Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA


BERBASIS PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION
(RME) UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP/MTs
PADA MATERI PERBANDINGAN.

Oleh
Aulia Agisna Rahmatika
1705113685

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PMIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2021

1
A. JUDUL PENELITIAN
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) untuk Memfasilitasi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII SMP/MTs pada Materi
Perbandingan.

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Pembelajaran adalah proses terpenting di dalam dunia pendidikan. Salah
satu pembelajaran yang terdapat pada semua jenjang pendidikan adalah
pembelajaran matematika. Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2016:259) menyatakan
bahwa pembelajaran matematika merupakan proses membangun pemahaman
peserta didik tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill sesuai dengan
kemampuannya, guru atau dosen menyampaikan materi, peserta didik dengan
potensinya masing- masing mengkonstruksikan pengertiannya tentang fakta,
konsep, prinsip, dan skill serta problem solving.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di jenjang
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas bahkan
sampai ke tingkat Perguruan Tinggi. Matematika sebagai wahana pendidikan
tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan
siswa, tetapi dapat pula membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan
keterampilan tertentu. Yurniwati (2019:8) menyatakan bahwa matematika tidak
hanya mengembangkan keterampilan komputasi (operasi hitung) tetapi juga soft
skill, seperti menemukan konsep, mengolah informasi, mengkomunikasikan ide
dalam bentuk simbol, bagan, gambar, atau kalimat secara lisan dan tulisan.
Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Permendikbud
Nomor 22 Tahun 2016 yaitu kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan
pemecahan masalah pada kurikulum 2013 merupakan salah satu kemampuan yang
harus dimiliki siswa setelah mempelajari matematika. Pada kurikulum 2013 siswa

2
perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu
untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya dalam memecahkan
masalah. Pentingnya pemecahan masalah pada pembelajaran matematika juga
dinyatakan oleh Branca (dalam Sovia Ulva dan Ekasatya, 2016) yang menyatakan
bahwa pemecahan masalah matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam
pembelajaran matematika bahkan proses pemecahan masalah matematis
merupakan jantungnya matematika. Akan tetapi, kenyataan yang ada di lapangan
menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik masih
rendah. Akibatnya, tujuan pembelajaran matematika belum tercapai sepenuhnya
sehingga rendahnya kualitas lulusan dan tidak mampu bersaing dalam dunia kerja.
Rendahnya kemampuan pemecahan matematis dapat dilihat dari hasil
penelitian Ulya (Ulya, 2016) menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik masih kurang baik, karena peserta didik selalu
mempunyai kendala dalam menuliskan penyelesaian masalah ke dalam bahasa
matematika dan belum mampu melakukan pengecekan masalah kembali. Begitu
juga dengan hasil penelitian Linggar dan Budi (Linggar, G., M., Budi, 2016)
menunjukkan bahwa persentase kesalahan peserta didik pada indikator memahami
masalah 34,93%, merencanakan pemecahan masalah 35,47%, melaksanakan
rencana pemecahan masalah 53,6% dan memeriksa kembali 60,8%. Hal ini
menunjukkan bahwa rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 1
Kuantan Hilir dan SMP Negeri 2 Kuantan Hilir, peneliti memperoleh informasi
bahwa siswa mengalami kesulitan saat diberikan soal-soal pemecahan masalah
yang diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Kesulitan siswa ini
disebabkan karena siswa belum terbiasa dalam menyelesaikan soal yang bersifat
non rutin sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis siswa belum
terlatih. Kemudian masih banyak siswa yang belum memahami konsep

3
perbandingan dan menyelesaikan soal-soal pemecahan masalahnya. Dam belum
tersedianya bahan ajar maupun perangkat pembelajaran yang dapat
menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Kemudian hasil wawancara
Sejalan dengan itu, Rizza Yustianingsih, dkk (2017) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 1 Sawahlunto,
SMP Negeri 2 Sawahlunto dan SMP Negeri 3 Sawahlunto diperoleh kesimpulan
bahwa guru telah berupaya menerapkan model-model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun tujuan
pembelajaran masih belum tercapai karena masih rendahnya kemampuan
pemecahan masalah dan aktivitas peserta didik seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah perangkat pembelajaran yang dibuat
oleh guru belum membantu peserta didik mengkonstruksi pengetahuan yang
dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan nyata sehingga
kemampuan pemecahan masalah dan aktivitasnya belum sesuai dengan apa yang
diharapkan dalam tujuan pembelajaran. Keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran matematika, bukan hanya ditentukan oleh ketertarikan peserta didik
terhadap cara guru bidang studi mengemas perangkat pembelajarannya, karena
perangkat pembelajaran berfungsi untuk memandu proses pembelajaran dalam
mencapai tujuan dari pembelajaran salah satunya meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis.
Marah Doly Nasution dan Wita Oktaviani (2020) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa, berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP PAB 9
Klambir V ditemukan beberapa hal yang menjadi permasalahan peserta didik
maupun guru. Guru dalam memberikan materi pembelajaran masih kurang
maksimal. Keterbatasan sarana dan prasarana merupakan salah satu penyebabnya.
Selain itu, perangkat pembelajaran matematika yang disediakan guru juga tidak
sama dengan tujuan pembelajaran, karakteristik, dan kemampuan peserta didik.

4
Contohnya ketika guru dalam melaksanakan proses pembelajarannya tidak sesuai
dengan langkah-langkah yang ada di RPP. Umumnya para guru tidak membuat
RPP sendiri melainkan mengambilnya dari internet. Selain itu, LKPD yang
didapat peserta didik juga tidak sama dengan karakteristik peserta didik karena
LKPD yang diterima tidak dibuat sendiri oleh guru matematikanya melainkan
dibeli dari penerbit sehingga tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru tidak
tersampaikan kepada peserta didik. Faktor ini menjadi salah satu penyebab hasil
belajar peserta didik rendah. Faktor lainnya adalah kemampuan pemecahan
masalah peserta didik.
Mahmidatul Fitri, dkk (2020) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
berdasarkan hasil observasi dengan enam orang guru matematika SMP di
Pekanbaru diperoleh bahwa hanya satu orang guru yang mengembangkan
perangkat dan menggunakannya dalam proses pembelajaran, sedangkan lima guru
lainnya hanya menggunakan perangkat pembelajaran yang sudah ada. Perangkat
pembelajaran yang dimaksud adalah perangkat pembelajaran yang berasal dari
teman, penerbit, download dari internet dan perangkat dari hasil Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika. Guru hanya memberikan contoh-
contoh soal yang ada dibuku paket khususnya pada KD yang menuntut
pemecahan masalah. Selain itu guru kurang memfasilitasi peserta didik untuk
dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis mereka.
Sebuah perangkat pembelajaran digunakan sebagai sumber penting bagi
siswa dalam memahami konsep pelajaran, oleh karena itu guru harus dapat
menyusun sebuah perangkat pembelajaran yang baik. Tanpa adanya perangkat
pembelajaran akan sulit bagi guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Begitu juga halnya dengan siswa, tanpa perangkat pembelajaran siswa akan
kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam belajar. Oleh karena itu, perangkat
pembelajaran dianggap sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan, baik oleh guru
maupun siswa dalam upaya memperbaiki mutu proses pembelajaran. Perangkat

5
pembelajaran yang dikembangkan harus sesuai dengan model pembelajarannya.
Pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan agar pembelajaran menjadi
efektif, efisien, dan tidak melenceng dari kompetensi yang akan dicapai. Lalu
guru hendaknya mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik.
Selain mengembangkan perangkat pembelajaran, diperlukan suatu
pendekatan pembelajaran yang efektif untuk memfasilitasi kemampuan
pemecahan masalah siswa, yaitu pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME). Pendekatan RME dapat membantu peserta didik untuk
belajar bermakna sehingga memudahkan peserta didik memahami ide dan konsep
matematika. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Wulandari dkk (2019), dalam
RME pembelajaran dimulai dari masalah kontekstual yang menekankan
kemampuan matematis, diskusi, dan memberikan argumen sehingga peserta didik
dapat memecahkan masalah dengan proses yang lebih bermakna. Selain itu proses
pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013 adalah berpusat pada peserta
didik, sifat pembelajaran yang kontekstual, dan buku teks memuat materi dan
proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan. Hal ini
sesuai dengan pendekatan RME.
Hasil penelitian Fauzan dan Yerizon (2013) menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang belajar dengan RME lebih
baik daripada peserta didik yang belajar dengan konvensional. Selain itu, hasil
penelitian Rahman (2018) memperlihatkan bahwa perangkat pembelajaran dengan
pendekatan RME dapat membantu guru meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah peserta didik.
Penelitian terdahulu terkait KPMM pada materi perbandingan yang telah
banyak dilakukan, diantaranya (Putri Fadillah, 2018) dan (Syahrina Anisa
Pulungan et al., 2020). (Putri Fadillah, 2018) melakukan penelitian terkait
pengembangan perangkat pembelajaran berbasis RME terhadap KPMM siswa,

6
hasil penelitiannya adalah berdasarkan data tes hasil belajar didapatkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah siswa meningkat setelah dikembangkan

perangkat pembelajaran pada materi perbandingan. (Putri Fadillah, 2018) pada


penelitiannya mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Buku Siswa
(BS) dan Tes Hasil Belajar (THB). Kemudian hasil penelitian (Syahrina Anisa
Pulungan et al., 2020) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa
ditinjau dari nilai untuk tiap indikatornya dari uji coba I ke uji coba II mengalami
peningkatan melalui penerapan perangkat pembelajaran berbasis RME. (Syahrina
Anisa Pulungan et al., 2020) pada penelitiannya mengembangkan perangkat
pembelajaran berupa RPP, buku siswa, dan LKS.
Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis RME
untuk memfasilitasi KPMM siswa pada materi perbandingan kelas VII SMP.
Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VII SMP/MTs se-Kuantan Singingi.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini berupa silabus,
RPP, dan LKPD.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti terdorong untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran matematika berupa silabus, RPP, dan LKPD. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berbasis pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) untuk memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik kelas VII pada materi perbandingan.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Perangkat Pembelajaran
Matematika Berbasis Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) untuk
Memfasilitasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII
SMP/MTs pada materi Perbandingan sudah memenuhi kriteria valid dan praktis?”
7
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
matematika berbasis pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) untuk
memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa Kelas VII
SMP/MTs pada materi Perbandingan yang valid dan praktis.

E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah :
1. Bagi peserta didik
Bagi peserta didik, perangkat pembelajaran berupa LKPD yang dikembangkan
valid dan praktis diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Selain itu
siswa diharapkan dapat bekerja sama baik individu maupun kelompok dalam
menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Dan
tersedianya sumber belajar baru berupa LKPD yang valid dan memenuhi
praktikalitas pada materi perbandingan yang dapat digunakan siswa kelas VII
SMP/MTs.
2). Bagi guru
Bagi guru, Silabus, RPP dan LKPD yang dihasilkan dapat digunakan sebagai
panduan dalam proses belajar mengajar serta menjadi referensi bagi guru dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran menurut Kurikulum 2013. Selain itu
dapat digunakan sebagai kelengkapan alat atau bahan dalam proses pembelajaran.
3). Bagi Sekolah
Bagi sekolah, tersedianya perangkat pembelajaran matematika Kurikulum
2013 materi perbandingan yang valid dan praktis untuk digunakan di SMP/MTs
yang bisa dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas dan hasil
pembelajaran matematika.

8
4. Bagi peneliti
Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai
pembelajaran berbasis pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Dapat
dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian dan mengembangkan
perangkat pembelajaran matematika serta dapat meningkatkan kreatifitas pembaca
dalam mengembangkan perangkat pembelajaran lebih lanjut.

F. DEFINISI OPERASIONAL
Istilah-istilah yang perlu dijelaskan dalam pengembangan perangkat
pembelajaran matematika yang akan dibuat adalah sebagai berikut :

1. Perangkat Pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan


oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas berupa Silabus,
RPP dan LKPD.
a. Silabus merupakan suatu rencana pembelajaran yang mencakup
beberapa komponen yaitu, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Pada
kegiatan pembelajaran di silabus memuat kegiatan pembelajaran
berdasarkan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education
(RME) untuk memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan sebagai
panduan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika di
kelas. Pada langkah-langkah kegiatan dalam RPP menggunakan
pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME)
untuk memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah matematis

9
peserta didik. RPP yang dibuat terdiri dari 4 pertemuan. Waktu untuk
satu pertemuan yaitu 2 x 40 menit.
c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi
petunjuk dan langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah oleh peserta didik. Dalam setiap langkah penyelesaian
masalah dalam LKPD menggunakan pendekatan pembelajaran
Realistic Mathematic Education (RME) untuk memfasilitasi
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. LKPD yang
dibuat terdiri dari cover, isi LKPD dan juga disertai dengan gambar
yang sesuai pada soal yang dibuat.
2. Pendekatan Realistic Mathematic (RME) adalah sebuah pendekatan belajar
matematika yang menempatkan permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-
hari sehingga mempermudah peserta didik menerima materi dan memberikan
pengalaman langsung dengan pengalaman mereka sendiri. Tahap-tahap dari
pendekatan Realistic Mathematic (RME) adalah: (1) memahami masalah/konteks,
(2) menjelaskan masalah kontekstual, (3) menyelesaikan masalah kontekstual,
(4) membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan (5) menyimpulkan.
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis adalah kemampuan peserta didik
dalam menyelesaikan masalah matematika dengan indikator, yaitu ; (1)
memahami masalah. (2) merencanakan pemecahan masalah. (3) melaksanakan
rencana pemecahan masalah. (4) menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh.
4. Materi perbandingan merupakan salah satu golongan matematika aritmatika
yang dipelajari di kelas VII SMP/MTs semester genap pada kurikulum 2013.
Perbandingan adalah dua bilangan atau lebih yang dicantumkan dan telah
disederhanakan untuk menyatakan proporsi beberapa besaran terhadap besaran
lain yang disandingkan. Adapun sub bab materinya adalah perbandingan
senilai dan perbandingan berbalik nilai.

10
3.8 Membedakan perbandingan senilai dan berbalik nilai dengan

menggunakan tabel data, grafik, dan persamaan.

a. Mengidentifikasi perbandingan senilai


b. Memahami perbandingan senilai menggunakan tabel data, grafik, dan
persamaan.
c. Mengidentifikasi perbandingan berbalik nilai
d. Memahami perbandingan berbalik nilai menggunakan tabel data,
grafik, dan persamaan.
4.8 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai dan
berbalik nilai.
a. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai
menggunakan tabel data, grafik dan persamaan
b. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan berbalik
nilai menggunakan tabel data, grafik dan persamaan
5. Validitas perangkat pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
oleh pakar di bidangnya untuk memberikan status valid atau sah, sehingga
perangkat pembelajaran sudah layak digunakan sebagai perangkat
pembelajaran dan dinyatakan valid jika sudah memenuhi kategori valid atau
sangat valid. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi
(content validity). Validitas isi berarti produk yang dalam hal ini berupa
Silabus, RPP, dan LKPD sesuai dengan tuntutan karakteristik pembelajaran
yang diterapkan. Untuk melihat validitas isi diminta pendapat para ahli/pakar
(validator), validator membaca dan melakukan penilaian terhadap perangkat
pembelajaran pada lembar validasi.
6. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran merupakan tingkat keterlaksanaan
perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diuji yaitu LKPD.
LKPD yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic (RME)
untuk memfasilitasi kemampuan matematis peserta didik dikatakan praktis
11
apabila berdasarkan data yang diperoleh dari angket respon peserta didik
sudah termasuk kategori praktis atau sangat praktis.
G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah perangkat pembelajaran
matematika berupa Silabus, RPP, dan LKPD yang mengacu pada Kurikulum
2013 dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Berikut
spesifikasi produk dalam penelitian pengembangan ini :

1. Silabus

a. Silabus disusun berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 yang


terdiri dari identitas silabus (nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester,
tahun pelajaran, materi pokok dan alokasi waktu), kompetensi dasar (KD),
kompetensi inti (KI), materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi (IPK) , penilaian, alokasi waktu dan
sumber belajar.
a. Kegiatan pembelajaran pada silabus merupakan gambaran secara umum
mengenai kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
b. KD yang terdapat pada silabus adalah KD 3.8 Membedakan perbandingan
senilai dan berbalik nilai dengan menggunakan tabel data, grafik, dan
persamaan dan KD 4.8 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
perbandingan senilai dan berbalik nilai.
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a. RPP dikembangkan dengan mengacu pada Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016 dan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, dengan
komponen yaitu : Identitas sekolah; mata pelajaran; kelas/semester; materi
pokok; alokasi waktu; tujuan pembelajaran; kompetensi dasar; indikator
pencapaian kompetensi; materi pembelajaran; metode pembelajaran

12
dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME); media
pembelajaran; sumber belajar; langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).
b. RPP dikembangkan untuk 4 kali pertemuan.
8. Lembar Kerja Peserta didik (LKPD)
a. LKPD dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME). LKPD berisi langkah-langkah sistematis untuk menyelesaikan
masalah. Diawali dengan menyajikan masalah-masalah kontekstual pada
suatu materi pembelajaran. Kemudian peserta didik akan memecahkan
masalah dengan kreatif dan menggunakan pengetahuan yang didapatkan
sebelumnya.
b. LKPD dikembangkan untuk 4 kali pertemuan.
c. LKPD dikembangkan dengan komponen-komponen yang terdiri atas :
1) Judul, berisi tentang identitas LKPD setiap kali pertemuan;
2) Materi pembelajaran, berisi tentang judul materi setiap kali pertemuan;
3) Identitas peserta didik, berisi tentang nama peserta didik, kelas dan
kelompok;
4) Kompetensi yang dicapai, berisi tentang hal-hal yang harus dicapai
peserta didik setelah mengerjakan LKPD;
5) Petunjuk, berisi tentang petunjuk penggunaan LKPD;
6) Informasi pendukung, berisi informasi-informasi yang dapat
membantu peserta didik dalam menyelesaikan LKPD;
7) Tugas dan langkah kerja, berisi tentang tugas dan langkah
penyelesaian LKPD untuk mencapai kompetensi yang telah
ditentukan.
8) Penilaian, berisi tentang soal-soal untuk menguji pemahaman peserta
didik terhadap materi yang telah dikerjakan pada LKPD.

