Anda di halaman 1dari 16

AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)

Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PELUANG


BERBASIS DISCOVERY LEARNING BERORIENTASI KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP

Efrem Alfandro Pascal Geong1, Ali Mahmudi2


1,2
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
*Corresponding author. Jl.Colombo, 55281, Yogyakarta, Indonesia.
1)
E-mail: efremalfandro.2020@student.uny.ac.id
2)
alimahmudi@uny.ac.id

Received 03 November 2022; Received in revised form 06 February 2023; Accepted 04 March 2023

Abstrak
Pemahaman konsep matematika merupakan landasan berpikir dalam memecahkan masalah matematika.
Selain kemampuan memahami konsep, self-efficacy merupakan faktor penting dalam pembelajaran
matematika. Siswa dengan self-efficacy yang baik akan memiliki inisiasi yang baik untuk mempelajari
keyakinannya sendiri, sehingga lebih siap selama pembelajaran. Penelitian ini bertujuan menghasilkan
perangkat pembelajaran peluang berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan
siswa (LKS) berbasis discovery learning berorientasi pada kemampuan pemahaman konsep matematis
dan self-efficacy. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan mengacu model ADDIE (analysis,
design, development, implementation, and evaluation). Subjek uji coba yaitu 30 siswa kelas VIII F SMP
ARNOLDUS Labuan Bajo. Instrumen penelitian meliputi lembar validasi, lembar penilaian kepraktisan,
angket respon siswa, lembar observasi pembelajaran, soal tes kemampuan pemahaman konsep, dan
angket self-efficacy. Penelitian ini menghasilkan RPP dan LKS dengan karakteristik: (1) kegiatan
pembelajaran mengacu pada karakteristik discovery learning yakni pembelajaran aktif, (2) mengacu pada
langkah discovery learning, yaitu perumusan masalah, eksplorasi, pengajuan dugaan, verifikasi, dan
konfirmasi, dan (3) berorientasi pada kemampuan pemahaman konsep matematis dan self-efficacy.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

Kata kunci: discovery learning; kemampuan pemahaman konsep; peluang; perangkat pembelajaran
matematika; self-efficacy.

Abstract
Understanding mathematical concepts are the foundation of thinking in solving mathematical problems.
In addition to the ability to understand the concept, self-efficacy is an important factor in learning
mathematics. A student with self-efficacy a good person will have a good initiation to learning his own
beliefs so that he is better prepared during the lesson. This study aims to produce opportunity learning
tools in the form of learning implementation plans (RPP) and student activity sheets (LKS) based on
discovery learning oriented to the ability to understand mathematical concepts and self-efficacy. This
type of research is development research referring to the ADDIE model (analysis, design, development,
implementation, and evaluation). The test subjects were 30 class VIII F SMP ARNOLDUS Labuan Bajo.
The research instruments included validation sheets, practicality assessment sheets, student response
questionnaires, learning observation sheets, concept comprehension ability test questions, and
questionnaire self-efficacy. This study produced lesson plans and worksheets with the following
characteristics: (1) learning activities refer to the characteristics of discovery learning namely active
learning, (2) refers to steps of discovery learning, namely problem formulation, exploration, submission
of conjectures, verification, and confirmation, and (3) oriented to the ability to understand mathematical
concepts and self-efficacy. The developed learning tools meet the valid, practical, and effective criteria.

Keywords: discovery learning; ability to understand concepts; mathematics learning tools, opportunities,
self-efficacy.
This is an open access article under the Creative Commons Attribution 4.0 International License

| 51
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

PENDAHULUAN Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa


Pembelajaran matematika dimulai daya serap materi peluang siswa SMP
dari konsep yang sederhana hingga sejak tahun 2015 hingga tahun 2019
kompleks dan harus diarahkan pada masih tidak stabil.
pemahaman konsep (Yuliani & Saragih, Model discovery learning
2015). Nurjanah et al. (2021) merupakan salah satu model
mengemukakan bahwa memahami pembelajaran yang dapat membantu
konsep merupakan dasar berpikir yang siswa membangun pemahaman konsep
penting untuk memecahkan masalah matematika. Sebagaimana diungkapkan
matematika. Namun pada kenyataannya Hosnan (2014), dalam pembelajaran
banyak siswa yang kesulitan disebabkan berbasis discovery learning siswa
lemahnya konsep dasar (Yuliani & didorong belajar melalui keterlibatan
Saragih, 2015). Minarni et al. (2016) aktif dengan konsep dalam
mengungkapkan bahwa kemampuan memecahkan masalah. Berdasarkan
pemahaman konsep matematis siswa penelitian Yuliani & Saragih (2015),
SMP Negeri di Sumatera Utara penggunaan model discovery learning
berkategori rendah. Putri et al. (2018) dapat meningkatkan kemampuan siswa
juga mengungkapkan bahwa memahami konsep. Temuan serupa juga
kemampuan pemahaman konsep terdapat dalam penelitian Sinambela et
matematis siswa SMP di Kabupaten al. (2018), siswa di kelas yang
Bandung Barat berkategori rendah. menerapkan model discovery learning
Rendahnya kemampuan siswa memiliki kemampuan pemahaman
Indonesia dalam memahami konsep konsep matematis lebih baik daripada
juga terlihat pada studi PISA 2018, pembelajaran konvensional.
dimana Indonesia berada di posisi 72 Selain pemahaman konsep,
dari 78 negara peserta (OECD, 2016). terdapat ranah afektif berkaitan dengan
Salah satu materi matematika kemampuan memahami konsep
yang dipelajari di Sekolah Menengah matematika, yaitu self-efficacy. Menurut
Pertama (SMP) kelas VIII adalah McCoach et al. (2013: 11) self-efficacy
peluang. Materi peluang perlu dipahami adalah keyakinan individu tentang
dengan baik oleh siswa karena materi kemampuannya untuk berhasil
ini menjadi salah satu materi yang juga mengerjakan tugas tertentu. Syarafina &
diujikan pada Asesmen Nasional (AN). Mahmudi (2019: 1) mendefinisikan
Namun pada kenyataannya, tingkat self-efficacy sebagai keyakinan individu
pemahaman siswa terhadap materi terhadap kemampuannya untuk
peluang masih belum optimal. Tabel 1 menyelesaikan tugas, menetapkan
berikut menyajikan data persentase daya tujuan, dan mencapai hasil yang telah
serap materi peluang siswa SMP pada ditetapkan sebelumnya.
rentang tahun 2015-2019. Amir & Risnawati (2016)
mengungkapkan seringkali siswa tidak
Tabel 1. Persentase Daya Serap Materi mampu menunjukan prestasi akademik
Peluang Siswa SMP 2015-2019 terbaik berdasarkan kemampuannya
Tahun dikarenakan mereka tidak yakin dapat
2015 2016 2017 2018 2019 menyelesaikan tugas yang diberikan.
56,25 49,47 55,23 31,32 54,56 Hakasinawati et al. (2017) menemukan
Sumber: Puspendik (2015, 2016, 2017, bahwa self-efficacy berpengaruh
2018, 2019) terhadap kemampuan pemahaman

52|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

konsep matematika. Hal senada juga dan tuntunan untuk membimbing siswa
disampaikan Destiniar et al. (2019), (Prastowo, 2013: 204).
siswa dengan self-efficacy tinggi lebih Sebelumnya ada beberapa
baik dalam memahami konsep pengembangan perangkat pembelajaran,
matematika dibandingkan siswa dengan yaitu Yuliani & Saragih (2015) yang
tingkat self-efficacy sedang. mengembangkan RPP dan LKS
Berdasarkan laporan TIMSS (OECD, menggunakan model guided discovery.
2016), tingkat self-efficacy matematika Kamaluddin (2019) juga menggunakan
siswa Indonesia hanya . Persentase model discovery learning dalam
ini lebih rendah dari rata-rata self- mengembangkan RPP dan LKS.
efficacy matematika internasional yaitu Namun, kedua pengembangan tersebut
. Selain itu, Daud et al. (2020) tidak diorientasikan pada self-efficacy
menemukan siswa Indonesia siswa. Selain itu, terdapat penelitian
memiliki tingkat self-efficacy sedang. Megawati (2016) yang mengembangkan
Berdasarkan penelitian Simamora RPP dan LKS berbasis discovery
et al. (2019), ditemukan bahwa self- learning berorientasi self-efficacy dan
efficacy siswa meningkat setelah prestasi belajar siswa. Namun,
menggunakan model discovery perangkat pembelajaran tersebut tidak
learning. Hal serupa juga ditemukan berorientasi pada kemampuan
Syarafina & Mahmudi (2019), bahwa pemahaman konsep matematis.
self-efficacy siswa meningkat setelah Berdasarkan latar belakang
digunakannya model discovery learning tersebut, peneliti tertarik untuk
dalam kegiatan pembelajaran. Model mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran ini melatih siswa pembelajaran (RPP) dan lembar
membuat penilaian, keputusan, dan kegiatan siswa (LKS) materi peluang
tindakan, sehingga siswa dapat berbasis discovery learning yang
membangun keyakinan diri terhadap diorientasikan pada kemampuan
kemampuannya dalam memecahkan pemahaman konsep dan self-efficacy
masalah matematika. siswa.
Pemahaman konsep dan self-
efficacy siswa dapat dioptimalkan METODE PENELITIAN
dengan merencanakan dan menyusun Penelitian ini merupakan
dengan baik perangkat pembelajaran penelitian pengembangan yang
yang akan digunakan. Namun pada bertujuan untuk menghasilkan RPP dan
kenyataannya masih banyak guru yang LKS matematika materi peluang kelas
menggunakan perangkat pembelajaran VIII berbasis discovery learning, serta
yang diunduh dari internet. Hal ini juga untuk mengetahui kevalidan,
sesuai dengan temuan Yulianto & kepraktisan, dan keefektifan. Prosedur
Jailani (2014: 128), bahwa dari 12 guru pengembangan menggunakan model
diperoleh mengadaptasi RPP ADDIE yang terdiri dari tahap analysis
yang dikembangkan MGMP, (analisis), design (perancangan), deve-
mengunduh dari internet, dan lopment (pengembangan), implement-
tidak menanggapi. Selain itu, tation (implementasi), dan evaluation
berdasarkan pengamatan peneliti (evaluasi).
ditemukan bahwa LKS yang digunakan Analisis adalah tahap pertama
hanya berisi ringkasan materi dan soal dalam proses pengembangan, yang
saja. LKS seharusnya berupa panduan meliputi analisis kebutuhan, materi, dan

