Anda di halaman 1dari 18

37

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian eksperimen semu (quasy

experiment). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga

tahapan, yaitu: (1) Tahap pengembangan perangkat pembelajaran dan

instrumen penelitian, (2) Tahap uji coba perangkat pembelajaran dan instrumen

penelitian, (3) Tahap pelaksanaan eksperimen. Setiap tahapan dirancang

sedemikian sehingga diperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik

variabel sesuai dengan tujuan penelitian.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Grup Perlakuan Pretest Perlakuan Postest


Eksperimen (E) ET1 X1 ET2
Kontrol (K) KT1 - KT2

Keterangan :

AT1 : Pretes Pada Kelas Eksperimen


AT2 : Postes Pada Kelas Eksperimen
KT1 : Pretest Pada Kelas Kontrol
KT2 : Postes Pada Kelas Kontrol
X1 : Pembelajaran Berbasis Masalah
Rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non

Equivalent Postest Only Control Group Design. Dalam rancangan ini terdapat

dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi test untuk

mengetahui sejauh mana kesiapan siswa menerima pembelajaran pada materi

sebelumnya dan tes digunakan untuk menyetarakan pengetahuan awal kedua

37
38

kelompok sedangkan postes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa

setelah diberi perlakuan.

B. Sumber Informasi

1. Populasi Penelitian

Populasi atau Population merupakan keseluruhan subjek atau objek sasaran

penelitian. Maulana (2009:25-26) menyatakan bahwa Populasi dapat

diartikan sebagai berikut :

a. Keseluruhan subjek atau objek penelitian

b. Wilayah generalisasi subjek atau objek yang memiliki kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya

c. Seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu.

d. Semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah

dirumuskan secara jelas.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN 16 Benteng

Jaya sebanyak 25 siswa dan Siswa SDN 10 Sidomulyo berjumlah 27 siswa

Tahun Pembelajaran 2021/2022. Terpilihnya siswa SDN 16 Benteng Jaya

dan Siswa SDN 10 Sidomulyo ini didasarkan pada lokasi yang terdekat

dengan peneliti dan dua sekolah ini berada di pedesaan, Jika dilihat pada

pekerjaan orangtua, tingkat ekonomi dan sosial yang sama maka dapat

menjadi pertimbangan berdasarkan kemampuan siswa yang memungkinkan

untuk diterapkannya Pembelajaran CTL, Disiplin Belajar dan Hasil belajar

siswa.
39

2. Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan penarikan sampel purposive yang hanya

mengambil sampel satu kelas yaitu siswa kelas V. Menurut Anggoro dkk

(2007) bahwa sampel purposive adalah sampel yang anggotanya dipilih

secara sengaja atas dasar pengetahuan dan keyakinan peneliti. Sampel ini

diambil menggunakan informasi untuk memperkuat alasan penelitian.

Lokasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu SDN 16 Benteng Jaya

dan SDN 10 Sidomulyo yang berada di Kecamatam Sei Balai Kabupaten

Batubara, Provinsi Sumatera Utara. Waktu yang akan digunakan pada

penelitian ini yaitu pada bulan Maret – April 2022. Kelas eksperimen

memiliki jumlah pertemuan sebanyak 5 kali dengan 2 pertemuan digunakan

untuk pretest dan posttes, sedangkan tiga pertemuan digunakan untuk

kegiatan pembelajaran. begitu

C. Instrumen Penelitian

Instrument digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam

penelitian. Maulana (2009:29) menyatakan bahwa Instrument penelitian

merupakan alat untuk mengumpulkan data penelitian”. Instrument yang

digunakan dalam penelitian yaitu tes dan non tes. Tes berupa soal untuk

mengukur kemampuan berpikir kritis, sementara non tes berupa format

pernyataan dalam bentuk skala Likert untuk mengukur karakter disiplin siswa.

