Anda di halaman 1dari 7

ISSN 2614-0357

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TSTS


BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI TRIGONOMETRI
DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA

Agung Eka Purnama1), Budi Usodo2), Yemi Kuswardi3)


1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS
2) 3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS
1) agungeka95@yahoo.co.id 2) budi_usodo@yahoo.com 3) yemikuswardi@gmail.com

Alamat Instansi:
Gedung D lantai 1, Jalan Ir Sutami No 36A, Surakarta, Jawa Tengah 57126

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui manakah yang prestasi belajar yang lebih baik, model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) berbasis pendekatan kontekstual,
model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) atau model pembelajaran langsung pada
materi trigonometri, manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik, siswa
dengan keaktifan belajar tinggi, sedang atau rendah pada materi trigonometri serta apakah
terdapat interaksi antara model pembelajaran (TSTS-kontekstual, TSTS, langsung) dan
keaktifan belajar terhadap prestasi belajar. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
eksperimental semu dengan desain faktorial 3x3. Populasi penelitian adalah seluruh siswa
kelas X SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2016/2017 dengan sampel penelitian adalah
kelas X MIPA 1, X MIPA 3 & X MIPA 5. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi, angket dan tes. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan sel tak sama.
Kesimpulan dari penelitian yaitu model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) berbasis
pendekatan kontekstual, Two Stay Two Stray (TSTS) dan pembelajaran langsung
menghasilkan prestasi belajar yang sama, siswa dengan tingkat keaktifan belajar berbeda
(tinggi, sedang dan rendah) memiliki prestasi belajar yang sama serta pengaruh model
pembelajaran terhadap prestasi belajar tidak bergantung pada tingkatan keaktifan belajar
siswa, dan pengaruh keaktifan belajar siswa terhadap prestasi belajar tidak bergantung pada
model pembelajaran.

Kata kunci : model Two Stay Two Stray berbasis kontekstual, keaktifan belajar matematika,
trigonometri, prestasi belajar matematika.

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018 | 127
ISSN 2614-0357

PENDAHULUAN cukup efektif adalah salah satunya dengan


Pendidikan adalah suatu proses dalam memperbaiki faktor ekstern. Faktor ekstern
upaya pengubahan sikap dan tatalaku dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang
seseorang atau kelompok orang dalam terjadi pada siswa yang berasal dari luar
usaha mendewasakan manusia sebagai individu selama proses pembelajaran
upaya pengajaran dan pelatihan[1]. berlangsung[2]. Faktor ekstern tersebut
Pendidikan pada dasarnya dijalankan untuk meliputi, pendekatan, metode atau model
mendidik manusia agar mampu pembelajaran yang digunakan guru,
berkembang dalam segi intelektual maupun lingkungan belajar siswa, media
karakter dan dilakukan melalui suatu proses pembelajaran dan sebagainya. Model
pembelajaran khususnya dalam lingkungan pembelajaran yang menimbulkan kesan
sekolah. Pembelajaran sebagai suatu arana bermakna dan menyenangkan yang dapat
menjadikan siswa paham konsep suatu membuat siswa merasa nyaman dalam
pembelajaran harus dikemas sebaik dan proses pembelajaran sehingga siswa lebih
semenarik mungkin agar siswa memperoleh aktif dalam proses pembelajaran. Ibrahim
pengetahuan dengan baik. Pengemasan menyatakan bahwa dalam kegiatan
terhadap proses pembelajaran tidak hanya pembelajaran di kelas, kegiatan belajar
pada model atau metode pembelajaran yang siswa dapat ditingkat melalui proses
digunakan, tetapi juga pada pendekatan berpikir yang dibarengi dengan interaksi
pembelajaran yang digunakan oleh guru social [4]. Sejalan dengan hal tersebut,
saat kegiatan pembelajaran. manfaat dari interaksi bagi siswa adalah
Trigonometri merupakan salah satu adanya perluasan yang diakibatkan oleh
materi ajar yang diajarkan dalam ide-ide yang dibawa siswa ke dalam
pembelajaran matematika SMA kelas X diskusi. Salah satu model pembelajaran
semester 2. Pembelajaran trigonometri yang memberikan kesempatan untuk
yang penuh rumus dan logika berinteraksi sosial adalah model
menyebabkan trigonometri menjadi salah pembelajaran kooperatif.
satu materi yang sulit, begitu juga bagi Selain itu, dalam Permendikbud
siswa SMA di Surakarta. Hal ini nampak No.81A tahun 2013 tentang implementasi
pada data PAMER UN 2015/2016 yang kurikulum 2013 dijelaskan bahwa untuk
menunjukan persentase penguasaan materi mencapai pembelajaran yang berkualitas,
trigonometri siswa SMA/MA kota kegiatan pembelajaran perlu menggunakan
Surakarta masih rendah yaitu pada tingkat prinsip: (1) berpusat pada siswal, (2)
propinsi sebesar 48.56% dan tingkat mengembangkan kreativitas siswa, (3)
nasional sebesar 48.78%. Salah satu SMA menciptakan kondisi menyenangkan &
di Surakarta yang memiliki prestasi belajar menantang, (4) bermuatan nilai, etika,
trigonometri rendah adalah SMA Negeri 5 estetika, logika dan kinestetika, dan (5)
Surakarta. Secara statistik yang tercantum menyediakan pengalaman belajar beragam
dalam PAMER UN 2015/2016 menunjukan melalui penerapan berbagai strategi &
bahwa prestasi belajar matematika SMA metode pembelajaran yang menyenangkan,
Negeri 5 Surakarta belum mencapai hasil kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
yang memuaskan, dimana khusus pada Berdasarkan permen tersebut, untuk
indikator menyelesaikan masalah yang meningkatkan prestasi belajar siswa salah
berhubungan dengan penalaran satunya adalah dengan menggunakan
trigonometri, persentase penguasaan siswa pendekatan pembelajaran yang
hanya 54,60%. menghadirkan materi pembelajaran
Penyebab prestasi belajar yang kedalam pengalaman nyata siswa dalam
rendah dapat digolongkan menjadi dua kehidupan sehari-hari. Menurut Gagne
faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. dalam [3], pembelajaran adalah penataan
Peningkatan prestasi belajar siswa yang proses kognitif yang mengubah simulasi

