Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya

manusia. Pendidikan merupakan suatu bentuk usaha untuk melatih,

mengontrol, serta mengembangkan diri dalam proses pengajaran untuk

menemukan hal- hal baru. Pendidikan dalam pengertian yang sederhana dan

umum adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani

sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam Masyarakat dan ke Budayaan.

(Ariantika, 2018)

Kemajuan suatu Negara ditentukan oleh pendidikan, salah satu tola

ukur untuk melihat peningkatan pendidikan yaitu dari kualitas pembelajaran.

Pembelajaran merupakan intraksi antara peserta didik, pendidik, sumber belajar

dan lingkungan. Oleh karena itu proses pembelajarran harus terprogram dan

melibatkan komponen-kopmponen pembelajaran sehingga siswa lebih aktif

dalam pembelajaran.

Namun pada kenyataannya, sampai saat ini masih banyak guru yang

menggunakan pembelajaran langsung sehingga siswa kurang mampu

memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari, siswa

mengalami kesulitan belajar secara individual atau bahkan tidak berminat

terhadap pelajaran matematika yang akhirnya berdampak pada rendahnya hasil

belajar matematika mereka.

1
2

Matematika sangat penting untuk dipelajari, diharapkan pembelajaran

matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang menyenangkan dan disukai

oleh siswa. Mengingat peran matematika dalam kehidupan sangat penting.

Sebagaimana Cornelius dalam (Aris, 2012) mengemukakan bahwa matematika

merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

Namun, pada kenyataannya siswa masih kesusahan untuk mengaitkan materi

dengan kehidupan sehai-hari.

Hal tersebut tidak jauh beda dengan MTs DDI Cambalagi. Berdasarkan

hasil wawancaa dengan salah satu guru MTs mengatakan bahwa siswa sulit

untuk paham dan menjawab ketika diberikan soal, itu karena ketidakmampuan

siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan saat proses pembelajaran

berlangsung, hampir tidak ada intraksi dari siswa. Permasalahan yang paling

sering juga terjadi yaitu ketika guru memberikan soal yang berbeda dengan

contoh soal siswa tidak bisa menyelesaikan apalagi berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari.

Rendahnya pemahaman dan aktifitas belajar matematika berdampak

pada hasil belajar siswa sehingga guru harus menerapakan model pembelajaran

yang bisa memberikan solusi dari pemaslahan tersebut. Hasil belajar adalah

pencapaian siswa berupa pengetahuuan, keterampilan maupun perubahan

tingkah laku setelah proses belajar. Hasil belajar dalam hal ini yaitu nilai atau

hasil setelah melakukan proses pembelajaran dalam mata pelajaran

matematika. Hasil belajar ulangan harian kelas VIII A MTs DDI Cambalagi

dapat dilihat pada tebel berikut:


3

Tabel 1.1 Data Nilai Ulangan Tengah Semester Matematika Siswa kelas

VIII MTs DDI Cambalagi semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.

Kelas KKM Jumlah Tuntas Belum Tuntas

VIII A 70 27

VIII B 70 27

VIII C 70 27

VIII D 70 27

Model pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, jika

model pembelajaran yang digunakan berkualitas maka hasil belajar akan

berkualitas.

Model pembelajaran kontekstual adalah pola pembelajaran yang dapat

membantu guru ntuk mengaitkan antara materi dengan kehidupan nyata. Model

pembelajaran ini dapat membantu sisiwa untuk menghubungkan materi dengan

kehidupan nyata sehingga matematika tidak hanya sebatas konsep tapi bisa

langsung diterapkan, dengan melibatkan Tujuh Komponen pembelajaran

kontekstual.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian tentang

“ Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas VIII MTs DDI Cambalagi”


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu, Bagaimana pengaruh model pembelajaran kontekstual

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs DDI Cambalagi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

model pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar matematika siswa

kelas VIII MTs DDI Cambalagi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan khususnya

dalam bidang ilmu pendidikan serta membantu memahami teori-teori

tentang penggunaan model pembelajaran khususnya kontkstual.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembelajaran

kontekstual dalam meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.

b. Bagi sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-

praktik pembelajaran pendidik agar menjadi lebih efektif dan efisien

sehingga meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.

c. Bagi siswa
5

Hasil penelitian ini dengan penerapan pembelajaran kontekstual

selama penelitian pada dasarnya memberi pengalaman baru dalam

pembelajaran matematika siswa sehingga pembelajaran matematika menjadi

lebih inovatif.

