Oleh:
Bajora Operasi Simanjuntak1
Email: bajorasimanjuntak2602@gmail.com
Abstrak
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak. Salah satu
topik dalam matematika ialah relasi dan fungsi, yang mana materi ini termasuk cukup sulit
diajarkan kepada siswa. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran
yang dilakukan guru. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti berinisiatif untuk mengujikan sebuah model pembelajaran inovatif yaitu
contextual teaching and learning dengan dibandingkan model pembelajaran konvensional.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menguji dan mendeskripsikan pengaruh Model
Pembelajaran contextual teaching and learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di IX
SMP Negeri 2 Padang Sidempuan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode
korelasi. Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IX-A dan IX-B SMP Negeri 2 Padang
Sidempuan yang berjumlah 76 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa
angket dan tes kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Uji prasyarat
analisis meliputi uji normalitas data dan uji linieritas regresi. Uji hipotesis meliputiuji korelasi
Product Moment, dan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) gambaran
penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning di kelas IX SMP Negeri 2
Padang Sidempuan berada pada kategori baik dengan pencapaian nilai persentase sebesar 77,27.
2) hasil belajar siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 84,61 berada pada
kategori sangat baik dan kelas kontrol sebesar 74,61 berada pada kategori baik 3) hasil
perhitungan uji hipotesis nilai signifikansi 2 arah (t-tailed) 0.002 < 0.05,79) artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jadi dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning terbukti efektif dan
lebih baik dari pada penggunaan model konvensional pada pembelajaran matematika materi relasi
dan fungsi.
KataKunci: Contextual Teaching and Learning, Hasil Belajar Matematika, relasi dan fungsi
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh
melalui pengalaman individu yang bersangkutan. Pembelajaran mengkaji bagaimana
proses belajar yang berlaku. Dalam proses belajar tidak hanya melibatkan penguasaan
fakta dan konsep sesuatu bidang ilmu saja, tetapi juga melibatkan perasaan-perasaan yang
berkaitan dengan emosional. Pembelajaran memiliki makna yang lebih dalam untuk
mengungkapkan hakikat perencanaan pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan
siswa. Dari pembelajaran maka timbul sebagai hasil belajar siswa yaitu hasil dari suatu
pembelajaran yang dapat dicapai seseorang dari proses belajar mengajar, dengan terlebih
dahulu mengadakan evaluasi dan proses belajar yang dilakukan untuk memahami dari
pengertian belajar itu sendiri. Oleh sebab itu, guru mampu melihat siswa yang memahami
pelajaran dari murid dan yang tidak memahami pelajaran. Terlebih lagi dalam
pembelajaran matematika yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena
Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan. Menurut Susanto (2013)
matematika adalah ilmu yang disusun secara deduktif agar mendidik dan mengajarkan
i
anak berpikir logis yang berisikan berbagai ide gagasan, dan aturan guna meningkatkan
kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika selama ini, dunia hanya dijadikan tempat
pengaplikasian konsep, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran
matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-
konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Siswa beranggapan matematika merupakan kemampuan
untuk menghitung, menghitung tidak cukup mengatasi masalah yang lebih kompleks
dalam kehidupan nyata (Utamai, 2018). Colwell and M. C. Enderson dalam Apni (2020)
Seseorang dikatakan melek matematika atau memiliki literasi matematika jika ia memiliki
kemampuan untuk merumuskan masalah atau memahami konsep matematika,
menggunakan penalaran dalam memecahkan masalah, mampu menghubungkan
kemampuan matematis dengan berbagai konteks, mampu mengomunikasikannya secara
matematis bahasa, dan mampu menginterpretasikan kemampuan matematika dalam
kehidupan sehari-hari dari berbagai konteks.
Salah satu keterampilan yang disurvei oleh PISA dalam matematika adalah
kemampuan literasi matematika. PISA menyatakan bahwa kemampuan literasi
matematika didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan,
menerapkan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan
untuk melakukan penalaran matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta
untuk menggambarkan, menjelaskan, atau memprediksi fenomena/acara. Masalah
kontekstual digunakan sebagai instrumen oleh PISA untuk mengukur kemampuan literasi
matematis siswa. Sehingga perlu adanya strategi atau pendekatan berdasarkan konteks
(Stacey, 2016).