Peningkatan kemampuan dan sikap siswa diukur dengan memberikan tes dan

skala Likert pada pertemuan awal dan akhir yaitu pada kegiatan pretes dan

postes.
40

1. Soal Tes

Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini diberikan pada peserta

didik dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang hendak diukur

pada materi bangun datar. Kemampuan yang menjadi tujuan utamanya

adalah pendekatan CTL dan disiplin belajar. Adapun bentuk dari soal yang

diujikan berupa soal tes uraian, yang diberikan kepada 25 siswa kelas

eksperimen yang mendapat perlakuan dan 27 siswa kelas kontrol yang tidak

diberi perlakuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Maulana (2009:33) yang

menyatakan beberapa keunggulan dari soal tes uraian yaitu sebagai berikut :

 Menimbulkan sifat kreatif pada diri siswa

 Benar-benar melihat kemampuan siswa, karena hanya siswa yang telah

belajar sungguh-sungguh yang akan menjawab dengan benar dan baik

 Menghindari unsur tebak-tebakan saat siswa memberikan jawaban

 Penilai dapat melihat jalannya/proses bagaimana siswa menjawab

sehingga dapat saja menemukan hal unik dari jawaban siswa itu maupun

dapat mengetahui miskonsepsi siswa.

a. Analisis Validitas Butir Soal

Untuk memperoleh soal tes yang baik maka soal tersebut harus dinilai

validitasnya. Sebelum tes ini diujicobakan di kelas eksperimen, maka

perlu dilakukan validitas isi, guna untuk menentukan kesesuaian soal

dengan materi ajar di SD kelas Vmelalui pertimbangan para ahli yang

berlatar belakang pendidikan yaitu dosen Pascasarjana UT, alumni S2

pendidikan dasar, dan guru kelas atau Guru bidang studi matematika di

SD.
41

Tes tersebut dilakukan pada saat sebelum pemberian perlakuan

atau pretes dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa. Dan

postes dilakukan setelah diberikan perlakuan dengan tujuan untuk

mengetahui peningkatan pengetahuan hasil belajar siswa. Soal yang

digunakan untuk mengumpulkan data terlebih dahulu diujicobakan

kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat

kesukarannya.

Setelah dilakukan uji validitas isi, dilakukan revisi terhadap soal

yang tidak sesuai dengan masukan para ahli, selanjutnya dilakukan uji

coba instrument kepada siswa kelas V SD. Berdasarkan hasil uji coba ini

selanjutnya dianalisis validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan

reliabilitas soal.

Validitas Instrument merupakan hal terpenting dalam mengukur

peningkatan suatu kemampuan, karena alat ukur yang valid tidak hanya

mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi harus mampu

memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Seperti yang

dikemukakan oleh Ruseffendi (2010:148) bahwa “suatu instrumen

dikatakan valid bila instrumen itu untuk maksud dan kelompok tertentu

mengukur apa yang semestinya diukur, derajat ketepatan mengukurnya

benar, dan validitasnya tinggi”. Kecermatan pengukuran yang diperoleh

dari hasil instrumen tes yang valid mampu memberikan gambaran

mengenai perbedaan antara hasil yang satu dengan yang lainnya secara

terperinci. Tahap selanjutnya mengukur validitas butir soal dengan cara

menentukan korelasi antara skor setiap butir dengan skor total. Koefisien
42

korelasi dapat diukur dengan product moment dari Pearson (Muliawati,

2015:26) dengan formula sebagai berikut :

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√ { N ∑ X −( ∑ X ) }{ N ∑ Y −( ∑ Y ) }
2 2 2 2

Keterangan :

X = butir soal
Y = skor total

r xy = koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total

N = banyaknya siswa yang mengikuti tes

Selanjutnya diuji dengan menggunakan uji-t, dengan rumus :

t=r xy
√ N −2
1−( r xy )
2 .

