BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek
apa adanya. Pemilihan studi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kelas yang
B. Desain Penelitian
𝑅1 𝑂1 𝑋1 𝑂2
𝑅2 𝑂1 𝑋2 𝑂2
𝑅3 𝑂1 𝑂2
keterangan:
R : sampel/kelas (eksperiman dan kontrol)
O : pretest dan posttest berupa tes untuk mengetahui kemampuan pemecahan
masalah matematik
X : perlakuan pembelajaran kooperatif tipe MURDER dan kooperatif tipe
Jigsaw
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, variabel terikat dan variabel
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dengan level rendah (klaster III) di Kota Bandung. Dengan
demikian sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VII salah satu SMP klaster
Penelitian ini dilakukan terhadap tiga kelas, dua kelas eksperimen dan satu
model kooperatif tipe MURDER dan model kooperatif tipe Jigsaw, sedangkan
Adapun yang menjadi kelas kontrol adalah kelas VII-D dan yang melakukan
kegiatan pembelajaran pada kelas ini adalah guru sekolah tempat penelitian
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan dua jenis instrumen, yaitu jenis tes dan
matematik sedangkan instrumen jenis non-tes adalah angket skala sikap dan
lembar observasi.
matematik siswa terdiri dari 5 soal yang berbentuk uraian, hal ini didasarkan pada
pendapat Ruseffendi (Sumantri, 2012: 25) yang menyatakan bahwa dengan tipe
tes uraian akan terlihat hanya siswa yang telah menguasai materi secara betul-
betul yang dapat memberikan jawaban yang baik dan benar. Sedangkan menurut
Tabel 3. 1
Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Matematik
Aspek yang dinilai Skor
Tidak mencari/mengidentifikasi data yang belum
0
lengkap
Mengidentifikasi
Mengidentifikasi data yang belum lengkap tetapi
kecukupan data untuk 1
masih salah dalam mengidentifikasinya
pemecahan masalah
Mengidentifikasi data yang belum lengkap dan
2
mampu mengidentifikasi dengan benar.
Membuat model Tidak membuat model dari suatu situasi atau
0
matematik dari suatu masalah
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
situasi atau masalah Membuat model dari suatu situasi tetapi tidak
1
sehari-hari dan sesuai konteks
menyelesaikannya Membuat model yang sesuai dengan situasi atau
2
masalah
Memilih dan menerapkan 0 Tidak menggunakan strategi apapun
strategi untuk Menggunakan strategi, tetapi tidak mengarah ke
1
menyelesaikan masalah solusi yang benar
matematika dan atau di Menggunakan strategi yang mengarah ke solusi
2
luar matematika yang benar
Lanjutan tabel 3.1
Aspek yang dinilai Skor
Tidak ada penginterpretasian dari hasil yang
0 diperoleh/belum menjawab permasalahan yang
Menjelaskan atau
diberikan
menginterpretasikan hasil
Ada penginterpretasian dari hasil yang diperoleh
sesuai permasalahan asal
1 tetapi tidak sesuai dengan permaslahan
serta memeriksa
asal/jawaban salah
kebenaran hasil atau
Ada pengintertretasian dari hasil yang diperoleh
jawaban
2 dan sesuai dengan permasalahan asal/jawaban
benar
penelitian, instrumen tes terlebih dahulu dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan indeks kesukarannya. Soal tes kemampuan pemecahan msalah yang
diujicobakan berjumlah 5 butir soal. Validisasi ini dicobakan ke siswa kelas VIII
salah satu SMP klaster III di Kota Bandung. Setelah diujikan, kemudian dianalisis
Validitas suatu tes ialah (Ruseffendi, 2006: 125) ketepatan tes itu
mengukur apa yang semestinya diukur. Validitas butir soal digunakan untuk
mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji
validitas setiap butir soal, skor-skor setiap butir soal dikorelasikan dengan skor
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut
memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal
Tabel 3. 2
Interpretasi Koefisien Validitas
Koefisien Interpretasi
0,90 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,90 Tinggi
0,40 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,07 Sedang
0,20 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,40 Rendah
0,00 ≤ 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,20 Sangat rendah
𝑟𝑥𝑦 < 0,00 Tidak valid
