Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003: Tentang Sistem
Pendidikan Nasional).

Hasil belajar atau disebut sebagai pencapaian dari suatu


pembelajaran merupakan unsur terpenting didalam proses pembelajaran.
Rusmono (2017) mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku manusia yang meliputi bidang kognitif, efektif, dan
psikomotorik.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Susanto (2013) mengatakan


hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,
baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai
hasil dari kegiatan belajar”. Sehingga hasil belajar itu sangat penting
didalam proses pembelajaran. Dengan adanya hasil belajar yang dilakukan
siswa, maka didapat pula gambaran dari proses pembelajaran yang
dilakukan.

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada kenyataan yang ada di SDN 008 Sungai Jalau
tersebut maka peneliti terpanggil untuk mengadakan penelitian
pemantapan kemampuan professional untuk mencari solusi bagi
pemecahan masalah-masalah pembelajaran yang tersebut. Walaupun
belum mampu untuk menjawab secara keseluruhan minimal dapat
membantu mencari solusi dalam cara pemecahannya.

Dari beberapa masalah di atas, peneliti akan lebih memfokuskan


pada permasalahan :
a. Penggunaan Metode
Dalam pembelajaran Matematika di SDN 008 Sungai Jalau.
Alasan peneliti memilih topik penggunaan Model Pembelajaran
kooperatif Tipe STAD dalam pembelajaran Matematika adalah
karena penggunaan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD
mampu memotivasi siswa dalam belajar, siswa terlibat secara
langsung dan siswa belajar dalam bentuk kelompok. Sehingga
tercipta sikap saling membantu satu sama lain.

2. Analisis Masalah
Dan berdasarkan analisis penyebab minimnya nilai peserta didik
pada pelajaran Matematika disebabkan oleh :
a. Dalam proses pembelajaran Matematika di kelas yang berifat
monoton, membosankan dan guru menggunakan metode yang kurang
mendukung.
b. Dalam kegiatan belajar, siswa terlihat kurang aktif dalam kegiatan
diskusi yang dilakukan bersama teman kelompoknya.
c. Sebelum belajar, siswa kurang persiapan dalam menerima pelajaran
yang diajarkan oleh guru sehingga siswa kurang aktif dalam kegiatan
belajar dan tidak memperhatikan materi yang diberikan guru.

Sedangkan keberhasilan dalam pembelajaran dapat tercapai jika


peserta didik ikut perperan aktif didalam mengikuti proses pembelajaran.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam kreatifitasnya
untuk merancangan pembelajaran yang menarik para peserta didik untuk
belajar aktif.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Dan berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pembelajaran Matematika pada siswa
kelas III SDN 008 Sungai Jalau dengan model pembelajaran kooperatif
Tipe STAD demi meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Menurut Slavin dalamn Rusman (2018) Gagasan utama STAD
adalah memacu peserta didik agar saling mendorong dan membantu satu
sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Trianto (2017) mengatakan STAD merupakan
salah satu Model Pembelajaran Kooperatif yang menggunakan kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara
heterogen.

B. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Setelah Penelitian ini dilaksanakan diharapkan dapat:
1. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran
matematika Dikelas III SDN 008 Sungai Jalau Tahun Pelajaran 2022-
2023
2. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran matematika
Dikelas III SDN 008 Sungai Jalau Tahun 2022-2023.

C. Manfaat Penelitian Perbaikan


Pembelajaran
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat dan benar,
dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan tepat, mampu
menyelesaikan soal yang diberikan dalam waktu yang relatif singkat.
2. Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk menerapkan berbagai
motode dan model pembelajaran pada mata pelajaran matematika.
3. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan masukan atau input untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan untuk
mendorong guru dalam menciptakan metode yang tepat untuk
menentukan keberhasilan pengelolaan pembelajaran di sekolah
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang
yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk
melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu.

