DISUSUN OLEH:
IGNASIUS GERALDI SUDIN (210007301010)
A. Literasi Numerik
1. Pengertian Literasi Numerik
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) menggunakan
berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar
untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan
sehari-hari dan (b) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk
(grafik, tabel, bagan, dsb.) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk
memprediksi dan mengambil keputusan (Kemendikbud, 2017: 3).
Literasi numerik adalah adalah subjek yang didorong oleh aplikasi yang
berhubungan dengan kehidupan matematika. Hal ini memungkinkan peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan dan kepercayaan diri untuk berpikir secara
numerik dan spasial untuk menafsirkan dan menganalisis situasi sehari-hari secara
kritis dan untuk memecahkan masalah (Salim, 2018: 595).
2. AKM
Konteks yang luas sangat penting digunakan pada AKM Numerasi sehingga
peserta didik dapat mengenali peran matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Pemilihan strategi dan penggunaan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika
untuk menjelaskan kejadian, menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan
sangat bergantung pada konteks di mana kejadian atau masalah tersebut timbul.
AKM mengharuskan peserta didik menggunakan berbagai keterampilan kognitif
dalam menjawab soal-soal. Level kognitif numerasi Asesmen Kompetensi Minimum
dibagi menjadi tiga level.
a. Knowing
Soal dalam level kognitif ini menilai kemampuan pengetahuan peserta didik
tentang fakta, proses, konsep, dan prosedur. Kata kunci yang biasa digunakan pada
level ini antara lain mengingat, mengidentifikasi, mengklasifikasikan, menghitung,
mengambil/memperoleh, dan mengukur.
b. Applying (Penerapan)
Soal pada level kognitif ini menilai kemampuan matematika dalam
menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang fakta-fakta, relasi, proses, konsep,
prosedur, dan metode pada konteks situasi nyata untuk menyelesaikan masalah atau
menjawab pertanyaan. Kata kunci yang biasa digunakan pada level ini antara lain
memilih/menentukan, menyatakan/membuat model, dan menerapkan/melaksanakan.
c. Reasoning (Penalaran)
Soal dalam level kognitif ini menilai kemampuan penalaran peserta didik
dalam menganalisis data dan informasi, membuat kesimpulan, dan memperluas
pemahaman mereka dalam situasi baru, meliputi situasi yang tidak diketahui
sebelumnya atau konteks yang lebih kompleks. Pertanyaan dapat mencakup lebih dari
satu pendekatan atau strategi. Kata kunci yang biasa digunakan pada level ini antara
lain menganalisis, memadukan (mensintesis), mengevaluasi, menyimpulkan, dan
membuat justifikasi.
B. Problematika
Peringkat literasi matematis siswa Indonesia sejak tahun 2009 hingga 2015 tidak
menunjukan adanya kenaikan yang signifikan. Tahun 2015 peringkat Indonesia
berada di urutan 63 dari 72 negara. Hasil selama tiga kali survey menunjukan
kemampuan peserta didik di Indonesia pada literasi matematis khususnya masih
tergolong sangat rendah dibandingkan dengan negara peserta PISA lainnya, bahkan di
bawah negara kecil Vietnam (Ayuningtas, 2020: 238).
Literasi numerik berkaitan erat dengan pemecahan masalah matematika. Tanpa
adanya pemecahan masalah manfaat pembelajaran matematika menjadi terbatas,
karena inti dari pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah. Pemecahan
masalah yang dimaksud bukan sebatas penyelesaian masalah rutin matematika tetapi
lebih pada menemukan solusi permasalahan kontekstual yang dihadapi sehari-hari
dimana penalaran mutlak diperlukan(Pangesti, 2018).
Pentingnya kemampuan literasi numerasi dapat dicermati melalui contoh berikut
bus yang akan digunakan pada kegiatan studi wisata berkapasitas 48 orang. Jika
peserta studi wisata ternyata 165 orang maka bagaimana cara untuk mengefisienkan
biaya bus?. Pada soal ini siswa belajar menyadari bahwa meskipun hasil dari 165 : 48
adalah 3,44 tetapi dalam kegiatan wisata tersebut setidaknya memerlukan empat bus
pariwisata. Konsep pembulatan bilangan tidak digunakan dalam soal ini. Selanjutnya,
agar biaya menjadi efisien kapasitas bus keempat dipilih sesuai dengan kekurangan
kursi peserta bukan menggunakan empat bus berkapasitas 48 orang.
Terdapat tiga prinsip dasar literasi numerasi: (1) bersifat kontekstual, sesuai
dengan kondisi geografis dan sosial budaya, (2) selaras dengan cakupan matematika
dalam kurikulum 2013; dan (3) saling bergantung dan memperkaya unsur literasi
lainnya (Tim GLN2017b). Keterampilan literasi numerasi secara eksplisit diajarkan
dalam matematika tetapi siswa diberikan kesempatan menggunakannya di luar
kurikulum matematika dan di berbagai situasi. Hal ini sejalan dengan penerapan soal
HOTS dalam pembelajaran. Ada kalanya satu soal HOTS mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa dalam berbagai lintas kurikulum. Untuk mendukung
literasi numerasi, penerapan soal HOTS dalam pembelajaran matematika dipandang
perlu.
Masalah mengenai kurangnya kemampuan dalam membaca, penggunaan
angka, dan simbolmatematika dalam memecahan permasalahan pada kehidupan
sehari-hari. Kesulitan dalam bahasa dan membaca ini dialami peserta didik jika
dihadapkan dengan istilah-istilah matematika, terlebih pada soal-soal cerita
matematika, dalam hal ini sumber kesulitan belajarnya adalah kurang memahami
struktur bahasa dari soal cerita, mengakibatkan peserta didik tidak mampu dengan
sendirinya menentukan langkah-langkah yang dibutuhkan dalam menyelesaikan soal-
soal.
Dari pemaparan problematika di atas maka diusulkan solusi yang sekiranya
bisa meningkatkan kemampuan literasi numerik peserta didik, yaitu: