Anda di halaman 1dari 13

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.

2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV)
Elva Mariza1, Ari Anugrah2, Nurkhasanah3, Ahmad Varid4
1Pendidikan Matematika, UGJ, Cirebon, Indonesia;1*elvamariza98@gmail.com

2Pendidikan Matematika, UGJ, Cirebon, Indonesia; 2arianugrah953@gmail.com

3Pendidikan Matematika, UGJ, Cirebon, Indonesia; 3assa.nurkhasanah@gmail.com

4Pendidikan Matematika, UGJ, Cirebon, Indonesia; 4ahmadvaridbaim@gmail.com

Abstrak. Pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) ini banyak siswa
yang mengalami kesulitan dalam meyelesaikan permasalahan dari soal, diantaranya
siswa kurang memahami masalah dalam soal terutama dalam hal menafsirkannya
kedalam kalimat matematika. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana kemampuan pemecahan masalah metematis siswa dilihat dari
langkah pemecahan masalah menurut Polya. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan subjek penelitian kelas IX-B SMP Negeri 1 Karangsembung yang
berjumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data meggunakan tes kemampuan
pemecahan masalah dengan jumlah soal sebanyak 4 butir soal cerita. Hasil penelitian
menunjukan bahwa dilihat dari presentase dan analisis jawaban siswa pada setiap
langkah pemecahan masalah tergolong rendah terutama pada langkah memahami
masalah dan merencanakan penyelesaian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
kesulurahnnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP dalam
pembelajaran matematika khususnya pada materi SPLDV berada pada kualifikasi
rendah.
Kata kunci: pembelajaran matematika, kemampuan pemecahan masalah, Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

Abstract. In the material of the Two Variable Linear Equation System (SPLDV), there are
many students who have difficulty in solving problems from problems, including students who
lack understanding of problems in problems, especially in terms of interpreting them into
mathematical sentences. Therefore, this study aims to find out how the students' mathematical
problem solving abilities are seen from the problem solving steps according to Polya. This type of
research is a qualitative study with research subjects class IX-B SMP Negeri 1 Karangsembung,
amounting to 20 students. The data collection technique used a problem-solving ability test with
a total of 4 items of story questions. The results showed that viewed from the percentage and
analysis of student responses at each step of problem solving were classified as low, especially in
the step of understanding the problem and planning for resolution. So it can be concluded that

156
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

the ability to solve mathematical problem solving of junior high school students in learning
mathematics especially in SPLDV material is at a low qualification
Keywords: mathematics learning, problem solving skill, Linear Equivalent Two Variable
System (SPLDV).

Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dari tahun ke tahun
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sejalan dengan perkembangan
IPTEK tentunya sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Artinya
pendidikan harus mencetak lulusan-lulusan yang berkualitas dan memiliki
berbagai kemampuan matematika salah satunya adalah kemampuan
pemecahan masalah. Soedjadi (1994:36) menyatakan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis merupakan suatu keterampilan pada diri
peserta didik agar mampu meggunakan kegiatan matematika untuk
memecahkan masalah dalam matematika dan masalah ilmu lain maupun
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Syaiful (2012:37) mengatakan bahwa
pemecahan masalah adalah suatu proses yang terencana yang perlu
dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang
mungkin tidak didapat dengan segera. Berdasarakan pendapat beberap ahli
dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah suatu
keterampilan dalam memecahkan suatu permasalahan dengan proses yang
terencana untuk memperoleh penyelesaian dari suatu masalah. Polya
(Sugiantara, 2014) mengatakan ada empat langkah pemecahan masalah
diantaranya sebagai berikut: 1) memahami masalah, 2) merencanakan
penyelesaian, 3) menyelesaikan penyelesaian sesuai rencana, dan 4) Memeriksa
kembali hasil yang diperoleh. Empat tahapan pemecahan dari Polya sangat
penting untuk dikembangkan.