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat
abstrak. karena matematika adalah ilmu yang disusun secara deduktif agar mendidik dan
mengajarkan anak berpikir logis. Karena matematika adalah ilmu yang berisikan berbagai
ide gagasan, dan aturan guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan logis. Untuk
memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sifat abstrak ini
menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika yang
berakibat rendahnya hasil belajar matematika siswa. Mudjiono (2006:20) mengatkan,
“Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi
terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak
pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa”. Sedangkan menurut
Suprijono (2009:5) mengatakan, “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Namun kenyataannya
sesuai dengan hasil survei Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) oleh The
International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) tahun
2015 prestasi siswa indonesia bidang matematika menempati peringkat ke-46 dari 51
negara dengan skor 397 (IEA, 2016). Indonesia termasuk negara kategori bawah dalam
pencapaian studi PISA meskipun terjadi peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Hasil
survei TIMSS dan PISA yang telah diulas dapat menunjukkan bahwa prestasi belajar
matematika siswa Indonesia tergolong rendah.
Sejalan dengan hasil survei yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas IX SMP
Negeri 2 Padang Sidempuan memiliki hasil yang tidak memuaskan dan ditunjukkan
dengan rata-rata hasil belajar siswa belum mencapai target sebesar 80%. Nilai KKM pada
mata pelajaran Matematika yaitu 75. Siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Matematika
hanya berjumlah 14 dan yang tidak tuntas berjumlah 23 siswa. Hal ini terjadi karena guru
masih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga akan menurun keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar Matematika siswa disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terlihat pada kurangnya motivasi belajar, siswa belum mampu
menguasai materi pelajaran, siswa belum memiliki minat belajar yang baik dan siswa
belum memiliki rasa percaya diri untuk mengajukan suatu pertayaan yang belum siswa
pahami. Faktor eksternal muncul dari pemilihan metode pembelajaran dan pendekatan
yang digunakan oleh guru. Guru lebih banyak mendominasi sebagian besar aktivitas
proses pembelajaran sehingga para siswa cenderung pasif, sarana dan prasarana sekolah
belum memadai untuk melaksanakan pembelajaran bagi siswa. Guru belum menggunakan
model pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan sebuah metode
pembelajaran yang tepat seperti halnya yang disampikan oleh Karim dkk., 2018). Salah
satu strategi pembelajaran yang inovatif adalah Contextual Teaching and Learning.
Khoiron & Sutadji (2016), Contextual Teaching and Learning adalah proses
pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan bahan ajar dengan situasi nyata dan
mendorong siswa untuk menyusun pendekatan ilmiah dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Yunianto (2014) Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen,
yaitu: (1) Konstruktivisme, merupakan landasan filosofis dalam pembelajaran kontekstual
yang berarti bahwa pengetahuan dibangun dan hasilnya diperluas melalui konteks
terbatas; (2) Inkuiri, hakikat pembelajaran kontekstual bahwa pengetahuan yang diperoleh
bukanlah hasil mengingat serangkaian fakta, tetapi hasil menemukan diri mereka sendiri;
(3) Menanyakan, bertanya adalah awal dari pengetahuan yang diperoleh. Bertanya
merupakan kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa; (4) Learning community,
sehingga hasil belajar diperoleh dari kerjasama dengan orang lain; (5) pemodelan,
membutuhkan model pembelajaran tertentu yang dapat ditiru oleh siswa. Dalam
Contextual Teaching and Learning guru tidak satu-satunya model, tetapi model tersebut
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. pada langkah (6) Refleksi, di akhir
pembelajaran diberi kesempatan untuk memikirkan kembali apa yang telah dipelajari; (7)
Penilaian otentik, prosesnya dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan data tentang
perkembangan belajar siswa.
Sesuai dengan hasil penelitian dari Putrianasari (2015) untuk menerapkan
pembelajaran matematika menggunakan Contextual Teaching and Learning dengan baik
dan lebih memperhatikan kondisi siswa yang memiliki motivasi tinggi maupun rendah
sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan pendapat Anggreni dkk
(2020) Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau dapat
membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran serta dapat membuat siswa
termotivasi sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti di SMP Negeri 2 Padang Sidempuan terkhusus kelas IX dengan
judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa di kelas IX SMP Negeri 2 Padang Sidempuan”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanaan di SMP Negeri 2 Padang Sidempuan pada semester
ganjil tahun ajaran 2022/2023. Sekolah tersebut beralamat di Jln. Ade Irma Suryani
Nasution No. 1 Padangsidimpuan, Ujung Padang, Kec. Padang Sidimpuan Selatan Kota
Padang Sidempuan Provinsi Sumatera Utara. Adapun alasan penulis memilih SMP
Negeri 2 Padang Sidempuan sebagai tempat penelitian karena belum ada yang mengkaji
masalah ini melalui sebuah penelitian. Disamping itu, masih ada siswa yang belum
mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang diharapkan pada materi tersebut.
