Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

dipenuhi sepanjang hayat (Ihsan F, 2003: 2). Untuk menciptakan generasi yang

berkualitas, pendidikan perlu dilakukan sedini mungkin. Dalam suatu pendidikan

sangat erat kaitannya dengan kurikulum yang digunakan disekolah-sekolah

khususnya di lembaga-lembaga pendidikan formal.

Berkenaan dengan masalah kurikulum pendidikan pada masa kini dan mendatang,

IBE (International Bureau of Education) melalui buletin berkala “Educational

Innovation and Information” juga menekankan bahwa kurikulum harus “open, active,

flexible dan intercultural.”

Salah satunya pada pengembangan kurikulum 2013. Pada pengembangan

kurikulum 2013, pemerintah juga menerbitkan buku siswa, termasuk buku pelajaran

matematika. Buku ini diharapkan memudahkan guru dalam menerapkan pendekatan

saintifik. Akan tetapi, pada kenyataannya buku siswa yang ada terkesan kurang sesuai

dengan apa yang diharapkan dalam kurikulum 2013. Salah satunya pada buku teks

siswa yang hanya memuat materi bahasan, belum memuat proses pembelajaran dan

sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan.

Bahan ajar merupakan salah satu perangkat penting dalam pembelajaran. Bahan

ajar yang baik membuat proses belajar mengajar di kelas lebih sistematis, efektif, dan
efisien. Bahan ajar bukanlah sebagai pengganti guru di kelas, akan tetapi harus

memberikan pengetahuan minimal kepada siswa. Yang diharapkan dengan adanya

bahan ajar yang baik dan guru yang berpengalaman atau terlatih bisa membuat proses

belajar mengajar di kelas lebih efektif. Tetapi pada kenyataannya bahan ajar saat ini

lebih difokuskan pada materi dan latihan soal yang mengakibatkan ppembelajaran

lebih bersifat teacher-centered. Jika guru tidak melakukan improvisasi dan

pengembangan dalam proses pembelajaran, maka bahan ajar atau buku teks pelajaran

akan lebih dominan dalam pembelajaran tersebut. (EyonoSo, 2014, p. 13)

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 9 Maret 2022

dengan salah satu murid yaitu Laras kelas XI Ipa 7 sebagai siswa di kelas XI

diperoleh informasi bahwa bahan ajar yang digunakan disekolah tersebut

menggunakan metode ceramah. Dimana bahan ajar hanya dipegang oleh guru dan

tidak dapat dijadikan pegangan untuk peserta didik. Sehingga proses pembelajaran

bersifat teacher-centered. Selain itu, pada proses pembelajarannya masih kurang dan

minimnya kesempatan kepada peserta didik dalam mengembangkan ide kreatifnya.

Peserta didik sering kali hanya menyelesaikan soal-soal tanpa ada tuntutan dari guru

untuk mengembangkan kemampuan kreativitasnya. Salah satu upaya dalam

mengatasi hal ini ialah dengan diterapkannya modul pembelajaran. Yang diharapkan

mampu meningkatkan kreativitas peserta didik.

Pada matematika, kemampuan kreatifitas peserta didik terletak pada alat-alat ukur

(tes) yang hanya menuntut siswa mencari satu jawaban benar (berpikir konvergen).

Kemampuan berpikir divergen (kreatif) yaitu menjakaki berbagai kemungkinan


jawaban atas suatu masalah jarang diukur ( Nurlita, 2015, p. 39). Dalam keberhasilan

belajar matematika dapat dilihat dari prestasi belajar matematika. Salah satunya pada

mata pelajaran trigonometri. Hal ini dapat dilihat dari hasil ujian nasional matematika

SMA tahun 2015/2016, 2016/2017, dan 2017/2018 terakhir kemendikbud (2018).