Matematika merupakan peranan yang penting dalam berbagai aspek


kehidupan, karena itu matematika tidak terlepas dari pembelajaran.
Pembelajaran matematika sangat berperan dalam mengembangkan
kemampuan peserta didik agar dapat berpikir secara kritis, analitis dan mampu
menyelesaikan permasalahan dengan solusi yang tepat. Berdasarkan pada
tujuan umum pembelajaran matematika yang telah dirumuskan dalam
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah adalah agar siswa memiliki kemampuan
dalam memecahkana masalah yang meliputi kemampuan dalam memahami

157
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan serta menafsirkan atau


memberi kesimpulan atas hasil yang diperoleh. Namun pada umumnya yang
terjadi dalam proses pembelajaran banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam memecahkan masalah matematis. Hal ini bisa disebabkan karena
kurangnya pengetahuan siswa dalam pembelajaran matematika dan banyak
diantara siswa yang menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran
yang paling sulit sehingga mereka kurang berminat dalam mengikuti
pembelajaran matematika. Kurangnya pengetahuan dikarenakan selama proses
pembelajaran siswa hanya mencatat dan mengerjakan latihan soal yang terfokus
pada prosedur yang sebelumnya telah dicontohkan. Tentunya kebiasaan ini
mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tidak
berkembang karena selalu terfokus pada apa yang mereka terima selama proses
pembelajaran. Dimana ketika mereka dihadapkan dengan bentuk soal yang
lainnya mereka akan kesulitan dalam menetukan prosedur yang tepat untuk
memecahkan masalah soal tersebut karena tidak terbiasanya mereka dalam
mencari solusi pemecahan masalah dengan cara mereka sendiri.

Dalam kurikulum 2013 revisi 2017, Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV) merupakan materi yang dijumpai pada tingkat sekolah menengah
pertama (SMP). Meteri SPLDV merupkan materi yang memiliki keterkaitan
dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada permasalah
ekonomi, sosial ataupun permasalahan dalam bidang lainnya. Pada umumya
siswa pernah mengalami permasalahan yang berkaitan dengan materi SPLDV.
Tetapi ketika permasalahan tersebut dituangkan dalam bentuk soal cerita
ataupun soal uraian masih banyak diantara siswa yang kesulitan dalam
meyelesaikan atau memecahkan masalah pada soal tersebut terutama dalam
menafsirkan kedalam kalimat matematika meskipun soal tersebut ada
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari mereka, tetapi mereka masih kesulitan
dalam memahami bahasa soal tersebut. Oleh karena itu, kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran matematika untuk mengetahui bagaimana kemampuan
pemecahan masalah yang dimiliki oleh siswa apakah memiliki kemampuan
pemecahan masalah yang tinggi, cukup ataupun rendah.

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui
bagaimana kemapuan pemecahan masalah matematis siswa pada siswa SMP
dengan merujuk pada langkah-lagkah pemecahan masalah menurut Polya.

158
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Metode
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Karangsembung yang bertempat di
wilayah Cirebon, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 10 Desember 2019. Subjek penelitiannya adalah kelas IX-B SMP Negeri 1
Karangsembung yang berjumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data ini berupa
tes soal kemampuan pemecahan masalah yang instrumennya berupa soal cerita
yang terdiri dari 4 butir soal pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV). Tes ini dilakukan untuk memperoleh hasil pengerjaan siswa dalam tes
soal pemecahan masalah materi SPLDV yang kemudian dianalisis berdasarkan
pada langkah-langkah Polya.

