Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dasar merupakan awal untuk jenjang pendidikan selanjutnya, dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan sistem pendidikan

nasional. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah mencanangkan

pendidikan dasar 9 tahun, 6 tahun di tingkat Sekolah Dasar dan 3 tahun di tingkat

SLTP. Pendidikan dasar memberikan bekal dasar kepada siswa agar mampu

mengembangkan kehidupannya dan siap mengikuti pendidikan selanjutnya. Dengan

bekal ini diharapkan anak mampu mewujudkan dirinya sebagai pribadi, anggota

masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia dalam mengembangkan

kehidupan disekitarnya.

Menurut H.M. Surya (2008:3.4) tujuan pendidikan dasar dibagi menjadi 3

kelompok yaitu :

1. Menanamkan kemampuan baca – tulis – hitung ( calistung ).

Kemampuan baca tulis hitung ( calistung ) merupakan prasyarat utama bagi

setiap orang untuk mampu hidup secara wajar dalam masyarakat yang selalu

berkembang.

2. Memberikan / menanamkan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang

bermanfaat bagi siswa sesuai dengan perkembangannya.

Tekanan utama dalam tujuan ini adalah pengetahuan dan ketrampilan dasar.

3. Mempersiapkan anak untuk mengikuti pendidikan di SMP.

Kegiatan yang berkaitan dengan tujuan ini dilaksanakan di kelas 2.C

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 1


Dalam PP No. 19 tahun 2009 Tujuan Pendidikan Nasional adalah menjamin

mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat Sedangkan tujuan

pendidikan di Sekolah Dasar mencakup dasar pembentukan dasar kepribadian siswa

sebagai manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya

(Agus Taufiq, 2012:1.13). Pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan memiliki

tujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga

negara. Salah satuperwujudannya melalui pendidikan brmutu pada setiap jenjang

pendidikan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan

kontribusi positif demi tercapainya masyarakat yang cerdas sesuai yang

diamanatkan dalam UUD 1945.

Mata pelajaran matematika, merupakan mata pelajaran yang membahas

masalah tentang kemampuan menambah, mengurangi, mengalikan, membagi,

mengukur dan memahami bentuk geometri, perlu diberikan kepada semua siswa

mulai dari jenjang sekolah dasar guna membekali siswa agar mampu berfikir logis,

analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi

tersebut diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh, mengelola

dan memanfaatkan informasi di era globalisasi ini.

Dalam pembelajaran Matematika SD, agar bahan pengajaran yang disampaikan

menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan alat bantu pembelajaran,

jugapemilihan strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang menarik

dan tepat dapat membantu penulis dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Agar siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dalam pelajaran

matematika, penulis dituntut mempunyai kompetensi terhadap tugasnya.Salah

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 2


satunya adalah penulis harus mampu menggunakan berbagai pendekatan

pembelajaran agar siswa tidak menjadi bosan. Mengajak dan menjaga agar siswa

tetap belajar adalah tugas penulis dalam rangka menjaga semangat belajar siswa.

Tidak hanya terbatas pada seberapa materi yang dikuasainya, hal yang tidak kalah

penting untuk dikuasainya yaitu bagimana menggunakan suatu pendekatan tertentu

dalam proses pembelajaran. Memilih pendekatan pembelajaran yang tepat dalam

suatu proses belajar berarti penulis sedang mengatur strategi pembelajaran. Adapaun

yang dimaksud dengan strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi

adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Walaupun demikian masih banyak sekolah atau madrasah yang siswanya tidak dapat

mencapai KKM atau tuntas, meskipun penulis telah menggunakan strategi

pembelajaran dengan baik, dengan menggunakan metode dan alat peraga yang

diperlukan sesuai kebutuhan anak, tetapi hasil belajarnya masih rendah terutama

dalam pelajaran Matematika. Demikian juga hasil belajar yang dialami siswa SDN

20 Kota Bengkulu di mana penulis menjadi penulisnya juga mengalami hasil yang

rendah atau di bawah KKM.

Mengenai rendahnya hasil pembelajaran Matematika tentang pengukuran

satuan waktuyang kami lakukan, setelah dikoreksi hasil tes tertulis dari 28 siswa

kelas 2.C yang mengikuti tes, 16 siswa (61%) belum memperoleh hasil yang

diharapkan (tuntas). Di MI penulis, Kriterira Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan untuk mata pelajaran Matematika adalah 70. Sehingga kalau nilai anak

kuranng dari 70 dinyatakan belum tuntas.Hal ini perlu mendapat perhatian serius

dari penulis.Penulis sebagai pelaku pendidikan harus bertanggung jawab untuk

memperbaikiagar pembelajarandapat mencapai tujuan dengan baik.

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 3


Oleh sebab itu penulis melakukan refleksi, apa yang telah terjadi selama

pembelajaran. Sebab materi ini sebagai dasar untuk materi selanjutnya, sehingga bila

tidak segera dipecahkan akan semakin tidak baik hasil pembelajaran selanjutnya.

Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang sangat

penting karena media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Oleh karena itu, diperlukan media atau

alat peraga agar siswa dapat menguasai konsep “penjumlahan dan pengurangan “.

Media gambar merupakan media sederhana yang mudah didapat, mudah dibawa dan

tersedia disekitar siswa. Dengan menggunakan media gambar siswa akan lebih

mudah memhami konsep penjumlahan dan pengurangan. Berdasarkan penelitian

diatas, maka penelitian ini diberi judul : “Penerapan Pembelajaran Tematik

dengana Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil belajar Siswa Kelas II.C

dengan Tema Diri Sendiri 2012/2013”

B. Rumusan Masalah

1.            Apakah penggunaan “Metode Demonstrasi“ dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas 2.C Tema Diri Sendiri di Kelas 2.C SDN 20 Kota

Bengkulu tahun pelajaran 2012/2013?

C. Tujuan Penelitian

1.      Untuk meningkatan hasil belajar mata pelajaran matematika pada siswa kelas

Kelas 2.C SDN 20 Kota Bengkulu pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan

pada bilangan samapai dengan 500 menggunakan metode Demonstrasi disertai

media gambar.

D. Manfaat Penelitian

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 4


Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai

berikut :

1.       Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat memberikan pengalaman

baru bagi penulis, serta dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi

masalah pembelajaran khususnya Matematika, sehingga pengalaman ini

dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan pada Mata

Pelajaran lain.

2.       Bagi Kepala Sekolah dan Guru, dapat dijadikan media motivasi untuk dapat

dilaksanakan di sekolah di tempat bekerja yaitu di SDN 20 Kota Bengkulu,

dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

3.        Bagi siswa, dapat memberikan kesan bahwa belajar matematika itu mudah

dan menyenangkan serta dapat memberikan wawasan materi pembelajaran.

4. Bagi pembaca, dapat dijadikan rujukan atau bahan pembelajaran dalam

upaya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 5


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran mempunyai kata dasar belajar yang mempunyai arti belajar

merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam

berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku,

keterampilan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek yang ada pada diri individu

yang sedang belajar (Masrinawatie, 2007:18). Menurut Gagne, (dalam Setyawan,

2009:1)belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah

perilakunya akibat suatu pengalaman (dalam Setyawan, 2009:1). Pembelajaran

adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam

belajar, bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan

dan sikap (Dimyati dan Mudjiono, 2002:157). Dari beberapa pendapat di atas maka

dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran harus berpusat pada kegiatan siswa

belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar.

Matematika adalah pengetahuan atau ilmu mengenai logika dan problem-

problem numerik. Selajutnya juga dikatakan bahwa matematika merupakan bahan

kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif,

yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran

sebelumnya sudah ditrima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika

bersifat sangat kuat dan jelas (Depdiknas, 2003).

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 6


Pembelajaran matematika yaitu proses yang disengaja dirancang dengan

tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan

kegiatan siswa belajar matematika di sekolah (Hawa, 2007:38). Berdasarkan

penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika merupakan

suatu kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam mentransfer ilmu dan

pengetahuan mengenai logika dan problem numerik yang memiliki objek abstrak

dan dibangun sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya.

Adapun tujuan pelajaran matematika di Sekolah Dasar atau Madrasah

Ibtidiyah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan

tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajaro

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

(Depdiknas, 2006).

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 7


Dalam pembelajaran matematika umumnya pendekatan yang digunakan lebih

bersifat konseptual, artinya guru lebih menekankan konsep-konsep dalam

matematika. Sedangkan strategi, teknik, metode dan media lebih bersifat

operasional. Pembelajaran matematika tidak terlepas dari kegiatan atau aktifitas

belajar siswa. Melalui aktifitas tersebut di harapkan dapat meningkatkan

pengalaman dan hasil belajar siswa sehingga proses pembelajaran akan lebih

bermakna.

B. Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan

satu sama lain. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

pada diri seseorang. Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil atau tidak,

dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh sesudah melakukan kegiatan belajar.

Dimyati dan Mudjiono (1994:4) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sedangkan menurut Sudjana

(2002:49) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima

pengalaman belajarnya.

Dari hasil belajar dapat diketahui ketuntasan belajar dalam pembelajaran

yang telah dilaksanakan. Adapun kriteria ketuntasan belajar siswa pada mata

pelajaran matematika disesuaikan dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM)

SDN 20 Kota Bengkulu adalah sebagai berikut:

1. Daya serap individu, seorang siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai

nilai ≥ 70 dari nilai maksimal 100.

Daya serap klasikal, suatu kelas dikatakan tuntas apabila terdapat minimal

61% siswa telah mencapai nilai ≥ 70

C. Pengertian Metode Demonstrasi

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 8


Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu

peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar

dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful,

2008:210).

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung

maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan

atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000:22).

Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000:2) bahwa metode

demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses

atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.

Menurut Syaiful (2008:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk

mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu

proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik

berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang

terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang

diharapkan.

1.Tujuan Metode Demonstrasi

Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk

memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara

pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajarn kelas.

Metode demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan dan kelekurangan.

2. Manfaat Metode Demonstrasi

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 9


Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah : 

1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .

2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. 

3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri

siswa. 

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:211) kelebihan dan kekurangan metode

demonstrasi adalah sebagai berikut :

3. Kelebihan metode demonstrasi

1. Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh

guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu,

perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar

dan tidak kepada yang lainya.

2. Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran

pikiran yang sama.

3. Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang

panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.

4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya

membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang

jelas dari hasil pengamatannya.

5. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan

keterangan-keterangan yang banysk

6. Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat

diperjelas waktu proses demonstrasi.

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 10


4. Kekurangan metode demonstrasi

1. Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau

mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-

kadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol.

2. Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-

kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak

wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.

3. Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan

diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta

didik.

4. Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di kelas.

5. Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat

minimum.

6. Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses

itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.

7. Agar demonstrasi mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketekitian dan

kesabaran.

Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran

akan lebih berkesan secra mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik

dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang

diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.

Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang

lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proes mengatur sesuatu, proses

membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu proses mengerjakan atau

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 11


menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan

suatu cara engan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. 

D. Media Pembelajaran

Kata media merupakan bentuk jamak dari medium. Kata itu berasal dari

bahasa latin “medius” yang artinya tengah. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata

medium artinya antara. Secara harfiah kata media berarti perantara atau pengantar.

Lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan

sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,

dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2006:3)

Dalam Sadiman dkk (1996: 6) beberapa ahli dan organisasi telah


memberikan batasan mengenai pengertian media ini, yaitu antara lain:
        AECT membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.
        Gagne (1970) mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
        Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
        NEA mengatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak mauun audiovisual serta peralatannya.

Menurut Rohani (1997:3) media adalah segala sesuatu yang dapat diindra

yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk memproses komunikasi (proses

belajar mengajar). Sedangkan menurut Sadiman dkk (1996: 6) media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dari beberapa

pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah segala sesuatu yang

dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.

Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan

intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut

media pembelajaran (Arsyad, 2006:4). Penggunaan media dalam pembelajaran dapat

membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga siswa

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 12


dapat menerima materi tersebut dengan mudah. Ditegaskan oleh Danim (1994:7)

media pendidikan (pembelajaran) merupakan alat bantu atau pelengkap yang

digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau

peserta didik. Dengan adanya media pembelajaran diharapkan proses belajar

mengajar menjadi lebih efisien.

1. Pengertian Media Gambar


Media gambar adalah bentuk bahan pembelajaran yang didesain
dalam bentuk gambar. Guru dapat menggambar benda-benda yang sesuai
dengan materi yang diajarkan agar siswa menjadi tertarik dan aktif dalam
pembelajaran.

2. Kelebihan Media Gambar


a.         Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
b.         Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua
benda, obyek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas.
c.         Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
d.        Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk
tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan
kesalahpahaman.
e.         Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa
memerlukan peralatan khusus.

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 13


E. Kerangka Berfikir

Bagan 2.1. : Kerangka berpikir pembelajaran Matematika Metode


Demonstrasi dengan Media Gambar

Kondisi Nyata Kondisi Ideal


1. Sikap siswa yang Pemisahan
tidak 1. Siswa bersemangat
bersemangat ketika diminta menuangkan ide atau
menuangkan ide pokok atau gagasan sendiri kedalam
tulisan, Kualitas proses dan
gagasan kedalam tulisan,
2. Siswa tidak mempunyai hasil pembelajaran
2. Siswa mempunyai
motivasi untuk belajar motivasi untuk belajar, meningkat
sehingga dalam kegiatan
belajar tersebut siswa lebih 3. Siswa menguasai topik
banyak termenung, yang diberikan,
3. Siswa tidak menguasai
bilngan cacah dengan konsep 4. Guru membimbing
penjumlahan dan siswa saat menulis,
pengurangan
5. Pembelajaran haruslah
4. Guru kurang memberikan
menarik dengan
bimbingan pada siswa saat menggunakan media
kegiatan
pembelajaran.
5. Pembelajaran yang dilakukan
tidak menarik minat belajar
siswa.

Pembelajaran Matematika metode demonstrasi dengan media


gambar

Langkah pembelajaran matematika


 Menulis angka 1 s.d. 20
 Pembentukan konsep
 Interpretasi jumlah gambar
 Pengambilan kesimpulan

 Selanjutnya menggunakan metod demonstrasi


 mempraktekan
 mengolah
 mendemonstrasikan

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 14


BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas 2.C SDN 20 Kota

Bengkulu. tanggal 9 Agustus sampai dengan tanggal 27 agustus 2012 Pada Siklus

1 . Jadwal pelaksanaan perbaikan ini adalah sebagai berikut :

1)      Siklus I, Pertemuan 1 tanggal 9 Agustus 2012

2) Siklus 1 pertemuan 2 tanggal 13 Agustus 2012

3) Siklus 2 Pertemuan 1 tanggal 23 Agustus 2012

4) Siklus 2 Pertemuan 2 tanggal 27 Agustus 2012

Adapun karakteristik siswa kelas 2.C SDN 20 Kota Bengkulu diantaranya

adalah jumlah siswa 26 orang yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 12 orang

perempuan usia siswa rata-rata 7 – 8 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian

besar tergolong ekonomi menengah kebawah dengan pekerjaan orang tuanya

kebanyakan nelayan dan petani, tempat tinggal tidak jauh dari sekolah.

B. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas 2.C SDN 20 Kota Bengkulu

Tahun Pelajarn 2012/2013

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 15


Gambar 3.1
Prosedur Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

Perencanaa
n

Refleksi Pelaksanaa
Siklus I
n

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

C. Rencana penelitian

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 16


Berdasarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis masalah bekerjasama

dengan teman sejawat dan kepala sekolah, kemudian diadakan rancangan perbaikan

pembelajaran sesuai dengan tujuan perbaikan yang telah ditetapkan. Dengan

demikian penulis akan melaksanakan perbaikan pembelajaran Matematika dengan

kompetensi dasar penggunaan penjumlahan dan pengurangan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami penjumlahan dan pengurangan dalam mata

pelajaran matematika.

Untuk melaksanakan penelitian, maka disusunlah penelitian secara umum yaitu :

1)         Menetapkan perencanaan, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan

perbaikan pembelajaran.

2)          Merancang lembar observasi dan menyampaikan materi tindak lanjut.

3)           Menyusun kegiatan yang terdiri dari :

a). Memilih bahan yang relevan untuk perbaikan

b). Menentukan langkah pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti,

kegiatan akhir).

c). Memilih metode pembelajaran

d). Memilih alat peraga atau media yang sesuai dengan materi

pembelajaran.

e). Menyusun alat evaluasi untuk mencapai tujuan perbaikan.