| 53
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

karakteristik siswa. Selanjutnya adalah untuk penggunaan model discovery


tahap pengembangan, yang meliputi learning dalam kegiatan pembelajaran.
pengembangan materi, penyusunan Penelitian dilaksanakan pada bulan
produk, dan alat ukur kelayakan produk. april-mei tahun ajaran 2021/2022.
Tahap selanjutnya adalah Teknik pengumpulan data yang
pengembangan produk yang dilakukan digunakan yaitu teknik tes dan non-tes.
berdasarkan rancangan tahap Tes untuk mengukur kemampuan siswa
sebelumnya. Selanjutnya tahap dalam memahami konsep matematika.
implementasi perangkat pembelajaran Sedangkan teknik non-tes menggunakan
yang dikembangkan, dimana RPP lembar validasi, lembar penilaian guru
berbasis discovery learning digunakan dan siswa, lembar observasi kegiatan
sebagai panduan pembelajaran di kelas pembelajaran, dan angket self-efficacy.
dan LKS sebagai media penunjang.
Implementasi dilakukan untuk menguji Teknik Analisis Data
kepraktisan dan keefektifan perangkat 1. Analisis Data Kualitatif
pembelajaran yang dikembangkan. Data kualitatif penelitian ini yaitu
Tahap terakhir adalah evaluasi yang saran dan masukan dari validator,
didasarkan pada hasil implementasi. praktisi, dan siswa.
Pada tahap evaluasi dilakukan analisis 2. Analisis Data Kuantitatif
kepraktisan dan keefektifan. a. Analisis Kevalidan
Penelitian ini dilakukan di SMP Langkah-langkah yang dilakukan
ARNOLDUS Labuan Bajo pada kelas adalah sebagai berikut:
VIII F yang terdiri dari 30 siswa. 1) Merangkum skor penilaian validator.
Peneliti memilih Kelas VIII F sebagai 2) Mengubah skor yang didapatkan
subjek penelitian karena diamati bahwa, menjadi kategori penilaian kualitatif
dibandingkan dengan kelas VIII lainnya skala 5. Konversi diadaptasi dari
di SMP Arnoldus, kelas VIII F rumus Widoyoko (2017) yang
cenderung lebih aktif, sehingga cocok disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria penilaian skala lima


No. Rentang skor kuantitatif Kriteria kualitatif
1 ̅ Sangat Baik
2 ̅ ̅ Baik
3 ̅ ̅ Cukup Baik
4 ̅ ̅ Kurang Baik
5 ̅ Tidak Baik
Keterangan:
= Skor total penilaian yang diperoleh
̅ = Rata-rata skor ideal Skor maksimum ideal Skor minimum ideal
= Simpangan baku ideal Skor maksimum ideal Skor minimum ideal
Skor maksimum ideal ∑
Skor minimum ideal ∑ (dengan harapan skor
terendah diperoleh adalah 2)

54|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

Berdasarkan Tabel 2, kemudian skor maksimal dan minimal ideal, rata-


dibuat kategori kevalidan perangkat rata skor ideal, dan simpangan baku
pembelajaran yang ditunjukkan pada ideal untuk kevalidan produk yang
Tabel 4, dengan terlebih dahulu disajikan pada Tabel 3.
merekap data banyaknya item penilaian,

Tabel 3. Rekap skor minimum ideal, maksimum ideal, rerata ideal, dan simpangan baku
ideal kevalidan perangkat pembelajaran
Perangkat Pembelajaran Banyak Item ̅
RPP 36 180 72 126 18
LKS 32 160 64 112 16

Tabel 4. Kategori kevalidan produk pengembangan


Interval
Kategori
RPP LKS
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Keterangan: = Total skor penilaian validator

3) Berdasarkan Tabel 4, perangkat b) Mengkonversi skor penilaian guru ke


pembelajaran dinyatakan valid jika dalam kategori penilaian kualitatif
validator memberikan kesimpulan skala 5 dengan mengacu Tabel 2
bahwa perangkat pembelajaran layak yang disajikan pada Tabel 6, dengan
digunakan dan skor yang diberikan terlebih dahulu merekap data
minimal mencapai kategori “baik”. banyaknya item penilaian, skor
maksimal, dan minimal ideal, rata-
b. Analisis Kepraktisan rata skor ideal, dan simpangan baku
1) Penilaian Kepraktisan oleh Guru ideal untuk kevalidan produk yang
Langkah-langkah yang dilakukan disajikan pada Tabel 5.
adalah sebagai berikut:
a) Merangkum skor penilaian guru.

Tabel 5. Rekap Skor Minimum Ideal, Maksimum Ideal, Rerata Ideal, dan Simpangan
Baku Ideal Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Penilaian Guru
Aspek Banyak Item ̅
RPP 8 40 16
LKS 11 55 22
Pelaksanaan
7 35 14
Pembelajaran
Keseluruhan 26 130 52

| 55
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

Tabel 6. Kategori Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Lembar Penilaian


Guru
Interval
Kategori
RPP LKS Pelaksanaan Keseluruhan
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Keterangan: = Total skor penilaian guru

c) Menganalisis kepraktisan produk b) Mengkonversi skor penilaian siswa


berdasarkan Tabel 6. Perangkat ke dalam kategori penilaian kualitatif
pembelajaran dinyatakan praktis jika skala 5 dengan mengacu pada Tabel
skor yang diberikan guru minimal 2 dan disajikan pada Tabel 8, dengan
mencapai kategori “baik”. terlebih dahulu merekap data
d) banyaknya item penilaian, skor
2) Penilaian Kepraktisan oleh Siswa maksimal dan minimal ideal, rata-
Langkah-langkah yang dilakukan rata skor ideal, dan simpangan baku
adalah sebagai berikut: ideal untuk kevalidan produk yang
a) Merangkum skor penilaian siswa disajikan pada Tabel 3.

Tabel 7. Rekap skor minimum ideal, maksimum ideal, rerata ideal, dan simpangan baku
ideal kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan penilaian siswa
Aspek Banyak Item ̅
Kepraktisan 15 75 30

Tabel 8. Kategori kepraktisan 3) Lembar Observasi


berdasarkan lembar penilaian siswa Keterlaksanaan Pembelajaran
Interval Kategori Langkah-langkah yang dilakukan
Sangat Baik adalah sebagai berikut:
Baik a) Merangkum skor keterlaksanaan
Cukup Baik kegiatan pembelajaran.
Kurang Baik b) Menghitung persentase
Tidak Baik keterlaksanaan kegiatan
Keterangan: = Total skor penilaian pembelajaran dengan rumus berikut:
siswa
(1)
c) Menganalisis kepraktisan produk Keterangan:
berdasarkan Tabel 8. Perangkat PK = Persentase keterlaksanaan
pembelajaran dikatakan praktis jika kegiatan pembelajaran
rata-rata skor yang diberikan siswa bbt = Banyak kegiatan yang
minimal mencapai kategori “baik”. terlaksana
bta = Banyak kegiatan yang
diamati.

