PENDAHULUAN
menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi begitu
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
Salah satu upaya sistem negara berkembang termasuk Indonesia agar tidak
tertinggal dari sistem negara maju adalah dengan cara meningkatkan pendidikan
matematika dan sains. Hal ini disebabkan matematika adalah suatu fondasi bagi
yang strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar cakap,
1
Pendidikan di sekolah dasar pada mata pelajaran matematika memiliki
tersebut dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006, siswa
yang diperoleh.
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
pelajaran yang dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami dan kurang
diminati oleh sebagian besar siswa kelas V di SDN 65 Kota Bengkulu. Dalam
2
secara umum pelajaran matematika menempati rata-rata nilai terendah. Hal ini
terlihat dari tes hasil belajar pada pelajaran matematika yang dilakukan siswa
kelas VAyang menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Nilai terendah yang
diperoleh siswa adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 85, dengan rata-rata 55.
karena itu peneliti berdiskusi dengan rekan sejawat yaitu Ibu Nurlen Maryani, S.
hasil dari diskusi, terungkap bahwa kesulitan ini disebabkan oleh proses
ada pada buku ajar atau referensi lain, tanpa dilakukan model dan metode
3
Mengingat pentingnya peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari,
berat pengajaran matematika terletak pada pengubahan situasi, yaitu dari situasi
guru mengajar menjadi situasi siswa belajar. Agar situasi ini dapat tercapai,
Menurut Soejadi (1992 : 2) betapapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika
yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan, salah satu
faktor penting untuk mencapai tujuan itu adalah lebih menekankan kepada
Bengkulu”.
4
B. Identifikasi Masalah
sebagai berikut :
centered).
C. Rumusan Masalah
Kota Bengkulu?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
5
2. Tujuan Khusus
(STAD).
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
1) Bagi siswa, dapat termotivasi untuk menyukai dan menarik minat belajar
pembelajaran matematika.
6
3) Sebagai umpan balik bagi pihak terkait dalam dunia pendidikan guna
Bengkulu.
profesional guru.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga
pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar pada
struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu. Schoenfeld mengatakan
8
matematika, terdapat beberapa elemen yang mencirikan pengertian matematika,
antara lain :
sistematik.
dengan bilangan.
Belajar matematika pada dasarnya terbagi atas dua kelompok, yaitu : (1)
menyusun langkah kerjanya (operasi dan prosedur) ; dan (2) belajar membentuk
9
hirarkis. Dengan kata lain, belajar matematika pada tahap yang lebih tinggi,
harus didasarkan pada tahap belajar yang lebih rendah (Gagne, 1988).
sebagai berikut :
yang diperoleh.
memiliki rasa ingin tau, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
(STAD).
10
Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk
untuk mencapai tujuan tertentu. Model berfungsi sebagai pedoman bagi guru
kegiatan guru dan siswa, perangkat pembelajaran (sarana, bahan dan alat
yang diperlukan), dampak belajar atau hasil belajar yang akan dicapai
langsung dan dampak pengiring atau hasil belajar secara tidak langsung
menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu
11
Komponen pembelajaran model STAD menurut Slavin (2008) dalam
Shoimin, A (2014 : 186) terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi
untuk memotivasi para siswa, mendorong dan membantu satu sama lain, dan
terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang
Division (STAD).
sebagai berikut :
12
penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus
dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu.
dapat dicapai.
nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis
berikutnya.
a. Kelebihan STAD
13
Menurut Shoimin, A (2014 : 189), kelebihan dari model STAD yaitu
b. Kekurangan STAD
yang pandai lebih dominan, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
siswa singga sulit mencapai terget kurikulum, pada umumnya guru tidak
yang lebih lama, menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka
bekerja sama.
Menurut Sudjana (2009 : 3) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang
psikomotor. Dalam hal ini, Depdiknas (2008: 11) menyatakan bahwa hasil
14
belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup
bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil
siswa (kompetensi) menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, sisi
siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
adalah suatu hasil yang diperoleh oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran,
dan hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf ataupun
kata-kata.
