Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah

Mata pelajaran matematika dipelajari pada tingkat sekolah dasar hingga perguruan
tinggi. Sehingga, dalam dunia pendidikan, matematika memegang peranan penting.(Fitri
& Octarini, 2020). Namun, banyak siswa yang tidak menyukai matematika. Siswa
menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang lebih menantang daripada mata
pelajaran lainnya.
Berdasarkan hal diatas, pemahaman konsep matematis siswa adalah hal yang akan
dicapai dalam pembelajaran matematika, baik dalam jenjang sekolah dasar hingga
jenjang menengah atas. Memahami konsep matematis adalah hal yang menjadi dasar
untuk siswa dapat menyenangi matematika(Muslina, 2017). Karena matematika adalah
ilmu yang berkelanjutan, pemahaman konsep matematika ini sangat penting untuk
mempelajari mata pelajaran tersebut.
amun, pada kenyataannya kemampuan dan komunikasi matematis siswa di Indonesia
masih tergolong dibawah rata-rata. Hal tersebut dapat ditunjukkan berdasarkan hasil
penelitian Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) 2015 Indonesia
menempati urutan ke-45 dari 50 negara peserta dengan skor 397. Indonesia juga
memiliki kinerja yang buruk pada aspek kognitif kemampuan penalaran, menurut hasil
TIMSS 2015. Dalam matematika, pengetahuan tentang fakta, prosedur, konsep,
penerapan pengetahuan, dan pemahaman konsep merupakan aspek yang dinilai. Hanya
28% siswa Indonesia yang menjawab dengan benar, dibandingkan dengan 47% di
seluruh dunia, menurut laporan studi tersebut.
idak hanya itu, terdapat fakta lain, berdasarkan hasil survei Program for International
Student Assessment (PISA) yang dibentuk oleh Organization for Economic Co-operation
and Development (OECD). Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari 74 negara yang
disurvei, prestasi belajar siswa Indonesia menduduki peringkat ke-68 pada tahun 2009.
Nilai rata-rata kemampuan matematika siswa Indonesia adalah 371, lebih rendah dari
nilai rata-rata siswa negara lain, yaitu 496. pemahaman, pemecahan masalah, penalaran,
dan komunikasi (komunikasi) adalah aspek-aspek PISA yang dinilai.
Dapat disimpulkan dari hasil survei TIMSS dan PISA tersebut di atas bahwa masih
banyak siswa yang belum memahami konsep matematika secara utuh. Hal tersebut
karena siswa hanya diberikan rumus, dijelaskan, dan kemudian diberikan latihan soal.
Yang membuat terkesan matematika hanya angka-angka yang membosankan dan tidak
relevan dengan aktivitas siswa yang menghambat pemahaman konsep matematika siswa.
Merujuk pada permasalahan diatas, penggunaan pendekatan realistis untuk mengajar
matematika adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah ini. Salah satu cara untuk
menyiasati tantangan belajar matematika diatas yaitu Pendekatan PMRI. Pendekatan
PMRI merupakan pendekatan yang mengungkapkan kejadian yang pernah dialami atau
pengalaman sehari-hari siswa sebagai sarana pemecahan masalah matematika.
Berdasarkan hasil wawancara Ratu(2023) mengatakan bahwa sekolah SMPN 5 Lahat
hanya menggunakan bahan ajar seperti buku paket cetak serta LKS. Keterbatasan dalam
penggunaan bahan ajar pada sekolah tersebut, serta proses pembelajaran yang dilakukan
kurang bervariatif. Hal tersebut merupakan faktor rendahnya kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa, khususnya yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel (SPLDV). Kondisi ini menunjukkan bahwa diperlukan suatu usaha untuk
perbaikan pembelajaran matematika yang dapat membangkitkan semangat siswa agar
lebih aktif dalam pembelajaran. 
Bahan ajar merupakan alat yang membantu instruktur dalam mengkomunikasikan
materi, serta sebagai pedoman dalam proses pembelajaran. Kumpulan materi pelajaran
yang mengacu pada kurikulum disebut bahan ajar guna mewujudkan kompetensi dasar
serta persyaratan kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya(Nurdyansyah &
Mutala’liah, 2015). Bahan ajar berguna bagi peserta didik yaitu untuk mengarahkan
segala aktivitas pembelajaran dan sebagai pedoman bagi siswa mengenai materi
pelajaran yang akan dipelajarinya.
Ada dua jenis bahan ajar: cetak dan non cetak. Handout adalah salah satu contoh
bahan ajar cetak. Alat peraga yang memuat rangkuman materi dari berbagai sumber yang
berkaitan dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan disebut handout.
Berdasarkan dari uraian permasalahan-permasalahan diatas, satu pendekatan untuk
mengatasi masalah ini perlu adanya bahan ajar seperti handout yang menyajikan
Pendekatan Realistik yang sesuai dengan pengalaman siswa agar mampu meningkatkan
pemahaman konsep matematis siswa khususnya pada materi Sistem Persamaan linear
Dua Variabel(SPLDV). Karena, handout berisikan materi-materi yang penting yang
disampaikan oleh guru sebelum pembelajaran berlangsung, dan Pelajaran yang telah
diajarkan guru kepada siswa dapat dipelajari kembali.(Ifat Sarifayani & Arif Abdul
Haqq, 2022). Kemudian, dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik
Indonesia(PMRI) juga dirasa tepat karena pendekatan ini menggunakan pengalaman atau
kegiatan yang telah dialami siswa sehingga siswa dapat membayangkan persoalan
matematika berdasarkan pengalamannya. Berdasarkan uraian diatas “Pengembangan
Bahan Ajar Handout Berbasis PMRI Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Untuk
Siswa Kelas VIII SMP/Sederajat,” pokok bahasan penelitian yang akan akan dilakukan
oleh peneliti.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan bahan ajar handout berbasis PMRI
untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa pada materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel(SPLDV) siswa kelas VII SMP/Sederajat yang valid,
efektif, dan praktis?
2. Bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematis siswa setelah menggunakan
Handout berbasis PMRI pada materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel(SPLDV) siswa kelas VIII SMP/Sederajat yang telah dikembangkan?

Anda mungkin juga menyukai