Analisis data ini terdiri dari reduksi data, penyajian dan kesimpulan. Pada
tahap mereduksi data dilakukan dengan cara menilai dan menganalisis jawaban
siswa dalam tes kemampuan pemecahan masalah yang setiap jawaban siswa
dianalisis berdasarkan pada langkah pemecahan masalah menurut Polya yaitu
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah
sesuai rencana dengan melakukan perhitungan dan langkah terakhir dengan
memeriksa kembali jawaban dari permasalahan soal yang telah disajikan. Pada
tahap penyajian data dilakukan dengan cara meyajikan hasil presentase analisis
jawaban siswa yang berdasarkan pada langkah-langkah pemecahan masalah
meurut Polya dan pada penyajian data ini juga diambil beberapa sampel siswa
yang memiliki kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan
rendah untuk dijadikan sampel dalam mendeskripsikan hasil analisis jawaban.
Selanjutnya pada tahap kesimpulan dilakukan dengan menyimpulkan
bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan hasil
presentase dan analisis jawaban yang telah diperoleh hasilnya.

Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini dilakukann di SMP Negeri 1 Karangsembung dengan melakukan
tes kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas IX-B yang berjumlah 20
siswa dengan soal sebanyak 4 butir soal. Hasil jawaban siswa kemudian
dianalisis berdasarkan pada langkah Polya dengan perolehan data sebagai
berikut:

159
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Tabel 1. Presentase hasil tes kemampuan


pemecahan masalah matematis siswa
Langkah Pemecahan Nomor Soal Presentase
No
Masalah 1 2 3 4 Perolehan
1. Memahami Masalah 23,75% 15% 26,25% 21,25% 21,56%
Merencanakan
2. 30 % 33,75% 56,35% 11,25% 25,52%
penyelesaian
3. Meyelesaikan Masalah 22,5 % 33,75% 28,75% 33,75% 29,56%
Memeriksa Kembali
4. 15 % 32,5% 25 % 36,25% 27,1 %
Jawaban

Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat bahwa perolehan presentase untuk setiap


langkah pemecahan masalah berada dikriteria rendah terutama dalam langkah
memahami masalah dan merencanakan penyelesaian. Selanjutnya untuk
pembahasan lebih mendalam terkait dengan hasil jawaban tes kemampuan
pemecahan masalah siswa akan dikaji sebagai berikut.

Analisis soal nomor 1


Umur Asa 4 tahun lebih muda dari umur Widia. Jumlah umur mereka adalah
44 tahun. Cukupkah informasi diatas untuk menentukan umur masing-masing?
Jika cukup selesaikanlah soal. Jika tidak cukup lengkapi kemudian selesaikan.
Dan periksalah kembali hasil jawaban Anda bahwa umur keduanya berjumlah
44 tahun!

Gambar 1. Jawaban siswa berkemampuan tinggi

Pada gambar 1. terlihat bahwa siswa dapat memahami masalah yang terdapat
dalam soal, siswa dapat menuliskan apa yag diketahui dari masalah tersebut
tetapi siswa tidak menuliskan apa yang ditanyakan dari masalah tersebut.
Langkah selanjutnya siswa sudah dapat merencanakan penyelesaian yaitu

160
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

dengan memisalkan variabel. Kemudian dengan pemisalan variabel tersebut


dibuatlah model matematikanya. Dalam langkah menyelesaikan masalah siswa
sudah sesuai dengan rencana yang sebelumnya dibuat salah satunya dengan
menggunakan metode substitusi dan perhitungannya dilakukan secara
sistematis sampai siswa menemukan nilai dari pemisalan varibel-variabel
tersebut. Pada langkah akhir siswa tidak memeriksa kembali kebenaran
jawaban hasil akhir yang ia peroleh dengan permasalahan yang sudah
diketahui dalam soal.

Gambar 2. Jawaban siswa berkemampuan sedang

Pada gambar 2. terlihat bahwa siswa tidak dapat memahami masalah


dikarenakan siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada
masalah tersebut. Siswa langsung menyelesaikan masalah meskipun hasil
akhirnya benar tetapi langkah penyelesaiannya tidak sitematis tanpa
merencanakan penyelesaian terlebih dahulu seperti membuat pemisalan atau
membuat model matematika. Selain itu siswa juga tidak menuliskan
kesimpulan ataupun tidak ada pemeriksaan kembali terhadap kebenaran
jawaban hasil akhir yang ia peroleh.