13
H. Landasan Teoritis
1) Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang dipergunakan
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, Kunandar (2014: 6) menjelaskan
bahwa “setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat
pembelajaran yang lengkap, sistematis agar pembelajaran dapat berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif”.
Menurut Nazarudin (Fadilah, 2018) perangkat pembelajaran merupakan
suatu persiapan yang disusun oleh guru agar pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti
yang diinginkan, meliputi: analisis minggu efektif, program tahunan, program
semester, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD, instrumen evaluasi, dan Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM). Syahrir (dalam Ria Rahayu dan Julan Hernadi, 2020), perangkat
pembelajaran adalah sebuah penyusunan dan perencanaan yang akan digunakan
sebagai pedoman oleh guru dan peserta didik dalam melakukan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perangkat
pembelajaran adalah suatu perencanaan yang disusun oleh guru untuk dijadikan
sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran yang sistematis agar
memperoleh tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
a). Silabus
Menurut kurikulum 2013, silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan

14
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Silabus merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil
belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
kedalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP, 2006: 14).
b). RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
Silabus (Kunandar, 2011: 263). Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
menyatakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
kegiatan proses pembelajaran untuk sekali pertemuan atau lebih. RPP disusun
berdasarkan silabus dan berguna untuk mengarahkan proses pembelajaran secara
rinci sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pengembangan RPP merupakan kegiatan yang dimulai dari kajian terhadap
silabus, dan analisis guru dan peserta didik dengan tujuan menyusun perencanaan
proses pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga kompetensi yang telah
ditentukan dapat dicapai oleh peserta didik. Komponen RPP pada kurikulum 2013
terdapat pada Permendikbud No. 22 tahun 2016
c). LKPD
Kodir (2011) menyatakan bahwa lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah
lembaran kerja yang berisi informasi dan soal-soal yang digunakan pada saat
penanaman konsep maupun saat pemahaman konsep. Jadi lembar kerja peserta
didik (LKPD) merupakan pedoman untuk melakukan penyelidikan dalam mencari
solusi dari masalah yang diberikan sehingga peserta didik memahami konsep yang
dipelajari. Menurut Pandoyo (dalam Kodir, 2011) kelebihan dari penggunaan

15
LKPD adalah : (1) dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik; (2) dapat
mendorong peserta didik untuk mampu bekerja secara mandiri ; (3) dapat
menuntun peserta didik ke arah pengembangan konsep.
Menurut Trianto (2009:222) lembar kerja peserta didik (LKPD) dapat berupa
panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk
pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen
atau demonstrasi. Trianto (2009:223) menambahkan bahwa LKPD memuat
sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk
memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai
indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Isi dari LKPD secara
umum adalah sebagai berikut: 1) terdapat judul, mata pelajaran, dan semester; 2)
petunjuk pengerjaan; 3) kompetensi yang harus dicapai; 4) indikator; 5) informasi
pendukung pengerjaan LKPD; 6) tugas-tugas serta langkah-langkah kegiatan; 7)
penilaian.

2) Realistic Mathematic Education (RME)


Pendekatan RME merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
mengedepankan konteks dunia nyata dan bisa ditemukan peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. RME juga menyajikan masalah realistik sebagai langkah
awal untuk memahamkan konsep matematika pada peserta didik. Penggunaan
masalah realistik bermanfaat untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan
peserta didik pada matematika (Wijaya, 2012:22). Penggunaan masalah realistik
juga akan membuat peserta didik berpikir bahwa ternyata matematika itu ada
dalam aktivitas mereka sehari- hari sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan
menjadi lebih bermakna. Karakteristik Realistic Mathematics Education yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Wijaya, 2011: 21) :

1) Menggunakan konteks
16
Konteks dalam permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal dalam
pembelajaran. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata, namun
bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain
selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran peserta
didik. Melalui penggunaan konteks, peserta didik dilibatkan secara aktif
untuk mengeksplorasi permasalahan.
2) Menggunakan model
Pembelajaran suatu topik matematika sering memerlukan waktu yang
panjang serta bergerak dari berbagai tingkat abstraksi. Dalam RME, model
digunakan sebagai jembatan dari pengetahuan matematika tingkat konkret
menuju matematika tingkat formal.
3) Memanfaatkan hasil konstruksi peserta didik
Mengacu pada pendapat Freudenthal bahwa matematika tidak diberikan
kepada peserta didik sebagai suatu produk yang siap pakai, tetapi sebagai
suatu konsep yang dibangun oleh peserta didik, maka dalam RME
ditempatkan sebagai subjek belajar. Peserta didik memiliki kebebasan
untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan
akan diperoleh strategi yang bervariasi. Hasil konstruksi peserta didik
berupa ide, variasi jawaban atau variasi cara pemecahan masalah dapat
memperbaiki atau memperluas konstruksi yang selanjutnya digunakan
untuk landasan pengembangan konsep matematika.
4) Interaktivitas
Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan
juga secara bersama merupakan proses sosial. Proses belajar peserta didik
akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika peserta didik saling
mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka. Pemanfaatan
interaksi sangat diperlukan dalam pembelajaran, baik antara peserta didik
dan peserta didik atau antara peserta didik dan guru yang bertindak sebagai

17
fasilitator. Interaksi dalam pembelajaran bermanfaat dalam
mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif peserta didik secara
simultan. Bentuk interaksi dapat berupa diskusi, pemberian penjelasan,
atau komunikasi.
5) Keterkaitan
Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun
banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh karena
itu, konsep-konsep matematika tidak diperkenalkan secara terpisah
satu sama lain. RME menempatkan keterkaitan antar konsep sebagai
hal yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran. Melalui
keterkaitan ini, satu pembelajaran matematika diharapkan dapat
mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika
secara bersamaan.

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic


Education menurut Hobri (Ningsih, 2014:81) sebagai berikut:

1) Memahami masalah kontekstual


Guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-
hari dan meminta peserta didik memahami masalah tersebut. Jika terdapat
peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami masalah yang
disajikan, maka guru hanya dapat memberikan informasi, gambaran
atau petunjuk seperlunya terbatas pada pemahaman peserta didik terhadap
masalah. Karakteristik RME yang muncul dalam langkah ini adalah
menggunakan masalah kontekstual sebagai awal konsep dari
pembelajaran menuju pada matematika formal hingga pembentukan.
2) Menjelaskan masalah kontekstual
Guru meminta peserta didik atau perwakilan dari kelompok untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan masalah kontekstual dengan bahasa

18
mereka sendiri. Karakteristik RME yang muncul dalam langkah ini
adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan guru dan peserta didik
dengan peserta didik.
3) Menyelesaikan masalah kontekstual
Peserta didik, baik individu maupun kelompok diharapkan dapat
menyelesaikan masalah kontekstual dengan model mereka sendiri. Guru
bertugas untuk memotivasi peserta didik selama menyelesaikan masalah
kontekstual menggunakan model mereka sendiri. Karakteristik RME
yang muncul dalam langkah ini adalah menggunakan model dan
menggunakan kontribusi peserta didik.
4) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban peserta didik
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membandingkan
dan mendiskusikan jawaban soal secara berkelompok. Selanjutnya,
membandingkan dan mendiskusikan di depan kelas. Karakteristik RME
yang muncul dalam langkah ini adalah menggunakan kontribusi peserta
didik dan adanya interaksi antar peserta didik.
5) Menyimpulkan
Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat kesimpulan
pembelajaran
berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan dalam kelompok
maupun antar kelompok. Karakteristik RME yang muncul dalam
langkah ini adalah adanya interaksi guru dengan peserta didik.
3) Materi Perbandingan Kelas VII SMP/MTs
Materi perbandingan disajikan pada kelas VII semester genap SMP/MTs.
Kompetensi yang harus dicapai adalah :
1). KD 3.8 Membedakan perbandingan senilai dan berbalik nilai dengan
menggunakan tabel data, grafik, dan persamaan.

19
2). KD 4.8 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
senilai dan berbalik nilai.
1). Perbandingan senilai adalah apabila nilai dua variabel saling berbanding
lurus. Jika nilai variabel yang satu semakin besar maka nilai variabel yang lain
juga semakin besar. Sebaliknya jika nilai salah satu variabel semakin kecil maka
nilai variabel yang lain juga semakin kecil.
Komponen I Komponen II Komponen I Komponen II
a c atau a c

naik ↓ ↓ naik turun ↓ ↓ turun

b d b d

Persamaan perbandingan senilai :

a c
= → ad = bc
b d

Penyelesaian perbandingan senilai:


a). Dengan menggunakan tabel
Contoh Soal:
Tabel berikut menunjukkan hubungan antara pemakaian tepung terigu (dalam kg)
dengan telur (dalam butir), dengan catatan satu resep kue bolu membutuhkan 2 kg
tepung terigu dan 4 buah butir telur

20
Banyaknya tepung terigu (dalam 2 4 6 8 10 …

kg) → dinyatakan dalam x

Banyaknya telur (dalam butir) 4 8 12 16 20 …


dinyatakan dalam y

Dari tabel diperoleh informasi:


1. Semakin banyak tepung terigu yang digunakan maka akan semakin banyak pula
telur yang dipakai, dengan rasio tetap
b). Dengan menggunakan persamaan
Dengan membandingkan banyaknya telur yang diperlukan dengan banyaknya
tepung terigu untuk setiap resep kue, akan selalu menghasilkan nilai yang sama
yaitu 2 selanjutnya disebut konstanta perbandingan. Sehingga secara umum
persamaan yang terbentuk :
4 8 12 16 20
= = = = =2
2 4 6 8 10
Dari persamaan diperoleh informasi:
1. Bentuk persamaan pada perbandingan senilai adalah persamaan linier.
2. Dari persamaan dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai x maka nilai y
akan meningkat lebih besar juga.
c). Dengan menggunakan Grafik
Dengan menghubungkan titik-titik yang terdapat pada tabel dan melihat
persamaan linier yang diperoleh sebagai berikut

21
Dari grafik diperoleh informasi:
1. Terlihat bahwa garis putus-putus tersebut membentuk garis lurus → sesuai

bentuk grafik persamaan linier


2. Semakin besar nilai x maka semakin besar nilai y
3. Gradien/ kemiringan garisnya 2 yang merupakan konstanta perbandingan
2). Perbandingan berbalik nilai adalah apabila nilai dua variabel saling
berbanding terbalik. Jika nilai variabel yang satu semakin besar maka nilai
variabel yang lain akan semakin kecil. Sebaliknya jika nilai salah satu variabel
semakin kecil maka nilai variabel yang lain akan semakin besar.

