Anda di halaman 1dari 37

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK


DALAM MATERI UNSUR-UNSUR LINGKARAN PADA SISWA KELAS
VI SDN 59 BUTON

OLEH :
NURIADIN 
BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah suatu upaya untuk mempengaruhi manusia agar ia
bersedia dan mampu mewujudkan apa yang ia pandang sebagai makna eksitensi
manusia di dunia ini, maka dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempuyai
peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan
kehidupan bangsa yang bersangkutan. Undang – undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 menjelaskan bahwa :
pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangakan potensi peserta didik agar
menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif. Mandiri, dan menjadi warga yang
demokratis serta bertangungjawab. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional tersebut maka diselenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional yang mengarah dan mengacu pada upaya peningkatan mutu pendidikan.
Pendidikan dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang telah disusun berdasarkan
satuan pendidikan masing – masing.
Sesuai dengan tujuan pendidikan di atas diharapakan semua warga Negara
dapat memperoleh pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh melaui dua jalur , yaitu
pendidikan sekolah dan luar sekolah. Sistem Pendidikan Nasional memberi
kesempatan belajar yang seluas – luasnya kepada setiap warga Negara. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang berfungsi dan berperan dalam memikirkan serta
menyiapkan anak didiknya yang kelak memasuki sebagai anggota masyarakat
yang aktif agar mampu dan bertanggung jawab secara dewasa. Maka peran guru
sangat penting sebab tidak hanya mentransfer ilmu saja melainkan membimbing
dan mendidik, namun kenyataannya peran ini sering dilupakan. Hal itulah yang
membuat siswa bosan sehingga pembelajaran tidak menarik minat siswa dan
akhirnya berdampak rendah pada hasil belajar siswa.
Dalam proses belajar mengajar penggunaan media maupun berbagai
pendekatan sangat membantu menentukan dalam keberhasilan program
pembelajaran. Melalui pendekatan dan metode pembelajaran maka dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa sehingga pelajaran yang
diberikan oleh guru akan mudah diterima dan diingat oleh siswa. Tapi
kenyataanya persoalan ini belum mendapat perhatian yang khusus dari guru.
Sering kali materi pembelajaran Matematika di SD dianggap sebagai momok yang
sangat ditakuti bagi siswa. Jadi jika pembelajaran Matematika masih
menggunakan cara – cara yang konvensional, maka sudah pasti proses
pembelajaran tersebut kurang menarik dan tidak diminati anak/siswa. Hal ini
bukan merupakan pembalajaran yang ideal karena tujuan pembelajaran adalah
membuat siswa paham dan memiliki trik – trik mengerjakan soal dengan tepat.
Berkaitan dengan itu hasil belajar dan aktifitas siswa menjadi rendah karena siswa
tidak terlibat dalam proses belajar. Siswa dianggap objek benda mati yang hanya
disajikan materi tanapa terlibat dalam proses pembelajaran secara langsung.
Dalam praktek pembelajaran pra siklus yang dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan metode konvesional belum mencapai target yang ditentukan. Nilai
KKM yang ditentukan oleh guru Kelas VI SD Negeri 59 Buton Tahun Pelajaran
2020/2021dalam mata pelajaran Matematika adalah nilai antara 65 – 100. Namun
target tersebut belum tercapai sebab dari 19 siswa , 8 siswa belum memenuhi nilai
KKM yang ditetapkan, dan selebihnya 11 siswa sudah memenuhi KKM namun
masih dalam batas minimal. Ketidaktuntasan siswa kelas VI SD Negeri 59 Buton
dalam mata pelajaran Matematika tentang kompentensi menghitung unsur-unsur
lingkaran perlu segera diatasi. Tindakan yang akan ditempuh peneliti untuk
memperbaiki ketidaktuntasan tersebut adalah membangkitkan minat dan motivasi
belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
Model pembelajaran ini yang dipilih peneliti sebagai upaya perbaikan hasil belajar
metematika tentang kompetensi menghitung unsur-unsur lingkaran. Model
pembelajaran ini berfungsi sebagai media pembelajaran. Harapan yang ingin
dicapai oleh peneliti pada akhir pembelajaran adalah siswa kelas VI SD Negeri 59
Buton mampu mencapai nilai KKM , sebagai indikator keberhasilan pembelajaran
matematika yaitu nilai rata – rata siswa minimal 65 dan sedikitnya 85 % siswa
tuntas belajarnya. 

B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang akan diteliti adalah: 
1. Apakah melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa materi unsur-unsur lingkaran
pada siswa kelas VI SD Negeri 59 Buton? 
2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika materi
unsur-unsur lingkaran pada siswa kelas VI SD Negeri 59 Buton? 

C. Tujuan Penelitian 
Perbaikan Pembelajaran Tujuan penelitian perbaikan pembelajaran adalah: 
1. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa materi unsur-unsur
lingkaran pada siswa kelas VI SD Negeri 59 Buton? 
2. Mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan model Model
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD materi unsur-unsur lingkaran pada
siswa kelas VI SD Negeri 59 Buton? 

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran 


1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini dapat menambah
pemahaman terhadap Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam
meningkatkan hasil belajar materi unsur-unsur lingkaran pada siswa kelas
VI SD Negeri 59 Buton. 
2. Manfaat Praktis 
a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan dan bermakna serta dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep. 
b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada
pembelajaran matematika materi unsur-unsur lingkaran serta
memperoleh pengetahuan dalam mengadakan pembelajaran
matematika yang bermakna. 
c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika
di sekolah. 
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar Matematika 


