PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan aktivitas sosial sebagai suatu proses
pengembangan potensi dasar manusia yang berkaitan dengan moral,
intelektual, dan jasmaninya untuk mencapai tujuan hidup. Maka dengan
pendidikan manusia akan selalu terdorong dalam berlomba-lomba untuk
mencari ilmu, melalui ilmu setiap manusia akan selalu mengembangkan pola
pikir dan potensi yang ada pada diri. Melalui pembelajaran di sekolah,
kegiatan belajar mengajar (KBM) seharusnya dapat menciptakan kondisi
belajar yang efektif. Pembelajaran yang dimaksudkan adalah bagaimana guru
mampu menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan untuk siswa
dalam semua mata pelajaran, khususnya Matematika (Danim, 2011:4).
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang logika berpikir dan
bernalar yang digunakan sebagai alat bantu untuk mengatasi masalah-masalah
pada bidang lainnya, sehingga matematika mempunyai peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari (Jatmikoningtyas, 2007:3). Peran ini kemudian
dituangkan dalam tujuan pembelajaran matematika yaitu melatih cara berfikir
dan bernalar, mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan menyampaikan
informasi atau mengkomunikasikan gagasan. Sehingga matematika
1
merupakan bidang ilmu yang strategis untuk membentuk generasi yang siap
menghadapai era global yang penuh dengan kompetitif tersebut.
Merujuk peran dan tujuan dari pembelajaran matematika itu sendiri
seharusnya pembelajaran matematika di sekolah merupakan suatu kegiatan
yang disenangi, menantang dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar
mengajar yang dimaksud adalah kegiatan yang mampu melibatkan semua
komponen dalam proses belajar seperti, guru, siswa, dan sumber media
belajar. Agar tujuan tersebut tercapai, semua komponen yang ada harus
diorganisasikan secara sinergik dan sistemik.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika memiliki peran yang penting dalam menyiapkan sumber daya
manusia yang siap untuk bersaing dalam era globalisasi. Namun pada
kenyataannya hambatan yang terjadi dalam pembelajaran matematika
sangatlah beragam.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di kelas XI
IPA SMA Muhammadiyah Kalabahi (28 Februari 2017). Hasil belajar pada
mata pelajaran matematika masih tergolong rendah dari KKM 78, dilihat dari
hasil UTS (Ujian tengah Semester) 2017 dari 22 Orang tidak ada yang berhasil
mencapai KKM.
Setelah diamati terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya
hasil belajar antara lain. Anggapan siswa bahwa mata pelajaran matematika itu
sulit. Rendahnya minat dan motivasi belajar hal ini terlihat dari beberapa
siswa sering alpa, jarang mencatat pelajaran matematika, dalam proses belajar
banyak yang kurang memperhatikan, dan sering keluar masuk ketika proses
belajar mengajar sedang berlangsung, adapun faktor yang lain adalah
kurangnya inovasi dalam pembelajaran yakni guru matematika seringkali
menyampaikan materi matematika apa adanya (konvensional) sehingga
pembelajaran matematika cenderung membosankan. Selain itu, ketidakaktifan
siswa dalam diskusi kelompok juga menjadi masalah, hal ini terlihat pada saat
2
berjalannya diskusi yang mana siswa yang aktif tetap aktif dan siswa yang
pasif tetap pasif, hal ini disebabkan kurangnya kemampuan guru dalam
memotivasi siswa untuk lebih percaya diri dalam mengutarakan pendapat serta
kurangnya kekompakan setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan, karena keberhasilan dan kesuksesan sebuah tim berasal dari
kekompakan tim itu sendiri. Beberapa hal di atas inilah yang menjadi
penyebab rendahnya hasil belajar siswa.