Sejalan dengan pernyataan tersebut tersebut di atas Undang-


undang Nomor 20 tahun 2003 pasal. Tentang,” Sistem Pendidikan
Nasional” menyebutkan: “ Bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang


menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk
melakukan kegiatan pada siatuasi tertentu. Sedangkan pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berhitung, mengukur, menurunkan rumus dan menggunakan
rumus matematika yang diperliukan dalam kehidupan sehari-hari melalui
pengukuran dan geometri, aljabar,peluang dan statiska, kalkus dan
trigonometri.

Pembelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran pokok


disekolah yang bertujuan untuk mengembangkan aktifitas kreatif dengan
mengembangkan pemikiran divergen,orisinal, rasa ingin tahu, membuat
prediksi dan dugaan, serta menyampaikan informasi melalui pembicaraan
lisan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan ide.

Menurut Sudayana (2016), mata pelajaran matematika merupakan


mata pelajaran yang mempunyai bekal untuk siswa agar berfikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Tujuan matematika adalah bekal
untuk masa depan dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis,
kreatif dan aktif, serta kemampuan untuk bekerja sama.
Sejalan dengan pendapat Sudayana, Jarmita (2015) juga
berpendapat bahwa matematika berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan rumus, dan
menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari.

Jadi pembelajaran matematika adalah proses belajar yang


dilakukan peserta didik dilingkungan sekolah dengan memiliki tujuan
untuk menciptakan generasi masa depan dengan kemampuan berfikir
logis, analitis, , sistematis, kreatif dan aktif, serta kemampuan untuk
bekerja sama.

B. Motivasi Belajar
Motivasi (movere) menurut Bimo Walgito (2014) berarti
“bergerak” atau to move . Jadi, motivasi diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau
merupakan driving force.

Sedangkan menurut Sardiman (2018) Motivasi Belajar adalah


“Keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Uno (2017) Motivasi belajar


merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Adapun pendapat dari Satriawan (2017) bahwa motivasi belajar


adalah Motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan atau
melakukan proses pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal atau lebih dikenal dengan motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan salah
satu unsur penting didalam proses pembelajaran peserta didik, dimana
dengan adanya motivasi belajar, siswa mampu mengikuti pembelajaran
dengan baik dan penuh semangat.

C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pencapaian akhir dari sebuah proses
pembelajaran yang dilakukan dengan taraf pencapaian yang sesuai dengan
yang diharapkan. Jesmita (2019) mengatakan bahwa Hasil belajar adalah
perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
pisikomotorik.

Sedangkan pendapat lain yang dikemukakan oleh Ni Nyoman S.


(2020) mengatakan Hasil belajar yaitu “perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu sangat penting


didalam proses pembelajaran. Dengan adanya hasil belajar yang dilakukan
siswa, maka didapat pula gambaran dari proses pembelajaran yang
dilakukan. Sehingga hasil belajar harus benar-benar diperhatikan.

D. Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD


Model pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Team
Achievement Division) adalah model pembelajaran kooperatif yang
menjadikan siswa untuk bekerjasama dengan belajar dalam kelompok
yang anggotanya beragam untuk menguasai keterampilan dalam
pembelajaran. Model pembelajaran Tipe STAD merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif yang paling baik untuk para guru yang
menggunakan pendekatan kooperatif,dimana dalam pembelajaran ini
siswa belajar dalam bentuk kelompok agar tercipta sikap saling membantu
satu sama lain.
Menurut Maulana, Panji (2017) mengatakan bahwa “Metode
pembelajaran Tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif,
yaitu model pembelajaran yang terdiri atas kelompok kecil yang bekerja
sama sebagai tim untuk memecahkan masalah, melengkapi tugas atau
menyelesaikan tugas secara bersama. sebagai salah satu metode
pembelajaran yang dipilih dalam proses belajar mengajar bagi siswa.
STAD merupakan model pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas
peserta didik untuk mengemukakan pendapat, ide, dan gagasan dalam
pembelajaran. Pembelajaran berdasarkan kelompok kecil pengalaman
yang menyenangkan melalui kerja sama untuk mencapai pembelajaran.
Guru sebagai perancang pembelajaran, merancang dimana peserta didik
dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dengan
struktur kelompok hiterogen, dengan demikian, kondisi belajar yang
menyenangkan dan bermakna akan terwujud sehingga menyebabkan
minat belajar siswa meningkat”.