56|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

c) Menganalisis kepraktisan perangkat c) Gain Ternormalisasi


pembelajaran. Perangkat pembela- Peningkatan skor pretest dan
jaran dikatakan praktis jika lebih dari posttest kemampuan pemahaman
kegiatan pembelajaran konsep matematis dideskripsikan
terlaksana. dengan uji gain ternormalisasi (n-gain)
dengan skor ideal adalah 100. Setelah
c. Analisis Keefektifan diperoleh nilai n-gain kemudian
Keefektifan perangkat diinterpretasikan sesuai dengan Tabel 9.
pembelajaran diketahui dengan
menganalisis data hasil tes pemahaman (1)
konsep matematis dan angket self-
efficacy siswa. Tabel 9. Interpretasi n-gain
1) Tes Pemahaman Konsep
n-gain (g) Klasifikasi
Matematis
Tinggi
Data pemahaman konsep
Sedang
matematis siswa diperoleh dengan
Rendah
menggunakan soal sebanyak 4 nomor.
Keefektifan hasil tes kemampuan
Berdasarkan Tabel 9, perangkat
pemahaman konsep matematis
pembelajaran efektif jika kemampuan
diperoleh dari 3 kriteria, yaitu:
pemahaman konsep matematis siswa
a) Persentase siswa yang tuntas
meningkat jika nilai n-gain memenuhi
Siswa dianggap tuntas jika nilai
kriteria sedang atau tinggi.
yang diperoleh mencapai skor 72 (KKM
sekolah). Adapun perhitungan persen-
2) Angket Self-efficacy
tase ketuntasan siswa menggunakan
Data self-efficacy diperoleh
rumus 2. Perangkat pembelajaran
dengan menggunakan angket yang
efektif jika persentase ketuntasan siswa
terdiri dari 20 pernyataan dengan 5
lebih dari atau sama dengan .
kategori respon. Penskoran untuk
(2) angket self-efficacy siswa terhadap
proses dalam penelitian ini memiliki
Keterangan: rentang skor antara – . Perangkat
= Persentase klasikal pembelajaran yang dikembangkan
ketuntasan belajar siswa efektif jika hasil angket self-efficacy
= Banyaknya siswa yang tuntas siswa memenuhi kriteria berikut:
= Banyaknya siswa yang a) Minimal siswa mencapai self-
mengikuti tes efficacy tinggi atau sangat tinggi.
Klasifikasi hasil angket self-efficacy
b) Peningkatan kemampuan disajikan pada Tabel 10.
pemahaman konsep
Terdapat peningkatan rata-rata Tabel 10. Klasifikasi hasil angket
skor tes kemampuan pemahaman self-efficacy siswa
konsep matematis siswa sebelum dan Skor (X) Kategori
sesudah pembelajaran dengan Sangat Tinggi
menggunakan perangkat pembelajaran Tinggi
yang dikembangkan. Sedang
Kurang
Rendah

| 57
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

b) Terdapat peningkatan rata-rata skor tabel 9. Perangkat pembelajaran yang


sebelum dan sesudah pembelajaran dikembangkan efektif jika self-efficacy
dengan menggunakan perangkat meningkat dengan klasifikasi Gain
pembelajaran yang dikembangkan. Ternormalisasinya sedang atau tinggi
c) Gain Ternormalisasi .
Peningkatan skor pretest dan
posttest angket self-efficacy HASIL DAN PEMBAHASAN
dideskripsikan menggunakan uji gain Validitas Perangkat Pembelajaran
ternormalisasi dengan perhitungan Validasi ahli dilakukan dengan
berikut. tujuan untuk menilai validitas perangkat
pembelajaran. Validasi ahli dilakukan
(4)
oleh dua orang dosen ahli dari program
Keterangan: studi magister pendidikan matematika
Skor ideal angket self-efficacy . UNY. Dua dosen ahli menilai validitas
Skor ideal angket self-efficacy dalam produk yang dikembangkan, serta
penelitian ini adalah 100. Skor ideal memberikan saran dan masukan kepada
angket self-efficacy diperoleh dari hasil peneliti untuk menyempurnakan
perkalian antara banyaknya pernyataan perangkat pembelajaran yang
angket yaitu 20 dan poin maksimal dikembangkan sebelum diujicobakan di
yang dapat diperoleh untuk setiap sekolah. Rangkuman hasil validasi ahli
pernyataannya yaitu 5. Sehingga disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan
diperoleh skor ideal angket self-efficacy Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa
adalah 100. Interpretasi perhitungan kelayakan perangkat pembelajaran yang
gain ternormalisasi dapat dilihat pada dikembangkan memenuhi kriteria valid.

Tabel 11. Rangkuman data hasil validasi terhadap perangkat pembelajaran


RPP LKS
Validator 1 Validator 2 Validator 1 Validator 2
Skor 171 154 153 137
Total 325 290
Rata-Rata 162,5 145
Kategori Sangat Baik Sangat Baik

Kepraktisan Perangkat mengisi lembar penilaian kepraktisan


Pembelajaran perangkat pembelajaran, guru
Penilaian guru, angket respon mengevaluasi RPP dan LKS. Evaluasi
siswa, dan lembar observasi ini dilakukan oleh guru matematika
pelaksanaan pembelajaran semuanya kelas VIII SMP Arnoldus Labuan Bajo.
menghasilkan data tentang kepraktisan Tabel 12 menyajikan rangkuman hasil
perangkat pembelajaran. Dengan penilaian guru.

Tabel 12. Rangkuman data hasil penilaian guru terhadap perangkat pembelajaran
Aspek Penilaian Skor Kategori
RPP 39 Sangat Baik
LKS 50 Sangat Baik
Pelaksanaan Pembelajaran 32 Sangat Baik
Total 121 Sangat Baik

58|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

Berdasarkan Tabel 12 dan bahwa LKS yang dikembangkan


berpedoman pada Tabel 6, diperoleh memenuhi kriteria praktis.
bahwa penilaian guru terhadap
perangkat pembelajaran memiliki Tabel 13. Rangkuman data hasil angket
kriteria sangat baik. Oleh karena itu, respon siswa terhadap LKS
dapat disimpulkan bahwa perangkat Banyak Total
Rata-
pembelajaran yang dikembangkan Produk rata Kategori
Siwa Skor
Skor
memenuhi kriteria praktis. LKS 30 1.759 58,63 Baik
Selain penilaian dari guru, aspek
kepraktisan perangkat pembelajaran Penilaian aspek kepraktisan
juga diperoleh dari siswa melalui perangkat pembelajaran yang
angket. 30 siswa yang menggunakan dikembangkan juga diperoleh dari hasil
perangkat pembelajaran (LKS) observasi keterlaksanaan pembelajaran
memberikan penilaian. Rangkuman dengan menggunakan lembar observasi.
hasil angket disajikan pada Tabel 13. Observasi kegiatan pembelajaran ini
Adapun berdasarkan Tabel 13, berlangsung dalam tiga pertemuan.
diketahui bahwa penilaian siswa Rangkuman hasil observasi
terhadap LKS mencapai kriteria baik. keterlaksanaan pembelajaran disajikan
Oleh karena itu, dapat disimpulkan pada Tabel 14.

Tabel 14. Rangkuman hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran


Persentase Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Ke-
Kegiatan Guru Kegiatan Siwa
I
II
II
Rata-rata . .
Rata-rata Keseluruhan .

Berdasarkan Tabel 14 diperoleh nilai siswa lebih dari atau sama


persentase rata-rata keterlaksanaan dengan 72 (KKM sekolah), terdapat
pembelajaran ditinjau dari kegiatan guru peningkatan rata-rata skor tes
dan siswa adalah . Oleh karena kemampuan pemahaman konsep
itu, dapat disimpulkan bahwa perangkat matematis siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran yang dikembangkan menggunakan perangkat pembelajaran
memenuhi kriteria praktis (persentase yang dikembangkan, dan kemampuan
keterlaksanaan pembelajaran ). pemahaman konsep matematis siswa
mengalami peningkatan dengan
Keefektifan Perangkat Pembelajaran klasifikasi Gain Ternormalisasinya
Perangkat pembelajaran dikatakan sedang atau tinggi . Tabel 15
efektif ditinjau dari kemampuan merangkum hasil tes kemampuan
pemahaman konsep matematis jika pemahaman konsep matematika siswa.
memenuhi tiga kriteria, yaitu minimal

| 59
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

Tabel 15. Rekapitulasi hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa saat
pretest dan posttest
Hasil Pretest Hasil Posttest
Kategori
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Siswa tidak mencapai KKM 24 5
Siswa mencapai KKM 6 25
Rata-rata Skor
Gain Ternormalisasi

Berdasarkan Tabel 15 diperoleh berada pada kategori sedang ( ).


persentase siswa yang tuntas pada hasil Berdasarkan temuan tersebut, tampak
posttest kemampuan pemahaman bahwa perangkat pembelajaran yang
konsep matematis lebih dari . digunakan efektif membantu siswa
Kemudian kemampuan pemahaman dalam memahami konsep matematika.
konsep matematis siswa menunjukkan Perangkat pembelajaran efektif
adanya peningkatan setelah ditinjau dari self-efficacy siswa jika
menggunakan perangkat pembelajaran memenuhi tiga kriteria, yaitu banyaknya
yang dikembangkan peneliti. Hal ini siswa dengan self-efficacy minimal
terlihat dari rata-rata skor kemampuan berkategori tinggi , terdapat
pemahaman konsep matematis saat peningkatan rata-rata skor angket self-
posttest yang lebih tinggi jika efficacy siswa sebelum dan sesudah
dibandingkan dengan saat pretest. Skor menggunakan perangkat pembelajaran
gain ternormalisasi diperoleh dari: yang dikembangkan, dan indikasi Gain
Ternormalisasi peningkatan self-
(2) efficacy pada kategori sedang atau
sehingga diperoleh skor gain tinggi . Tabel 16 merangkum
ternormalisasinya adalah dan hasil angket self-efficacy siswa.

Tabel 16. Rekapitulasi hasil angket self-efficacy siswa sebelum dan sesudah
menggunakan perangkat pembelajaran
Hasil Angket Self- Hasil Angket Self-
Skor (X) Kategori efficacy Sebelum efficacy Sesudah
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Sangat Tinggi 0 2
Tinggi 0 22
Sedang 5 6
Kurang 10 0
Rendah 15 0
Rata-rata Skor
Gain Ternormalisasi

Berdasarkan Tabel 16 diperoleh dari 75%. Kemudian setelah


persentase siswa dengan self-efficacy menggunakan perangkat pembelajaran
tinggi dan sangat tinggi setelah yang dikembangkan peneliti, self-
menggunakan perangkat pembelajaran efficacy siswa meningkat. Hal ini
yang dikembangkan peneliti yaitu lebih terlihat dari rata-rata skor angket self-