Komponen I Komponen II Komponen I Komponen II

a c atau a b

naik ↓ ↓ turun turun ↓ ↓ naik

22
b d b d

Persamaan perbandingan berbalik nilai :


a d
= →ac = bd
b c

a). Dengan menggunakan tabel


Contoh Soal:
Seorang pengendara mobil berangkat dari Jakarta menuju kota Solo dengan
kecepatan rata-rata 60 km/jam selama 16 jam dengan rincian sebagai berikut:

Waktu Perjalanan (jam) 1 2 3 4 5 6 …

Kecepatan rata-rata (km/jam) 60 30 20 15 12 10 …

Dari tabel diperoleh informasi:


1. Semakin bertambah waktu perjalanan yang ditempuh kecepatan rata-rata
semakin berkurang, dengan rasio berubah-ubah
2. Waktu berbanding terbalik dengan kecepatan dan sebaliknya.
b). Dengan menggunakan persamaan
Dengan membandingkan kecepatan rata-rata dengan waktu perjalanan yang
ditempuh akan menghasilkan nilai yang berbeda. Sehingga secara umum
persamaan yang terbentuk :
60 30 20 15 12 10
= 60, = 15, = 6.667, = 3.75, = 2.4, = 1.667
1 2 3 4 5 6
Dari persamaan diperoleh informasi:
1. Bentuk persamaan pada perbandingan berbalik nilai bukan persamaan linier.
2. Dari persamaan dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai x maka nilai y
akan berbanding terbalik.
c). Dengan menggunakan Grafik

23
Dari grafik diperoleh informasi:
1. Grafik dari hubungan antara kecepatan rata-rata dan waktu perjalanan,
merupakan kurva mulus (garis lengkung)
2. Semakin besar nilai x maka semakin kecil nilai y.
4) Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang sebagai upaya untuk dapat memecahkan masalah karena belum
memiliki solusi yang tepat untuk diterapkan secara langsung (Suryani et al.,
2020). Untuk dapat menemukan solusi yang tepat dalam mencapai tujuan
memecahkan suatu permasalahan tentunya melibatkan sebuah proses didalamnya.
Proses pemecahan masalah tidak akan lepas dari suatu pendekatan atau strategi
untuk memecahkan suatu permasalahan. penggunaan metode, prosedur, dan
strategi yang tepat merupakan hal yang ditekankan dalam pemecahan masalah
dalam proses pembelajaran matematika (Rahmatiya & Miatun, 2020). Terdapat
beberapa langkah atau tahapan pemecahan masalah menurut para pakar (Raudho
et al., 2020). Salah satunya ialah yang dikemukakan oleh Polya. Adapun tahapan-
tahapan pemecahan masalah berdasarkan langkah polya diantaranya : (1)
memahami masalah (understanding problem). Pada tahapan memahami masalah,
peserta didik perlu mengidentifikasi apa yang diketahui serta ditanyakan dari

24
permasalahan yang disajikan. (2) membuat rencana (devising plan). Pada tahap
ini, peserta didik perlu membuat strategi atau rencana dengan cara
mentransformasikan permasalahan dalam bentuk pemodelan matematika. (3)
melaksanakan rencana (carrying out). Pada tahap ini, hal yang dilakukan
bergantung pada apa yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya. (4)
memeriksa kembali (looking back). Pada tahap ini hal yang perlu diperhatikan
adalah mengecek kembali hasil yang diperoleh dan membuktikan bahwa jawaban
yang diperoleh sudah tepat yang selanjutnya dibuat kesimpulan (Yuwono et al.,
2018).
Menurut Polya sebagaimana dikutip oleh Hendriana, dkk. (2018) menyatakan
bahwa memecahkan masalah artinya peserta didik diajak untuk berusaha
menemukan suatu jalan dari tujuan yang tidak begitu mudah untuk dapat
ditemukan dalam waktu yang singkat. Kemudian dalam literatur yang sama,
Krulik dan Rudnik menyatakan bahwa dalam menyelesaikan masalah peserta
didik perlu mengaplikasikan berbagai pengetahuan dan pemahamannya terdahulu
dalam berbagai kondisi yang berbeda. Dengan demikian, pemecahan masalah
merupakan situasi dimana peserta didik tidak segera dengan mudahnya dapat
menemukan suatu solusi dari masalah. Oleh karena itu, untuk memecahkan suatu
masalah memerlukan perbekalan yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk
menyelesaikan masalah tersebut, yaitu pengetahuan, keterampilan dan
pemahaman peserta didik yang sebelumnya sudah mereka miliki untuk kemudian
diaplikasikan dalam situasi baru yang belum dikenalnya.
5) Validitas Perangkat Pembelajaran
Azwar (2010) mengatakan bahwa validitas adalah sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Sukadji
(2000) validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang
seharusnya diukur. Menurut Nursalam (2013) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Kevalidan

25
ditentukan dari rata-rata penilaian validator terhadap perangkat pembelajaran.
Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa validitas adalah suatu
derajat ketepatan instrumen yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
instrumen. Untuk memperoleh validitas perangkat pembelajaran diperlukan
pengujian yang disebut uji validitas atau validasi. Uji validitas adalah suatu
langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen
dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu
penelitian (Sugiyono, 2012). Pengujian validitas yang digunakan peneliti adalah
pengujian validitas konstruksi (pengujian validitas dari segi susunan) yang
dilakukan dengan menggunakan pendapat para ahli.
Menurut Azwar (2010), penilaian valid tidaknya suatu perangkat pembelajaran
oleh para ahli meliputi tiga aspek, yaitu:
1) Aspek format yang berkaitan dengan kejelasan petunjuk pengerjaan dan
kesesuaian format sebagai lembar kerja
2) Aspek isi (materi) yang berkaitan dengan kesesuaian materi dengan bahan
ajar dan keserasian warna, tulisan serta gambar pada bahan ajar
3) Aspek bahasa yang berkaitan dengan kebakuan bahasa dan kemudahan
peserta didik dalam memahami bahasa yang digunakan.
Suatu bahan ajar dinyatakan valid jika ketiga aspek ini telah dinilai valid oleh
para ahli. Jadi dapat disimpulkan bahwa aspek yang mempengaruhi validitas
perangkat pembelajaran adalah aspek format, aspek isi, dan aspek bahasa.
Kevalidan perangkat pembelajaran ditentukan dari rata-rata skor yang diisi atau
dinilai oleh validator terhadap perangkat pembelajaran yakni silabus, RPP dan
LKPD pada lembar validasi. Lembar validasi silabus, RPP dan LKPD
menggunakan skala Likert. Adapun keterangan skala Likert pada skala penilaian
dijelaskan pada tabel berikut:

26
Tabel 1 Kategori penilaian skala Likert
Kategori Skor

Sangat tidak sesuai 1

Tidak sesuai 2

Sesuai 3

Sangat sesuai 4

(Sumber: Asyti dan Zul, 2015)


6) Praktikalitas Perangkat Pembelajaran
Menurut Maizora (2011) praktis adalah jika pengguna tidak kesulitan baik
dari segi penyajian materi maupun penggunaan materi pembelajaran. Salirawati
(2012) mengatakan bahwa kepraktisan LKPD meliputi aspek tampilan,
penggunaan bahasa dan pemaparan materi. Aspek tampilan meliputi
penggunaan warna, gambar atau ilustrasi dan menyediakan ruang yang cukup
untuk memberi keleluasaan pada peserta didik untuk menuliskan jawaban atau
menggambar pada LKPD. Aspek penggunaan bahasa meliputi menggunakan
bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik dan menggunakan
struktur kalimat yang jelas. Aspek pemaparan materi meliputi tata urutan
pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan dapat
digunakan untuk semua peserta didik, baik yang lambat maupun yang cepat.
Analisis kepraktisan perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dilihat dari
respon peserta didik sebagai pengguna. Pada penelitian ini, angket respon
peserta didik yang digunakan untuk melihat praktikalitas perangkat
pembelajaran adalah skala Guttman (dalam Sugiyono, 2012) yang terdiri dari dua
jawaban, yaitu ya dan tidak. Angket respon peserta didik berisi beberapa

27
pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Nilai pada skala
Guttman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Nilai pada skala Guttman


Pernyataan

Positif Negatif

1 0
Nilai
0 1

(Sumber: Sugiyono, 2012)

I. PENELITIAN RELEVAN
Penelitian yang akan dikembangkan juga didukung oleh penelitian-penelitian
terdahulu yang relevan dengan kemampuan yang diteliti dan pendekatan
pembelajaran yang digunakan peneliti sebagai gambaran dalam melaksanakan
penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada materi perbandingan
kelas VII SMP/MTs. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Penelitian yang dilakukan oleh Putri Fadillah (2018), dengan judul “Perangkat
Pembelajaran Matematika Berbasis Realistic Mathematic Education (RME) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Peserta didik Kelas VII
SMP”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis
Realistic Mathematic Education (RME) pada materi perbandingan memenuhi
kriteria valid berdasarkan skor rata-rata RPP yaitu 4,50 dari skor maksimal 5,00

28
dengan kriteria sangat valid. Skor rata-rata LKPD yaitu 4,52 dari skor maksimal
5,00 dengan kriteria sangat baik. Dan kualitas kepraktisan perangkat pembelajaran
memenuhi kriteria praktis berdasarkan skor rata-rata angket respon peserta didik
4,88 dari maksimal 5,00 dengan kriteria sangat baik.
Selain itu Syahrina Anisa Pulungan dan Ismi Nurul Aninda (2020) dengan
judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Pendekatan RME Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perangkat pembelajaran melalui pendekatan RME adalah valid, praktis,
dan efektif. Dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik telah terjadi
peningkatan. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan dikembangkan
peneliti adalah sama-sama menggunakan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME).