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :

a. Siklus I

1.         Mengucapkan salam pembuka

2.         Mengkondisikan siswa

3.         Menyampaikan tujuan pembelajaran

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 17


4.         Melakukan apresiasi

5.         Menjelaskan materi pembelajaran

6.        Mengkondisikan setiap kegiatan dikerjakan dalam bentuk berpasangan

7.         Membagi tugas kepada masing-masing pasangan

8.         Setiap kegiatan dilaksanakan 15 menit

10.     Kelompok lain memberikan komentar terhadap perwakilan anggota

kelompok ang maju

11.     Setiap pasangan mengumpulkan hasil kerjanya

12.     Memberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum

dipahami

13.     Memberikan tindak lanjut

14.     Memberikan penguatan terhadap hasil evaluasi

15.     Mengucapkan salam penutup

b. Siklus II

1.         Mengucapkan salam pembuka

2.         Mengkondisikan siswa

3.         Melakukan apresiasi

4.         Menjelaskan materi pembelajaran

5.         Mengkondisikan siswa dalam bentuk pasangan

6.         Membagi tugas kepada masing-masing pasangan

7.         Setiap pasangan diberi kesempatan untuk unjuk kerja

8.              Pasangan lain diberi kesempatan memberikan komentar.

10.     Setiap Pasangan mengumpulkan hasil diskusi

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 18


11.     Memberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum

dipahami

12.     Memberikan tindak lanjut

13.     Memberikan penguatan terhadap hasil evaluasi

14.     Mengucapkan salam penutup

D. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat setelah

proses perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran Matematika selesai. Sesuai

dengan hasil yang diperoleh siswa ternyata masih ada sebagian siswa yang belum

mampu mamahami materi sehingga dalam menjawab soal masih ada yang salah

dengan kualifikasi dibawah rata-rata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi

guru yang terlalu cepat dan kurangnya situasi tanya jawab yang diberikan guru.

Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan dilakukan pada

siklus II.

Pada siklus II guru memberikan materi yang efisien serta pemberian diskusi

tanya jawab antara siswa dengan guru sehingga terjadi komunikasi yang baik antara

siswa dan guru. Guru juga memberikan media sederhana yaitu media korak api

yang dapat membantui siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian pada

siklus II terdapat hasil yang konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi tidak terdapat

nilai yang kurang. Dengan demikian siklus ke II dinyatakan berhasil

membangkitkan semangat siswa sehingga tidak diperlukan tahapan siklus

selanjutnya.

E.   Prosedur Penelitian

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 19


Penelitin ini menggunakan desain penelitian tindakan kelasyang terdiri dari

dua siklus. Setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan,

tindakan, observasi dan refleksi. Jika pada siklus I sudah mencapai ketuntasan hasil

belajar maka siklus II tidak perlu dilakukan.

Menurut Arikunto (2006) tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas

dapat dilihat dibagan berikut:

F. Teknik Analisis Data

Keseluruhan data dianalisis secara deskriptif baik yang menyangkut

observasi dan tes.

G. Analisis Data Observasi

Analisis data observasi dilakukan secara deskriptif dengan menghitung rata-

rata skor pengamat. Data yang diperoleh tersebut digunakan untuk merefleksi

tindakan yang telah dilakukan dan diolah secara deskriptif dengan menghitung :

a. Rata-rata skor = Jumlah skor


Jumlah observer

b. Skor tertinggi = Jumlah butir skor x skor tertinggi tiap

butir soal

c. Kisaran nilai tiap kriteria= Selisih skor


Jumlah kriteria penilaian
(Sudjana, 2006)

H. Observasi aktivitas guru

Skor tertinggi untuk tiap butir observasi guru 3, skor terendah untuk tiap

butir adalah 1, jumlah butir soal observasi adalah 15 maka skor tertinggi adalah 45

dan skor terendah adala 15 sedangkan selisih skor adalah 30

Kisaran nilai tiap kriteria = Selisih skor


Jumlah kriteria penilaian

= 30
3

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 20


= 10

Hasil kisaran nilai untuk tiap kategori pengamatan dilukiskan dalam tabel 3.1

Tabel 3.1. Interval Kategori Penilaian Aktivitas Guru

Kategori Interval Total Skor


No
1 Kurang 15- 24
2 Cukup 25 -34
3 Baik 35- 45

1. Observasi aktivitas Siswa

Skor tertinggi untuk tiap butir observasi siswa 3, skor terendah untuk tiap

butir adalah 1, jumlah butir soal observasi adalah 15 maka skor tertinggi adalah 45

dan skor terendah adala 15 sedangkan selisih skor adalah 30

Kisaran nilai tiap kriteria = Selisih skor


Jumlah kriteria penilaian

= 30
3
= 10

Hasil kisaran nilai untuk tiap kategori pengamatan dilukiskan dalam tabel 3.1

Tabel 3.1. Interval Kategori Penilaian Aktivitas siswa

N Kategori Interval Total Skor


o
1 Kurang 15 - 24
2 Cukup 25- 34
3 Baik 35 - 45

2. Data Tes

Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar pada siklus I dan II serta

persentase ketuntasan belajar digunakan rumus :

a. (Х) = ∑Х

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 21


Keterangan:

X = Nilai Rata-rata

∑ Χ= Jumlah Nilai
Ν = Jumlah Siswa

(Sudjana, 2006:109)

Data tes dianalisis dengan menggunakan rata-rata nilai dan persentase

ketuntasan belajar.

Persentase Ketuntasan Belajar = NS X 100 %


N

Keterangan: NS = Jumlah siswa yang mencapai nilai 7,0 keatas.

N = Jumlah seluruh siswa.


(Depdiknas, 2006)

3. Indikator Keberhasilan Tindakan

Jika dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan baik itu aktivitas

guru, aktivitas siswa maupun hasil belajar siswa.

4. Data dan Cara Pengambilan Data

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan peneliti.

2. Jenis Data

Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dan kualitatif yang

terdiri atas : hasil belajar, rencana pembelajaran, hasil observasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran dan jurnal pembelajaran serta angket siswa.

3. Cara Pengambilan Data

a. Data hasil belajar dengan memberikan tes kepada siswa.

b. Data tentang situasi pembelajaran pada saat tindakan diambil dengan

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 22


menggunakan lembar observasi.

c. Data tentang refleksi serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas

diambil darijurnal yang dibuat peneliti.

d. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat

dari rencana pelajaran dan lembar observasi.

a. Angket siswa diambil setelah tindakan dilaksanakan atau setelah selesai

pembelajaran.

5. Indikator

Untuk mengetahui keberhasilan seperti dalam rencana tindakan maka dapat

dilihat dari kinerja. Indikator keberhasilan tindakan dapat dilihat pada indikator

kemampuan siswa dalam menerapkan konsep belajar yang diberikan guru. Indikator

keberhasilan yang digunakan didapatkan dari standar dan kualitas mutu sekolah di

SD Negeri 20 Kota Bengkulu yaitu sebesar 705% Indikator keberhasilan tersebut

dilihat dari kemampuan siswa untuk dapat menerapkan Matematika dengan konsep

penjumlahan dan penguranganr dengan metode demonstrasi, yaitu 70% dari

keseluruhan siswa dalam sempel penelitian telah mencapaiketuntasan belajar ( KKM

), dengan nilai minimal 70.

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 23


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil dan Refleksi Penelitian per Siklus

1. Siklus I

Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan 1 dilaksanakan tanggal 9

Agustus 2012 pukul 10.05-11.15 WIB dan pertemuan 2 dilaksanakan Jumat 13

Agustus 2012 pukul 08.05-09.15 WIB. Hasil penelitian pada siklus I, meliputi:

Hasil penelitian pada siklus I, meliputi:

a. Deskripsi hasil observasi aktivitas guru

Hasil observasi aktivitas guru dinilai oleh dua orang pengamat, hasil observasi

aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Demosntrasi di kelas 2.C SD Negeri 20 Kota Bengkulu pada siklus I disajikan dalam

tabel 4.1. berikut ini

Tabel 4.1 Data hasil observasi aktivitas guru pada siklus I

No. Pengamat Skor Pengamatan


1. 1 31.5
2. 2 32.5
Total skor 64
rata-rata skor 32
kriteria Cukup

Dari data tabel 4.1 menunjukkan hasil observasi yang dilakukan oleh dua

pengamat (observer) untuk aktivitas kegiatan guru selama proses pembelajaran pada

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 24


siklus I, pengamat 1 memberikan skor 31.25 dari 15 aspek yang diamati dan

pengamat 2 memberikan skor 26 sehingga skor rata-rata siklus I adalah 32.25

dengan kriteria cukup berada dalam interval (20-27), dari data observasi aktivitas

guru pada siklus I terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki pada

siklus II. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi aktivitas guru siklus I

lampiran. Dari hasil observasi data aktivitas guru dapat dianalisis untuk mengetahui

kriteria aktivitas guru, hasil analisis data observasi aktivitas guru dapat dilihat pada

lampiran.

B. Deskripsi hasil observasi aktivitas siswa

Hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh dua orang pengamat selama

proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Matematika di kelas

1. SD Negeri 20 Kota Bengkulu. Hasil observasi yang dilakukan oleh dua pengamat

terhadap aktivitas siswa pada siklus I dapat disajikan pada tabel 4.2. berikut ini

Tabel 4.2 Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I

No. Pengamat Skor Pengamatan


1. 1 30.5
2. 2 32
Total skor 62.5
Rata-rata skor 32
Kriteria Cukup

Dari data tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata skor observasi yang dilakukan

oleh dua pengamat (observer) aktivitas siswa. Pengamat 1 memberikan skor 30.5

dan pengamat 2 memberikan skor 24 sehingga rata-rata aktivitas siswa pada siklus I

yaitu 32 dengan kriteria cukup, dari lembar observasi aktivitas siswa masih terdapat

kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari

data hasil observasi aktivitas siswa siklus I lampiran. Dari hasil observasi data

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 25


aktivitas siswa dianalisis untuk mengetahui kriteria aktivitas siswa, hasil analisis

data dapat dilihat pada halaman lampiran.

