Anda di halaman 1dari 13

Analisis Pemahaman Konsep Matematis Siswa dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV

konteks Kemaritiman
Febriana Dery Shinta*, Nur Izzati
Program studi pendidikan matematika
2003020036@student.umrah.ac.id
Latar belakang
Pemerintah telah melakukan banyak upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia secara berkelanjutan, salah satunya yaitu melalui pendidikan. Pendidikan
merupakan komponen penting yang perlu dipertimbangkan pemerintah untuk membangun
bangsa melalui sumber daya manusia berkualitas (Suwarma & Kumano, 2019). Pendidikan
juga merupakan suatu cara seseorang untuk dapat meningkatkan kualitas dirinya melalui
pembelajaran yang diperolehnya. Seperti yang dikemukakan oleh (Adom et al., 2020; Winarti
et al., 2019) bahwa pendidikan memainkan peran penting dalam meningkatkan kecerdasan
siswa seperti dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional seseorang, serta dalam
perkembangan dan kemajuan masyarakat. Pendidikan juga memiliki peranan penting dalam
mewariskan kebudayaan dan membangun ekonomi bangsa (Şemin, 2019). Agar dapat
mewujudkan pendidikan yang berkualitas diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terjadi antara guru dan siswa dimana siswa
memperoleh pengetahuan,keterampilan,pengalaman melalui interaksi yang terjadi dalam
kegiatan belajar mengajar (Farida, 2015). Dari proses interaksi selama kegiatan pembelajaran
bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran merupakan indikator kunci dari ketercapaian tujuan
pembelajaran. Salah satu bidang studi yang memerlukan pemahaman yang baik yaitu
matematika.
Matematika merupakan salah satu materi yang memerlukan pemahaman konsep,karena
matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak. Konsep didefinisikan sebagai dasar dari
pengetahuan yang digunakan untuk belajar, memahami, dan menggunakan banyak ide untuk
membentuk pengetahuan (Gülen, 2020). Berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor
506/C/Kep/PP/2004, beberapa indikator pemahaman konsep matematis digunakan dalam
penelitian ini yaitu: 1). Menyatakan ulang sebuah konsep 2). Memberi contoh dan bukan
contoh dari suatu konsep. 3). Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis. 4). Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu.
5). Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Matematika dan
pemahaman konsep sangat erat kaitannya, diperlukan kemampuan pemahaman konsep yang
baik (Izzati et al., 2021; Klorina & Prabawanto, 2023). Mayasari & Habeahan (2021) juga
mengemukakan bahwa melalui pemahaman konsep yang baik dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menghadapi permasalahan. Sejalan dengan hal tersebut, juga
terdapat dalam penelitian (Wuryanti & Sutama, 2022) mengungkapkan bahwa masih banyak
ditemukan kesalahan konsep. Faktor penyebab adanya kesalahan konsep tersebut antara lain:
1). Rendahnya kemampuan konsep matematika; 2). Adanya miskonsepsi dalam materi; 3).
Siswa hanya menghafalkan konsep, tidak memahami, 4). Siswa mengalami kebingungan
dalam memahami soal; 5). Kurangnya latihan soal dengan berbagai macam masalah. Pada
penelitian (Utami & Kusumah, 2023) menyatakan bahwa siswa dalam menyelesaikan soal
sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) belum memenuhi indikator kemampuan
pemahaman konsep matematis. Mengetahui konsep matematis menjadi bagian penting dalam
menyelesaikan masalah dari salah satu pembelajaran matematika yaitu Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel (Maarif et al., 2020). Dalam penelitian (Oktoviani et al., 2019) bahwa
dari hasil penelitian tersebut masih banyak siswa yang belum memahami konsep SPLDV
dengan baik seperti masih belum memahami contoh bentuk persamaan yang merupakaan
SPLDV, keliru dalam mengoperasikan dan kemampuan dalam mengaplikasikan konsep
terhadap masalah masih rendah. Hal ini disebabkan karena siswa masih belum memahami
konsep dengan benar. Sehingga siswa merasa SPLDV merupakan materi yang sulit. Dalam
soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) biasanya juga disajikan dalam soal
cerita.
Soal cerita adalah soal yang disajikan menggunakan konteks yang berkaitan dalam kehidupan
sehari-hari. Soal cerita biasanya memuat informasi tentang beberapa variabel dan hubungan
antar variabel tersebut. Soal cerita merupakan salah satu bentuk soal matematika yang sering
dijumpai dalam ujian sekolah atau tes seleksi. Soal cerita bertujuan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika dan menerapkannya dalam
menyelesaikan masalah kontekstual. Seperti Dalam penelitian (Agustini & Pujiastuti, 2020)
mendeskripsikan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV yaitu masih belum
paham apa yang ditanyakan dalam soal, kesulitan dalam mengubah soal cerita ke dalam
model matematika, kesulitan dalam mengklasifikasikan objek sehingga masih kurang mampu
dalam memisalkan istilah dan kesulitan dalam menerapkan konsep dengan metode yang tepat
dalam penyelesaian soal. Hal tersebut juga terdapat dalam penelitian (Diana et al., 2021)
bahwa masih tingginya kesalahan siswa dalam membuat model matematika dalam
menyelesaikan soal cerita. Sehingga diperlukan upaya guru agar dapat meminimalisir
banyaknya kesalahan siswa dalam memahami materi SPLDV .
Untuk memperkuat pemahaman konsep dalam mempelajari matematika, guru dapat
melakukan upaya pendekatan konteks pada pembelajaran agar pemahaman siswa dapat lebih
mendalam ( Yunita et al., 2020). Seperti yang dikatakan oleh The Cornerstone of Tech
(Charmila et al., 2016) bahwa dengan menggunakan konteks pada pembelajaran dapat
menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan dapat memperkuat pemahaman. Sehingga
siswa dapat menemukan hubungan antara konsep abstrak dan penerapan praktis dalam
konteks dunia nyata. Kemudian Lutfianto et al., (2013) menyatakan masih banyak siswa yang
kurang mampu menjawab soal kontekstual. Oleh karena itu perlu untuk menerapkan masalah
kontekstual dalam pembelajaran maupun dalam latihan soal agar siswa dapat menghadapi
permasalahan nyata yang ada di masyarakat. Karena salah satu cara untuk menerapkan
pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari ialah dengan menyelesaikan soal
matematika dengan konteks lokal (Putra et al., 2016). Misalnya dapat diterapkan pada soal
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) (Aulia et al., 2023) dan soal HOTS (Agus Susanta et
al., 2022). Penerapan konteks lokal pada soal akan meningkatkan motivasi siswa (Charmila et
al., 2016; Simanjuntak & Imelda, 2018) , hasil belajar (S Elly & Rosalina, 2019; Susanto &
Rusdi, 2022) , literasi matematika siswa (Isnaniah & Imamuddin, 2022),penalaran matematis
(Tomas Wahyu Aji et al., 2021), kecakapan matematis (Khaerunnisa & Pamungkas, 2018) .
Selain pada soal, konteks lokal juga dapat diterapkan pada modul pembelajaran. Seperti yang
dilakukan oleh Fajriah & Suryaningsih(2021) yang menerapkan konteks lokal pada modul
pembelajaran yang mengkontruksikan soal-soal SPLDV pada kebudayaan suku Banjar.
Sehingga siswa dapat mengenal budaya disekitarnya.