E. Batasan Istilah

Untuk memberikan gambaran mengenai masalah yang diteliti, maka

diperluhkan batasan istilah dalam membatasi makna ataupun istilah-istilah

yang terkait dengan penelitian ini. Beberapa batasan istilah yang perlu

dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengaruh adalah dampak dari suatu tindakan yang dilakukakan oleh guru

dalam pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

2. Model pembelajarran konte kstual adalah bentuk perencanaan

pembelajaran yang komplit karena menghubungkan materi pelajaran

dengan kehidupan sehari-hari.

3. Hasil belajar matematika adalah pencapaian yang didapatkan oleh siswa

setelah mengikuti proses belajar matematika.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori

1. Hasil Belajar Matematika

a. Belajar

Menurut Subur (2015) belajar paling tidak memiliki ciri-ciri adanya

minat, proses, dan perubahan yang bersifat permanen, baik pada aspek

pengetahuan, nilai, keterampilan dan sikap. Dari proses belajar yang

dialamai seseorang tersebut akan menjadikannya lebih matang secara

mental, fisik, maupun intelektual.

Menurut Mayer dalam (Karwono & mularsih, 2017) belajar adalah

menyangkut adanya perubahan perilaku yang relatif permanen pada

pengetahuan atau perilaku seseorang karena pengalaman. Bagi

masyarakat, belajar memainkan perang penting dalam merumuskan

kebudayaan, yang berupa kumpulan pengetahuan untuk diberikan kepada

generasi berikutnya. Melalui belajar dimungkinkan memperoleh temuan-

temuan berdasarkan perkembangan dari waktu kewaktu.(Karwono &

Mularsih, 2017)

Menurut Rusman (2015) belajar merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan

perilaku individu. Sebagian besar perkembangan individu berlangsung

melalui kegiatan belajar.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan belajar

merupakan perubahan tingkah laku, yang bersifat permanen setelah

30
7

melalui berbagai pengalaman belajar baik dalam pembelajaran formal

maupun nonformal.

b. Hasil Belajar

Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, maka seseorang harus

melalui yang disebut belajar. Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi

pandai dalam semua hal, baik dalam ilmu pengetahuan maupun dalam hal

bidang keterampilan atau kecakapan. Mardianto dalam (Yana, 2019)

Menurut Ismawati dalam (Ariantika, 2018) Belajar adalah suatu

proses perubahan kegiatan yang mencakup pengetahuan, kecakapan,

tingkah laku yang diperoleh melalui latihan, dan bukan perubahan dengan

sendirinya.

Abdurrahman, Keller dalam (khairiah, 2018) menyebutkan bahwa:

“Hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak”. Hasil

belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya.

Benyamin Bloom dalam (Atartika, 2018) secara garis besar

mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif,

afektif, dan psikomotorik:

a) Ranah kognitif. Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi.

b) Ranah afektif. Ranah ini berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri

dari penerimaan, jawaban, reaksi, dan organisasi.


8

c) Ranah psikomotorik. Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak individu yang terdiri dari lima

aspek, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan

gerakan ekspresif.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan hasil belajar

adalah pencapaian setelah melakukan proses belajar baik dalam bentuk

afektif, kognitif maupun psikomotorik yang dicapai individu.

