Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA


KELAS IX SMP NEGERI 2 PADANG SIDEMPUAN

Oleh:
Bajora Operasi Simanjuntak1
Email: bajorasimanjuntak2602@gmail.com

Abstrak

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak. Salah satu
topik dalam matematika ialah relasi dan fungsi, yang mana materi ini termasuk cukup sulit
diajarkan kepada siswa. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran
yang dilakukan guru. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti berinisiatif untuk mengujikan sebuah model pembelajaran inovatif yaitu
contextual teaching and learning dengan dibandingkan model pembelajaran konvensional.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menguji dan mendeskripsikan pengaruh Model
Pembelajaran contextual teaching and learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di IX
SMP Negeri 2 Padang Sidempuan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode
korelasi. Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IX-A dan IX-B SMP Negeri 2 Padang
Sidempuan yang berjumlah 76 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa
angket dan tes kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Uji prasyarat
analisis meliputi uji normalitas data dan uji linieritas regresi. Uji hipotesis meliputiuji korelasi
Product Moment, dan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) gambaran
penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning di kelas IX SMP Negeri 2
Padang Sidempuan berada pada kategori baik dengan pencapaian nilai persentase sebesar 77,27.
2) hasil belajar siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 84,61 berada pada
kategori sangat baik dan kelas kontrol sebesar 74,61 berada pada kategori baik 3) hasil
perhitungan uji hipotesis nilai signifikansi 2 arah (t-tailed) 0.002 <  0.05,79) artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jadi dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning terbukti efektif dan
lebih baik dari pada penggunaan model konvensional pada pembelajaran matematika materi relasi
dan fungsi.
KataKunci: Contextual Teaching and Learning, Hasil Belajar Matematika, relasi dan fungsi

PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh
melalui pengalaman individu yang bersangkutan. Pembelajaran mengkaji bagaimana
proses belajar yang berlaku. Dalam proses belajar tidak hanya melibatkan penguasaan
fakta dan konsep sesuatu bidang ilmu saja, tetapi juga melibatkan perasaan-perasaan yang
berkaitan dengan emosional. Pembelajaran memiliki makna yang lebih dalam untuk
mengungkapkan hakikat perencanaan pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan
siswa. Dari pembelajaran maka timbul sebagai hasil belajar siswa yaitu hasil dari suatu
pembelajaran yang dapat dicapai seseorang dari proses belajar mengajar, dengan terlebih
dahulu mengadakan evaluasi dan proses belajar yang dilakukan untuk memahami dari
pengertian belajar itu sendiri. Oleh sebab itu, guru mampu melihat siswa yang memahami
pelajaran dari murid dan yang tidak memahami pelajaran. Terlebih lagi dalam
pembelajaran matematika yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena
Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan. Menurut Susanto (2013)
matematika adalah ilmu yang disusun secara deduktif agar mendidik dan mengajarkan

