Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN


PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA
DAN GEOMETRI KELAS VIII DI MTs MA’ARIF NU 01 BRUNO

OLEH

ANISATUL FAIZAH

(23070180088)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULATAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan ilmu yang sangat familiar di kalangan masyarakat,
khususnya bagi siswa. Ilmu matematika ini memang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga tidak heran jika matematika diajarkan dari jenjang sekolah dasar
sampai jenjang lanjut. Dalam pelajaran matematika menuntut siswa untuk berpikir
logis, rasional, kritis dan efektif. Sehingga pengetahuan pola pikir, sikap, dan
keterampilan yang diperoleh siswa dapat mampu menyelesaikan masalah sehari-hari
yang diihadapi. Oleh karena itu pemecahan masalah menjadi penting dalam
pembelajaran matematika
Pemecahan masalah dalam soal cerita kadang-kadang siswa masih
menggunakan teknik yang kurang tepat. Siswa lebih menekankan dengan jawaban
akhir. Padahal perlu disadari bahwa proses dari pemecahan masalah yaitu bagaimana
kita akan memecahkan masalah itu lebih penting. Jika dalam memecahkan masalah
lebih mementingkan jawaban akhir maka siswa hanya menyelesaikan satu
permasalahan saja tanpa tau proses yang dikerjakan. Hal ini menjadikan siswa
beranggapan bahwasanya dalam pembelajaran matematika hanya banyak menghafal.
Padahal dalam pembelajaran matematika mempunyai tujuan yaitu siswa mampu
menyelesaikan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dari hasil pengamatan di MTs Ma’arif NU 01 Bruno kemampuan pemecahan
masalah matematika masih rendah dalam menyelesaiakn soal-soal yang diberikan.
Hasil belajar siswa juga masih rendah, hal ini terbukti pada hasil nilai tes harian kelas
VIII B hanya sekitar 13 siswa (38%) sudah mencapai nilai KKM. Dan 21 siswa (62%)
siswa belum mencapai KKM. Rata-rata yang diperoleh hanya sebesar 55,88. Ini
menunjukan hasil belajar siswa dalam matematika masih rendah.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya pemecahan masalah
dan hasil hasil belajar siswa yaitu, siswa belum mampu mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah matematika yang dimilikinya. Siswa masih terpaku dengan
contoh yang diberikan oleh guru dalam menyelesaikan soal cerita yang diberikan.
Siswa banyak yang masih belum bisa menguasai perhitungan matematika dasar. Hal
ini juga mengakibatkan siswa akan merasa jenuh untuk mengerjakan soal matematika.
Mereka mengangap matematika adalah pelajaran yang mengerikan membosankan dan
sulit untuk dipahami sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi proses pembelajaran
matematika yang kurang efektif. Selain itu sangat diperlukan juga guru yang
berkompeten untukdapat hasil belajar siswa yang maksimal.
Berdasarkan fakta yang telah dikemukakan maka menunjukan bahwa
kompetensi matematika dalam kemampuan pemecahan masalah masih rendah yang
mengakibatkan hasil belajar siswa juga rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan
masalah dan hasil belajar siswa ini juga akan mempengaruhi kualitas belajar yang
juga akan berdampak pada prestasi belajar siswa. Untuk mengatasi kurangnya
keterampilan siswa dalam pemecahan masalah yang diberikan oleh guru maka
perlunya menerapkan model pembelajaran yang baru dalam proses belajar mengajar
sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah. Guru sebagai fasilitator harus mampu membuat pelajaran matematika lebih
menyenangkan dan juga menarik bagi siswa. Dengan adanya tugas yang diberikan
siswa lebih bertanggung jawab lagi dalam mengerjakan dan tidak merasa jenuh.
Maka dalam menciptakan kelas yang lebih menyenangkan dan meningkatkan
keaktifan siswa dalam pelajaran matematika. Guru perlu sekali dalam memilih
pendekatan dan model pemebelajaran yang akan digunakan. Khususnya dalam
pembelajaran matematika yang mempunyai sifat abstrak. Untuk itu maka peneliti
akan menggunakan model Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah)
dengan pendekatan Saintifik untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
dan hasil belajar siswa. Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model
pembelajaran yang efektif sehingga dapat memberikan keaktifan siswa dalam belajar
dan juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Dalam model
Problem Based Learning (PBL) siswa akan dituntut untuk memecahkan masalah-
masalah yang akan disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya.