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam (Alpristari, 2018) Beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu:

1) Faktor internal meliputi sikap terhadap hasil belajar, motivasi belajar,

konsentrsi belajar, mengelolah bahan belajar, menyimpang pengolahan

hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan

berprestasi atau unjuk hasil, rasa rasa percaya diri siswa, integensi dari

keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa.

2) Faktor eksternal meliputi guru sebagai Pembina siswa belajar,

prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan

sosial siswa di sekolah dan kurikulum sekolah.

c. Matematika

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang memiliki peran penting

dalam kehidupan sehari-hari. dalam kamus bahasa Indonesia matematika

diartikan sebagai “ ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan


9

prosedur bilangan operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah

bilangan”. (KBBI, 2018)

Menurut Wahyunisari (2018) matematika merupakan bidang studi

yang mengembangkan pola pikir peserta didik yang dapat membantu peserta

didik dalam menyelesaikan berbagai masalah yang akan dihadapi peserta

didik di masa yang akan datang.

Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi setelah melakukan

serangkaian proses belajar mengajar. Perubahan tersebut tidak hanya berupa

tingkah laku tetapi juga berupa pemahaman dan kemampuan. Oleh karena itu,

hasil belajar merupakan kemampuan menampilkan pemahaman dan

penguasaan bahan pelajaran yang telah dipelajari. Hasil belajar dapat diukur

dengan menggunakan tes. Jadi, hasil belajar matematika dicapai setelah

proses belajar sebagai akibat dari perlakuan dalam kegiatan belajar

matematika.

Menurut Nursawal (2011) bahwa hasil belajar matematika merupakan

suatu hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah melalui proses belajar yaitu

proses mental untuk memahami arti dan maksud dari lambang-lambang dan

cara memanipulasi lambang-lambang tersebut yang kompleks menjadi

sederhana berdasarkan asumsi dasar, aksioma, dalil-dalil dan teorema yang

sudah dibuktikan sebelumnya. Belajar dalam hal ini peserta didik yang

berhasil mengalami perubahan dari segi perilaku, pengetahuan, maupun

potensi yang dimiliki dalam bidang matematika.


10

Hasil belajar matematika adalah pencapaian atau nilai setelah

melakukan proses pembelajaran dalam kelas yang merupakan akibat dari

kegiatan pembelajaran matematika.

Menurut Muhaemin (2018) dua hal penting yang merupakan bagian

dari tujuan pembelajaran matematika adalah pemberian sifat, yaitu pola fikir

kritis dan kreatif. Peserta didik harus dibiasakan untuk diberi kesempatan

bertanya dan berpendapat sehingga sehingga proses pembelajaran

matematikanya lebih bermakna.

2. Model Pembelajaran Kontekstual

a. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah pola yang dipergunakan sebagai pedoman

dalam perencanaan pembelajaran di kelas dan biasanya menggambarkan

langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh guru untuk menciptakan

aktivitas pembelajaran yang efektif, efisisen dan menarik menurut Supriyono

dalam (Subur, 2015).

Menurut Nurazizah ( 2017) model pembelajaran adalah suatu konsep

atau pola pembelajaran yang disusun secara sistematis, didalamnya terdapat

komponen-komponen yang mendukung proses pembelajaran seperti desain

materi-materi instruksional, tujuan pembelajaran, dan memandu proses

pembelajaran di ruang kelas sehingga dapat dicapai perubahan spesifik pada

tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Jadi, model pembelajaran adalah serangkaian susunan perencanaan

kegiatan pembelajaran di kelas mulai dari awal sampai akhir pembelajaran.


11

b. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakam konsep belajar yang dapat

membantu guru mengaitkan anatara materi yang dianjarkannaya dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga masyarakat menurut Nurhadi dalam (Rusman, 2016).

Pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak

untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Pembelajaran

kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang menghasilkan makna

dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan

sehari-hari siswa (suprihatiningrum,2019).

Sedangkan menurut Apristari (2018) pembelajaran kontekstual

merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan kehidupan nyata,

sehingga dalam pembelajaran kontekstual materi-materi pelajaran yang berupa

teori akan dihubungkan dengan kehiupan nyata dengan harapan siswa akan

lebih dapat mudah mengingat dan memahami materi yang diajarkan.