Salah satu budaya yang akan dikaitkan pada penelitian ini yaitu kebudayaan kemaritiman.
Kemaritiman adalah istilah yang digunakan untuk mengacu pada segala hal yang
berhubungan dengan laut. Ini mencakup aktivitas seperti penangkapan ikan, pariwisata laut,
dan kegiatan ekonomi lainnya yang terkait dengan laut dan perairan. Pembelajaran
matematika dapat dikaitkan dalam konteks kemaritiman dengan melibatkan penggunaan
konsep matematika dan penerapannya dalam soal yang berkaitan dengan laut, dan sumber
daya laut. Hal tersebut penting bagi siswa sebagai pendekatan agar selain dapat memahami
materi tetapi juga dapat mengenalkan pada siswa tentang kemaritiman. Guru dapat
mengenalkan tentang kemaritiman dengan menerapkan pembelajaran dengan konteks
kemairitman. Dalam penelitian Prawira et al., (2020) mengungkapkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan konteks kemaritiman memberi pengaruh yang baik daripada
pembelajaran konvensional. Selain dalam pembelajaran, konteks kemaritiman juga dapat
diterapkan dalam media pembelajaran. Seperti dalam penelitian Saputri et al., (2019), bahwa
dengan pengembangan media pembelajaran berupa video dengan konteks kemaritiman,
efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa. Sehingga dengan menerapkan konteks
kemaritiman dapat membangun dan meningkatkan pemahaman siswa terkait materi yang
dipelajari.
Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk menganalisis kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa dalam menyelesaikan soal cerita dengan konteks kemaritiman pada
materi SPLDV kelas VIII SMP Al- Barkah Batam.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan analisa data secara deskriptif.
Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang bermaksud menggambarkan atau
menjelaskan sifat-sifat, kondisi atau peristiwa yang sedang diteliti. Metode deskriptif tidak
bertujuan untuk menguji hipotesis atau mengambil kesimpulan yang bersifat umum,
melainkan bertujuan untuk memberikan gambaran yang spesifik dan akurat mengenai subjek
penelitian. Tujuan penelitian ialah untuk menganalisis dan mendeskripsikan kemampuan
pemahaman matematis siswa SMP dalam menyelesaikan soal cerita konteks kemaritiman
dengan materi SPLDV yang mengacu pada indikator kemampuan pemahaman matematis.
Populasi dalam penelitian ialah siswa kelas VIII SMP Al-Barkah Batam tahun ajaran
2023/2024. Subjek yang akan diteliti yaitu siswa kelas VIII B terdiri dari 33 siswa. Namun,
pada saat tes berlangsung siswa yang hadir hanya 30 siswa. Dari kelas tersebut selanjutnya
diambil 3 siswa yang mewakili dari masing-masing tingkat kemampuan yaitu
tinggi,sedang,dan rendah untuk melakukan sesi wawancara. Teknik pengambilan data yaitu
(1) tes kemampuan pemahaman matematis; (2) Wawancara; (3) Dokumentasi. Instrumen tes
kemampuan pemahaman matematis yang digunakan berupa tes tertulis berupa uraian/essay
terdiri dari 2 soal yang memuat 5 indikator kemampuan pemahaman matematis dan
wawancara tidak terstruktur. Data hasil penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif untuk
mengetahui tingkat kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada materi SPLDV di
SMP Al-Barkah Batam. Teknik analis data dengan menilai jawaban dari tes yang telah
dilakukan, dengan menggunakan rumus:
skor yang diperoleh siswa
S= x 100 %
skor maksimal
Skor kemampuan pemahaman siswa tersebut mengacu pada pendapat (Huda & Kencana,
2013), dapat dilihat pada tabel berikut :
Skor (dalam persen) Kategori
86 – 100 Sangat Baik
76 – 85 Baik
60 – 75 Cukup
55 – 59 Kurang
Kurang dari 54 Sangat Kurang