Hakikat Belajar Sanjaya (2011: 107) menyatakan bahwa belajar adalah
proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan
menemukan pengetahuan melalui interaksi antara idividu dengan lingkungan.
Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya
menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang
diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri
(self regulated). Gagne dan Berliner dalam Anni (2006: 2) mengemukakan bahwa
belajar merupakan proses dimana suatu organisasi mengubah perilakunya karena
hasil dari pengalaman. Berkaitan dengan perubahan perilaku, untuk mengukur
apakah seseorang telah belajar, maka diperlukan perbandingan antara perilaku
sebelum dan setelah mengalami kegiatan belajar. Apabila terjadi perbedaan
perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang telah belajar. Perilaku tersebut
dapat diwujudkan dalam bentuk tertentu, seperti menulis, membaca, berhitung
yang dilakukan secara sendiri-sediri, atau kombinasi berbagai tindakan, seperti
seorang guru yang menjelaskan materi pembelajaran di samping memberi
penjelasan secara lisan juga menulis di papan tulis, dan memberikan pertanyaan.
Anni (2006: 4) menyatakan belajar mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi
sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Apa yang
dipelajari oleh seseorang dapat diuraikan dan disimpulkan dari pola-pola
perubahan perilakunya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi
antara idividu dengan lingkungan yang mengakibatkan perubahan perilaku. 
Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar siswa merupakan suatu indikator
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Sudjana (2006:
3) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang timbul
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan yang terjadi dalam proses
belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan
disadari atau dengan kata lain bukan karena kebetulan. Tingkat pencapaian hasil
belajar oleh siswa disebut hasil belajar. Sam’s (2010: 33) menyatakan bahwa hasil
belajar pada dasarnya adalah suatu keamampuan berupa keterampilan dan
perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.
Sedangkan Anni (2006: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami akitivitas belajar. Perolehan
aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
pembelajar. Menurut Bloom dalam Suprijono (2012: 6) berpendapat bahwa hasil
belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain
kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
menerangkan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain
afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain
psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan routinized. Psikomotor juga
mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami akitivitas
belajar yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. 
Hakikat Pembelajaran Matematika Hasil belajar diperoleh siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar yang dikaji dalam penelitian ini
adalah hasil belajar matematika SD kelas VI, khususnya pada materi unsur-unsur
lingkaran. Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau
kemampuan siswa dalam materi unsur-unsur lingkaran, guru mengadakan tes hasil
belajar. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siwa setelah
mengikuti suatu tes evaluasi yang diadakan setelah selesai program pengajaran.
Jadi hasil belajar itu adalah hasil yang dicapai siswa sebagai bukti keberhasilan
proses belajar mengajar yang dialami siswa dalam pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai. Dengan demikian hasil belajar matematika adalah hasil yang
dicapai siswa sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar dalam bidang
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai. 
Hakikat Aktivitas Belajar Belajar sangat dibutuhkan adanya aktivitas,
dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung
dengan baik. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek
peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan perilakunya dapat
berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek
kognitif afektif maupun psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010:23). Aktivitas
belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar
kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget menerangkan
dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat sesuatu,
berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011:100). Nanang Hanafiah dan Cucu
Suhana (2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas belajar dapat memberikan nilai
tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut ini: 1. Peserta
didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya
motivasi internal untuk belajar sejati. 2. Peserta didik mencari pengalaman dan
langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap
pembentukan pribadi yang integral. 3. Peserta didik belajar dengan menurut minat
dan kemampuannya. 4. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana
belajar yang demokratis di kalangan peserta didik. 5. Pembelajaran dilaksanakan
secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan berfikir
kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme. 6. Menumbuh kembangkan
sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan
dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di sekitarnya. Dari pengertian-
pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan
suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau
pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan.
Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang hanafiah dan Cucu suhana
(2010:24) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu
sebagai berikut: 1. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca,
melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral
activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
berwawancara diskusi dan interupsi 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening
activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, atau mendengarkan radio. 4. Kegiatan-kegiatan menulis
(writing activities), yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan,
bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta
mengisi angket. 5. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu
menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan
motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta
menari dan berkebun. 7. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu
merenungkan mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor,
melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan
emosional (emotional activities), yaitu minat, membedakan, berani, tenang,
merasa bosan dan gugup.
Dengan adanya pembagian jenis aktivitas di atas, menunjukkan bahwa
aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika kegiatan-kegiatan
tersebut dapat tercipta di sekolah, pastilah sekolah-sekolah akan lebih dinamis,
tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal. Penjabaran dari aktivitas- aktivitas belajar di atas adalah sebagai
berikut.
1. Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang
belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang
guru menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa atau
mahasiswa diharuskan mendengarkan apa yang guru (dosen)
sampaikan. Tidak dapat disangkal bahwa aktivitas mendengarkan
adalah aktivitas belajar yang diakui kebenarannya dalam dunia
pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan formal persekolahan,
ataupun non-formal.
2. Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek.
Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam
memandang itu matalah yang memegang peranan penting. Dalam
pendidikan, aktivitas memandang terrnasuk dalam kategori aktivitas
belajar. Tapi perlu diingat bahwa tidak semua aktivitas memandang
berarti belajar. Aktivitas memandang dalam arti belajar di sini
adalah aktivitas memandang yang bertujuan sesuai dengan
kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang positif.
Aktivitas memandang tanpa tujuan bukanlah termasuk perbuatan
belajar. Meski pandangan tertuju pada suatu objek, tetapi tidak
adanya tujuan yang ingin dicapai, maka pandangan yang demikian
tidak termasuk belajar.
3. Meraba, membau, dan mencicipi/ mengecap
Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia
yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar.
Artinya aktivitas meraba, membau, dan mengecap dapat
memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Tentu saja
aktivitasnya harus disadari oleh suatu tujuan. Dengan demikian,
aktivitas-aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas
mengecap dapat dikatakan belajar, apabila semua aktivitas itu
didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah
laku.
4. Menulis atau mencatat
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan
dari aktivitas belajar. Tetapi tidak setiap mencatat adalah belajar.
Aktivitas mencatat yang bersifat menurut, menciplak atau
mengcopy tidak dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar. Mencatat
yang termasuk sebagai aktivitas belajar yaitu apabila dalam
mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta
menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya
berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Dalam mencatat tidak
sekadar mencatat, tetapi mencatat yang dapat menunjang
pencapaian tujuan belajar. Catatan sangat berguna untuk
menampung sejumlah informasi, yang tidak hanya bersifat fakta-
fakta, melainkan juga terdiri atas materi hasil analisis dari bahan
bacaan.
5. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan
selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca di sini
tidak mesti membaca buku belaka, tetapi juga membaca majalah,
koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian, catatan hasil belajar
atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan
kebutuhan studi. Kalau belajar adalah untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu
pengetahuan. Ini berarti untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tidak
ada cara lain yang harus dilakukan kecuali memperbanyak
membaca. Cara dan teknik seseorang dalam membaca selalu
menunjukkan perbedaan pada hal-hal tertentu. Oleh karena itu,
wajarlah bila belajar itu suatu seni, sama halnya mengajar adalah
seni (teaching as an art). Ada orang yang membaca buku sambil
tidur-tiduran dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca
buku sambil mendengarkan radio dapat belajar dengan baik, ada
orang yang membaca buku tanpa suara dapat belajar dengan baik,
ada orang yang membaca buku dengan suara dapat belajar dengan
baik, ada orang yang membaca buku di antara keributan dapat
belajar dengan baik, dan sebagainya. Pendek kata, orang membaca
buku dengan berbagai cara agar dapat belajar. Dengan demikian,
pemahaman atas diri sendiri sangat penting, sehingga dapat memilih
teknik yang mana yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadi,
dengan tidak mengabaikan pola-pola umum dalam belajar.
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi
Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena
menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau
ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau
mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan
datang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga
hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca,
pada hal-hal yang penting perlu diberi garis bawah (underlining).
Hal ini sangat membantu dalam usaha menemukan kembali materi
itu di kemudian hari, bila diperlukan.
7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan
Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai table-tabel,
diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non-verbal semacam ini
sangat berguna bagi seseorang dalam mempelajari materi yang
relevan. Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain
dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman
seseorang tentang sesuatu hal. Semua tabel, diagram, dan bagan
dihadirkan di buku tidak lain adalah dalam rangka memperjelas
penjelasan yang penulis uraikan. Dengan menghadirkan tabel,
diagram, atau bagan dapat menumbuhkan pengertian dalam waktu
yang relatif singkat.
8. Menyusun paper atau kertas kerja
Dalam menyusun paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus
metodologis dan sistematis. Metodologis artinya menggunakan
metode¬metode tertentu dalam penggarapannya. Sistematis artinya
menggunakan kerangka berpikir yang logis dan kronologis.
9. Mengingat
Mengingat adalah salah satu aktivitas. Ingatan adalah kemampuan
jiwa untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan
menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau.
Jadi, mengenai ingatan tersebut ada tiga fungsi, yaitu: memasukkan,
menyimpan, dan mengangkat kembali ke alam sadar. Ingatan
(memory) seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat
seseorang, alam sekitar, keadaan jasmani, keadaan rohani (jiwa),
dan umur seseorang.
10. Berpikir
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang meniadi tahu
tentang hubungan antara sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang
berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf berpikir yang rendah
sampai taraf berpikir yang tinggi.
11. Latihan atau praktek Learning by doing adalah konsep belajar yang
menghendaki adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan
dengan cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk
latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk memperkuat
ingatan. Misalnya, seseorang yang mempelajari rumus matematika
atau rumus bahasa Inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu
akan mudah terlupakan bila tidak didukung dengan latihan. Di
sinilah diperlukan latihan sebanyak-banyaknya. Dengan banyak
latihan kesan-kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan
demikian, aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang optimal.
Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses
pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas
ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan saja,
yakni : 1. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas. Asas
aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap tatap muka dalam kelas
yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan
kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen. 2.
Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat. Dalam
pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas
kedalam masyarakat, melalui metode karyawiasata, survei, keja
lapangan, pelayanan masyarakat, dan sebagainya. Cara lain,
mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dan
pelatihan diluar. 3. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan
pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) Pembelajaran dititik
beratkan pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator
dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk
belajar. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan
salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk
belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-
ciri perilaku seperti : 1. Sering bertanya kepada guru atau siswa lain
2. Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru 3. Mampu
menjawab pertanyaan 4. Senang diberi tugas belajar 5. Berani maju
ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru 6. Siswa berbuat sesuatu
untuk memahami materi pembelajaran 7. Pengetahuan dipelajari,
dialami, dan ditemukan oleh siswa 8. Mencoba sendiri konsep-
konsep 9. Siswa mengomunikasikan hasil pemikirannya 5. Tujuan
Pembelajaran Matematika SD Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan
bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut (Departemen Pendidikan Nasional:
2006). 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2)
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah. Dari tujuan pembelajaran di atas,
dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika
diperlukan adanya proses pembelajaran matematika yang mampu
mengembangkan kemampuan berfikir dan bernalar siswa. Wijaya
(2012: 17) menyatakan bahwa dengan memiliki kemampuan
berfikir matematis memiliki kontribusi dalam pemecahan masalah.
6. Ruang Lingkup Matematika SD Ruang lingkup mata pelajaran
matematika pada satuan pendidikan SD/MI menurut kurikulum
2006 meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran, serta
pengolahan data. Materi unsur-unsur lingkaran termasuk dalam
aspek geometri dan pengukuran pada ruang lingkup mata pelajaran
matematika dalam kurikulum 2006.

B. Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD)


Pengertian Model Pembelajaran Sebelum membahas tentang model
pembelajaran, terlebih dahulu akan dikaji tentang apa yang dimaksud dengan
model. Secara kaffah, model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang
digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi
untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, dalam Trianto, 2011: 21).
Model pembelajaran, menurut Joyce dan Weil (dalam Abimanyu, 2008: 2-4)
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Sedangkan Arends (dalam Suprijono, 2012: 46) menyatakan model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-
tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Dari pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu upaya guru untuk
memberikan pembelajaran yang lebih konseptual yang didalam sudah terancang
tahapan kegiatan pembelajaran, tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta
lingkungan dan pengelolaan kelas yang dirangkum sedemikian rupa menjadi
rancangan pembelajaran yang terstruktur dan sistematis.
Model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
dikembangkan oleh Robert Slavin dkk. Di Universitas John Hopkin dan
merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang menekankan
pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan
membantu dalam memahami suatu materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar
dengan bantuan LKS secara berkelompok, berdiskusi guna memahami konsep-
konsep menemukan hasil yang benar. Semua anggota dibagi tanggung jawab,
semua siswa secara individu diberi tes yang akan berpengaruh terhadap evaluasi
seluruh kelompok, sehingga untuk memperoleh suatu penghargaan, hasil belajar
tiap kelompok tersebut di bandingkan. Siswa dalam satu kelas dipecah menjadi
beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 orang. Setiap Tim atau kelompok
hendaknya memiliki anggota yang heterogen baik jenis kelamin ( laki-laki dan
perempuan ) ras, etnik, maupun berbagai kemapuan ( tinggi, sedang, rendah ).
Tiap anggota tim menngunakan lembaran kerja akademik ( lembar kerja siswa )
dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab
atau diskusi antar sesama anggota tim secara individual atau tim, tiap satu atau
dua minggu diadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap
bahan akademik yang telah dipelajari. Tiap siswa dan tiap tim di beri skor atas
penguasaanya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim
yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna di beri penghargaan.
Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu
meraih suatu kriteria atau standar tertentu. Bila dibandingkan dengan
pembelajaran model ceramah yang biasa di lakukan selama ini, siswa harus
mengikuti cara belajar yang di pilih gurunya dengan penuh mempelajari urutan
yang diterapkan gurunya bahkan kurang sekali mendapat kesempatan
mengemukakan pendapat, pembelajaran secara kooperatif tipe STAD membuka
peluang dan kesempatan siswa mengembangkan diri sesuai kemampuannya.
Menurut Slavin ( Rina, 2006 : 15 ): pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student
Teams Achievement Division ) memiliki 5 komponen utama, yaitu : 1. Bahan
pelajaran di sajikan oleh guru baik secara langsung ataupun melalui media
pembelajaran. 2. Anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang yang heterogen dari
segi penampilan akademik, kelamin dan etnis. 3. Dilakukan tes Individual setelah
beberapa kali siswa mengerjakan latihan. 4. Dilakukan penilaian terhadap nilai
kemajuan individual 5. Diberikan pengakuan terhadap tim berdasarkan kemajuan
anggota kelompok Sedangkan menurut Priest ( Rina, 2006 : 16 ), pembelajaran
kooperatif tipe STAD memiliki 7 komponen utama yaitu : 1. Kejelasan tujuan
yang hendak di capai 2. Persiapan pembelajaran termasuk di dalamnya
pembentukan kelompok, presentasi tugas siswa. 3. Kepastian bahwa siswa telah
memahami isi materi pelajaran 4. Pembentukan kelompok pada STAD terdiri dari
siswa yang heterogen. 5. Kuis individual yang di lakukan dalam rangka
meyakinkan keberhasilan siswa dalam belajar dan sebagai indikator tanggung
jawab siswa. 6. Kemajuan nilai secara individual 7. Pengakuan dan hadiah
terhadap kelompok. Tahapan-tahapan yang di lalui dalm pembelajaran kooperatif
tipe STAD, meliputi : 1. Tahap penyajian materi 2. Tahap kerja kelompok 3.
Tahap tes individu 4. Tahap perhitungan nilai perkembangan individu 5. Tahap
penghargaan kelompok 1. Tahap Penyajian Materi Guru menyajikan materi
melalui metode ceramah, demonstrasi, ekspositori, atau membahas buku pelajaran
matematika. Dalam tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus
dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep yang akan dipelajari, agar
siswa dapat menghubungkan apa yang telah dimiliki dengan yang di sampaikan
oleh guru.
Dalam hal ini, siswa harus benar-benar memperhatikan agar dapat
mengerjakan soal-soal yang di berikan oleh guru. 2. Tahap Kegiatan Kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang dipelajari guna
kerja kelompok. Guru menginformasikan bahwa LKS harus benar-benar di
pahami bukan sekedar diisi dan diserahkan pada guru. LKS juga di gunakan
sebagai keterampilan kooperatif siswa. Dalam hal ini, apabila di antara anggoata
kelompok yang belum memahami maka teman sekelompoknya wajiib memberi
penjelasan kembali karena guru hanya sekedar menjadi fasilitator yang memonitor
kegiatan setiap kelompok. 3. Tahap Tes Individu ( Hasil Belajar ) Tes Individu
atau hasil belajar ini dilakukan setelah kegiatan kelompok usai dan di kerjakan
secara individu. Tes ini bertujuan supaya siswa dapat menunjukkan apa yang
mereka pahami saat kegiatan kelompok berlangsung dan di sumbangkan sebagai
nilai kelompok. 4. Tahap Nilai Perkmbangan Individu Nilai tes di peroleh atas
jawaban benar, setelah diperoleh nilai maka di hitung berdasarkan suatu aturan
nilai yang di peroleh dapat menunjukkan keberhasilan dalam kelompoknya.
5.Tahap Penghargaan Kelompok Penghargaan kelompok diberikan secara
sederhana oleh peneliti atas dasar aktivitas dan jumlah siswa yang tuntas belajar.
Bentuk penghargaannya sangat situsional. Peneliti ( Guru ) bisa memberikan point
pada kelompok dengan aturan-aturan khusus ataupun dengan cara sederhana yang
intinya kerja keras siswa beserta kelompoknya di hargai sekecil apapun hasilnya.
Selain itu, terdapat beberapa keuntungan dalam penerapan pembelajaran
kooperatif tipe STAD, Menurut Kagan ( Rina, 2006 : 20 ) menjelaskan tiga
keuntungan, diantaranya : a. Semua siswa memiliki kesempatan untuk menerima
hadiah stelah menyelesaikan suatu materi pelajaran. b. Siswa mempunyai
kemungkinan untuk mencapai hasil belajar yang tinggi. c. Hadiah yang di berikan
kepada kelompok dapat di gunakan untuk memberikan motivasi berprestasi pada
semua siswa. C. Hipotesis Tindakan Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui
data yang terkumpul (Arikunto, 2002: 64). Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah ada penerapan model kooperatif STAD dalam upaya
meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar kompetensi menghitung unsur-
unsur lingkaran. 
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian


Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu
Penelitian perbaikan pembelajaran kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah
siswa kelas VI SD Negeri 59 Buton, Tahun Pelajaran 2020/2021. Pada mata
pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar : 3.3. Menjelaskan unsur-unsur
lingkaran (titik pusat, jari-jari, diameter, busur, tali busur, tembereng, dan juring) dan
taksiran keliling dan unsur-unsur lingkaran, 4.3 Menaksir keliling dan luas lingkaran serta
menggunakannya untuk menyelesaikan masalah. Penelitian dilaksanakan pada 19
siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan dengan
karakteristik dan latar belakang keluarga berekonomi menengah kebawah ,
sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai petani. Karena kesibukan mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehingga pendidikan anak
kurang diperhatikan. Pada pembelajaran Matematika tentang materi menjelaskan
unsur-unsur lingkaran hasil ulangan siswa belum mencapai target KKM yang
ditentukan.
Dari 19 siswa hanya 8 siswa yang mampu mencapai nilai KKM namun
dalam batas minimal, sedangkan 11 siswa lainnya masih dibawah nilai KKM. Hal
tersebut masih sangat jauh dari tujuan pembelajaran.
Penelitian siklus 1 dilaksanakan satu pertemuan ( 2 jam pelajaran ) dengan
dibantu oleh teman sejawat yaitu : Waode Zaharaeni, SH, MH. ( teman sejawat)
selaku kepala sekolah SD Negeri 59 Buton dan penilai 2. Fatmawaty, S.Pd
( teman sejawat ) selaku Guru Pamongdan penilai 1.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Perbaikan pembelajaran Matematika kelas VI
semester 1 Tahun Pelajaran 2020/2021
Tanggal Indikator
NO Hari Kompetensi dasar
Siklus waktu
1 Selasa 23 September Pra Siklus 09.00 – 10.10
2020 3.3 Menjelaskan
unsur-unsur
lingkaran (titik
pusat, jari-jari,
diameter, busur,
tali busur,
tembereng, dan
juring) dan
taksiran keliling
dan luas
lingkaran.

