Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergis, yaitu

kegiatan guru dan siswa. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar.

Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai

pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya, baik dari segi aspek

kognitif, afektif, maupun psikomotor. Persoalannya bagaimana cara mengajar

pada siswa agar siswa mendapatkan prestasi yang baik, khususnya dalam mata

pelajaran matematika.

Matematika adalah cabang ilmu yang memiliki pengaruh yang cukup besar

dalam masyarakat. Hal ini terlihat dari kegunaan matematika dalam kehidupan

sehari-hari, tetapi pentingnya matematika tidak diikuti oleh sikap siswa yang

cenderung menganggap pelajaran matematika sebagai musuh dalam dirinya. Dari

gambaran tersebut sudah sewajarnya matematika memperoleh perhatian yang

lebih serius dari pendidikan sehingga dapat lebih diminati oleh siswa, sebab

pendidikan matematika memiliki potensi yang besar untuk memainkan peran

strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi era

globalisasi.

Banyak faktor mempengaruhi rendahnya prestasi belajar khususnya

matematika, diantaranya terdapat tiga faktor yaitu: sekolah sebagai tempat

terlaksananya pendidikan, guru sebagai pelaksana pendidikan, dan siswa sebagai

peserta pendidikan. Berhasil tidaknya suatu proses pendidikan akan sangat


2

dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut menjadi kurang

berarti meskipun sudah dipersiapkan dengan baik, jika dalam penyampaian materi

pelajaran guru menggunakan metode yang kurang tepat.

Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, perlu

diadakan pemilihan terhadap strategi pembelajaran yang tepat. Untuk itu guru

harus menentukan bagaimana cara untuk mengatur lingkungan belajar siswa agar

mereka memiliki pengalaman belajar yang dapat mengarahkan mereka untuk

mencapai hasil belajar yang diinginkan. Oleh sebab itu dalam proses belajar

mengajar guru hendaknya mampu memilih strategi mengajar yang bervariasi

sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.

Pada umumnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP), khususnya di kelas

VIII H menunjukan bahwa dalam pembelajaran matematika masih didominasi

oleh guru. Guru sebagai sosok yang menjadi inspirasi bagi siswa dan merupakan

komunikasi satu arah, dimana guru yang selalu aktif menyampaikan informasi

dengan mengabaikan kepentingan anak-anak untuk berinteraksi, sedangkan siswa

banyak bersifat pasif (aktivitas kurang) yang mengakibat aktivitas siswa kurang

dalam belajar sehingga ada siswa yang belum memenuhi KKM (Kreteria

Ketuntasan Minimal).

Pembelajaran kooperatif adalah teknik pembelajaran dan juga filosopi

pembelajaran yang mendorong siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan

diri sendiri dan pembelajaran dengan teman sejawat mereka (Anita Lie, 2008).

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)


3

dianggap sebagai metode yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif

diharapkan tepat digunakan pembelajaran matematika.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi yang akhir-

akhir ini banyak digunakan untuk lebih mengaktifkan siswa. Pembelajaran

kooperatif adalah jenis pembelajaran yang student centred (berpusat pada siswa).

Dalam pelaksanaannya para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok

yang memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnis, maupun

kemampuannya. Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan

kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau

diskusi antar sesama anggota tim. Diharapkan dalam penerapan strategi kooperatif

tipe STAD ini terjadi interaksi tutor sebaya yang nantinya dapat meningkatkan

prestasi belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa

kelas VIII H SMP Negeri 2 Tabanan Tahun Pelajaran 2022/2023”.

B. Identifikasi Masalah

Mengingat matematika merupakan pelajaran yang sangat komplek maka

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat muncul dari

berbagai aspek. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber dari dalam diri siswa

maupun dari luar diri siswa. Faktor-faktor yang berasal dari dalam siswa

diantaranya: minat siswa terhadap matematika, motivasi dan intelegensi.


4

Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa dapat berasal dari

lingkungan sekolah, masyarakat maupun keluarga.

Faktor yang berasal dari lingkungan sekolah diantaranya adalah model

pembelajaran atau pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran.