60|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

efficacy siswa yang lebih tinggi saat peneliti juga diperoleh dari hasil
setelah menggunakan perangkat penilaian siswa melalui angket respon
pembelajaran yang dikembangkan siswa terhadap LKS dengan rata-rata
peneliti jika dibandingkan dengan rata- skor penilaian yang diberikan siswa
rata skor angket self-efficacy sebelum terhadap LKS yaitu masuk ke
menggunakan perangkat pembelajaran kategori baik, sehingga perangkat
yang dikembangkan peneliti. Skor gain pembelajaran yang dikembangkan
ternormalisasi yang diperoleh adalah peneliti dapat dikatakan praktis. Selain
dan berada pada kategori sedang itu, kepraktisan perangkat pembelajaran
( ). Hasil ini menunjukkan peneliti juga diperoleh dari hasil
bahwa perangkat pembelajaran yang observasi keterlaksanaan kegiatan
dikembangkan peneliti efektif pembelajaran. Berdasarkan observasi
memfasilitasi self-efficacy siswa. keterlaksanaan kegiatan pembelajaran
Berdasarkan hasil validasi ahli di setiap pertemuan, diperoleh bahwa
dan uji coba lapangan yang telah keterlaksanaan kegiatan pembelajaran-
dilakukan peneliti di SMP Arnoldus nya selalu , sehingga perangkat
Labuan Bajo, disimpulkan bahwa pembelajaran yang dikembangkan dapat
perangkat pembelajaran yang dikatakan praktis. Perangkat
dikembangkan dalam penelitian ini pembelajaran yang telah memenuhi
layak digunakan karena telah memenuhi kriteria praktis, artinya guru dan siswa
kriteria valid, praktis, dan efektif. dapat dengan mudah menggunakannya.
Hasil validasi ahli menunjukkan Perangkat pembelajaran yang
bahwa RPP dan LKS berada pada dikembangkan peneliti memenuhi
kategori sangat baik. Hasil ini kriteria efektif. Hal ini didasarkan pada
menunjukkan bahwa perangkat hasil tes kemampuan pemahaman
pembelajaran matematika SMP berbasis konsep matematis dan hasil angket self-
discovery learning berorientasi pada efficacy siswa. Perangkat pembelajaran
kemampuan pemahaman konsep memenuhi kriteria efektif, artinya
matematis dan self-efficacy siswa kelas kegiatan pembelajaran dalam perangkat
VIII pada materi peluang yang pembelajaran tersebut diapresiasi siswa
dikembangkan peneliti memenuhi dan pembelajarannya tepat sasaran.
kriteria valid. Produk perangkat Keefektifan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan pembelajaran berdasarkan hasil tes
memenuhi kriteria valid, sehingga layak kemampuan pemahaman konsep
untuk digunakan pada proses matematis memenuhi tiga kriteria yang
pembelajaran materi peluang kelas VIII. ditetapkan, yaitu persentase siswa yang
Kepraktisan perangkat tuntas pada hasil posttest kemampuan
pembelajaran peneliti diperoleh dari pemahaman konsep matematis lebih
penilaian guru. Komponen yang dinilai dari , rata-rata skor kemampuan
dalam RPP meliputi tiga aspek, yaitu: pemahaman konsep matematis saat
penyajian RPP, penyajian LKS, dan posttest lebih tinggi jika dibandingkan
pelaksanaan pembelajaran. Total skor dengan rata-rata skor saat pretest, dan
penilaian guru yaitu 121 masuk ke klasifikasi peningkatan berdasarkan
kategori sangat baik, maka perangkat skor gain ternormalisasinya berada
pembelajaran yang dikembangkan pada kategori sedang ( ).
peneliti dapat dikatakan praktis.
Kepraktisan perangkat pembelajaran

| 61
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

Tabel 17. Analisis hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis per indikator
Skor Total
Banyak Skor Total
No Indikator Perolehan Siwa
Pertanyaan Maksimal
Pretest Posttest
1 Menyatakan ulang suatu
konsep matematis terkait
peluang
2 Memberikan contoh dan bukan
contoh dari suatu konsep
terkait peluang
3 Menggunakan konsep peluang
untuk menyelesaikan suatu
masalah kontekstual
Jumlah Skor

Berdasarkan Tabel 17, pada penelitiannya yang mengungkapkan


umumnya kemampuan pemahaman bahwa setiap tahapan model discovery
konsep siswa terhadap materi peluang learning telah memberikan kontribusi
masih belum optimal. Sedangkan yang signifikan terhadap kemampuan
berdasarkan hasil pekerjaan siswa saat pemahaman konsep matematika siswa.
posttest diperoleh bahwa kemampuan Tingginya tingkat pemahaman konsep
pemahaman konsep siswa sudah lebih matematis siswa dengan model
baik. Selain itu, diperoleh skor discovery learning dikarenakan
kemampuan siswa untuk menyatakan pembelajaran dilakukan dengan mencari
ulang suatu konsep matematis terkait konsep sendiri oleh siswa, sehingga
peluang meningkat sebesar 134 poin, pembelajaran lebih berkesan dan
memberikan contoh dan bukan contoh dipahami lebih mendalam. Kegiatan
dari suatu konsep terkait peluang pembelajaran dengan menggunakan
meningkat sebesar 25 poin, dan model discovery learning memberikan
menggunakan konsep peluang untuk kemudahan kepada siswa untuk
menyelesaikan suatu masalah menemukan solusi yang mungkin
kontekstual meningkat sebesar 46 poin. dengan menggunakan keterampilan
Karena tahapan-tahapan dalam matematika mereka (Hendrik &
model discovery learning cocok untuk Minarni, 2017: 418).
mengembangkan kemampuan Sedangkan keefektifan perangkat
pemahaman konsep matematika siswa, pembelajaran berdasarkan hasil angket
maka perangkat pembelajaran yang self-efficacy juga memenuhi ketiga
dikembangkan efektif dalam hal kriteria yang ditetapkan, yaitu
pemahaman konsep matematika. persentase siswa yang memiliki self-
Sebagaimana yang diungkapkan efficacy tinggi dan sangat tinggi pada
Hosnan (2014), dalam pembelajaran hasil angket setelah menggunakan
berbasis discovery learning, siswa perangkat pembelajaran yang
didorong untuk belajar melalui dikembangkan peneliti lebih dari ,
partisipasi aktif mereka sendiri dengan rata-rata skor angket saat setelah
konsep dalam memecahkan masalah. menggunakan perangkat pembelajaran
Selain itu, berdasarkan temuan yang dikembangkan peneliti lebih tinggi
Sinambela et al. (2018: 1676) dalam jika dibandingkan dengan rata-rata skor

