Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan aktivitas sosial sebagai suatu proses
pengembangan potensi dasar manusia yang berkaitan dengan moral,
intelektual, dan jasmaninya untuk mencapai tujuan hidup. Maka dengan
pendidikan manusia akan selalu terdorong dalam berlomba-lomba untuk
mencari ilmu, melalui ilmu setiap manusia akan selalu mengembangkan pola
pikir dan potensi yang ada pada diri. Melalui pembelajaran di sekolah,
kegiatan belajar mengajar (KBM) seharusnya dapat menciptakan kondisi
belajar yang efektif. Pembelajaran yang dimaksudkan adalah bagaimana guru
mampu menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan untuk siswa
dalam semua mata pelajaran, khususnya Matematika (Danim, 2011:4).
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang logika berpikir dan
bernalar yang digunakan sebagai alat bantu untuk mengatasi masalah-masalah
pada bidang lainnya, sehingga matematika mempunyai peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari (Jatmikoningtyas, 2007:3). Peran ini kemudian
dituangkan dalam tujuan pembelajaran matematika yaitu melatih cara berfikir
dan bernalar, mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan menyampaikan
informasi atau mengkomunikasikan gagasan. Sehingga matematika

1
merupakan bidang ilmu yang strategis untuk membentuk generasi yang siap
menghadapai era global yang penuh dengan kompetitif tersebut.
Merujuk peran dan tujuan dari pembelajaran matematika itu sendiri
seharusnya pembelajaran matematika di sekolah merupakan suatu kegiatan
yang disenangi, menantang dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar
mengajar yang dimaksud adalah kegiatan yang mampu melibatkan semua
komponen dalam proses belajar seperti, guru, siswa, dan sumber media
belajar. Agar tujuan tersebut tercapai, semua komponen yang ada harus
diorganisasikan secara sinergik dan sistemik.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika memiliki peran yang penting dalam menyiapkan sumber daya
manusia yang siap untuk bersaing dalam era globalisasi. Namun pada
kenyataannya hambatan yang terjadi dalam pembelajaran matematika
sangatlah beragam.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di kelas XI
IPA SMA Muhammadiyah Kalabahi (28 Februari 2017). Hasil belajar pada
mata pelajaran matematika masih tergolong rendah dari KKM 78, dilihat dari
hasil UTS (Ujian tengah Semester) 2017 dari 22 Orang tidak ada yang berhasil
mencapai KKM.
Setelah diamati terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya
hasil belajar antara lain. Anggapan siswa bahwa mata pelajaran matematika itu
sulit. Rendahnya minat dan motivasi belajar hal ini terlihat dari beberapa
siswa sering alpa, jarang mencatat pelajaran matematika, dalam proses belajar
banyak yang kurang memperhatikan, dan sering keluar masuk ketika proses
belajar mengajar sedang berlangsung, adapun faktor yang lain adalah
kurangnya inovasi dalam pembelajaran yakni guru matematika seringkali
menyampaikan materi matematika apa adanya (konvensional) sehingga
pembelajaran matematika cenderung membosankan. Selain itu, ketidakaktifan
siswa dalam diskusi kelompok juga menjadi masalah, hal ini terlihat pada saat

2
berjalannya diskusi yang mana siswa yang aktif tetap aktif dan siswa yang
pasif tetap pasif, hal ini disebabkan kurangnya kemampuan guru dalam
memotivasi siswa untuk lebih percaya diri dalam mengutarakan pendapat serta
kurangnya kekompakan setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan, karena keberhasilan dan kesuksesan sebuah tim berasal dari
kekompakan tim itu sendiri. Beberapa hal di atas inilah yang menjadi
penyebab rendahnya hasil belajar siswa.
Agar pembelajaran matematika di SMA Muhammadiyah Kalabahi
menjadi pembelajaran yang aktif, kretaif, efektif dan menyenangkan maka
dapat dilakukan melalui berbagai cara salah satu cara yang cukup efekif
adalah melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Team Achievement Division).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran
berkelompok yang sangat sederhana dan sangat mudah diimplementasikan
dalam pembelajaran matematika yang tahapannya dimulai dari : (1) Tahap
penyajian materi; (2) Tahap kegiatan kelompok; (3) Tahap tes individual; (4)
Tahap penghitungan skor perkembangan individu; (5) Tahap pemberian
penghargaan kelompok.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA
MUHAMMADIYAH KALABAHI TAHUN PELAJARAN 2016/2017”.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalahnya adalah : Apakah penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas XI IPA
SMA Muhammadiyah Kalabahi Tahun Pelajaran 2016/2017 ?

C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil
belajar matematika dapat meningkat melalui penerapan model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD pada siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah
Kalabahi Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini antara
lain :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, serta hasil penelitian ini diharapkan
mampu memberikan input berupa pemikiran-pemikiran baru yang baik
terhadap proses pembelajaran yang efektif. Selain itu hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya, sebagai bahan
acuan dan sumber rujukan pihak-pihak terkait (Dinas pendidikan, sekolah
& institusi pendidikan lainnya), serta bermanfaat dalam peningkatan hasil
belajar siswa khususnya dalam pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Melatih siswa aktif dalam diskusi kelompok;

4
2) Adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran
Matematika.
b. Bagi Guru
1) Guru dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dalam proses pembelajaran di sekolah;
2) Menambah wawasan pendidik dalam melakukan inovasi
pembelajaran.
3) Sebagai masukan untuk menerapkan suatu model pembelajaran
selain pembelajaran yang dilakukan oleh guru (konvensional).
c. Bagi Sekolah adalah sebagai tolak ukur untuk membantu guru
menciptakan pembelajaran yang efektif guna meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah tersebut.
d. Bagi Peneliti adalah sebagai bekal bagi peneliti sendiri sebagai
seorang calon guru.

E. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Kalabahi pada siswa
kelas XI IPA semester genap berjumlah 22 orang yang terdiri dari 11
orang laki-laki dan 11 orang perempuan;
2. Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
khususnya pada materi pokok Turunan Fungsi melalui penerapan model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran Matematika


1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna
yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa
pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa,
dimana antar keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan
terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan (Al-Tabany,
2014:19).
Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru
(pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit di
dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk
mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan
materi pelajaran, menyampaikan materi pelajaran dan mengelola
pembelajaran.
2. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari kata mathema artinya pengetahuan,
mathanein artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia diartikan matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan

6
antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan
perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai
kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur,
sarana berpikir, kumpulan sistem struktur dan alat (Hamzah, 2014:48).
Sedangkan menurut Rusffendi matematika adalah bahasa simbol;
ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu
tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur
yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.
3. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang mana siswa
harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya.
“Menemukan” di sini terutama adalah “menemukan lagi” (discovery),
atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invention). Oleh
karena itu, materi yang disajikan kepada siswa bukan dalam bentuk akhir
dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini
guru harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan
sebagai pemberi tahu (Heruman 2010:4).
Dari pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dengan
siswa dalam memberikan materi pelajaran berupa angka-angka atau
pernyataan matematika yang mana materi yang diberikan akan cepat
dipahami oleh siswa jika relevan dengan pengalaman hidup siswa.
4. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika menurut kurikulum 2004
(Hamzah, dkk. 2014:74) adalah :
a. Melatih cara berpikir dan bernalar menarik kesimpulan;

7
b. Mengembangkan aktivitas keratif yang melibatkan imajinasi
intuisi, penemuan dengan mengembangkan pemikiran orisinal,
rasa ingin tahu membuat prediksi dan dugaan serta coba-coba;
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah;
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan, antara lain melalui pembicaraan
lisan, catatan, grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan
gagasan.
KTSP (2006) yang disempurnakan pada kurikulum 2013,
mencantumkan tujuan pembelajaran matematika (Soemarmo, dkk. 2014:7)
adalah sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma
secara luas, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah;
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
c. Memecahkan masalah;
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah. Butir-butir 1 sampai dengan 4
dalam rumusan tujuan pembelajaran matematika di atas
menggambarakan kompetensi atau kemampuan berpikir
matematik, sedangkan butir 5 melukiskan ranah afektif yang
harus dimiliki siswa dalam belajar matematika.

8
Dari beberapa point tujuan pembelajaran matematika di atas maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa Tujuan pembelajaran
matematika adalah agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai
konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

B. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Hakikat Model Pembelajaran akan dibahas dalam beberapa bagian,
yakni pembelajaran kooperatif, prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, tujuan
pembelajaran kooperatif, langkah-langkah pembelajaran kooperatif, perbedaan
pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran konvensional dan pentingnya
pembelajaran kooperatif.
1. Pembelajaran Kooperatif
Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran
dengan menggunakan kelompok kecil dan bekerja sama. Keberhasilan dari
model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok,
baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Cooperative
learning tidak sama dengan belajar kelompok, atau kelompok kerja, tetapi
memiliki struktur dorongan dan tugas yang bersifat cooperative, sehingga
terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan interdependensi yang efektif.
Cooperative learning ini sangat menyentuh hakikat manusia sebagai
makhluk sosial, yang selalu berinteraksi, saling membantu ke arah yang
lebih baik secara bersama”getting better together”(Alma, 2010:86).
Menurut Slavin cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang, dengan struktur kelompok
heterogen. Sedangkan menurut (Al-tabany 2014:108) pembelajaran
kooperatif adalah siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam
menyelesaikan tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi,

9
setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk
keberhasilan kelompoknya.
Dari beberapa pengertian pembelajaran koopeartif di atas maka
peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
belajar bersama, saling membantu agar bisa memahami pelajaran secara
bersama-sama.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Koopeartif
Menurut Roger dan David Johnson ada lima prinsip dasar dalam
pembelajaran kooperatif (Cooperative Leraning), yaitu sebagai berikut :
a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu
dalam pembelajaran kooperatif, keberhasikan dalam
penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh
kelompok tersebut keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh
kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu,
semua anggota dalam kelompok akan merasa saling
ketergantungan.
b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu
keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing
anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan
dalam kelompok tersebut.
c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu
memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi
untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota
kelompok lain.
d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu
melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi
dalam kegiatan pembelajaran.

10
e. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus
bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan
hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih efektif.
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran
kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetensi, yaitu keberhasilan
individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Tujuan pembelajaran
kooperatif adalah menciptakan situasi, yaitu keberhasilan individu ditentukan
atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang
dirangkum oleh ibrahim yaitu sebagai berikut :
a. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif, selain mencakup ragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini menunjukan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar
akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar. Di samping itu, pelajaran kooperatif dapat memberi
keuntungan, baik kepada kelompok siswa bawah maupun kelompok
siswa atas, kelompok siswa atas dan kelompok siswa bawah
maksudnya adalah kelompok siswa atas adalah siswa pandai dan
kelompok siswa bawah adalah siswa tidak terlalu pandai yang
bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan secara luas dari siswa-siswa yang berbeda berdasarkan

11
ras, agama, budaya, kelas sosial, dan kemampuan. Pembelajaran
kooperatif memberikan peluang bagi siswa dan berbagai latar
belakang dan kondisi untuk bekerja dan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan struktur penghargaan kooperatif akan
belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Menurut Jhonson & Jhonson bahwa tujuan pokok belajar
kooperatif ialah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan
prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun
secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka
dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa
dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan,
mengembangakan keterampilan proses kelompok dan pemecahan
masalah.
4. Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif
Langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif
secara berurutan seperti yang diuraikan menurut Rusman (2012:211) adalah
sebagaimana terlihat pada tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1 Sintaks model Pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1: Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
Menyampaikan tujuan dan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa memotivasi siswa belajar.
Fase 2: Guru menyajikan informasi kepada siswa
Manyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase 3: Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan peserta caranya membentuk kelompok belajar dan
didik ke dalam kelompok membantu setiap kelompok agar melakukan
kooperatif. transisi secara efisien.
Fase 4: Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
bekerja dan belajar mereka.

12
Fase 5: Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6 : Guru mencari cara untuk menghargai hasil
Memberikan penghargaan belajar individu dan kelompok.

5. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Konvensional


Ada beberapa perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan
pembelajaran konvensional seperti pada tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2
Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran
Konvensional

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Kooperatif


 Memfokuskan pada prestasi  Memfokuskan pada prestasi
individu. kelompok.
 Setiap siswa akan saling  Setiap anggota kelompk percaya
berkompetisi dan berprinsip, bahwa kesuksesan tidak dapat
“jika aku tidak sukses, aku diraih tanpa kesuksesan kelompok,
akan kalah dan kehilangan.” “jika kamu menang, aku menang.”
 Penghargaan berupa prestasi  Penghargaan kelompok sebagai
individu. prestasi masing-masing anggota
kelompok.
 Dalam proses belajar, hanya  Sesama anggota kelompok akan
sedikit terjadi proses diskusi saling membantu, mendorong dan
antar siswa. saling memotivasi dalam proses
belajar.
 Tanggung jawab yang ada  Tanggung jawab yang ada berupa
berupa tanggung jawab tanggung jawab individu dan
individu. tanggung jawab kelompok .
 Setiap anggota kelompok akan
saling bertanggung jawab demi
tercapainya kerja kelompk yang
optimal.
 Kemampuan sosial diabaikan.  Kemampuan team work adalah
suatu tuntutan.
 Seorang siswa akan  Sikap anggota akan mengharapkan
mengomandani dirinya sendiri adanya suatu kolaboratif.

13
dalam menyelesaikan semua  Kepemimpinan menjadi tanggung
tugasnya. jawab semua anggota kelompok.
 Tidak ada proses tentang cara  Setiap anggota akan memberikan
untuk meningkatkan kualitas prosedur untuk menganalisis cara
kerja. terbaik supaya kelompoknya
menjadi lebih baik, menggunakan
kemampuan sosial secara tepat,
dan memperbaiki kualitas kerja
kelompok mereka.
 Pembentukan kelompok tidak  Guru membentuk kelompok-
diperhatikan (tidak ada). kelompok yang heterogen.
 Yang ada, berupa kelompok  Setiap kelompok terdiri atas 4-5
besar, yaitu kelas. anggota (kelompok kecil).
 Guru akan mengobservasi dan
melakukan intervensi, jika
memang diperlukan.

Hamdani (2011:166)
6. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi
pembelajaran diantaranya :
a. Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi
dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Sistem pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata
secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Sistem pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk
respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Sistem pembelajaran kooperatif dapat membantu
memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajar.

14
e. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap
sekolah.
f. Melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya
sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena
keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
g. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan dapat memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal
ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

C. Hakikat STAD (Student Team Achievement Division)


Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari
model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali
dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok, semuanya berupa variasi-variasi
yang diciptakan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga proses
belajar mengajar selalu menarik.
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Metode STAD merupakan metode yang diarahkan untuk
menekankan aktivitas dan interaktif para siswa, saling memotivasi, dan
saling membantu antara satu dengan lainnya dalam memahami suatu materi
pelajaran (Hamzah, 2014:276).

15
Menurut Slavin (2007) model STAD adalah keadaan dimana siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan
campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, suku dan agama. Guru
menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat
tes ini mereka tidak dibolehkan saling membantu.
Model STAD (Student Team Achievement Division) merupakan
variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga
sangat muda diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS,
bahasa Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah
dasar sampai perguruan tinggi.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan
empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, suku dan agama.
Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok
memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran
tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang
materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu
sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan rata-rata
mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai diberi hadiah
berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang mereka capai atau
seberapa tinggi nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini dijumlah untuk
mendapatkan nilai kelompok. Dan kelompok yang dapat mencapai kriteria
tertentu mendapatkan hadiah.
Gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai konsep atau
materi yang diajarkan. Jika siswa menginginkan kelompok mereka
memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka
dalam mempelajari materi. Mereka harus mendorong teman sekelompok

16
untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa
belajar itu penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu
untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak
saling membantu ketika menjalani kuis, sehingga semua siswa harus
menguasai materi yang diberikan.
2. Persiapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD membutuhkan persiapan yang
matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan itu antara
lain :
a. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu
dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi rencana
pembelajaran (RP), buku siswa, lembar kegiatan siswa (LKS)
beserta lembar jawabannya.
b. Menentukan kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar
kemampuan siswa dalam kelompok heterogen, dan kemampuan
antar satu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen.
Apabila memungkinkan, kelompok kooperatif perlu
memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang
sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang
yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat
didasarkan pada prestasi akademik yaitu :
1) Siswa dalam kelas terlebih dahulu di-ranking sesuai
kepandaian dalam mata pelajaran matematika.
Tujuannya yaitu untuk mengurutkan siswa sesuai
kemampuan matematika dan digunakan untuk
mengelompokan siswa kedalam kelompok.

17
2) Menentukan tiga kelompok dalam kelas, yaitu
kelompok atas, kelompok menengah, dan kelompok
bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh
siswa yang diambil dari siswa ranking satu,
kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang
diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas,
dan kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh
siswa, yaitu terdiri atas siswa setelah diambil
kelompok atas dan kelompok menengah. Untuk lebih
jelas pembagian kelompok dapat dilihat pada tabel
2.3 di bawah ini :
Tabel 2.3
Pembagian Kelompok Siswa

Kategori Akademik Rangking Nama Kelompok


Siswa dengan nilai tertinggi 1 A1
2 B1
3 C1
4 D1
5 E1
Siswa dengan nilai rata-rata 6 E2
7 D2
8 C2
9 B2
10 A2
11 A3
12 B3
13 C3
14 D3
15 E3
Siswa dengan nilai rendah 16 E4
17 D4
18 C4
19 B4
20 A4
21 B3

18
22 C3
Setelah selesai diranking setiap siswa yang memiliki kode yang
sama akan dikumpulkan dan dijadikan sebagai satu kelompok.
Setiap kelompok mempunyai kode sebagai berikut :

Kelompok A mempunyai anggota berkode : A1, A2, A3, A4.


Kelompok B mempunyai anggota berkode : B1, B2, B3, B4, B5.
Kelompok C mempunyai anggota berkode : C1, C2, C3, C4, C5.
Kelompok D mempunyai anggota berkode : D1, D2, D3, D4.
c. Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif
tipe STAD adalah nilai KKM XI IPA SMA Muhammadiyah
kalabahi.
d. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu
juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada
pengaturan tempat duduk, dapat menimbulkan kekacauan yang
menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah sebagai berikut (Suprijono, 2012:133) :
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku atau
agama).
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk dikerjakan
oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan

19
kepada anggota lainnya, sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
d. Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa.
pada saat menjawab kuis, tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi.
f. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya
terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual
atau kelompok yang meraih prestasi tinggi akan diberi
penghargaan.
g. Penutup.
4. Penghargaan Prestasi Tim
Penghargaan prestasi tim terjadi ketika selesai siswa mengerjakan
soal tes, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan
rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan
kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan
sebagai berikut :
a. Menghitung skor individu
Menurut slavin untuk menghitung perkembangan skor
individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.4
sebagai berikut :
Tabel 2.3
Perhitungan Perkembangan Skor Individu
No. Nilai Tes Skor
Perkembangan
1. Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 Poin
2. 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 Poin
3. Skor 0 smapai 10 poin di atas skor dasar 20 Poin
4. Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 Poin

20
5. Pekerjaan sempurna (tanpa 30 Poin
memerhatikan skor dasar)

b. Menghitung skor kelompok


Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor
perekembangan anggota kelompok, yaitu dengan
menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota
kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut.
Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok,
diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam Tabel 2.5 sebagai
berikut :

Tabel 2.4
Perhitungan perkembangan skor kelompok

No. Nilai Tes Skor Perkembangan


1. 0 ≤ N ≤5 -
2. 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang Baik (Good Team)
3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang Baik Sekali (Great Tam)
4. 21≤ N ≤ 30 Tim yang Istimewa (Super Team)

c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok


Pemberian hadiah pada mulanya berupa pujian atau tepuk
tangan dan pada sesi terakhir akan diberikan Piagam
Penghargaan setelah masing-masing kelompok atau tim
mengetahui hasil dari yang telah dikerjakan, guru memberikan

21
penghargaan kepada kelompok yang memiliki prestasi tertinggi
dari kelompok lainnya. Tiap satu Piagam penghargaan memiliki
bonus uang sebesar Rp. 5.000. maka dengan ini diharapkan
setiap tim akan berlomba-lomba untuk mencapai prestasi.

5. Perbandingan Karakteristik Model-Model Pembelajaran Kooperatif


Ada beberapa perbedaan karakteristik model-model pembelajaran
kooperatif seperti pada tabel 2.6 di bawah ini :
Tabel 2.5
Perbedaan Karakteristik Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Investigasi Pendekatan
INDIKATOR STAD Jigsaw
Kelompok Struktural
Tujuan Informasi Informasi Informasi Informasi
Kognitif akademik akademik tingkat tinggi akademik
sederhana sederhana dan sederhana
keterampilan
inkuiri
Tujuan Sosial Kerja Kerja kelompok Kerja sama Keterampilan
kelompok dan kerja sama dalam kelompok
dan kerja kelompok dan
sama kompleks keterampilan
sosial
Struktur Tim Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi,
belajar belajar belajar berdua,
heterogen heterogen heterogen bertiga,
dengan 4-5 dengan 5-6 dengan 5-6 kelompok
orang orang anggota anggota dengan 4-5
anggota menggunakan homogen orang
pola kelompok anggota
‘asal’ &
kelompok ‘ahli’
Pemilihan Biasanya Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya
Topik guru guru
Tugas Utama Siswa dapat Siswa Siswa Siswa
menggunaka mempelajari menyelsaikan mengerjakan
n lembar materi dalam inkuiri tugas-tugas
kegiatan & kelompok ‘ahli’ kompleks yang

22
saling kemudian diberikan
membantu membantu secara sosial
untuk anggota dan kognitif
menuntaskan kelompok asal
materi mempelajari
belajarnya materi
Penilaian Tes Bervariasi dapat Menyelesaikan Bervariasi
mingguan berupa tes proyek dan
mingguan menulis
laporan, dapat
menggunakan
tes esai

(Rusman, 2011:227)

6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif sebagai
suatu strategi pembelajaran diantaranya (Shoimin 189:2014) :
a. Kelebihan
1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan
menjunjung tinggi norma-norma kelompok;
2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk
berhasil bersama;
3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih
meningkatkan keberhasilan kelompok;
4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan
kemampuan mereka dalam berpendapat;
5) Meningkatkan kecakapan individu;
6) Meningkatkan kecakapan kelompok;
7) Tidak bersifat kompetitif;
8) Tidak memiliki rasa dendam.
b. Kekurangan

23
1) Siswa berprestasi rendah akan mengarah pada kekecewaan
karena peran anggota yang pandai lebih dominan;
2) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga
sulit mencapai target kurikulum;
3) Membutuhkan kemampuan khusus sehingga tidak semua
guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif;
4) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka
bekerja sama.
Maka kesimpulan dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif
tipe STAD ini menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana karena
pelaksanaan tipe STAD mudah diimplementasikan dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah yang tahapannya dimulai dari : (1) Tahap penyajian
materi; (2) Tahap kegiatan kelompok; (3) Tahap tes individual; (4) Tahap
penghitungan skor perkembangan individu; (5) Tahap pemberian
penghargaan kelompok.

D. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan
menggunakan alat pengukur, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana,
baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan (Kunandar, 2013:276).
Menurut Nasution hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang
belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan
dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.
Menurut Cullen hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data
kuantitaif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu
penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah
menguasai suatu materi atau belum.

24
Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu
institut pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses
pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan (Kunandar, 2013:277)
Dari pengertian hasil belajar menurut beberapa para ahli di atas maka
peneliti mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah data yang diperoleh
dari hasil pemberian materi yang diperoleh siswa melalui suatu tes.

E. Turunan Fungsi
1. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan
f ( x ) maka turunan fungsinya f 1 ( x )
Lambang Turunan

Rumus :

a. f ( x )=C , maka turunannya f 1 ( x )=0 , contoh : f ( x )=2 maka


1
turunannya f ( x )=0
1
b. f ( x )=ax , maka turunannya f ( x )=a , contoh : f ( x )=2 x maka
1
turunannya f ( x )=2

c. f ( x )=x , maka turunannya f 1 ( x )=1 , contoh : f ( x )=x maka


1
turunannya f ( x )=1
n 1 n−1 2
d. f ( x )=x , maka turunannya f ( x )=nx , contoh : f ( x )=x maka
1 2−1
turunannya f ( x )=2 x =2 x
n 1 n−1 2
e. f ( x )=ax , maka turunannya f ( x )=n.a . x , contoh : f ( x )=2 x
1 2−1
maka turunannya f ( x )=2. 2 x =4 x
2. Menghitung turunan fungsi sederhana dengan menggunakan Definisi
Turunan

25
a. Turunan fungsi berbentuk penjumlahan atau pengurangan
Rumus :
f ( x )=U ( x )±V ( x ) , maka turunannya f 1 ( x )=U 1 ( x ) ±V 1 ( x )
2
Contoh : turunan dari f ( x )=2 x ±3 x adalah ... .
Jawab :
Misalkan
2 1
U ( x ) =2 x turunannya adalah U ( x )=4 x
V ( x ) =3 x turunannya adalah V 1 ( x )=3
1
f ( x )=4 x +3
Maka turunannya
b. Turunan fungsi berbentuk perkalian
Rumus :
f ( x )=U ( x )⋅V ( x ) , maka turunannya f 1 ( x )=U 1 ( x )⋅V ( x ) +U ( x )⋅V 1 ( x )

Contoh : turunan dari f ( x )=( x −1 ) ( x−2 ) adalah ... .


2

Jawab :
Misalkan
2 1
U ( x ) =x −1 turunannya adalah U ( x )=2 x
V ( x ) =x−2 turunannya adalah V 1 ( x )=1
1 1 1
Maka turunannya f ( x )=U ( x )⋅V ( x ) +U ( x )⋅V ( x )

f 1 ( x )=2 x⋅( x−2 ) + ( x 2 −1 )⋅1


1 2 2
f ( x )=2 x −4 x +x −1
1 2
f ( x )=3 x −4 x−1
c. Turunan fungsi berbentuk pembagian
Rumus :

26
1 1
U (x ) 1 U ( x )⋅V ( x )−U ( x )⋅V ( x )
f ( x )= f ( x ) =
V ( x ) , maka turunannya V 2( x)
3 x−2
f ( x )=
Contoh : turunan dari 2 x+3 adalah ... .
Jawab :
Misalkan
U ( x ) =3 x −2 turunannya adalah U 1 ( x )=3
V ( x ) =2 x +3 turunannya adalah V 1 ( x )=2
1 1
U ( x )⋅V ( x )−U ( x )⋅V ( x )
1
f ( x )=
Maka turunannya V 2( x)
3⋅( 2 x +6 ) −( 3 x −2 )⋅2
f 1 ( x )=
( 2 x +3 )2

( 6 x +18−6 x −4 )
f 1 ( x )=
( 2 x +3 )2
14
f 1 ( x )=
( 2 x+3 )2
d. Turunan fungsi berbentuk perpangkatan
Rumus :
f ( x )=( U ( x ) ) , maka turunannya f 1 ( x )=U 1 ( x )⋅V 1 ( x )
n

3
f ( x )= ( √ x−1 ) adalah ... .
1
Contoh : turunan dari
Jawab :
Misalkan
3 2
U ( x ) =( √ x−1 ) turunannya adalah U 1 ( x )=3 ( √ x−1 )
1
1 1 −
V ( x )= x 2 1
V ( x ) =√ x−1 = x −1 turunannya adalah
2
2

27
1 1 1
Maka turunannya f ( x )=U ( x )⋅V ( x )
2 1
f 1 ( x )=3 ( √ x−1 ) ⋅
2√ 3
2
1 3 ( √ x−1 )
f ( x )=
2 √3

3. Turunan Fungsi Trigonometri


Rumus :
1
a. Jika f ( x )=sin ax turunannya f ( x )=cosax
1
b. Jika f ( x )=cos ax turunannya f ( x )=−sin ax
1 2
c. Jika f ( x )=tan ax turunannya f ( x )=sec ax
Contoh :
Tentukan turunan pertama dari !
1
a. Jika f ( x )=sin 2 x turunannya f ( x )=cos2 x
U ( x ) =2 x turunannya U 1 ( x )=2
Misalkan