Gambar 3. Jawaban siswa berkemampuan rendah

Pada gambar 3. terlihat jelas bahwa siswa tidak dapat meinterpretasikan soal
baik dalam memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan
rencana maupun memeriksa kembali jawaban. Pada jawaban tersebut siswa
hanya memberikan kesimpulan terhadap apa yang ditanyakan dalam
permasalahan soal tersebut.

161
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Analisis soal nomor 2


Harga 2 baju dan 3 kaos Rp. 250.000,00. Sedangkan harga sebuah kaos Rp.
40.000,00. Buatlah model matematikanya, kemudian selesaikan! Dan periksalah
kembali bahwa harga 2 baju dan 3 kaos adalah Rp. 250.000,00.!

Gambar 4. Jawaban siswa berkemampuan tinggi

Pada gambar 4. terlihat bahwa siswa dapat memahami masalah. Siswa dapat
menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. Siswa
merencanakan pemecahan dengan membuat pemisalan dan membuat model
matematika sesuai pada pemisalan variabel-variabel tersebut. Setelah membuat
model matematikanya siswa kemudian menyelesaikan masalah menggunakan
metode substitusi dengan prosedur yang sistematis. Pada langkah pemeriksaan
kembali terhadap hasil, siswa tidak melaksanakanya.

Gambar 5. Jawaban siswa berkemampuan sedang

Pada gambar 5. terlihat bahwa secara prosedural jawaban siswa tersebut sudah
benar tetapi dilihat dari langkah kemampuan pemecahan masalah siswa kurang
memahami masalah karena siswa hanya menuliskan sebagian yang diketahui
dalam masalah tersebut kemudian langsung menyelesaikan masalah dengan
metode substitusi meskipun sudah menuliskan model matematikanya tetapi
belum cukup efektif. Siswa tidak memberikan kesimpulan ataupun

162
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

pemeriksaan kembali terhadap jawaban hasil akhir yang ia peroleh dari


masalah tersebut.

Gambar 6. Jawaban siswa berkemampuan rendah

Pada gambar 6. terlihat bahwa siswa belum mampu memahami masalah


meskipun hasil akhir penyelesaian ataupun perhitungan benar tetapi siswa
dalam meyelesaikan masalah prosedurnya tidak jelas. Pada jawaban siswa
tersebut tidak ada pemeriksaan kembali hasil akhir dan tidak terdapat
kesimpulan.

Analisis soal nomor 3


Bunga membeli 3 kg pepaya dan 5 kg jeruk seharga Rp. 85.000,00. Dan Novi
membeli 5 kg pepaya dan 7 kg jeruk seharga Rp. 123.000,00. Sedangkan Resi
memiliki uang sebanyak Rp. 24.000,00. Berapa kilogram pepaya dan jeruk yang
didapatkan oleh Resi?

Gambar 7. Jawaban siswa berkemampuan tinggi

163
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Pada gambar 7. Terlihat siswa dapat memahami masalah, merencanakan


penyelesaian dengan membuat model matematika, memilih menyelesaikan
masalah menggunakan metode eliminasi dan substitusi dengan perhitungan
yang sistematis. Diakhir langkah pemecahan masalah siswa memeriksa kembali
jawaban hasil akhir yang ia perolehnya.

Gambar 8. Jawaban siswa berkemampuan sedang

Pada gambar 8. terlihat dari pemodelan matematika yang siswa tuliskan


sebenarnya siswa sudah memahami masalah tetapi siswa tersebut tidak
menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam masalah
tersebut. Siswa dapat merencanakan penyelesaian dan menyelesaikannya
dengan metode eliminasi tetapi dalam meyelesaikan masalah tersebut
perhitunganya kurang lengkap sehingga siswa tidak melanjutkan secara tuntas.