Model pembelajaran kontekstual adalah bentuk perencanaan

pembelajaran yang komplit karena menghubungkan materi pelajaran dengan

kehidupan sehari-hari.

c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Mengingat konsep dari pembelajaran kontekstual, Johnson (Alpristari,

2018) mengemukakan ada delapan komponen utama karakteristik dalam

pembelajaran kontekstual sebagai berikut:


12

1) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful

connections). Artinya siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai

orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya

secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja

dalam kelompok dan orang yang dapat belajar sambil berbuat

(learning by doing).

2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significany

work). Artinya, siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah

dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai

pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.

3) Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning).

4) Bekerja sama (collaborating). Artinya siswa dapat bekerja sama,

guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,

membantu mereka memahami bagaimana mereka saling

mempengaruhi dan saling berkomunikasi.

5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Artinya

siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara

kritis dan kreatif, dapat menganalisis, membuat sintesis,

memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan

logika serta bukti-bukti.

6) Memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Artinya siswa

memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memiliki


13

harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri

sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa.

7) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards). Artinya

siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi

tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya.

8) Menggunakan penilaian autentik dalam penilaian sehari-hari.

d. Komponen Pembelajaran Kontestual

Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen yaitu;

konstruktivisme, bertanya, menemukkan, mansyarakat belajar, pemodelan,

refleksi dan penilaian sebenarnya. Menurut (haji, 2012) komponen tersebut

sebagai berikut:

1. Konstruktivisme (contructivism)

Paham konstruktivisme menempatkan kontekstual sebagai

pendekatan pembelajaran yang mengkondisikan siswa mengkontruksi

sendiri pengetahuan dan keterampilan yang ingin dikuasainya

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman awal yang dimilikinya melalui

bimbingan guru. Guru memberikan materi atau masalah matematika yang

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Selama pembelajaran, siswa

diberi kesempatan menyampaikan ide-ide matematika dan menanggapi

ide-ide matematika dari guru maupun siswa yang lain. Melalui kegiatan

komunikasi, siswa dapat memahami materi dan mampu menyelesaikan

masalah dengan benar.

2. Bertanya (questioning)
14

Siswa diberi kesempatan bertanya kepada guru, bila mengalami

kesulitan dalam belajar. Begitu pula, guru bertanya kepada siswa untuk

mengetahui kemampuan siswa.

3. Menemukan (inquiry)

Pembelajaran mengarahkan kepada siswa untuk dapat

menemukan suatu konsep maupun algoritma penyelesaian suatu masalah

dengan bimbingan guru.

4. Masyarakat Belajar (learning community)

Kelas sebagai unit terkecil dari masyarakat terdiri atas guru dan

para siswa saling berinteraksi dalam mencapai tujuan pengajaran. Begitu

pula, interaksi antara siswa dan guru dengan media pembelajaran. Dalam

kelas terjadi kegiatan antara lain: membaca, menghitung, menggambar,

menemukan, bertanya, menjawab, membimbing, menjelaskan,

menyampaikan ide, menyanggah dan lain-lain.

5. Pemodelan (modeling)

Penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari sebagai suatu

masalah kontekstual disederhanakan melalui suatu model. Selanjutnya,

model tersebut diselesaikan. Hasil penyelesaian model diubah menjadi

penyelesaian dari masalah kehidupan sehari-hari tersebut.

6. Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan kegiatan meninjau kembali terhadap hal

yang telah dilakukan oleh dari siswa maupun guru. Agar dapat diketahui

kekurangan (kesalahan) maupun kelebihan pembelajaran yang telah


15

dilakukan. Kekurangan yang terjadi dapat segera diperbaiki. Begitu pula,

kelebihan yang sudah dilakukan dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

7. Penilaian Sebenarnya (authentic assessment)

Penilaian pembelajaran dilakukan melalui penilaian proses dan

hasil. Penilaian proses untuk mengetahui ketepatan proses pembelajaran

yang dilakukan guru maupun siswa. Sedangkan penilaian hasil untuk

mengetahui keberhasilan pembelajaran dari siswa dan guru. Sehingga

penilaian proses dan hasil dapat memberikan informasi yang menyeluruh

tentang siswa maupun guru.

e. Langkah – Langkah Penerapan Kontekstual

Setiap pendekatan, model, atau teknik pembelajaran memiliki

prosedur pelaksanaan yang terstruktur sesuai dengan karakteristiknya.

Begitupun dengan pendekatan kontekstual, berikut ini langkah-langkah

penerapan pendekatan kontekstual menurut fiteriani & solekha (Ariantika,

2018; 17) dalam pembelajaran:

1) Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya.

2) Laksanakan seefektif mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar.

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan


16

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

f. Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual

Menurut Shoimin (2016) Pembelajaran kontekstual memiliki

kelebihan sebagai berikut:

1) Pembelajaran kontekstual dapat menekankan aktifitas berfikir siswa

secara penuh, baik fisik maupun mental.

2) Pembelajaran kontekstual dapat menjadikan siswa belajar bukan

bukan menghafal, melaingkan proses berpengalamandalam kehidupan

nyata.

3) Kelas dalam kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh

informasi, melainkan sebagai tempat untuk mengkaji data hasil

penemuan mereka dilapangan.

4) Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian

orang lain.

Menurut sumantri dalam (Wahyunisari 2018) Pembelajaran

kontekstual memiliki kelebihan sebagai berikut:

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terus maju terus

sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga siswa terlibat aktif

dalam proses belajar mengajar.

2) siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,

memahami suatu isu dan memecahkan masalah, dan pendidik lebih

kreatif.

3) Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka dipelajari.


17

4) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa, tidak ditentukan oleh

pendidik.

5) Pelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

6) Membantu siswa bekerja dengan kreatif dalam kelompok.

7) Terbentuk kerja sama antara individu dengan kelompok

g. Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual

Menurut Sardiman dalam (ismail, 2019) kelemahan model

pembelajaran kontekstual adalah:

1) Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas berdasarkan

kebutuhan siswa padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswa

berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam menemukan materi

pembelajaran karena timgkat pencapaiannya siswa tidak sama.

2) Tidak efisian karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam

pembelajaran.

3) Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran kontekstual

akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar keetertinggalan, karena

dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari

keaktifan dan usaha sendiri, jadi siswa dengan baik mengikuti setiap

pembelajaran dengan model ini tidak akan mengganggu teman yang

tertinggal dan mengalami kesulitan.

4) Kemampuan siswa bebeda-beda dan siswa yang memilki kemampuan

yang intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam

bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebeb pembelajaran


18

kontekstual ini lebih mengembangkan keterampilan dan kemampuan

soft skill daripada kemampuan intelektualnya.

5) Peran guru tidak nampak terlalu penting karena dalam kontekstual ini

peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih

menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi,

mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di

lapangan.

3. Kerangka Pikir

Secara umum hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti motivasi

dan lain-lain. Sehingga perlu persiapan sebelum melakukan perlakuan dalam

kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang

diciptakan sebagaimana mestinya untuk mendorong peserta didik supaya belajar,

sengga kegiatan pembelajaran harus memiliki perencananan pembelajaran yang

menarik terutama dalam pembelajaran matematika.

Menyadari pentingnya matemematika dalam kehidupan sehari-hari, namun

kenyataanya siswa masih kesulitan dalam mengaitkan materi dengan masalah

kehidupan nyata, siswa hanya memahami matematika sebatas menyelesaikan

tugas-tugas. Pemahaman peserta didik masih bersifat abstrak dan belum

menyetuh kebutuhan prktis dan aplikasinya dalam kehidupan nyata.

