Anda di halaman 1dari 12

Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.

4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

Penerapan Problem Based Learning Pada Materi Program Linear Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI TJA2
SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh

Marwan, S. Pd
Guru SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas XI TJA-2
SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh setelah penerapan model Problem Based Learning
pada materi program linear. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TJA-2
SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh, Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
berupa tes awal dan tes akhir tiap tindakan. Kesimpulan dalam penelitian adalah
Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas XI TJA-2 SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh pada Materi Program Linear
dengan hasil tes akhir pada tindakan siklus I dengan rata rata 53,71 ( 19,05%),hasil tes
akhir pada tindakan siklus II dengan rata rata 66,71 (61,90%), dan hasil tes akhir pada
tindakan siklus III terjadi peningkatan presentase siswa yang memperoleh nilai standar
KKM dengan rata rata 74,76 (85,71%).
Kata Kunci: Model Problem Based Learning (PBL), Pemahaman

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Maju
mundurnya suatu bangsa sangat tergantung sistem pendidikan yang dilaksanakan.
Pendidikan berkualitas dilihat dari nilai hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa
dapat lebih ditingkatkan apabila pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.
Permendiknas No 24 tahun 2016 merupakan tuntutan pemerintah kepada para
pendidik/guru agar melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai Standar Proses dengan
menggunakan berbagai strategi, pendekatan, metode dan model pembelajaran sehingga
mencapai hasil pembelajaran yang optimal dalam menghadapi persaingan di era
globalisasi yang penuh tantangan dan harapan.
Materi Peluang merupakan materi yang sangat melekat dalam kehidupan sehari-
hari, namun ketika dihadapkan pada matematika, materi ini seolah menjadi abstrak,
mengawang pada dunia yang lain. Maka tidaklah mengherankan pemahaman siswa di
SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh tahun pelajaran 2016/2017 pada Materi Peluang
nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 65. Artinya masih di bawah kriteria
ketuntasan minimum pada Materi peluang yaitu 70 dan pada saat itu hanya 60 % saja
siswa yang memperoleh nilai ≥ KKM. Dalam observasi peneliti, hal tersebut
diakibatkan oleh kurang minat belajar yang berimplikasi pada rendahnya hasil belajar.
Minat belajar yang rendah sangat dipengaruhi pula oleh faktor guru yang
melakukan pengajaran pada saat itu dengan menggunakan metode ceramah dan
pemberian tugas, sehingga belajar seolah-olah menjadi rutinitas karena telah tercantum
pada roster pelajaran. Karena itu, perlunya inovasi dalam pendekatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas perlu dikembangakan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap Materin
Peluang lebih baik. Model pembelajaran yang dimaksud harus direncanakan sebaik
mungkin sehingga siswa lebih aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri
91
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

pengetahuan yang akan diperolehnya. Soedjadi dalam Sudarsiah (2005:2)


mengemukakan bahwa, di negeri Belanda telah dikembangkan Pembelajaran
Matematika Realistik (PMR). Dalam pendekatan PMR pembelajaran matematika lebih
memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan lingkungan serta bahan ajar yang disusun
sedemikian sehingga siswa lebih aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri
pengetahuan yang akan diperolehnya.
Dengan demikian mereka termotivasi untuk terlibat dalam pelajaran. Untuk
mendukung proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa diperlukan suatu
pengembangan materi pelajaran matematika yang difokuskan kepada aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa,
serta penggunaan metode evaluasi yang terintegrasi pada proses pembelajaran.
Dalam PMR pembelajaran tidak dimulai dari defenisi, teorema atau sifat-sifat
kemudian dilanjutkan dengan pembahasan contoh-contoh. Namun sifat-sifat, definisi,
cara, prinsip, dan teorema diharapkan seolah-olah ditemukan kembali oleh siswa
melalui penyelesaian kontekstual yang diberikan guru di awal pembelajaran.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas
yang berjudul : "Penerapan Problem Based Learning Pada Materi Program Linear
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI TJA2 SMK Negeri 5 Telkom
Banda Aceh".

Tujuan Penelitian
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Penerapan Problem Based Learning Pada Materi Program Linear Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas XI TJA2 SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh.