Gambar 9. Jawaban siswa berkemampuan rendah

Pada gambar 9. terlihat siswa tidak dapat memahami masalah, jawaban siswa
tersebut tidak ada langkah dalam merencanakan penyelesaian dan
meyelesaikan masalah. Siswa hanya menuliskan hasil dan pemeriksaan kembali
tanpa menuliskan porsedur ataupun perhitugan dalam memperoleh hasil
tersebut.

Analisis soal nomor 4


Atina membeli 4 roti dan 3 donat, ia harus membayar Rp. 12.000,00. Resya
membeli 2 roti dan 4 donat, ia harus membayar Rp. 9.000,00. Kemudian Misni
membeli 3 roti dan 2 donat, ia membayarnya sebesar Rp. 10.000,00. Tetapi Atina
mengatakan bahwa Misni harus membayarnya sebesar Rp. 8.700,00. Jawaban

164
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

siapa yang benar? Jelaskan alasannya dan periksalah kembali kebenaran


jawabannya!

Gambar 10. Jawaban siswa berkemampuan tinggi

Pada gambar 10. terlihat siswa sudah dapat memahami masalah dengan
menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Langkah selanjutnya
juga siswa dapat merencanakan penyelesaian dengan membuat model
matematika meskipun awalnya ada kesalahan. Dalam melaksanakan
penyelesaian siswa memilih untuk melakukan peyelesaian maupun
perhitungan dengan metode elimiasi dan susbstitusi. Dalam melaksanakan
peyelesaian awalnya terdapat perhitungan yang salah tetapi siswa tersebut
lebih teliti sehingga bisa membenarkannya. Siswapun memeriksa kembali
untuk membuktikan kebenaran jawaban hasil akhir yang ia peroleh.

Gambar 11. Jawaban siswa berkemampuan sedang

Pada gambar 11. Terlihat bahwa sebenarnya siswa sudah dapat memahami
masalah dengan melihat model matematika yang siswa tuliskan pada lembar

165
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

jawabannya tetapi siswa tersebut tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan ditanyakan dalam masalah tersebut, siswa menjawab langsung
kelangkah merecanakan penyelesaian dengan membuat model matematikanya
dan menyelesaikan masalah dengan metode eliminasi dan substitusi tetapi
dalam melakukan perhitungan terdapat kesalahan sehingga hasilnya kurang
tepat meskipun prosedurnya sudah benar dan sistematis. Selain itu diakhir
langkah pemecahan masalah, siswa memeriksa kembali kebenaran jawaban
hasil akhir yang ia peroleh meskipun hasilnya akhirnya tidak tepat karena ada
kesalahan dalam perhitungan.

Gambar 12. Jawaban siswa berkemampuan rendah

Pada gambar 12. terlihat bahwa jawaban siswa tersebut tidak dapat memahami
masalah, tidak dapat merencanakan ataupun meyelesaikan masalah. Siswa
tersebut langsung meyimpulkan jawaban dari masalah tersebut dengan
perhitungan yang kurang tepat. Dilihat dari presentase hasil dan analisis
jawaban siswa dalam menyelesaikan tes soal kemapuan pemecahan masalah
materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dengan pengambilan
sampel analisis jawaban siswa berkemampuan tinggi sedang maupun rendah
meunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah metematis siswa berada
pada kategori rendah meskipun untuk siswa yag berkemampuan tinggi mampu
menjawab soal dengan langkah-langkah yang tepat dan sistematis tetapi siswa
tersebut juga kurang ketelitian terutama dalam memahami maupun memeriksa
kembali jawaban. Sedangkan dilihat dari keseluruhan analisis jawaban siswa
baik dalam langkah memahami masalah, merencanakan penyelesaian dan
menyelesaiakan masalah dengan perhitungan serta memeriksa kembali jawaban
hasil akhir dari permasalahan masih kurang tepat.

Terutama dalam hal memahami soal maupun merencanakan peyelesaian,


mayoritas siswa tidak menjawabanya. Selain itu dalam meyelesaikan masalah
secara perhitungan sudah benar tetapi prosedurnya kurang sistematis. Diakhir
langkah pengerajaan siswa hanya menuliskan kesimpulan akhir tanpa

166
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

memeriksa jawaban dari hasil akhir yang diperolehnya dari permasalaha soal
yang telah disajikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Neng, Nurul, Heris, dan
Risma (2018) dengan hasil penelitian menunjukkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa masih rendah dilihat dari presentase yang meyatakan
bahwa siswa belum memahami masalah dan memeriksa kembali permasalaha
yang diberikan oleh guru sehingga secara keseluruhan kemampuan pemecahan
masalah matematis siwa khususnya pembelajaran matematika berada pada
kualifikasi rendah.

Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada hasil presentase dan analisis
jawaban siswa, banyak siswa mengalami kendala dalam memahmi masalah
baik itu untuk siswa yang berkemampuan tigggi, sedang maupun rendah.
Dalam hal ini dikarenakan siswa kurangnya ketelitian, dimana siswa tidak
menuliskan poin-poin penting dalam permasalahan soal yang disajikan,
padahal poin-poin ini akan memudahkan siswa untuk meyelesaikan masalah
pada langkah-langkah selanjutnya, seperti halnya siswa tidak menuliskan apa
yag diketahui maupun apa yag ditanyakan dari permasalahan soal tersebut
atau mereka hanya menuliskan apa yang diketahui dalam masalah tanpa
menuliskan apa yang ditanyakan dalam soal. Sedangkan kendala selanjutnya
ada dalam langkah merencanakan peyelesaian, jawaban siswa langsung
mengarah pada langkah meyelesikan masalah dengan langsung melakukan
perhitungan tanpa merencanakan penyelesaian seperti halnya siswa tidak
membuat model matematika terlebih dahulu yang tujuannya ini dapat
memudahkan dalam melakukan proses perhitungan. Oleh karena itu, diperoleh
suatu kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
SMP pada pembelajaran matematika khususnya materi SPLDV berada pada
kualifikasi rendah.

Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasonal. 2009. Permendiknas No 22/2006 Tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Hardini dan Puspitasari. 2014. Metode Pemecahan Masalah Menurut Polya
untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah
Matematis di Sekolah Menengah PertamA. Jurnal Pendidikan Matematika.
Vol.2 (1), 53-61

167
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

I Pt Eka Sugiantara, Ni Wy Arini, I Dw Kade Tastra. 2014. Pegaruh Strategi


Pemecahan Masalah Berbasis Teori Polya Terhadap Hasil Belajar
Matematika SD Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha, Vol. 2 (2)
Kushendri & Luvy Sylviana Zanthy. 2019. Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa SMA. Jurnal on Education, Vol.1 (3), 94-100
Miftahul Ilmiyana. 2018. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
SMA Ditinjau dari Tipe Kepribadian Dimensi Myer Briggs Type Indicator
(MBTI) (Skripsi dipublikasikan). Lampung: Fakultas Tarbiyah da
Keguruan Universitas Negeri Raden Intan Lampung.
Neng Nisa Fitria, Nurul Hidayani, Heris Hendriana & Risma Amelia. 2018.
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa dengan
Materi Segiempat dan Segitiga. Jurnal Edumatika, Vol. 8 (1), 49-57
Nurul Islamiah, Widya Eka Purwaningsih, Padillah Akbar & Martin Bernard.
2018. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis da Self
Confidence Siswa SMP. Jurnal On Education, Vol. 1(1), 47-57
Soedjadi, R. 1994. Mematapkan Matematika Sekolah sebagai Wahana Pendidikan dan
Pembudayaan Penalaran. Surabaya: Media Pedidikan Matematika Nasional.
Syaiful Sagal. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Tina Sri Sumartini. 2016. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Melalui Pembelaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan
Matematik STKIP Garut, Vol. 5 (2), 148-158.

168

Anda mungkin juga menyukai