J. KERANGKA BERPIKIR
Matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang menjadi dasar dari ilmu lain,
sehingga matematika itu saling berkaitan dengan ilmu lainnya. Matematika
merupakan suatu perhitungan angka-angka yang tidak akan pernah lepas dari
kehidupan sehari-hari. Matematika juga dikatakan ilmu abstrak karena objek atau
symbol-simbol dalam matematika tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Belajar
matematika hakikatnya adalah belajar konsep, struktur konsep, mencari hubungan
antar konsep dan strukturnya. Dalam pembelajaran matematika, peserta didik juga
memperoleh pengalaman dengan menggunakan pengetahuan serta keterampilan
yang telah dimiliki untuk diterapkan dalam memecahkan masalah yang bersifat
tidak rutin. Dengan demikian, setiap guru dan yang terkait dengan masalah
pengembangan pendidikan seharusnya berusaha dan mampu melakukan perbaikan
dan pengembangan pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan
kemampuan peserta didik, yakni kemampuan pemecahan masalah
matematis. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan yang

29
harus dimiliki oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika
sesuai dengan kurikulum 2013. Selain itu sejalan dengan tuntutan kurikulum
2013 yang menekankan pembelajaran berpusat pada peserta didik dan sifat
pembelajaran yang kontekstual, maka dapat diwujudkan dengan menerapkan
pendekatan yang sesuai dengan kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik yaitu pendekatan berbasis Realistic Mathematic Education (RME).
Realistic Mathematic Education (RME) merupakan suatu pembelajaran yang
bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami konsep matematika dengan
mengaitkan konsep dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. RME dapat
dikatakan strategi yang sama-sama mengajak peserta didik untuk lebih aktif dan
kreatif dalam berpikir serta mengajak peserta didik untuk mengemukakan gagasan
dalam menyelesaikan suatu persoalan matematik. Untuk mendukung proses
pembelajaran yang aktif dan kreatif serta menumbuhkembangkan kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik, maka guru harus memberikan
fasilitas yang mencukupi untuk digunakan peserta didik pada proses
pembelajaran. Salah satunya adalah mengembangkan perangkat pembelajaran,
perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan ini berupa RPP dan LKPD
yang sesuai dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).
Perangkat pembelajaran ini diharapkan mampu membantu peserta didik agar aktif
dan menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis sehingga
tercapailah tujuan pembelajaran matematika yang sesuai dengan kurikulum 2013.

K. METODE PENELITIAN
1. Model Pengembangan
Bentuk penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and
development), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan atau
mengembangkan suatu produk tertentu. Menurut Endang Mulyatiningsih (2016),
penelitian dan pengembangan merupakan penelitian yang bertujuan untuk

30
menghasilkan produk baru atau memperbaiki suatu produk melalui proses
pengembangan. Pada penelitian ini, model penelitian pengembangan yang
dilakukan adalah model 4D. Model penelitian dan pengembangan 4D
dikembangkan oleh Thiagarajan. Model 4D meliputi kegiatan define
(pendefinisian),
design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate
(penyebarluasan), (Endang Mulyatiningsih, 2016).

Define Design Develop Disseminate

Gambar 3.1. Langkah-langkah 4D menurut Thiagarajan.


Penelitian akan dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022
melalui empat tahap yaitu:
a. Tahap pendefinisian (define)
Tahap define merupakan tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat yang dibutuhkan dalam pengembangan pembelajaran. Penetapan
syarat-syarat yang dibutuhkan dilakukan dengan memperhatikan serta
menyesuaikan kebutuhan pembelajaran matematika bagi peserta didik. Tahap
define meliputi 5 langkah pokok yaitu analisis awal-akhir (front-end analysis),
analisis peserta didik (learner analysis), analisis konsep (concept analysis),
analisis tugas (task analysis), dan spesifikasi tujuan pembelajaran (specifying
instructional objectives). Berikut ini uraian tahap pendefinisian.

1. Analisis Awal Akhir

Analisis awal-akhir dilakukan dengan cara menganalisis masalah dasar


yang dihadapi dalam pembelajaran matematika sehingga dibutuhkan
pengembangan perangkat pembelajaran. Analisis awal akhir bertujuan untuk
memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam
pembelajaran (Trianto, 2017). Pada analisis awal, peneliti menganalisis

31
mengenai apa saja permasalahan yang terjadi di dalam pembelajaran
matematika. Pada penelitian ini, peneliti melakukan analisis perangkat
pembelajaran yang digunakan guru berupa silabus, RPP dan LKPD dianalisis
kesesuaian penyusunannya berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016
tentang standar proses. Pada analisis akhir, peneliti memberikan solusi dari
permasalahan yang terjadi.

2. Analisis Peserta Didik

Analisis peserta didik sangat penting dilakukan pada awal perencanaan.


Rochmad (2012) menyatakan bahwa analisis peserta didik dilakukan dengan
cara mengamati karakteristik siswa yaitu dengan mempertimbangkan ciri,
kemampuan, dan pengalaman peserta didik, baik sebagai kelompok maupun
individu. Pada tahap ini dipelajari karakteristik peserta didik, misalnya
kemampuan dan karakteristik peserta didik dalam pembelajaran. Peneliti
melakukan analisis pada peserta didik berkaitan dengan kurang terlatihnya
peserta didik dalam memecahkan masalah kontekstual pada materi sistem
persamaan linear tiga variabel. Menurut Trianto (2012) menegaskan uraian
Kardi bahwa pada analisis peserta didik perlu diidentifikasi keterampilan
khusus yang harus didapat dan dilakukan peserta didik untuk memulai
pembelajaran agar dapat berjalan lancar dan efektif.

3. Analisis Konsep

Rochmad (2012) menyatakan bahwa analisis konsep bertujuan untuk


menentukan isi materi yang akan diajarkan, menyusun langkah-langkah yang
akan dilakukan secara rasional. Analisis konsep dibuat dalam peta konsep
pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai sarana pencapaian
kompetensi tertentu, dengan cara mengidentifikasi dan menyusun secara
sistematis bagian-bagian utama materi pembelajaran. Pada analisis konsep,

32
peneliti melakukan analisis kurikulum tentang materi yang diangkat sebagai
pokok kajian, selanjutnya peneliti menentukan KD sesuai dengan materi yang
dipilih. Kemudian membagi materi pembelajaran menjadi beberapa
pertemuan dengan alokasi waktu yang sesuai dengan materi tersebut.
Menurut Endang Mulyatiningsih (2014) pada tahap ini dilakukan identifikasi
konsep yang perlu diajarkan, urutan penyajian konsep disusun secara
sistematis dan rinci konsep yang relevan. Menganalisis konsep yang akan
diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional.

4. Analisis Tugas

Rochmad (2012) menyatakan bahwa pada tahap ini guru menganalisis


tugas-tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik agar dapat mencapai
kompetensi minimal. Menurut Trianto (2012) menegaskan bahwa analisis
tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran.
Analisis tugas terdiri dari analisis terhadap Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) terkait materi yang akan dikembangkan.

5. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran

Rochmad (2012) menyatakan bahwa analisis tujuan pembelajaran


dilakukan untuk menentukan indikator pencapaian pembelajaran. Spesifikasi
tujuan pembelajaran dilakukan untuk mengkonversi analisis tugas dan
analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus yang lebih operasional.
Mohammad Ali dan Muhammad Asrori (2014) menyatakan bahwa
perumusan tujuan dibuat secara operasional agar pengguna produk dapat
mengetahui tujuan yang akan dicapai setelah melakukan proses pembelajaran
menggunakan produk yang dikembangkan. Endang Mulyatiningsih (2014)
dengan menulis tujuan pembelajaran menggunakan kata kerja operasional
akan terjadi perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar.

33
b. Tahap perancangan (design)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran.
Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar
tes (criterion-test construction), (2) pemilihan media (media selection) yang
sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan format
(format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan
menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4) membuat rancangan
awal (initial design) sesuai format yang dipilih
Tahap perancangan ini bertujuan untuk menyiapkan prototipe perangkat
pembelajaran (Trianto, 2014). Pada tahap ini akan dilakukan rancangan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) pada materi perbandingan. Pada penelitian ini, perangkat
pembelajaran yang akan dibuat berupa silabus, RPP dan LKPD. Pada tahap ini
akan dirancang silabus, RPP dan LKPD sesuai dengan saran dan masukan dari
dosen pembimbing. RPP dan LKPD akan dibuat sebanyak 3 lembar.
c. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk
pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli
(expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan
(developmental testing). Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk
menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi
berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil uji coba.
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasil produk pengembangan
berupa silabus, RPP, LKPD yang dan praktis. Tahap dilakukan dengan dua
langkah, yaitu validasi, dan uji coba.
d. Tahap Pendiseminasian (disseminate)
Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap
diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa

34
diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan
distributor harus selektif dan bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk
yang tepat. Menurut Thiagarajan dkk, (1974: 9), “the terminal stages of final
packaging, diffusion, and adoption are most important although most frequently
overlooked.” (pada tahap akhir, difusi, dan adopsi merupakan hal yang paling
penting meskipun paling sering diabaikan).
Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan tujuan untuk mengetahui
efektifitas penggunaan perangkat dalam proses pembelajaran. Penyebaran dapat
juga dilakukan melalui sebuah proses penularan kepada para praktisi
pembelajaran terkait dalam suatu forum tertentu. Bentuk diseminasi ini dengan
tujuan untuk mendapatkan masukan, koreksi, saran, penilaian, untuk
menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi oleh para
pengguna produk.
Tahap pendiseminasian merupakan tahap penggunaan perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan pada skala yang lebih besar, misalnya di kelas lain, di
sekolah lain atau oleh guru matematika yang berbeda.
2. Prosedur Pengembangan Produk
Model penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah model
4D. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu pendefinisian (define),
perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (desiminate).
Berikut adalah penjelasan alur pengembangan perangkat pembelajaran dengan
model 4-D :
a. Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat pembelajaran
diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan
perangkatnya. Tahap ini meliputi lima langkah pokok, yaitu :
1. Analisis awal-akhir (front-end analysis)