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
tersebut dapat digunakan. Hasil yang diperoleh dari uji coba instrumen dapat
Tabel 3. 3
Uji Validitas Instrumen Tes
Korelasi Interpretasi Validitas Signifikansi
Nomor Soal
0,729 Tinggi Sangat signifikan
1
0,825 Tinggi Sangat signifikan
2
0,871 Tinggi Sangat signifikan
3
0,870 Tinggi Sangat signifikan
4
0,856 Tinggi Sangat signifikan
5
Reliabilitas suatu tes ialah (Ruseffendi, 2006: 126) ialah ukuran ketetapan
tes itu mengukur apa yang semestinya harus diukur. Suatu tes intelegensi itu
reliabel bila tes itu hasilnya tetap kapan saja diselesaikan oleh orang yang sama
selama intelegensinya tidak berubah atau dengan kata lain pengukuran itu harus
tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama
(identik) meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan
2r1 1
r11 2 2
………………………..(3.2)
1 r
1 1
2 2
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
Harga r1 1 adalah nilai koefisien korelasi antara dua belahan tes, yang
2 2
tolok ukur yang ditetapkan oleh J. P. Guilford (Oktavien, 2012: 62) sebagai
berikut:
Tabel 3. 4
Kriteria Derajat Keandalan
Interpretasi
Nilai 𝐫𝟏𝟏
Sangat rendah
𝑟11 < 0,20
Rendah
0,20 ≤ 𝑟11 < 0,40
Sedang
0,40 ≤ 𝑟11 < 0,70
Tinggi
0,70 ≤ 𝑟11 < 0,90
Sangat tinggi
0,90 ≤ 𝑟11 < 1,00
Tabel 3. 5
Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Interpretasi
Nilai 𝐫𝟏𝟏
Tinggi
0,89
antara siswa yang pandai (termasuk kedalam kelompok unggul) dengan siswa
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
indeks diskriminasi suatu tes dapat digunakan persamaan 3.3 (Arikunto, 2010).
B A BB
D PA PB ........................(3.3)
JA JB
Tabel 3. 6
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Evaluasi Butiran Soal
Negatif – 10% Sangat buruk, harus dibuang
10% − 19% Buruk, sebaiknya dibuang
20% − 29% Agak baik, perlu direvisi
30% − 49% Baik
Lebih dari 50% Sangat baik
Hasil perhitungan yang diperoleh untuk daya pembeda tiap-tiap butir soal
Tabel 3. 7
Daya Pembeda Instrumen
Nomor soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi
35,19% Baik
1
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
35,19% Baik
2
55,56% Sangat baik
3
38,89% Baik
4
63,89% Sangat baik
5
sukarnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha
siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar
jangkauannya.
Indeks kesukaran diberi simbol ‘P’ (proporsi) yang dapat dihitung dengan
B
P ........................................(3.4)
JS
Kriteria tingkat kesukaran soal yang digunakan dalam uji coba instrumen
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
Tabel 3. 8
Kriteria Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Interpretasi
0% − 15% Sangat sukar
16% − 30% Sukar
31% − 70% Sedang
71% − 85% Mudah
86% − 100% Sangat mudah
Tabel 3. 9
Tingkat Kesukaran Butir Soal Instrumen
1 56,48% Sedang
2 56,48% Sedang
3 54,17% Sedang
4 47,22% Sedang
5 59,72% Sedang
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu
berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematik dan data kualitatif. Data
kuantitatif berupa tes terdiri dari pretes dan posttes sedangkan data kualitatif
matematik awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberikannya
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
pembelajaran model kooperatif tipe MURDER dan tipe Jigsaw bagi kelas
yang ingin digali. Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
eksperimen saja. Pengisian angket ini dilakukan setelah semua siklus berakhir
2. Observasi
atau hal-hal yang diamati disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang akan
diberikan. Tujuan adanya observasi adalah untuk dapat memberikan refleksi pada
dianalisis. Adapun analisis yang dilakukan secara statistik untuk data kuantitatif
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
berikut:
masalah matematik
Gain dihitung untuk melihat perbedaan antara skor pretest dan posttest
sehingga dapat dilihat peningkatan pembelajarannya atau dengan kata lain dapat
skor gain aktual diperoleh dengan cara mengurangi nilai posttest oleh pretest.