KAJIAN TEORI
Hakikat Belajar Matematika
Belajar merupakan usaha yang dilakukan setiap manusia dalam rangka untuk
mencapai sesuatu yang dicapai. Menurut Suryabrata (2002;232) menyimpulkan tentang
belajar yaitu: (1) belajar itu membawa perubahan; (2) perubahan itu pada pokoknya
adalah didapatkannya kecakapan baru; (3) Perubahan itu terjadi karena usaha dengan
sengaja. Belajar adalah suatu proses dimana suatu tindakan muncul atau berubah karena
adanya respons terhadap sesuatu situasi (Sukmadinata, 2003:15). Belajar matematika
untuk membekali siswa supaya dapat berfikir logis, analitis, sistematis kritis dan
kreatif, seta mampu bekerja sama. Lebih lanjut Hudoyo yang dikutip oleh Soedjadi
(2000:2) mengemukakan bahwa matematika yang berkenaan dengan ide-ide/konsep-
konsep abstrak yang diberi simbol-simbol dan tersusun secara hirarkis serta
penalarannya deduktif tersebut menyebabkan belajar matematika merupakan kegiatan
mental yang tinggi. Karena matematika bersifat hirarkis maka proses belajar
matematika akan terjadi secara lancar jika belajar dilakukan secara kontinyu.
Menurut Pinellas County Schools, Division of Curriculum and Instruction
Secondary Mathematics, daya matematis meliputi; (1) standard proses (process
standards), yaitu tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran, proses standar
meliputi, kemampuan pemecahan masalah kemampuan berargumentasi, kemampuan
berkomunikasi, kemampuan membuat koneksi (connection) dan kemampuan
representasi; (2) Ruang lingkup materi (content strands), adalah kompetensi dasar yang
disyaratkan oleh kurikulum sesuai dengan tingkat pembelajaran siswa, bagi Indonesia
ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SMK/MAK meliputi
aspek-aspek sebagai berikut: Logika, Aljabar, Geometri, Trigonometri, Kalkulus,
92
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

Statistika dan Peluang (KTSP, 2006); (3) Kemampuan Matematis (Mathematical


Abilities), yaitu pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk dapat
melakukan manipulasi matematika meliputi pemahaman konsep dan pengetahuan
prosedural.

Hasil Belajar
Hasil belajar suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2003:2).
Bloom (1966:7) mengemukakan, ada tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor.
Menurut Sudjana (1989:210) mendefinisikan, "Hasil Belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya." hasil
belajar harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku, melalui stimulus respon dan
hasil belajar bersyarat.
Sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar adalah
terjadinya perubahan perilaku tersebut misalnya dapat berupa; dan tidak tahu sama
sekali menjadi samar-samar, kurang mengerti menjadi mengerti, tidak biasa menjadi
terampil dan anak pembangkang menjadi penurut, kurang takwa menjadi takwa, dan
lain-lain.

Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik


Pendidikan matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME)
mulai berkembang karena adanya keinginan meninjau kembali pendidikan matematika
di Belanda yang dirasakan kurang bermakna bagi pembelajar. Gerakan ini diprakarsai
oleh Wijdeveld dan Goffre (1968) melalui proyek Wiskobas. Selanjutnya bentuk RME
yang ada sampai sekarang sebagian besar ditentukan oleh pandangan Freudenthal
(1977) tentang matematika. Menurut pandangannya matematika harus dikaitkan dengan
kenyataan, dekat dengan pengalaman anak dan relevan terhadap masyarakat, dengan
tujuan menjadi bagian dari nilai kemanusiaan. Freudenthal menekankan ide matematika
sebagai suatu kegiatan kemanusiaan. Matematika harus memberikan kesempatan
kepada pembelajar untuk "dibimbing" dan "menemukan kembali" matematika dengan
melakukannya. Dalam pendidikan matematika dengan sasaran utama matematika
sebagai kegiatan dan bukan sistem tertutup. (Freudental, 1968).
Kemudian Treffers (1978, 1987) secara eksplisit merumuskan ide tersebut dalam
2 tipe matematisasi dalam konteks pendidikan, yaitu matematisasi horisontal dan
vertikal. Pada matematisasi horizontal siswa diberi perkakas matematika yang dapat
menolongnya menyusun dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Matematisasi vertikal di pihak lain merupakan proses reorganisasi dalam sistem
matematis, misalnya menemukan hubungan langsung dari keterkaitan antar konsep-
konsep dan strategi-strategi dan kemudian menerapkan temuan tersebut. Jadi
matematisasi horisontal bertolak dari ranah nyata menuju ranah simbol, sedangkan
matematisasi vertikal bergerak dalam ranah simbol. (Freudenthal, 1991). Hal ini
disebabkan oleh pemaknaan "realistik" yang berasal dari bahasa Belanda "realiseren"
yang artinya bukan berhubungan dengan kenyataan, tetapi "membayangkan". Kegiatan
"membayangkan" ini ternyata akan lebih mudah dilakukan apabila bertolak dari dunia
nyata.
Pendidikan Matematika Realistik mencerminkan pandangan matematika tertentu
mengenai bagaimana anak belajar matematika dan bagaimana matematika harus
93
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

diajarkan. Pandangan ini tercermin pada 6 prinsip, yang diturunkan dari 5 kaidah yang
dikemukakan Treffers (1987) yaitu eksplorasi fenomenologis menggunakan konteks,
menjembatani dengan menggunakan instrumen vertikal, konstruksi dan produksi oleh
pebelajar sendiri, pembelajaran interaktif, dan jalur jalur belajar yang saling menjalin.

Menggunakan Produksi dan Konstruksi


Streefland (1991) menekankan bahwa dengan pembuatan "produksi bebas" siswa
terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam
proses belajar. Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan
masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaran
lebih lanjut yaitu untuk mengkonstniksi pengetahuan matematika formal.

Menggunakan Interaktif
Interaksi antar siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam
pembelajaran Matematika Realistik. Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang
berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi
digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.

Menggunakan Keterkaitan (Intertwinment)


Matematika Realistik (PMR) yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika
sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa
sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber
munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Pembelajaran Matematika Realistik di kelas berorientasi pada karakteristik-
karakteristik Matematika Realistik, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk
menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Selanjutnya, siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep matematika
untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian di SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh Kelas
XI RPL. Peneliti mengadakan penelitian pada bulan Juni 2017 sampai bulan
September 2017 atau semester I tahun pelajaran 2017/2018. Dalam tenggang waktu
tersebut, peneliti memulai penelitian dengan mengumpulkan data literatur,
melaksanakan tindakan kelas dalam beberapa siklus serta membuat laporan atau karya
ilmiah dari hasil penelitian ini.

Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas XI RPL2, materi Peluang
diajarkan pada kelas XI SMK, memiliki pemahaman yang sedang dalam pelajaran
Matematika, namun pada beberapa Materi Matematika masih tergolong rendah.dan
memiliki 27 siswa, Kelas ini merupakan kelas tempat penulis mengajar sehari-hari
sebagai guru matematika.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui instrumen
penelitian, analisis test pasca tindakan; digunakan untuk memperoleh gambaran hasil
belajar siswa setelah mendapat perlakuan, kemudian mengukur persentase perolehan
94
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

siswa yang mencapai KKM sebagai tolok ukur keberhasilan belajar siswa pada Materin
Peluang, dalam hal ini KKM untuk Peluang materi Permutasi dan Kombinasi adalah
70, serta membandingkan dengan persentase perolehan KKM siswa pada materi yang
sama tahun lalu.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pra Tindakan (Pre Knowledge)
Hasil penelitian penulis uraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus
pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Tes awal
merupakan fase penelitian yang dilakukan sebelum memberikan tindakan pada subjek
penelitian. Dalam fase ini peneliti hanya memberikan tes yang mencakup materi dasar
Materi Peluang, yaitu Faktorial dan Permutasi. Tes awal ini diikuti oleh siswa kelas XI
RPL yaitu 18 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini.
Tabel Hasil Tes Awal Siswa
No Nama Jenis Kelamin Skor awal
1 Asmaul Husna P 30
2 Dian Islamiyati P 55
3 Hanif Brilian P 70
4 Hayatun Nufus P 30
5 Maulina Sari P 45
6 Mutiara Okta P 35
7 Najmul Mauda P 30
8 Nurul Baisuri P 38
9 Rauzatul Sofia P 30
10 Syarifah N P 45
11 Yusnidar P 30
12 Rahma Wati P 30
13 Marza Debi A P 70
14 Munadia P 35
15 Miftahul Jannah P 32
16 Nurul Qamara P 30
17 Risma Liza P 68
18 Salfena Izati P 54
Rata-rata - 42,06
Berdasarkan hasil tes awal, diperoleh skor tertinggi 70 dan terendah 30 serta rata-
rata adalah 42,06. Setelah tes awal peneliti mengelompokkan siswa menjadi 5
kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Hasil pembagian kelompok dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel Kelompok Belajar Siswa
No. Nama Siswa Nama Kelompok
1. Hanif Brilian
2. Munadia
3. Nurul Qamara I
4. Rauzatul Sofia

95
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

1. Dian Islamiyati
2. Mutiara Okta
II
3. Rahmawati
4. Risma Liza
1. Asmaul Husna
2. Marza debi A
3. Maulina Sari III
4. Nurul Baisuri
5. Syarifah
1. Hayatun Nufus
2. Miftahul Jannah
3. Najmal IV
4. Safelna
5. Yusnidar
Adapun nilai tes pra tindakan menunjukkan nilai yang diperoleh oleh siswa rata-
rata masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum pada indikator menghitung Faktorial
dan Permutasi yaitu 70. Dari hasil penelitian dapat dilihat hanya 2 siswa yang nilainya
mencapai KKM. Selanjutnya peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas ini dalam
dua siklus sebagaimana yang telah dirancang. Dalam setiap siklusnya, peneliti
melakukan test, yaitu tes kemampuan akhir setelah tindakan dilakukan.
Sebelum melakukan penelitian, dalam pembelajaran Matematika khususnya
materi faktorial dan permutasi, hanya bersifat verbalistik artinya dengan menggunakan
ceramah saja kemudian mengerjakan contoh soal. Minimnya penguasaan siswa akan
mata pelajaran Matematika karena kurang diterapkannya metode dan teknik pengajaran
yang bervariasi dan menstimulus kreativitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Dalam upaya lebih memperdalam dan lebih memahami mata pelajaran
Matematika maka guru harus menerapkan suatu metode yang membuat siswa senang,
tidak membosankan serta memotivasi dalam belajarnya, salah satunya adalah dengan
menerapkan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Peneliti mengadakan
penelitian tindakan kelas ini dalam dua siklus sebagaimana telah penulis rancang pada
Bab III. Dalam setiap siklusnya, peneliti melakukan post test, yaitu tes kemampuan
akhir setelah tindakan dilakukan.

Siklus Tindakan I
Tindakan I merupakan pelaksanaan dari materi dasar Materi Peluang yaitu
faktorial dan permutasi. Adapun yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan I adalah
sebagai berikut:
a) Perencanaan Tindakan I
Perencanaan Tindakan I meliputi :
1. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi dan
pedoman wawancara.
2. Guru membagi siswa dalam 5 kelompok dengan komposisi siswa yang sama
dan terdapat satu siswa yang dianggap mampu.
3. Guru menyiapkan pola pengajaran dengan pendekatan pembelajaran
Matematika Realistik diantaranya media pengajaran.
4. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b) Pelaksanaan Tindakan I