C. Deskripsi hasil belajar siswa

1) Nilai afektif Siswa

Afektif dinilai selama proses belajar mengajar berlangsung. Ranah afektif

yang dinilai yaitu sikap siswa dalam memperhatikan kegiatan memahami suatu

permasalahan dalam kegiatan menaati keputusan bersama, sikap siswa

menanggapi dan menjawab pertanyaan, sikap siswa membangun kerja sama

kelompok, sikap siswa memecahkan permasalahan kelompok dan sikap siswa

mengikuti kegiatan diskusi kelompok. Untuk menilai aspek afektif siswa,

digunakan lembar observasi afektif siswa yang dibuat oleh peneliti. Indikator

aspek yang diamati dalam lembar pengamatan afektif siswa pada siklus I dapat

dilihat pada lampiran 20 dan deskriptor pengamatan afektif siswa dapat dilihat

pada lampiran 21. Hasil observasi afektif siswa dapat dilihat pada lampiran

Dari lembar pengamatan afektif yang diamati oleh peneliti selama proses

pembelajaran berlangsung pada siklus I diperoleh nilai afektif dari 28 siswa

yang mendapat nilai 70 ke bawah sebanyak 16 orang dengan nilai rata-rata 6.39

dan ketuntasan belajar secara klasikal hanya 52% dinyatakan tidak tuntas

karena masih terdapat kelemahan-kelemahan pada aspek pengamatan afektif

siswa, sehingga perlu diperbaiki pada siklus II. Analisis nilai afektif siswa

secara rinci dapat dilihat pada lampiran .

Nilai psikomotor

Psikomotor dinilai selama proses belajar mengajar berlangsung. Ranah

psikomotor yang dinilai adalah aspek keterampilan siswa menunjukkan sikap

toleransi dalam diskusi kelompok, menentukan alternatif pemecahan masalah

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 26


dalam menyelesaikan lembar diskusi siswa dalam kegiatan menaati keputusan

bersama, dan ekspresi siswa dalam kegiatan menaati keputusan bersama.. Untuk

menilai aspek psikomotor siswa, digunakan lembar observasi psikomotor siswa

yang dibuat oleh peneliti dengan mengamati 3 aspek antara lain; (1) menirukan,

(2) artikulasi, (3) pengalamiahan, ketiga aspek ini dapat dilihat pada lampiran

24. Aspek yang diamati dalam penilaian psikomotor siswa berpedoman kepada

deskriptor setiap aspek, deskriptor ini dapat dilihat pada lampiran 25.

Dari lembar observasi psikomotor yang diamati oleh peneliti selama proses

pembelajaran berlangsung pada siklus I diperoleh dari 28 siswa yang

memperoleh nilai dibawah 70 sebanyak 15 siswa dengan nilai rata-rata 6.39 dan

ketuntasan belajar klasikal hanya 62 % masih dinyatakan kurang dari ketuntasan

belajar yang diharapkan sebesar 7.5 %, karena pada penilaian psikomotor siswa

masih terdapat kelemahan-kelemahan sehingga diperlukan perbaikan pada siklus

II. nilai psikomotor siswa siklus I dapat dilihat pada lampiran dan analisis nilai

psikomotor siswa secara rinci dapat dilihat sbb:

Nilai Tes Siklus 1

N
NAMA SISWA Nilai KKM Keterangan
O
1 Alya Putri Purwanto 4.80 6.50 Tidak tuntas
2 Amanda Karina 5.00 6.50 Tidak tuntas
3 Bagus Riandica Pratama 4.00 6.50 Tidak tuntas
4 Dzakyyah Ameizki Atmaja 8.00 6.50 Tuntas
5 Fanesha Oktiara Efendi 5.80 6.50 Tidak tuntas
6 Fira Arisca Pasa 6.00 6.50 Tidak tuntas
7 Gerrard Anugrah Sadewa 6.00 6.50 Tidak tuntas
8 Ghina Syakirah Darussalam 7.00 6.50 Tuntas
9 Griya Amelia Aldafa Siregar 7.00 6.50 Tuntas
10 Gusti Bayu Aji 6.80 6.50 Tuntas
11 I Gede Aditya Darmana 6.80 6.50 Tuntas
12 Karina Ashilla Putri 6.60 6.50 Tuntas
13 M.Rayfat Adityanto 6.80 6.50 Tuntas
14 M.Syarief Febrianto 5.80 6.50 Tidak tuntas

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 27


15 M.Gading Ananda 7.20 6.50 Tuntas
16 M.Rassya AbraRidhandra 7.00 6.50 Tuntas
17 Melanie Putri Syahreda 8.00 6.50 Tuntas
18 Nafid Prabuningrum 8.40 6.50 Tuntas
19 Najib Rizki Abdillah 6.00 6.50 Tidak tuntas
20 Nanda Hamidah Nasution 6.00 6.50 Tidak tuntas
21 Narendra Yoga Dasandriya 7.00 6.50 Tuntas
22 Nasya Haura Putri. H 7.00 6.50 Tuntas
23 Naufal Zhafir Syandhana 6.50 6.50 Tidak tuntas
24 Neiza Akbar Rizaldy 6.50 6.50 Tidak tuntas
25 Nira Karunia Nugroho 3.80 6.50 Tidak tuntas
26 Nur Salsabila 6.00 6.50 Tidak tuntas
27 Pidu Aziz Hastaman 6.60 6.50 Tidak tuntas
28 Raihan Raja Athallah 6.40 6.50 Tidak tuntas
  JUMLAH 178.8    
  RATA-RATA 6.39    
  TUNTAS 15    
  PROSENTASE TUNTAS 62%    
  TIDAK TUNTAS 13    
  PROSENTASE TIDAK TUNTAS 38%    

Data hasil belajar yang diperoleh dari nilai post tes siklus I diperoleh dari 28

siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 adalah sebanyak 13 dengan atau 38 %

masih kurang dari ketuntasan yang diidealkan menurut depdiknas yang

menyatakan bahwa ketuntasan belajar dikatakan berhasil apabila 75% siswa

memperoleh nilai ≥ 70 sehingga diperlukan perbaikan pada siklus II. Data post

tes siswa dapat dilihat pada lampiran 28 dan analisis nilai secara rinci dapat

dilihat pada lampiran

Dilihat dari data nilai akhir hasil belajar siswa, diketahui bahwa

pembelajaran pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar klasikal yang

diidealkan di SD Negeri 20 Kota Bengkulu, kriteria keberhasilan dan ketuntasan

belajar di SD Negeri 20 Kota Bengkulu secara klasikal dikatakan berhasil jika

75% siswa memperoleh nilai ≥ 70 ke atas.

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 28


Ketidaktuntasan tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran dengan

menerapkan model demosntrasi untuk meningkatkan proses dan hasil belajar

matematika siswa kelas 2.C di SD Negeri 20 Kota Bengkulu belum terlaksana

secara optimal dan masih terdapat kelemahan selama proses pembelajaran pada

siklus I, sehingga perlu diperbaiki pada siklus II.

