1. Kajian Literatur
Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik masalah.
Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah yang
diidentifikasi.
Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab masalah tersebut.
Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.
Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam.
Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan
mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat untuk
mengatasi masalah tersebut.
1
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah
No Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab
diidentifikasi masalah
2 Guru kurang 1. DEBY TRI SINTIYA, Pendidikan Agama Islam, KEGIATAN HOME VISIT OLEH Setelah dilakukan analisis penyebab
menjalin GURU PAI DALAM MENYELESAIKAN PROBLEMATIKA AKHLAK SISWA kesulitan guru dalam menjalin
komunikasi DI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG, 2023 hubungan/berkomunikasi dengan
secara intensif orang tua siswa didapati bahwa
dengan orang http://repository.radenintan.ac.id/29995/ faktor penyebabnya antara lain
tua 1. Orang tua terlalu sibuk
Waktu Akses: 28 Oktober 2023 Pukul: 13.00 WIB
dengan pekerjaan mereka
2. Kurangnya partisipasi
Komunikasi antara orangtua dan pihak sekolah yang baik yang di jalin dengan home orang tua terhadap program
visit atau sekedar SMS atau whatsapp tentang siswa akan memberikan informasi sekolah
tentang diri siswa. Home visit ini merupakan salah satu cara yang di lakukan sekolah 3. Sebagian orang tua belum
ketika ada seorang siswa yang melanggar aturan. Dengan bimbingan orang tua, guru bisa meluangkan waktunya
Agama, dan guru bimbingan konseling membuat anak atau siswa menjadi lebih untuk mengahadiri
berhati-hati dalam bertingkah laku dan menjadikan siswa menjadi pribadi yang lebih pertemuan atau paguyuban
3
baik lagi
2. Siti Aisaha, Khofifah Indar Parawansab, Nandina Putri Salsabillac, Ani Qotuz Zuhro’
Fitriana PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KENAKALAN
REMAJA DI SMA NEGERI PLUS SUKOWONO, Universitas Islam Negeri Jember,
2023. http://www.jurnal.minartis.com/index.php/jishs/article/view/868
Waktu Akses: 28 Oktober 2023 Pukul: 11.30 WIB
faktor pendukungnya adalah orang tua yang kooperatif bila mendapatkan surat
panggilan, jumlah tenanga pendidiknya yang mencukupi sehingga kerjasama berjalan
dengan baik, serta adanya keterlibatan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar
siswa dengan memberikan dukungan dan fasilitas yang memadai. Faktor
penghambatnya adalah sifat acuh orang tua yang tidak mau berpasrtisipasi aktif
dalam pendidikan anak. Perlu adanya usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik karena dukungan dan semangat dari orang
tua sangat berperan penting dalam pendidikan seorang anak
4
3 Peserta didik 1. Handoyo*1, Nirwana2, Iwan Setiawan, DESKRIPSI KEMAMPUAN GURU DALAM Setelah dilakukan analisis
masih belum MEMBUAT INSTRUMENT ASSESSMENT HOTSPADA PEMBELAJARAN FISIKA penyebab Peserta didik masih
memahami/terbia DI SMAN SE-KABUPATEN BENGKULU TENGAH. Program Studi Pendidikan Fisika belum memahami/terbia sa
sa dengan FKIP-UNIB. 2023, dengan materi HOTS
materi HOTS https://ejournal.unib.ac.id/jipf/article/view/18709/12576 didapati bahwa faktor penyebabnya
antara lain :
Penerapan instrument assessment HOTS tentunya bukan hal yang mudah dilaksanakan 1. Guru hanya terfokus
oleh guru. Karena untuk menerapkannya guru benar-benar harus menguasai materi mengajarkan materi
dan strategi pembelajaran yang akan disampaiakan kepada para siswa. Pada penilaian tanpa mendalami konsep
kurikulum 2013guru diharapkan mampu membuat instrument assessment HOTS agar HOTS dan
siswa terbiasa mengerjakan instrument assessmentpada level C-4 (menganalisis), C-5 mengajarkannya pada
(mengevaluasi), dan C-6 (mencipta).Menurut Rosnawati menjelaskan kemampuan peserta didik
berpikir tingkat tinggi bisa terjadi ketika seseorang menghubungkan informasi yang 2. Instrumen HOTS yang
baru diterima dengan informasi yang sudah tersimpan pada ingatannya, lalu masih belum terbiasa dibuat
dihubungkan atau menata ulang informasi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan oleh guru
ataupun penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan. 3. peserta didik belum terlatih
Fakta dilapangan dalam penerapan HOTSini masih banyak guru yang kebingungan dan dalam
belum mampu menerapkannya, yang mana dilansir pada Republika.co.id menyatakan memecahkan masalah fisika
bahwa Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menilai, proses ajar yang sehari-hari
mengacu pada cara berpikir dengan nalar tinggi atau Higher Order Thinking Skilldi
berbagai daerah masih belum merata dan optimal. JPPI menyimpulkan ketidak
optimalan itu di sebabkan oleh mutu para pendidik yang masih rendah, bahkan belum
paham tentang konsep Higher Order Thinking Skill
2 Mahendrayanti, Dewa Ayu (2023) PENGARUH PROBLEM BASED BLENDED
LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS)
FISIKA SISWA KELAS XI MIPA. Undergraduate thesis, Universitas Pendidikan
Ganesha.