96
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

Pelaksanaan tindakan I diikuti oleh 18 siswa kelas XI RPL1, guru matematika lain
bertindak sebagai observer mengamati pelaksanaan tindakan. Pembelajaran
dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang telah
direncanakan pada RPP, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Kegiatan Awal
Apersepsi materi pembelajaran yang lalu merupakan langkah pertama pada
kegiatan awal ini. Guru mengingatkan kembali tentang materi dasar peluang, kaidah
pencacahan, perkalian serta faktorial. Guru juga menguatkan kembali definisi dari
faktorial.
Kegiatan Inti
Tujuan dari pembelajaran ini adalah siswa mampu memahami dengan benar definisi
dan karakteristik dari permutasi serta menghitung melalui faktorial. Kemudian guru
memberikan arahan untuk diperhatikan dengan seksama oleh siswa, yaitu .
1. Guru mengajak salah seorang siswa pada tiap-tiap kelompok untuk
mempraktekkan secara langsung pemilihan Ketua Osis, Wakil Ketua, Sekretaris
dan Bendahara dari 4 orang yang tersedia.
2. Bersama-sama siswa, guru mengarahkan murid untuk menghitung kemungkinan
yang terjadi dari objek berbeda dalam urutan tertentu.
3. Dengan 4 orang siswa tersebut, guru bersama siswa juga mempraktekkan
simulasi kemungkinan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
4. Menarik definisi dan konsep dasar dari Permutasi.
5. Permutasi dari sekumpulan objek adalah banyaknya susunan objek-objek
berbeda dalam urutan tertentu tanpa ada objek yang diulang dari objek-objek
tersebut, serta teoremanya sebagai berikut :
1) Permutasi n objek dari n objek yang berbeda : Pnn  n !
n!
2) Permutasi r objek dari n objek yang berbeda, r ≤ n : Prn 
(n  r )!
3) Permutasi n objek dari n objek dengan beberapa objek yang sama :
n!
P(nn1,n 2,...,nr ) 
n1! n 2! ... nr!
Kegiatan Penutup
Fase terakhir dari pembelajaran, guru bersama siswa menarik kesimpulan dari
materi yang telah dipelajari. Guru memberikan motivasi materi yang akan dipelajari
pada pertemuan selanjutnya. Selanjutnya untuk mengakhiri pembelajaran, guru
memberikan tes akhir tindakan sekaligus bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi.
Tes tindakan akhir ini dilaksanakan oleh siswa secara individual, meskipun pada
atau kelompok. Dalam tes ini, peneliti bersama pengamat mengawasi hasil kerja
siswa dan memastikan bahwa tes dilakukan siswa sesuai dengan aturan.
c) Hasil Observasi Tindakan I
Pada siklus I ini didapat hasil observasi sebagai berikut :
1. Siswa
(1) Kurangnya keberanian siswa dalam mengekplorasi materi, sehingga
kurangnya siswa yang mengajukan dan menjawab pertanyaan. (2) Siswa kurang
memahami bahasa keseharian yang diterjemahkan ke dalam bentuk matematika.
(3) Beberapa siswa yang duduk dalam kelompok masih sibuk oleh kegiatan
sendiri. (4) Kegiatan belajar mengajar masih kurang optimal.
2. Guru
97
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

(1) Guru tidak terlalu peduli dengan beberapa siswa yang membuat gaduh
sehingga kondisi kelas kurang terkontrol. (2) Kurangnya penguasaan guru
terhadap penguasaan pendekatan pembelajaran Matematika Realistik sehingga
ketika menjelaskan bahasa keseharian ke dalam bentuk matematis masih agak
samar.
Tabel Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Nama Jenis Kelamin Siklus I
1 Asmaul Husna P 45
2 Dian Islamiyati P 78
3 Hanif Brilian P 77
4 Hayatun Nufus P 75
5 Maulina Sari P 73
6 Mutiara Okta P 40
7 Najmul Mauda P 45
8 Nurul Baisuri P 40
9 Rauzatul Sofia P 45
10 Syarifah N P 75
11 Yusnidar P 60
12 Rahma Wati P 40
13 Marza Debi A P 79
14 Munadia P 50
15 Miftahul Jannah P 40
16 Nurul Qamara P 58
17 Risma Liza P 82
18 Salfena Izati P 75
Rata-rata 59,83
Dari perolehan nilai test siklus I dapat diketahui bahwa perolehan nilai
matematika pada Materi peluang dengan sub materi permutasi masih di bawah standar
kriteria ketuntasan minimum atau dalam hal ini sebanyak 10 siswa ( 55,56 %) belum
tuntas dan sebanyak 8 siswa (44,44 %) yang sudah mencapai nilai tuntas dengan rata-
rata 59,83 < 70,00 namun persentase perolehan nilai tersebut sudah lebih baik dari pra
tindakan. Begitu pula jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70,00 sudah mencapai 8
dari 18 siswa yang berpartisipasi pada siklus I artinya sudah 55,56% siswa memperoleh
nilai di atas KKM, namun jumlah tersebut masih lebih rendah dari indikator
keberhasilan penelitian yaitu ≥ 75% dan siswa memperoleh skor ≥ 70.
d) Refleksi
Dikarenakan hasil penelitian belum menunjukkan standar keberhasilan penelitian
yang diharapkan, yaitu perolehan nilai ≥ 75% siswa memperoleh skor ≥ 70 dan
terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari pra tindakan terhadap siklus I. Maka
dengan demikian, peneliti melanjutkan penelitian pada siklus II dengan berbagai
rekomendasi agar hasil belajar siswa lebih baik lagi, yaitu :
1. Seiring dengan perkembangan yang ada, pada siklus II situasi kelas akan
disetting dengan mengganti letak duduk siswa yang berpotensi membuat gaduh
berdampingan dengan siswa yang pintar, begitu pula jarak antar kelompok lebih
jarang, sehingga pembelajaran lebih fokus dan guru mudah mengontrol kelas
pada setiap kelompoknya.
2. Pembelajaran kelompok diarahkan agar siswa yang lebih mampu menuntun
kawan sejawamya yang belum paham.
98
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