Zainal Arifin (2012: 2) menjelaskan bahwa jika yang ingin dinilai hanya
belajar maka istilah yang tepat digunakan adalah penilaian. Penilaian hasil
15
pengetahuan,keterampilan, sikap serta nilai-nilai yang diwujudkan dalam
sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati.
jenis aspek perilaku belajar yang dikenal dengan taksonomi Bloom, ketiga
a. Aspek/Ranah Kognitif
rumit. Tingkatan kemampuan itu dimulai dari yang terendah (setelah direvisi)
b. Aspek/Ranah Afektif
16
Afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi
c. Aspek/Ranah Psikomotor
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
Penelitian kelas oleh guru dapat merupakan kegiatan reflektif dalam berpikir
dan bertindak dari guru. Dewey (1933) mengartikan berpikir reflektif dalam
akibatnya kemana pengetahuan itu akan membawa peserta didik (Dewey dalam
Thornton, 1994: 5). Wardhani, dkk. (2003: 21) menyatakan bahwa penelitian
18
dengan mengikuti prosedur yang dalam satu siklus terdiri atas empat langkah:
refleksi (reflecting).
Kemmis dan Taggart membagi prosedur penelitian tindakan dalam empat tahap
Bengkulu dengan jumlah siswa 30, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan.
19
Pengumpulan data adalah proses diperolehnya data dari sumber data.
a. Observasi
laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati apakah yang
umum atau yang khusus. Kegiatan umum yang harus diobservasi berarti segala
sesuatu yang terjadi di kelas harus diamati dan dan dikomentari, serta dicatat
b. Tes
Achievement Division (STAD). Menurut Sudijono (2006: 67), tes adalah alat
20
bidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik
nilai yang melambangkan tingkah laku dengan nilai-nilai yang dicapai oleh tes
a. Lembar Observasi
dengan model STAD adalah skala skor 1-5. Makna dari nilai tersebut adalah
semakin tinggi skor nilai yang diperoleh semakin baik proses pembelajaran,
demikian sebaliknya semakin rendah skor nilai yang diperoleh semakin kurang.
Skor 5 (sangat baik) sedangkan skor terendah 1 (sangat kurang), jadi panjang
21
>1,8– 2,6 Kurang
Analisis hasil tes dalam PTK ini menggunakan skor nilai 0 sampai dengan 100,
menjadi (100 - 0) : 5 = 20. Tes dilaksanakan 2 kali setiap siklus, yaitu pretes dan
>60s/d 80 Baik
tes siswa secara klasikal yaitu nilai prestasi rata-rata (Mean) siswa dalam satu
kelas memenuhi standar keberhasilan yakni 70, dan kriteria klasikal memenuhi
22
BAB IV
Langkah awal yang dilakukan pada siklus pertama ini adalah menganalisis
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang kemudian dijabarkan
Pada siklus pertama ini standar kompetensi yang akan disampaikan adalah
Sedangkan indikator yang harus dicapai oleh siswa dalam pertemuan ini adalah:
biasa dengan pecahan campuran. Alokasi waktu pada pembelajaran ini adalah 3 x
23
35 menit. Sumber belajar dari perencanaan ini adalah kurikulum KTSP, buku
2.Pelaksanaan Tindakan
guru mengecek kehadiran siswa serta menanyakan kabar mereka secara klasikal.
pada proses pembelajaran ini. Guru memberikan kuis berupa tes awal (pretest)
kepada guru. Tanya jawab ringan dilakukan untuk membangun pengetahuan siswa
Kegiatan inti, Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri atas
pecahan biasa dan perkalian pecahan biasa dengan pecahan campuran dengan
kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, dengan terlebih dahulu
menjelaskan tugas dan pekerjaan yang harus diikuti secara kelompok serta
24
selanjutnya adalah memberikan kuis atau tes (post test) kepada setiap siswa secara
individu.
mengucapkan salam.
3. Observasi
Pada siklus pertama ini terlihat bahwa siswa masih merasa asing dengan model
dilakukan oleh ibu Nurlen Maryani, S. Pd. sebagai observer dan teman sejawat,
STAD di kelas VA, bahwa skor penerapan model pembelajaran STAD pada siklus
pertama dengan rata-rata skor 3,6 yang termasuk dalam kategori baik.
data rata-rata hasil belajar siswa pada siklus pertama ini adalah63. Berikut data
40 5 200 16,67
50 5 250 16,67
25
60 7 420 23,33
70 6 420 20
80 4 320 13,33
90 2 180 6,67
Berdasarkan data di atas dapat diuraikan bahwa sebanyak lima siswa mendapat
nilai 40, lima siswa mendapat nilai 50, tujuh siswa mendapat nilai 60, enam
siswa mendapat nilai 70, empat siswa mendapat nilai 80, dua siswa mendapat
nilai 90, dan satu siswa mendapat nilai 100. Dari analisis data hasil belajar pada
siklus pertama ini diperoleh rata-rata nilai (mean) yaitu 63 dari standar
keberhasilan yang ditetapkan adalah 70. Total persentase jumlah peserta tes yang
mendapat nilai dengan klasifikasi “baik” dan “sangat baik” hanya 66,66 % dari
4.Refleksi
disiapkan.
RPP.
26
c. Ketika pembagian kelompok, guru hanya membagi secara umum atau
memakan waktu.
d. Interaksi terjadi dengan baik, namun masih terkesan satu arah, siswa kurang
kelompok.
f. Hasil belajar siswa pada siklus pertama ini belum mencapai standar
diskusi kembali dengan observer dari hasil refleksi siklus pertama. Supaya
pecahan”, dengan indikator yang harus dicapai oleh siswa antara lain: 1)
27
Menghitung perkalian pecahan biasa dengan bilangan asli; 2) Menghitung
dengan bilangan asli”, dan “Operasi hitung perkalian pecahan campuran dengan
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan awal, seperti biasa pembelajaran diawali dengan berdoa bersama, lalu
pada proses pembelajaran ini. Guru memberikan kuis berupa tes awal (pretest)
pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari, disertai dengan pemberian
bilangan asli dan operasi hitung perkalian pecahan campuran dengan pecahan
28
materi yang telah diberikan, dengan terlebih dahulu menjelaskan tugas dan
kegiatan tersebut selesai, guru memberikan kuis atau tes (post test) kepada siswa
secara individu, kemudian hasil tes evaluasi dikumpulkan, diperiksa dan diberikan
penilaian.
3. Observasi
Hasil observasipada siklus kedua ini terlihat bahwa aktifitas keterlibatan siswa
STAD kelas PTK di kelas VA, bahwa skor penerapan model pembelajaran STAD
29
pada siklus kedua memiliki rata-rata skor 4,3 yang termasuk dalam kategori
“sangat baik”.
Data hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan tes evaluasi belajar
data rata-rata hasil belajar siswa pada siklus kedua ini adalah 76. Berikut data
60 8 480 26,67
70 8 560 26,67
80 6 480 20
90 4 360 13,33
mendapat nilai 60, delapan siswa mendapat nilai 70, enam siswa mendapat nilai
80, empat siswa mendapat nilai 90, empat siswa mendapat nilai 100. Dari
analisis data hasil belajar pada siklus kedua ini diperoleh rata-rata nilai (mean)
yaitu 76 dari standar keberhasilan yang ditetapkan yaitu 70. Total persentase
jumlah peserta tes yang mendapat nilai dengan klasifikasi “baik” dan “sangat
30
Meskipun dengan catatan bahwa yang berkategori “baik” di siklus ini hanya
mendapat nilai 60 dengan persentase 26,67 %, tetapi hasil ini telah menunjukan
peningkatan dan keberhasilan dari siklus sebelumnya. Hasil belajar siswa yang
diperoleh pada siklus kedua ini telah di atas standar keberhasilan yang sudah
ditetapkan. Untuk melihat peningkatan hasil belajar dari sebelum dan sesudah
pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2, dapat kita lihat dari tabel berikut ini.
