Anda di halaman 1dari 11

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa: Dwi Candra Vitaloka Arumsari, S.Pd, M.Si
Asal Institusi: SMAN 3 Jember
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk berikut
untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:

1. Kajian Literatur
 Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
 Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik masalah.
 Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
 Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah yang
diidentifikasi.
 Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab masalah tersebut.
 Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
 Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
 Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.
 Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
 Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam.

Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan
mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat untuk
mengatasi masalah tersebut.

1
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab
diidentifikasi masalah

1 Motivasi SUMBER KAJIAN LITERATUR


belajar peserta Setelah dilakukan analisis terhadap
didik rendah 1. Jusman Jumrah Jumrah, Putri Anggia, hasil kajian literatur dan
ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA wawancara, serta dikonfirmasi
SISWA, 2023, STKIP Darud Da’wah Wal Irsyad Pinrang, dalam melalui observasi/pengamatan
https://ejurnal.stkipddipinrang.ac.id/index.php/wjpe/article/view/54 dapat diketahui bahwa penyebab
Waktu Akses: 28 Oktober 2023 Pukul: 11.30 WIB rendahnya motivasi belajar peserta
8 indikator motivasi belajar, yaitu konsentrasi, rasa ingin tahu, semangat, didik adalah diantaranya
kemandirian, kesiapan, antusias atau dorongan, pantang menyerah, dan percaya diri.
1. Perhatian siswa terhadap
pembelajaran fisika
2. Daniar Pangastiningasih Etikamurni, Anik Istyowati, Hena Dian Ayu
2. Relevansi materi terhadap
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA MELALUI DISCOVERY
kehidupan
LEARNING-BERDIFERENSIASI DI ERA KURIKULUM MERDEKA, 2023 dalam
3. Kondisi siswa dan
https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jtst/article/view/8904/4010
lingkungan
Waktu Akses: 28 Oktober 2023 Pukul: 11.45 WIB 4. Kemampuan siswa dalam
menyerap materi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, maka ditemukan dua sisi pemasalahan yaitu 5. Cita cita/aspirasi siswa
dari sisi peserta didik dan sisi guru. Pada sisi peserta didik, permasalahan
rendahnya motivasi belajar disebabkan karena peserta didikmenganggap bahwa fisika
adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan, penuh hafalan dan persamaan
matematis. Sementara itu dari sisi guru mengungkapkan bahwa peserta didik selalu
bergantung pada penjelasan guru dan cenderung pasif selama proses pembelajaran.
Model pembelajaran DL –berdiferensiasi hadir yang bertujuan untuk mengatasi kedua
permasalahan tersebut agar peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan dengan perasaan nyaman, senang dan tanpa beban. Pencapaian ini
diharapkandapat mampu memberikan dampak positif pada motivasi belajar peserta didik

3. Darwin Saragih, Pendidikan MIPA,Pascasarjana Universitas Indraprasta PGRI


2
HUBUNGAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
FISIKA:Survei Pada Siswa Kelas X SMAN-Itarumajaya Bekasi, 2023 dalam
https://journal-nusantara.com/index.php/JIM/article/view/2068/1702
Waktu Akses: 28 Oktober 2023 Pukul: 11.50 WIB
motivasi belajar pelajaran Fisika ini adalah keseluruhan daya penggerak yang berasal dari
dalam dan luar diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar pelajaran fisika dan
memberikan arah pada kegiatan belajar pelajaran fisika,sehingga dapat mencapai tujuan
yang diinginkan

Hasil Kajian Wawancara


1. Pakar (Drs. Albertus Djoko Lesmono)
 Belajar Fisika harus disesuaikan dengan karakteristik siswa
 Pembelajaran harus menyenangkan untuk menarik pembelajaran
 Guru harus menggunakan media pembelajaran yang menarik bagi siswa
 Guru kurang memberikan latihan soal
2. Teman Sejawat ( Ibu Ika Permatasari, S.Pd, M.Pd)
Siswa merasa fisika sulit dipahami sehingga mereka tidak termotivasi untuk
mempelajarainya.