3. Guru dituntut untuk dapat berinteraksi dengan siswa sehingga siswa tidak jenuh
atau bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru dan dapat menimbulkan
kedekatan antara siswa dan guru.
4. Guru juga harus mempersiapkan diri untuk meningkatkan pemahamannya
terhadap implementasi PMR

Siklus Tindakan II
Dalam prakteknya pada siklus II sebagaimana hasil refleksi pada siklus I, siswa
dikondisikan oleh guru Matematika dalam kelas dengan tetap duduk berkelompok,
namun beberapa siswa yang berpotensi gaduh didudukkan berdampingan dengan siswa
yang hasil belajarnya lebih baik, begitu pula siswa yang masih belum memiliki
pemahaman yang baik. Sebelum memulai pembelajaran, guru memberikan motivasi
kepada siswa dengan menekankan pentingnya memperoleh hasil belajar yang baik.

Perencanaan
Perencanaan pada siklus II ini didasarkan temuan hasil siklus I. Adapun rencana
tindakan yang akan dilakukan adalah :
1) Membuat perbaikan rencana pembelajaran dengan kegiatan pembelajaran lebih
ditekankan pada motivasi serta kegiatan inti pembelajaran memahami permutasi
dan kombinasi serta perbedaan mendasar antar keduanya.
2) Menyiapkan lembar observasi untuk memperoleh data non tes siklus II
3) Menyiapkan lembar soal tes tindakan II.
a. Tindakan
Tindakan yang dilaksanakan peneliti dalam siklus II adalah memberikan umpan
balik mengenai hasil yang diperoleh pada siklus I. Pelaksanaan tindakan II ini juga
diikuti oleh 18 siswa pada kelas XI RPL. Pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus II
sama dengan siklus I, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir yang dapat
peneliti uraikan sebagai berikut :
Kegiatan Awal
Pembelajaran pada siklus II ini juga diawali dengan apersepsi serta menjelaskan
kepada siswa indikator pembelajaran yang harus didapatkan siswa, karena itu penting
sekali bagi guru dalam proses ini untuk memberikan motivasi lebih tentang pentingnya
pembelajaran dan pencapaian hasil belajar terutama pada siswa yang tingkat
pemahaman terhadap permutasi masih rendah. Begitu pula guru memberikan motivasi
kepada siswa yang lebih paham untuk membimbing teman sejawat di dalam kegiatan
kelompok.
Kegiatan Inti
Melalui soal cerita keseharian guru menjelaskan kembali tentang permutasi serta
memberikan perbedaannya dengan kombinasi, yaitu permutasi dipengaruhi oleh urutan
objek sementara kombinasi tidak pengaruhi oleh urutan. Guru kembali memanggil
perwakilan kelompok clan meminta siswa untuk bersalarnan dan menanyakan berapa
kali seorang siswa bersalaman dengan seorang yang lain.
Guru juga memberikan kasus kombinasi untuk diselesaikan oleh siswa melalui
kerja kelompok yaitu Ada 10 pengibar bendera dengan 4 siswa diantaranya wanita.
Akan dipilih 3 sebagai pengibar bendera, (a) Berapa banyak susunan berbeda pengibar
bendera yang dapat dipilih ?, (b) Berapa banyak susunan berbeda pengibar bendera bila
yang dipilih diantaranya dua orang siswa laki-laki ?

99
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

Setelah itu guru bersama siswa menarik pengertian dan teorema kombinasi :
Kombinasi dari sekumpulan objek adalah banyaknya susunan objek-objek tanpa
memperhatikan urutan objek dari objek-objek tersebut.
1) Kombinasi n objek dari n objek yang berbeda : C nn  1
n!
2) Kombinasi r objek dari n objek yang berbeda, r ≤ n : C rn 
r !(n  r )!
Siswa diharapkan mengerti dengan benar membedakan soal cerita tentang
permutasi dan kombinasi serta mampu menyelesaikan soal-soal yang ada.

Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa menarik kesimpulan kembali dari
materi yang telah dipelajari. Guru memberikan motivasi materi yang akan dipelajari
pada pertemuan selanjutnya, yaitu peluang suatu kejadian yang didasari oleh kasus
permutasi atau kombinasi. Selanjutnya guru memberikan tes akhir tindakan sekaligus
bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap penguasan materi dasar
peluang.
b. Hasil Observasi Tindakan II
Observasi pada siklus II juga masih sama dengan siklus I yang meliputi observasi
siswa dan observasi kelas. Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada siklus I dan
kelemahan-kelemahan yang masih muncul juga jadi pusat sasaran dalam observasi.
a) Siswa
1) Melalui tindakan refleksi pada tindakan siklus I dan pemberian motivasi, siswa
kelihatan cukup antusias mengikuti pembelajaran, bahkan kegaduhan kelas berganti
dengan keaktifan kelas. 2) Kegiatan belajar mengajar cukup optimal.
b) Guru
Seluruh persoalan terhadap guru pada siklus I telah dapat diatasi pada siklus II
Tabel Hasil Belajar Siswa Siklus II
No Nama Jenis Kelamin Skor awal
1 Asmaul Husna P 72
2 Dian Islamiyati P 100
3 Hanif Brilian P 100
4 Hayatun Nufus P 75
5 Maulina Sari P 90
6 Mutiara Okta P 72
7 Najmul Mauda P 70
8 Nurul Baisuri P 60
9 Rauzatul Sofia P 70
10 Syarifah N P 75
11 Yusnidar P 70
12 Rahma Wati P 57
13 Marza Debi A P 100
14 Munadia P 76
15 Miftahul Jannah P 70
16 Nurul Qamara P 70
17 Risma Liza P 100
18 Salfena Izati P 80
Rata-rata 78,17
100
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

Dari nilai test pada siklus II diperoleh nilai matematika pada Materi dasar
peluang sudah mencapai di atas standar kriteria ketuntasan minimum atau dalam hal ini
sebanyak 2 siswa (11,11%) belum tuntas dan sebanyak 16 siswa (88,89%) sudah
mencapai nilai ketuntasan. perolehan nilai sudah menunjukkan peningkatan yang
signifikan dari rata-rata pada siklus I 59,83 menjadi 78,17 pada siklus II . Begitu pula
jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70,00 sudah mencapai 16 siswa dari 18 siswa
artinya sudah 88,89% siswa memperoleh nilai di atas KKM, jumlah tersebut sudah
mencapai atau melebihi target dari indikator keberhasilan penelitian yaitu ≥ 75% dari
siswa memperoleh skor ≥ 70.
c. Refleksi
Dikarenakan hasil penelitian telah menunjukkan standar keberhasilan penelitian
yang diharapkan, yaitu perolehan nilai ≥ 75% siswa memperoleh skor ≥ 70 dan terjadi
peningkatan hasil belajar siswa dari pra tindakan terhadap pasca tindakan. Maka
dengan demikian, peneliti sepakat bahwa penelitian sudah mencapai hasil yang
diharapkan.
Setelah tindakan kelas dilakukan, diperoleh hasil tindakan siklus I setelah
diberikan tes akhir dengan rata-rata 59,83 dan 44,44% siswa telah mencapai nilai ≥ 70.
Hasil tersebut kemudian meningkat setelah terjadi perbaikan proses dan diimplementasi
pada siklus Il, nilai rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa pada tindakan siklus II
adalah 78,17 dan 88,89% siswa telah mencapai nilai ≥ 70.
Setelah melakukan tindakan pada siklus II dengan hasil belajar yang dicapai
siswa pada Materi peluang materi permutasi dan kombinasi pasca tindakan kelas, maka
peneliti berkesimpulan bahwa penelitian telah sesuai dengan hasil yang diharapkan
dengan mengacu pada indikator keberhasilan penelitian yaitu perolehan nilai ≥ 75%
siswa memperoleh skor ≥ 70. Hasil penelitian dapat penulis gambarkan melalui tabel
berikut:
Tabel Hasil Penelitian
Tindakan Rata-rata Nilai Hasil Tes Akhir Persentase Keberhasilan siswa
Pra tindakan 42,06 11,11%
Siklus I 59,83 56,25%
Siklus II 78,17 88,89%

PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil tes tindakan siklus II lebih besar dari
hasil tes tindakan siklus I atau 88,89% > 56,25% dengan demikian penelitian ini
membuktikan bahwa dengan diterapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik
dapat meningkatkan pemahaman siswa pada Materi Peluang di kelas XI RPL SMK
Negeri 5 Telkom Banda Aceh. Pembelajaran seperti ini membuat pemahaman siswa
lebih mendalam pada materi peluang dengan sub materi permutasi dan kombinasi dan
siswa mampu menjawab pertanyaan atas materi tersebut dengan baik. Hasil
peningkatannya dapat dilihat pada proses yang dicapai pada siklus I dan II.
Peneliti merekomendasi agar guru senantiasa melaksanakan proses belajar
mengajar dengan sedapat mungkin membuat kelas menyenangkan dan pola yang
membuat siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan, baik melalui metode
pembelajaran maupun media pembelajaran.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa dengan diterapkan pendekatan
Pembelajaran Matematika Realistik dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa pada
Materi Peluang Kelas XI RPL SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh, hal tersebut
diperoleh dari perbandingan persentase perolehan nilai siswa yang mencapai nilai ≥
101
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.4, Desember 2019 ISSN : 2656 - 5781

KKM tahun lalu yaitu 60% meningkat menjadi 88,89% setelah penelitian tahun
pelajaran 2017/2018.

KESIMPULAN
Adapun yang menjadi kesimpulan dari hasil penelitian tindakan kelas Pendekatan
Pembelajaran Matematika Realistik pada materi Peluang kelas XI RPL SMK Negeri 5
Telkom Banda Aceh yaitu, penerapan pembelajaran matematika realistic sebagai salah
satu pendekatan pembelajaran pada bidang studi Matematika, materi Peluang, ternyata
cukup efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa, hal tersebut dapat dilihat dari
hasil belajar yang diperoleh siswa per siklusnya menunjukkan hal yang
menggembirakan. Penelitian telah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yaitu
perolehan nilai ≥ 75% siswa memperoleh skor ≥ 70. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa pasca tindakan II, 88,89 % siswa memperoleh skor ≥ 70 dan nilai rata-rata siklus
II lebih besar dari siklus I, yaitu 78,17 ≥ 59,83. Penelitian ini juga menunjukkan
persentase perolehan nilai rata-rata siswa pada materi peluang yang mencapai nilai ≥
KKM tahun pelajaran 2017/2018 yaitu 88,89% lebih baik dari tahun pelajaran
2016/2017 yang hanya mencapai 60%.

DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. (2007). Clasroom Instruction and Management'.McGraw-Hill Companies.
Inc. New York.
Arends, R. (2010). Learning To Teach. McGraw-Companies, Inc. New York.
Arikunto, S, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Bogdan, RC & Buklen, S.K. (2008). Qualitatif Research in Education: An Intruction to
Theory and Methods. Third Edition. Boston : Allyn and Bacon
Dahar, R.W, (2006). Teori-teori Belajar. Depdikbud P2LPTK: Jakarta
Depdikbud. (2000). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bahan
pelatihan Dosen dan Guru Sekolah Menengah. Dirjen Dikti: Jakarta
Depdiknas, (2003). Kurikulum 2004. Balitbang Depdiknas: Jakarta.
Depdiknas, (2006). Pedoman Usulan dan laporan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Edisi 2006. Jakarta: Ditnaga, Dirjen Dikti
Hudoyo, H. (2008). Mengajar Belajar Matematika. Depdikbud P2LPTK: Jakarta
Miles, M.B & Huberman, A.M. (2012). Analisis Data Kualitatif Terjemahan oleh
Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Moleong, LJ. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Orion, A. (2002). Learning Mathematics, Isscue, Theory, and Classroom. Glenneoe.
New York: McGraw-Hill
Polya, G. (2010). Mathematics Discovery; on Understanding, Learning and Teaching
Problem Solving. New York: John Wilwy & Sons, Inc
Ratumanan, T.G. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa. Universitas
Press.
Soedjadi, (2010). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dikti Depdiknas. Jakarta

102

Anda mungkin juga menyukai