Agar pembelajaran matematika di SMA Muhammadiyah Kalabahi
menjadi pembelajaran yang aktif, kretaif, efektif dan menyenangkan maka
dapat dilakukan melalui berbagai cara salah satu cara yang cukup efekif
adalah melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Team Achievement Division).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran
berkelompok yang sangat sederhana dan sangat mudah diimplementasikan
dalam pembelajaran matematika yang tahapannya dimulai dari : (1) Tahap
penyajian materi; (2) Tahap kegiatan kelompok; (3) Tahap tes individual; (4)
Tahap penghitungan skor perkembangan individu; (5) Tahap pemberian
penghargaan kelompok.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA
MUHAMMADIYAH KALABAHI TAHUN PELAJARAN 2016/2017”.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalahnya adalah : Apakah penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas XI IPA
SMA Muhammadiyah Kalabahi Tahun Pelajaran 2016/2017 ?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil
belajar matematika dapat meningkat melalui penerapan model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD pada siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah
Kalabahi Tahun Pelajaran 2016/2017.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini antara
lain :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, serta hasil penelitian ini diharapkan
mampu memberikan input berupa pemikiran-pemikiran baru yang baik
terhadap proses pembelajaran yang efektif. Selain itu hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya, sebagai bahan
acuan dan sumber rujukan pihak-pihak terkait (Dinas pendidikan, sekolah
& institusi pendidikan lainnya), serta bermanfaat dalam peningkatan hasil
belajar siswa khususnya dalam pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Melatih siswa aktif dalam diskusi kelompok;
4
2) Adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran
Matematika.
b. Bagi Guru
1) Guru dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dalam proses pembelajaran di sekolah;
2) Menambah wawasan pendidik dalam melakukan inovasi
pembelajaran.
3) Sebagai masukan untuk menerapkan suatu model pembelajaran
selain pembelajaran yang dilakukan oleh guru (konvensional).
c. Bagi Sekolah adalah sebagai tolak ukur untuk membantu guru
menciptakan pembelajaran yang efektif guna meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah tersebut.
d. Bagi Peneliti adalah sebagai bekal bagi peneliti sendiri sebagai
seorang calon guru.
E. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Kalabahi pada siswa
kelas XI IPA semester genap berjumlah 22 orang yang terdiri dari 11
orang laki-laki dan 11 orang perempuan;
2. Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
khususnya pada materi pokok Turunan Fungsi melalui penerapan model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan
perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai
kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur,
sarana berpikir, kumpulan sistem struktur dan alat (Hamzah, 2014:48).
Sedangkan menurut Rusffendi matematika adalah bahasa simbol;
ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu
tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur
yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.
3. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang mana siswa
harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya.
“Menemukan” di sini terutama adalah “menemukan lagi” (discovery),
atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invention). Oleh
karena itu, materi yang disajikan kepada siswa bukan dalam bentuk akhir
dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini
guru harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan
sebagai pemberi tahu (Heruman 2010:4).
Dari pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dengan
siswa dalam memberikan materi pelajaran berupa angka-angka atau
pernyataan matematika yang mana materi yang diberikan akan cepat
dipahami oleh siswa jika relevan dengan pengalaman hidup siswa.
4. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika menurut kurikulum 2004
(Hamzah, dkk. 2014:74) adalah :
a. Melatih cara berpikir dan bernalar menarik kesimpulan;
7
b. Mengembangkan aktivitas keratif yang melibatkan imajinasi
intuisi, penemuan dengan mengembangkan pemikiran orisinal,
rasa ingin tahu membuat prediksi dan dugaan serta coba-coba;
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah;
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan, antara lain melalui pembicaraan
lisan, catatan, grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan
gagasan.
KTSP (2006) yang disempurnakan pada kurikulum 2013,
mencantumkan tujuan pembelajaran matematika (Soemarmo, dkk. 2014:7)
adalah sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma
secara luas, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah;
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
c. Memecahkan masalah;
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah. Butir-butir 1 sampai dengan 4
dalam rumusan tujuan pembelajaran matematika di atas
menggambarakan kompetensi atau kemampuan berpikir
matematik, sedangkan butir 5 melukiskan ranah afektif yang
harus dimiliki siswa dalam belajar matematika.
8
Dari beberapa point tujuan pembelajaran matematika di atas maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa Tujuan pembelajaran
matematika adalah agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai
konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
9
setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk
keberhasilan kelompoknya.