Rusman (2018) juga berpendapat bahwa “model pembelajaran


STAD adalah suatu model yang dalam pembelajarannya peserta didik
dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang yang
mempunyai keragaman dalam kemampuan, jenis kelamin, hingga sukunya.
Komponen utama STAD menurut Slavin (2015) yang merupakan pencipta
model STAD, Pembelajaran ini terdiri atas lima komponen utama yakni :
prestasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim.

Berdasarkan prinsip dan komponen utama diatas, langkah-langkah


model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2015) adalah
sebagai berikut :
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2. Menyajikan informasi.
3. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok
dan belajar.
4. Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar
5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe


STAD adalah salah satu model pembelajaran yang mampu memudahkan
guru dan siswa dalam mengikuti pembelajaran, karena siswa bisa bekerja
sama dalam kelompok dan memecahkan masalah dalam pembelajara
BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 008
Sungai Jalau Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Tahun
Pelajaran 2022-2023, Jumlah peserta didik sebagai subyek penelitian
adalah 20 orang siswa yang terdiri dari 12 putra dan 8 putri.

2. Tempat
Tempat penelitian dilakukan di kelas III SD Negeri 008 Sungai
Jalau Tahun Pelajaran 2022-2023 Kecamatan Kampar Utara
Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

3. Waktu
Waktu penelitian ini dilakukan selama 1 bulan, yaitu dari
pertengahan bulan April sampai pertengahan bulan Mei 2023.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Perbaikan penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus meliputi
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi.
Setelah persiapan penelitian dilakukan, maka penelitian tindakan kelas ini
direncanakan dengan prosedur penelitian sebagai berikut :
1) Kegiatan Pelaksanaan Siklus I
a. Rencana awal
- Menentukan materi yang akan di teliti, yaitu Menghitung Keliling dan
Luas Bangun Datar Persegi dan Persegi Panjang.
- Menyusun perangkat pembelajaran yaitu : RPP, Lembar
Kegiatan Siswa, dan Evaluasi.
- Mempersiapkan Lembar Observasi.
b. Tahap Tindakan
- Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
- Menyajikan informasi berkaitan tentang materi pembelajaran,
- Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar kecil (teman
sebangku).
- Membimbing kelompok belajar
- Evaluasi siswa secara mandiri

c. Tahap Pengamatan / Observasi


- Peneliti melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas.
- Peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkat pemahaman
siswa yang di tunjukkan dengan prestasi belajar siswa setelah
mengerjakan evaluasi.

d. Tahap Refleksi
Dari hasil refleksi ini perlu dilakukan tindakan perbaikan pada
siklus berikutnya untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa
karena belum terjadi ketuntasan.

2) Kegiatan Perbaikan Siklus I


Kegiatan perbaikan siklus I ini adalah memperbaiki pembelajaran
yang telah dilakukan pada kegiatan pra siklus. Kekurangan-kekurangan
yang dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran menjadi acuan
dalam rencana ini. Selain itu juga hasil tes evaluasi siswa pada pra siklus
sebagai faktor utama perbaikan. Langkah-langkah perbaikan yang
dialukan adalah :
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
- Menyusun RPP
- Menentukan metode pembelajaran, pedoman pengamatan atau
lembar observasi kegiatan pembelajaran.
- Membuat lembar kegiatan siswa, membuat lembar evaluasi
beserta kuncinya.

b. Tahap Pelaksanaan Perbaikan


Pembelajaran
- Berdo’a bersama, mengabsen siswa
- Menyampaikan tujuan pembelajaran
- Menyiapakan siswa untuk menerima materi pembelajaran
- Melibatkan siswa supaya aktif dalam kegiatan pembelajaran
- Siswa berdiskusi dengan kelompoknya menjawab pertanyaan
yang ada.
- Melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran.
- Menyimpulkan hasil kegiatan belajar dan memberi PR sebagai
tindak lanjut.

c. Tahap Observasi
Peneliti melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas dan pengamatan
terhadap tingkat pemahaman siswa yang di tunjukkan dengan prestasi
belajar siswa setelah mengerjakan evaluasi.

d. Tahap Refleksi
Aktivitas siswa pada kegiatan perbaikan siklus 1 mengalami
sedikit peningkatan tetapi belum maksimal, karena hanya sebagian
kecil siswa yang aktif dan mendominasi dalam proses pembelajaran.
Pada aspek bertanya, menjawab dan diskusi kelompok siswa cukup
respon terhadap motivasi yang diberikan Guru. tetapi pada aspek
memecahkan masalah masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar. pada aspek mendengarkan mengalami penurunan dan
siswa tidak begitu pasif dalam belajar. Adanya peningkatan ketuntasan
belajar secara klasikal, tetapi masih ada yang di bawah standar
ketuntasan. Oleh karena itu masih perlu dilakukan tindakan perbaikan
pada siklus berikutnya untuk lebih meningkatkan aktivitas dan
pemahaman siswa.

3) Kegiatan Perbaikan Siklus II


a. Tahap Perencanaan
Pada siklus 2 dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus 1
dengan tujuan untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang terjadi
pada siklus 1. Hal ini terjadi karena beberapa anak masih pasif dalam
kegiatan belajar mengajar. Untuk itu diadakan perbaikan pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD yang secara
langsung melibatkan siswa dalam mensimulasikan kegiatan
pembelajaran sesuai materi dengan bimbingan peneliti (guru).

Tahap Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran :

- Berdo’a bersama, mengabsen siswa


- Menyampaikan tujuan pembelajaran
- Melakukan Ice Breaking.
- Menyiapkan perlengkapan pembelajaran termasuk media dan
alat peraga.
- Menyiapakan siswa untuk menerima materi pembelajaran
- Membimbing siswa dalam pembentukan Kelompok
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan
4-5 orang.
- Melibatkan siswa supaya aktif dalam kegiatan pembelajaran
- Siswa berdiskusi dengan kelompoknya menjawab pertanyaan
yang ada.
- Melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran.
- Menyimpulkan hasil kegiatan belajar.
b. Tahap Observasi
Seperti halnya pada siklus I, kegiatan observasi dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini
dilakukan pengamatan terhadap kegiatan dalam pembelajaran.
Pengamatan ini disertai dengan pengisian lembar evaluasi yang telah
disusun sebelumnya. Lembar observasi tersebut antara lain lembar
observasi kegiatan pembelajaran.

c. Tahap Refleksi
Aktivitas siswa pada kegiatan perbaikan siklus 2 mengalami
peningkatan, karena banyak siswa yang sudah aktif dan pada aspek
bertanya, menjawab dan diskusi kelompok siswa cukup respon
terhadap motivasi yang diberikan Guru. Adanya peningkatan
ketuntasan belajar yang sudah tidak ada yang di bawah standar
ketuntasan.

C. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini
menggunakan teknik pendekatan kuantitatif, yaitu bersifat deskriptif dan
menggunakan analisis statistik. Dari hasil observasi, lembar catatan hasil
tes evaluasi dan kuesioner dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui
kuantitas hasil proses belajar mengajar yang dicapai siswa. Dan untuk
mengetahui peningkatan kuantitas hasil belajar siswa digunakan data
secara statistik. Sedangkan proses belajar mengajar dilakukan dengan cara
membandingkan skor individu dan kelompok dengan tes sebelumnya.

Data hasil penelitian berupa angka beserta konsep penilaiannya


yang akan dipaparkan sesuai kejadian yang ada di lapangan dan dianalisis
secara induktif. Disamping itu, penelitian ini ditekankan pada proses
pemahaman materi dan hasil pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat
keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar
mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi
berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Anda mungkin juga menyukai