Pada intinya tujuan metode ini yaitu dimana siswa mencoba menyelesaikan masalah
nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan sistem kerjasama dalam kelompok, dan
dengan adanya pengalaman dalam belajar yang berhubungan dengan pemecahan
masalah, seperti merancang penyelesaian masalah, melakukan penyelidikan,
mengunpulkan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan
membuat laporan.
. Problem Based Learning (PBL) menurut Hudojo (Gd. Gunantara, 2014)
adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya. Menurut Erna
Tutik Yustiani Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran
yang berorientasi pada penyelesaian masalah, menurut Arends Problem Based
Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan derajat berpikir krtingkat lebih tinggi dan berorientasi pada masalah
(Hartata, 2020).
Problem Based Learning adalah salah satu model yang menggunakan
langkah-langkah ilmiah. Maka pada model Problem Based Learning ini sangat cocok
pada pendekatan Saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang
digunakan dalam kurikulum 2013. Dalam pendekatan saintifik ini yang dimaksud
adalah untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah dimana informasi bisaberasal dari
mana saja. Pedekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang supaya
siswa aktif dalam mengkontruksi konsep, hukun atau prinsip melalaui tahapan-
tahapan mengamati (mengidentifikasi masalah), menanya, mencoba, mengasosiasi,
dan mengkomunikasikan.
Adapun beberapa jurnal yang dapat dijadikan sebagai rujukan peneliti
diantaranya yaitu: Melin Novitri dkk dalam penelitiannya yang berjudul “ Penerapan
Model Problem Based Learning Dengan pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan
Hasil Belajar dan Kemampuan pemecahan Masalah siswa Di Kelas VIII.8 SMPN 1
Kota Bengkulu”. Penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan
Saintifik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas VIII.8
SMPN 1 Kota Bengkulu”.; Ayu Rahmayati dkk dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar Matematika dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Melalui Pendekatan Saintifik” mengatakan bahwa “ penerapan pendekatan saintifik
dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa di
SMAN 6Takalar”; Septiana Dewi dkk dalam penelitiannya yang berjudul “
Peningkatan Kemampuan memecahkan masalah dan Hasil Belajar Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas VB SDIT LHI Melalui Model Problem Based Learning
(PBL)”. Mengatakan bahwa “Model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar. Hal ini ditunjukan keterampilan pemecahan masalah
Matematika siswa kelas VB SDIT LHI mengalami peningkatan dalam setiap
siklusnya. Hal ini berdampak juga pada peningkatan hasil belajar siswa. Dari setiap
siklus yang dilakukan terbukti jumlah siswa yang mencapai ketuntasan semakin
bertambah”.
Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitiannya dengan menggunkaan
model Problem Based Learning melalui pendekatan saintifik guna untuk melatih
siswa supaya lebih kreatif lagi dalam memecahkan masalah dan siswa mudah untuk
memahami materi yang diajarkan melalui pengamatanya dan pengumpulan informasi
dari berbagai sumber dengan baik. siswa juga dapat tertarik untuk belajar matematika
sehingga siswa tidak menganggap lagi pelajaran matematika adalah pelajaran yang
membosankan tetapi menjadi pembelajaran yang menyenangkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan hasil belajar siswa kelas VIII di MTs Ma’arif NU 01 Bruno,
peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Penerapan Model Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar
Melalui Pendekatan Saintifik Siswa Pada Materi Barisan Dan Deret Aritmatika Dan
Geometri Kelas VII Di MTs Ma’arif NU 01 Bruno”
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yaitu:
1. Apakah model Problem Based Learning melalui pendekatan saintifik dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi barisan dan deret
aritmatika dan geometri siswa kelas VIII di MTs Ma’arif NU 01 Bruno?
2. Apakah model Problem Based Learning melalui pendekatan saintifik dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII MTs NU 01 Bruno pada materi
barisan dan deret aritmatika dan geometri?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam matematika dengan model
Problem Based Learning melalui pendekatan saintifik pada materi barisan dan
deret aritmatika dan geometri siswa kelas VIII di MTs Ma’arif NU 01 Bruno.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan model Problem Based Learning melalui
pendekatan saintifik pada materi barisan dan deret aritmatika dan geometri siswa
kelas VIII di MTs Ma’arif NU 01 Bruno.
D. MANFAAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan wawasan baru dalam kegiatan pembelajaran
matematika. Hasil penelitian ini bisa dapat menjadi pandangan dan perbaikan
untuk meningkatkan hasil pencapaian tujuan pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya
2) Memberikan pengalaman bagi guru untuk menerapkan model
pembelajaran yang inovatif yaitu Problem Based Learning melalui
pendekatan Saintifik
b. Bagi Siswa
1) Dapat mengembangkan kekreativitas siswa
2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis
pada siswa.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika
2) Memberikan sumbangan yang positif terhadapkemajuan sekolah
E. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk menghindari dari kemungkinan salah pengertian, maka peneliti perlu
membatasi pengertian terhadap beberapa istilah yang terdapat pada judul. Adapun
istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem based Learning merupakan salah satu model
yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
matematika pada siswa. Pada model PBL ini siswa akan diajak untuk bekerja
sama dalam kelompok untuk mengembangkan pengetahuannya, penalarannya,
dan juga berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika. Di dalam
kegiatan pembelajaran model PBL terdiri dari 5 tahapan yaitu; Orientasi siswa
terhadap masalah yaitu menjelaskan tentang pelajaran dan hal-hal penting,
Mengorganisasi siswa maksudnya siswa akan mengidentifikasi pertanyaan-
pertanyaan sebanyak mungkin terkait masalah-masalah yang disajikan,
Membimbing Penyelidikan individu/ kelompok yaitu membantu siswa untuk
mengumpulkan informasi yang diperlukan, Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya yaitu siswa dapat mempresentasikan hasil dari penyelidikan,
Menganalisis dan mengavaluasi proses pemecahan masalah.
Berdasarkan pengertian diatas model pembelajaran PBL merupakan suatu
pembelajaran dengan mengunakan masalah pada dunia nyata sebagai konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara atau proses untuk memecahkan masalah, serta
dapat memperoleh pengetahuan dan konsep yang mendasar dari materi
pembelajaran.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah adalah dimana siswa mampu dalam
memecahkan soal-soal yang diberikan dalam bentuk cerita dengan memerhatikan
langkah-langkah yang telah dikemukakan. Langkah-langkah tersebut tersebut
yang dikemukakan Polya (Nadhifah, 2016) yaitu, memahami masalah, membuat
rencana pemecahan, menjalankan rencana pemecahan, memeriksa hasil
pemecahan masalah.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu proses dimana untuk menentukan nilai belajar
siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Menurut Jihad dan
Haris merupaka pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap
dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan
dalam waktu tertentu. Jadi hasil belajar adalah sesuatu yang ingin dicapai atau
yang diperoleh siswa dengan adanya usaha dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan,dan kecakapan dasar dalam mempelajari matematika.
4. Pendekatan Saintifik
Pendekatan Saintifik merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang
sedimikian rupa guna untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam
mengenal,memahami pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
ilmiah. Disini siswa dapat mencari informasi dari berbagai media, atau
lingkungan sekitar untuk menyelesaikan suatu masalah. Oleh karena itu,
harapannya pembelajaran melalui pendekatan saintifik dapat mendorong siswa
dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui pengamatan sendiri. Menurut
M. Lazim pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukumatauprinnsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarikkesimpulan dan mengomunikasikan konsep,hukum atau prinsip yang
“ditemukan” (Lestari, 2020).
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik, maka
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII MTs Ma’arif NU 01 Bruno dapat
meningkat dengan ditunjukan adanya peningkatan pada nilai evaluasi dari instrumen
soal pemecahan masalah dan peningkatan hasil belajar diukur dengan skor dari
instrumen indikator pemecahan masalah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Model pembelajaran Problem Based Learning
1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran problem based learning adalah model pembelajaran
yang disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan
dalam Permendiknas Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. Model Pembelajaran problem based
learning adalah model pembelajaran yang dirancang agar siswa mendapat
pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam pemecahan
masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan
berpartisipasi dalam tim (Kemdikbud, 2013). Menurut Arends (Widyawati,
2015) merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa untuk
“belajar bagaimana belajar” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi
dari permasalahan kontekstual. PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang keterampilan pemecahan masalah.