3.3.1 Menjelaskan
unsur-unsur
lingkaran (titik
pusat, jari-jari,
diameter, busur,
tali busur,
tembereng, dan
juring) dan
taksiran keliling
dan luas
lingkaran
2 Senin 29 September Siklus I 07.00 – 08.10
2020 3.3 Menjelaskan
unsur-unsur
lingkaran (titik
pusat, jari-jari,
diameter, busur,
tali busur,
tembereng, dan
juring) dan
taksiran keliling
dan luas
lingkaran.
3.3.1 Menjelaskan
unsur-unsur
lingkaran (titik
pusat, jari-jari,
diameter, busur,
tali busur,
tembereng, dan
juring) dan
taksiran keliling
dan luas
lingkaran
3. Rabu 8 Oktober Siklus II 09.00 – 10.10
2020 4.3 Menaksir
keliling dan
luas lingkaran
serta
menggunakan
nya untuk
menyelesaikan
masalah.
4.3.1 Menemukan
taksiran nilai
pi sebagai
perbandingan
keliling dan
diameter

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Matematika kelas VI semester 1 ini
dilaksanakan dalam tiga siklus masing-masing siklus terdiri dari empat tahap
yaitu:
Tahap perencanaan Tahap pelaksanaan Tahap pengumpulan data Tahap
refleksi
Adapun kegiatan merancang dan melaksanakan perbaikan pembelajaran
dengan menerapkan Penelitian Tindakan Kelas Mata Pelajaran Matematika dapat
digambarkan dalam sebagai berikut:
Tahap perencanaan : Senin, 22 September 2020 A2.
Tahap pelaksanaan : Selasa, 23 September 2020 A3.
Tahap pengumpulan data : Kamis , 25 September 2020 A4.
Tahap refleksi : Jumat, 26 September 2020 Siklus I B1.
Tahap perencanaan : Sabtu , 27 September 2020 B2.
Tahap pelaksanaan : Senin, 29 September 2020 B3.
Tahap pengumpulan data : Rabu, 01 Oktober 2020 B4.
Tahap refleksi : Kamis, 02 Oktober 2020 S
Siklus II C1.
Tahap perencanaan : Senin , 6 Oktober 2020 C2.
Tahap pelaksanaan : Rabu , 8 Oktober 2020 C3.
Tahap pengumpulan data : Kamis, 9 Oktober 2020 C4.
Tahap refleksi : Sabtu , 11 Oktober 2020
Deskripsi Persiklus Prasiklus Prasiklus merupakan tahap pembelajaran
sebelum diadakan perbaikan pembelajaran. Tahap Perencanaan Tahap
perencanaan pada prasiklus dilaksanakan pada tanggal 22 september 2020 dengan
kegiatan sebagai berikut : Membuat RPP pembelajaran Matematika untuk K.D.
Menjelaskan unsur-unsur lingkaran (titik pusat, jari-jari, diameter, busur, tali busur,
tembereng, dan juring) dan taksiran keliling dan luas lingkaran . Membuat soal – soal
kerja kelompok, tes formatif, kunci jawaban dan kriteria penilaian. Membuat
lembar perbaikan dan penganyaan. Membuat lembar aktivitas belajar. Tahap
Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan Prasiklus dilaksanakan pada tanggal 23 september
2020 dalam satu pertemuan selama 2 jam pelajaran ( 2 x 35 menit ) yaitu pada
pukul 09.00 – 10.10 WIB. Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut :
menjelaskan tentang materi unsur-unsur lingkaran dengan diskusi, dengan
membagi siswa menjadi tiga kelompok, setiap kelompok terdiri delapan siswa.
Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut: siswa mendapat penjelasan dari guru tentang materi unsur-unsur
lingkaran, melakukan tanya jawab tentang tentang unsur-unsur lingkaran dengan
menyajikan lingkaran, memberikan contoh soal menghitung unsur-unsur
lingkaran, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Siswa berdiskusi
mengerjaan soal dalam LKS. Kelompok yang selesai terlebih dahulu mendapat
penghargaan/tepuk tangan, tiap kelompok maju ke depan mempresentasikan hasil
diskusinya dan kelompok lain menanggapinya, jika masih ada siswa atau
kelompok yang belum dapat mengerjakan dengan benar maka siswa langsung
mendapat bimbingan dari guru, memberi sanjungan atau penghargaan kepada
kelompok yang melakukan presentasi, memberi kesempatan bertanya kepada
siswa untuk hal yang belum jelas, mengulas kembali dengan siswa apa yang telah
dilakukan dalam kerja kelompok, guru bersama siswa menyimpulkan hasil
diskusinya, siswa merangkum hasil diskusi, mengerjakan tes formatif, dan
menganalisis tes formatif.
Tahap Pengumpulan Data/ Pengamatan Pada tahap ini , dari 19 siswa
dengan KKM 65 hanya 8 atau 42,10% siswa yang mencapai tingkat ketuntasan
belajar itupun dengan nilai yang sangat minim, sedangkan yang belum tuntas
mencapai 11 siswa atau 57,89% dengan nilai rata rata 59,50. Dan untuk aktivitas
belajar pada pembelajaran prasiklus ini antusias para siswa belum muncul karena
hanya mendengarkan proses pembelajaran dengan model konvesional atau
ceramah yang hanya berpusat pada guru saja. Pada pembelajaran prasiklus ini
banyak sekali kekurangan – kekurangan yang terjadi misalnya, siswa pasif dan
tidak mau bertanya, siswa kurang antusias dalam proses pembelajaran, siswa tidak
mau mengemukakan pendapatnya, siswa tidak bisa bekerja sama dengan teman
kelompoknya, hanya siswa yang pandai yang mengerjakan lembar kerja kelompok
sedang yang kurang pandai hanya melihat saja serta semangat belajar yang kurang
sehingga prestasi belajar dan aktivitas belajar masih sangat rendah. Tahap
Refleksi Tahap refleksi dilakukan setelah analisis data tes formatif siswa dan data
aktivitas belajar siswa sudah terkumpul. Dari hasil yang sangat rendah itu maka
peneliti berhasil mengidentifikasi masalah ketidakberhasilan atau rendahnya hasil
belajar dan aktivitas belajar pada siswa. Kemudian ketidakberhasilan
pembelajaran tersebut dikonsultasikan dengan pembimbing. Dan berdasarkan
arahan pembimbing maka peneliti membuat rencana perbaikan pembelajaran yang
dituangkan dalam rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas belajar siswa pada kompetensi
Menghitung Unsur-unsur lingkaran. Siklus I Tahap Perencanaan Setelah
mengidentifikasi hasil belajar dan aktivitas belajar Matematika yang masih sangat
rendah , maka peneliti pelaksanakan tahap perencanaan perbaikan pembelajaran