62|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

angket saat sebelum menggunakan peningkatan self-efficacy berada pada


perangkat pembelajaran yang kategori sedang ( ).
dikembangkan, dan klasifikasi

Tabel 18. Analisis hasil angket self-efficacy per indikator


Skor Total
Banyak Skor Total
No Indikator Perolehan Siwa
Pernyataan Maksimal
Awal Akhir
1 Keyakinan akan kemampuan
memahami materi matematika
2 Keyakinan akan kemampuan
menyelesaikan tugas atau
masalah matematika
3 Keyakinan berhasil mencapai
tujuan dalam pembelajaran
matematika
4 Keyakinan akan ketahanan dan
keuletan dalam menyelesaikan
masalah matematika
Jumlah Skor

Berdasarkan Tabel 18, tingkat setelah digunakannya model discovery


self-efficacy awal siswa berada pada learning dalam kegiatan pembelajaran.
kategori kurang dengan rata-rata skor Model pembelajaran ini melatih siswa
52,63. Sedangkan berdasarkan hasil untuk membuat penilaian, keputusan,
angket self-efficacy akhir diperoleh dan tindakan, sehingga siswa dapat
tingkat self-efficacy siswa berada pada membangun kepercayaan diri terhadap
kategori tinggi dengan rata-rata skor kemampuannya dalam memecahkan
80,17. Selain itu, diperoleh skor pada masalah matematika. Arahan yang
indikator keyakinan akan kemampuan diberikan dalam model pembelajaran ini
memahami materi matematika juga disesuaikan dengan kemampuan
meningkat sebesar 236 poin, keyakinan masing-masing siswa, sehingga
akan kemampuan menyelesaikan tugas kemampuan dan self-efficacy setiap
atau masalah matematika meningkat orang dapat dikembangkan semaksimal
sebesar 199 poin, keyakinan berhasil mungkin.
mencapai tujuan dalam pembelajaran
matematika meningkat sebesar 150 Keterbatasan Penelitian
poin, dan keyakinan akan ketahanan dan Beberapa keterbatasan penelitian
keuletan dalam menyelesaikan masalah yang dialami peneliti dalam
matematika meningkat sebesar 241 pengembangan perangkat pembelajaran
poin. ialah: 1) Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang diujicobakan di satu sekolah dengan
dikembangan efektif dilihat dari self- hanya satu kelas uji coba; 2)
efficacy siswa. Hal tersebut juga sesuai Implementasi perangkat pembelajaran
dengan penelitian Syarafina & dilakukan menjelang akhir semester
Mahmudi (2019) yang menunjukan genap, oleh karena banyak waktu
bahwa self-efficacy siswa meningkat berkurang untuk kegiatan–kegiatan

| 63
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

sekolah, seperti persiapan reakreditasi pembelajaran yang dihasilkan layak


sekolah, pengolahan nilai hasil ujian digunakan karena memenuhi kriteria
akhir kelas IX, dan juga persiapan valid, praktis, dan efektif; 2) Perangkat
penilaian akhir semester (PAS) bagi pembelajaran ini cocok untuk
kelas VII dan VIII; 3) Latihan soal yang mengembangkan kemampuan
diberikan pada LKS terbatas pemahaman konsep matematis dan self-
dikarenakan waktu pembelajaran lebih efficacy siswa; 3) Saat guru
banyak digunakan pada bagian kegiatan membagikan LKS kepada siswa,
eksplorasi, pengajuan dugaan, dan pastikan siswa benar-benar memahami
verifikasi; 4) Beberapa siswa lupa instruksi penggunaan LKS tersebut.
membawa handphone. Selain itu, Oleh karena itu, guru harus
beberapa siswa juga lupa untuk mengkomunikasikan instruksi dengan
menginstal aplikasi Dice Thrower & jelas dan memberikan kesempatan
Coin Flipper, sehingga membuat kepada siswa untuk bertanya terkait
kegiatan eksplorasi menjadi sedikit dengan pengerjaan LKS tersebut; dan
terhambat. 4) Pengaturan waktu dalam kegiatan
pembelajaran harus dilakukan dengan
KESIMPULAN DAN SARAN perhitungan yang baik agar kegiatan
Perangkat pembelajaran pembelajaran tidak hanya difokuskan
matematika yang dikembangkan pada kegiatan eksplorasi, tetapi juga
memiliki karakteristik yaitu: perlu diberikan kesempatan kepada
a) Kegiatan pembelajaran dalam RPP siswa agar dapat mengerjakan latihan
dan LKS dikembangkan sesuai dengan soal.
karakteristik discovery learning, yakni
pembelajaran aktif. Guru mendorong DAFTAR PUSTAKA
siswa untuk belajar melalui keterlibatan Amir, Z., & Risnawati. (2016).
aktif menemukan konsep peluang Psikologi Pembelajaran
melalui langkah-langkah discovery Matematika. Yogyakarta: Aswaja
learning; b) Kegiatan pembelajaran Pressindo.
dalam RPP dan LKS dirancang sesuai Daud, M., Sariakin, Yusrizal, Israwati,
dengan langkah-langkah discovery Imran, & Mutia, R. (2020). An
learning, yaitu perumusan masalah, Evaluation of Indonesian Students’
eksplorasi, pengajuan dugaan, Self-Confidence in Learning
verifikasi, dan konfirmasi; c) RPP dan Mathematics. Proceeding Book of
LKS yang dikembangkan berorientasi the 3rd. International Conference
pada kemampuan pemahaman konsep on Multidisciplinary Research,
matematis dan self-efficacy. 03(2), 58–64.
Perangkat pembelajaran https://ojs.serambimekkah.ac.id/IC
matematika berbasis discovery learning MR/article/view/2697/2144
pada materi peluang berorientasi pada Destiniar, Jumroh, & Sari, D. M.
kemampuan pemahaman konsep (2019). Kemampuan Pemahaman
matematis dan self-efficacy yang Konsep Matematis Ditinjau dari
dikembangkan memenuhi kriteria valid, Self-efficacy Siswa dan Model
praktis, dan efektif. Pembelajaran Think Pair Share
Beberapa saran pemanfaatan (TPS) di SMP Negeri 20
perangkat pembelajaran penelitian ini Palembang. Jurnal Pengabdian
sebagai berikut: 1) Perangkat Dan Pemberdayaan Masyarakat,