Nilai Tes Siklus 2

N
NAMA SISWA Nilai KKM Keterangan
O
1 Alya Putri Purwanto 6.00 6.50 Tidak tuntas
2 Amanda Karina 6.00 6.50 Tidak tuntas
3 Bagus Riandica Pratama 5.00 6.50 Tidak tuntas
4 Dzakyyah Ameizki Atmaja 8.00 6.50 Tuntas
5 Fanesha Oktiara Efendi 6.60 6.50 Tuntas
6 Fira Arisca Pasa 8.00 6.50 Tuntas
7 Gerrard Anugrah Sadewa 7.00 6.50 Tuntas
8 Ghina Syakirah Darussalam 7.00 6.50 Tuntas
9 Griya Amelia Aldafa Siregar 8.00 6.50 Tuntas
10 Gusti Bayu Aji 7.00 6.50 Tuntas
11 I Gede Aditya Darmana 8.00 6.50 Tuntas
12 Karina Ashilla Putri 7.50 6.50 Tuntas
13 M.Rayfat Adityanto 7.50 6.50 Tuntas
14 M.Syarief Febrianto 7.50 6.50 Tuntas
15 M.Gading Ananda 7.20 6.50 Tuntas
16 M.Rassya AbraRidhandra 7.00 6.50 Tuntas
17 Melanie Putri Syahreda 8.00 6.50 Tuntas
18 Nafid Prabuningrum 8.40 6.50 Tuntas
19 Najib Rizki Abdillah 7.00 6.50 Tuntas
20 Nanda Hamidah Nasution 7.00 6.50 Tuntas
21 Narendra Yoga Dasandriya 7.00 6.50 Tuntas
22 Nasya Haura Putri. H 7.00 6.50 Tuntas
23 Naufal Zhafir Syandhana 7.00 6.50 Tuntas
24 Neiza Akbar Rizaldy 7.00 6.50 Tuntas
25 Nira Karunia Nugroho 6.00 6.50 Tidak tuntas
26 Nur Salsabila 6.00 6.50 Tidak tuntas
27 Pidu Aziz Hastaman 6.60 6.50 Tuntas
28 Raihan Raja Athallah 7.00 6.50 Tuntas
  RATA-RATA 7.05    
  TUNTAS 23    
  PROSENTASE TUNTAS 82%    

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 29


  TIDAK TUNTAS 5    
  PROSENTASE TIDAK TUNTAS 18%    
D. Refleksi Siklus I

A. Deskripsi Aktivitas Guru

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh dua pengamat masih ditemukan

beberapa aspek pada siklus I yang pelaksanaannya belum berjalan dengan baik

(dengan kategori kurang dan cukup) dan masih perlu diperbaiki antara lain:

1) guru melakukan apersepsi dengan kegiatan yang sedikit hubungannya dengan

materi yang akan dipelajari (kategori kurang).

2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran hanya aspek kognitif dan afektif saja

(kategori cukup).

3) guru mengeksplorasi dilema nilai dari budaya bangsa, sehingga masih banyak

siswa yang mengemukakan nilai-nilai dalam menaati keputusan bersama masih

ragu-ragu dan malu-malu untuk mengungkapkannya (kategori kurang).

4) Guru hanya membimbing siswa untuk mempertimbangkan konsekuensi nilai-

nilai yang dipilihnya (kategori cukup).

5) Guru hanya membimbing siswa saat mengerjakan LDS, sehingga rasa saling

menghormati dan menghargai belum terlihat jelas dalam diskusi kelompok

(kategori cukup).

6) guru belum teguh pendirian dalam menyampaikan dilema nilai dalam menaati

keputusan bersama (kategori cukup).

7) guru hanya memberikan tindak lanjut berupa tugas mandiri dan mengemukakan

pesan saja (kategori cukup).

langkah-langkah yang dilakukan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan

dalam aktivitas guru pada siklus I adalah:

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 30


1) guru menyampaikan kembali apersepsi dengan mengaitkan materi pelajaran

dengan peristiwa yang ada dalam kehidupan siswa sehari-hari.

2) guru menyampaikan kembali tujuan pelajaran dengan menggunakan papan

tujuan pembelajaran karena pada siklus I siswa kurang memahami maksud dari

tujuan pembelajaran kognitif, afektif dan keterampilan sosial.

3) guru memberikan contoh dilema nilai yang berkaitan langsung dengan

kehidupan siswa sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami

oleh siswa dan meyakinkan kepada siswa bahwa mereka mempunyai

kemampuan untuk memberikan pendapat tanpa ragu-ragu dan malu-malu untuk

mengungkapkannya.

4) guru memotivasi siswa dalam pasangannya untuk memperjelas konsekuensi nilai

yang dipilihnya dan memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam

diskusi sesame pasangannya..

5) guru memotivasi siswa dalam pasangannya untuk menunjukkan rasa saling

menghargai dan menghormati saat melakukan diskusi dengan teman

sebangkunya.

6) Guru melakukan tanya jawab yang melibatkan siswa secara langsung untuk

memperjelas dilema nilai dalam menaati keputusan, sehingga terjalin kerjasama

yang baik antara guru dan siswa.

7) Guru memanfaatkan waktu semaksimal mungkin agar siswa dapat

menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari.

8) untuk memberikan kesan dan pesan yang baik dalam tindak lanjut guru

memberikan reward kepada siswa.

B. Deskripsi aktivitas siswa

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 31


Dari hasil observasi yang dilakukan oleh dua pengamat terhadap aktivitas siswa

pada siklus I, masih ditemukan beberapa aspek yang pelaksanaannya belum

berjalan dengan baik (dengan kategori kurang dan cukup) dan masih perlu

diperbaiki antara lain:

1. Siswa melakukan tanya jawab yang cukup mengarah pada materi pelajaran yang

akan dipelajari (kategori cukup)

2. Siswa hanya menyampaikan tujuan pembelajaran pada aspek kognitif dan

afektif saja (kategori cukup).

3. Siswa mengeksplorasi dilema nilai dari budaya bangsa. (kategori kurang).

4. Jika 3-4 pasangan siswa yang mengerjakan LDS dengan cara musyawarah

dalam pasanagannya dengan sikap saling menghargai.

5. Hanya 1-2 siswa dalam kelompok ragu-ragu dalam mempertahankan nilai yang

diyakininya saat persentasi (kategori kurang).

6. Hanya 4-6 kelompok yang menyimpulkan pelajaran berdasarkan musyawarah

dengan kelompoknya (kategori cukup)

7. Siswa hanya mengungkapkan kembali tindak lanjut berupa tugas mandiri dan

memberikan kesan yang baik (kategori Cukup).

Langkah-langkah yang dilakukan atas kelemahan-kelemahan pada siklus I

dalam aktivitas siswa adalah :

1) guru harus lebih memperjelas dan memperbanyak pertanyaan untuk diajukan

kepada siswa dan pertanyaan tersebut harus berkaitan dengan konsep yang akan

dibahas sehingga dapat memancing siswa untuk memberikan gagasan terhadap

konsep yang diajarkan.

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 32


2) guru harus memperjelas tujuan yang akan dipelajari dengan cara meminta

beberapa siswa mengulangi kembali apa tujuan pembelajaran yang akan dicapai

mulai dari aspek kognitif, afektif dan keterampilan sosial.

3) guru memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa untuk mengeksplorasi

nilai-nilai yang diyakininya. Sehingga siswa termotivasi untuk mengemukakan

pendapat.

4) guru memotivasi siswa mencatat hasil diskusi, dengan cara memberi pertanyaan

yang berkaitan dengan materi dan menanyakan kembali, apabila siswa belum

mengerti guru meminta siswa mencatat hal-hal yang penting.

5) guru memberikan dilema nilai yang secara langsung berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari siswa, dan memberikan penghargaan kepada siswa yang

teguh pendiriannya dalam mempertahankan nilai-nilai yang diyakininya saat

persentasi.

6) guru membimbing siswa untuk saling menghargai dan menghormati dalam

menaati keputusan bersama dengan cara menunjuk siswa yang ribut dalam

kelompoknya untuk mengungkapkan nilai yang diyakininya didepan kelas.

7) guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran, dengan cara

menunjuk salah satu perwakilan setiap kelompok.

8) guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif saat memberikan tindak

lanjut.

C. Deskripsi Hasil Belajar

A. Nilai Afektif

Dari kelima aspek yang diamati dalam lembar observasi afektif siswa pada

siklus I masih terdapat kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh siswa

dalam proses pembelajaran dengan kriteria cukup, antara lain:

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 33


1) pada aspek menerima, siswa hanya memperhatikan penjelasan guru saat

membacakan petunjuk kerja LDS ( kriteria cukup).

2) aspek menghargai, siswa hanya menyetujui dan memperjelas nilai dasar

dalam kegiatan musyawarah ( kriteria cukup).

3) pada aspek karakteristik, siswa hanya menunjukkan kerjasama dalam

diskusi kelompok (kriteria cukup).

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan

dalam lembar pengamatan afektif siswa pada siklus I adalah:

1) guru memotivasi dan menunjukkan perhatian kepada siswa dalam

pasangannya saat membacakan petunjuk LDS .

2) guru membimbing siswa menyetujui nilai dasar dalam kegiatan latihan

penjumlahan dan pengurangan.

3) guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang bertanggung jawab

dan disiplin saat persentasi hasil diskusi kelompok.

D. Nilai Psikomotor

Ketidaktuntasan penilaian psikomotor siswa pada siklus I dikarenakan

dalam proses pembelajaran masih terdapat kelemahan-kelemahan, diantaranya:

1) pada aspek menirukan, siswa hanya mengerjakan LDS berdasarkan petunjuk

kerja yang dijelaskan guru (kriteria cukup)

2) aspek artikulasi, siswa hanya mengungkapkan alasan akan pilihan nilai yang

diyakininya dalam kegiatan menaati keputusan bersama dengan penuh rasa

tanggung jawab (kriteria cukup).