Mengingat kompleksnya matematika dalam kehidupan kita, maka guru

perlu memperhatikan teknik atau model pembelajaran matematika, agar hasil

yang dicapai lebih baik dan dapat digunakan untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik.


19

Dalam penlitian ini model pembelajaran kontekstual merupakan suatu

alternatif yang tepat untuk dijadian sebagai acuan dalam pembelajaran

matematika disekolah, karena kontekstual siswa tidak di tuntut untuk menghafal

tetapi memahami, dan guru hanya sebagai vasilitator.

Sebagaimana konsep dari kontekstual, yaitu menekankan keterlibatan

peserta didik dalam memukan materi, mendorong siswa untuk menhubungkan

keterkaitan antara materi dengan kehiduan nyata sehingga dapat menerapkannya

dalam kehidupan. Sehingga peneliti mengaggap bahwa pembelajaran

kontekstual dapat menjadikan pembelajaran matematika lebih bermakna dan

aktif sehingga berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar.

Hasil belajar adalah istilah yang digunakan dalam menunjukkan tingkat

keberhasilan yang dicapai siswa setelah melakukan proses pembelajaran.

Adapun bagan kerangka fikir dari penelitian ini sebagai berikut:


20

Kondisi Awal Pembelajaran Matematika

observasi

Siswa Kurang Aktif Dan


Paham Dalam Pembelajaran
Matematika

Hasil Belajar Rendah

Penerapan Model Pembelajaran


Kontekstual

Analisis

Hasil

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


21

4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka fikir, maka hipotesis dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Ho = Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs DDI Cambalagi.

Ha = terdapat pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas VIII MTs DDI Cambalagi.


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pre-experimental dengan menggunakan

metode kuantitatif. Perlakuan pada objek penelitian ini melibatkan satu

kelompok kelas saja sebagai kelas eksperimen tanpa ada variabel kontrol.

Perlakuan yang dimaksud adalah penerapan model pembelajaran kontekstual.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan bentuk one Group Pre-test and

post-test Design sebagaiman disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Tes Awal perlakuan Tes Akhir

T1 X T2

Keterangan:

T1 : Tes awal, sebelum perlakuan (pre-test)

T2 : Tes akhir, setelah perlakuan (post-test)

X : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual

B. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan penelitian dilakukan pada semester genap Tahun Pelajaran

2019/2020, yaitu pada bulan Maret sampi bulan April. Penelitian ini

dilaksanakan di kelas VIII MTs DDI Cambalagi, Desa Tupabiring, Kecamatan

Bontoa, Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan.

22
23

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs DDI

Cambalagi tahun ajaran 2019/2020.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII A yang berjumlah 27

orang. Teknik pengambilan sampel yaitu Sampling Purposive. Sampel

ditentukan dengan beberapa pertimbangan tertentu.

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu:

a. Variabel bebas : Model pembelajaran kontekstual

b. Variabel terikat : Hasil belajar matematika

2. Defenisi Oprasional Variabel

a. Model kontekstual adalah model pembelajaran yang menghubungkan

antara materi pembelajaran dengan kehidupan nyata.

b. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan atau nilai yang dicapai siswa

yang dapat dilihat dari hasil akhir setelah mengikuti proses

pembelajaran matematika di kelas.

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Tahap persiapan

a. Observasi lokasi
24

b. Melakukan kajian teori tentang penenlitian

c. Menentukan populasi dan sampel

d. Menentukan bahan ajar dan membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) .

e. Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi belajar mengajar

ketika proses pembelajaran berlangsung.

f. Membuat soal pilihan ganda yang akan digunakan untuk penelitian.

g. Validitasi ahli.

2. Tahap pelaksanaan

a. Memberikan tes awal (pre-test) untuk mengetahui hasil belajar peserta

didik sebelum diberikan perlakuan.

b. Melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan

model pembelajaran kontekstual.

c. Menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kegiatan peserta

didik selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Memberikan tes akhir (post-test) untuk mengetahui hasil belajar

peserta didik setelah diberi perlakuan.