sedangkan Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Menurut
Sugiyono (2013:107), “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuaan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan”.
metode eksperiman pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya perubahan penggunaan model CTL terhadap hasil belajar matematika siswa.
Kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model
CTL sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan metode konvensional. Untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada materi ajar dilakukan tes soal. Desain dalam
penelitian ini, menggunakan dua kelas sekaligus. Diantaranya kelas IX-A menggunakan
model pembelajaran CTL dan IX-B menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Skema model ini menurut Arikunto (2009:212) yaitu sebagai berikut:
O1 x O2
Gambar 1. Desain Penelitian
Keterangan:
O 1 = Siswa yang diberikan pre-tes sebelum perlakuan
O 2 = Siswa yang diberikan post-tes sesudah perlakuan
Populasi penelitian adalah keseluruhan himpunan yang lengkap yang
karakteristiknya diduga melalui statistik hasil analisis. Populasi yang diteliti dalam
penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas IX SMP Negeri 2 Padang Sidempuan yang
terdiri dari kelas IX-A sebanyak 39 siswa dan IX-B berjumlah 37 siswa. Jadi, Populasi
dalam penelitian ini kelas IX sebanyak 76 siswa. Maka sampel yang diteliti ada dua kelas
yaitu kelas IX-B menjadi kelas eksperimen dengan metode CTL dan IX-A yang menjadi
kelas kontrol dengan metode konvensional.
Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh data atau informasi yang
diperlukan dalam menguji hipotesis. Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang
digunakan untuk menjawab suatu permasalahan dalam penelitian. Instrumen yang baik
dalam suatu penelitian sangat penting sebab instrumen yang baik dapat menjamin
pengambilan data yang akurat. Menurut Arikunto (2010:101) yang menyatakan bahwa,
“Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam metode pengumpulan data.
Sugiyono (2013:133) mengatakan, “Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai
variabel yang diteliti”. Untuk itu, instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar
tes. Tes sebagai serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimilki
oleh individu atau kelompok.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis deskriptif dengan
bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang pengaruh Penggunaan model
pembelajaran CTL terhadap hasil belajar Matematika yang berupa mean, median, modus,
distribusi frekuensi dan histogram. Untuk menentukan gambaran keadaan masing-masing
variabel ditentukan berdasarkan kriteria penilaian. Adapun penilaian yang dimaksud
sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Penilaian
No Skor Penilaian
1 80 – 100 Sangat Baik
2 70 – 79 Baik
3 60 – 69 Cukup
4 50 – 59 Kurang Baik
5 0 – 49 Gagal
Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis ada tidaknya
pengaruh model pembelajaran CTL terhadap hasil belajar Matematika, maka penulis
menggunakan rumus uji “t” tes yaitu:
D
t=
√
( ∑ D )2
∑ D2−
N
N ( N −1)
Keterangan:
t = Koefisien t
D = Rerata dari nilai perbedaan (rerata dari D)
D = Perbedaan antara skor tes dengan skor tes akhir
D2 = Kuadrat dari D
N = Banyaknya Subjek Penelitian
Frekuensi
40
30
Frekuensi
20
10
0
80-100 70-79 60-69 50-59 0-49
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Postes Siswa Kelas Eksperimen
Untuk data postest kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 84,61.