2 Guru kurang 1. DEBY TRI SINTIYA, Pendidikan Agama Islam, KEGIATAN HOME VISIT OLEH Setelah dilakukan analisis penyebab
menjalin GURU PAI DALAM MENYELESAIKAN PROBLEMATIKA AKHLAK SISWA kesulitan guru dalam menjalin
komunikasi DI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG, 2023 hubungan/berkomunikasi dengan
secara intensif orang tua siswa didapati bahwa
dengan orang http://repository.radenintan.ac.id/29995/ faktor penyebabnya antara lain
tua 1. Orang tua terlalu sibuk
Waktu Akses: 28 Oktober 2023 Pukul: 13.00 WIB
dengan pekerjaan mereka
2. Kurangnya partisipasi
Komunikasi antara orangtua dan pihak sekolah yang baik yang di jalin dengan home orang tua terhadap program
visit atau sekedar SMS atau whatsapp tentang siswa akan memberikan informasi sekolah
tentang diri siswa. Home visit ini merupakan salah satu cara yang di lakukan sekolah 3. Sebagian orang tua belum
ketika ada seorang siswa yang melanggar aturan. Dengan bimbingan orang tua, guru bisa meluangkan waktunya
Agama, dan guru bimbingan konseling membuat anak atau siswa menjadi lebih untuk mengahadiri
berhati-hati dalam bertingkah laku dan menjadikan siswa menjadi pribadi yang lebih pertemuan atau paguyuban

3
baik lagi
2. Siti Aisaha, Khofifah Indar Parawansab, Nandina Putri Salsabillac, Ani Qotuz Zuhro’
Fitriana PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KENAKALAN
REMAJA DI SMA NEGERI PLUS SUKOWONO, Universitas Islam Negeri Jember,
2023. http://www.jurnal.minartis.com/index.php/jishs/article/view/868
Waktu Akses: 28 Oktober 2023 Pukul: 11.30 WIB

faktor-faktor yang menyebabkan munculnya kenakalan remaja ini adalah salah


satunya dari pada pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua yang tidak bisa
menyesuaikan dengan kebutuhan anak kemudian berpengaruh pada perkembangan
dalam bersosial di lingkungannya. Pola asuh orang tua terdiri dari pola asuh
otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif
3. Sri Maisyarah, KERJASAMA GURU BK DAN ORANG TUA TERHADAP
SISWA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMAN 1 X KOTO
SINGKARAK, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR, 2023
https://repo.iainbatusangkar.ac.id/xmlui/handle/123456789/29224

faktor pendukungnya adalah orang tua yang kooperatif bila mendapatkan surat
panggilan, jumlah tenanga pendidiknya yang mencukupi sehingga kerjasama berjalan
dengan baik, serta adanya keterlibatan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar
siswa dengan memberikan dukungan dan fasilitas yang memadai. Faktor
penghambatnya adalah sifat acuh orang tua yang tidak mau berpasrtisipasi aktif
dalam pendidikan anak. Perlu adanya usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik karena dukungan dan semangat dari orang
tua sangat berperan penting dalam pendidikan seorang anak

Hasil Kajian Wawancara


Teman Sejawat
1. Bapak Ujang Fahmi A, S.Si, M.Pd
Komunikasi orang tua tidak melalui guru masing masing tetapi melalui wali kelas
2. Ibu Santi, S.Pd
Ada beberapa orang tua yang bekerja di luar kota/negeri, sehingga sulit untuk
menghubungi