3. Tahap Akhir

a. Mengelolah dan menganalisis data hasil pre-test dan post-test.

b. Mengelolah dan menganalisis data hasil data hasil observasi

c. Menganalisis hasil penelitian.

d. Menyusun laporan akhir.


25

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah bagian yang mencakup penjelasan

tentang teknik yang digunakan dalam pengumpulan data. Adapun teknik

pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah tes dan obsevasi.

1. Tes

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data berupa nilai-nilai hasil

belajar siswa pada ranah kognitif, untuk mengetahui sejauh mana tingkat

pengetahuan siswa dalam pembelajaran matematika. Tes dilaksanakan

sebelum (pre-tes) dan sesudah (post-tes) pembelajaran.

2. Observasi

Observasi merupakan alat penilaian yang banyak digunakan untuk

mengukur tingkah laku individu, data tentang aktifitas siswa dikumpulkan

menggunkan lembar observasi.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan dokumnetasi dilakukan untuk

memperkuat data yang diperoleh peneliti berupa gambar, Silabus, RPP,

nilai-nilai dan lain-lain.

G. Instrument Penelitian

Kualitas data sangat menentukan penelitian. Kualitas data tergantung dari kualitas

alat (instrumen) yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Instrument

penelitian digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrument yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


26

1. Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes hasil

belajar yang terdiri dari 10 nomor soal pilihan ganda. Namun sebelum tes

dilaksanakan, perlu dilakukan uji validitas terhadap instrument tes yang

disiapakan. Validitas merupakan syarat penting dalam suatu alat evaluasi.

2. Obesrvasi

Lembar observasi adalah lembar yang dugunakan untuk menuliskan hasil

observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung

dengan tujuan memperoleh data yang bisa dijadikan sebagai bahan

evaluasi bagi guru, apakah pembelajaran yang dilaksanakan sudah sesuai

rencana atau belum. Sasaran pengamatan dalam lembar opservasi adalah

guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran kontekstual.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kuntitatif.

Analisis data digunakan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan model

pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Siswa

diberikan tes dua kali , yaitu sebelum proses pembelajaran berlangsung (pre-test)

dan setelah proses pembelajaran (post-test). Data yang diperoleh dari hasil

penelitian akan diananlisis melalui program SPSS. Untuk menganalisis data

tentang hasil belajar matematika dalam penelitian ini dianalisis menggunakan

dua macam teknik yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.


27

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar

siswa. Statistik deskriptif meliputi penyajian nilai rata-rata,modus, median,

standar deviasi, variansi, nilai minimum, dan nilai maksimum yang dihitung

menggunakan softwere statistik yaitu SPSS. Selain itu, dalam penelitian ini

akan di deskripsikan bagaimana perbedaan yang terjadi sesudah peserta didik

diberi perlakuan. Perbedaan tersebut akan ditinjau berdasarkan perhitungan

nilai gain ternormalisasi. Nilai gain ternormalisasi dalam penlitian ini diperoleh

dengan membagi nilai gain (selisi post-test dengan pre-test) dengan selisih

antara skor maksimal dangan skor pre-test. Dengan rumus gain ternormalisasi

menurut Hake (Darusman, 2014).

skor tes akhir−skor tes awal


g=
skor maksimum ideal−skor tes awal

keterangan:

g = nilai gain ternormalisasi

Adapun acuan kriteria gain yang sudah dinormalisasikan sebagai berikut :

Table 3.2 Kategori Gain Yang Ternormalisasi

Interval kategori

0,70 < (g) Tinggi

0,30 ≤ (g) ≤ 0,70 Sedang

(g) < 0,30 Rendah

Hake (Darusman, 2014: 170)


28

b. Statistik Inferensial

Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis. Dalam

penelitian ini digunakan analisis statistika uji-t sampel dependent untuk

menguji hipotesis. Namun sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas, uji homogenesis dan uji hipotesis

a. Uji normalitas

Uji normallitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang

diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Adapun

hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

Ho = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Ha = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Pada penelitian ini uji normalitas menggunakan program SPSS

(Statistical Packaged For Social Science), dengan kriteria apabila nilai taraf

signifikansi > 0,05 berarti data berdistribusi normal, dan jika signifikansi

< 0,05 berarti data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui dugaan sementara yang

dirumuskan dalam hipotesis penelitian dengan menggunakan statistik uji-t

dalam hal ini paired sample t-test. Pengujian hipotesis meggunakan taraf

signifikan (α) 5% dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika thitung > t tabel maka Ho ditolak

Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh model pembelajaran konteks

tual hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs DDI Cambalagi.
29

2) Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima

Hal ini berarti terdapat pengaruh model pembelajaran kontekstual

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs DDI

Cambalagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ariantika, Yurna. 2018. Pengaruh penggunaan pendekatan kontekstuan dengan

bantuan media realia terhadap hasil belajar pada peseerta diidik kelas IV

SDN1 Harapan Jaya Bandar Lampung. Skrisi Dipublikasikan. Lampung:

Universitas Negri Raden Intan Lampung.

Alpriani, Nurul. 2018. Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning

terhdap hasil belajar pada materi aritmetika sosial dikelas VII MTs swasta

Taman Pendidikan Islam (TPI) Sawit Seberang tahun pelajaran 2017/2018.

skripsi dipublikasikan. Medan: Universitas Islam Negri Sumatra Utara.

Darusman, Rijal. 2014. Penerapan metodel mind mapping (peta pikiran) untuk

meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematika siswa. Jurnal

Ilmiah Program Studi Matematika, vol 3, no 2, hal 164-173.

Haji, Saleh. 2012. Pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan

komunikasi matematika siswa SMP kota Bengkulu. Jurnal Exacta, volume

X, no 2, hal 115-118.

Indah, Yana. 2019. Pengaruh model pembelajaraan kooperatif tipe student teams-

achievement division (STAD) terhadap hasil belajar matematika siswa

kelas VII Smp Negri 119 Moncongloe. Skripsi tidak dipublikasikan.

Maros: Universitas Muslim Maros.

Ismail. 2019. Pengaruh penerapan contextual teaching and learning terhadap

pemahaman konsep matematika peserta didik kelas VIII Smp Negri 16

Mandai. Skripsi tidak dipublikasikan. Maros: Universitas Muslim Maros.

30
Karwono & Mularsih, Heni. 2017. Belajar dan pembelajaran, serta pemanfaatan

sumber belajar. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

KBBI. 2018. Online

Khairiah, Rabiatul. 2018. Pengaruh model pembelajaran team games tournament

(TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS kelas V

MIN Medan Maimun T.A 2017/2018. Skripsi sipublikasikan. Medan:

Universitas Islam Negri Sumatra Utara.

Muhaimin. 2018. Efektifitas penerapan media pembelajaran (Prezi) terhadap hasil

belajar matematika konsep bangun ruang sisi datar (kubus dan balok)

pada peserta didik kelas VIII-2 Smp Negri 1 Turikale. Skripsi tidak

dipublikasikan. Maros: Universitas Muslim Maros.

Nursyawal. 2012. Efektivitas metode kumon terhadap pembelajaran matematika

pada siswa kelas VII SMP Askari Parlangga Kabupaten Gowa. Skripsi

tidak dipublikasikan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Rusman. 2012. Model- model pembelajaran mengembangkan profesionalisme

guru (edisi kedua). Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Shoimin, Aris. 2016. 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-ruz media.

Subur. 2015. Pembelajaaran nilai moral berbasis kisah. Depok: kalimedia.

Wahyunisari, Tri. 2018. Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning

Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 2

Rawa Laut Bandar Lampung. Skripsi diprublikasikan. Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

31

Anda mungkin juga menyukai