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Siswa dapat
dilibatkan secara aktif dengan mendengarkan, berbicara, membaca,
melihat dan berpikir. Jika otak anak selalu dalam keadaan aktif, maka pada
saat itulah seorang siswa sedang dalam keadaan belajar.
d. Mempertahankan memori. Otak manusia seperti komputer. Para ahli
berpendapat bahwa cara yang mudah mendapatkan data adalah pengaturan
(organization). Penelitian membuktikan, dengan pengaturan, informasi
yang disimpan dalam otak akan berkurang kerumitannya, apalagi jika
informasi tersebut dibangun sendiri yang salah satunya dengan strategi
discovery learning.

19
Kelebihan yang lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Majid adalah
sebagai berikut:
a. Strategi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang
sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b. Strategi ini memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka.
c. Strategi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman.
d. Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan
belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

b. Kelemahan
Di samping memiliki kelebihan, strategi ini memiliki kelemahan, di antaranya
adalah sebagai berikut:
a. Jika guru kurang spesifik merumuskan teka-teki atau pertanyaan kepada
siswa dengan baik untuk memecahkan permasalahan secara sistematis,
maka siswa akan bingung dan tidak terarah.
b. Sering kali guru mengalami kesulitan dalam merencanakan pembelajaran
karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Dalam implementasinya strategi discovery learning memerlukan waktu
yang lama, sehingga guru sering kesulitan menyesuaikannya dengan
waktu yang ditentukan.
d. Pada sistem pembelajaran klasikal dengan jumlah siswa yang relatif
banyak penggunaan strategi discovery learning sulit untuk dikembangkan
dengan baik.
e. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
dalam menguasai materi, maka pembelajaran discovery learning sulit
diimplementasikan.

20
h. Implementasi Model Pembelajaran Discovery Learning
Eksplorasi
Tahap 1:
Stimulasi/ pemberian rangsangan
1. Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok, dengan jumlah siswa tiap
kelompok 4 orang dan mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan anggota
kelompoknya
2. Guru mengajukan pertanyaan tentang aspek-aspek apa saja yang
dipelajari dari materi eksponen dan bilangan berpangkat
3. Guru meminta siswa untuk melihat buku paket masing-masing dan
menyebutkan subtopik yang dipelajari pada sub pokok materi eksponen dan
bilangan berpangkat.

Elaborasi
Tahap 2:
Problem Statement/ pertanyaan/identifikasi masalah
1. Guru memberikan lembar kerja (LK) dan siswa diminta untuk mengamati isi
materi yang berbentuk permasalahan dalam LK untuk didiskusikan secara
berkelompok.
2. Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah yang diajukan
dalam lembar kerja (LK), melalui pengajuan pertanyaan (langsung) untuk
membimbing siswa .

Tahap 3:
Data Collection/Pengumpulan Data
Guru mengamati aktifitas siswa dalam mengumpulkan data/ informasi yang
relevan untuk menjawab masalah yang diajukan dalam lembar kerja (LK), dan
membimbing siswa yang mengalami kendala saat melakukan proses pengumpulan
data

Tahap 4:

21
Data Processing/ Pengolahan Data
Guru mengamati aktifitas siswa dan membimbing siswa dalam melakukan proses
memperoleh berbagai alternatif jawaban permasalahan yang diajukan dalam
lembar kerja (LK).

Konfirmasi
Tahap 5:
Verification/Pembuktian
Guru mengamati aktifitas siswa dalam membuktikan jawaban hasil penyelesaian
dari permasalahan yang diajukan dalam LK dan membimbing siswa yang
mengalami kendala.

Tahap 6:
Generalization/ Menarik Kesimpulan/ Generalisasi
1. Guru mengamati aktifitas siswa dalam membuat kesimpulan dari hasil
penyelesaian permasalahan yang diajukan dalam LK, yaitu dengan membuat
kesimpulan dari soal-soal yang telah dikerjakan
2. Guru meminta perwakilan siswa dari tiap kelompok untuk meuntuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
3. Guru memberikan soal evaluasi akhir untuk melihat ketercapain kemampuan
setiap siswa berkaitan dengan materi eksponen dan bilangan berpangkat yang
dibahas.

22
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Proyek Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang
terpusat pada siswa untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari
proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah di
dunia nyata secara mandiri. discovery learning merupakan suatu model
pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
tahan lama dan setia dalam ingatan serta tidak akan mudah dilupakan oleh
peserta didik.

Kelebihan dari Pembelajaran Berbasis Proyek adalah Meningkatkan


motivasi, Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, Meningkatkan
kolaborasi. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Adapun
kelemahan dari pembelajaran berbasiskan proyek ini antara lain Kebanyakan
permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan masalah
kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan
memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, Memerlukan banyak
waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah, Membutuhkan
biaya yang cukup banyak, Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan

23
kelas tradisional, dimana instruktur memegang peran utama di kelas,
Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

Discovery learning memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut


Mengembangkan potensi intelektual, Mengubah siswa dari memiliki
motivasi dari luar menjadi motivasi dari dalam diri sendiri. Siswa akan
belajar bagaimana belajar (learning how to learn), Siswa dapat dilibatkan
secara aktif dengan mendengarkan, berbicara, membaca, melihat dan
berpikir, Mempertahankan memori. Di samping memiliki kelebihan,
strategi ini memiliki kelemahan, di antaranya adalah sebagai berikut Jika
guru kurang spesifik merumuskan teka-teki atau pertanyaan kepada siswa
dengan baik untuk memecahkan permasalahan secara sistematis, maka
siswa akan bingung dan tidak terarah, Sering kali guru mengalami
kesulitan dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar, Dalam implementasinya strategi discovery
learning memerlukan waktu yang lama, sehingga guru sering kesulitan
menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan, Pada sistem
pembelajaran klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak
penggunaan strategi discovery learning sulit untuk dikembangkan dengan
baik, Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa dalam menguasai materi, maka pembelajaran discovery learning
sulit diimplementasikan.

B. SARAN

24
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

25

Anda mungkin juga menyukai