Problem Based Learning merupakan suatu model yang dalam proses
pembelajaran menggunakan dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar untuk memecahkan masalah. Pada model Problem Based
Learning pemebelajaran terfokus pada masalah yang dipilih sehingga siswa
tidak hanya mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah
melain juga metode ilmiah dalam memecahkan masalah. Secara umum
problem based learning dapat dijelaskan sebagai medel pembelajaran yang
mempunyai ciri khas yaitu dalam memecahkan masalah dengan konsep dunia
nyata sebagai bahan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa mampu
mengembangkan keterampilannya dalam menyelesaikan masalah dan mampu
mengembangkan pengetahuannya.
Barrow mendefinisikan problem based learning sebagai pembelajaran
yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi masalah
(Huda, 22017). Masalah itu dapat ditemukan melalui proses pembelajaran.
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran berstruktur
intruksi organisasi secara bebas pada siswa dengan beberapa disiplin
sepertipengetahuan dan kemampuan (Hamdi, 2017). Menurut Torp Problem
Based Learning (PBL) merupakan model pebelajaran yang fokus
pelaksanaannya dilaksanakan untuk menjembatani siswa untuk memperoleh
pengalaman belajar dalam mengorganisasikan, meneliti, memecahkan
masalah-masalah kehidupan yang komplek (Anwar, 2020).
Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan
model pembelajaran yang menggunakan masalah sehari-hari sebagai langkah
awal untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Dapat
dilihat bahwa proses pembelajaran problem based learning berawal dari suatu
masalah dalam kehidupan yang nyata kemudian dari masalah tersebut siswa
dapat terangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (Prior Knowledge)
sehingga dari pengetahuan yang sudah dipunyai sebelumnya akan terbentuk
pengetahuan dan pengalaman yang baru.
Menurut Duch (Shoimin, 2014) problem based learning atau
pemeblajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran dengan
adanya permasalah nyata sebagai konteks untuk siswa belajar berpikir kritis
dan keterampilan dalam memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan.
Pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang dapat
membantu guru untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai
dari masalah yang penting dan relavan bagi siswa. Dan memungkinkan siswa
mendapatkan pengalaman yang lebih realistik (nyata). Pembelajaran PBL
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran aktif, kolaboratif, berpusat
kepada siswa yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan belajar mandir iyang akan diperlukan dalam menghadapi
masalah kehdupan sehari-hari.
2. Karakteristik model Problem Based Learning
Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Barrow, Min Liu (Shoimin,
2014) menjelaskan karakteristik dari model problem based learning yaitu:
a. Learning is student-centered
Proses pembelajaran problem based leraning lebih menitik beratkan
kepada siswa sebagai orang yang belajar. Oleh karena itu problem
based learning didukung oleh teori konstruktivisme yang dimana siswa
didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
b. Authentic problems form or organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah otentik sehingga
siswa mamapu memahami masalah tersebut dengan mudah serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
c. New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkim siswa belum memahamin
dan mengetahui semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa
berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau
informasi lainnya.
d. Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha
membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBL dilaksanakan
pembagian kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut
pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas
e. Teacher act as facilitators
Pada pelaksanaan model problem based learning, guru hanya sevagai
fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau
perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereka agar mencapai
target yang hendak dicapai.
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model Problem Based Learning mempunyai beberapa langkah pada
implementasinya dalam proses pembelajaran. Menurut Ibrahim dan Nur
(Rusman, 2014) mengemukakan bahwa langkah-langkah Problem Based
Learning sebagai berikut:
a. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah.
b. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
c. Membimbing pengalaman individual/kelompok. Guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Sesuai dengan kurikulum 2013, langkah-langkah pembelajaran yang
dirancang harus mampu mengembangkan kemampuan dalam mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi dan mengasosiasi, mengkomunikasikan,
dan, membentuk jejaring.
4. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Sanjaya (2011), model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
a. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
b. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
c. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami
masalah dunia nyata.
d. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping
itu, PBL dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri
terhadap hasil maupun proses belajarnya.
e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
f. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
g. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar
sekalipun pada pendidikan formal telah berakhir.
h. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata
5. Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Sedangkan kelemahan dari penerapan model Problem Based Learning
yaitu:
a. Apabila siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan
maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
maslaah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajarr apa
yang mereka ingin pelajari
B. Kemampuan Pemecahan Masalah
1. Pengertian kemampuan Pemecahan Masalah
kemampuan pemecahan masalah adalah salah satu tujuan dari
pembelajaran matematika. Pemecahan masalah bertujuan membangun
pengetahuan matematika baru, karena berawal dari masalah, siswa dapat
berpikirlebih dalam untuk dapat menyelesaikannya. Mempelajari pemecahan
masalah matematika membuat siswa mendapatkan jalan dalam berpikir ,
memiliki keingintahuan dan ketekunan, dan percaya diri dengan situasi yang
tidak bisa ditemuinya diluar kelas. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
dalam memecahkan masalah dibutuhkan setiap siswa agar terbentuk sikap
keingintahuan tinggi, ketekunan dalam menyelesaikan masalah, serta percaya
diri saat menemui masalah non rutin khususnya masalah yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari.