Dari beberapa pengertian pembelajaran koopeartif di atas maka
peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
belajar bersama, saling membantu agar bisa memahami pelajaran secara
bersama-sama.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Koopeartif
Menurut Roger dan David Johnson ada lima prinsip dasar dalam
pembelajaran kooperatif (Cooperative Leraning), yaitu sebagai berikut :
a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu
dalam pembelajaran kooperatif, keberhasikan dalam
penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh
kelompok tersebut keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh
kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu,
semua anggota dalam kelompok akan merasa saling
ketergantungan.
b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu
keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing
anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan
dalam kelompok tersebut.
c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu
memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi
untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota
kelompok lain.
d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu
melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi
dalam kegiatan pembelajaran.
10
e. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus
bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan
hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih efektif.
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran
kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetensi, yaitu keberhasilan
individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Tujuan pembelajaran
kooperatif adalah menciptakan situasi, yaitu keberhasilan individu ditentukan
atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang
dirangkum oleh ibrahim yaitu sebagai berikut :
a. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif, selain mencakup ragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini menunjukan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar
akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar. Di samping itu, pelajaran kooperatif dapat memberi
keuntungan, baik kepada kelompok siswa bawah maupun kelompok
siswa atas, kelompok siswa atas dan kelompok siswa bawah
maksudnya adalah kelompok siswa atas adalah siswa pandai dan
kelompok siswa bawah adalah siswa tidak terlalu pandai yang
bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan secara luas dari siswa-siswa yang berbeda berdasarkan
11
ras, agama, budaya, kelas sosial, dan kemampuan. Pembelajaran
kooperatif memberikan peluang bagi siswa dan berbagai latar
belakang dan kondisi untuk bekerja dan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan struktur penghargaan kooperatif akan
belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Menurut Jhonson & Jhonson bahwa tujuan pokok belajar
kooperatif ialah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan
prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun
secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka
dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa
dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan,
mengembangakan keterampilan proses kelompok dan pemecahan
masalah.
4. Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif
Langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif
secara berurutan seperti yang diuraikan menurut Rusman (2012:211) adalah
sebagaimana terlihat pada tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1 Sintaks model Pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1: Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
Menyampaikan tujuan dan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa memotivasi siswa belajar.
Fase 2: Guru menyajikan informasi kepada siswa
Manyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase 3: Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan peserta caranya membentuk kelompok belajar dan
didik ke dalam kelompok membantu setiap kelompok agar melakukan
kooperatif. transisi secara efisien.
Fase 4: Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
bekerja dan belajar mereka.
12
Fase 5: Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6 : Guru mencari cara untuk menghargai hasil
Memberikan penghargaan belajar individu dan kelompok.
13
dalam menyelesaikan semua Kepemimpinan menjadi tanggung
tugasnya. jawab semua anggota kelompok.
Tidak ada proses tentang cara Setiap anggota akan memberikan
untuk meningkatkan kualitas prosedur untuk menganalisis cara
kerja. terbaik supaya kelompoknya
menjadi lebih baik, menggunakan
kemampuan sosial secara tepat,
dan memperbaiki kualitas kerja
kelompok mereka.
Pembentukan kelompok tidak Guru membentuk kelompok-
diperhatikan (tidak ada). kelompok yang heterogen.
Yang ada, berupa kelompok Setiap kelompok terdiri atas 4-5
besar, yaitu kelas. anggota (kelompok kecil).
Guru akan mengobservasi dan
melakukan intervensi, jika
memang diperlukan.
Hamdani (2011:166)
6. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi
pembelajaran diantaranya :
a. Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi
dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Sistem pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata
secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Sistem pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk
respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Sistem pembelajaran kooperatif dapat membantu
memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajar.
14
e. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap
sekolah.
f. Melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya
sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena
keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
g. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan dapat memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal
ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
15
Menurut Slavin (2007) model STAD adalah keadaan dimana siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan
campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, suku dan agama. Guru
menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat
tes ini mereka tidak dibolehkan saling membantu.
Model STAD (Student Team Achievement Division) merupakan
variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga
sangat muda diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS,
bahasa Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah
dasar sampai perguruan tinggi.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan
empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, suku dan agama.
Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok
memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran
tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang
materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu
sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan rata-rata
mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai diberi hadiah
berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang mereka capai atau
seberapa tinggi nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini dijumlah untuk
mendapatkan nilai kelompok. Dan kelompok yang dapat mencapai kriteria
tertentu mendapatkan hadiah.
Gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai konsep atau
materi yang diajarkan. Jika siswa menginginkan kelompok mereka
memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka
dalam mempelajari materi. Mereka harus mendorong teman sekelompok
16
untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa
belajar itu penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu
untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak
saling membantu ketika menjalani kuis, sehingga semua siswa harus
menguasai materi yang diberikan.
2. Persiapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD membutuhkan persiapan yang
matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan itu antara
lain :
a. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu
dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi rencana
pembelajaran (RP), buku siswa, lembar kegiatan siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya.
b. Menentukan kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar
kemampuan siswa dalam kelompok heterogen, dan kemampuan
antar satu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen.
Apabila memungkinkan, kelompok kooperatif perlu
memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang
sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang
yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat
didasarkan pada prestasi akademik yaitu :
1) Siswa dalam kelas terlebih dahulu di-ranking sesuai
kepandaian dalam mata pelajaran matematika.
Tujuannya yaitu untuk mengurutkan siswa sesuai
kemampuan matematika dan digunakan untuk
mengelompokan siswa kedalam kelompok.
17
2) Menentukan tiga kelompok dalam kelas, yaitu
kelompok atas, kelompok menengah, dan kelompok
bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh
siswa yang diambil dari siswa ranking satu,
kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang
diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas,
dan kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh
siswa, yaitu terdiri atas siswa setelah diambil
kelompok atas dan kelompok menengah. Untuk lebih
jelas pembagian kelompok dapat dilihat pada tabel
2.3 di bawah ini :
Tabel 2.3
Pembagian Kelompok Siswa
18
22 C3
Setelah selesai diranking setiap siswa yang memiliki kode yang
sama akan dikumpulkan dan dijadikan sebagai satu kelompok.
Setiap kelompok mempunyai kode sebagai berikut :
19
kepada anggota lainnya, sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
d. Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa.
pada saat menjawab kuis, tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi.
f. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya
terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual
atau kelompok yang meraih prestasi tinggi akan diberi
penghargaan.
g. Penutup.
4. Penghargaan Prestasi Tim
Penghargaan prestasi tim terjadi ketika selesai siswa mengerjakan
soal tes, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan
rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan
kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan
sebagai berikut :
a. Menghitung skor individu
Menurut slavin untuk menghitung perkembangan skor
individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.4
sebagai berikut :
Tabel 2.3
Perhitungan Perkembangan Skor Individu
No. Nilai Tes Skor
Perkembangan
1. Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 Poin
2. 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 Poin
3. Skor 0 smapai 10 poin di atas skor dasar 20 Poin
4. Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 Poin
20
5. Pekerjaan sempurna (tanpa 30 Poin
memerhatikan skor dasar)
Tabel 2.4
Perhitungan perkembangan skor kelompok
21
penghargaan kepada kelompok yang memiliki prestasi tertinggi
dari kelompok lainnya. Tiap satu Piagam penghargaan memiliki
bonus uang sebesar Rp. 5.000. maka dengan ini diharapkan
setiap tim akan berlomba-lomba untuk mencapai prestasi.
22
saling kemudian diberikan
membantu membantu secara sosial
untuk anggota dan kognitif
menuntaskan kelompok asal
materi mempelajari
belajarnya materi
Penilaian Tes Bervariasi dapat Menyelesaikan Bervariasi
mingguan berupa tes proyek dan
mingguan menulis
laporan, dapat
menggunakan
tes esai
(Rusman, 2011:227)
23
1) Siswa berprestasi rendah akan mengarah pada kekecewaan
karena peran anggota yang pandai lebih dominan;
2) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga
sulit mencapai target kurikulum;
3) Membutuhkan kemampuan khusus sehingga tidak semua
guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif;
4) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka
bekerja sama.
Maka kesimpulan dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif
tipe STAD ini menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana karena
pelaksanaan tipe STAD mudah diimplementasikan dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah yang tahapannya dimulai dari : (1) Tahap penyajian
materi; (2) Tahap kegiatan kelompok; (3) Tahap tes individual; (4) Tahap
penghitungan skor perkembangan individu; (5) Tahap pemberian
penghargaan kelompok.
D. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan
menggunakan alat pengukur, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana,
baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan (Kunandar, 2013:276).
Menurut Nasution hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang
belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan
dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.
Menurut Cullen hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data
kuantitaif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu
penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah
menguasai suatu materi atau belum.
24
Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu
institut pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses
pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan (Kunandar, 2013:277)
Dari pengertian hasil belajar menurut beberapa para ahli di atas maka
peneliti mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah data yang diperoleh
dari hasil pemberian materi yang diperoleh siswa melalui suatu tes.
E. Turunan Fungsi
1. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan
f ( x ) maka turunan fungsinya f 1 ( x )
Lambang Turunan
Rumus :
25
a. Turunan fungsi berbentuk penjumlahan atau pengurangan
Rumus :
f ( x )=U ( x )±V ( x ) , maka turunannya f 1 ( x )=U 1 ( x ) ±V 1 ( x )
2
Contoh : turunan dari f ( x )=2 x ±3 x adalah ... .
Jawab :
Misalkan
2 1
U ( x ) =2 x turunannya adalah U ( x )=4 x
V ( x ) =3 x turunannya adalah V 1 ( x )=3
1
f ( x )=4 x +3
Maka turunannya
b. Turunan fungsi berbentuk perkalian
Rumus :
f ( x )=U ( x )⋅V ( x ) , maka turunannya f 1 ( x )=U 1 ( x )⋅V ( x ) +U ( x )⋅V 1 ( x )
Jawab :
Misalkan
2 1
U ( x ) =x −1 turunannya adalah U ( x )=2 x
V ( x ) =x−2 turunannya adalah V 1 ( x )=1
1 1 1
Maka turunannya f ( x )=U ( x )⋅V ( x ) +U ( x )⋅V ( x )
26
1 1
U (x ) 1 U ( x )⋅V ( x )−U ( x )⋅V ( x )
f ( x )= f ( x ) =
V ( x ) , maka turunannya V 2( x)
3 x−2
f ( x )=
Contoh : turunan dari 2 x+3 adalah ... .
Jawab :
Misalkan
U ( x ) =3 x −2 turunannya adalah U 1 ( x )=3
V ( x ) =2 x +3 turunannya adalah V 1 ( x )=2
1 1
U ( x )⋅V ( x )−U ( x )⋅V ( x )
1
f ( x )=
Maka turunannya V 2( x)
3⋅( 2 x +6 ) −( 3 x −2 )⋅2
f 1 ( x )=
( 2 x +3 )2
( 6 x +18−6 x −4 )
f 1 ( x )=
( 2 x +3 )2
14
f 1 ( x )=
( 2 x+3 )2
d. Turunan fungsi berbentuk perpangkatan
Rumus :
f ( x )=( U ( x ) ) , maka turunannya f 1 ( x )=U 1 ( x )⋅V 1 ( x )
n
3
f ( x )= ( √ x−1 ) adalah ... .
1
Contoh : turunan dari
Jawab :
Misalkan
3 2
U ( x ) =( √ x−1 ) turunannya adalah U 1 ( x )=3 ( √ x−1 )
1
1 1 −
V ( x )= x 2 1
V ( x ) =√ x−1 = x −1 turunannya adalah
2
2
27
1 1 1
Maka turunannya f ( x )=U ( x )⋅V ( x )
2 1
f 1 ( x )=3 ( √ x−1 ) ⋅
2√ 3
2
1 3 ( √ x−1 )
f ( x )=
2 √3
28
V ( x ) =cos2x turunannya V 1 ( x )=−sin 2 x
1 1 1
f ( x )=U ( x )⋅V ( x )
Maka turunannya :
1
f ( x )=−2⋅sin 2 x
(Nugroho Soedyarto. 2008)
F. Kerangka Berfikir
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat didukung oleh kemampuanya
dalam memahami dan menguasai konsep dari materi yang dipelajari. Begitu
pula dalam pembelajaran matematika, keberhasilan siswa sangat dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dalam menguasai konsep pembelajaran, rumus dan
berbagai prinsip dalam matematika, penerapan suatu strategi atau model
dalam meningkatkan kemampuan siswa. dalam hal ini guru dituntut untuk
dapat mengkondisikan kelas sehingga kegiatan belajar mengajar dapat tercipta
dengan baik. Selain itu penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat
sangat diperlukan sehingga apa yang menjadi tujuan dalam pembelajaran
matematika dapat tercapai dengan baik.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) dianggap sebagai suatu metode yang cukup efektif dan
sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Dalam pembelajaran matematika
diperlukan metode-metode yang mampu mengaktifkan siswa dan menciptakan
29
suasana belajar yang menyenangkan. Sehingga hal tersebut dapat mengubah
pola pikir siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran matematika itu sulit
dan dalam pembelajaran matematika tidak bersifat konvensional.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD setiap anggota
memiliki tanggung jawab yang sama dalam mencapai keberhasilan. Model
STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa, terciptanya
suasana belajar yang kondusif sehingga siswa belajar dengan baik dan hasil
belajar juga bisa meningkat.
Untuk lebih jelasnya bagan kerangka berfikir dapat dilihat pada
gambar 2.1 di bawah ini :
Siklus I
Siklus II
31
siswa antusias dan senang mengikuti pelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
NAMA
3. Nita Praniyati 2010
PENELITI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
JUDUL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG
PECAHAN PADA SISWA KELAS V SDN 01 MACANAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa:
1. Prosentase keaktifan siswa pada siklus I menunjukkan angka
43,33% dan pada siklus II prosentase keaktifan siswa sebesar
73,33%. Dengan demikian terdapat peningkatan aktivitas
siswa dari siklus I ke siklus II.
2. Rata-rata nilai matematika hasil kuis individual pada siklus I
HASIL
sebesar 60,37 dan pada siklus II sebesar 69,90. Sehingga
terdapat kenaikan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II.
3. Prosentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I menunjukkan
angka sebesar 63,33% dan pada siklus II prosentase ketuntasan
sebesar 80%. Dengan demikian terdapat peningkatan
ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
32
H. Hipotesis
Penelitian ini direncanakan terbagi kedalam dua siklus, setiap siklus
direncanakan mengikuti prosedur perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar
siswa. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
“Dengan diterapkan model pembelajaran cooperative tipe STAD
(Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Kalabahi Tahun
Pelajaran 2016/2017.
BAB III
METODE PENELITIAN
33
3. Observasi : Mengamati proses dan tindakan yang dilakukan
terhadap siswa.
4. Refleksi : Mengingat, merenungkan dan mempertimbangkan
hasil dari tindakan yang dihasilkan dari observasi.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan
bagan yang berbeda baik bagan menurut Hopkins maupun bagan menurut
Kemmis dan Mc Taggart, walaupun bagan yang digunakan dalam bentuk yang
berbeda-beda baik berupa garis-garis, bulatan maupun kotak, namun secara garis
besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi seperti yang telah dijelaskan di atas.
Proses 4 tahapan ini dilakukan bertujuan untuk mengikuti sistematika
metode pembelajaran yang ada agar sesuai dengan apa yang diharapka. Adapun
model dan penjelasan untuk masing-masing tahap dapat dilihat pada gambar 3.1
di bawah ini :
34
Gambar 3.1 : Alur siklus Spiral PTK (Hopkins, 1993)
D. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari kegiatan pra siklus, siklus I dan
siklus II :
1. Pra Siklus
35
Pra Siklus merupakan kegiatan awal yang dilakukan sebelum
kegiatan siklus I. Kegiatan Pra Siklus bertujuan untuk mengetahui
masalah dan penyebab dalam proses pembelajaran matematika melalui
observasi kegiatan pembelajaran di kelas.
Peran peneliti pada tahap pra siklus yaitu sebagai pengamat yang
nantinya dari hasil observasi pada pra siklus akan dijadikan sebagai acuan
untuk melaksanakan tindakan. Kegiatan pra siklus ini memiliki orientasi
untuk pemetaan masalah yang selanjutnya dapat dilaksanakan melalui
tindakan.
2. Siklus 1
Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari 3 kali pertemuan dimana
pada pertemuan 1 dan 2 merupakan kegiatan pembelajaran sedangkan
pada pertemuan ke-3 merupakan tes evaluasi untuk melihat hasil siswa.
setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planing)
1) Penyusunan RPP dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) yang
direncakan dalam PTK.
2) Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai
dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Membuat soal tes yang akan diadakan untuk mengetahui
hasil pembelajaran siswa.
4) Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik
pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan (Acting)
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian,
36
guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing
untuk belajar matematika secara cooperative Learning dengan
model STAD.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1) Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang
secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis
kelamin, suku atau agama).
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang
tahu menjelaskan kepada anggota lainnya, sampai
semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada
seluruh siswa. pada saat menjawab kuis, tidak boleh
saling membantu.
5) Memberi evaluasi.
6) Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas
penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan
kepada siswa secara individual atau kelompok yang
meraih prestasi tinggi akan diberi penghargaan.
7) Penutup.
c. Pengamatan (Observasi)
Selama melakukan tindakan kelas, maka dilakukan
pengamatan dari observer (guru) terhadap peneliti dan
pengamatan dari peneliti terhadap siswa tentang keterlaksanaan
RPP, keterampilan mengelolah pembelajaran dan keterampilan
kooperaif yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi (Reflecting)
37
Dalam tahapan refleksi peneliti melakukan analisis data
dengan melakukan kategorisasi dan penyimpulan data yang
telah terkumpul dalam tahapan pengamatan. Dalam tahapan
refleksi, peneliti juga melakukan evaluasi terhadap kekurangan
atau kelemahan dari implementasi tindakan sebagai bahan
pertimbangan untuk perbaikan disiklus berikutnya.
2. Siklus II
Kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan
siklus pertama hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada
hasil refleksi siklus pertama.
a. Perencanaan (Planing)
1) Menyiapkan RPP dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement
Divisions) yang direncakan dalam PTK.
2) Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa
sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin
dicapai.
3) Membuat soal tes yang akan diadakan untuk
mengetahui hasil pembelajaran siswa.
4) Memberikan penjelasan pada siswa mengenai
teknik pelaksanaan model pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan (Acting)
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan
penelitian, guru menjadi fasilitator selama pembelajaran,
38
siswa dibimbing untuk belajar matematika secara Cooperative
Learning dengan model STAD.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :
39
d. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah
diperoleh kemudian membuat kesimpulan atas pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam peningkatan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika di kelas XI IPA
SMA Muhammadiyah Kalabahi.
40
5. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini yaitu dengan guru matematika
yang mengajar kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Kalabahi,
Nurjanah Syamsudin, S.Pd. pada tanggal 28 Februari 2017 baik
sebelum maupun sesudah pembelajaran.
F. Analisis Data
Analisis data merupakan usaha untuk memilih, menggolongkan,
mengklasifikasikan data untuk mendukung tujuan dari penelitian. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif (pemberian tugas dan tes
siklus), dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Adapun
penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentase, langkahnya
adalah sebagai berikut :
41
Adapun rumus prosentase siswa yang tuntas belajar menurut
Arikunto, (2010:264) adalah :
n
P= ×100 %
N
Keterangan :
P = prosentase siswa yang tuntas
n = jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 78
N = jumlah siswa keseluruhan
2. Data kuantitatif berupa data hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan
keterampian guru dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
kualitatif. Data kualitatif ini dipaparkan dalam bentuk kalimat. Data
kualitatif ini diperoleh dari pengolahan data yang didapat dari instrumen
pengamatan aktifitas siswa dan keterampian guru.
a. Kriteria proses ditentukan dengan menggunakan lembar observasi
yang diisi oleh pengamat (Observer). Analisis data hasil observasi
menggunakan analisis prosentase. Skor yang diperoleh masing-
masing deskriptor dijumlahkan dan hasil disebut jumlah skor,
selanjutnya dihitung prosentase nilai rata-rata dengan rumus
menurut Arikunto, (2010:273) sebagai berikut :
Xn
Rn= x 100 %
N
42
Kriteria keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dilihat dari aktivitas guru maupun siswa serta respon siswa
Sugiono, (2009:142-149)
DAFTAR PUSTAKA
43
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rikena Cipta
44
Menghitung Pecahan pada Siswa Kelas V SDN 01 Macanan Tahun
Pelajaran 2009/2010 http://eprints.uns.ac.id/6457/ diunduh 31 Oktober
2016 pukul 20:45.
Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
45
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta:Cemerlang
46