35
“Front-end analysis is the study of the basic problem facing the teacher
trainer”. Analisis awal-akhir bertujuan untuk menetapkan masalah dasar yang
dihadapi dalam perangkat pembelajaran matematika. Pada langkah ini peneliti
akan melakukan wawancara kepada 2 guru bidang studi matematika kelas VII
SMP Negeri 3 Pekanbaru untuk mengetahui masalah yang muncul terkait dengan
perangkat pembelajaran matematika. Setelah dilakukan wawancara dengan guru,
peneliti menganalisis hasil wawancara dan menentukan masalah yang berkaitan
dengan perangkat pembelajaran matematika sehingga dibutuhkan solusi untuk
mengatasinya.
2. Analisis peserta didik (learner analysis)
Analisis peserta didik dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik
peserta didik antara lain : (1) tingkat kemampuan dan intelektualnya; (2) latar
belakang pengalaman; (3) perkembangan kognitif; (4) motivasi belajar; (5) dan
keterampilan-keterampilan yang dimiliki individu atau sosial yang berkaitan
dengan topik pembelajaran, media, format, dan bahasa yang dipilih dan dapat
dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Analisis
peserta didik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dikelas
dan melakukan wawancara kepada 3 orang peserta didik kelas VII SMP Negeri 3
Pekanbaru untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran
matematika di kelas.
3. Analisis konsep (concept analysis)
Pada analisis konsep ini, peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci,
memahami dan mengkonstruksi secara matematis konsep pada materi
perbandingan yang akan dipelajari peserta didik, sehingga peserta didik dapat
menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Materi yang dipilih dalam
pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah materi perbandingan. Secara
garis besar, materi perbandingan terdiri atas : (1) Perbandingan senilai; (2)
Perbandingan berbalik nilai. Analisis ini adalah kumpulan prosedural untuk

36
menentukan isi suatu pengajaran. Hasil dari tahap ini digunakan sebagai pedoman
dalam menyusun perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
4. Analisis tugas (task analysis)
Analisis tugas adalah prosedur yang dilakukan untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran berdasarkan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar
(KD), dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang sesuai dengan kurikulum
2013 pada materi perbandingan. Pada penelitian ini, penelitian mengembangkan
perangkat pembelajaran pada KD 3.8 yaitu membedakan perbandingan senilai dan
berbalik nilai dengan menggunakan tabel data, grafik, dan persamaan. Dan KD
4.8 yaitu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai dan
berbalik nilai.
5. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran (specifying instructional objectives).
Spesifikasi tujuan pembelajaran merupakan perubahan perilaku yang
diharapkan setelah belajar dengan kata kerja operasional. Hal ini berguna untuk
merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan
perilaku objek penelitian. Kemudian objek tersebut digunakan untuk menyusun
tes dan merancang perangkat pembelajaran yang diintegrasikan ke dalam materi
perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti. Spesifikasi tujuan
pembelajaran dilakukan dengan cara merumuskan Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK) dan tujuan pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar
(KD) pada materi perbandingan. Spesifikasi tujuan pembelajaran akan tercantum
pada produk yang dihasilkan yaitu perangkat pembelajaran.
b. Tahap Perancangan (Design)
Setelah mendapatkan masalah dari tahap pendefinisian, selanjutnya
melakukan tahap perencanaan.
1. Penyusunan Tes
Pada langkah ini peneliti menyusun tes yang akan digunakan sebagai alat ukur
untuk mengetahui pencapaian kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.

37
2. Pemilihan Media
Pemilihan media disesuaikan dengan hasil dari analisis materi yang telah
dilakukan dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Pemilihan media
sangat penting terkait dengan proses belajar mengajar yang efisien dan
menjadikan siswa menjadi aktif, percaya diri, dan pembelajaran tidak lagi
berpusat pada guru. Media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta kaidah dalam penyusunan media pembelajaran yang benar.
3. Pemilihan Format
Pemilihan format dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi perangkat
pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran dan kurikulum 2013
yang digunakan. Format pengembangan yang dipilih harus dapat mencirikan
perangkat pembelajaran interaktif seperti berisi gambar-gambar dari materi yang
diajarkan guru.
4. Rancangan Awal
Rancangan awal yang dimaksudkan adalah rancangan perangkat pembelajaran
yang dibuat sebelum uji coba. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan
pada tahap ini disebut prototype 1.
c. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan output yang
sudah direvisi berdasarkan masukan-masukan dan uji coba yang telah
dilakukan kepada peserta didik.
1.Validasi
Validasi akan dilakukan oleh validator yang kompeten untuk memberikan
penilaian dan saran pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu tiga
orang dosen Pendidikan Matematika. Validator menilai kesesuaian perangkat
pembelajaran dengan Kurikulum 2013 dan pedoman pengembangan perangkat
pembelajaran. Validasi perangkat pembelajaran dilakukan melalui lembar validasi
perangkat. Perangkat pembelajaran yang akan divalidasi adalah RPP dan LKPD.

38
2.Uji Coba Produk
Merupakan uji coba rancangan produk pada sasaran objek yang
sesungguhnya. Setelah produk melewati revisi dan telah memenuhi kriteria valid.
Selanjutnya produk yang berupa LKPD akan diuji cobakan pada kelompok kecil
dan kelompok besar. Uji coba kelompok ini bertujuan untuk mengetahui apakah
produk yang dikembangan memenuhi kriteria valid dan praktis dalam kegiatan
pembelajaran.
a. Uji coba kelompok kecil
Pada uji coba kelompok kecil, peneliti melakukan uji coba LKPD kepada 10
orang peserta didik dengan kemampuan yang heterogen. Pada uji coba kelompok
kecil ini, peneliti melakukan uji coba LKPD untuk melihat keterbacaan enam
LKPD mengenai materi perbandingan yang telah dikembangkan. Peserta didik
diminta untuk memberikan respon mengenai penjabaran materi, tampilan,
penggunaan LKPD dan sikap yang diharapkan dari peserta didik setelah
menggunakan LKPD yang dikembangkan pada saat belajar. Respon peserta didik
diperoleh melalui angket respon peserta didik.
b. Uji coba kelompok besar
Uji coba kelompok besar tidak dilakukan karena pembelajaran masih tatap
muka terbatas.
d. Tahap Pendiseminasian (disseminate)
Tahap pendiseminasian merupakan tahap penggunaan perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan pada skala yang lebih besar, misalnya di kelas lain, di
sekolah lain atau oleh guru matematika yang berbeda. Tujuan dari tahap ini adalah
untuk menyebarluaskan atau mempromosikan produk akhir yang sudah dilakukan
perbaikan/revisi kepada peserta didik.
Adapun prosedur pengembangan produk pada penelitian ini dapat disajikan pada
gambar 3.1 berikut:

START
39
Analisis awal-akhir, analisis peserta didik, analisis tugas,
analisis konsep, dan perumusan tujuan pembelajaran

Membuat rancangan perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP dan LKPD.

Mengembangkan perangkat pembelajaran berupaSilabus, RPP, dan LKPD.

Validasi Silabus, RPP, dan LKPD

Ya Uji coba kelompok


Valid? kecil

Tidak

Revisi Analisis

Ya

Praktis

Perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP dan LKPD yang


valid dan praktis

END

Gambar 3.2. Bagan Penelitian Pengembangan


(Sumber : Thiagarajan, Semmel, dan Semmel dalam Trianto, 2014)

3. Data dan Instrumen Penelitian


1. Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh,
ekspresi wajah, bagan, gambar, dan foto (Sugiyono, 2019). Data kualitatif pada
40
penelitian ini adalah berupa kritikan dan masukan validator terhadap produk yang
dikembangkan dan deskripsi keterlaksanaan uji coba produk. Analisis hasil data
kualitatif berupa angket dan wawancara tentang perangkat pembelajaran yaitu
silabus, RPP, dan LKPD berbasis pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) kelas VII SMP/MTs pada materi perbandingan.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah jenis data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan/scoring (Sugiyono, 2019). Data kuantitatif diperoleh dari skor
angket penilaian validator dan penilaian siswa atau guru bidang studi matematika
dalam aspek kevalidan perangkat pembelajaran dan hasil angket respon peserta
didik mengenai kepraktisan pada LKPD yang dikembangkan.
2. Instrumen Penelitian
a. Instrumen Validitas
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian
untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian. Instrumen dalam penelitian ini
akan digunakan untuk mengukur kualitas produk yang dikembangkan, meliputi
kevalidan dan kepraktisan. Instrumen penelitian yang dikembangkan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah Lembar validasi silabus, RPP dan
LKPD. Lembar validasi adalah lembar penilaian yang digunakan untuk mengukur
kevalidan dari silabus, RPP dan LKPD yang dikembangkan. Lembar validasi
pengembangan perangkat pembelajaran ini diisi atau dinilai oleh validator.
Lembar validasi Silabus, RPP dan LKPD menggunakan skala Likert yang terdiri
dari 4 alternatif jawaban dengan kategori penilaian seperti pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Lembar Validasi


Kriteria Skor
41
Sangat tidak sesuai 1
Tidak sesuai 2
Sesuai 3
Sangat sesuai 4
(sumber : dimodifikasi dari Sudaryono, dkk, 2013)

Adapun indikator validasi Silabus disajikan pada tabel 3.2, indikator validasi RPP
pada Tabel 3.3 dan indikator validasi LKPD pada Tabel 3.4 yang dijadikan
pedoman dalam penyusunan lembar validasi dimuat pada lampiran, dan kisi-kisi
penyusunan lembar validasi diuraikan berikut.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Validasi Silabus