Prosedur penelitian terdiri dari tahap perencanaan penelitian, penyusunan instrument


penelitian,pelaksanaan penelitian,analisis data,dan penarikan kesimpulan.
Soal instrumen tes
Perhatikan pernyataan pada soal berikut :

a) Pak Budi dan Pak Andi adalah nelayan yang menjual ikan dan udang di pasar.
Pak Budi membeli 2 kg ikan dan 3 kg udang dari Pak Andi seharga Rp.
90.000.

b) Pak Budi dan Pak Andi adalah seorang nelayan yang menjual ikan dan udang
di pasar. Pak Budi menjual 2 kg ikan dan 3 kg udang seharga Rp. 90.000,
sedangkan Pak Andi menjual 4 kg ikan dan 1 kg udang seharga Rp. 80.000 .
Pertanyaan :
1. Dari kedua bentuk soal cerita di atas manakah yang merupakan bentuk sistem
persamaan linear dua variabel? Jelaskan dan nyatakanlah permasalahan
tersebut dalam bentuk model matematika sistem persamaan linear dua
variabel! ( 1 kg ikan = x dan 1 kg udang = y )

2. Dari permalasalahan yang merupakan SPLDV tersebut, tentukan berapakah


harga 1 kg ikan dan 1 kg udang? Selesaikanlah dengan menggunakan salah
satu metode SPLDV! ( Substitusi, Eliminasi , Campuran)

Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan konsep matematis siswa saat
menyelesaikan soal cerita berbasis kemaritiman pada materi SPLDV. Untuk mengetahui
kemampuan konsep matematis siswa pada materi SPLDV , peneliti memberikan 2 soal essai
berbentuk soal cerita dengan konteks kemaritiman yang memuat indikator-indikator
pemahaman konsep matematis yang telah diivalidasi dan wawancara.
Skor Kategori Banyak Siswa
20-24 Sangat Baik 14
15-19 Baik 2
10-14 Cukup 8
5-9 Kurang 6
0-4 Sangat Kurang 0