Masalah adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.
Pastinya dalam kehidupan sehari-hari akan dihadapkan dengan sebuah
masalah dan kita harus memecahkan masalah tersebut dengan baik, jika dalam
pemecahan masalah tidak tepat maka akan sangat berbahaya. Pemecahan
masalah merupakan proses yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan seseorang dalam
menggunakan informasi yang telah ada untuk menentukan apa yang harus
mereka kerjakan dalam keadaan tertentu. Pemecahan masalah dipandang
sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang
dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan
masalah tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan
yang telah dikuasai melalui krgiatan-kegiatan belajar terdahulu, melainkan
lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan seperangkat aturan pada
tingkat yang lebih tinggi ( Pisaba, 2018).
Ruseffendi mengatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah sangat
penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang dikemudian hari
akan mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka
yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan
sehari-hari (Wahyudi, 2019). Pemecahan masalah menurut Anderson
merupakan keterampilan hidup yang melibatkan proses menganalisi, menalar,
memprediksi, mengevaluasi, dan merefleksikan (Ulya, 2016). Jadi
kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan yang yang dimiliki sebelumnya kedalam situasi baru yang
melibatkan proses berpikir tingkat tinggi. kemampuan pemecahan masalah
perlu dilatih dan diajarkan dalam pembelajaran matematika di sekolah.
Kemampuan pemecahan dalam penelitia ini adalah pemecahan
masalah sebagai kemampuan.dalam proses pemecahan masalah, siswa dituntut
untuk terampil dalam menyeleksi informasi-informasi yang relavan,
menyelesaikan dan meneliti kembali hasil yang diperoleh. Dengan demikian
kemampuan pemecahan masalah adalah suatu kegiatan memahami masalah
matematika lalu menyelesaikan masalah tersebut dengan memilih strategi
yang benar dan tepat untuk memperoleh solusi dari masalah tersebut. Dalam
matematika tidak semua soal dikatan sebagai masalah. Jika soal tersebut dapat
diselesaikan siswa begitu siswa tersebut selesai membaca soal, maka soal itu
bukan masalah. Dikatakan sebuah masalah apabila peserta didik dalam
menjawab soal memerlukan pemikiran yang logis dan harus dengan cara
berpikir secara kritis maka pada soal matematika tersebut menjadi sebuah
masalah bagi siswa.
2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Didalam matematika seorang tokoh yang bernama George Polya
( Suryawan, 2020) berpendapat bahwa masalah matematika tidak selalu rumit
dan spektakuler, seringkali masalah matematika terlihat sederhana dan kurang
menantang. Dalam karya monumentalnya yang berjudul How to Solve It,
Polya mengidentifikasi langkah-langkah umum yangb harus dilakukan oleh
setiap orang dalamproses pemecahan masalah matematika:
a. Memahami masalah
Pada tahap ini, kegiatan pemecahan masalah perseta didik diarahkan untuk
menetapkan apa yang diketahui pada permasalahan dan juga apa yang
akanmenjadi pertanyaan. Peserta didik juga harus mengidentifikasi apa
yang diketahui terkait permasalahan yang dihadapi dan mampu
memahamipermasalahan tersebut sehingga peserta didik dapat berpikir
secara logis dalam menyelesaikan masalah.
b. Menyusun rencana pemecahan masalah
Peserta didik mampu mengidentifikasi permasalahan tentang bangun ruang
sisi datar gabungan. Bangun apa yang terlibat dalam gabungan tersebut,
atau apa yang diketahui antara tinggi, lebar,panjang, volume maupun luas
permukaan. Hal ini dapat dilihat dari peserta didik dengan gambar ataupun
ekperimenatau dapat mengindentifikasi tujuan yang akan dicari dari
permasalahan tersebut dan mengumpulkan data- data yang relavan.