Nomor
Aspek Yang Dinilai Indikator
Butir
Kelengkapan Identitas Silabus 1
Komponen Silabus
Kelengkapan Komponen Silabus 2
Rumusan IPK mengacu pada KD 3
Kesesuaian KD dengan IPK Rumusan IPK menggunakan kata kerja
4
operasional yang dapat diukur
Kesesuaian KD dengan Pembagian materi pembelajaran sesuai
5
Materi Pembelajaran atau mendukung pencapaian KD
Kesesuaian kegiatan Kegiatan pembelajaran lebih menekankan
6
pembelajaran dengan model pengalaman belajar peserta didik
pembelajaran berdasarkan Kegiatan pembelajaran sesuai dengan
7
masalah model pembelajaran berdasarkan masalah
Ketepatan alokasi waktu dengan materi
Alokasi waktu 8
pembelajaran
Penilaian Kesesuaian penilaian dengan aspek 9
pengetahuan
Kesesuaian penilaian dengan aspek 10
42
keterampilan
Sumber belajar yang dipilih mendukung 11
ketercapaian KD
Sumber belajar
Kesesuaian sumber belajar dengan tingkat
12
berpikir peserta didik kelas X SMA/MA
Sumber : Sa’dun Akbar, 2013
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Validasi RPP
Nomor
Aspek Yang Dinilai Indikator
Butir
Kelengkapan Identitas RPP 1
Identitas RPP
Kelengkapan Komponen RPP 2
Kejelasan Rumusan Indikator Pencapaian
Kejelasan rumusan 3
Kompetensi sesuai dengan KD
Indikator Pencapaian
Rumusan IPK menggunakan kata kerja
Kompetensi (IPK) 4
operasional yang dapat diukur
Rumusan tujuan pembelajaran sesuai IPK 5
Rumusan tujuan Rumusan tujuan pembelajaran
pembelajaran menggunakan kata kerja operasional yang 6
dapat diukur
Kesesuaian materi pembelajaran dengan 7
Kesesuaian materi KD
pembelajaran Materi pembelajaran memuat fakta,
8
konsep, prinsip dan prosedur
Kesesuaian pendekatan, Pendekatan pembelajaran yang digunakan
9
metode dan model sesuai dengan tujuan pembelajaran
pembelajaran dengan Metode pembelajaran yang digunakan
tujuan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran 10
Model pembelajaran yang digunakan 11
sesuai dengan tujuan pembelajaran
dengan melibatkan kemampuan

43
pemecahan masalah matematis
Kesesuaian alat atau media pembelajaran
yang digunakan dengan tujuan 12
Kesesuaian Alat/
pembelajaran
media/sumber belajar
Kesesuaian sumber belajar yang
dengan materi dan 13
digunakan dengan materi pembelajaran
tujuan pembelajaran
Sumber belajar yang bervariasi mampu
14
membantu peserta didik untuk belajar
Kesesuaian langkah- Kegiatan pembelajaran terdiri atas
15
langkah pembelajaran kegiatan pendahuluan, inti dan penutup
dengan model Kegiatan pembelajaran sesuai dengan
pembelajaran model pembelajaran berdasarkan masalah
berdasarkan masalah fase 1 yaitu orientasi masalah dan 16
dan pendekatan saintifik pendekatan saintifik pada tahap
mengamati.
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan
model berdasarkan masalah fase 2 yaitu
mengorganisasikan peserta didik untuk 17
belajar dan pendekatan saintifik pada
tahap menanya
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan
model berdasarkan masalah fase 3 yaitu
membimbing penyelidikan dan
18

pendekatan saintifik pada tahap


mengumpulkan informasi.
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan
model berdasarkan masalah fase 4 yaitu
19
mengembangkan dan menyajikan dan
pendekatan saintifik pada tahap menalar
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan 20
44
model berdasarkan masalah fase 5 yaitu
menganalisis dan pendekatan saintifik
pada tahap mengkomunikasikan
Kesesuaian Instrumen Penilaian dengan
21
Tujuan pembelajaran
Ketepatan instrumen penilaian dengan
Penilaian
aspek pengetahuan 22
Ketepatan instrumen penilaian dengan
23
aspek keterampilan
Sumber : Sa’dun Akbar, 2013
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi LKPD
Nomor
Aspek yang dinilai Indikator
Butir
Kecukupan ruang untuk identitas
1
peserta didik
Komponen LKPD Judul materi pembelajaran 2
Kejelasan tujuan pembelajaran 3
Kejelasan petunjuk LKPD 4
Kesesuaian materi Materi pembelajaran sesuai dengan 5
pembelajaran KD
Materi pembelajaran sesuai dengan 6
IPK
Kelengkapan materi yang disajikan 7
Penyajian materi sesuai dengan tingkat 8
pengetahuan peserta didik
Kesesuaian kegiatan Masalah yang disajikan merupakan 9
pembelajaran masalah kontekstual
Merangsang keaktifan peserta didik 10
untuk belajar kelompok
Melatih peserta didik melakukan 11

45
pemecahan masalah
Membantu peserta didik untuk 12
mencapai tujuan pembelajaran
Kesesuain proses KPMM Fase orientasi peserta didik pada 13
dengan model masalah melibatkan kemampuan
pembelajaran berdasarkan memahami masalah
masalah Fase mengorganisasikan peserta didik 14
untuk belajar untuk menuliskan apa
yang diketahui dan ditanya dari
masalah yang diberikan.
Fase membimbing penyelidikan 15
kelompok melibatkan kemampuan
menyelesaikan masalah dan
memeriksa kembali jawaban
Fase mengembangkan dan menyajikan 16
hasil karya
Mengarahkan kelompok yang akan 17
menyajikan hasil diskusinya
Fase menganalisis dan mengevaluasi 18
proses pemecahan masalah
Mengarahkan peserta didik untuk 19
memberi tanggapan atau pertanyaan
pada saat berdiskusi dan menarik
kesimpulan.
Kesesuaian LKPD dengan Permasalahan yang disajikan
syarat Didaktis mendorong peserta didik membangun 20
pengetahuannya sendiri
Permasalahan yang disajikan dapat 21
mendorong peserta didik mengetahui
kegunaan matematika dalam

46
kehidupan sehari-hari
Kesesuaian LKPD dengan Langkah- langkah penyelesaian yang
KPMM disajikan dapat melatih kemampuan 22
memahami masalah
Langkah-langkah yang disajikan dapat
melatih kemampuan merencanakan 23
pemecahan masalah
Langkah-langkah yang disajikan dapat
melatih kemampuan menyelesaikan 24
masalah
Langkah-langkah yang disajikan dapat
melatih kemampuan memeriksa 25
kembali jawaban
Kesesuaian LKPD dengan Penggunaan bahasa yang mudah
26
syarat Konstruksi dipahami
Penggunaan bahasa komunikatif dan
27
tidak menimbulkan makna ganda
Struktur kalimat sesuai dengan
pemahaman berpikir peserta didik 28
SMA/MA
Kecukupan tempat yang digunakan
29
untuk mengisi LKPD
Kesesuain pertanyaan dengan tingkat
30
kemampuan peserta didik
Kesesuaian LKPD dengan Tulisan dapat dibaca dengan jelas 31
Syarat Teknis Kesesuain kombinasi dan komposisi 32
warna teks
Kejelasan / keberfungsian gambar 33
Kesesuain kombinasi dan komposisi 34
warna gambar

47
Tampilan cover LKPD menarik 35
Tata letak bagian di LKPD tepat 36
Sumber : Sa’dun Akbar, 2013
b. Instrumen praktikalitas
Instrumen praktikalitas pada penelitian ini berupa angket respon peserta
didik untuk mengetahui kepraktisan penggunaan LKPD. Angket respon peserta
didik berisi sejumlah pernyataan yang harus dijawab oleh peserta didik setelah
LKPD diuji cobakan. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui respon peserta
didik terhadap kepraktisan penggunaan LKPD yang dikembangkan dengan
menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk memfasilitasi
kemampuan pemecahan masalah. Angket respon ini berisi sejumlah pernyataan
yang harus dijawab dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari 4 alternatif
jawaban yaitu 1, 2, 3 dan 4 yang menyatakan tidak setuju, kurang setuju, setuju,
dan sangat setuju yang diadaptasi dari Sa’adun Akbar (2016).
Adapun kisi-kisi penilaian angket respon peserta didik terhadap LKPD yang
dirancang dimuat pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Respon Peserta Didik
Nomor
Aspek Yang Dinilai Pernyataan
Butir
Tampilan LKPD menarik. 1
Tulisan dalam LKPD jelas dan mudah
2
dibaca
Bahasa yang digunakan dalam LKPD
3
mudah Dipahami
Tampilan LKPD
Kalimat dan perintah kerja dalam LKPD
4
mudah Dimengerti
Komposisi warna dalam LKPD membuat
5
saya lebih semangat belajar
Gambar-gambar pada LKPD bagus dan 6

48
menarik
Ruang yang diberikan cukup untuk
7
penyelesaian Masalah
Isi/ Materi pada LKPD Permasalahan yang terdapat pada LKPD
sering dijumpai dalam kehidupan sehari- 8
hari
Belajar dengan menggunakan LKPD ini
menambah pengetahuan tentang 9
SPLTV dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan yang terdapat pada LKPD
melatih saya untuk selalu memahami
10
masalah sebelum merencanakan
pemecahan masalah.
Kegiatan yang terdapat pada LKPD
melatih saya untuk selalu
11
merencanakan pemecahan masalah
sebelum menyelesaikannya.
Kegiatan yang terdapat pada LKPD
melatih saya untuk menyelesaikan 12
masalah sesuai yang telah direncanakan.
Kegiatan yang terdapat pada LKPD
melatih saya untuk memeriksa kembali 13
dan menyimpulkan jawaban.
Setelah mempelajari materi SPLTV
menggunakan LKPD ini, saya percaya 14
bahwa saya akan berhasil dalam tes.
Saya mudah memahami materi
pembelajaran SPLTV dengan belajar 15
menggunakan LKPD yang saya gunakan.
LKPD menuntut kegiatan diskusi yang 16
membuat saya termotivasi untuk
49
mengungkapkan pendapat.
Saya dapat melakukan kegiatan yang
tertera pada LKPD karena petunjuk 17
kegiatan sangat jelas.
Kemudahan Penggunaan
Saya mengetahui tujuan pembelajaran
LKPD 18
yang ada pada LKPD
Masalah SPLDV yang diberikan dalam
19
LKPD ini sesuai dengan kehidupan nyata
(Sumber: Sugiyono, 2012)
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian pengembangan ini, teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan angket respon peserta didik. Kuesioner berupa
instrumen lembar validasi dengan cara memberikan seperangkat pernyataan
tertulis kepada validator. Data validasi dari validator kemudian dianalisis secara
deskriptif dengan menelaah hasil penilaian validator terhadap perangkat
pembelajaran. Hasil telaah digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan perangkat pembelajaran yang digunakan. Pada penelitian ini
terdapat 3 tenaga ahli yang bertindak selaku validator yang terdiri dari 3 dosen
Matematika FKIP Unri. Angket respon peserta didik dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada peserta didik. Angket respon
peserta didik digunakan untuk memperoleh data terhadap LKPD pada materi
pokok sistem persamaan linear tiga variabel dengan model pembelajaran
berdasarkan masalah. Angket yang digunakan berupa formulir yang berisi
pernyataan-pernyataan menggunakan skala Likert dengan 4 skala yaitu 1, 2, 3 dan
4 yang menyatakan sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai dan sangat sesuai.
5. Teknik Analisis Data
1. Analisis lembar validasi perangkat pembelajaran