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan

dalam lembar pengamatan psikomotor siswa pada siklus I adalah:

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 34


1) guru memotivasi siswak dengan melakukan tanya jawab seputar dilema

nilai dalam menaati keputusan bersama.

Nilai Post Tes (Kognitif)


Ketidaktuntasan hasil belajar pada siklus I ini disebabkan evaluasi yang

diberikan guru di akhir pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi

soalnya cukup banyak sehingga waktu yang diberikan guru tidak cukup untuk

menyelesaikan evaluasi. Dengan demikian memerlukan refleksi untuk proses

kegiatan pembelajaran pada siklus II.

Siklus II

Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin 14 Agustus 2012 pukul

10.05-11.15 WIB; dan pertemuan 2 dilaksanakan hari Jumat 17 Agustus 2012 pukul

08.05-09.15 WIB. Pelaksanaan pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari

kegiatan pembelajaran pada siklus I. Hasil penelitian pada siklus II, meliputi:

A. Deskripsi hasil observasi aktivitas guru

Observasi aktivitas guru pada siklus II dilakukan oleh dua orang pengamat

dengan menerapkan model pembelajaran Matematika di kelas 2.C SD Negeri 20

Kota Bengkulu. Hasil observasi aktivitas guru disajikan pada Tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Data hasil observasi aktivitas guru pada siklus II

No. Pengamat Skor Pengamatan


1. 1 36
2. 2 36
Total skor 72
Rata-rata 36
Kriteria Baik

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 35


Dari data tabel 4.3 menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran

siklus II pengamat 1 memberikan skor 36 dengan kriteria baik dan pengamat 1

memberikan skor sempurna yaitu 36 sehingga rata-rata skor aktivitas guru pada

siklus II adalah 36 dengan kriteria baik sehingga tidak ditemukan lagi kelemahan-

kelemahan pada lembar aktivitas guru. Data hasil observasi aktivitas guru pada

siklus II dapat dilihat pada lampiran. Data hasil observasi aktivitas guru dianalisis

untuk mencari nilai rata-rata dan kriteria ketuntasan, analisis data observasi

aktivitas guru secara rinci dapat dilihat pada lampiran..

B. Deskripsi hasil observasi aktivitas siswa

Observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh dua orang pengamat selama

proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran matematika di

kelas 2.C SD Negeri 20 Kota Bengkulu. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus

II tersebut disajikan pada Tabel 4.4. berikut ini

Tabel 4.4 Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II

No. Pengamat Skor Pengamatan


1. 1 39
2. 2 38.5
Total skor 77.5
Rata-rata 39
Kriteria Baik

Dari data tabel 4.4 pengamat 1 memberikan skor 35 dan pengamat 2

memberikan skor 35 sehingga rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus II yaitu 35

dengan kriteria baik. Pada lembar aktivitas siswa tidak ditemukan lagi kelemahan-

kelemahan aktivitas siswa, data hasil aktivitas siswa siklus II dapat dilihat pada

lampiran 44. Data hasil belajar dianalisis untuk mengetahui kriteria skor, analisis

data aktivitas siswa secara rinci dapat dilihat pada lampiran .

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 36


C. Deskripsi hasil belajar siswa

Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil dari refleksi I,

kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I diperbaiki pada siklus II.

1) Nilai afektif siswa

Pada siklus II siswa mengikuti kegiatan pembelajaran tentang kegiatan

aklamasi, siswa bekerja sama dengan kelompoknya menyelesaikan LDS yang

diberikan guru, dalam menyelesaikan LDS siswa bersama dengan kelompoknya

saling memberikan pendapat, mereka membudayakan sikap saling menghargai

dan menghormati hal ini dapat diamati oleh guru melalui lembar pengamatan

penilaian afektif, namun tidak semua siswa menunjukkan sikap yang

diharapakan dalam pembelajaran yaitu bekerja sama dalam kelompok dan

saling menghargai. Dari 28 siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 sebanyak

9 orang sehingga ketuntasan belajar yang diperoleh sebesar 75% dengan nilai

rata-rata 83,3 dan dinyatakan tuntas sesuai dengan ketuntasan belajar yang

diidealkan dari depdiknas jika 75% siswa memperoleh nilai ≥70. Untuk

mengetahui nilai rata-rata afektif siswa dan ketuntasan belajar klasikal, data

observasi dianalisis terlebih dahulu. Nilai hasil afektif siswa dapat dilihat pada

lampiran 48. Analisis nilai afektif siswa secara rinci dapat dilihat pada lampiran

49. Dari analisis nilai afektif siswa siklus II dinyatakan tuntas, sehingga tidak

diperlukan lagi perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya dan penelitian ini

dinyatakan berhasil pada siklus II.

2) Nilai Psikomotor

Psikomotor dinilai selama proses belajar mengajar berlangsung. Ranah

psikomotor yang dinilai adalah aspek keterampilan siswa dalam kegiatan

diskusi kelompok. Dari 28 siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 berjumlah

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 37


6 orang sehingga ketuntasan belajar yang diperoleh pada siklus II sebesar 83%

dengan nilai rata-rata 85,2. Data nilai psikomotor siswa pada siklus II dapat

dilihat pada lampiran 52. Analisis nilai psikomotor siswa secara rinci dapat

dilihat pada lampiran 53. Dari analisis nilai psikomotor siswa siklus II

dinyatakan tuntas, sehingga tidak diperlukan lagi perbaikan-perbaikan pada

siklus berikutnya dan penelitian ini dinyatakan berhasil pada siklus II.

3) Nilai Kognitif

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 38


Nilai Tes Siklus 2

N KK
NAMA SISWA Nilai Keterangan
O M
Hasil
1 Alya Putri Purwanto 4.80 7.00 Tidak tuntas
2 Amanda Karina 7.00 7.00 Tuntas
belajar
3 Bagus Riandica Pratama 4.00 7.00 Tidak tuntas
4 Dzakyyah Ameizki Atmaja 8.00 7.00 Tuntas
kognitif
5 Fanesha Oktiara Efendi 7.00 7.00 Tuntas
6 Fira Arisca Pasa 7.50 7.00 Tuntas
dalam
7 Gerrard Anugrah Sadewa 7.20 7.00 Tuntas
8 Ghina Syakirah Darussalam 7.40 7.00 Tuntas
9 Griya Amelia Aldafa Siregar 7.60 7.00 Tuntas
10 Gusti Bayu Aji 7.80 7.00 Tuntas
11 I Gede Aditya Darmana 7.00 7.00 Tuntas
12 Karina Ashilla Putri 7.00 7.00 Tuntas
13 M.Rayfat Adityanto 7.00 7.00 Tuntas
14 M.Syarief Febrianto 7.00 7.00 Tuntas
15 M.Gading Ananda 7.00 7.00 Tuntas
16 M.Rassya AbraRidhandra 7.60 7.00 Tuntas
17 Melanie Putri Syahreda 8.60 7.00 Tuntas
18 Nafid Prabuningrum 8.40 7.00 Tuntas
19 Najib Rizki Abdillah 7.00 7.00 Tuntas
20 Nanda Hamidah Nasution 7.00 7.00 Tuntas
21 Narendra Yoga Dasandriya 7.00 7.00 Tuntas
22 Nasya Haura Putri. H 7.00 7.00 Tuntas
23 Naufal Zhafir Syandhana 7.40 7.00 Tuntas
24 Neiza Akbar Rizaldy 7.60 7.00 Tuntas
25 Nira Karunia Nugroho 7.00 7.00 Tuntas
26 Nur Salsabila 6.00 7.00 Tidak tuntas
27 Pidu Aziz Hastaman 6.60 7.00 Tidak tuntas
28 Raihan Raja Athallah 6.40 7.00 Tidak tuntas
196.
 
  JUMLAH 9  
  RATA-RATA 7.03    
  TUNTAS 21    
  PROSENTASE TUNTAS 87%    
  TIDAK TUNTAS 7    
  PROSENTASE TIDAK TUNTAS 13%    

penelitian ini berupa post tes. Post tes dilakukan di akhir pembelajaran. Pada siklus

II jumlah soal 4 butir berbentuk essay, skor tertinggi adalah 100 dan skor terendah

adalah 0. Post tes pada siklus II berpedoman pada kisi-kisi soal jenjang kognitif.