128 | Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018
ISSN 2614-0357

secara alami dari lingkungan, sehingga subjek-subjek akademik dengan konteks


dapat memberikan perubahan kemampuan dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu
individu melalui sebuah pengalaman. dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan
Selain pendekatan dan model budaya mereka. Menurut Sanjaya dalam
pembelajaran, keaktifan siswa juga [7], pembelajaran berbasis kontekstual
berpengaruh terhadap prestasi belajar yang melibatkan tujuh komponen utama
diperoleh oleh siswa. Keaktifan siswa pembelajaran, yakni konstruktivisme
dalam proses pembelajaran menunjukan (Contruktivism), bertanya (Questioning),
bahwa siswa tertarik untuk belajar materi menemukan (Inquiry), masyarakat belajar
yang akan dipelajari. Keaktifan belajar (Learning community), pemodelan
memegang peranan penting dalam proses (Modeling), refleksi (Reflection) dan
pembelajaran, dimana melalui keaktifan penilaian sebenarnya (Authentic
siswa maka proses pembelajaran dapat assesment).
berlangsung secara efektif dan efisien. Sardiman menyatakan bahwa
Rousseau dalam [4] mengemukakan bahwa keaktifan adalah kegiatan yang bersifat
setiap orang harus aktif sendiri, tanpa fisik maupun mental, yaitu berbuat dan
adanya aktifitas proses pembelajaran tidak berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak
akan terjadi. Hal ini menunjukan bahwa, dapat dipisahkan[4]. Hermawan dalam [4]
syarat utama agar proses pembelajaran berpendapat bahwa keaktifan belajar tidak
dapat berlangsung adalah adanya keaktifan lain adalah untuk mengkontruksi
pada diri siswa. Siswa yang aktif lebih pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif
berkembang dalam pengetahuannya, membangun pemahaman atas persoalan
dikarenakan dia memiliki inisiatif untuk atau segala sesuatu yang mereka hadapi
mengatasi kesulitan belajar yang dalam kegiatan pembelajaran. Rousseau
dialaminya dan mau mencoba hal-hal yang dalam [4] menyatakan bahwa setiap orang
baru. harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas
Lie mengemukakan bahwa model proses pembelajaran tidak akan terjadi.
pembelajaran Model Stay Two Stray Penelitian ini bertujuan untuk
(TSTS) merupakan salah satu model mengetahui: (1) manakah yang
pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan prestasi belajar yang lebih
memberikan kesempatan kepada anggota baik, model pembelajaran kooperatif tipe
kelompok yang berdikusi untuk membagi Two Stay Two Stray (TSTS) berbasis
hasil dan informasi kepada kelompok pendekatan kontekstual, model
lain[5]. Saat diskusi siswa dituntut untuk pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
lebih aktif, baik sebagai tamu yang atau model pembelajaran langsung (2)
menyampaikan hasil diskusi maupun manakah yang mempunyai prestasi belajar
sebagai tamu yang bertanya kepada yang lebih baik, siswa dengan keaktifan
kelompok lain. Model pembelajaran TSTS belajar tinggi, sedang atau rendah pada
merupakan model pembelajaran yang materi trigonometri (3) pada masing-
bertujuan untuk meningkatkan kerja sama masing model pembelajaran (model
dan interkasi sosial antar siswa berkaitan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
dengan kehidupan nyata bahwa sebagai Stray (TSTS) berbasis pendekatan
makhluk sosial yang membutuhkan bantuan kontekstual, model pembelajaran Two Stay
orang lain. Two Stray (TSTS) atau model pembelajaran
Menurut Johnson dalam [6], langsung) manakah yang memiliki prestasi
pendekatan kontekstual adalah sebuah belajar lebih baik, siswa dengan keaktifan
proses pendidikan yang bertujuan belajar tinggi, sedang atau rendah (4) pada
menolong para siswa melihat makna di masing-masing keaktifan belajar (tinggi,
dalam materi akademik yang mereka sedang, rendah) manakah yang
pelajarai dengan cara menghubungkan memberikan prestasi belajar yang lebih