V ( x ) =sin 2x turunannya V 1 ( x )=cos 2 x


1 1 1
f ( x )=U ( x )⋅V ( x )
Maka turunannya :
1
f ( x )=2⋅cos 2 x
1
b. Jika f ( x )=cos 2 x turunannya f ( x )=−sin 2 x
U ( x ) =2 x turunannya U 1 ( x )=2
Misalkan

28
V ( x ) =cos2x turunannya V 1 ( x )=−sin 2 x
1 1 1
f ( x )=U ( x )⋅V ( x )
Maka turunannya :
1
f ( x )=−2⋅sin 2 x
(Nugroho Soedyarto. 2008)

F. Kerangka Berfikir
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat didukung oleh kemampuanya
dalam memahami dan menguasai konsep dari materi yang dipelajari. Begitu
pula dalam pembelajaran matematika, keberhasilan siswa sangat dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dalam menguasai konsep pembelajaran, rumus dan
berbagai prinsip dalam matematika, penerapan suatu strategi atau model
dalam meningkatkan kemampuan siswa. dalam hal ini guru dituntut untuk
dapat mengkondisikan kelas sehingga kegiatan belajar mengajar dapat tercipta
dengan baik. Selain itu penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat
sangat diperlukan sehingga apa yang menjadi tujuan dalam pembelajaran
matematika dapat tercapai dengan baik.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) dianggap sebagai suatu metode yang cukup efektif dan
sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Dalam pembelajaran matematika
diperlukan metode-metode yang mampu mengaktifkan siswa dan menciptakan

29
suasana belajar yang menyenangkan. Sehingga hal tersebut dapat mengubah
pola pikir siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran matematika itu sulit
dan dalam pembelajaran matematika tidak bersifat konvensional.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD setiap anggota
memiliki tanggung jawab yang sama dalam mencapai keberhasilan. Model
STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa, terciptanya
suasana belajar yang kondusif sehingga siswa belajar dengan baik dan hasil
belajar juga bisa meningkat.
Untuk lebih jelasnya bagan kerangka berfikir dapat dilihat pada
gambar 2.1 di bawah ini :

Kondisi Awal Guru : Metode Konvensional

Ketuntasan Belajar Matematika


Rendah

Guru : Menggunakan Pembelajaran


Tindakan Kooperatif Tipe STAD

Siklus I

Guru : Menggunakan Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD

Siklus II

Ketuntasan Belajar Matematika


Kondisi Akhir 30 Meningkat
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

G. Penelitian yang Relevan


Sejumlah peneliti menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
STAD memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil
belajarnya. Diantara dapat meningkatkan motivasi, aktivitas siswa dan guru,
serta meningkatkan hasil belajar.
Hasil penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti
antara lain Kartini Saleng (2013), Yuliana Hariyati (2012), dan Nita Praniyati
(2010). Penelitian mereka menunjukan hasil yang tidak jauh berbeda. Seperti
yang ditunjukan pada tabel 2.6 di bawah ini :
Tabel 2.6
Penelitian yang Relevan
NAMA
1. Kartini Saleng 2013
PENELITI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
JUDUL
KELAS V SD NEGERI DONGGALA KODI PADA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I siswa yang
HASIL tuntas 9 orang (45%) Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas
18 orang (90%).
NAMA
2. Yuliana Hariyati 2012
PENELITI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
JUDUL
MATEMATIKA TENTANG KPK DAN FPB PADA SISWA
SEKOLAH DASAR
HASIL Penelitian menunjukan adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus I mencapai 75% dan siklus II mencapai 85,7%. Respon
siswa yang dilakukan pada akhir pembelajaran menunjukan bahwa

31
siswa antusias dan senang mengikuti pelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
NAMA
3. Nita Praniyati 2010
PENELITI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
JUDUL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG
PECAHAN PADA SISWA KELAS V SDN 01 MACANAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa:
1. Prosentase keaktifan siswa pada siklus I menunjukkan angka
43,33% dan pada siklus II prosentase keaktifan siswa sebesar
73,33%. Dengan demikian terdapat peningkatan aktivitas
siswa dari siklus I ke siklus II.
2. Rata-rata nilai matematika hasil kuis individual pada siklus I
HASIL
sebesar 60,37 dan pada siklus II sebesar 69,90. Sehingga
terdapat kenaikan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II.
3. Prosentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I menunjukkan
angka sebesar 63,33% dan pada siklus II prosentase ketuntasan
sebesar 80%. Dengan demikian terdapat peningkatan
ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II.

Berdasarkan tabel diatas maka hasil yang peneliti harapkan adalah


peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan penelitian relevan di atas,
namun yang menjadi perbedaannya adalah model STAD pada tabel di atas
lebih merujuk pada Sekolah Dasar dan bagi peneliti sendiri mengarah kepada
Sekolah Menengah Atas. Adapun kelebihian dari penelitian pada tabel di atas
adalah ketiga peneliti di atas dalam proses penelitainnya terjadi peningkatan
hasil belajar, sedangkan kelemahannya adalah untuk Kartini Saleng hanya
difokuskan pada keinginannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, namun
untuk Yuliana Haryati dan Nita Praniyati dalam penelitiannya tidak hanya
sekedar difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa saja tetapi keduanya
juga mencari tahu minat dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran kooperatif model STAD.

32
H. Hipotesis
Penelitian ini direncanakan terbagi kedalam dua siklus, setiap siklus
direncanakan mengikuti prosedur perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar
siswa. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
“Dengan diterapkan model pembelajaran cooperative tipe STAD
(Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Kalabahi Tahun
Pelajaran 2016/2017.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain / Kerangka Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Arikunto, dkk (2009:73) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian
tindakan yang dalam pelaksanaannya berupa bentuk siklus berulang yang
didalamnya terdapat (4) tahapan utama kegiatan yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa siklus
yang mana proses penelitian siklus terdiri dari :
1. Perencanaan : Persiapan yang dilakukan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.
2. Tindakan : Upaya untuk memperbaiki keadaan yang
diinginkan.

33
3. Observasi : Mengamati proses dan tindakan yang dilakukan
terhadap siswa.
4. Refleksi : Mengingat, merenungkan dan mempertimbangkan
hasil dari tindakan yang dihasilkan dari observasi.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan
bagan yang berbeda baik bagan menurut Hopkins maupun bagan menurut
Kemmis dan Mc Taggart, walaupun bagan yang digunakan dalam bentuk yang
berbeda-beda baik berupa garis-garis, bulatan maupun kotak, namun secara garis
besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi seperti yang telah dijelaskan di atas.
Proses 4 tahapan ini dilakukan bertujuan untuk mengikuti sistematika
metode pembelajaran yang ada agar sesuai dengan apa yang diharapka. Adapun
model dan penjelasan untuk masing-masing tahap dapat dilihat pada gambar 3.1
di bawah ini :

34
Gambar 3.1 : Alur siklus Spiral PTK (Hopkins, 1993)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Setting dalam penelitian ini terdiri dari lokasi penelitian dan waktu
penelitian. Lokasi PTK yang dilakukan peneliti adalah di SMA
Muhammadiyah kalabahi Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2016/2017 yang
dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu dari tanggal 28 Februari 2017 sampai
dengan 18 Mei 2017. Penentuan waktu pendidikan mengacu pada kalender
akademik sekolah karena PTK memerlukan waktu beberapa siklus untuk
menunjang proses belajar mengajar yang lebih efektif di kelas.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
SMA Muhammadiyah Kalabahi Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten
Alor Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. Sampel
Dari populasi tersebut yang menjadi sampel adalah kelas XI IPA
SMA Muhammadiyah kalabahi yang berjumlah 22 siswa, terdiri dari 11
siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

D. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari kegiatan pra siklus, siklus I dan
siklus II :
1. Pra Siklus

35
Pra Siklus merupakan kegiatan awal yang dilakukan sebelum
kegiatan siklus I. Kegiatan Pra Siklus bertujuan untuk mengetahui
masalah dan penyebab dalam proses pembelajaran matematika melalui
observasi kegiatan pembelajaran di kelas.
Peran peneliti pada tahap pra siklus yaitu sebagai pengamat yang
nantinya dari hasil observasi pada pra siklus akan dijadikan sebagai acuan
untuk melaksanakan tindakan. Kegiatan pra siklus ini memiliki orientasi
untuk pemetaan masalah yang selanjutnya dapat dilaksanakan melalui
tindakan.
2. Siklus 1
Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari 3 kali pertemuan dimana
pada pertemuan 1 dan 2 merupakan kegiatan pembelajaran sedangkan
pada pertemuan ke-3 merupakan tes evaluasi untuk melihat hasil siswa.
setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planing)
1) Penyusunan RPP dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) yang
direncakan dalam PTK.
2) Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai
dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Membuat soal tes yang akan diadakan untuk mengetahui
hasil pembelajaran siswa.
4) Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik
pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan (Acting)
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian,

36
guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing
untuk belajar matematika secara cooperative Learning dengan
model STAD.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1) Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang
secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis
kelamin, suku atau agama).
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang
tahu menjelaskan kepada anggota lainnya, sampai
semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada
seluruh siswa. pada saat menjawab kuis, tidak boleh
saling membantu.
5) Memberi evaluasi.
6) Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas
penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan
kepada siswa secara individual atau kelompok yang
meraih prestasi tinggi akan diberi penghargaan.
7) Penutup.
c. Pengamatan (Observasi)
Selama melakukan tindakan kelas, maka dilakukan
pengamatan dari observer (guru) terhadap peneliti dan
pengamatan dari peneliti terhadap siswa tentang keterlaksanaan
RPP, keterampilan mengelolah pembelajaran dan keterampilan
kooperaif yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi (Reflecting)

37
Dalam tahapan refleksi peneliti melakukan analisis data
dengan melakukan kategorisasi dan penyimpulan data yang
telah terkumpul dalam tahapan pengamatan. Dalam tahapan
refleksi, peneliti juga melakukan evaluasi terhadap kekurangan
atau kelemahan dari implementasi tindakan sebagai bahan
pertimbangan untuk perbaikan disiklus berikutnya.

2. Siklus II
Kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan
siklus pertama hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada
hasil refleksi siklus pertama.
a. Perencanaan (Planing)
1) Menyiapkan RPP dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement
Divisions) yang direncakan dalam PTK.
2) Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa
sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin
dicapai.
3) Membuat soal tes yang akan diadakan untuk
mengetahui hasil pembelajaran siswa.
4) Memberikan penjelasan pada siswa mengenai
teknik pelaksanaan model pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan (Acting)
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan
penelitian, guru menjadi fasilitator selama pembelajaran,

38
siswa dibimbing untuk belajar matematika secara Cooperative
Learning dengan model STAD.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :

1) Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang


secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis
kelamin, suku atau agama).
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang
tahu menjelaskan kepada anggota lainnya, sampai
semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada
seluruh siswa. pada saat menjawab kuis, tidak boleh
saling membantu.
5) Memberi evaluasi.
6) Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas
penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan
kepada siswa secara individual atau kelompok yang
meraih prestasi tinggi akan diberi penghargaan.
7) Penutup.
c. Pengamatan (Observasi)
Selama melakukan tindakan kelas, maka dilakukan
pengamatan dari observer (guru) terhadap peneliti dan
pengamatan dari peneliti terhadap siswa tentang
keterlaksanaan RPP, keterampilan mengelolah pembelajaran,
dan keterampilan kooperaif yang dilakukan oleh siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Mencari tahu respons siswa
terhadap model pembelajaran.

39
d. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah
diperoleh kemudian membuat kesimpulan atas pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam peningkatan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika di kelas XI IPA
SMA Muhammadiyah Kalabahi.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dibutuhkan data yang
selanjutnya data tersebut dianalisa. Dalam penelitian ini data dikumpulkan
melalui teknik yang terdiri atas lembar observasi, tes, angket, dokumentasi,
dan wawancara.
1. Lembar observasi
Untuk teknik observasi langsung digunakan alat pengumpulan
data berupa lembar observasi guru dan siswa yang dilaksanakan
dalam pembelajaran matematika.
2. Tes
Tes dilaksanakan setelah siswa memperoleh pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dikelas. Tes dilaksanakan dalam rangka
mengetahui hasil belajar siswa sesudah dan sebelum mengikuti
pembelajaran. Instrumen tes ini disusun dengan prosedur yang
telah ditentukan.
3. Angket
Angket dibagikan dan di isi oleh siswa yang fungsinya untuk
mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran
matematika menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD.
4. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan sebagai bukti peristiwa dalam
proses pembelajaran berlangsung.

40
5. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini yaitu dengan guru matematika
yang mengajar kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Kalabahi,
Nurjanah Syamsudin, S.Pd. pada tanggal 28 Februari 2017 baik
sebelum maupun sesudah pembelajaran.

F. Analisis Data
Analisis data merupakan usaha untuk memilih, menggolongkan,
mengklasifikasikan data untuk mendukung tujuan dari penelitian. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif (pemberian tugas dan tes
siklus), dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Adapun
penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentase, langkahnya
adalah sebagai berikut :

a. Kriteria keberhasilan hasil belajar


Kriteria keberhasilan hasil belajar ditentukan dengan
melihat adanya peningkatan hasil tes belajar siswa. peningkatan
hasil tes belajar siswa dapat diketahui dengan :
1) Membandingkan rata-rata skor tes siswa pada setiap
akhir pembelajaran dengan menganalisis nilai rata-rata
skor tes pada siklus II lebih besar dari rata-rata skor tes
pada siklus I.
2) Mencapai standar ketuntasan minimal dengan nilai rata-
rata, nilai hasil tes siswa sekurang-kurangnya 78 dan
yang memperoleh skor ≥ 78 paling sedikit 80% dari
jumlah siswa.

41
Adapun rumus prosentase siswa yang tuntas belajar menurut
Arikunto, (2010:264) adalah :
n
P= ×100 %
N

Keterangan :
P = prosentase siswa yang tuntas
n = jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 78
N = jumlah siswa keseluruhan
2. Data kuantitatif berupa data hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan
keterampian guru dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
kualitatif. Data kualitatif ini dipaparkan dalam bentuk kalimat. Data
kualitatif ini diperoleh dari pengolahan data yang didapat dari instrumen
pengamatan aktifitas siswa dan keterampian guru.
a. Kriteria proses ditentukan dengan menggunakan lembar observasi
yang diisi oleh pengamat (Observer). Analisis data hasil observasi
menggunakan analisis prosentase. Skor yang diperoleh masing-
masing deskriptor dijumlahkan dan hasil disebut jumlah skor,
selanjutnya dihitung prosentase nilai rata-rata dengan rumus
menurut Arikunto, (2010:273) sebagai berikut :

Prosentasi nilai rata-rata =


∑ skor x 100%
Skor Maksimal
3. Data respon siswa dianalisis dengan menghitung persentase tiap pilihan

respon dengan menggunakan rumus:

Xn
Rn= x 100 %
N

Rn = Persentase respon n siswa

Xn = Banyaknya siswa yang menjawab senang, menarik, ya.

N = Jumlah siswa secara keseluruhan

42
Kriteria keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dilihat dari aktivitas guru maupun siswa serta respon siswa

terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut dapat

diukur pada kriteria di bawah ini :

80% ¿NR ≤ 100% = Sangat Baik (4)

70% ¿NR ≤ 80 % = Baik (3)

40% ¿NR ≤ 70% = Cukup (2)

20% ¿NR ≤ 40% = Kurang (1)

Sugiono, (2009:142-149)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2010. Guru Profesional (Menguasai Metode dan terampil


Mengajar). Bandung: Alfabeta, CV.

Al-Tabany, Trianto, Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,


Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.

Arikunto, Suharsimi. dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi


Aksara

43
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rikena Cipta

Danim, Sudarmawan. 2011. Pengantar Kependidikan. Bandung:Alfabeta cv.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hamzah, Ali. dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran


Matematika. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Hariyanti, Yuliana. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika tentang KPK dan FPB
pada Siswa Sekolah Dasar
http://ejournal.unesa.ac.id/article/4248/18/article.pdf (KPK DAN FPB)
Diunduh tanggal 26 Oktober 2016 pukul 20:25

Hendriana, Heris. dan Soemarmo, Utari. 2014. Penilaian Pembelajaran


Matematika. Bandung: PT Refika Aditama.
Heruman. 2010. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.

Jatmikoningtyas, Yunita. 2007. Penerapan Rumus-Rumus Matematika


SMP,Solo:Bring 55 Solo.

Kunandar. 2013. Langkah Muda Penelitian Tindakan Kelas Sebagai


Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Praniyati, Nita. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student


Teams-Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan

44
Menghitung Pecahan pada Siswa Kelas V SDN 01 Macanan Tahun
Pelajaran 2009/2010 http://eprints.uns.ac.id/6457/ diunduh 31 Oktober
2016 pukul 20:45.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Saleng, Kartini. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Donggala
Kodi pada Mata Pelajaran Matematik
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/4122.
Diunduh tanggal 31 Oktober 2016 pukul 21:15.

Soedyarto, Nugroho. Dkk. 2008. Matematika 2 untuk SMA atau MA Kelas XI


Program IPA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan


Kuantitatif, dan R dan D. Bandung.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Pakem.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

45
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta:Cemerlang

46

Anda mungkin juga menyukai