siklus I. Tahap ini di laksanakan pada tanggal 27 September 2020, dan dengan
bimbingan supervisor peneliti melaksanakan kegiatan sebagai berikut : Membuat
Rencana Perbaikan pembelajaran Matematika untuk K.D. Menghitung Unsur-
unsur lingkaran dengn model pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( RPP siklus
I ). Mendiskusikan RPP siklus I dengan supervisor. Memperbaiki dan melengkapi
kekurangan – kekurangan RPP siklus I sesuai arahan superiasor. Menyusun
strategi pembelajaran dengn model STAD dengan pembagian kelompok secara
heterogen baik jenis kelamin maupun tingkat kecerdasan siswa. Membuat soal –
soal kerja kelompok, tes formatif, kunci jawaban dan kriteria penilaian. Membuat
lembar perbaikan dan penganyaan. Membuat lembar aktivitas belajar.
Menyiapkan alat peraga berupa gambar lingkaran dari karton, gunting, tali,
penggaris. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I
dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 29 September 2020 pukul 07.00 – 08.10
WIB. Tahap ini dilakukan oleh peneliti dalam waktu dua jam pelajaran ( 2 x 35
menit ) .Peneliti dibantu oleh supervisor 2 dan teman sejawat sebagai pengamat
pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran. Untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam menemukan unsur-unsur lingkaran melalui model
pembelajaran kooperatif STAD peneliti melaksanakan kegiatan inti dengan
langkah – langkah sebagai berikut : Guru menjelaskan tentang materi luas
lingkran dengan diskusi, dengan membagi siswa menjadi lima kelompok, setiap
kelompok terdiri lima siswa serta dengan menggunakan alat peraga berupa
bangun datar lingkaran yang terbuat dari kertas karton dan LKS yang berisi
langkah-langkah penemuan rumus unsur-unsur lingkaran. Untuk meningkatkan
kemampuan siswa pada pembelajaran matematika dalam mengidentifikasi materi
unsur-unsur lingkaran melalui menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, peneliti menempuh langkah-langkah perbaikan pembelajaran sebagai
berikut: masing-masing kelompok berdiskusi melakukan kegiatan penemuan
rumus unsur-unsur lingkaran menggunakan media lingkaran yang terbuat dari
kertas karton. Perwakilan siswa maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil
kerja kelompoknya, kelompok yang lain memanggapi, maka terjadi diskusi dalam
kelas. Siswa diberikan umpan balik dan penguatan lisan. Guru memberikan
hadiah bagi kelompok dengan skor tertinggi dan memberikan motivasi pada
kelompok dengan skor paling rendah. Siswa membahas dan menyimpulkan hasil
diskusi, guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa untuk materi yang
belum jelas, mengulas kembali dengan siswa apa yang telah dilakukan dalam
kerja kelompok, merangkum materi pembelajaran, mengerjakan tes formatif, dan
menganalisis tes formatif. Tahap Pengumpulan Data / Pengamatan Pada tahap
ini , dari 19 siswa dengan KKM 65 hanya 12 atau 63.16% siswa yang mencapai
tingkat ketuntasan belajar itupun dengan nilai yang sangat minim, sedangkan yang
belum tuntas mencapai 7 siswa atau 36,84% dengan nilai rata rata 69,50. Tahap
Refleksi Pelaksanaan refleksi siklus 1 pada hari selasa tanggal 2 Oktober 2020.
Intrumen yang dianalisis berupa hasil lembar kerja siswa, hasil tes formatif,
analisis hasil tes formatif, lembar pengamatan guru dan siswa, catatan peneliti
selama pelaksanaan pembelajaran yang dibantu oleh supervisor 2 tentang
kekurangan guru dan siswa yang merupakan masalah sebagai penyebab
ketidakberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Dalam menganalisis ternyata terjadi
peningkatan dalam proses pembelajaran. Namun masih belum berhasil mencapai
ketuntasan, maka masih perlu adanya perbaikan kembali. Hasil analisis tersebut
dikonsultasikan kepada supervisor 1. Hasil konsultasi berupa langkah-langkah
perbaikan pembelajaran yang dituangkan dalam pembuatan rencana perbaikan
pembelajaran 2 dengan fokus perbaikan meningkatkan hasil belajar siswa melalui
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun yang diperoleh selama
pembelajaran sebagai berikut: suasana kelas kurang tertib, sebagian siswa mulai
bisa mengerjakan tugas, guru memberi kesempatan bertanya, siswa mulai berani
bertanya, hasil tes siklus 1 dari 19 siswa kelas VI yang mendapat nilai di atas
KMM 14 siswa sedang yng belum tuntas ada sebanyak 5 siswa. Siklus II Tahap
Perencanaan Setelah mengidentifikasi hasil belajar dan aktivitas belajar
Matematika yang masih sangat rendah , maka peneliti pelaksanakan tahap
perencanaan perbaikan pembelajaran siklus II. Tahap ini di laksanakan pada
tanggal 6 Oktober 2020, dan dengan bimbingan supervisor peneliti melaksanakan
kegiatan sebagai berikut : Membuat Rencana Perbaikan pembelajaran Matematika
untuk K.D. Menghitung Unsur-unsur lingkaran dengn model pembelajaran
Kooperatif tipe STAD ( RPP siklus II ). Mendiskusikan RPP siklus I dengan
supervisor. Memperbaiki dan melengkapi kekurangan – kekurangan RPP siklus II
sesuai arahan supervisor. Menyusun strategi pembelajaran dengn model STAD
dengan pembagian kelompok secara heterogen baik jenis kelamin maupun tingkat
kecerdasan siswa. Membuat soal – soal kerja kelompok, tes formatif, kunci
jawaban dan kriteria penilaian. Membuat lembar perbaikan dan penganyaan.
Membuat lembar aktivitas belajar. Menyiapkan alat peraga berupa gambar
lingkaran dari karton, gunting, tali, penggaris. Tahap Pelaksanaan Dilaksanakan
pada rabu, 8 Oktober 2020 pukul 09.00 – 10.10. Untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa dalam mengukur unsur-unsur lingkaran dan keliling
lingkaran melalui model pembelajaran kooperatife STAD dengan langkah –
langkah sebagai berikut : Dengan menggunakan strategi pembelajaran yang