64|
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

12(1). Perangkat Pembelajaran Aljabar


https://jurnal.untirta.ac.id/index.ph SMP dengan Menggunakan
p/JPPM/article/view/4859 Metode Discovery Learning pada
Hakasinawati, Widada, W., & Hanifah. Self Efficacy dan Prestasi Belajar.
(2017). Pengaruh Keyakinan Diri, Universitas Negeri Yogyakarta.
Kemampuan Pemahaman Konsep, Minarni, A., Napitupulu, E. E., &
Motivasi Siswa Terhadap Husein, R. (2016). Mathematical
Kemampuan Pemecahan Masalah Understanding and Representation
Matematika (Studi Kausalitas di Ability of Public Junior High
MAN I Kota Bengkulu). Jurnal School in North Sumatra. Journal
Pendidikan Matematika Raflesia, on Mathematics Education, 7(1),
2(2), 161–173. 43–56.
https://ejournal.unib.ac.id/index.ph https://doi.org/10.22342/jme.7.1.28
p/jpmr/article/view/3968 16.43-56
Hendrik, & Minarni, A. (2017). The Nurjanah, Dahlan, J. A., & Wibisono,
Influence of Discovery Learning Y. (2021). The Effect of Hands-On
Model on Conceptual and Computer-Based Learning
Understanding and Self-Efficacy Activities on Conceptual
of Students at Vocational High Understanding and Mathematical
School. 2nd Annual International Reasoning. International Journal
Seminar on Transformative of Instruction, 14(1), 143–160.
Education and Educational https://doi.org/10.29333/iji.2021.1
Leadership (AISTEEL 2017), 104, 419a
415–418. OECD. (2016). PISA 2015 Results:
https://doi.org/10.2991/aisteel- Ready to Learn – Students’
17.2017.89 Engagement, Drive, and Self-
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Beliefs, Volume III. OECD
Saintifik dan Kontekstual dalam Publishing.
Pembelajaran Abad 21: Kunci Prastowo, A. (2013). Panduan Kreatif
Sukses Implementasi Kurikulum Membuat Bahan Ajar Inovatif:
2013. Bogor: Ghalia Indonesia. Menciptakan Metode
Kamaluddin, M. (2019). Pembelajaran yang Menarik dan
Pengembangan Perangkat Menyenangkan. Yogyakarta: Diva
Pembelajaran Matematika Press.
Berbasis Discovery Learning pada Putri, N. R., Nursyahban, E. A.,
Materi Segitiga dan Segiempat Kadarisma, G., & Rohaeti, E. E.
Berorientasi pada Kemampuan (2018). Analisis Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman Matematik Siswa
dan Generalisasi Matematis. SMP pada Materi Segitiga dan
Universitas Negeri Yogyakarta. Segiempat. Jurnal Pembelajaran
McCoach, D. B., Gable, R. K., & Matematika Inovatif, 1(2), 157–
Madura, J. P. (2013). Instrument 170.
development in the affective https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i3.
domain: School and Corporate 219-228
Application (3rd Edition). New Simamora, R. E., Saragih, S., &
York: Springer. Hasratuddin. (2019). Improving
Megawati, N. (2016). Pengembangan Students ’ Mathematical Problem

| 65
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 12, No. 1, 2023, 51-66 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v12i1.6370

Solving Ability and Self-Efficacy Pendidikan Matematika, 1(1),


through Guided Discovery 127–138.
Learning in Local Culture Context.
International Electronic Journal
Of Mathematics Education, 14(1),
61–72.
https://doi.org/10.12973/iejme/396
6
Sinambela, J. H., Napitupulu, E. E., &
Sinambela, L. (2018). The Effect
of Discovery Learning Model on
Students Mathematical
Understanding Concepts Ability of
Junior High School. American
Journal of Educational Research,
6(12), 1673–1677.
https://doi.org/10.12691/education-
6-12-13
Syarafina, D. N., & Mahmudi, A.
(2019). The effect of Guided
Discovery Learning on Student
Self-Efficacy. Journal of Physics:
Conference Series, 1–8.
https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1157/4/042095
Widoyoko, S. E. P. (2017). Evaluasi
Program Pembelajaran Panduan
Praktis bagi Pendidik dan Calon
Pendidik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Yuliani, K., & Saragih, S. (2015). The
Development of Learning Devices
Based Guided Discovery Model to
Improve Understanding Concept
and Critical Thinking
Mathematically Ability of Students
at Islamic Junior High School of
Medan. Journal of Education and
Practice, 6(24), 116–129.
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1
078880.pdf
Yulianto, Y., & Jailani, J. (2014).
Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Geometri SMP
Menggunakan Metode Penemuan
Terbimbing Pada Kelas VIII
Semester II. Jurnal Riset

66|

Anda mungkin juga menyukai