Berdasarkan dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa banyak siswa yang memperoleh skor 20-
24 cukup banyak. Kemudian kita juga dapat lihat pada tabel berikut. Tabel berikut
merupakan rincian skor keseluruhan dan persentase yang diperoleh siswa dalam setiap
indikator pemahaman konsep matematis. Setiap soal terdapat 3 indikator. Pada soal pertama
terdapat indikator 1,2,dan 3. Kemudian untuk soal kedua terdapat indikator 3,4,dan 5.
Indikator Skor Skor Maksimal Persentase
Indikator 1 81 120 68%
Indikator 2 66 120 55%
Indikator 3a 85 120 71%
Indikator 3b 103 120 86%
Indikator 4 79 120 66%
Indikator 5 70 120 58%

Berdasarkan tabel tersebut dapat kita lihat bahwa pemahaman siswa terhadap konsep
matematis pada soal cerita konteks kemaritiman pada materi SPLDV sudah cukup baik. Hal
ini bisa kita lihat pada perolehan persentase Indikaor 3b yag mendapat persentase 86%
termasuk kategori sangat baik. Kemudian pada indikator 1,3a, dan 4 memperoleh persentase
68%,66% dan 71% artinya pada indikator- indikator tersebut termasuk dalam kategori cukup.
Namun, pada indikator 2 dan Indikator 5 memperoleh persentase yang rendah yaitu 55% dan
58%. Artinya pada indikator 2 dan 5 masih dikatakan kurang.
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai analisis kemampuan pemahaman konsep matematis
tiap indikator soal adalah sebagai berikut:
1. Indikator: Menyatakan ulang sebuah Konsep
Pada indikator 1, terdapat pada soal pertama. Pada indikator ini siswa diharapkan
dapat menjawab soal dengan menggunakan konsep SPLDV seperti dalam menyatakan
model persamaan SPLDV.

Dari soal pertama terdapat 3 indikator pemahaman konsep matematis,salah


satunya yaitu indikator 1 menyatakan ulang sebuah konsep.

Berikut disajikan jawaban siswa yang berdasarkan kategori tinggi, sedang dan
rendah.

a. Jawaban siswa memperoleh skor tinggi


Berikut merupakan jawaban dari dua siswa yang memperoleh skor tinggi. Dari
jawaban kedua siswa yang memperoleh skor tinggi tersebut dapat dilihat bahwa Siswa
sudah dapat memahami konsep SPLDV dalam pemodelan matematika dari soal cerita
yang diberikan.

b. Jawaban siswa memperoleh skor sedang

Berikut merupakan jawaban siswa dari skor sedang. Kita bisa lihat bahwa
siswa yang memperoleh skor sedang juga dapat memahami konsep SPLDV.
Dapat dikatakan bahwa siswa yang memperoleh skor sedang tersebut juga
dapat menyatakan konsep SPLDV dalam bentuk model matematika dari soal
cerita yang diberikan.

c. Jawaban siswa memperoleh skor rendah

Berikut merupakan jawaban dari siswa dari skor rendah. Kita bisa lihat bahwa
pada jawaban dari siswa tersebut siswa masih belum dapat membuat model
matematika dari soal cerita yang diberikan. Artinya siswa masih belum dapat
memenuhi indikator menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Indikator: Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep


Pada Indikator 2 terdapat pada soal pertama. Pada soal disajikan dua pilihan
pernyataan yang terdiri dari pernyataan a dan pernyataan b. Dari pernyataan tersebut
terdapat soal yang bukan SPLDV dan juga terdapat soal yang merupakan bentuk
SPLDV. Siswa diharapkan dapat memilih dari dua pernyataan tersebut yang
merupakan bentuk soal SPLDV.

a. Jawaban dari skor tinggi


Berikut merupakan jawaban dari siswa yang memperoleh skor tinggi. Dapat
dilihat bahwa dari kedua jawaban siswa yang memperoleh skor tinggi, siswa
dapat memilih pernyataan soal yang merupakan bentuk soal SPLDV.
Kemudian, kita juga dapat lihat dari kedua jawaban tersebut variasi dalam
menyatakan bentuk soal yang merupakan bentuk soal SPLDV.

b. Jawaban dari skor sedang

Berikut merupakan jawaban dari siswa yang memperoleh skor sedang. Dari
jawaban siswa tersebut dapat kita lihat bahwa siswa tidak menuliskan
pernyataan b yang merupakan bentuk soal SPLDV. Namun, siswa tersebut
langsung menuliskan bentuk model matematika dari pernyataan b.

c. Jawaban dari skor rendah

Berikut merupakan jawaban dari siswa yang memperoleh skor rendah. Dari
jawaban tersebut siswa terlihat belum dapat menyatakan bentuk soal yang
merupakan bentuk SPLDV.