berada pada kategori “sangat baik” dengan jumlah responden 39 siswa, sedangkan
nilai tengah (median) 85 berada pada kategori “sangat baik”, sedangkan nilai yang
sering muncul (modus) adalah 85 berada pada kategori “Sangat Baik” dan nilai
tertingginya (maximum) 100 serta nilai terendah (minimum) adalah 70 dengan jumlah
keseluruhan 3300. Selanjutnya pengolahan data pada kelas control dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi relasi dan fungsi dapat
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 7. lasifikasi Nilai Postes Kelas Kontrol
No Skor Frekuensi Persentase Penilaian
1 80 – 100 23 62,16 Sangat Baik
2 70 – 79 11 29,73 Baik
3 60 – 69 3 8,11 Cukup
4 50 – 59 0 0 Kurang Baik
5 0 – 49 0 0 Gagal
Jumlah 39 100
Dari tabel 4.8 di atas dapat di lihat bahwa frekuensi skor hasil belajar siswa
pada interval 80 - 100 terdapat 23 siswa (62,16%), interval 70 – 79 terdapat 11 siswa
(29,73%), interval 60-69 terdapat 3 siswa (8,11%), sedangkan 0-59 tidak ada siswa
yang memperoleh nilai di interval tersebut. Berdasarkan data tersebut, kecenderungan
data distribusi frekuensi hasil belajar berada pada interval 80-100 sebanyak 23 siswa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram berikut.
Frekuensi
25
20
15 Frekuensi
10
5
0
80-100 70-79 60-69 50-59 0-49
Gambar 2. Distribusi Frekuensi Postes Siswa Kelas Kontrol
Penggunaan model pembelajaran konvensional di kelas IX SMP Negeri 2
Padang Sidempuan untuk data postest kelas kontrol di peroleh rata-rata hasil belajar
siswa sebesar 78,64, sedangkan nilai tengah (median) adalah 80.00 berada pada
kategori “ sangat baik”, sedangkan nilai yang sering muncul (modus) adalah 80
berada pada kategori “sangat baik” dan nilai tertingginya (maximum) 100 serta nilai
terendah (minimum) adalah 600 dengan jumlah keseluruhan 2910.
Uji Prasyarat
Uji pra-syarat analisis dilakukan untuk menentukan langkah-langkah
berikutnya dalam menganalisis data khususnya untuk menentukan rumus yang
digunakan untuk menguji hipotesis. Uji prasyarat terdiri dari uji normalitas dan
homogenitas data. Untuk menguji suatu data yang sudah didapat lalu peneliti
melakukan uji normalitas data terhadap data hasil post-test yang sudah didapatkan.
Uji normalitas data menggunakan liliefors pada program SPSS 22. Setelah data
diproses menggunakan SPSS 22, diperoleh data normalitas hasil belajar siswa sebagai
berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data Nilai Hasil Belajar Siswa
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Kelas
.197 39 .001 .912 39 .005
_Bela Eksperimen
jar Kelas Kontrol .183 37 .003 .940 37 .047
a. Lilliefors Significance Correction
Data berdistribusi normal jika nilai signifikansi (sig.) pada kolom
Kolmogorov-Smirnova lebih dari 0,05. Pada tabel 4.1 di atas, signifikansi data nilai
hasil belajar kelas eksperimen sebesar 0,001 sedangkan signifikansi data nilai hasil
belajar kelas kontrol sebesar 0,003. Adapun instogram data tersebut dapat dilihat
dalam gambar 3 dan 4 berikut ini
Gambar 3. Histogram Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menarik beberapa
kesimpulan yang didasarkan pada hasil pengumpulan data. Adapun kesimpulan tersebut
adalah hasil belajar siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar
84,61 berada pada kategori sangat baik dan kelas kontrol sebesar 74,61 berada pada
kategori baik. Hasil perhitungan uji hipotesis nilai signifikansi 2 arah (t-tailed) 0.002 <
0.05,79) artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas
control pada IX SMP Negeri 2 Padang Sidempuan.
Referensi
Afni. N and Hartono (2020). Contextual teaching and learning (CTL) as a strategy to improve
students mathematical literacy. Journal of Physics: Conference Series.
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/1581/1/012043
Anggreni, W., Yensy., N.A., & Muchlis., E.E. (2020). Penerapan Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika. Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), 4 (2),
229 – 237
Arikunto, Suharsimi. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
K. Stacey, “The PISA View of Mathematical Literacy in Indonesia,” J. Math. Educ., vol.
2, no. 2, pp. 95–126, 2016.
Karim, A. A., Khalid, F., Nasir, M. K. M., Maat, S. M., Daud, M. Y., & Surat, S. (2018).
Enablers to Information Search and Use in Higher Learning. Creative Education,
9 (14), 2089-20100.
Khoiron, A. M., & Sutadji, E. (2016). Kontribusi Implementasi Pendidikan Karakter dan
Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir Kreatif serta Dampaknya pada
Kompetensi Kejuruan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP), 22 (2), 103-116