Data yang diperoleh dari nilai post tes siklus II dari 28 siswa yang memperoleh nilai

dibawah 70 berjumlah 5 orang sehingga ketuntasan belajar pada siklus II meningkat

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 39


menjadi 86% dengan nilai rata-rata 83. Dari hasil belajar yang diperoleh pada

siklus II menunjukkan bahwa proses pembelajaran meningkat dan dinyatakan

tuntas karena sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2007: 62)

bahwa proses pembelajaran di kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila 75

% siswa dikelas mendapat nilai ≥ 70. Nilai post tes siswa siklus II dapat dilihat

pada lampiran 54. Data hasil post tes siswa dianalisis untuk mencari nilai rata-

rata dan ketuntasan belajar. Analisis data post tes siswa pada siklus II dapat

dilihat pada lampiran 55. Dari analisis nilai post tes siswa siklus II dinyatakan

tuntas, sehingga tidak diperlukan lagi perbaikan-perbaikan pada siklus

berikutnya dan penelitian ini dinyatakan berhasil pada siklus II.

Dilihat dari data nilai akhir hasil belajar siswa, diketahui bahwa

pembelajaran pada siklus II telah mencapai ketuntasan belajar klasikal yang

diidealkan di SD Negeri 04 Kota Bengkulu, kriteria keberhasilan dan ketuntasan

belajar di SD Negeri 20 Kota Bengkulu secara klasikal dikatakan berhasil jika

75% siswa memperoleh nilai ≥ 70 ke atas.

Ketuntasan tersebut disebabkan pada proses pembelajaran dengan menerapkan

Metode Diskusi untuk meningkatkan proses dan hasil belajar matematika

siswa kelas 2.C di SD Negeri 20 Kota Bengkulu sudah terlaksana secara optimal

sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil pada siklus II.

D. Pembahasan

Hasil dari penelitian ini adalah meningkatnya proses dan hasil belajar siswa,

proses pembelajaran dapat dilihat dari keaktifan siswa dan guru melalui lembar

pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dilakukan oleh dua pengamat, terdiri dari

guru kelas 2.C di SD Negeri 20 Kota Bengkulu dan teman sejawat peneliti. Hasil

belajar terdiri dari nilai afektif, nilai psikomotor dan nilai kognitif siswa. Nilai

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 40


akhir hasil belajar siswa dihitung berdasarkan nilai afektif, psikomotor dan kognitif

yang berupa post tes, masing –masing nilai dihitung persentasinya. Untuk nilai

afektif dikalikan 25%, nilai psikomotor dikalikan 25% dan nilai post tes dikalikan

50%.

E. Pembahasan proses pembelajaran

Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui penerapan model pembelajaran

Matematika pada materi menaati dan menghargai keputusan bersama dilaksanakan

dalam 2 siklus dapat meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru

dan siswa melalui lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang diamati oleh 2

orang pengamat dari siklus I ke Siklus II .

a) Aktivitas Guru

Penerapan model pembelajaran demonstrasi pada mata pelajaran matematika

kelas 2.C di SD Negeri 20 Kota Bengkulu pada materi menaati dan menghargai

keputusan bersama yang dilakukan dua siklus, setiap siklus dilakukan dua kali

pertemuan. Skor rata-rata aktivitas guru yang diperoleh pada siklus I adalah 27

dengan kriteria cukup, sehingga masih perlu diperbaiki pada siklus II. Hasil

observasi aktivitas guru pada siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat

kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki, yaitu:

Pertama yaitu tahap memilih, (1) guru melakukan apersepsi dengan kegiatan

yang sedikit hubungannya dengan materi yang akan dipelajari (kategori kurang), (2)

guru menyampaikan tujuan pembelajaran hanya aspek kognitif dan afektif saja

(kategori cukup), (3)guru mengeksplorasi dilema nilai dari budaya bangsa, sehingga

masih banyak siswa yang mengemukakan nilai-nilai dalam menaati keputusan

bersama masih ragu-ragu dan malu-malu untuk mengungkapkannya (kategori

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 41


kurang), (4)Guru hanya membimbing 4-6 kelompok untuk mempertimbangkan

konsekuensi nilai-nilai yang dipilihnya (kategori cukup).

Kedua yaitu tahap menghargai, (1)Guru hanya membimbing 4-6 kelompok saat

mengerjakan LDS, sehingga rasa saling menghormati dan menghargai belum terlihat

jelas dalam diskusi kelompok (kategori cukup), (2)guru belum teguh pendirian

dalam menyampaikan dilema nilai dalam menaati keputusan bersama (kategori

cukup).

Ketiga tahap berbuat, guru hanya memberikan tindak lanjut berupa tugas

mandiri dan mengemukakan pesan saja (kategori cukup).

Dari kelemahan-kelemahan aktivitas guru pada siklus I ini maka peneliti

melakukan refleksi, terhadap aktivitas guru dengan cara:

Pertama yaitu tahap memilih, (1) guru menyampaikan kembali apersepsi dengan

mengaitkan materi pelajaran dengan peristiwa yang ada dalam kehidupan siswa

sehari-hari, seperti anak-anak siapa yang setuju dan tidak setuju jika pihak sekolah

memberikan sanksi untuk yang terlambat datang kesekolah. Materi pelajaran yang

diberikan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa dapat memudahkan

siswa memahami materi selanjutnya (Barlow, dalam Udin Winataputra: 2007, 3.24).

(2) guru menyampaikan kembali tujuan pelajaran dengan menggunakan papan

tujuan pembelajaran karena siswa kurang memahami maksud dari tujuan

pembelajaran kognitif, afektif dan psikomotor. (3) guru memberikan contoh dilema

nilai yang berkaitan langsung dengan kehidupan siswa sehari-hari,dengan

menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan meyakinkan kepada

siswa bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk memberikan pendapat tanpa

ragu-ragu dan malu-malu untuk mengungkapkannya, pada dasarnya murid-murid

dilatih berpikir, belajar dan membuat keputusan berdasarkan pengalamannya

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 42


(Reimer,dalam Darmiyati Zuchdi: 2012,65) . (4) guru memotivasi dengan

memberikan acungan jempol dan kata-kata pintar, bagus dan hebat kepada 4-5 siswa

dalam kelompok untuk memperjelas konsekuensi nilai yang dipilihnya dan

memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam diskusi kelompok.

Kedua yaitu tahap menghargai, guru memotivasi 4-5 siswa dalam kelompok

untuk menunjukkan rasa saling menghargai dan menghormati saat melakukan

diskusi kelompok, dengan cara mendatangi siswa dalam kelompoknya. Ketiga, tahap

berbuat : (1) guru memberikan contoh dilema nilai berdasarkan pengalaman siswa

dengan tujuan saat persentasi siswa teguh pendirian akan nilai yang diyakininya ( 2)

guru melakukan tanya jawab yang melibatkan siswa secara langsung untuk

memperjelas dilema nilai dalam menaati keputusan, sehingga terjalin kerjasama

yang baik antara guru dan siswa. (3) guru memanfaatkan waktu semaksimal

mungkin agar 7-9 kelompok dapat menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari.

Ketiga tahap berbuat, untuk memberikan kesan dan pesan yang baik dalam

tindak lanjut guru memberikan reward kepada siswa. Pada siklus II aktivitas guru

meningkat menjadi 36 dengan kriteria baik, karena kelemahan-kelemahan aktivitas

guru pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II.

Pada siklus II aktivitas guru meningkat dengan memperbaiki kelemahan-

kelemahan pada siklus I, dari pengamatan yang dilakukan oleh dua pengamat skor

yang diperoleh pada siklus II yaitu 36 dengan kriteria baik. Dengan adanya

peningkatan skor rata-rata aktivitas guru dalam proses pembelajaran dapat

meningkat dengan menerapkan metode demonstrasi pada mata pelajaran

matematika kelas 2.C di SD Negeri 20 Kota Bengkulu melalui tahap-tahap

pembelajaran Demonstrasi.

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 43


Peningkatan skor aktivitas guru dari siklus I ke siklus II dapat disajikan pada

grafik 4.1 berikut ini:

Grafik 4.1 Peningkatan Aktivitas Guru

36

35

34
Column1
33
siklus I
32

31

30
Siklus I Siklus II
b) Aktivitas siswa

Penerapan model pembelajaran demonstrasi pada mata pelajaran matematika

kelas 2.C di SD Negeri 20 Kota Bengkulu pada materi menaati dan menghargai

keputusan bersama yang dilakukan dua siklus, setiap siklus dilakukan dua kali

pertemuan. Skor rata-rata aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus I adalah 23

dengan kriteria cukup, sehingga masih perlu diperbaiki pada siklus II. Hasil

observasi aktivitas guru pada siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat

kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki.

Pada siklus II terjadi peningkatan rata-rata skor aktivitas siswa dari 15 aspek

yang diamati sebesar 35 (rentang nilai 28-36) dengan kategori baik. Kekurangan-

kekurangan pada siklus I telah dipebaiki pada siklus II. Meningkatnya aktivitas

siswa dikarenakan adanya keaktifan guru dalam menerapkan model Demonstrasi

melalui tiga tahapan pembelajaran.

Peningkatan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dapat disajikan pada

grafik 4.2 berikut ini:

Grafik 4.2 Peningkatan aktivitas siswa setiap siklus

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 44


40
35
30
25
Column1
20
siklus I
15
10
5
0
siklus I Siklus II

F. Pembahasan Hasil Belajar

Hasil belajar dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam ranah afektif,

psikomotor dan ranah kognitif. Menurut Kelly yang menyatakan bahwa Penilaian

afektif digunakan untuk mengetahui perubahan tingkah laku murid yang

menunjukkan adanya perasaan senang belajar, minat, sikap dan apresiasi yang

positif menimbulkan tingkah laku ( Darmiyati, 2012: 21). Penilaian afektif

dilakukan saat siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok dengan materi

“penjumlahan dan pengurangan”

Penerapan Demosntrasi pada mata pelajaran Matematika kelas 2.C di SD

Negeri 20 Kota Bengkulu, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan

musyawarah dalam diskusi kelas. Setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan

untuk mengeksplorasikan nilai-nilai yang mereka yakini dalam menyelesaikan

permasalahan yang diberikan guru melalui LDS, dalam menyelesaikan LDS siswa

mampu bekerjasama dengan baik dan menunjukkan sikap saling menghargai dan

menghormati. Maka dari itu guru melakukan penilaian afektif untuk mengetahui

perubahan tingkah laku dan sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, diakhir

pembelajaran guru memberikan evaluasi berupa post tes untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap materi ajar yang telah dipelajari.

G. Hasil belajar afektif

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 45


Penilaian afektif bertujuan untuk menilai perubahan tingkah laku siswa yang

dilakukan melalui pengamatan siswa saat diskusi kelompok berlangsung. Penilaian

hasil belajar afektif dilakukan melalui pengamatan. Hasil pengamatan afektif siswa

pada siklus I dari 28 siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 berjumlah 16 orang

sehingga ketuntasan belajar yang diperoleh pada siklus I hanya 55 % dengan nilai

rata-rata sebesar 75,5, pada penilaian afektif yang digunakan untuk mengukur sikap

siswa saat proses pembelajaran berlangsung masih terdapat kelemahan diantaranya:

pada aspek menerima, siswa hanya memperhatikan penjelasan guru saat

membacakan petunjuk kerja LDS ( kriteria cukup), aspek menghargai, siswa hanya

menyetujui dan memperjelas nilai dasar dalam kegiatan musyawarah ( kriteria

cukup), pada aspek karakteristik, siswa hanya menunjukkan kerjasama dalam

diskusi kelompok (kriteria cukup).

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam

lembar pengamatan afektif siswa pada siklus I adalah: guru memotivasi dan

menunjukkan perhatian kepada 5-6 anggota kelompok saat membacakan petunjuk

LDS, guru membimbing 5-6 anggota kelompok menyetujui nilai dasar dalam

kegiatan musyawarah dengan melibatkan siswa secara langsung dalam diskusi

kelompok., guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang bertanggung

jawab dan disiplin saat persentasi hasil diskusi kelompok. Nilai afektif siswa pada

siklus II mengalami peningkatan, jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah 70

berjumlah 9 orang dengan ketuntasan belajar 75% dengan rata-rata 83,3.

H. Hasil belajar Psikomotor

Hasil belajar psikomotor adalah kemampuan siswa untuk mempraktikkan sikap-

sikap kewarganegaraan yang telah dipelajari untuk diimplementasikan kedalam

kehidupan sehari-hari. Untuk menilai aspek psikomotor siswa, digunakan lembar

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 46


observasi psikomotor siswa yang dibuat oleh peneliti dengan mengamati 3 aspek

antara lain (1) menirukan, (2) artikulasi, (3) pengalamiahan. Hasil belajar

psikomotor siswa pada siklus I dari 36 orang siswa yang mendapat nilai 70 ke

bawah sebanyak 15 orang dengan nilai rata-rata 80 dan ketuntasan belajar klasikal

hanya 72% dinyatakan tidak tuntas sehingga masih perlu diperbaiki pada siklus II.

Kelemahan pada siklus I diantaranya; pada aspek menirukan, siswa hanya

mengerjakan LDS berdasarkan petunjuk kerja yang dijelaskan guru (kriteria cukup)

dan aspek artikulasi, siswa hanya mengungkapkan alasan akan pilihan nilai yang

diyakininya dalam kegiatan menaati keputusan bersama dengan penuh rasa

tanggung jawab (kriteria cukup).

Kelemahan pada siklus I diperbaiki pada siklus II, dari 28 siswa yang

memperoleh nilai dibawah 70 hanya 6 orang sehingga ketuntasan belajar meningkat

menjadi 85,2% dengan nilai rata-rata 83.

I. Hasil belajar kognitif

a) Nilai Akhir

Nilai akhir hasil belajar dalam penelitian ini dihitung berdasarkan nilai afektif,

psikomotor dan kognitif yang berupa post tes siswa, masing–masing nilai dihitung

persentasinya. Untuk nilai afektif dikalikan 25%, nilai psikomotor dikalikan 25%

dan nilai post tes dikalikan 50%. Dari nilai akhir tersebut dianalisis untuk

mendapatkan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal

Pada siklus I dari 28 siswa yang memperoleh nilai diatas 70 berjumlah 15 orang

sehingga ketuntasan belajar hanya 62% dengan nilai rata-rata 6.39. Ketidaktuntasan

pembelajaran pada siklus I dikarenakan penerapan model Demosntrasi pada mata

pelajaran Matematika kelas 2.C di SD Negeri 20 Kota Bengkulu belum optimal, hal

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 47


ini dapat dilihat dari kelemahan-kelemahan hasil belajar yang diperoleh siswa pada

aspek afektif, psikomotor dan kognitif sehingga perlu diperbaiki pada siklus II.

kelemahan pada siklus I diperbaiki pada siklus II, sehingga ketuntasan belajar pada

siklus II dari 28 siswa meningkat menjadi 82% dengan nilai rata-rata 7.05 Hasil

Belajar yang diuraikan diatas tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu

sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat

kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan

prilakunya. Penyataan ini diperkuat dengan pendapat Carl Roger (dalam Sudjana,

2009: 31) bahwa seseorang yang telah menguasai tingkat kognitif perilakunya sudah

bisa diramalkan.

Penerapan model Demosntrasi pada mata pelajaran Matematika kelas 2.C SD

Negeri 20 Kota Bengkulu mempunyai pengaruh positif yaitu meningkatkan proses

dan hasil belajar siswa kelas 2.C di SD Negeri 20 Kota Bengkulu. Penelitian ini

membuktikan pendapat Busraini yang menyatakan bahwa anak-anak akan mencapai

kemampuan untuk membuat keputusan nilai berdasarkan keyakinannya melalui

model pembelajaran Demosntrasi, melalui model Demosntrasi siswa didorong untuk

membiasakan berpikir aktif tentang seputar masalah-masalah moral yang hadir di

sekeliling mereka di mana siswa dilatih untuk belajar dalam memperjelas nilai-nilai

sosial. Pada gilirannya diharapkan meningkatnya proses dan hasil belajar siswa. Dari

pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

menerapkan model “demosntrasi” pada mata pelajaran Matematika kelas 2.C di SD

Negeri 20 Kota Bengkulu dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 48


BAB V 

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1  Kesimpulan

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 49


Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka dari hasil perbaikan

pembelajaran telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :

Proses penyamapain pembelajaran matematika harus didasarkan pada penguasaan

konsep serta pemberian alat Bantu bagi siswa. Dengan demikian alat Bantu tersebut

bisa digunakan pada saat proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan bahan

untuk meningkatkan frekuensi hasil belajar. Maka dari itu guru harus mampu

menciptakan desain pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa.

1.2  Saran

Dengan mengacu terhadap kesimpulan, maka dari itu penulis dapat

memberikan saran yaitu sebagai berikut : Dalam menyampaikan proses

pembelajaran guru sebaiknya tidak terlalu cepat dalam menjelaskan materi

pembelajaran. Selanjutnya harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya. Dengan demikian siswa bisa lebih berani dan mampu untuk menerima

materi yang disajikan.

Daftar Pustaka

Agus Taufiq, 2012. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas


Terbuka

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 50


Arsyad, 2006 Langkah-langkah Penelitian Survei dan Laporan
Penelitian.
Dimyati dan Mudjiono, 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Offeset
Depdiknas, 2006. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI
tentang Pendidikan Nasional
H.M. Surya 2008 Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta

Hawa, 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya


Muhibbin Syah, 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas
Terbuka
Syaiful Bahri Djamarah, 2000. KTSP Pembelajaran Berbasis
Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara
Sadiman dkk 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Rohani 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sudjana.2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Syaiful, 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Yogyakarta: BPFG – UGM

tematik kls 2 smt 1 2016 Page 51

Anda mungkin juga menyukai