i
anak berpikir logis yang berisikan berbagai ide gagasan, dan aturan guna meningkatkan
kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika selama ini, dunia hanya dijadikan tempat
pengaplikasian konsep, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran
matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-
konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Siswa beranggapan matematika merupakan kemampuan
untuk menghitung, menghitung tidak cukup mengatasi masalah yang lebih kompleks
dalam kehidupan nyata (Utamai, 2018). Colwell and M. C. Enderson dalam Apni (2020)
Seseorang dikatakan melek matematika atau memiliki literasi matematika jika ia memiliki
kemampuan untuk merumuskan masalah atau memahami konsep matematika,
menggunakan penalaran dalam memecahkan masalah, mampu menghubungkan
kemampuan matematis dengan berbagai konteks, mampu mengomunikasikannya secara
matematis bahasa, dan mampu menginterpretasikan kemampuan matematika dalam
kehidupan sehari-hari dari berbagai konteks.
Salah satu keterampilan yang disurvei oleh PISA dalam matematika adalah
kemampuan literasi matematika. PISA menyatakan bahwa kemampuan literasi
matematika didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan,
menerapkan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan
untuk melakukan penalaran matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta
untuk menggambarkan, menjelaskan, atau memprediksi fenomena/acara. Masalah
kontekstual digunakan sebagai instrumen oleh PISA untuk mengukur kemampuan literasi
matematis siswa. Sehingga perlu adanya strategi atau pendekatan berdasarkan konteks
(Stacey, 2016).
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat
abstrak. karena matematika adalah ilmu yang disusun secara deduktif agar mendidik dan
mengajarkan anak berpikir logis. Karena matematika adalah ilmu yang berisikan berbagai
ide gagasan, dan aturan guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan logis. Untuk
memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sifat abstrak ini
menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika yang
berakibat rendahnya hasil belajar matematika siswa. Mudjiono (2006:20) mengatkan,
“Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi
terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak
pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa”. Sedangkan menurut
Suprijono (2009:5) mengatakan, “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Namun kenyataannya
sesuai dengan hasil survei Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) oleh The
International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) tahun
2015 prestasi siswa indonesia bidang matematika menempati peringkat ke-46 dari 51
negara dengan skor 397 (IEA, 2016). Indonesia termasuk negara kategori bawah dalam
pencapaian studi PISA meskipun terjadi peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Hasil
survei TIMSS dan PISA yang telah diulas dapat menunjukkan bahwa prestasi belajar
matematika siswa Indonesia tergolong rendah.
Sejalan dengan hasil survei yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas IX SMP
Negeri 2 Padang Sidempuan memiliki hasil yang tidak memuaskan dan ditunjukkan
dengan rata-rata hasil belajar siswa belum mencapai target sebesar 80%. Nilai KKM pada
mata pelajaran Matematika yaitu 75. Siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Matematika
hanya berjumlah 14 dan yang tidak tuntas berjumlah 23 siswa. Hal ini terjadi karena guru
masih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga akan menurun keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar Matematika siswa disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terlihat pada kurangnya motivasi belajar, siswa belum mampu
menguasai materi pelajaran, siswa belum memiliki minat belajar yang baik dan siswa
belum memiliki rasa percaya diri untuk mengajukan suatu pertayaan yang belum siswa
pahami. Faktor eksternal muncul dari pemilihan metode pembelajaran dan pendekatan
yang digunakan oleh guru. Guru lebih banyak mendominasi sebagian besar aktivitas
proses pembelajaran sehingga para siswa cenderung pasif, sarana dan prasarana sekolah
belum memadai untuk melaksanakan pembelajaran bagi siswa. Guru belum menggunakan
model pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan sebuah metode
pembelajaran yang tepat seperti halnya yang disampikan oleh Karim dkk., 2018). Salah
satu strategi pembelajaran yang inovatif adalah Contextual Teaching and Learning.
Khoiron & Sutadji (2016), Contextual Teaching and Learning adalah proses
pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan bahan ajar dengan situasi nyata dan
mendorong siswa untuk menyusun pendekatan ilmiah dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Yunianto (2014) Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen,
yaitu: (1) Konstruktivisme, merupakan landasan filosofis dalam pembelajaran kontekstual
yang berarti bahwa pengetahuan dibangun dan hasilnya diperluas melalui konteks
terbatas; (2) Inkuiri, hakikat pembelajaran kontekstual bahwa pengetahuan yang diperoleh
bukanlah hasil mengingat serangkaian fakta, tetapi hasil menemukan diri mereka sendiri;
(3) Menanyakan, bertanya adalah awal dari pengetahuan yang diperoleh. Bertanya
merupakan kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa; (4) Learning community,
sehingga hasil belajar diperoleh dari kerjasama dengan orang lain; (5) pemodelan,
membutuhkan model pembelajaran tertentu yang dapat ditiru oleh siswa. Dalam
Contextual Teaching and Learning guru tidak satu-satunya model, tetapi model tersebut
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. pada langkah (6) Refleksi, di akhir
pembelajaran diberi kesempatan untuk memikirkan kembali apa yang telah dipelajari; (7)
Penilaian otentik, prosesnya dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan data tentang
perkembangan belajar siswa.
Sesuai dengan hasil penelitian dari Putrianasari (2015) untuk menerapkan
pembelajaran matematika menggunakan Contextual Teaching and Learning dengan baik
dan lebih memperhatikan kondisi siswa yang memiliki motivasi tinggi maupun rendah
sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan pendapat Anggreni dkk
(2020) Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau dapat
membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran serta dapat membuat siswa
termotivasi sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti di SMP Negeri 2 Padang Sidempuan terkhusus kelas IX dengan
judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa di kelas IX SMP Negeri 2 Padang Sidempuan”.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanaan di SMP Negeri 2 Padang Sidempuan pada semester
ganjil tahun ajaran 2022/2023. Sekolah tersebut beralamat di Jln. Ade Irma Suryani
Nasution No. 1 Padangsidimpuan, Ujung Padang, Kec. Padang Sidimpuan Selatan Kota
Padang Sidempuan Provinsi Sumatera Utara. Adapun alasan penulis memilih SMP
Negeri 2 Padang Sidempuan sebagai tempat penelitian karena belum ada yang mengkaji
masalah ini melalui sebuah penelitian. Disamping itu, masih ada siswa yang belum
mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang diharapkan pada materi tersebut.
sedangkan Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Menurut
Sugiyono (2013:107), “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuaan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan”.
metode eksperiman pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya perubahan penggunaan model CTL terhadap hasil belajar matematika siswa.
Kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model
CTL sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan metode konvensional. Untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada materi ajar dilakukan tes soal. Desain dalam
penelitian ini, menggunakan dua kelas sekaligus. Diantaranya kelas IX-A menggunakan
model pembelajaran CTL dan IX-B menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Skema model ini menurut Arikunto (2009:212) yaitu sebagai berikut:
O1 x O2
Gambar 1. Desain Penelitian
Keterangan:
O 1 = Siswa yang diberikan pre-tes sebelum perlakuan
O 2 = Siswa yang diberikan post-tes sesudah perlakuan
Populasi penelitian adalah keseluruhan himpunan yang lengkap yang
karakteristiknya diduga melalui statistik hasil analisis. Populasi yang diteliti dalam
penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas IX SMP Negeri 2 Padang Sidempuan yang
terdiri dari kelas IX-A sebanyak 39 siswa dan IX-B berjumlah 37 siswa. Jadi, Populasi
dalam penelitian ini kelas IX sebanyak 76 siswa. Maka sampel yang diteliti ada dua kelas
yaitu kelas IX-B menjadi kelas eksperimen dengan metode CTL dan IX-A yang menjadi
kelas kontrol dengan metode konvensional.
Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh data atau informasi yang
diperlukan dalam menguji hipotesis. Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang
digunakan untuk menjawab suatu permasalahan dalam penelitian. Instrumen yang baik
dalam suatu penelitian sangat penting sebab instrumen yang baik dapat menjamin
pengambilan data yang akurat. Menurut Arikunto (2010:101) yang menyatakan bahwa,
“Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam metode pengumpulan data.
Sugiyono (2013:133) mengatakan, “Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai
variabel yang diteliti”. Untuk itu, instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar
tes. Tes sebagai serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimilki
oleh individu atau kelompok.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis deskriptif dengan
bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang pengaruh Penggunaan model
pembelajaran CTL terhadap hasil belajar Matematika yang berupa mean, median, modus,
distribusi frekuensi dan histogram. Untuk menentukan gambaran keadaan masing-masing
variabel ditentukan berdasarkan kriteria penilaian. Adapun penilaian yang dimaksud
sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Penilaian
No Skor Penilaian
1 80 – 100 Sangat Baik
2 70 – 79 Baik
3 60 – 69 Cukup
4 50 – 59 Kurang Baik
5 0 – 49 Gagal
Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis ada tidaknya
pengaruh model pembelajaran CTL terhadap hasil belajar Matematika, maka penulis
menggunakan rumus uji “t” tes yaitu:
D
t=