Dari nilai gain aktual kemudian ditentukan gain ternormalisasi (N-Gain). Skor ini
yang akan dipergunakan untuk uji perbandingan jika data skor posttest tidak
dengan gain aktual karena dengan N-gain peningkatan antara siswa yang cerdas
dengan kurang cerdas dapat terlihat dengan jelas. N-gain dihitung dengan
yaitu:
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒
g=
𝑁𝑀𝑆 − 𝑆𝑝𝑟𝑒
keterangan:
g : gain ternormalisasi
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 : Skor posttest
𝑆𝑝𝑟𝑒 : Skor pretest
𝑁𝑀𝑆 : Nilai Maksimum Skor
Nilai g yang diperoleh kemudian diinterpretasikan berdasarkan kriteria
Tabel 3. 10
Kriteria Skor Gain Ternormalisasi
Skor gain Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 rendah
statistik SPSS 17.0. Taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 𝛼 = 0,05 (95%). Taraf kepercayaan ini paling sering dipergunakan untuk
1. Uji Prasyarat
Ada dua jenis uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Kedua uji ini akan menentukan uji statistik parametrik atau non parametrik yang
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
Sedangkan jika salah satu syarat di antara keduanya tidak dapat dipenuhi maka uji
normal jika nilai signifikansi hasil perhitungan lebih besar dari 𝛼 (Sig > 𝛼)
sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 𝛼 maka data tidak berdistribusi
normal.
tidaknya suatu varians. Jenis uji homogenitas yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah Uji Levene. Uji ini merupakan jenis uji standar yang umum digunakan
untuk ANOVA atau jenis uji homogenitas untuk k (>2) kelompok sampel. Data
homogen jika nilai signifikansi hasil perhitungan lebih besar dari 𝛼, sebaliknya
jika nilai signifikansi lebih kecil dari 𝛼 maka data tidak homogen.
2. Uji Perbandingan
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah tiga. Untuk itu, uji perbandingan
MCP dilakukan melalui dua tahap, yaitu: (1) analisis perbandingan satu arah (One
Way Analysis) dan (2) analisis lanjutan (Post Hoc Analysis). Penjabaran untuk
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
Way ANOVA yang terdapat dalam program analisis statistik. Syarat uji ini
dilakukan setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen. Jika nilai
signifikansi lebih besar dari nilai α, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara data yang diujikan. Sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 𝛼,
Analisis ini dilakukan jika salah satu atau kedua uji prasyarat (uji normalitas dan
uji homogenitas) tidak dapat dipenuhi. Interpretasi nilai signifikansi uji ini sama
2) Analisis lanjutan
dalam antar kelompok penelitian. Syarat uji lanjutan ini adalah nilai signifikansi
dari uji ANOVA atau Kruskal-Wallis lebih kecil dari 𝛼 atau dengan kata lain
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
1) Angket
Model angket yang digunakan mengacu kepada model Skala Likert 4 yang
negatif. Untuk tiap pernyataan, responden diberikan empat pilihan jawaban untuk
menyatakan sikapnya yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan
negatif, maka SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, dan STS diberi
skor 4. Skor netralnya adalah 2,5 (dua koma lima), jika skor rata-ratanya kurang
dari skor netral, maka siswa dianggap bersifat negatif, sebaliknya jika skor rata-
ratanya lebih dari skor netral, maka siswa dianggap bersifat positif.
Data hasil angket ini kemudian dibuat bentuk frekuensi untuk mengetahui
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
𝑓
𝑝= × 100%
𝑛
keterangan:
p : persentase jawaban
f : frekuensi jawaban
n : banyaknya siswa
Tabel 3. 11
Interpretasi Persentase Angket
Persentase Interpretasi
0% Tidak ada
1% − 25% Sebagian kecil
26% − 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51% − 75% Sebaian besar
76% − 99% Pada umumnya
100% Seluruhnya
(Prabawa, 2011)
2) Lembar Observasi
pilihan penilaian yaitu Baik, Cukup, Kurang, dan Tidak. Untuk setiap pilihan
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw
Tarudin, 2012
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe
Murder Dan Tipe Jigsaw