Tabel 4.3. Nilai Tes Hasil Belajar Pelaksanaan Siklus 1 dan Siklus 2
4 Anggun Permata 50 40 60
Tes 1 = Posttest
5 Aril Repaldo 80 100 100 kegiatan siklus 1
8 Gina Aprilia 50 70 70
9 Hani Marsyanda 40 50 60
10 Hesa Aprihasna 60 60 70
11 Indi Damara 30 40 60
12 Meidiana 40 50 70
13 Muhammad Fariz 60 60 80
31
15 Muhammad Rayhan 40 50 60
16 Muhammad Zidane 60 70 80
17 Mustaqim Iqbal 60 60 70
20 Radja Arasid 50 70 80
21 Rafli Purna I 70 80 90
22 Regita Juliana 50 50 70
23 Sardi Yansyah 40 80 80
24 Saskia Suci 70 60 70
25 Sello Mita 40 40 60
26 Tasya Alin 30 40 60
27 Vitto Dwi S 50 80 90
28 Zaki Hibatul 40 60 70
29 Ziza Tantina 50 60 80
30 Zizi Rahmadani 60 70 80
Nilai Rata-Rata 53 63 76
Pre test pada tabel di atas adalah data pre test (kuis) yang dilakukan sebelum
kegiatan siklus 1, data ini diambil untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas
VA. Berdasarkan hasil data pada tabel 4.3. terlihat bahwa nilai rata-rata (mean)
hasil belajar siswa kelas VA mengalami peningkatan dari siklus 1 dengan rata-rata
4. Refleksi
32
Hasil informasi dari pengamatan observer/guru (teman sejawat), yang
sebagai berikut :
pembelajaran.
efektif.
d. Alat dan media yang disediakan sudah representatif dengan waktu yang
tersedia, waktu telah diplot dengan baik dengan penyebaran setiap langkah
kegiatan pembelajaran.
5. Rekomendasi
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, berikut ini umpan balik atau rekomendasi
pola yang tepat setelah dilakukan perbaikan setiap siklus, sehingga dapat
pembelajaran STAD. Hal ini dikarenakan telah dianggap cukup memadai dan
sudah baik berdasarkan hasil observasi dengan rata-rata skor 4,3 yang termasuk
33
peningkatan yang bagus, sehingga diambil keputusan untuk menghentikan siklus
berikutnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
34
1. Pelaksanaan tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran Student
dengan aktifitas belajar dan keterlibatan siswa meningkat dan hasil belajar
aktifitas siswa setiap pertemuannya. Pada siklus I siswa masih belum optimal
dalam mengeksplorasi ide dan belum terlalu aktif bekerja sama dalam proses
pembelajaran. Namun pada siklus II siswa telah dapat berperan aktif bekerja
sama dalam kerja kelompok seperti menjadi tutor sebaya selama proses
didominasi oleh guru (teacher centered), tetapi guru hanya menjadi fasilitator
bagi siswa.
secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat
terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I sampai ke siklus II.
Pada siklus I nilai rata-rata (mean) hasil belajar siswa kelas VA yaitu 63,
B. Saran
Setelah peneliti menyimpulkan beberapa hal berdasarkan dari hasil penelitian dan
35
memiliki karakteristik yang sama dan dengan karakteristik materi yang sama
pula untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pelaksanaan model STAD ini
4. Orang tua atau wali siswa hendaknya berperan aktif dalam memantau
kepedulian yang tinggi dan selalu aktif dalam mendukung kegiatan anaknya
36
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan, dkk. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
37
Asrori, Mohammad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana
Prima.
Tim Bina Karya Guru. 2007. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas V.
Jakarta: Erlangga.
38