( ∑ D )2
∑ D2−
N
N ( N −1)
Keterangan:
t = Koefisien t
D = Rerata dari nilai perbedaan (rerata dari D)
D = Perbedaan antara skor tes dengan skor tes akhir
D2 = Kuadrat dari D
N = Banyaknya Subjek Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini dilaksanakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada
kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran contextual teaching and learning
sedangkan dikelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas
IX SMP Negeri 2 Padang Sidempuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh model
pembelajaran tersebut jika dilihat dari hasil belajar siswa. Jumlah sampel pada kelas
ekperimen yaitu 39 siswa dan kelas control berjumlah yaitu 37 siswa. Sebelum dilakukan
pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas control terlebih dahulu dilakukan pretes
untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki siswa. Pretes yang diberikan oleh
peneliti kepada siswa sebanyak 5 butir soal berbentuk essay dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan tinggi, sedang dan rendah pengetahuan siswa sebelum
dilaksanakan pembelajaran, dan melihat apakah terdapat perubahan kemampuan awal
yang diperoleh oleh siswa setelah diberikan perlakuan. Diharapkan setelah diberikan
perlakuan akan ada perubahan yaitu siswa yang kemampuan awalnya rendah setelah
diberikan perlakuan akan adanya perubahan menjadi sedang atau tinggi. Adapun hasil
perolehan data tersebut dengan menggunakan aplikasi spss 22 dapat disajikan dalam tabel
berikut ini.
Tabel 2. Hasil Rata-rata dan Standar Deviasi Siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas
Kontrol
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Pretes_Eksperimen 39 30.00 80.00 55.5128 14.31759
Pretes_Kontrol 37 20.00 75.00 48.3784 12.25051
Valid N (listwise) 37
Dari perhitungan SPSS V 22 diperoleh nilai rata-rata (mean) pada kelas
eksperimen yaitu 55.51 dan standar deviation yaitu 14,31 dan kelas control memperoleh
nilai rata-rata sebesar 48.37 dan standar deviation yaitu 12,25 dimana nilai terendah dan
nilai tertinggi yang mungkin dicapai oleh masing-masing responden adalah 0-100. Untuk
mengetahui kesetaraan skor kemampuan awal siswa pada kelas sampel penelitian, perlu
dilakukan uji analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
Hipotesis yang di uji untuk mengetahui homogenitas data tes kemampuan awal
siswa dengan menggunakan uji levence yaitu (Priyatno, 2008) sebagai berikut:
- Jika nilai signifikansi > 0,05, maka varian kelompok data homogen
- Jika nilai signifikansi < 0,05, maka varian kelompok data tidak homogeny
Berikut hasil perhitungan uji homogenitas kemampuan awal siswa, selengkapnya
dapat tersajikan pada tabel 7 berikut ini:
Tabel 3. Uji Homogenitas Nilai Kemampuan Awal Siswa
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.796 1 74 .184
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi statistik uji levence 1.796
sebesar 0,184. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari signifikansi 0,05, sehingga data
kelompok eksperimen dan data kelompok kontrol berasal dari varian kelompok data yang
homogen.
Hasil perhitungan uji normalitas kemampuan awal siswa, selengkapnya dapat
tersajikan pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4. Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awal Siswa
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretes_Eksperimen .144 37 .051 .947 37 .077
Pretes_KOntrol .294 37 .000 .863 37 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai signifikansi pada kelas eksperimen
sebesar 0,077 dan kelas kontrol sebesar 0,000, dari kelas eksperimen nilai signifikansi
tersebut lebih besar 0,05 sehingga data kelompok eksperimen berdistribusi normal,
sedangkan pada kelas control tidak berdistribusi normal.
Nilai rata-rata dari kelas eksperimen adalah x=55,51 , dan rata-rata untuk
kelas kontrol adalah x=45,89 , sedangkan nilai standar deviasi pada kelas
eksperimen adalah SD = 15,7023, dan nilai standar deviasi kelas kontrol adalah SD =
14.31. Maka, diperoleh nilai tingkat kemampuan siswa pada kelas eksperimen x + SD
= 55.51 + 14.31 = 69,82 dan x - SD = 55.51 – 14.31 = 41,20, sedangkan pada kelas
kontrol adalah x + SD = 45,89 + 12,15 = 58,04 dan x - SD = 45,89 – 12,15 = 33,74.
Hasil perhitungan selengkapnya dapat tersajikan pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 5. Pengelompokan Kemampuan Awal
Kemampuan
Kelas Sampel Penelitian
Tinggi Sedang Rendah
Kelas eksperimen 9 22 8
Kelas Kontrol 12 24 1
Jumlah 5 38 7
Berdasarkan tabel di atas diperoleh pada kelas eksperimen tingkat kemampuan
siswa untuk kategori tinggi ada 9 siswa, sedang ada 22 siswa dan rendah ada 8 siswa,
sedangka pada kelas kontrol tingkat kemampuan siswa untuk kategori tinggi 12 siswa,
sedang 24 siswa dan rendah 1 siswa. Pembelajaran di kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning pada materi
relasi dan fungsi diperoleh klasifikasi penilaian sesuai dengan tabel berikut ini.
Tabel 6. Klasifikasi Nilai Postes Kelas Eksperimen
No Skor Frekuensi Persentase Penilaian
1 80 – 100 34 87,17 Sangat Baik
2 70 – 79 5 12,83 Baik
3 60 – 69 0 0 Cukup
4 50 – 59 0 0 Kurang Baik
5 0 – 49 0 0 Gagal
Jumlah 39 100
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa frekuensi skor hasil belajar siswa pada
interval 80 - 100 terdapat 34 siswa (87,17%), interval 70 – 79 terdapat 5 siswa
(12,83%), interval 0-69 tidak ada siswa yang memperoleh nilai di interval tersebut.
Berdasarkan data tersebut, kecenderungan data distribusi frekuensi hasil belajar
berada pada interval 80-100 sebanyak 34 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
diagram berikut.