Memperhatikan hal-hal tersebut di atas maka dalam penelitian ini dapat

diidentifikasikan beberapa permasalahan diantaranya: (1) bagaimana prestasi

belajar matematika siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tabanan?, (2)

faktor-faktor apakah yang mempengaruhi prestasi belajara matematika siswa?, (3)

bagaimana minat siswa terhadap pelajaran matematika?, (4) bagaimana motivasi

siswa terhadap pelajaran matematika?, (5) bagaimana respon siswa terhadap

pelajaran matematika?, (6) pendekatan pembelajaran yang bagaimana dapat

membantu meningkatkan prestasi belajar matematika?, (7) apakah model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?. (8) apakah

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions

(STAD) efektif dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa?.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat kompleknya permasalahan seperti yang telah diungkapkan

pada identifikasi masalah di atas serta terbatasnya dana, waktu, alat, dan

kemampuan maka pengkajian pada penelitian ini hanya terbatas pada aktivitas dan

prestasi belajar siswa kelas VIII H semester ganjil Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Tabanan tahun pelajaran 2022/2023 yang menyangkut penguasaan


5

materi matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi yang ditinjau dari ranah

kognitif, sebagai akiba t dari pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-

Achievement Divisions (STAD) yang digunakan dalam pembelajaran matematika.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka permasalahan yang

dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif

dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII H SMP Negeri 2

Tabanan tahun pelajaran 2022/2023.

2) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII H SMP Negeri 2

Tabanan tahun pelajaran 2022/2023.

E. Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah yang telah disebutkan pada bagian

sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan tindakan

yang diberikan adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VIII H SMP

Negeri 2 Tabanan tahun pelajaran 2022/2023 setelah penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2) Untuk Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII H SMP

Negeri 2 Tabanan tahun pelajaran 2022/2023 setelah penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.


6

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Guru.

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pertimbangan

dalam memilih pendekatan dan metode pembelajaran dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa, pemahaman konsep dan

mengurangi dominasi guru dalam pembelajaran, yang diharapkan

peran guru hanya sebagai fasilitator dan mediator.

2. Bagi siswa.

Dengan mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD akan dapat membuat siswa lebih

mudah memahami dan menguasai konsep matematika, sehingga

memungkinkan timbulnya motivasi siswa secara lebih bersungguh-

sungguh dalam belajar yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat digunakaan sebagai masukan dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.


7

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Aktivitas Belajar
Mengajar adalah suatu kejadian mengatur dan membimbing siswa

sehingga terjadi proses belajar. Dalam proses belajar, siswa menjadi subyek utama

dalam kegiatan belajar, maka guru dituntut untuk membuat rancangan

pembelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

Menurut Iin Isnaini (2012) aktivitas belajar adalah merupakan segala

kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka

mencapai tujuan belajar.

Sedangkan Marlenawati (2014) mengatakan bahwa aktivitas pembelajaran

adalah apa yang dilakukan oleh siswa (bersama dan atau tanpa guru) dengan input

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Demikian juga Wahdah M Tahir (2012) menyatakan bahwa aktivitas siswa

adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas

dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar

mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Pendapat para ahli, penulis simpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan

segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam

rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini

penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.


8

Menurut Hamalik Oemar (2014) Jenis-jenis Aktivitas Belajar adalah

dikelompokkan ke dalam beberapa kegiatan, yaitu sebagai berikut yaitu (1)

Aktivitas visual/fisik seperti membaca, melihat gambar-gambar, atau bermain. (2)

Aktivitas lisan (moral) seperti mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. (3) Aktivitas menulis seperti

menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat sketsa,

mengerjakan tes, mengisi angket. (4) Aktivitas menggambar seperti menggambar,

membuat grafik, diagram, peta, pola. (5) Aktivitas Metrik seperti melakukan

percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,

menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun. (6) Aktivitas fisik

mental seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis

faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan. (7)

Aktivitas mosional seperti minat, membedakan, berani, semangat, tenang, dan

sebagainya.