bervariasi. Selain membuat kelompok dengan membagi siswa menjadi lima siswa
untuk membantu dalam penguasaan materi pembelajaran tentang materi luas
lingkran . Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika
dalam mengidentifikasi materi unsur-unsur lingkaran melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, peneliti menempuh langkah-langkah
perbaikan pembelajaran sebagai berikut: masing-masing siswa melakukan
penerapan rumus unsur-unsur lingkaran, masing-masing kelompok diberikan
bangun datar lingkaran dengan ukuran yang berbeda-beda. Siswa diminta
mengukur diameter dan jari-jari lingkaran yang kemudian akan dihitung luas
daerahnya. Setiap kelompok berdiskusi dalam penerapan rumus unsur-unsur
lingkaran. Guru membimbing diskusi masing-masing kelompok. Perwakilan
siswa maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil kerjanya, kelompok yang
lain memanggapi, maka terjadi diskusi dalam kelas. Siswa atau kelompok yang
belum dapat mengerjakan dengan benar guru langsung membimbingnya. Guru
dan siswa membahas dan menyimpulkan hasil diskusi, memberi kesempatan
bertanya kepada siswa untuk materi yang belum jelas, mengulas kembali dengan
siswa apa yang telah dilakukan dalam kerja kelompok, merangkum materi
pembelajaran, mengerjakan tes formatif, dan menganalisis tes formatif. Tahap
Pengumpulan Data / Pengamatan Pada tahap ini , dari 19 siswa dengan KKM 65
siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar mencapai 17 siswa atau 89,47 %,
sedangkan yang belum tuntas mencapai 2 siswa atau 10,53% dengan nilai rata rata
81,05. Tahap Refleksi Dari analisa siklus 2 yang dilaksanakan hari Sabtu, 11
Oktober 2020 bersama supervisor 2 sebagai pengamat pelaksanaan proses
pembelajaran, peneliti mendiskusikan berdasarkan data-data yang ada diantaranya
adalah : a) Hasil lembar pengamatan guru dan siswa. b) Hasil tes formatif siswa.
c) Hasil analisis tes formatif. Hasil kesimpulan yang pengamat dan peneliti
temukan adalah sebagai berikut : a) Kemampuan guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran semakin baik sehingga guru semakin lebih menguasai
pelaksanaan proses pembelajaran. b) Teknik pembelajaran yang digunakan sudah
sesuai. c) Pemahaman siswa tentang materi meningkat. d) Hasil belajar siswa
semakin meningkat sehingga pembelajaran berhasil. Tehnik Analisis Data Data
yang terkumpul dianalisis secara deskriptif komparatif yang dilanjutkan refleksi.
Data skala penilaian diklasifikasikan sebagai data kuantitatif, sedangkan yang
diperoleh melalui hasil observasi diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Arikunto
(2008: 112) menyatakan bahwa data yang diperoleh dianalisis menggunakan
teknik pengumpulan data dari hasil nilai tes berbentuk angka atau kuantitatif, data
yang bentuknya kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
komparatif, yaitu membandingkan antara nilai tes kondisi awal, siklus I, dan
siklus II. Sedangkan data yang diperoleh melalui observasi berbentuk data
kualitatif, data yang bentuknya kualitatif dianalisis menggunakan analisis
deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi untuk direfleksi. Untuk
mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran matematika
materi operasi hitung bilangan bulat menggunakan presentase dengan rumus
berikut: NP = f/Σf ×100 Keterangan: NP : Nilai persentase f : Nilai yang dicapai
siswa ∑ : Jumlah responden Analisis data kualitatif dilakukan menggunakan
interactive model yaitu (1) deskriptif, yaitu proses penampilan data secara
sederhana dalam bentuk paparan naratif, (2) reduksi data, yaitu proses
penyederhanaan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data menjadi
informasi yang bermakna, dan (3) penyimpulan, yaitu proses pengambilan intisari
sajian data yang terorganisir dalam bentuk kalimat atau format yang singkat dan
padat tetapi mengandung pengertian luas.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika yang
telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran
Matematika tentang mennghitung unsur-unsur lingkaran di kelas VI SD
Negeri 59 Buton berjalan dengan baik sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Secara rinci peningkatan tersebut sebagai berikut:
1. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran berjalan dengan cukup baik dengan
nilai rata-rata 2,37% dari supervisor s2 pada siklus 1, dan menjadi sangat
baik dengan nilai rata-rata 2,73% dari supervisor 2 pada siklus
2. Hasil belajar siswa meningkat dari kurang dengan nilai rata- rata 59,50
pada prasiklus, dan sedang dengan nilai rata-rata 69,50 pada siklus 1, dan
baik dengan nilai rata – rata 81,05 pada siklus 2. Tingkat ketuntasan
belajar meningkat 42,10% pada prasiklus, 63,16% pada siklus 1 dan
89,47% pada siklus 2.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat diajukan saran-saran
berikut:
a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna serta dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep.
b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
penggunaan metode STAD pada pembelajaran matematika materi unsur-unsur
lingkaran sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam rangka menambah
variasi model mengajar , sehinga tercipta suasana pembelajaran yang aktif
,inovatif,kreatif dan menyenangkan (PAIKEM).
c. Bagi peneliti, perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
keefektifan penerapan model pembelajaran STAD pada pembelajaran
matematika materi unsur-unsur lingkaran sebagai upaya meningkatkan hasil
belajar siswa dengan memodifikasi rancangan penelitian sehingga diperoleh
perubahan-perubahan yang lebih signifikan.

C. Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang dapat peneliti uraikan sebagai berikut:
1. Laporan PKP dengan pola penelitian tindakan kelas dapat dijadikan
sumber referensi dalam pernaikan pembelajaran di SD Negeri 59 Buton,
tempat peneliti melkukan penelitian.
2. Sebagai bahan kajian dan diskusi pada forum Kelompok Kerja Guru
(KKG) di SD Negeri 59 Buton. Dengan tersusunnya laporan Pemantapan
Kemampuan Profesional ini, penulis berharap laporan perbaikan
pembelajaran ini bermanfaat positif bagi dunia pendidikan khususnya
pada peningkatan mutu pendidikan yang implementasinya pada
peningkatan sumber daya manusia. Penulis menyadari adanya
keterbatasan kemampuan dalam menyusun laporan ini, maka peneliti
berharap ada pemikiran dan saran maupun kritik dari pembaca untuk
peningkatan penelitian berikutnya. 
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi, Depdiknas. 
Anni, Chatarina, Sri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: Universitas Negeri
Semarang Press. Arikunto 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika
Arikunto. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
Kelima. Jakarta: Rineka Cipta. 
Depdiknas . 2006. Kurikulum 2006, Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas 
Nanang hanafiah dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Refika Aditama. Rina Dyah Rahmawati, dkk. 2006. Petunjuk Penggunaan Alat
Peraga Matematika Sekolah Dasar. Yogyakarta: Direktorat Jendral Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah. 
Sam’s, Rosma Hartiny. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: 
Teras. Sanjaya, Wina. 2011. Teori Pembelajaran Beorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana. 
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: 
Rosda Karya. Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 
Trianto 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. 
 Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik (Suatu Alternatif
Pendekatan Pembelajaran Matematika). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nama : Nuriadin

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : SDN 59 BUTON


Kelas / Semester : VI (Enam) / 1
Mata Pelajaran : Matematika
Pembelajaran : Lingkaran
Alokasi Waktu : 3 x 35 Menit

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman dan
berakhlak mulia.