3. Indikator: Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis


Pada Indikator 3 terdapat pada soal pertama dan soal kedua
a. Jawaban dari skor tinggi

b. Jawaban dari skor sedang


c. Jawaban dari skor rendah

4. Indikator: Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih suatu operasi


a. Jawaban dari skor tinggi
b. Jawaban dari skor sedang

c. Jawaban dari skor rendah


5. Indikator: Mengaplikasikan suatu konsep terhadap penyelesaian masalah
a. Jawaban dari skor tinggi
b. Jawaban dari skor sedang
c. Jawaban dari skor rendah
Adom, D., Mensah, J. A., & Dake, D. A. (2020). Test, measurement, and evaluation:
Understanding and use of the concepts in education. International Journal of Evaluation
and Research in Education, 9(1), 109–119. https://doi.org/10.11591/ijere.v9i1.20457
Agus Susanta, Edi Susanto, & Hari Sumardi. (2022). THE DEVELOPMENT OF HOTS-
BASED MATHEMATICAL PROBLEM USING LOCAL CONTEXT FOR SENIOR
HIGH SCHOOL. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 11(4),
3334–3347. https://doi.org/https://doi.org/10.24127/ajpm.v11i4.6219
Agustini, D., & Pujiastuti, H. (2020). Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Kemampuan
Pemahaman Matematis dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi SPLDV. Media
Pendidikan Matematika, 8(1), 18. https://doi.org/10.33394/mpm.v8i1.2568
Aulia, M., Karim, K., & Hidayanto, T. (2023). Pengembangan Instrumen Asesmen
Kompetensi Minimum (Akm) Numerasi Konteks Kearifan Lokal Kalimantan Selatan
Untuk Siswa Sma. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1), 143.
https://doi.org/10.20527/edumat.v11i1.15505
Charmila, N., Zulkardi, & Darmawijoyo. (2016). Pengembangan Soal Matematika Model
PISA Menggunakan Konteks Jambi (Developing Mathematics Problems based on PISA
Using Jambi Context). Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 20(2), 198–207.
Diana, Fitiani, Ne., & Amelia, R. (2021). Sistem Persamaan Linear Dua Variabel: Ditinjau
Dari Analisis Kesalahan Siswa Mts Kelas VIII Pada Pembelajaran Daring. Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif, 4(4), 985–992.
https://doi.org/10.22460/jpmi.v4i4.985-992
Fajriah, N., & Suryaningsih, Y. (2021). Pengembangan Modul Materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel Konteks Budaya Banjar. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Matematika …, 06(03), 11–21.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr/article/view/18221%0Ahttps://
ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr/article/download/18221/8948
Farida. (2015). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Konsep Peserta Didik Melalui
Pembelajaran Berbasis VCD. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 25–32.
Gülen, S. (2020). The effect of ‘volume of concept’ on the level of identifying concepts and
understanding of relationships between concepts for 7th grade students. African
Educational Research Journal, 8(1), 57–69. https://doi.org/10.30918/aerj.81.20.011
Isnaniah, & Imamuddin, M. (2022). PENGEMBANGAN SOAL LITERASI
MATEMATIKA KONTEKS BUDAYA MINANGKABAU UNTUK
MENINGKATKAN LITERASI MATEMATIKA SISWA. AKSIOMA: Jurnal Program
Studi Pendidikan Matematika, 11(4), 3716–3726.
https://doi.org/https://doi.org/10.24127/ajpm.v11i4.5985
Izzati, M., Sholikhakh, R. A., & Suwandono, S. (2021). Analisis Kesulitan Pemahaman
Konsep Dan Kemandirian Belajar Pada Proses Pembelajaran Matematika Selama
Pandemi Covid-19. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 10(4),
2406. https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i4.4179
Khaerunnisa, E., & Pamungkas, A. S. (2018). Pengembangan Instrumen Kecakapan
Matematis Dalam Konteks Kearifan Lokal Budaya Banten Pada Materi Bangun Ruang
Sisi Datar. Kreano: Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 9(1), 17–27.
https://doi.org/10.15294/kreano.v9i1.11210
Klorina, M. J., & Prabawanto, S. (2023). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Dalam Menyelesaikan Soal Bentuk Aljabar. AKSIOMA: Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika, 12(2), 1714. https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i2.7598