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018 | 129
ISSN 2614-0357

baik, siswa dengan model kooperatif tipe Negeri 5 Surakarta. Adapun tiga kelas yang
Two Stay Two Stray (TSTS) berbasis diambil ialah kelas X MIPA 3 sebagai kelas
pendekatan kontekstual, model eksperimen I, kelas X MIPA 5 sebagai
pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) kelas eksperimen II dan kelas X MIPA 1
atau model pembelajaran langsung. sebagai kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data yang
METODE PENELITIAN digunakan adalah metode dokumentasi
Penelitian dilaksanakan di SMA untuk mengumpulkan data yang berupa
Negeri 5 Surakarta Provinsi Jawa Tengah data nilai UTS matematika wajib kelas X
yang beralamat di Jl. Letjen Sutoyo 18 tahun pelajaran 2016/2017, metode angket
Surakarta, Jawa Tengah dengan subyek untuk data keaktifan belajar siswa dan
penelitian adalah siswa kelas X semester metode tes untuk data prestasi belajar
genap dengan tahun pelajaran 2016/2017. matematika siswa pada materi trigonometri.
Populasi dalam penelitian ini adalah Sebelum melakukan eksperimen, dilakukan
seluruh siswa kelas X semester 2 SMA uji normalitas, uji homogenitas dan uji
Negeri 5 Surakarta Propinsi Jawa Tengah keseimbangan terhadap kemampuan awal
tahun Pelajaran 2016/2017 sebanyak 283 matematika terhadap kelas sampel. Teknik
siswa. Populasi terdiri dari 5 kelas X IPA analisis data yang digunakan adalah
(X MIPA 1, X MIPA 2, X MIPA 3, X analisis variansi dua jalan dengan sel tak
MIPA 4 dan X MIPA 5) dan 4 kelas X sama, kemudian dilakukan uji lanjut pasca
IPS (X IPS 1, X IPS 2, X IPS 3 dan X IPS anava yaitu uji komparasi ganda dengan
4). menggunakan metode Scheffe. Sebagai
Pengampilan sampel dilakukan dengan persyaratan analisis yaitu populasi
cluster random sampling (sampling random berdistribusi normal menggunakan uji
kluster) yaitu sampling random dikenakan Lilliefors dan populasi mempunyai variansi
berturut-turut terhadap unit atau sub-sub yang sama (homogen) menggunakan
populasi. Dalam pengambilan sampel metode Bartlett.
dengan cara ini, kluster-kluster yang ada
dianggap homogen (sama antara HASIL DAN PEMBAHASAN
satudengan yang lainnya). Penentuan kelas
sampel dalam penelitian ini dilakukan Berdasarkah hasil uji hipotesis anava
dengan cara menentukan tiga kelas yang dua jalan sel tak sama diperoleh hasil
seimbang dilihat dari nilai matematika sesuai pada Tabel 1 berikut:
Ujian Tengah Semester siswa kelas X SMA

