Abstrak
Pemecahan masalah merupakan jantung dari kurikulum matematika, dan keduanya tidak bisa
dipisahkan karena pengaruhnya yang vital. Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan berfikir
anak agar terampil dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Jadi
pembelajaran Problem Solving tidak hanya membantu dalam proses berfikir saja, melainkan dapat
mencetak keterampilan dari aktivitas siswa secara lebih aktif, cepat, tepat dan cakap dalam menyelesaikan
sebuah masalah. Dalam hal ini terutama permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan nyata
dilingkungannya. Hal itupun disesuaikan dengan tujuan matematika dimana agar siswa itu mampu dalam
memahami konsep matematika itu sendiri juga, kemudian mampu juga dalam menjelaskan ide atau
gagasan dalam menyusun bukti dengan penelaran dalam pernyataan matematika. Selain itu, siswa juga
mampu mempunyai sikap menghargai dalam kegunaan matematika di dalam kehidupan nyata, salah
satunya adalah sikap percaya diri dalam menyelesaikan masalah. Parameter penelitian dan riset yang
dilakukan PISA yang menjadi barometer pendidikan di seluruh dunia menunjukkan peringkat Indonesia
semakin turun hingga tahun 2019 kemarin. Berdasarkan laporan PISA Selasa 3 Desember 2019, skor skor
matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara. Maka dari itu untuk menunjang pengembangan matematika
dengan berdasar pendidikan Merdeka belajar yang sesuai dengan skema belajar yang dibutuhkan siswa
masa sekarang peneliti menggagas pembelajaran matematika yang efektif. Salah satunya melalui
penerapan pembelajaran Problem Solving matematika SD. Kemudian metode yang digunakan untuk
pengembangan pelajaran matematika dalam pembelajaran problem solving dapat dilakukan melalui test
dengan beberapa tahap, tahap pertama adalah Preliminary, lalu Self evaluation, selanjutnya Prototyping,
yang terakhir adalah Field Test. Pemecahan
Abstract
Problem solving is at the heart of the mathematics curriculum, and the two cannot be separated
because of its vital influence. The aim is to develop children's thinking abilities so they are skilled in
solving problems related to everyday life. So Problem Solving learning not only helps in the process of
thinking, but can print skills from student activities more actively, quickly, precisely and competently in
solving a problem. In this case, especially the problems related to real life environment. And even then it is
adjusted to the mathematical objectives where the student is able to understand the mathematical concept
itself as well, and then also able to explain ideas or ideas in compiling evidence by laying in mathematical
statements. In addition, students are also able to have an attitude of respect in the use of mathematics in
real life, one of which is a confident attitude in solving problems. The parameters of research and research
conducted by PISA, which is a barometer of education throughout the world, shows that Indonesia's
ranking has continued to decline until 2019 yesterday. Based on the PISA report on Tuesday 3 December
2019, the math scores are ranked 72 out of 78 countries. Therefore, to support the development of
mathematics based on the Merdeka education of learning in accordance with the learning scheme needed
by students, researchers now initiate effective mathematics learning. One of them is through the
application of elementary mathematics Problem Solving learning. Then the method used for the
development of mathematics lessons in learning problem solving can be done through a test with several
stages, the first stage is Preliminary, then Self evaluation, then Prototyping, the last is Field Test.
1
Pengembangan Mapel Matematika SD dalam Pembelajaran Problem Solving Terhadap Pendidikan Merdeka Belajar
Kurniawan Wahyu Pratama, Sayyida Hanim Ahida Suci,.
3
Pengembangan Mapel Matematika SD dalam Pembelajaran Problem Solving Terhadap Pendidikan Merdeka Belajar
Kurniawan Wahyu Pratama, Sayyida Hanim Ahida Suci,.
dalam menyelesaikan masalah situasin yang tidak biasa meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di
(Krulik dan Rudnik dalam Bahrudin, dkk. 2018). Dan sekolah.
untuk mengukur kemampuan dalam problem solving Dalam pandangan konstruktivisme mengenai
dapat ditentukan dengan melihat lagkah yang digunakan pembelajaran matematika sekitar ± 30 tahun lalu di
dalam memcahkan masalah suatu materi atau soal dengan Jepang yang dikembangkan pada tahun 1970-an, dalam
kemampuan menilai dan memahami soal atau materi mengembangkannya bisa menggunakan pendekatan
dengan mengidentifikasinya, merancang dan terbuka dengan apa yang sudah ditetapkan oleh teori
merencanakan strategi yang telah dirancang, treakhir konstruktivisme yang bertujuan untuk mengembangkan
adalah memriksa kembali dengan memberikan kreativitas siswa dan mendorong kemandirian siswa
penagfsiran solusi/kesimpulan (Burhanuddin, dkk. 2018). berperan aktif dalam lingkungan untuk memecahkan
Setara dengan pendapat Polya dalam baharuddin dkk. masalah yang nyata sehingga mampu menggabungkan
(2018), menyebutkan langkah-langkah dalam problem fenomena kehidupan nyata dengan di sekolah. Dan dalam
solving dengan 4 langkah, yakni memahami masalah, pengembangan merumuskan ide dalam memngatasi
membuat, rencana permaslahan, melaksanakannya, dan permasalahan membelajarkan siswa juga dalam
memriksa kembali. berinteraksi sosial sehingga siswa berperan aktif untuk
Jadi, dapat disimpulkan dari pendapat yang sudah menyelesaikannya.
dipaparkan di atas, bahwa matematika dalam pembelajran Matematika tidak hanya soal perhitungan saja,
problem solving tidak dapat dipisahkan, sebab mampu melinkan tujuan dari pengajaran matematika diharapkan
memberikan dampak positif kepada siswa dalam dapat mengembangkan pengembangan pemahaman dan
menyelesaikan kehidupan dengan kemampuan pemikiran matematis. Dan menunjukkan dalam
pengetahuan dan keterampilannya. pembelajaran matematika tersebut sangat terikat dengan
situasi (Bereiter, dkk., dalam Laine, 2013).
B. Pembelajaran Problem Solving Menurut Wankat dan Oreovocz (1995)
Menurut Hamalik (2010:59), Belajar ialah proses mengemukakan tahap-tahap strategi operasional dalam
perubahan perilaku yang meliputi pengetahuan, pemecahan masalah sebagai berikut:
kecakapan, pengertian, sikap, ketrampilan dan lain hal. 1. I can (Saya mampu/ bisa): tahap
Melalui kurikulum dalam pendidikan, belajar diatur membangkitkan motivasi dan
sebagai suatu hal yang terpola dan sistematis demi membangun/menumbuhkan keyakinan diri
mencapai tujuanipendidikan berlandaskan nilai etik dan siswa.
norma tertentu. Hilgard dan Brower mendefinisikan 2. Define (Mendefinisikan): membuat daftar hal
pembelajaran sebagai suatu perubahan perbuatan yang yang diketahui dan tidak diketahui,
dialami melalui aktifitas, praktek-praktek dan pengalaman menggunakan gambar grafis untuk memperjelas
(Hamalik, 2010:45). permasalahan.
Menurut Laine, dkk., (2013) mengatakan bahwa 3. Explore (Mengeksplorasi) : merangsang siswa
dalam pemecahan masalah mempunyai waktu tradisi yang untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan dan
panjang dalam pelajaran matematika sekolah dengan membimbing untuk menganalisis dimensi-
banyak segi dan karakterisasi. Dan dalam mempermudah dimensi permasalahan yang dihadapi.
penyelesaiannya diberikan definisi solusinya. Suatu 4. Plan (Merencanakan): mengembangkan cara
kondisi dikatakan bermasalah jika kita bergabung di berpikir logis siswa untuk menganalisis masalah
dalamnya dan datang informasi baru dan cara baru untuk dan menggunakan flochart untuk
menyelesaikannya dengan mengetahui prosedur yang mengambarkan permasalahan yang dihadapi.
diperlukan. 5. Do it (Mengerjakan): membimbing siswa secara
Amerika Serikat merupakan negara maju sebagai sistematis untuk memperkiraan jawaban yang
pelopor di dalam pengembangan pengajaran matematika. mungkin untuk memecahkan masalah.