https://repo.undiksha.ac.id/16553/7/1913021005-BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi
5
di Indonesia masih tergolong rendah dan belum tercapai sesuai harapan. Hal tersebut
ditunjukkan oleh hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) yang
diselenggarakan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
pada tahun 2015, Indonesia mendapatkan rata-rata nilai 403 untuk sains (peringkat ketiga
dari bawah), 397 untuk membaca (peringkat terakhir), dan 386 untuk matematika (peringkat
kedua dari bawah) dari 72 negara yang mengikuti. Berdasarkan hasil survei oleh Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015 yang menunjukkan
bahwa Indonesia menduduki peringkat 44 dari 47 negara dengan raihan prestasi dalam
bidang sains dengan peroleh skor rata-rata sebesar 397. Survei yang dilakukan oleh TIMSS
yaitu dengan memberikan soal-soal analisis yang diangkat melalui permasalahan atau
fenomena yang ada di sekitar, sehingga menuntut siswa untuk menumbuhkan kemampuan
penalaran dan pemecahan masalah yang mereka miliki yang kemudian dapat digunakan
sebagai acuan untuk menentukan siswa berada pada kemampuan high order thinking skill
(HOTS) atau low order thinking skill (LOTS)
3. Rifka Kamalia WardaniPENGARUH PENDEKATAN SCIENCE TECHNOLOGY
ENGINEERING MATHEMATICS (STEM) TERHADAP HIGH ORDER THINKING
SKILLS (HOTS) PESERTA DIDIK SMA PADA MATERI GERAK PARABOLA, FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2023.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/67778
Permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu peserta didik belum terlatih dalam
memecahkan masalah fisika sehari-hari, hal ini menyebabkan High Order Thinking
Skills (HOTS) fisika peserta didik rendah. High Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik
tidak dikembangkan
pada pembelajaran fisika di sekolah pada materi gerak parabola. Pembelajaran
fisika di sekolah saat ini belum mendorong peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
High Order Thinking Skills (HOTS). Pembelajaran fisika pada materi
gerak parabola peserta didik kurang dilibatkan. Peserta didik yang kurang
dilibatkan berakibat pada perkembangan HOTS nya. HOTS peserta didik masih
rendah pada ranah kognitif menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Pembelajaran tidak mendorong peserta didik untuk meningkatkan HOTS nya.
Melainkan pembelajaran yang masih berorientasi teacher centered, tidak
melibatkan peserta didik secara aktif, monodisiplin, tidak kolaboratif, dan tidak
menggunakan teknologi mengakibatkan peserta didik menjadi kesulitan dalam
memahami materi gerak parabola. Oleh karena itu peserta didik memerlukan
6
pembelajaran yang dapat meningkatkan HOTS nya. Pembelajaran yang
berorientasi student centered, peserta didik yang aktif mencari dan mengingat
materi pelajaran. Pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk meningkatkan
HOTS nya. Pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu,
kolaboratif, dan menggunakan teknologi. Pembelajaran tersebut dapat terpenuhi
dengan menggunakan pendekatan STEM dalam pembelajaran fisika di sekolah
Melalui PBL peserta didik diarahkan untuk terlibat dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi dalam penerapan di kehidupan sehari-hari. PBL juga diharapkan
memotivasi agar peserta didik aktif dalma mengolah pikir, mengolah hati, dan mengolah
rasa, sehingga mampu meningkatkan pemahaman materi
pembelajaran dan pada akhirnya meningkatkan hasil belajar
Pembelajaran akan lebih bermakna jika strategi pembelajaran yang digunakan menekankan
proses keterlibatan peserta didik secara penuh dalam menemukan materi pelajaran serta
keterkaitannya dengan situasi kehidupan nyata. PBL merupakan salah satu tipe pembelajaran
yang bermakda dan memotivasi peserta didik.
8
4. Rohmawati Amaliyah1,Lukman Hakim*2,Lefudin3
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS PROBLEM
BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA, Program Studi S1 Pendidikan Fisika FKIP
Universitas PGRI Palembang, 2023,
https://ejournal.unib.ac.id/kumparan_fisika/article/view/25416/12324
Membutuhkan waktu yang banyak, guru kurang paham akan model model pembelajaran
inovatif, indikator pembelajaran tidak tercapai kalau menggunakan pembelajaran inovatif
10
.
Penyebab miskonsepsi fisika ada lima bagian, yaitu siswa, guru, bahan ajar atau literatur,
konteks dan metode mengajar
3. Mirza Aini, IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP DAN MISKONSEPSI
PESERTA DIDIK KELAS XI PADA MATERI ELASTISITAS DAN HUKUM
HOOKE MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)
DAN THREE-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DI SMA NEGERI 4
SUMBAR (KEBERBAKATAN OLAHRAGA), 2023 Program Studi Pendidikan Fisika,
Universitas Negeri Padang.
https://journal.ummat.ac.id/journals/12/articles/13251/supp/13251-43391-1-SP.pdf
Hasil akhir dari kelas pemahaman menunjukkan bahwa siswa yang tidak memahami ide
umumnya akan lebih banyak dari pada siswa yang memahami ide, hal ini menunjukkan
bahwa rendahnya kualitas belajar dan minat dalam menemukan yang dimiliki siswa. Hakikat
belajar dapat melalui teknik belajar yang diterapkan oleh pendidik. Teknik peragaan yang
tepat akan menyebabkan siswa memahami gagasan yang diberikan. Sebaliknya, strategi
pengajaran yang tidak sesuai dapat membuat siswa mengalami kebingungan. Selain itu,
berbagai variabel yang menyebabkan banyak siswa tidak memahami ide dan kebingungan
disebabkan oleh rendahnya minat belajar. Siswa yang tidak memiliki minat belajar cenderung
tidak fokus dan berdiam diri mendengarkan materi yang disampaikan oleh pendidik pada
umumnya, mereka akan mengabaikan apa yang disampaikan oleh pengajar
11