Frekuensi
40

30
Frekuensi
20

10

0
80-100 70-79 60-69 50-59 0-49
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Postes Siswa Kelas Eksperimen
Untuk data postest kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 84,61.
berada pada kategori “sangat baik” dengan jumlah responden 39 siswa, sedangkan
nilai tengah (median) 85 berada pada kategori “sangat baik”, sedangkan nilai yang
sering muncul (modus) adalah 85 berada pada kategori “Sangat Baik” dan nilai
tertingginya (maximum) 100 serta nilai terendah (minimum) adalah 70 dengan jumlah
keseluruhan 3300. Selanjutnya pengolahan data pada kelas control dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi relasi dan fungsi dapat
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 7. lasifikasi Nilai Postes Kelas Kontrol
No Skor Frekuensi Persentase Penilaian
1 80 – 100 23 62,16 Sangat Baik
2 70 – 79 11 29,73 Baik
3 60 – 69 3 8,11 Cukup
4 50 – 59 0 0 Kurang Baik
5 0 – 49 0 0 Gagal
Jumlah 39 100

Dari tabel 4.8 di atas dapat di lihat bahwa frekuensi skor hasil belajar siswa
pada interval 80 - 100 terdapat 23 siswa (62,16%), interval 70 – 79 terdapat 11 siswa
(29,73%), interval 60-69 terdapat 3 siswa (8,11%), sedangkan 0-59 tidak ada siswa
yang memperoleh nilai di interval tersebut. Berdasarkan data tersebut, kecenderungan
data distribusi frekuensi hasil belajar berada pada interval 80-100 sebanyak 23 siswa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram berikut.
Frekuensi
25
20
15 Frekuensi
10
5
0
80-100 70-79 60-69 50-59 0-49
Gambar 2. Distribusi Frekuensi Postes Siswa Kelas Kontrol
Penggunaan model pembelajaran konvensional di kelas IX SMP Negeri 2
Padang Sidempuan untuk data postest kelas kontrol di peroleh rata-rata hasil belajar
siswa sebesar 78,64, sedangkan nilai tengah (median) adalah 80.00 berada pada
kategori “ sangat baik”, sedangkan nilai yang sering muncul (modus) adalah 80
berada pada kategori “sangat baik” dan nilai tertingginya (maximum) 100 serta nilai
terendah (minimum) adalah 600 dengan jumlah keseluruhan 2910.
Uji Prasyarat
Uji pra-syarat analisis dilakukan untuk menentukan langkah-langkah
berikutnya dalam menganalisis data khususnya untuk menentukan rumus yang
digunakan untuk menguji hipotesis. Uji prasyarat terdiri dari uji normalitas dan
homogenitas data. Untuk menguji suatu data yang sudah didapat lalu peneliti
melakukan uji normalitas data terhadap data hasil post-test yang sudah didapatkan.
Uji normalitas data menggunakan liliefors pada program SPSS 22. Setelah data
diproses menggunakan SPSS 22, diperoleh data normalitas hasil belajar siswa sebagai
berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data Nilai Hasil Belajar Siswa
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Kelas
.197 39 .001 .912 39 .005
_Bela Eksperimen
jar Kelas Kontrol .183 37 .003 .940 37 .047
a. Lilliefors Significance Correction
Data berdistribusi normal jika nilai signifikansi (sig.) pada kolom
Kolmogorov-Smirnova lebih dari 0,05. Pada tabel 4.1 di atas, signifikansi data nilai
hasil belajar kelas eksperimen sebesar 0,001 sedangkan signifikansi data nilai hasil
belajar kelas kontrol sebesar 0,003. Adapun instogram data tersebut dapat dilihat
dalam gambar 3 dan 4 berikut ini
Gambar 3. Histogram Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Gambar 4. Histogram Uji Normalitas Kelas Kontrol