Gambar. 1 Hasil UN Matematika SMA Kemendikbud 2018

Dari penyajian data dari diagram batang di atas, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut : 1) Pada materi aljabar dari tahun 2015-2018 kebanyakan siswa mendapatkan

nilai 35-59: 2) pada materi geometri dan trigonometri dari tahun 2015-2018

kebanyakan siswa mendapatkan nilai 35-43; 3) Pada materi kalkulus dari tahun 2015-

2018 kebanyakan siswa mendapatkan nilai 35-43; dan 4) pada materi statistika dari

tahun 2015-2018 kebanyakan siswa mendapatkan nilai berkisar 35-49. Berdasarkan

dari Kemendikbud (2018) di atas, hasil rata-rata nilai Ujian Nasional di Indonesia
pada mata pelajaran matematika menduduki peringkat paling rendah diantara mata

pelajaran lainnya. Sebagian besar siswa mengalami kesalahan dalam menjawab soal

pada materi geometri, trigonometri, dan kalkulus. Selain itu, dapat dilihat pada

serapan materi SMA seluruh Propinsi yang ada di Indonesia.

Gambar 2. Serapan Materi SMA Seluruh Propinsi Kemendikbud (2018)

Dapat dilihat juga pada grafik diagram batang di atas 1) Pada materi aljabar

kebanyakan siswa mendapatkan nilai berkisar antara 30-60; 2) Pada materi geometri,

trigonometri, dan kalkulus kebanyakan siswa mendapatkan nilai berkisar antara 30-

50; 3) Pada materi statistika kebanyakan siswa mendapatkan nilai berkisar antara 30-

60. Sejalan dengan UN Matematika, serapan materi SMA seluruh propinsi di

Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata siswa kebanyakan melakukan kesalahan itu

ada di materi geometri, trigonometri, dan kalkulus.


Hal ini ditunjang dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Trends in Internasional

Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program For Internasional Assess-ment

of Student (PISA) yang menunjukkan bahawa prestasi belajar matematika di

Indonesia masih dalam kategori rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

PISA (OCED, 2010, PP. 130-136) menunjukkan bahwa hampir tidak ada (mendekati

0%) siswa di Indonesia yang berada pada kemampuan matematika level 6, bahkan

hampir 80% siswa masih berada pada kemampuan matematika level 1 dari 6 level

yang ditetapkan. Selain itu pada hasil survey Programme for Internasional Student

Assessment (PISA) 2018 yang diterbitkan pada maret 2019 kategori matematika,

Indonesia berada di peringkat ke-7 dari bawah (73) dengan skor rata-rata 379. Turrun

dari peringkat 63 pada tahun 2015 (Syafitri et al., 2021, p.321). Sejalan hasil PISA,

hasil TIMSS (Hadi & Novaliyosi, 2019, p.563) menunjukkan pada tahun 2003, 2007,

dan 2011 skor pencapaian prestasi belajar matematika menunjukkan bahwa siswa di

Indonesia memperoleh skor 411, 397, dan 386, sedangkan pada tahun 2015 Indonesia

mencapai nilai 397 dan skor ini masih di bawah skala yang ditetapkan, yaitu 500.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa di

Indonesia masih rendah.

Berdasarkan hasil observasi ini dapat disimpulkan bahwa materi trigonometri yang

dipelajari siswa di SMA masih kurang dipahami. Walaupun demikian, materi ini

dapat disimulasikan dengan lebih konkrit dan masalah dalam materi sangat dekat

dengan masalah sehari-hari selain itu pembelajarannya hanya ditekankan lebih pada

hafalan dan mencari hanya satu jawaban yang benar untuk soal-soal yang diberikan,
apalagi dengan kondisi siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda

sehingga seakan pembelajaran matematika hanya milik siswa-siswa yang jenius

meskipun demikian tidak menutup kemungkinan lambat laun akan menurunkan

kurangnya daya nalar, berpikir kritis dan kreatif siswa, baik yang memiliki tingkat

kemampuan tinggi, kemampuan sedang, apalagi kemampuan rendah jika hanya

diberikan soal-soal yang hanya terpaku pada satu jawaban. Ini dikarenakan selama ini

guru sudah terbiasa menggunakan masalah tertutup dengan solusi tidak tunggal atau

masalah dengan berbagai cara penyelesaian masih merupakan ‘hal baru’ yang

dituntut oleh standar isi mata pelajaran matematika (Nurlita, 2014, p.9).

Berdasarkan karakteristik materi ajar khususnya pada mata pelajaran trigonometri,

seorang guru perlu melakukan pendekatan pembelajaran. Salah satunya dengan

mengembangkan modul pembelajaran dengan pendekatan Open-ended.

Pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang

pelaksanaannya siswa dihadapkan dengan masalah terbuka yang mengehendaki

jawaban dengan banyak cara penyelesaian (Jurnal 6). Dari permasalahan di atas

materi trigonometri cocok jika disajikan dalam masalah open-ended yang dikemas

dalam modul pembelajaran. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengembangan Modul

Pembelajaran Matematika Pada Materi Trigonometri Berbasis Open-Ended Problem

Untuk Meningkatkan Kreatifitas Siswa di SMA Negeri 1 Baubau Tahun ajaran

2021/2022”
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang

berkaitan dengan pengaruh Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Pada

Materi Trigonometri Berbasis Open-Ended Problem untuk Meningkatkan

Kemampuan Kreatifitas Siswa sebagai berikut :

1. Kemampuan kreativitas siswa masih rendah.

2. Kurangnya penggunaan soal-soal terbuka (open-ended) dalam proses

peningkatan hasil belajar siswa.

3. Kurangnya daya kreatif siswa dalam menyelesaikan soal

4. Kebanyakan siswa hanya mampu menyelesaikan soal pada tingkat soal hafalan

5. Proses pembelajaran di kelas pada umumnya masih terbatas menjelaskan rumus,

memberikan contoh soal, dan mengerjakan latihan sehingga siswa belum bisa

mengembangkan berpikir kreatifnya.

6. Tidak adanya modul yang digunakan sebagai sumber bahan ajar alternative

dalam pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan yang ada dalam penelitian ini, maka peeliti

membatasi permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini, yakni hanya

mencakup :

1. Kemampuan Berpikir Kreatif siswa pada indikator valid, praktis, dan efektif
2. Modul pembelajaran yaitu pada materi trigonometri dengan pendekatan open-

ended

3. Penelitian dilakukan di kelas XI Tahun ajaran 2021/2023

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pengembangan modul

pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended untuk meningkatkan

kemampuan kreativitas siswa pada pokok bahasan trigonometri yang valid, praktis,

dan efektif?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengembangan

modul pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended untuk

meningkatkan kemampuan kreatifitas siswa pada pokok bahasan trigonometri yang

valid, praktis, dan efektif.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, tentang modul

matematika dengan pendekatan open ended untuk meningkatkan kemampuan

kreativitas peserta didik.


2. Manfaat praktis

a. Bagi peserta didik

1) Menumbuhkan minat dan semangat baru dalam proses pembelajaran

2) Dapat meningkatkan kemampuan berfikir aktif/ kreatif siswa dalam

pembelajaran matematika.

3) Membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran serta

berperan aktif dan mandiri dalam mengembangkan pengetahuannya

dengan menggunakan modul.

b. Bagi guru

1) Meningkatkan kerja dan profesionalisme guru

2) Memotivasi guru untuk dapat mengembangkan modul matematika secara

mandiri.

3) Menambah referensi guru dalam dalam mengambil butir tes yang akan

diujikan.

c. Bagi sekolah

Dapat memberikan acuan terhadap upaya perbaikan modul matematika

sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan dari pembelajaran dan

meningkatkan prestasi sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

d. Bagi peneliti

Peneliti dapat memperoleh pengalaman langsung dalam membuat modul

pembelajaran matematika pada materi Trigonometri


E. Spesifikasi Pengembangan

Produk yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah bahan ajar cetak berupa

modul peserta didik kelas XI pada pokok bahasan Trigonometri dengan spesifikasi

produk yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Modul ini didesain khusus dengan menggunakan pendekatan open ended yang

mampu mengembangkan kemampuan kreativitas siswa. Soal-soal yang

digunakan dalam modul juga menggunakan soal-soal open ended yang dapat

membantu peserta didik meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya.

2. Modul juga ini didesain agar dapat dipelajari oleh peserta didik baik secara

kelompok maupun individu

3. Modul ini dilengkapi dengan komponen-komponen:

- Sampul modul

- Kata pengantar

- Daftar isi

- Peta konsep

- Pendahuluan

- Uraian materi

- Contoh soal

- Latihan soal

- Uji Kompetensi

- Rangkuman
- Refleksi

- Sumber buku acuan

Anda mungkin juga menyukai