Lutfianto, M., Zulkardi, & Hartono, Y. (2013). Unfinished student answer in Pisa
mathematics contextual problem. Journal on Mathematics Education, 4(2), 188–193.
https://doi.org/10.22342/jme.4.2.552.188-193
Maarif, S., Setiarini, R. N., & Nurafni, N. (2020). Hambatan Epistimologis Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal Didaktik
Matematika, 7(1), 72–89. https://doi.org/10.24815/jdm.v7i1.15234
Mayasari, D., & Habeahan, N. L. S. (2021). Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika. AKSIOMA: Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika, 10(1), 252. https://doi.org/10.24127/ajpm.v10i1.3265
Oktoviani, V., Widoyani, W. L., & Ferdianto, F. (2019). Analisis kemampuan pemahaman
matematis siswa SMP pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Edumatica :
Jurnal Pendidikan Matematika, 9(1), 39–46.
https://doi.org/10.22437/edumatica.v9i1.6346
Prawira, R. A., Febrian, F., & Ramadhona, R. (2020). Efektivitas Model Pembelajaran
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dengan Konteks Kemaritiman dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matemtais Siswa Kelas X MIA SMA Negeri
2 Tanjungpinang. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Putra, Y. Y., Zulkardi, Z., & Hartono, Y. (2016). Pengembangan Soal Matematika Model
PISA Level 4, 5, 6 Menggunakan Konteks Lampung. Kreano, Jurnal Matematika
Kreatif-Inovatif, 7(1), 10–16. https://doi.org/10.15294/kreano.v7i1.4832
S Elly, A., & Rosalina, E. (2019). Soal Matematika Model PISA Menggunakan Konteks
Lubuklinggau. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 04(02), 67–75.
Saputri, N., Izzati, N., & Siregar, N. A. (2019). PENGEMBANGAN VIDEO
PEMBELAJARAN INTERAKTIF DENGAN KONTEKS KEMARITIMAN PADA
MATERI TEOREMA PHYTAGORAS KELAS VIII SMP. Universitas Maritim Raja Ali
Haji.
Şemin, F. K. (2019). Competencies of principals in ensuring sustainable education: Teachers’
views. International Journal of Evaluation and Research in Education, 8(2), 201–212.
https://doi.org/10.11591/ijere.v8i2.18273
Simanjuntak, S. D., & Imelda, I. (2018). Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika
Realistik Dengan Konteks Budaya Batak Toba. MES: Journal of Mathematics
Education and Science, 4(1), 81–88. https://doi.org/10.30743/mes.v4i1.874
Susanto, E., & Rusdi. (2022). Pengembangan Instrumen Tes Matematika TIPE TIMSS Untuk
Siswa SMP Konteks Bengkulu. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 07(01), 53–64.
Suwarma, I. R., & Kumano, Y. (2019). Implementation of STEM education in Indonesia:
Teachers’ perception of STEM integration into curriculum. Journal of Physics:
Conference Series, 1280(5), 0–7. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1280/5/052052
Tomas Wahyu Aji, Apri Damai Sagita Krissandi Sarwi, & Marciana Sarwi. (2021).
PENINGKATAN PENALARAN MATEMATIS DAN MINAT BELAJAR PADA
MATERI OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(6), 1112.
Utami, A. J. L., & Kusumah, Y. S. (2023). Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. AKSIOMA: Jurnal
Program Studi Pendidikan Matematika, 12(1), 1385.
https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6985
Winarti, A., Yuanita, L., & Nur, M. (2019). Journal of Technology and Science Education
THE EFFECTIVENESS OF MULTIPLE INTELLIGENCES BASED INTELLIGENCES
AND SCIENCE PROCESS SKILLS OF JUNIOR HIGH. 9(2), 122–135.
Wuryanti, I. L., & Sutama, S. (2022). Analisis Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Sekolah Dasar Ditinjau Dari Kesalahan Dalam Mengerjakan Soal. AKSIOMA: Jurnal
Program Studi Pendidikan Matematika, 11(4), 3586.
https://doi.org/10.24127/ajpm.v11i4.6120
Yunita, A., Sovia, A., & Hamdunah, H. (2020). Pemahaman Konsep Matematis Mahasiswa
Menggunakan Buku Teks dengan Pendekatan Konstruktivisme. Jurnal Elemen, 6(1),
56–67. https://doi.org/10.29408/jel.v6i1.1696

Anda mungkin juga menyukai