Menentukan validitas suatu butir soal. Kriteria yang harus dipenuhi agar

suatu butir soal dikatakan valid adalah jika thitung>ttabel dengan ttabel=

t(1−α) (dk )
untuk dk = N – 2 dan α (taraf signifikansi) dipilih 5%.Jika

instrumen itu valid, maka interpretasi dari koefisien korelasi digunakan

kriteria sebagai berikut (Arikunto : 2010) :

Tabel 3.2 Koefisien Korelasi Butir Soal

Koefisien Korelasi Interpretasi


0,80< rxy  1,00 validitas sangat tinggi (ST)
0,60< rxy  0,80 validitas tinggi (TG)
0,40< rxy  0,60 validitas sedang (SD)
0,20< rxy  0,40 validitas rendah (RD)
0,00< rxy  0,20 validitas sangat rendah (SR)
43

b. Uji Reliabilitas

Merupakan suatu kekonsistenan hasil dari setiap soal meskipun dilakukan

oleh orang yang berbeda. Reliabilitas menurut Maulana (2009:45)

“mengacu pada kekonsistenan skor yang diperoleh sebagai konsisten skor

tersebut untuk setiap individu dari suatu daftar instrumen terhadap yang

lainnya”. Tingkat reliabilitas pada instrumen mampu menentukan kualitas

suatu instrumen, artinya reliabilitas instrumen yang tinggi menghasilkan

skor yang relatif sama. Untuk mengukur reliabilitas instrumen dapat

meggunakan rumus alpha. Adapun rumus koefisien reliabilitas alpha

Cronbach yaitu sebagai berikut :

( )( ∑ σi
)
2
n
r 11= 1− 2
n−1 σt
alpha-cronbach:
Rumus

dengan: r 11 : koefisien reliabilitas perangkat tes

n : banyak soal
σ 2i : variansi item
2
σ t : variansi total (Arikunto, 2010)

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas, kemudian ditafsirkan dan

diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut Arikunto (2010) , yaitu:

Tabel 3.3 Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi


0,80 < r  1,00 sangat tinggi (ST)
0,60 < r  0,80 tinggi (TG)
0,40 < r  0,60 sedang (SD)
44

0,20 < r  0,40 rendah (RD)


r  0,20 sangat rendah (SR)

c. Daya Pembeda

Daya pembeda merupakan suatu batas atau pembeda antara siswa yang

berada dala kelompok unggul dan asor. Daya pembeda sangat

berhubungan dalam mengukur tingkat pemahaman dan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan permasalahan. Untuk mengetahui daya pembeda

setiap butir soal yang berbentuk uraian menurut Muliawati (2015:29),

dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

x a−x b
DP = SMI

Keterangan :

DP = Daya pembeda

xa = rata-rata skor kelompok atas

xa = rata-rata skor kelompok bawah

SMI = skor maksimum ideal

Setelah diperoleh perhitungan daya pembeda setiap butir soal selanjutnya

hasil yang telah dihitung di interpretasikan kedalam beberapa kriteria.

Menurut Muliawati (2015:29) kriteria penafsiran daya pembeda adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Instrumen

Daya Pembeda Interpretasi


DP 0,00 Sangat rendah
0,00 <DP 0,20 Rendah
0,20 <DP 0,40 Cukup/sedang
0,40 <DP 0,70 Baik
45

0,70 <DP 1,0 Sangat baik

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal merupakan peluang untuk menjawab benar suatu

soal pada tingkat kemampuan tertentu. Indeks kesukaran suatu butir soal

adalah suatu parameter yang dapat mengidentifikasikan sebuah butir soal

yang dikategorikan sukar sedang atau mudah untuk diujikan kepada siswa.