4
3 Peserta didik 1. Handoyo*1, Nirwana2, Iwan Setiawan, DESKRIPSI KEMAMPUAN GURU DALAM Setelah dilakukan analisis
masih belum MEMBUAT INSTRUMENT ASSESSMENT HOTSPADA PEMBELAJARAN FISIKA penyebab Peserta didik masih
memahami/terbia DI SMAN SE-KABUPATEN BENGKULU TENGAH. Program Studi Pendidikan Fisika belum memahami/terbia sa
sa dengan FKIP-UNIB. 2023, dengan materi HOTS
materi HOTS https://ejournal.unib.ac.id/jipf/article/view/18709/12576 didapati bahwa faktor penyebabnya
antara lain :
Penerapan instrument assessment HOTS tentunya bukan hal yang mudah dilaksanakan 1. Guru hanya terfokus
oleh guru. Karena untuk menerapkannya guru benar-benar harus menguasai materi mengajarkan materi
dan strategi pembelajaran yang akan disampaiakan kepada para siswa. Pada penilaian tanpa mendalami konsep
kurikulum 2013guru diharapkan mampu membuat instrument assessment HOTS agar HOTS dan
siswa terbiasa mengerjakan instrument assessmentpada level C-4 (menganalisis), C-5 mengajarkannya pada
(mengevaluasi), dan C-6 (mencipta).Menurut Rosnawati menjelaskan kemampuan peserta didik
berpikir tingkat tinggi bisa terjadi ketika seseorang menghubungkan informasi yang 2. Instrumen HOTS yang
baru diterima dengan informasi yang sudah tersimpan pada ingatannya, lalu masih belum terbiasa dibuat
dihubungkan atau menata ulang informasi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan oleh guru
ataupun penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan. 3. peserta didik belum terlatih
Fakta dilapangan dalam penerapan HOTSini masih banyak guru yang kebingungan dan dalam
belum mampu menerapkannya, yang mana dilansir pada Republika.co.id menyatakan memecahkan masalah fisika
bahwa Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menilai, proses ajar yang sehari-hari
mengacu pada cara berpikir dengan nalar tinggi atau Higher Order Thinking Skilldi
berbagai daerah masih belum merata dan optimal. JPPI menyimpulkan ketidak
optimalan itu di sebabkan oleh mutu para pendidik yang masih rendah, bahkan belum
paham tentang konsep Higher Order Thinking Skill
2 Mahendrayanti, Dewa Ayu (2023) PENGARUH PROBLEM BASED BLENDED
LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS)
FISIKA SISWA KELAS XI MIPA. Undergraduate thesis, Universitas Pendidikan
Ganesha.
https://repo.undiksha.ac.id/16553/7/1913021005-BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi
5
di Indonesia masih tergolong rendah dan belum tercapai sesuai harapan. Hal tersebut
ditunjukkan oleh hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) yang
diselenggarakan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
pada tahun 2015, Indonesia mendapatkan rata-rata nilai 403 untuk sains (peringkat ketiga
dari bawah), 397 untuk membaca (peringkat terakhir), dan 386 untuk matematika (peringkat
kedua dari bawah) dari 72 negara yang mengikuti. Berdasarkan hasil survei oleh Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015 yang menunjukkan
bahwa Indonesia menduduki peringkat 44 dari 47 negara dengan raihan prestasi dalam
bidang sains dengan peroleh skor rata-rata sebesar 397. Survei yang dilakukan oleh TIMSS
yaitu dengan memberikan soal-soal analisis yang diangkat melalui permasalahan atau
fenomena yang ada di sekitar, sehingga menuntut siswa untuk menumbuhkan kemampuan
penalaran dan pemecahan masalah yang mereka miliki yang kemudian dapat digunakan
sebagai acuan untuk menentukan siswa berada pada kemampuan high order thinking skill
(HOTS) atau low order thinking skill (LOTS)
3. Rifka Kamalia WardaniPENGARUH PENDEKATAN SCIENCE TECHNOLOGY
ENGINEERING MATHEMATICS (STEM) TERHADAP HIGH ORDER THINKING
SKILLS (HOTS) PESERTA DIDIK SMA PADA MATERI GERAK PARABOLA, FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2023.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/67778
Permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu peserta didik belum terlatih dalam
memecahkan masalah fisika sehari-hari, hal ini menyebabkan High Order Thinking
Skills (HOTS) fisika peserta didik rendah. High Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik
tidak dikembangkan
pada pembelajaran fisika di sekolah pada materi gerak parabola. Pembelajaran
fisika di sekolah saat ini belum mendorong peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
High Order Thinking Skills (HOTS). Pembelajaran fisika pada materi
gerak parabola peserta didik kurang dilibatkan. Peserta didik yang kurang
dilibatkan berakibat pada perkembangan HOTS nya. HOTS peserta didik masih
rendah pada ranah kognitif menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Pembelajaran tidak mendorong peserta didik untuk meningkatkan HOTS nya.
Melainkan pembelajaran yang masih berorientasi teacher centered, tidak
melibatkan peserta didik secara aktif, monodisiplin, tidak kolaboratif, dan tidak
menggunakan teknologi mengakibatkan peserta didik menjadi kesulitan dalam
memahami materi gerak parabola. Oleh karena itu peserta didik memerlukan

6
pembelajaran yang dapat meningkatkan HOTS nya. Pembelajaran yang
berorientasi student centered, peserta didik yang aktif mencari dan mengingat
materi pelajaran. Pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk meningkatkan
HOTS nya. Pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu,
kolaboratif, dan menggunakan teknologi. Pembelajaran tersebut dapat terpenuhi
dengan menggunakan pendekatan STEM dalam pembelajaran fisika di sekolah

Hasil Kajian Wawancara


Teman Sejawat
2. Bapak M. Alfan Alfarizi, S.Pd, M.Pd
Guru masih jarang membuat soal berbentuk HOTS
2. Ibu Sulistyo Hartini, S.Pd, M.Pd
Instrumen soal HOTS masih belum dikuasai oleh guru

4 Guru Setelah dilakukan analisis penyebab


menerapkan 1. Umi Solehah, Ahmad Amin, Endang Lovisia guru menerapkan model
model PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBENTUK BUKU CERITA pembelajaran yang masih
pembelajaran BERGAMBAR BERBASIS SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN FISIKA monoton.didapati bahwa faktor
yang masih KELAS XI IPA SMA NEGERI MEGANG SAKTI. Program Studi Pendidikan penyebabnya antara lain
monoton. Fisika, Universitas PGRI Silampari, 2023, https://ojs.stkippgri- 1. Proses penilaian
lubuklinggau.ac.id/index.php/JPP/article/view/2215/1094 menghabiskan banyak
waktu
2. Guru kurang up to date
Untuk pembalajaran fisika bagi siswa dengan tingkat kemampuan rendah mereka terhadap model model
mengatakan bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit dan tidak pembelajaran inovatif serta
diminati oleh mereka. Untuk siswa dengan tingkat kemampuan sedang mereka belum memahaminya
mengemukakan bahwa meraka kadang menyukai dan kadang tidak dengan 3. Waktu juga menjadi bahan
pelajaran fisika. Untuk Siswa dengan berkemampuan tinggi menyatakan bahwa pertimbangan mengapa guru
fisika itu menanyakan dan mengasikkan tidak menerapkannya pada
Terlebih lagi kadang peserta didik jenuh melihat buku buku ajar yang digunakan untuk pembelajaran di kelas
materi fisika banyak terdapat rumus rumus yang sulit dipahami, hal tersebut merupakan kan
salah satu membuat minat belajar siswa kurang dan beranggapakan pelajaran fisika
7
merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami.
Mereka berharap bahwa guru dapat berinovasi ketika melakukan pembe lajaran
didalam kelas sehingga minat belaj ar peserta didik dapat meningkat

2. Kardono, PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA
PELAJARAN FISIKA, SMA Negeri 1 Godean, Yogyakarta, Indonesia, 2023.
https://www.ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JPP/article/view/2382/1089

Melalui PBL peserta didik diarahkan untuk terlibat dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi dalam penerapan di kehidupan sehari-hari. PBL juga diharapkan
memotivasi agar peserta didik aktif dalma mengolah pikir, mengolah hati, dan mengolah
rasa, sehingga mampu meningkatkan pemahaman materi
pembelajaran dan pada akhirnya meningkatkan hasil belajar

Pembelajaran akan lebih bermakna jika strategi pembelajaran yang digunakan menekankan
proses keterlibatan peserta didik secara penuh dalam menemukan materi pelajaran serta
keterkaitannya dengan situasi kehidupan nyata. PBL merupakan salah satu tipe pembelajaran
yang bermakda dan memotivasi peserta didik.

3. N Arifah, M. Y.P Batuliu, N. Sa’adah


Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika pada
Materi Alat Optik Siswa Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 13 Semarang, Universitas Negeri
Semarang, 2023
https://journal.upgris.ac.id/index.php/upt/article/view/15727/7026,

8
4. Rohmawati Amaliyah1,Lukman Hakim*2,Lefudin3
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS PROBLEM
BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA, Program Studi S1 Pendidikan Fisika FKIP
Universitas PGRI Palembang, 2023,
https://ejournal.unib.ac.id/kumparan_fisika/article/view/25416/12324

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa modul yang


dikembangkan memiliki kelayakan yang baik, untuk minat dan hasil belajar yang
didapatkan peserta didik mengalami peningkatan.Dalam penelitian yang dilakukan
(28)pembelajaran menggunakan problem based learning dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan penelitidari tahap
perencanaan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi dapat disimpulkan bahwa modul
pembelajaran fisika berbasis problem based learningini valid, praktis, dan memiliki
efek potensial terhadap minat dan hasil belajar peserta didiksehinggalayak digunakan
dalam proses pembelajaran.
Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil belajar, dengan adanya minat
belajar maka hasil belajar yang didapatkan peserta didik akan lebih baik. Minat belajar
akan berpengaruh terhadap ketertarikan peserta didik terhadap pembelajaran(29)sehingga
peserta didik merasa lebih tertarik pada pembelajaran yang ditunjukkan adanya keaktifan,
partisipasi serta keantusiasan dalam proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, minat
belajara peserta didik merupakan salah satu aspek untuk mendorong peserta didik
mengekspresikan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya untuk mencapai
tujuan yang dikehendakinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
9
hubunganantara minat belajar dan hasil belajar peserta didik yang positif dalam penerapan
modul pembelajaran berbasis problem based learning(30). Dengan demikian minat
belajar memiliki kontribusi yang besar terhadap kesuksesan balajarpeserta didik dengan
peningkatan hasil belajar peserta didik.
Hasil Kajian Wawancara
1. Kepala Sekolah
- guru kurang up to date terhadap model model pembelajaran inovatif.
2. Ibu Ika Permatasari, S.Pd, M.Pd
Tingkat literasi siswa kurang sehingga tidak mampu untuk langsung aktif dalam
pembelajaran sehingga para guru cenderung lebih suka menggunakan metode
ceramah untuk pembelajaran.
3. Ibu Santi, S.Pd