Dijelaskan oleh Schroder dan Lester dalam Laine dkk., 6. Check (Mengoreksi kembali): membimbing
(2013) mengatakan tujuan penggunaan problem solving siswa untuk mengecek kembali jawaban yang
dalam penegajaran matematika untuk menyelesaikan dibuat, mungkin ada beberapa kesalahan yang
masalah tidak perlu dipertimbangkan, tetapi hanya sebagai dilakukan.
metode pengajaran. Untuk matematika sekolah menurut 7. Generalize (Generalisasi): membimbing siswa
NCTM dalam Laine (2013) problem solving disebut untuk mengajukan pertanyaan.
sebagai metode pengajaran, karena seseorang dapat
METODE 21% - 40,9% =tidak valid dilarang
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dipergunakan.
adalah Research & Development atau metode penelitian
pengembangan dengan tipe formatif evaluation, yang Analisis data dapat dilakukan dengan beberapa
terdiri dari 4 tahap, yakni preliminary, self evaluation, cara diantaranya:
prototyping, and Field test. 1. Validasi instrumen test kemampuan pemecahan
Penelitian ini tidak mengkaji seluruh anggota masalah,
populasi, dengan demikian perlu ditentukan ukuran 2. Analisis angket respon siswa
sampel yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan 3. Uji reliabilitas tes kemampuan pemecahan
penelitian. Hal ini dilakukan karena adanya keterbatasan maalah
dari peneliti, baik menyangkut biaya, tenaga dan waktu 4. Aanalisis tingkat kesukaran instrumen test
untuk melaksanakan penelitian. kemampuan pemecahan masalah matematika
Teknik pengambilan sampel (sampling) dalam 5. Analisis daya pembeda instrumen test
penelitian ini adalah stratified random sampling (acak kemampuan pemecahan masalah matematika
stratifikasi atau bertingkat), Suatu teknik pengambilan 6. Analisis data hasil kemampuan pemecahan
sampel dengan mempertimbangkan sub kelompok (strata) masalah matematika siswa.
memiliki jumlah yg terwakili. Teknik ini dipergunakan
karena di dalam populasi penelitian ini terdapat HASIL DAN PEMBAHASAN
kelompok-kelompok dan diantara kelompok tersebut Adapun hasil dan pembahsan dapat diperoleh melalui
tampak strata atau tingkatan serta untuk memastikan tahap-tahap berikut ini. Pengambilan data dan analisis
kelompok/ kategori yg kecil dalam populasi cukup berdasarkan konsep berikut akan dillaksanakan ketika
terwakili, disamping itu teknik ini dipergunakan karena proposal telah disetujui.
unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan
heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan A. Hasil Pengembangan
pada pencapaian tujuan penelitian. 1. Tahap Preliminary
Kemudian untuk teknik pengumpulan caranya, Mencari refrensi terkait pembelajaran problem
peneliti menggunakan tes dan lembar validasi berupa solving matematic di tingkat Sekolah Dasar.
angket. 2. Tahap Self evaluation (desain rancangan
1. Tes penelitian).
Pada pemngumpulan datanya dilakukan dengan Dalam tahap ini mendesain intrumen,
metode Tes, untuk mengetahui tingkat kemampuan misalnya : membuat kisi-kisi, soal test,
problem solving siswa pada pelajaran matematika. pedoman penilaian, serta kunci jawaban
Menurut Nursalam (2018) menyatakan bahwa tes terkait pengembangan pembelajaran problem
pada umumnya adalah untuk menilai dan solving matematic terhadap perlakuan untuk:
mengukur hasil belajar peserta didik terutama a. Analisis siswa
terkait masalah kognitif yang berkenaan dengan b. Analisis kurikulum
kemampuan penguasaan materi dan bahan ajar c. Analisis materi
yang sesuia dengan tujuan pembelajaran. Dan
metode tes ini merupakan cara untuk mngetahui Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran
hasil belajar siswa pada pelajaran matematika Problem Solving Matematika
dalam pembelajaran problem solving.
2. Lembar Validasi berupa Angket N Tahapan Kegiatan
Lembar Validasi berupa Angket adalah bertujuan o Pembelajaran
1. I Can Pembuka:
untuk mengetahui tingkat kevalidtannya dalam
............................
mengukutr kemampuan siswa terhadap pemecahan
2. Define Kegiatan Inti:
masalah matematika
............................
Kriteria Kelayakan Validitas yang menurut 3. Explore ............................
Baharuddin, dkk., (2018): 4. Plan ............................
81% - 100% = sangat valid tanpa revisi 5. Do It ............................
61% - 80,9 % = cukup valid dengan revisi 6. Check ............................
41% - 60,9% = kurang valid dengan revisi 7. Generalized Penutup:
............................
5
Pengembangan Mapel Matematika SD dalam Pembelajaran Problem Solving Terhadap Pendidikan Merdeka Belajar
Kurniawan Wahyu Pratama, Sayyida Hanim Ahida Suci,.
3. Tahap Prototyping (validasi, eveluasi, revisi) Berdasarkan kriteria daya pembeda instrumen tes
a. Expert review : melakukan kevilidan pada kemapuan problem solving matematic
instrumen tes pemecahan masalah menurut Baharuddin adalah berikut di bawah ini.
matematika, kemudian hasil ini akan 0,47 – 0,56 = kategori baik
dilanjutkan pada tahap one to one. 0,21 – 0,38 = kategori cukup
b. One to one: di sini kevaidannya akan 0,2 = kategori jelek
diuji pertama
c. Small group: hasil ini akan diproses lagi G. Hasil Analisis Data Kemampuan Probelm Solving
untuk digunakan untuk merevisi jika ada Matematika
yang perlu direvisi. Lalu kemudian akan Kriteria analisis data menurut Baharuddin dkk.,
diujikan pada tahap terakhir yakni field (2018), dapat dikategorikan tingkat
test. keberhasilannya berikut di bawah ini.
80 – 100 = kategori sangat baik
4. Tahap Field Test 60 – 79 = kategori baik
Dan pada tahap field test ini akan tampak 40 – 59 = kategori cukup
tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen 20 – 39 = kategori kurang
test dapat ditentukan. 0 – 19 = kategori sangat kurang
B. Hasil Pengembangan Instrumen Test Pemecahan Tabel 2. Tabel Analisis Panduan Guru
Masalah Matematika Validasi Test Probelm
Solving No Aspek Penilaian Siklus I Siklus II
Dalam proses ini untuk mengukur validai isi . Aktivitas Guru
instrumen tss dalam kemampuan pemecahan 1. Mengawali % %
masalah matematika yang dilakukan oleh 3 pembelajaran dengan
validator, diantaranya bisa dua guru bidang studi memotivasi semangat
pendidikan matematika dan stunya lagi guru mata siswa
pelajaran matematika. 2. Membimbing siswa % %
memahami masalah
C. Analisis Angket Siswa pada Lembar Kerja
Hasil analisis angket respon siswa saat uji coba 3. Mengarahkan siswa % %
bisa mendapat nilai rata-rata positif dan juga untuk menganalisis
negatif tetrgantung respon yang didapat. masalah yang ada pada
Lembar Kerja
D. Uji Reliabilitas Intrument Test Kemampuan 4. Menggiring siswa untuk % %
Pemecahan Masalah merencanakan
Jika pada uji cba instruemn test ini memmiliki nilai penyelesaian masalah
hasil uji reliabitas tinggi maka dapat dikatakan atas kasus yang ada di
reliabel. Seperti yang sudah dijelaskan menurut LK
5. Membimbing siswa % %
Baaharuddin dkk,. (2018) tentang kriteria kevaidan
secara sistematis untuk
instrumen.
menuntaskan masalah
6. Mengintruksikan siswa % %
E. Hasil Tingkat Kesukaran Instrumenta test
untuk mengecek
kemampuan Probelm Solving
kembali jawaban yang
Menurut Baharuddin, kriteria tingkat kesukaran
sudah disusun
instrumen test masalah matematika adalah sebagai
7. Mengarahkan siswa % %
berikut.
untuk bertanya atas
0,75 - 0,89 = kategori Mudah
materi dan
0,39 – 0,69 = kategori sedang
menyimpulkan serta
0,3 – 0,25 = kategori sukar
mengambil pesan dari
LK
F. Hasil Daya Pembeda Instrumen Test Kemampuan 8. Memberikan PR % %
Pemecahan Masalah Matematika.
pada hari selasa tanggal 19 Mei 2020. Pukul
SIMPULAN 8.53 WIB.
Pengembangan matematika SD dalam
Choridah, T. D,. (2013). Peran pembelajaran berbasis
pembelajaran problem solving merupakam sangat cocok
dalam pembelajaran kepada peserta didik dan guru agar masalah untuk meningkatkan kemampuan
lebih baik dan bagus dari sebelumnya. Dan bertujuan komunikasi dan berfikir kreatif serta disposisi
bukan hanya pengembangan dalam kogniifnya saja tetapi
matematis siswa SMA. Tudi Matematika:
juga menyangkut 3 ranah sekaligus, mulai dari aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ada juga tujuan dari Universitas STKIP Siliwangi Bandung. Diakses
pembelajaran matematika yakni sebagai berkut: pada hari senin, 18 Mei 2020. Pukul 23:28 WIB.
1. Diharapkan siswa mampu memahami konsep
Hamalik, Oemar. (2010). Psikologi Belajar dan
matematika.
2. Diharapkan siswa mampu mnjelaskan, Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
membuktikan pembelajaran matematika. Herawati dan Mutiawati. (2019). Dilematika Sistem
3. Agar siswa dapat mengkomunikassikannya Pendidikan Di Indonesia. Journal Of Education
dengan menggunakan simbol, gambar, tabel,
diagram, atau juga bisa menggunakan media yang Science (JES): Aceh: universitas Ubudiyah
lainnya dalam memperjelas keadaan atau masalah. Indonesia. Diakses pada hari senin, 18 Mei 2020.
4. Agar siswa mampu mempunyai sikap atau Pukul 23.38 WIB.
perilaku yang bisa menghargai dalam kegunaan
Laine, dkk,. 2013. Journal On Teaching Problem Solving
matematika di dalam kehidupan nyata. Dan
sterusnya. in School Mathematiccs.Vol. 3. Diakses pada
Jadi, pengembangan pelajaran matematika dalam hari senin tanggal 18 Mei. Pukul 23.45 WIB.
pembelajaran problem solving terhadap pendidikan
Riyanta, Stanislaus. (2020). Merdeka Belajar Dan RUU
merdeka belajar, diharapkan mampu mencetak siswa
yang mampu belajar dalam memecahkan sebuah Sisdiknas: Jurnal Intelelijen.Net: Erlangga
masalah, kreatif, dan inovnatif dalam kehidupan nyata. Pratama. Diakses pada hari senin, 18 Mei 2020.
Pukul 23.34 WIB.
SARAN
Dari simpulan di atas, berikut adalah beberapa Salamat, L., Ahmad, G., Bakht, I., & Saifi, I. L.
saran. yang dapat dipaparkan dari hasil penelitian ini: (2018) Effects of E–Learning on Students’
1. Agar siswa aktif, kreatif dalam belajar memecahkan Academic learning at university Level. Asian
situasi yang genting dengan menngunakan
pembelajaran problem solving sehingga pada Innovative Journal of Social Sciences and
pengembangan pelajaran matematikapun juga Humanities.
berperan positif. Wankat, P.C., & F.S., Oreovocz, 1995, Teaching
2. Bagi .penelitian lebih lanjut atau peneliti lain, isi
Enginerring. New York: McGraw Hill, Inc.
penelitian ini bisa dijadikan bahan untuk penelitian
selanjutnya, misalnya penelitian eksperimen, Wijaya, Ariyadi. (2012). Pendidikan Matematika
kualitatif dan model penelitian lainnya. Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin, dkk,. (2018). Pengembangan Instrumen Tes
Untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa (Development Of
Test Instruments To Measure
Students’Mathematical Problem Solving
Abilities). Jurnal Pendidikan Dasar Islam.
Universitas Alauddin Makasar. Di download