Soal yang terlalu mudah kurang memiliki tantangan dalam

mengembangkan daya nalar siswa, sementara soal yang terlalu sukar akan

membuat siswa merasa putus asa untuk mengerjakannya. Untuk

mengetahui tingkat atau indeks kesukaran setiap butir soal menurut

Muliawati (2015:30) dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

x
IK =
SMI

Keterangan :

IK = Indeks Kesukaran

x = rata-rata skor setiap butir soal

SMI = skor minimum ideal

Indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan

rumus diatas dapat di intepretasikan sesuai ketentuan yang telah

ditetapkan. Menurut Suherman (2003) (dalam Muliawati, 2015:31) tingkat

kesukaran dapat di intepretasikan sebagai berikut :

Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Klasifikasi


TK = 0,00 terlalu sukar (TS) Terlalu sukar
46

0,00 < TK 0,30 sukar (SK) Sukar


0,30 < TK 0,70 sedang (SD) Sedang
0,70 < TK< 1,00 mudah (MD) Mudah
TK = 1,00 terlalu mudah (TM) Terlalu Mudah

2. Non Tes

a. Observasi

Observasi merupakan cara untuk mengumpulkan data yang dilakukan

dengan cara mengamati langsung terhadap suatu situasi untuk mencapai

tujuan tertentu seperti yang diungkapkan oleh Maulana (2009:35) bahwa

“Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan

penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan jika perlu

pengecapan”. Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kinerja guru dan untuk mengetahui aktifitas yang dilakukan oleh siswa

selama pembelajaran berlangsung.

b. Skala Likert

Skala sikap merupakan daftar yang berisi pernyataan-pernyataan yang

harus diisi sesuai dengan keadaan, sikap, dan kondisi responden.

Menurut Maulana (2009:39) bahwa “Skala sikap merupakan instrumen

yang terdiri dari kumpulan pertanyaan yang setiap orang diminta

memberikan respon atasnya, pola-pola dari respon-respon selanjutnya

dipandang sebagai bukti atau keterangan dari satu atau lebih sikap yang

mendasari”. Tujuan dari pemberian skala sikap yaitu untuk mengetahui

tanggapan merespon terhadap pernyataan yang diajukan. Dengan

menggunakan skala sikap, responden lebih mudah untuk menjawab

pernyataan atau pertanyaan dengan alternatif jawaban yang telah


47

diberikan. Pada penelitian kali ini skala sikap diberikan untuk mengukur

skala sikap karakter siswa pada kelas eksperimen. Pemberian skala sikap

dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada pertemuan pertama setelah

pretes dan pertemuan terakhir setelah postes. Bentuk skala sikap yang

diberikan adalah skala Likert yang terdiri dari empat jawaban yaitu

Sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS), Sangat Tidak Setuju

(STS). Sebelum memberikan angket pada pertemuan pertama dan

terakhir, skala likert telah diujicobakan terlebih dahulu.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Secara umum prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data..Ketiga

tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

Adapun tahap perencanaan memiliki beberapa langkah yaitu :

a. Melaksanakan kajian pustaka mengenai pendekatan CTL dan teori

belajar mengajar yang mendukung, dan kajian pustaka mengenai disiplin

belajar dan hasil belajat siswa.

b. Menetapkan pokok permasalahan yang akan diteliti

c. Menetapkan topik-topik bahan ajar

d. Pembuatan dan pengembangan topik bahan ajar

e. Penyusunan instrumen

f. Melakukan validasi instrumen kepada ahli untuk menguji validitas isi dan

validitas muka
48

g. Uji coba instrumen untuk menguji validitas banding revisi dan

penyempurnaan instrumen

h. Mengolah hasil ujicoba instrumen

i. Menentukan tempat dan subjek penelitian, kemudian mengurus perijinan

penelitian

j. Berkunjung ke sekolah untuk menyampaikan surat ijin dan meminta ijin

penelitian, kemudian melakukan observasi pembelajaran di sekolah dan

berkonsultasi dengan guru untuk menentukan waktu, dan teknis

pelaksanaan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Adapun tahap pelaksanaan memiliki beberapa langkah yaitu :

a. Memberikan pretes kemampuan berpikir kritis dengan kelas eksperimen

b. Memberikan pretes dan postes hasil belajar dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh dari pendekatan CTL dan angket disiplin belajar

terhadap hasil belajar siswa.

c. Melaksanakan pembelajaran seperti yang telah direncanakan

d. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan oleh

beberapa observer dengan menggunakan format observasi untuk kinerja

guru dan aktifitas siswa

3. Tahap Pengolahan Data

a. Melakukan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data dari hasil

yang telah diperoleh selama penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif


49

b. Membuat tafsiran dan simpulan hasil penelitian dari data kuantitatif yaitu

mengenai pengaruh pembelajaran menggunakan pendekatan CTL dan

disiplin belajar terhadap hasil belajar matematika siswa.

c. Membuat tafsiran dan simpulan hasil penelitian dari data kualitatif yaitu

mengenai respon dan sikap siswa terhadap pembelajaran dengan

pendekatan contextual teaching and learning

d. Melakukan penyusunan laporan

E. Metode Analisis Data

Data dalam penelitian ini dapat berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

Data kuantitatif didapat dari hasil tes dalam mengukur kemampuan hasil

belajar matematika pada materi bangun datar, sedangkan data kualitatif

diperoleh dari observasi. Adapun prosedur analisis data dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Data Kuantitatif

a. Tes Hasil Belajar Matematika

Data nilai awal dan data nilai akhir diperoleh dari data pretes dan postes

yang dilakukan untuk mengukur hasil belajar, selanjutnya dihitung rata-

rata pretes dan postes pada kelas quasi experiment. Perhitungan tersebut

dilakukan untuk mengetahui rata-rata hasil belajar pada materi bangun

datar

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pretes dan

postes berdistribusi normal atau tidak. Hasil dari uji normalitas ini

dapat menentukan jenis statistik yang akan dilakukan selanjutnya.


50

Pengujian normalitas untuk data pretes dan postes yaitu sebagai

berikut :

H0 : Hasil belajar awal siswa pada pendekatan Contextual teaching

and learning berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Hasil belajar awal siswa pada pendekatan Contextual teaching

and learning berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Jika nilai sig ≥ 0,05, maka H0 diterima yang berarti tidak terjadi

perbedaan yang signifikan antara distribusi data yang diuji dengan

distribusi normal baku.

Jika nilai sig ¿ 0,05, maka H0 ditolak yang berarti terjadi perbedaan

yang signifikan antara distribusi data yang diuji dengan distribusi

normal baku.

Perhitungan uji normalitas ini menggunakan program komputer yaitu

program SPSS 22,0 for windows melalui uji kolmogorov smirnov.

Jika hasil pengujian menunjukan hasil belajar matematika awal siswa

pada pendekatan Contextual teaching and learning berasal dari

populasi berdistribusi normal, maka analis datanya dilanjutkan dengan

pengujian homogenitas varians. Jika hasil pengujian menunjukan hasil

belajar matematika awal siswa pada pendekatan Contextual teaching

and learning berasal dari populasi berdistribusi tidak normal, maka

analisis datanya dilanjutkan pengujian kesamaan rata-rata secara non

parametrik dengan uji wilcoxon.

2). Uji Homogenitas Varian


51

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah varians

sama atau berbeda. Uji homogenitas varians dapat dilakukan apabila

Hasil belajar matematika siswa dengan pendekatan Contextual

taeching and learning berdistribusi normal. Pengujian dilakukan pada

data pretes dan postes. Adapun rumusan hipotesisnya yaitu sebagai

berikut :

H0 : Hasil belajar matematika siswa pada pendekatan Contextual

teaching and learning mempunyai varians yang sama

H1 : Hasil belajar matematika siswa pada pendekatan Contextual

teaching and learning mempunyai varians yang berbeda

Perhitungan uji homogenitas ini menggunakan program komputer

yaitu program SPSS 22,0 for windows melalui uji Levene.

3). Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pretes dan Postes

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui perbedaan

rata-rata pretes dan postes. Pengujian dilakukan pada data pretes

postes kelompok kuasi eksperimen. Perumusan hipotesis data pretes

dan postes adalah :

H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara pretes dan

postes

H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pretes

dan postes.

Jika rata-rata hasil pretes postes dari populasi yang berdistribusi

normal dan homogen maka untuk pengujian hipotesis digunakan uji t

sementara jika rata-rata hasil pretes dan postes dari populasi yang
52

berdistribusi normal dan tidak homogen maka untuk pengujian

hipotesis digunakan uji t. jika hasil pretes menunjukan bahwa tidak

terdapat perbedaan pretes dan postes, maka untuk mengetahui

peningkatan Hasil belajar matematika siswa dapat menggunakan data

hasil postes.

4). Menghitung Gain Ternormalisasi

Perhitungan gain normal dilakukan untuk mengetahui peningkatan

Hasil belajar matematika siswa setelah diberikan perlakuan. Untuk

menghitung gain normal dapat digunakan rumus menurut Hake

(dalam Muliawati, 2015:39) sebagai berikut :

skor postes−skor pretes


Gain =
skor ideal−skor pretes

Setelah diperoleh gain normalnya, nilai tersebut dapat ditafsirkan

dalam klasifikasi menurut Hake (dalam Sundayana, 2014:151) sebagai

berikut :

Tabel 3.6 Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Nilai Gain Ternormalisasi Interpretasi


-1,00 ≤ g ¿0,00 Terjadi penurunan
g = 0,00 Tetap
0,00 < g < 0,30 Rendah
0,30 ≤ g < 0,70 Sedang
0,70 ≤ g < 1,00 Tinggi

Uji normalisasi distribusi indeks gain kelas eksperimen perumusan

hipotesisnya yaitu sebagai berikut :

H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata gain pretes dan postes

H1 = terdapat perbedaan rata-rata gain pretes dan postes


53

Pengujian statistik dilakukan dengan uji statistik uji t, uji terhadap

dilakukan jika hasil pengujian menunjukan peningkatan hasil belajar

matematika siswa pada pendekatan Contextual teaching and learning

berasal dari populasi berdistribusi tidak normal, maka analisis datanya

dilanjutkan dengan pengujian perbedaan dua rata-rata secara non

paramterik dengan uji u man whitney. Perhitungan uji homogenitas ini

menggunakan program komputer yaitu program SPSS 22,0 for

windows melalui uji levene.

2. Data Kualitatif

a. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini dijadikan sebagai data pendukung

untuk mengetahui kinerja guru dalam mengajar baik ketika pretes

maupun postes untuk mengetahui respon siswa dalam bentuk aktifitas

belajar. Lembar observasi disajikan dalam bentuk tabel agar lebih

memudahkan dalam menginterpretasikan kedalam bentuk kualitatif

sesuai kriteria yang muncul pada setiap aspek yang dilakukan observasi.

Lembar observasi kinerja guru disertai dengan kisi-kisi berupa deskripsi

dari setiap indikator penilaian yang dapat dijadikan sebuah pedoman

dalam mengisi lembar observasi kinerja guru tersebut. Lembar observasi

kinerja guru pada kelas eksperimen memiliki indikator yang sesuai

dengan pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan, dalam hal ini

pendekatan Contextual Teaching and Learning

b. Skala Disiplin Belajar Siswa


54

Instrumen skala sikap digunakan untuk mengetahui tingkat karakter

siswa dalam menemukan penyelesaian masalah yang telah diberikan.

Skala sikap yang digunakan yaitu dengan skala likert. Pernyataan yang

digunakan dalam penelitian ini berisi dua puluh pernyataan yang harus

diisi oleh siswa. Kriteria jawaban yang harus dipilih yaitu sangat setuju

(SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS)

Anda mungkin juga menyukai