Jadi dapat disimpulkan bahwa data nilai hasil belajar kedua kelas tersebut
berdistribusi tidak normal. Jika data berdistribusi tidak normal maka tidak perlu diuji
homogenitasnya.
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan pengujian normalitas data hasil belajar siswa, diketahui bahwa post-
test kelas ekperimen dan kelas kontrol berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu
pengujian hipotesisnya menggunakan rumus uji analisis Inferensial dengan metode
statistic parametric. Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis ada
tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning
terhadap hasil belajar Matematika dengan menggunakan uji “t” berbantuan SPSS V.22
Adapun data hasil uji antar variable postes kelas eksperimen dan postes kelas kontrol
dapat disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 9. Uji Statistic Inferensial Data Interpretasi Sampel Correlations Tes Postes Kelas
Eksperimen dan Postes Kelas Kontrol
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of
Std. the
Sig. Mean Error Difference
(2- Differ Differ Lowe Upp
F Sig. t df tailed) ence ence r er
Postes Equal
varian
5.9667 1.8390 2.302 9.63
ces 1.618 .207 3.245 74 .002
4 0 46 101
assum
ed
Equal
varian
69.66 5.9667 1.8487 2.279 9.65
ces not 3.228 .002
2 4 0 31 416
assum
ed
Dari tabel di atas telihat bahwa nilai output dari ringkasan hasil penelitian
deskriptif dari kedua sampel yang di teliti yakni postes kelas eksperimen dan postes kelas
kontrol. Untuk data postes kelas eksperimen di peroleh rata-rata hasil belajar siswa
dengan menggunakan pembelajaran langsung memiliki nilai rata-rata sebesar 84,61,
kemudian pada kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata sebesar 78,64.
Untuk jumlah sampel penelitian yang digunakan adalah sebanyak 39 orang siswa
pada kelas eksperimen dan 37 siswa pada kelas kontrol. Nilai Std. deviation pada hasil
belajar siswa untuk kelas eksperimen sebesar 7,19 dan pada kelas kontrol yaitu sebesar
8,79. Data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada
postest kelas eksperimen 84,61 ¿ postest kelas kontrol 78,64, artinya secara deskriptif ada
perbedaan rata-rata hasil belajar antara postest kelas eksperimen dengan hasil postest
kelas kontrol. Selanjutnya apakah berbedaan tersebut benar-benar nyata atau terbukti
secara signifikan atau tidak, maka perlu menafsirkan hasil uji paired sampel t test yang
terdapat pada tabel di atas.
Tabel dari analisis independent sample t test. Terlihat nilai signifikansi 2 arah (t-
tailed) 0.002 <  0.05. Sehingga terdapat perbedaan skor point yang berarti antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan nilai deskriptifnya terbukti
kelompok eksperimen dengan menggunakan pembelajaran contextual teaching and
learning mendapat skor lebih tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
rata-rata antara hasil belajar kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol yang artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran contextual
teaching and learning dengan penggunaan model pembelajaran konvensional di kelas IX
SMP Negeri 2 Padang Sidempuan.
Pembahasan
Setelah diketahui bahwa kemampuan awal kelas kontrol dan kelas
eksperimen sama, langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Data yang
digunakan untuk pengujian hipotesis adalah data post test dan hasil belajar
setelah penelitian dilakukan. Kemudian data hasil belajar dianalisis perbedaannya
(compare analysis). Berdasarkan analisis perbedaan yang dilakukan oleh peneliti,
diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan, antara hasil belajar siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional dengan yang memperoleh pembelajaran
menggunakan contextual teaching and learning atau dapat dikatakan H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal ini terlihat pada rata-rata nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan
pembelajaran contextual teaching and learning lebih tinggi jika dibandingkan dengan
model pembelajaran Konvensional pada materi relasi dan fungsi.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menarik beberapa
kesimpulan yang didasarkan pada hasil pengumpulan data. Adapun kesimpulan tersebut
adalah hasil belajar siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar
84,61 berada pada kategori sangat baik dan kelas kontrol sebesar 74,61 berada pada
kategori baik. Hasil perhitungan uji hipotesis nilai signifikansi 2 arah (t-tailed) 0.002 < 
0.05,79) artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas
control pada IX SMP Negeri 2 Padang Sidempuan.

Referensi

Afni. N and Hartono (2020). Contextual teaching and learning (CTL) as a strategy to improve
students mathematical literacy. Journal of Physics: Conference Series.
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/1581/1/012043
Anggreni, W., Yensy., N.A., & Muchlis., E.E. (2020). Penerapan Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika. Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), 4 (2),
229 – 237
Arikunto, Suharsimi. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
K. Stacey, “The PISA View of Mathematical Literacy in Indonesia,” J. Math. Educ., vol.
2, no. 2, pp. 95–126, 2016.
Karim, A. A., Khalid, F., Nasir, M. K. M., Maat, S. M., Daud, M. Y., & Surat, S. (2018).
Enablers to Information Search and Use in Higher Learning. Creative Education,
9 (14), 2089-20100.
Khoiron, A. M., & Sutadji, E. (2016). Kontribusi Implementasi Pendidikan Karakter dan
Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir Kreatif serta Dampaknya pada
Kompetensi Kejuruan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP), 22 (2), 103-116

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
R. Yunianto, “Keefektifan CTL Menggunakan Model STAD dan GI Ditinjau dari
Prestasi, Komunikasi, dan Sikap terhadap Matematika,” Pythagoras J. Pendidik.
Mat., vol. 9, no. 1, pp. 31– 44, 2014
U. F. Utami, “Peran Model Pembelajaran Contextual Teacher Learning ( CTL ) Dengan
Direct Corrective Feedback untuk Meningkatan Kemampuan Literasi Dan Self
Efficacy Siswa,” Semin. Nasional Pendidik. Mat. Ahmad Dahlan 2018, no.
ISSN:2407-7496, pp. 417–424, 2018.

Anda mungkin juga menyukai