Tabel 1. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK F Ftab Keputusan uji
Model (A) 576,31 2 288,16 2,61 3,10 H0A diterima
Keaktifan (B) 386,82 2 193,41 1,75 3,10 H0B diterima
Interaksi (AB) 686,17 4 171,54 1,55 2,48 H0AB diterima
Galat 9623,35 87 110,61 - - -
Total 11272,65 95 - - - -

Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil bahwa memberikan prestasi belajar matematika


model pembelajaran TSTS-Kontekstual, yang sama. Model pembelajaran TSTS-
TSTS dan pembelajaran langsung kontekstual, TSTS dan langsung

130 | Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018
ISSN 2614-0357

memberikan prestasi belajar matematika sedangkan pada faktor ekstern terdapat


pada materi trigomonetri yang sama proses pembelajaran yang mempengaruhi
disebabkan karena kesulitan dalam prestasi belajar siswa seperti model dan
menumbuhkan pola pikir agar siswa dapat metode pembelajaran. Faktor tersebut
mengaitkan secara mandiri materi menjadi satu kesatuan yang menunjang
trigonometri dengan kehidupan nyata yang dalam memengaruhi prestasi belajar yang
dialaminya. Kunci utama kesuksesan model diperoleh siswa. Sampel yang digunakan
pembelajaran kontekstual adalah penelitian berdasarkan pengamatan
kemampuan siswa dalam menghubungkan mendapat proses pembelajaran yang
subjek akademik dengan kehidupan berjalan satu arah dimana guru sebagai
keseharian mereka sendiri. Pada penelitian sumber ilmu dan pembenaran tanpa ada
terdapat kendala dalam proses timbal balik dari siswa dalam proses
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa
kontekstual yaitu pada tahap Modelling dengan kecerdasan yang rendah tidak dapat
dimana setelah diberikan pandangan berkembang pola pikirnya terhadap ilmu
tentang keterkaitan materi trigonometri yang diperolehnya meskipun siswa tersebut
dengan kehidupan nyata kemudian dipilih memiliki keaktifan belajar tinggi.
siswa dengan kemampuan tinggi agar bisa Ketrampilan dalam mengembangkan materi
memberikan contoh keterkaitan materi ajar tidak berjalan karena pemahaman
tersebut dengan kehidupan khusus yang utamanya hanya pada materi guru,
pernah dialaminya, namun pada penelitian sedangkan karena IQ yang rendah
ini tidak berjalan dengan baik karena siswa meskipun aktif mencari sumber belajar
dengan kemampuan tinggi pun mengalami tetapi tidak diajarkan oleh guru maka dia
kesulitan begitu pula dengan siswa lain. akan mengalami kesulitan dalam
Penyebab lain tidak sesuainya hasil memahami materi. Faktor ini yang
penelitian dengan hipotesis disebabkan mempengaruhi hasil penelitian yang telah
pada proses pembelajaran Two Stay Two diperoleh. Dalam hal ini, kedua faktor
Stray yang mengalami kendala. Kendala tersebut menjadi unsur utama yang
yang dialami terjadi pada tahap bertamu ke memberikan hasil bahwa keaktifan belajar
kelompok lain untuk mempresentasikan tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar
hasil diskusi kelompoknya. Kesulitan yang diperoleh oleh siswa. Selain itu
dalam pengorganisasian kelas pada tahap terdapat pula kecenderungan bahwa siswa
ini menjadi kendala utama dimana pada mengalami kondisi yang tidak diharapkan
saat perpindahan kelompok untuk bertamu oleh peneliti saat proses pengisian angket.
memakan waktu yang cukup banyak yang Kondisi tersebut dikarenakan pada waktu
berakibat menjadi terbatasnya waktu untuk yang bersamaan sekolah sedang melakukan
melakukan bimbingan dan pantauan kepada kegiatan non akademik (Bazar Sekolah),
setiap individu agar bertanggung jawab sehingga fokus dan kondisi psikologis
sesuai dengan perannya sebagai tamu atau siswa terpengaruh karena lebih tertuju pada
penerima tamu. kegiatan non akademik tersebut.
Selain itu, berdasarkan Tabel 1 Berdasarkan hasil analisis variansi
diperoleh hasil bahwa ketiga kategori diperoleh bahwa H0AB diterima, hal tersebut
keaktifan belajar siswa (tinggi, sedang dan berarti tidak ada interaksi antara efek baris
rendah) memberikan prestasi belajar dan efek kolom terhadap variabel
matematika siswa yang sama pada materi terikatnya. Berdasarkan hal tersebut dapat
trigonometri. Hal ini disebabkan karena langsung diambil kesimpulan dengan
prestasi belajar siswa pada dasarnya mengikuti hasil dari H0A dan H0B yaitu (1)
dipengaruhi oleh faktor intern dan factor model pembelajaran TSTS-Kontekstual,
ekstern. Pada faktor intern terdapat TSTS dan pembelajaran Langsung tidak
kecerdasan (IQ) dan keaktifan belajar memberikan prestasi belajar matematika