Menurut Sudjana (dalam Sri Satya, 2018) ada 5 indikator perilaku yang

sudah ditetapkan dan disesuaikan dengan karakteristik tindakan yaitu: (1)

keberanian mengemukakan pendapat/menjawab pertanyaan, (2) keberanian

mengajukan pertanyaan/permasalahan, (3) kemauan dan kemampuan bekerjasama

antar teman, (4) menampakkan perhatian/konsentrasi selama pembelajaran, (5)

menampakkan kesungguhan/keantusiasan menyelesaikan tugas selama proses

belajar mengajar.
9

Sedangkan indikator perilaku dari aktivitas belajar dari penelitian ini

adalah :

1) Menampakkan perhatian/konsentrasi selama pembelajaran.

2) Keberanian mengajukan pertanyaan/permasalahan.

3) Keberanian mengemukakan pendapat/menjawab pertanyaan.

4) Menampakkan kesungguhan/keantusiasan menyelesaikan tugas selama

proses belajar mengajar.

5) Kemauan dan kemampuan bekerjasama antar teman.

B. Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar

(Surata 2003). Dalam setiap perbuatan manusia untuk mencapai tujuan selalu

diikuti oleh pengukuran dan penilaian, demikian pula halnya dengan proses

pembelajaran. Dengan mengetahui prestasi belajar, dapat diketahui kedudukan

anak dalam kelas, apakah anak termasuk kelompok pandai, sedang atau kurang.

Prestasi belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun simbul pada

periode tertentu, misalnya tiap semester.

Selanjutnya Surata (2003) mengatakan bahwa prestasi belajar dalam

penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam

suatu mata pelajaran, yang lazim diperoleh dari nilai tes atau angka yang

diberikan guru. Bila angka yang diberikan guru rendah maka prestasi seseorang

dianggap rendah. Dan sebaliknya bila angka yang diberikan guru tinggi maka

prestasi siswa tersebut dianggap tinggi, sekaligus siswa tersebut sukses dalam

belajar. Ini berarti prestasi belajar menunjukan kepada optimal dari kegiatan
10

belajar. Hal senada diungkapkan oleh Woodworth dan Marquaria (dalam Surata,

2003) bahwa prestasi belajar adalah kemampuan aktual yang dapat diukur secara

langsung dengan menggunakan tes. Bloom (dalam Surata, 2003) mengatakan

bahwa prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga

ranah yaitu ; kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Wirawan seperti dikutip Isnawati (dalam Surata, 2003)

mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang

dalam belajar yang dilakukan dalam periode tertentu. Prestasi belajar dapat

dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat mengetahui

materi pelajaran yang telah diajarkan atau dipelajari. Sehubungan dengan itu,

Masrun dan Martaniah (dalam Surata, 2003) mengatakan bahwa kegunaan

prestasi belajar diantaranya adalah: (1) untuk mengetahui efisiensi hasil belajar

yang dalam hal ini diharapkan mendorong siswa belajar lebih giat lagi, (2) Untuk

menyadarkan siswa terhadap tingkat kemampuannya, dengan melihat tes atau

hasil ujiannya siswa dapat menyadari kelemahan dan kelebihannya sehingga dapat

mengevaluasi dan bagaimana caranya belajar selama ini, (3) untuk belajar siswa,

(4) dijadikan dasar untuk memberikan pengharapan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, prestasi belajar matematika dalam

penilaian ini secara konseptual diartikan sebagai penelitian usaha kegiatan belajar

yang dinyatakan dalam bentuk angka yang mencermikan hasil yang sudah dicapai

oleh setiap anak dalam pelajaran matematika berupa kemampuan kognitif yang

dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes pada materi relasi dan

fungsi.
11

C. Hubungan Antara Aktivitas Belajar Dengan Prestasi Belajar

Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani

maupun rohani. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau prilaku siswa selama

proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan–kegiatan yang dimaksud adalah

kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan

pendapat atau komentar, mengerjakan tuga–tugas, dapat menjawab pertanyaan

guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain. Keaktivan siswa dalam belajar

akan menyebabkan suasana lebih hidup karena siswa selaku pebelajar mau aktif

belajar. Tanpa adanya aktivitas dalam proses pembelajaran dapat juga

mempengaruhi hasil belajar mereka, karena mereka tidak mau aktif atau berusaha

untuk mengetahui apa yang dipelajari.