50
Analisis data hasil penilaian validator dilakukan untuk menilai kevalidan
silabus, RPP dan LKPD yang dikembangkan. Analisis data dari lembar validasi
menggunakan rumus sebagai berikut:
n

∑ x i × 100 %
i=1
P=

(diadaptasi dari Prilyana dkk, 2016)

Keterangan:
P : persentase nilai
n

∑ x i : jumlah skor dari penilaian validator


i=1

n : banyaknya validator
k : jumlah skor tertinggi

Kriteria uji kevalidan yang digunakan diambil dari Prilyana dkk yang
dimodifikasi dan disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Kriteria Uji Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Persentase Kriteria Kevalidan Keterangan

80−100 Sangat Sesuai Tidak Revisi

66−79 Sesuai Tidak Revisi

56−65 Cukup Sesuai Revisi

40−55 Kurang Sesuai Revisi

0−39 Tidak Sesuai Revisi

(Sumber: Modifikasi dari Prilyana dkk)

51
Apabila persentase yang diperoleh dari hasil analisis data hasil uji kevalidan
RPP dan LKPD menunjukkan lebih atau sama dengan 66 % maka RPP dan LKPD
dinyatakan valid dan LKPD dapat diuji cobakan pada peserta didik berdasarkan
RPP. Namun, apabila persentase yang diperoleh dari hasil analisis data hasil uji
kevalidan RPP menunjukkan kurang dari 66 % maka RPP dan LKPD dinyatakan
tidak valid maka diperbaiki berdasarkan komentar/saran dari validator.

2. Analisis Angket Respon Peserta Didik

Data kepraktisan perangkat pembelajaran diperoleh dari angket peserta


didik.. Analisis data hasil respon peserta didik dilakukan untuk menilai
kepraktisan LKPD yang dikembangkan. Analisis data hasil dari angket respon
peserta didik menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ x i × 100 %
p= i=1

(diadaptasi dari Prilyana dkk, 2016)

Keterangan:

P : persentase nilai
n

∑ x i : jumlah skor dari penilaian peserta didik


i=1

n : banyaknya peserta didik


k : jumlah skor tertinggi

Kriteria uji kepraktisan yang digunakan diambil dari Prilyana dkk yang
dimodifikasi dan disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Kriteria Uji Kepraktisan

Persentase Kriteria Kepraktisan Keterangan


52
80−100 Sangat Positif Tidak Revisi

66−79 Positif Tidak Revisi

56−65 Cukup Positif Revisi

40−55 Kurang Positif Revisi

0−39 Tidak Positif Revisi

(Sumber: Modifikasi dari Prilyana dkk)

53
DAFTAR PUSTAKA

Agus, R. N. (2016). Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan


Realistic Mathematics Education (RME) Dengan pemecahan Masalah
Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. JIP STKIP Kusuma Negara.
Anisa, W. N. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika
Realistic Untuk Siswa SMP Negeri Di Kabupaten Garut. Jurnal
Pendidikan dan Keguruan, 1(1), 3-9.
Aunurrahman.2014.Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta
Azwar, Saifuddin. 2010. Motivasi Dalam Belajar Yogyakarta:UGM.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan
BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta
Fadilah, Putri. 2018. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Berbasis Realistic Mathematic Education (RME) untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas VII SMP.
[Skripsi]. Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Gee, E. (2019). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika melalui Alur
Belajar Berbasis Realistic Mathematics Education. Journal Education and
development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan.

54
Hadi, Sutarto. 2018. Pendidikan Matematika Realistik: Teori, Pengembangan dan
Implementasinya. Depok: RajaGrafindo Persada.
Hamidah, Dewi, Putri, Ratu Ilma Indra, & Somakim, Somakim. (2018).
Eksplorasi Pemahaman Siswa pada Materi Perbandingan Senilai
Menggunakan Konteks Cerita di SMP. Jurnal Riset Pendidikan Dan
Inovasi Pembelajaran Matematika (JRPIPM), 1(1), 1–10.
Hamzah Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Hendriana, H., Eti Rohaeti, E., & Sumarmo, U. (2018). Hard Skills dan Soft Skills
Matematik Siswa. Refika Aditama.
Hidayat, A., & Irawan, I. (2017). Pengembangan Lks Berbasis Rme Dengan
Pendekatan Problem Solving Untuk Memfasilitasi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Jurnal Cendekia : Jurnal
Pendidikan Matematika. https://doi.org/10.31004/cendekia.v1i2.20
Holisin, Iis. 2016 "Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)." Didaktis: Jurnal
Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan 7.3.
Kunandar. 2011. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Laia, H. (2019). Hubungan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar
Matematika Pada Materi Pokok Operasi Hitung Bentuk Aljabar Terhadap
Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Telukdalam Tahun Pembelajaran
2018/2019. Journal Education and Development Institut Pendidikan
Tapanuli Selatan, 7(4)
Magdalena, Maria. 2018. “Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Realistic
Mathematic Educations Untuk Peserta didik Kelas V Sekolah Dasar”.
Jurnal Education and Development. 3(1): 53-54

55
Mahmudah, Siti. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Tematik Berbasis Scientific Tema Kayanya Negeriku Subtema 2
Pembelajaran 1 Di SD Negeri Mandirancan. Jurnal Didaktika. 2(1): 216-
226. FKIP-UMP. Purwokerto.
Marah Doly Nasution, Wita Oktaviani (2020) Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP PAB 9 Klambir V T.P
2019/2020 Journal Mathematics Education Sigma (Jmes) Vol.1 No.2
Marsigit, 2011. Pengembangan Nilai-nilai Matematika dan Pendidikan
Matematika sebagai Pilar Pembangunan Karakter Bangsa. Dipresentasikan
pada: Seminar nasional Pengembangan Nilai-nilai dan aplikasi dalam
Dunia matematika Sebagai Pilar Pembangunan Karakter Bangsa Sabtu, 8
Oktober 2011 di Universitas Negeri Semarang
Marzuki Ahmad, Seri Asmaidah. 2017. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Realistik Untuk Membelajarkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa SMP”. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.6
No.3(2017)
Ningsih,S. 2014. Realistic Mathematics Education : Model Alternatif
Pembelajaran Matematika Sekolah. JPM IAIN Antasari
Permendikbud 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran di Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah. Kemendikbud RI. Jakarta.
Raudho, Z., Handayani, T., & Syutaridho. (2020). Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah
Soal Pythagoras. Suska Journal of Mathematics Education, 6(2), 101–110.

56
Ria Rahayu, Julan Hernadi (2020). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Dengan Pendekatan PMRI Untuk Pembelajaran Online Jurnal
Pendidikan Matematika, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2020
Rizza Yustianingsih, Syarifuddin, H., & Yerizon, Y. (2017). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Problem Based Learning
(PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta
Didik Kelas VIII. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 1(2),
258- 274.
Sari, S.K. (2017). Pengembangan Desain pembelajaran Statistika Berbasis IT
Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematic Education Untuk Kelas
VII SMP. Jurnal nasional pendidikan matematika. 1(2), 290-304.
Sa’dun Akbar. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryani, M., Jufri, L. H., & Putri, T. A. (2020). Analisis kemampuan pemecahan
masalah siswa
berdasarkan kemampuan awal matematika. Mosharafa : Jurnal Pendidikan
Matematika,
9(1), 119–130
Syahrina Anisa Pulungan dan Ismi Nurul Aninda. (2020). “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Melalui Pendekatan RME Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah”. Jurnal Tematik Universitas Negeri
Medan 1(10) 142-150.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif, (Jakarta: kencana
Prenada media group, (2010), hlm.189
Wahyudin. 2013. Hakikat, Sejarah,dan Filsafat Matematika. Mandiri. Bandung.
Wijaya, A. (2011). Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu

57
Yurniwati. 2019. Pembelajaran Aritmatika di Sekolah Dasar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Yuwono, T., Supanggih, M., & Ferdiani, R. D. (2018). Analisis kemampuan
pemecahan masalah matematika dalam menyelesaikan soal cerita
berdasarkan prosedur polya. Jurnal Tadris Matematika, 1(2), 137–144.
https://doi.org/10.21274/jtm.2018.1.2.137-144
Zahriah., Hasan, M., Jalila, Z., (2016), Penerapan Pemecahan Masalah Model
Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Dan Hasil Belajar,
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia,I (2): 78-86.
Zuhdan Kun Prasetyo, dkk. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains
Terpadu untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses, Kreativitas
serta Menerapkan Konsep Ilmiah Peserta Didik SMP. Yogyakarta:
Pascasarjana UNY.
Zuhri D. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Pekanbaru: Pusbangdik UR.

58

Anda mungkin juga menyukai