c. Melaksanakan rencana
Disini peserta didik menerapkan apa yang telah diencanakan setelah
mengamati dan mengidentifikasi masalah dan juga setelah menggali
informasi. Peserta didik dapat melaksanakan strateginya dalam
menyelesaiakan masalah tersebut.
d. Mengkaji ulang jawaban
Pada tahap ini peserta didik dapat mengecek kembalijawaban yang sudah
dipaparkan. Disini peserta didik dapat menampilkan jawabannya didepan
kelas dan melakukan diskusi dengan teman yang lain. Pada tahapan ini
maka peseta didik dapat memahami strategi lain dalam menyelesaikan
pemecahan masalah.
Keempat tahapan langkah Polya ini ternyata diterima secara luas tidak
hanya dimatematika namun juga diberbagai bidang ilmu.
Krulik and Rudnick (Noer, 2017) mendefinisikan pemecahan masalah
merupakan cara yang mengindividu menggunakan pengetahuan yang
diperoleh sebelumnya, keterampilan, dan pemahaman untuk memenuhi
tuntutan situasi yang asing. Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai
suatu bentuk belajar yang mempersyaratkan adanya hal yang baru, yang kelak
dapat menjadi dasar bagi siswa agar dapat diaplikasikan dalam masalah baru
berikutnya.
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Kemampuan siswa ditentukan oleh hasil belajar, menurut Hamalik bahwa
hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada orang dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidakmengrti menjadi mengerti, dan dari belum mampukearah sudah
mampu. Hasil belajar akan tampak pada beberapaaspek antara lain:
pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap. Seseorang telah
melakukan perbuatan belajar maka akan terlibat terjadinya perubahan dalam
salah satu atau beberapa aspek tingkah laku sebagai akibat darihasil belajar.
Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2013) hasil belajar merupakan
pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah
kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam
waktu tertentu. Menurut Rifa’i dan Anni (2011) hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan
belajar. Perolehan aspekaspek perilaku tersebut tergantung pada apa yang
dipelajari peserta didik. Benjamin Bloom (Ilhaq, 2016) mengelompokkan
kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama yaitu ranah kognitif
dan ranah nonkognitif.
Hasil belajar Merupakan kemampuan dan perubahan perilaku siswa atau
seseorang yang relatif menetap baik ranah kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), maupun psikomotoris (keterampilan), setelah ia melakukan proses
belajar. Hasil belajar tersebut merupakan perubahan tingkah laku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek saja. Siswa yang hasil belajarnya
tinggi dapat dikatakan dia berhasil dalam kegiatan belajar, dan juga sebaliknya
jika hasil belajar yang didapat siswa kurang maka dalam belajar juga termasuk
kurang.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Zainal Arifin (2014), guru juga harus memahami beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, antara lain:
a. Faktor peserta didik (kapasitas dasar, bakat khusus, motivasi minat,
kematangan dan kesiapan, sikap dan kesiapan)
b. Faktor sarana dan prasarana (kualitas, guru, metode, media, bahan,
sumber belajar dan program)
c. Faktor lingkungan (baik fisik, sosial, maupun kultur)
d. Faktor hasil belajar yang merujuk pada rumusan normatif harus menjadi
milik peserta didik setelah melaksanakan proses pembelajaran.
D. Pendekatan Saintifik
Pendekatan Saintifik disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses
pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum
2013 mengemanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi
atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
ditemukan (Nirwana, 2019).
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang mengadopsi langkah-
langkah ilmiah dalam prosesnya. Dalam pendekatan saintifik, materi pembelajaran
berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu dan mendorong serta menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran. Menurut Barrier, et al. dalam Abidin
pembelajaran proses saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa
berpikir secara sistematis, dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang
penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Selain itu, proses pembelajarannya yang
sistematis juga sangat tepat digunakan untuk mata pelajaran matematika yang
bersifat abstrak (Abidin, 2013).
Menurut Kemdikbud (2013) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif
mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung
informasi searah dari guru. Hal tersebut tentu sesuai dengan isi Permendikbud
Nomor 81A Tahun 2013 dalam Pelatihan Pendampingan Kurikulum 2013
(Kemdikbud, 2013) yang menjelaskan 31 proses pembelajaran dengan pendekatan
saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yakni mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan kelas PTK. Penelitian
tindakan kelas menurut Hopkins (Sutama, 2010) adalah penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu
tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang
untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah
proses perbaikan dan perubahan. Setiap siklus pada penelitian tindakan
kelas terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
B. Variabel Peneltian
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini (Sugiyono, 2013) yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel
bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(Terikat). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen
(variabel bebas) adalah model pembelajran problem based learning dan
pendekatan saintifik dapat dilambangkan dengan huruf X.
2. Variabel Dependen
Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, kinsekuen.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini
yang enjadi variabel dependen (variabel terikat) adalah kemampuan
pemecahan masalah dan hasil belajar yang dapat dilambangkan
dengan huruf Y.
C. Subyek dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B dengan 34 siswa.
Penelitian ini dilakukan di MTs Ma’arif NU 01 Bruno yang beralamat di
Brunorejo, Bruno, Purworejo, Jawa Tengah tahun ajaran 2021/2022.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2013: 137) pengumpulan data dapat dilakukan
dengan berbagai setting, sumber dan cara. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian adalah lembar observasi, tes, dan angket.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi yaitu aktivitas pembelajaran yang memuat daftar
cek terlaksanakannya proses belajar mengajar. Lembar observasi
ini dikoordinasi kepada pengamat agar tidak terjadi
kesalahpahaman terhadap isi dari lembar observasi.
2. Tes
Tes merupakan evaluasi pembelajaran yang berfungsi untuk
mengetahui, menilai, dan mengukur kemampuan pemecahan siswa
dalam menguasai materi pelajaran dan yang telah disampaikan oleh
pengajar dan hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran
model problem based learning dengan pendekatan saintifik.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung proses belajar mengajar
yang terjadi dikelas. Pengamat dapat mengobservasi guru dan siswa
terkait proses belajar mengajar, aktivitas, dan Interaksinya. Menurut
zainal Arifin observasi merupakan suatu proses pengamatan dan
pencatatn secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai
berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Ilhaq, 2016).
2. Tes
Menurut Suharsimi tes adalah alat atau prosedure yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana
dengan cara dan aturan-atutan yang sudah ditentukan (Ilhaq, 2016).
Tes yang dilakukan yaitu guna untuk mengkur kemampuan pemecahan
masalah dan hasil belajar siswa .
F. Analisis Uji Coba Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas adalah gaambaran kemampuan sebuah instrumen
untuk mengukur apa yang ingin diukur. Validitas adalah keadaan
suatuukuran yang menunjukan tingkatan-tingkatan kevalidan atau
keshahihan suatu instrumen. Validitas dalam istilah menggambarkan
kemampuan sebuah instrumen untuk mengukur apa yang di ukur
(Jusmiati, 2017).
Pengujian Validitas pada instrumen dilakukan dengan menggunakan
rumus berikut:
r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿
Keterangan :
𝔯𝑥𝑦 = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = banyaknya siswa

∑ XY = produk dari X dan Y


∑ X=¿jumlah niali X
∑ Y =¿ jumlah nilai Y
∑ X 2=¿ jumlah X kuadrat
∑ Y 2=¿jumlah Y kuadrat
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sebuah instrumen penelitian dapat mengukur
sebuah variabel pada suatu saat dan kelak juga dapat digunakan di
waktu yang lainnya untuk mengukur variabel sama. Reliabilitas adalah
kemampuan alat ukur untuk tetap konsisten meskipun ada perubahan
waktu. Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam
menilai apa yang dinilainya. Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan
reliabel apabila hasil- hasil pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subjek yang
sama senantiasa menunjukan hasil yang relatif sama atau sifatnya
stabil (Jusmiyati, 2017).
Adapun rumus yang digunakan untuk menguji reabilitas sebagi
berikut:
( )(
k ∑ si
)
2

r 11= 1−
k−1 st2

r 11 =¿ reliabilitas instrumen
k =¿ banyaknya butir soal
∑ s i =¿ jumlah varian total skor tiap-tiapitem
2

st =¿ varian total
2

G. Indikator Keberhasilan
1. Siswa dapat dikatakan mampu menyelesaikan masalah ditunjukan
dengan nilai secara klasikal ≥ 80, dengan presentasi banyak siswa 75%
2. Siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh hasil belajar pada materi
barisan dan deret aritmatika dan geometrib minimal dengan nilai ≥ 75,
dengan presentasi banyak siswa 75%

Anda mungkin juga menyukai