Prestasi belajar adalah merupakan hasil yang dicapai seorang individu

setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu. Prestasi belajar biasanya

dinyatakan dengan nilai atau skor setelah mengerjakan suatu tugas atau tes. Tes

prestasi belajar adalah merupakan suatu alat untuk mengukur aspek–aspek tertentu

dari siswa misalnya kemampuan mengingat, mengartikan, menganalisis dan

mengaplikasikan suatu konsep matematika.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu

indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan

memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri–ciri prilaku seperti: (1) sering bertanya

kepada guru, (2) mau mengerjakan tugas yang diberikan, (3) mampu menjawab

pertanyaan, (4) senang diberi tugas belajar dan sebagainya. Ciri–ciri tersebut pada
12

dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu: segi proses dan hasil pembelajaran.

Makin tinggi proses yang dilakukan siswa, harus semakin tinggi pula hasil belajar

yang dicapainya. Dengan melihat keberhasilan ini hendaknya proses belajar yang

dilakukan siswa dipandang sebagai hasil dari proses pembelajaran itu sendiri.

Dengan kata lain, proses pembelajaran tidak mengutamakan hasil belajar tetapi

juga proses belajar siswa, dan proses belajar ini merupakan penunjang hasil

belajar termasuk didalamnya adalah prestasi belajar.

Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya

pengetahuan dan ketrampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi

belajarnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa antara prestasi

belajar dengan aktivitas sangat berkaitan yaitu aktivitas siswa dalam belajar akan

berpengaruh positif terhadap prestasi belajarnya.

Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, maka guru harus

mampu memilih dan melaksanakan strategi belajar mengajar yang tepat. Guru

harus menyadari bahwa anak–anak yang belajar adalah individu–individu yang

bervariasi. Soal tes matematika untuk mengevaluasi jenjang kognitif tertentu

tidaklah berlaku untuk setiap kondisi, setiap siswa, atau setiap tingkat kelas

(sekolah). Menurut penulis indicator dari aktivitas belajar adalah: (1) Bertanya

kepada guru atau siswa. (2) Mengajukan pendapat atau komentar kepada guru

atau kepada siswa. (3) Mengerjakan tugas yang diberikan guru. (4) Dapat

menjawab pertanyaan guru dengan tepat pada saat berlangsungnya pelajaran. (5)

Bisa bekerja sama dan berhubungan dengan siswa lain.


13

D. Pembelajaran Kooperatif

Slavin (2009) mengatakan “pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari

empat sampai enam orang siswa dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen.”

Rusman (2018) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif akan

tercipta interaksi yang lebih luas yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan

antar guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way

traffic communication). Dalam pengertian umum, pembelajaran kooperatif

mengajak para siswa belajar bekerja sama di dalam kelompok-kelompok kecil

dalam menghadapi suatu masalah dan bertanggung jawab atas apa yang telah

dikerjakan dalam kelompok.

Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sama

dengan belajar kelompok. Pembelajaran kooperatif sebuah kelompok strategi

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai

tujuan bersama. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran

dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang dengan struktur anggota yang

heterogen. Dengan model ini siswa belajar dalam suatu kelompok kecil, dimana

mereka saling membantu dalam mempelajari atau mengerjakan materi pelajaran

dan saling membantu dalam memberikan motivasi dalam proses belajar di antara

sesama anggota kelompoknya untuk memperoleh dan memahami pengetahuan


14

secara lebih baik. Dalam belajar secara kooperatif siswa mempunyai kesempatan

untuk belajar dan melatih beberapa keterampilan sosial, mendengarkan dan

menghargai pendapat orang lain, menyampaikan pendapat, bekerja sama,

memimpin dan saling membantu dalam mengerjakan dan mempelajari materi atau

tugas-tugas. Sedangkan guru berfungsi untuk memonitor kegiatan belajar dan

sebagai mediator yang kreatif.

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Slavin (2009) Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari

lima komponen utama yang perlu diperhatikan, yaitu: tahap penyajian kelas (class

presentation), belajar dalam kelompok (teams), tes/kuis (quizzes), skor kemajuan

individu (individual improvement scores), dan penghargaan kelompok (team

recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan Slavin, maka model

pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a) Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran tingkat

kemampuan, jenis kelamin, dan ras/suku. Dengan adanya

heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa

untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan

yang berkemampuan kurang untuk menguasai materi. Sehingga akan

tumbuh suatu kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara

kooperatif cukup menyenangkan.