B. KOMPETENSI DASAR (KD)


3.3 Menjelaskan unsur-unsur lingkaran (titik pusat, jari-jari, diameter, busur, tali
busur, tembereng, dan juring) dan taksiran keliling dan luas lingkaran.
4.3 Menaksir keliling dan luas lingkaran serta menggunakannya untuk
menyelesaikan masalah.
C. INDIKATOR:
3.3.1 Menjelaskan unsur-unsur lingkaran (titik pusat, jari-jari, diameter, busur, tali
busur, tembereng, dan juring) dan taksiran keliling dan luas lingkaran.
4.3.1 Menemukan taksiran nilai pi sebagai perbandingan keliling dan
diameter

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat Menjelaskan unsur-unsur lingkaran (titik pusat, jari-jari, diameter,
busur, tali
busur, tembereng, dan juring)
2. Siswa dapat menemukan taksiran nilai pi sebagai perbandingan
keliling dan
diameter.
3. Siswa dapat menyelesaikan dan menghitung keliling lingkaran.

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK )


Religius Nasionalis Mandiri Gotong Royong Integritas

E. MATERI PEMBELAJARAN
 Lingkaran

F. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN


 Pendekatan : STEAM
 Model pembelajaran : Discovery Learning
 Metode Pembelajaran : Penugasan, tanya jawab, diskusi kelompok

G. MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN


Media Pembelajaran
Benang, penggaris, Tutup stoples, uang logam baskom,
piring,gelas,rangkuman

Sumber Pembelajaran
 Buku Pedoman Guru Matematika Kelas VI, Penerbit INTAN
PARIWARA
 Buku Siswa Matematika Kelas VI, Penerbit INTAN
PARIWARA
 Buku Jelajah Matematika Kelas VI, Penerbit Yudhistira
 Lingkungan sekitar
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Kegiatan Alokasi


Pembelajaran Waktu
Kegiatan  Guru memberikan salam dan 15 menit
Pendahuluan Menanyakan kabar dan
keadaan siswa serta
memberikan motivasi agar
tetap semangat belajar.
 Guru mengajak berdoa
bersama dengan dipimpin oleh
salah seorang siswa(religius).
 Guru mengecek kehadiran
siswa
 Guru mengajak siswa untuk
secara bersama-sama
menyanyikan salah satu lagu
wajib nasional untuk
membangkitkan motivasi dan
karakter siswa (nasionalisme)
 Guru mengaitkan materi pada
pertemuan sebelumnya
dengan materi yang akan
dipelajari dan diharapkan
sesuai dengan pengalaman
siswa.
 Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memberikan
gambaran tentang manfaat
mempelajari materi yang akan
dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari.
Kegiatan Inti  Guru mengawali kegiatan 80 menit
pembelajaran dengan
memberikan rangkuman
tentang hal-hal yang
berhubungan dengan
lingkaran , Siswa mengamati
dan mencermati rangkuman
tersebut
 Guru menanyakan hasil dari
pengamatan siswa.
 Siswa dan guru melakukan
tanya jawab tentang lingkaran
 Siswa berdiskusi dan mencatat
hasil pengukuran keliling dan
diameter lingkaran pada
LKPD.
 Siswa membandingkan
panjang keliling dan panjang
diameter lingkaran.
 Siswa menemukan nilai phi
yang merupakan perbandingan
antara panjang keliling dengan
panjang
diameter lingkaran
 Siswa menggunakan nilai pi
untuk menghitung luas dan
keliling
lingkaran melalui diskusi
kelompok dengan petunjuk
dalam LKPD yang telah
dibagikan oleh guru.
 Siswa mengolah hasil diskusi
yang telah dilakukan dengan
teman yang telah disajikan
dan menuliskan hasilnya.
Guru memantau dan
melakukan pembimbingan
 Siswa menjawab pertanyaan
yang ada di LKPD
berdasarkan hasil diskusi
kelompok yang telah
dilakukan.
 Siswa membuat kesimpulan
kegiatan belajar bedasarkan
diskusi kelompok.,dan
mempresentasekan hasil
diskusi kelompoknya (kreatif)
 Guru memandu siswa melalui
dalam melaporkan presentase
hasil diskusi kelompok
 Guru memberikan soal
evaluasi untuk dikerjakan
secara mandiri
 Guru mengumpulkan hasil
evaluasi yang telah dikerjakan
oleh siswa
Kegiatan Penutup  Guru memberikan tugas untuk 10 menit
dikerjakan di rumah, siswa
boleh bekerja sama dengan
orang tua dalam
menyelesaikan tugas, namun
peran orang tua hanya sebatas
memberikan pendampingan
dan bimbingan saja, yang
mengerjakan harus siswa
sendiri. (mandiri)
 Guru melakukan umpan balik
dan kesimpulan terhadap
materi yang telah dipelajari.
 Guru menutup pembelajaran
dengan meminta salah seorang
siswa untuk memimpin doa.
 Guru mengucapkan salam
penutup untuk mengakhiri
pembelajaran

I PENILAIAN
 Sikap
Melalui pengamatan saat guru memantau
 Pengetahuan
Tertulis
 Keterampilan
Menggunakan rubrik penilaian (melalui pengamatan dalam diskusi kelompok ,
presentasi kelompok)

J. RENCANA TINDAK LANJUT

- Pengayaan
Guru memberikan tugas lanjutan bagi siswa yang mencapai atau
melampaui batas nilai ketuntasan
- Remedial
Guru membimbing kembali siswa yang belum mampu mencapai nilai
ketuntasan
Mengetahui Buton, November 2020
Guru Pamong Mahasiswa

FATMAWATY, S.Pd. NURIADIN


NIP No.Peserta
201502804527

Mengetahui
Kepala SDN 59 Buton

WAODE ZAHARAENI, SH.,MH.


NIP. 19681231 199310 2 004

Anda mungkin juga menyukai