Membutuhkan waktu yang banyak, guru kurang paham akan model model pembelajaran
inovatif, indikator pembelajaran tidak tercapai kalau menggunakan pembelajaran inovatif

5 Siswa Setelah dilakukan analisis


mengalami penyebab Siswa mengalami
miskonsepsi saat 1. Siti Ririn Lailiyatul Mualifah1, Mike Rahayu2 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI miskonsepsi saat belajar
belajar fisika SISWA KELAS XI IPA MAN 2 LAMONGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN fisika didapati bahwa faktor
TES DIAGNOSTIK FIVE TIER PADA KONSEP LAJU REAKSI. 2023. UIN penyebabnya antara lain
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung 1. Konsep awal yang
https://ojs.berajah.com/index.php/go/article/view/260/208 dimiliki oleh siswa
2. bahan ajar atau
Waktu akses: 30 Oktober 2023, Pukul 11.25 WIB
literatur
Faktor-faktor penyebab miskonsepsi siswa berasal dari prakonsepsi, rendahnya kemampuan 3. konteks dan metode
dasar siswa, nminat siswa untuk mempelajari konsep laju reaksi, dan sumber belajar siswa mengajar
dari internet 4. Penguasaan guru
akan materi yang
2. Nurul wati, Arsaythamby Veloo, Ruslan Mat Ali. SUATU TINJAUAN TENTANG diajarkan.
JENIS-JENIS DAN PENYEBAB MISKONSEPSI FISIKA. FKIP Pendidikan Fisika
Unsyiah Banda Aceh dan Mahasiswa Ph.D College CAS, Program Education di Universiti
Utara Malaysia.
http://e-repository.unsyiah.ac.id/JPSI/article/view/7636

10
.
Penyebab miskonsepsi fisika ada lima bagian, yaitu siswa, guru, bahan ajar atau literatur,
konteks dan metode mengajar
3. Mirza Aini, IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP DAN MISKONSEPSI
PESERTA DIDIK KELAS XI PADA MATERI ELASTISITAS DAN HUKUM
HOOKE MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)
DAN THREE-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DI SMA NEGERI 4
SUMBAR (KEBERBAKATAN OLAHRAGA), 2023 Program Studi Pendidikan Fisika,
Universitas Negeri Padang.
https://journal.ummat.ac.id/journals/12/articles/13251/supp/13251-43391-1-SP.pdf
Hasil akhir dari kelas pemahaman menunjukkan bahwa siswa yang tidak memahami ide
umumnya akan lebih banyak dari pada siswa yang memahami ide, hal ini menunjukkan
bahwa rendahnya kualitas belajar dan minat dalam menemukan yang dimiliki siswa. Hakikat
belajar dapat melalui teknik belajar yang diterapkan oleh pendidik. Teknik peragaan yang
tepat akan menyebabkan siswa memahami gagasan yang diberikan. Sebaliknya, strategi
pengajaran yang tidak sesuai dapat membuat siswa mengalami kebingungan. Selain itu,
berbagai variabel yang menyebabkan banyak siswa tidak memahami ide dan kebingungan
disebabkan oleh rendahnya minat belajar. Siswa yang tidak memiliki minat belajar cenderung
tidak fokus dan berdiam diri mendengarkan materi yang disampaikan oleh pendidik pada
umumnya, mereka akan mengabaikan apa yang disampaikan oleh pengajar

Hasil Kajian Wawancara


1. Kepala Sekolah
Kurangnya literasi pada siswa karena keterbatasan literatur.
2. Teman Sejawat (ibu Ika Permatasari, S.Pd, M.Pd)
Guru terkadang kesulitan dalam menjelaskan materi fisika yang dianggap sulit sehingga
terkadang siswa salah dalam memahami konsep yang diajarkan.
3. Teman Sejawat (Bp. Ujang Fahmi, S.Si, M.Pd)
Kesalahan siswa dalam memahami konsep yang telah diajarkan oleh guru.

11

Anda mungkin juga menyukai