15

b) Kuis

Kuis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan

secara individual. Dalam mengerjakan kuis siswa bekerja sendiri

sehingga dengan demikian siswa sebagai individu bertanggung jawab

untuk memahami materi pelajaran.

c) Penghargaan Kelompok

Langkah pertama sebelum pemberian penghargaan kelompok adalah

menghitung rerata skor kelompok. Untuk memperoleh rerata skor

kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor masing-masing

anggota kelompok, kemudian jumlah ini dibagi dengan jumlah

anggota kelompok yang mengikuti kuis. Rerata skor kelompok ini

disebut juga skor prestasi masing-masing kelompok. Berdasarkan skor

prestasi tersebut guru memberi hadiah kepada masing-masing

kelompok yang memenuhi kriteria tertentu.

Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD, Slavin juga

mengemukakan bahwa terdapat beberapa tahap yang perlu diperhatikan, yaitu:

tahap persiapan (preparation), tahap penyajian kelas (teach), tahap belajar dalam

kelompok (team studi), tes, dan penghargaan kelompok (team recognition).

Tahap-tahap pembelajaran tersebut dibagi menjadi tahap persiapan, tahap

pembelajaran yang mencakup komponen penyajian kelas, belajar kelompok, kuis,

dan tahap akhir adalah penghargaan kelompok yang meliputi menentukan skor

kemajuan individu, dan pengakuan prestasi kelompok. Masing-masing persiapan

dipaparkan sebagai berikut.


16

a) Persiapan

Hal-hal yang dipersiapkan pada tahap ini adalah materi pelajaran, membagi

siswa dalam kelompok-kelompok. Kooperatif tipe STAD terdiri dari siklus

kegiatan pembelajaran yang tetap, yaitu mengajar, belajar dalam kelompok,

tes, dan penghargaan kelompok.

b) Penyajian Kelas

Kegiatan pembelajaran dalam STAD dimulai dengan penyajian materi, yang

diawali dengan pendahuluan, menjelaskan materi, dan latihan terbimbing. Pada

pendahuluan ditekankan pada apa yang akan dipelajari siswa dalam tugas

kelompok. Hal ini penting dipelajari untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa

tentang materi yang akan mereka pelajari.

c) Kegiatan kelompok

Pada kegiatan kelompok siswa bersama kelompoknya melakukan diskusi

kelompok, membahas LKS yang diberikan dan diharapkan siswa saling

membantu dalam menyelesaikan permasalahan.

d) Tes

Tes dikerjakan secara individu, skor yang diperoleh siswa dalam mengerjakan

tes selanjutnya akan dipergunakan sebagai skor kelompok.

e) Penghargaan kelompok

Setelah tes dilakukan, dihitung skor individu dan skor kelompok serta

memberikan penghargaan kepada kelompok-kelompok tersebut. Apabila

mungkin, skor kelompok diumumkan pada pertemuan pertama setelah tes. Hal
17

ini membuat hubungan antara kerja dengan baik dan menerima penghargaan

bagi siswa, serta serta meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang

terbaik.

F. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang mengkaji pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD

terhadap prestasi belajar matematika sudah cukup banyak dilakukan. Beberapa

yang telah dilakukan diantaranya oleh Swastini (2007) dan Warsa (2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Swastini terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 4

Singaraja memperoleh hasil bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar matematika. Secara kuantitatif rata-rata persentase

capaian hasil belajar pada siklus I sebesar 61,60%, dan pada siklus II sebesar

66,60%, serta pada siklus III sebesar 72,72%. Demikian juga penelitian yang

dilakukan oleh Warsa mnunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa

kelas IV SD N 3 Pejaten. Nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 75,57

dan pada siklus II 81,85.

G. Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran matematika kebanyakan guru masih menggunakan

metode konvensional dimana pembelajaran dimulai dari pemahaman konsep-

konsep diikuti dengan pemberian definisi-definisi dan contoh dalam kehidupan

sehari-hari sebagai aplikasi teori yang telah diberikan. Tetapi kegiatan siswa

menonjol dalam pembelajaran ini adalah lebih banyak mencatat, membaca,

mendengar, menyimpan informasi yang diberikan oleh guru, sedangkan masing-


18

masing individu memiliki keterbatasan dalam menyimpan informasi. Hal ini

mengakibatkan kesulitan bagi siswa dalam usaha menguasai materi pelajaran

matematika, kesempatan bertanya pada guru sangat terbatas, karena arah

informasi pada proses pembelajaran berlangsung interaksi searah, siswa sangat

pasif, hanya sebagai pendengar saja. Semua itu berdampak pada lemahnya

pengertian siswa terhadap materi yang diajarkan, dengan demikian berdampak

pada rendahnya hasil belajar siswa.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan

menerapkan model pembelajaran yang lebih baik dan sesuai dengan karakteristik

siswa di kelas, dimana siswa diajak membangun pengetahuannya sendiri

berdasarkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengertian

siswa tentang konsep matematika menjadi kuat. Salah satu model pembelajaran

yang sesuai dengan hal tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD akan

menumbuhkan motivasi dalam belajar karena dalam STAD diberikan skor yang

berkaitan dengan peningkatan prestasi yaitu skor kemajuan individu yang dapat

menumbuhkan kesadaran bahwa keberhasilan kelompok memperoleh sebuah

predikat harus ditentukan oleh keberhasilan anggota kelompok untuk

meningkatkan hasil belajarnya. Dengan termotivasinya siswa dalam pembelajaran

maka siswa akan berusaha memahami materi dengan baik, yang akhirnya akan

bermuara pada peningkatan hasil belajar.


19

Memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka kuat dugaan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi

belajar matematika siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Tabanan tahun akademik

2022/2023.

H. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang dikemukakan

sebelumnya maka pada penelitian ini penulis mengajukan hipotesis “Penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif dalam meningkatkan aktivitas

dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII H Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Tabanan tahun pelajaran 2022/2023 ”.


20

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas atau

Class Room Action Research. Penelitian ini menggunakan sistim siklus dan

tindakan yang dilaksanakan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Materi pembelajaran yang dibahas adalah relasi dan fungsi. Menurut

Asrori ( 2018) mengatakan bahwa:”Setiap siklus terdiri dari 1) Perencanaan, 2)

Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi/tes, 4) Refleksi”. Seperti pada gambar

berikut.

Gambar. 3.1 PTK Kemmis dan Mc.Taggart

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Tabanan

tahun pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 35 orang.


21

C. Variabel Penelitian dan Definisi Variabel

1. Variabel Penelitian

a) Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

b) Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas dan prestasi belajar

matematika .

2. Definisi Operasional Variabel

1) Pembelajaran kooparatif tipe STAD adalah suatu pembelajaran yang

menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan empat atau lima orang dengan latar kemampuan akademik

yang berbeda sehingga tiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi

tinggi, sedang, dan kurang. Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif

tipe STAD, yang perlu diperhatikan, yaitu: tahap persiapan (preparation),

tahap penyajian kelas (teach), tahap belajar dalam kelompok (team studi),

tes, dan penghargaan kelompok (team recognition).

2) Prestasi belajar matematika dengan materi relasi dan fungsi adalah prestasi

belajar matematika siswa setelah belajar relasi dan fungsi yangdinyatakan

dengan skor hasil tes relasi dan fungsi.

3) Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa dalam

proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang meliputi : 1)


22

menampakkan perhatian/konsentrasi selama pembelajaran, 2) keberanian

mengajukan pertanyaan/permasalahan, 3) keberanian mengemukakan

pendapat/menjawab pertanyaan, 4) menampakkan kesungguhan

/keantusiasan menyelesaikan tugas selama proses belajar mengajar,

5) kemauan dan kemampuan kekerjasama antar teman.

D. Prosedur Kerja

1. Refleksi Awal

Seperti yang telah dipaparkan pada latar belakang, masalah yang

dihadapi guru pengajar matematika di kelas VIII H SMPN 2 Tabanan yaitu hasil

belajar siswa yang masih ada dibawah KKM dan keterlibatan siswa dalam

pembelajaran masih kurang.