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018 | 131
ISSN 2614-0357

yang berbeda secara signifikan, (2) tingkat pembelajaran yang dilakukan oleh guru
keaktifan belajar siswa (tinggi, sedang dan dalam proses pembelajaran harus
rendah) memberikan prestasi belajar memperhatikan komponen yang ada dalam
matematika siswa yang sama pada materi model pembelajaran tersebut. Dalam hal ini
trigonometri, guru harus dapat memastikan hal-hal yang
dianggap menjadi kunci atau faktor utama
SIMPULAN DAN SARAN agar kendala pada model pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dan tersebut dapat diatasi sehingga
didukung adanya hasil analisis penelitian pembelajaran dengan model tersebut dapat
yang telah dikemukakan dapat disimpulkan berjalan maksimal.
sebagai berikut: (1) model pembelajaran Pada dasarnya tidak ada model
Two Stay Two Stray (TSTS) berbasis pembelajaran yang paling baik sehingga
pendekatan kontekstual, Two Stay Two dalam penyampaian materi tidak mutlak
Stray (TSTS) dan pembelajaran Langsung harus menggunakan suatu model tertentu.
menghasilkan prestasi belajar matematika Oleh karena itu, guru dapat memilih model
pada materi trigonometri yang sama, (2) pembelajaran yang sesuai untuk suatu
siswa dengan keaktifan belajar matematika materi tertentu dengan memperhatikan
yang berbeda (tinggi, sedang dan rendah) beberapa faktor yang mempengaruhi proses
menghasilkan prestasi belajar yang sama belajar mengajar, salah satunya adalah
pada materi trigonometri, (3) pada masing- tingkat keaktifan belajar yang berbeda-
masing model pembelajaran (model beda. Namun dengan rangsangan belajar
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two yang menarik dan menyenangkan keaktifan
Stray (TSTS) berbasis pendekatan belajar ini bisa ditumbuhkan dan
kontekstual, model pembelajaran Two Stay ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan
Two Stray (TSTS) atau model pembelajaran prestasi belajar matematika secara optimal.
langsung) memiliki prestasi belajar yang
sama baik siswa dengan keaktifan belajar
tinggi, sedang atau rendah, (4) pada
masing-masing keaktifan belajar (tinggi, DAFTAR PUSTAKA
sedang, rendah) dihasilkan prestasi belajar
matematika yang sama pada pembelajaran [1]Agus, S. (2009). Filosofi Pendidikan
dengan model kooperatif tipe Two Stay Anak. Jakarta: PT Cahaya Grafika.
Two Stray (TSTS) berbasis pendekatan
kontekstual, model pembelajaran Two Stay [2]Syah, M. (2012). Psikologi Belajar.
Two Stray (TSTS) atau model pembelajaran Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada.
langsung.
Hasil penelitian ini dapat digunakan [3]Saragih I.D. & Surya E. (2017).
sebagai masukan bagi guru dan calon guru Analysis the Effectiveness of
untuk memperbaiki dan mengembangkan Mathematics Learning Using Contextual
penelitian lebih lanjut sebagai upaya Learning Model. . International Journal
peningkatan kualitas proses belajar Science: Basic and Apllied Research
mengajar dan keaktifan belajar siswa (IJSBAR), 34 (01), 135-143.
.dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar mengajar, [4]Sardiman. (2009). Interaksi dan
guru dapat memilih model pembelajaran Keaktifan Belajar Mengajar. Jakarta:
yang tepat, efektif dan efisien serta PT. Raja Grafindo Persada.
memperhatikan keaktifan belajar siswanya
sehingga dapat meningkatkan prestasi [6]Sugiyanto. (2009). Model-Model
belajar matematika siswa pada materi Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
trigonometri. Pemilihan model

132 | Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018
ISSN 2614-0357

Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP


UNS Surakarta.

[5]Lie, A. (2010). Mempraktikan


Cooperative Learning di Ruang-ruang
Kelas. Jakarta: PT. Gramedia

[7]Suhana, C. (2014). Konsep Strategi


Pembelajaran. Bandung: PT Refika

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018 | 133

Anda mungkin juga menyukai