Dikatakan pula bahwa pada proses pembelajaran, guru menyajikan materi

dengan ceramah, contoh soal, soal latihan dan guru memberi PR. Saat siswa

mengerjakan soal latihan, guru kadang-kadang menerapkan metode diskusi

dengan teman sebangku namun pada pelaksanaannya tidak seperti yang

diharapkan. Siswa cenderung bekerja secara individual sehingga tidak terjadi

interaksi antar anggota diskusi. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti mencoba

mengintensifkan penggunaan LKS melalui pembelajaran koorperatif pada siswa

kelas VIII H dalam pembelajaran pokok bahasan relasi dan fungsi.

2. Siklus I

a) Perencanaan
23

Sesuai dengan masalah pada refleksi awal serta pemecahannya, maka

peneliti bersama guru matematika kelas VIII H SMPN 2 Tabanan

mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

1) Menyiapkan program rencana pengembangan penbelajaran untuk

pokok bahasan relasi dan fungsi.

2) Menyiapkan LKS untuk pokok bahasan relasi dan fungsi.

3) Menyiapkan lembar observasi untuk dapat aktifitas siswa.

4) Menyusun tes hasil belajar.

5) Membentuk dan mengumumkan kelompok siswa yang bersifat

heterogen dengan anggota 4-5 orang.

b) Pelaksanaan Tindakan.

Tindakan pada siklus I dilaksankan dalam empat kali pertemuan.

Pelaksanaan tindakan dilakukan pada setiap pertemuan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Pada awal setiap pertemuan, guru membagikan LKS kepada tiap

kelompok sesuai dengan sub pokok bahasan yang akan dibahas.

2) Siswa diberi kesempatan untuk membaca dan mendiskusikan materi yang

terdapat dalam LKS bersama-sama dengan anggota kelompoknya.,

kemudian secara berkelompok siswa mengerjakan soal-soal yang terdapat

dalam LKS sesuai dengan hasil diskusi menurut waktu yang telah

ditentukan yaitu selama 10 menit. Guru berkeliling memonitor kerja

kelompok dan memberikan bimbingan jika ada kelompok yang mengalami

kesulitan.
24

3) Setelah waktu yang telah ditentukan habis, guru bersama siswa, membahas

jawaban pertanyaan yang ada pada LKS dengan menggunakan metode

tanya jawab. Kesempatan ini juga digunakan oleh guru-guru untuk

menegaskan kembali konsep yang dipelajari pada saat itu.

4) Siswa disuruh mengerjakan soal-soal pengayaan yang terdapat dalam LKS

secara individu.

5) Pada pertemuan ke lima, siswa diberikan tes yang berkaitan dengan LKS

yang telah dibahas pada pertemuan-pertemuan sebelumnya untuk

mengetahui hasil belajar siswa serta untuk mengetahui penguasaan materi

siswa secara individu. Dalam mengerjakan tes tersebut mereka tidak

diperbolehkan saling membantu.

c) Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan pada Siklus

I yaitu pada setiap pertemuan. Observasi terhadap aktifitas siswa dilakukan

dengan mencatat jumlah siswa yang menampakkan perilaku sesuai dengan

deskriptor-deskriptor pada lembar observasi.

d) Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir siklus I yang tujuannya untuk mengetahui

keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan selama penelitian. Dalam

tahap ini dikaji kekurangan dan kendala yang diberikan pada siklus I.

Kendala dan hambatan pada siklus I dijadikan bahan pertimbangan untuk

merancang alternatif tindakan pada siklus II.


25

E. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terdiri dari : (1) data prestasi

belajar yang dikumpulkan melalui tes hasil belajar, (2) data mengenai tingkat

aktifitas siswa dalam proses pembelajaran yang dikumpulkan dengan teknik

observasi. Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal

pilihan ganda. Test ini dikerjakan selama 2 jam pelajaran (2 x 40 menit).

Sedangkan data aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan teknik observasi

(cek-list). Pedoman observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang

aktifitas siswa, memuat aktifitas siswa yang perlu diamati. Pedoman observasi ini

berisikan deskriptor-deskriptor dan indikator perilaku siswa yang sudah

dimodifikasi yang akan diamati selama proses belajar mengajar. Adapun indikator

perilaku yang diamati memuat 5 perilaku yaitu :

1) Bertanya kepada guru atau siswa.

2) Mengajukan pendapat atau komentar kepada guru atau kepada siswa.

3) Mengerjakan tugas yang diberikan guru.

4) Dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat pada saat

berlangsungnya pelajaran.

5) Bisa bekerja sama dan berhubungan dengan siswa lain.

Jika suatu aktivitas teramati pada seorang siswa, maka siswa tersebut

diberi skor 1 (satu), jika tidak diberi skor 0 (nol). Skor aktivitas diperoleh dengan

menjumlahkan skor yang didapat siswa bersangkutan untuk tiap aktivitas.


26

Tabel 3.1
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
NamaSekolah : SMP Negeri 2 Tabanan
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VIII H

No. Indikator
Nama 1 2 3 4 5 Jumlah
Absen

Jumlah

Keterangan:

1. Menampakkan perhatian/konsentrasi selama pembelajaran.

2. Keberanian mengajukan pertanyaan/permasalahan.

3. Keberanian mengemukakan pendapat/menjawab pertanyaan.

4. Menampakkan kesungguhan/keantusiasan menyelesaikan tugas selama

proses belajar mengajar.

5. Kemauan dan kemampuan bekerjasama antar teman.

F. Analisis Data

1. Data aktivitas siswa

Analisis terhadap aktivitas siswa dilakukan secara deskriptif. Kriteria

penggolongan aktivitas disusun berdasarkan Mean Ideal (MI) dan Standar Deviasi

Ideal (SDI). dengan katagori sebagai berikut :


27

MI + 1.5 SDI M sangat aktif


MI + 0,5 SDI M < MI + 1,5 SDI aktif
MI - 0,5 SDI M < MI + 0,5 SDI cukup aktif
MI - 1,5 SDI M < MI - 0,5 SDI kurang aktif
M < MI - 1,5 SDI sangat kurang aktif

MI = ½ ( skor tertinggi ideal + skor terendah ideal )

SDI = 1/6( skor tertinggi ideal - skor terendah ideal ).


(Nurkancana, Sunartana, dalam Sri Satya, 2018)

Untuk aktivitas siswa skor tertinggi ideal adalah 5 dan skor terendah

ideal adalah 0. Dengan demikian dapat dihitung MI dan SDI yaitu :

MI = ½ ( 5 + 0 ) = 2,5
SDI = 1/6 ( 5 – 0 ) = 0,83
Sehingga penggolongan aktivitas siswa di atas menjadi :
3,75 M sangat aktif
2,92 M  3,75 aktif
2,08 M  2,92 cukup aktif
1,25 M  2,08 kurang aktif
M  1,25 sangat kurang aktif

Dari data aktivitas siswa yang terkumpul akan dihitung skor rata-rata

aktivitas siswa (M)

Keterangan :

M = skor rata-rata aktivas siswa

Xi = skor aktivitas siswa ke i

N = banyak siswa

Skor rata-rata aktivitas siswa (M) yang diperoleh dari perhitungan

dibandingkan dengan kriteria penggolongan yang ditetapkan. Dengan demikian


28

akan dapat ditentukan aktivitas siswa setiap pertemuan. Dari skor rata-rata

aktivitas siswa (M) yang terkumpul selanjutnya dapat dihitung skor rata-rata

aktivitas siswa untuk setiap siklus (A).

Keterangan :
A = skor rata-rata aktivitas siswa suatu siklus

Mi = skor rata-rata aktivitas siswa untuk pertemuan ke i

N = banyak siswa. ( Nurkancana, Sunartana dalam Sri Satya, 2018 )

2. Data Prestasi Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menentukan

skor rata-rata (M) hasil tes dengan rumus :

M =

Keterangan :

M = Nilai rata-rata kelas


∑ X =Jumlah nilai siswa
N = Banyaknya siswa
(Nurkencana, Sumartana dalam Sri Satya, 2018)

Untuk mengetahui berhasil tidaknya siswa memahami materi relasi

dan fungsi, maka dianalisis dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu

68,00. Siswa sudah dianggap tuntas dalam menguasai materi relasi dan fungsi jika

siswa telah memperoleh nilai ≥ 68,00 Jika siswa mendapat nilai < 68,00 maka

siswa tersebut dikatakan belum tuntas dalam menguasai materi tersebut dan

pembelajaran diulangi lagi pada siklus berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai