Anda di halaman 1dari 14

BAB III

METOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pelaksanakan penelitian
hendaknya menggunakan metode ilmiah. Penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian eksperimen. Menurut Yuberti Dan Antoni (2017) penelitian eksperimen
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan dan meramalkan yang akan terjadi pada suatu variabel manakala
diberikan suatu perlakuan tertentu pada variabel lainnya. Penelitian eksperimen
dibagi menjadi dua, yaitu eksperimen sebenarnya (true exsperiment) biasanya
banyak dilakukan di labolatorium, dan eksperimen semu (quasy exsperiment).
Perbedaan antara kedua eksperimen tersebut terdapat pada teknik pengambilan
sampel.
Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian quasy eksperimen atau
penelitian eksperimen semu bertujuan memproleh informasi seperti eksperimen
murni, namun tidak semua variabel yang relevan dapat dimanipulasi dan
dikontrol, kecuali hanya beberapa saja. Karena peneliti harus benar-benar
menguasai rancangan atau upaya yang harus dilakukan untuk menjaga validasi
internal maupun eksternal. Pada kelompok kelas eksperimen diberi perlakuan
model flipped classroom, sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan model
konvensional. Rancangan penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah desain faktorial 2 x 3
Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian
O1 X O2
O3 - O4
Keterangan:
O1 : Pretest pada kelas eksperimen
O2 : Posttest pada kelas eksperimen

30
31

O3 : Pretest pada kelas kontrol


O4 : Posttest pada kelas kontrol
X : Perlakuan model flipped classroom terhadap kemampuan
representasi matematika ditinjau dari curiosity.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di SMK GKPS 2 Pematangsiantar,
Jl. Merek Raya,Siopat Suhu, Kecamatan Siantar Timur, Kota Pematangsiantar.
Alasan peneliti memilih lokasi ini karena belum ada yang melakukan penelitiam
dengan judul “Pengaruh Model Flipped Classroom terhadap kemampuan
representasi matematika ditinjau dari curiosity ” di sekolah tersebut. Penelitian ini
dilaksanakan selama ± 1 bulan pada semester ganjil Tahun Ajaran 2022/2023.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Garaika (2019: 34) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari atas Obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda –
benda alam yang lain. Populasi bukan hanya jumlah obyek atau subyek, tetapi
meliputi seluruh karakteristik dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut.
Adapun populasi penelitian ini adalah di SMK GKPS 2 Pematangsiantar
yang terdiri dari 5 kelas sebanyak 127 orang yang ditunjukkan pada tabel
berikut.
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas XI SMK GKPS 2 Pematangsiantar
Kelas XI TKR XI RPL XI TIL XI TMP XI TSM
Jumlah orang 23 27 24 27 26

3.3.2. Sampel
Menurut Garaika (2019: 34) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, karena
mempunyai keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi yang mewakili. Sampel yang
32

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik cluster sampel.


Sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas XI
TSM dan XI TKR.
3.4 Variabel Penelitian
Sugiyono (2013:38) Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian ini ada terdapat dua variabel yaitu variabel
bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen).
a. Variabel Bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Yang
menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah menjadi variabel
bebas adalah Model Flipped classroom(X1) dan Curiosity Belajar (X2).
b. Variabel Terikat merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Yang menjadi variabel
terikat dalam penelitian ini adalah Kemampuan Representasi
Matematis (Y). Kemampuan Representasi matematis yang dimaksud
adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah dilakukan pretest dan
posttest.
3.5 Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini
penulis menggunakan sebagai berikut:
1. Tes
Tes adalah cara untuk mengumpulkan data dengan memberikan beberapa
butir pertanyaan kepada subjek penelitian.. Tes ini terdiri dari posttes.
Posttes digunakan untuk mengetahui perolehan hasil belajar peserta didik
dan ada tidaknya pengaruh terhadap kelas yang melaksanakan pembelajaran
dengan menerapkan model flipped classroom dan kelas yang menerapkan
model konvensional. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan soal
33

uraian, dimana soal tersebut dibuat berdasarkan indikator matematis. Hasil


belajar matematis peserta didik diberi skor sesuai kriteria pensekoran.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik untuk mengumpulkan data dengan
bercakap-cakap secara langsung antara pewawancara dengan yang
diwawancara. Metode ini digunakan oleh peneliti untuk mewawancara guru
mata pelajaran matematika kelas XI RPL. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh informasi yang jelas untuk keperluan penelitian.
3. Observasi
Nasution (dalam Sugiyono, 2020, p. 297) meyatakan bahwa observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Pada penelitian ini, peneliti
melakukan observasi dengan datang ke sekolah untuk mengamati subjek
penelitian dan memberikan tes awal observasi kepada siswa kelas XI berupa
soal untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
4. Angket
Angket adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi serangkaian pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden
untuk mendapat jawaban. Angket diisi oleh responden sesuai dengan yang
dia ketehaui.
3.5.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah melakukan penelitian suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun social yang diamati (Sugiyono,
2020: 156). Instrumen yang dipakai untuk mengetahui kemampuan berpikir
kreatif matematis adalah tes. (Arikunto (2014:193) Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen tes (tes penguasaan kemampuan representasi ) dan instrumen
angket (angket curiosity belajar). Intrumen yang dibuat harus valid dan
reliabel
34

1. Tes Kemampuan Representasi Matematika


Tes kemampuan representasi matematika dibuat dalam bentuk tes uraian. Hal
ini dilakukan agar peserta didik lebih kreatif untuk menjawab tes. Peserta
didik akan bercerita, dalam proses bercerita ini peserta didik akan memilih
kalimat-kalimat yang baik, melalui proses ini dapat kita lihat langkah-langkah
peserta didik untuk menjawab soal tes. Adapun rincian indikator kemampuan
representasi matematika yang akan diukur adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kisi – Kisi Test Representasi Matematika
Indikator Kemampuan Representasi Banyak Nomor Rana
No.
Matematika Soal Soal Kognitif
representasi visual (menyajikan data atau 1 C2
informasi suatu masalah dalam
1. 2 C3
representasi gambar, diagram, grafik atau 2
tabel).
representasi simbolik (menggunakan 3 C4
2. ekspresi matematis untuk menyelesaikan 2
4 C5
masalah).
representasi verbal (menggunakan kata-
3. kata untuk menuliskan langkah 1 5 C6
penyelesaian masalah).
Jumlah 5 5
Ada pun rubrik penilaian dari kisi-kisi dan indikator yang telah dibuat untuk
menjamin validitas dari soal adalah sebaga berikut:
Tabel 3.5 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Representasi Matematika
No Indikator Ketentuan Skor
1 Representasi visual (menyajikan Tidak ada jawaban 0
data atau informasi suatu masalah Hanya sedikit dari 1
dalam representasi gambar, penjelasan yang benar
diagram, grafik atau tabel). Penjelasan secara 2
matematis masuk akal
namun hanya sebagai
lengkap dan benar
Penjelasan secara 3
matematis masuk akal,
meskipun tidak tersusun
sedikit kesalahan bahasa
Penjelasan secara 4
matematis masuk akal dan
jelas serta tersusun secara
logis dan sistematis
2 representasi simbolik(menggunakan Tidak ada jawaban 0
35

ekspresi matematis untuk Hanya sedikit dari gambar 1


menyelesaikan masalah). atau diagram yang benar
Melukiskan diagram atau 2
gambar, namun kurang
lengkap dan benar
Melukiskan diagram atau 3
gambar secara lengkap dan
benar
Melukiskan diagram atau 4
gambar secara lengkap,
benar dan sistematis
3 representasi verbal (menggunakan Tidak ada jawaban 0
kata-kata untuk menuliskan langkah Hanya sedikit dari model 1
penyelesaian masalah). matematika yang benar
Menemukan model 2
matematis dengan benar,
namun salah dalam
mendapatkan solusi
Menemukan model 3
matematis dengan benar
kemudian melakukan
perhitungan atau
mendapatkan solusi secara
dan lengkap
Menemukan model 4
matematika dengan benar
kemudian melakukan
perhitungan atau
mendapatkan solusi secara
benar dan lengkap serta
sistematis
2. Instrumen Angket
Instrumen angket untuk mengatur Curiosity belajar peserta didik dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert. Peserta didik diminta
untuk memberikan jawaban dengan memberi tanda “  ” hanya pada satu pilihan
jawaban yang telah tersedia (Arikunto 2020: 268). Terdapat lima pilihan jawaban,
yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang seuju (KS), tidak setuju (TS), dan
sangat tidak setuju (STS). Pernyataan dalam angket terdiri dari item positif dan
negatif.
A. Item Positif
Pernyataan SS S KS TS STS
36

Skor 5 4 3 2 1
B. Item Negatif
Pernyataan SS S KS TS STS
Skor 1 2 3 4 5
Pengelompokkan skor Curiosity belajar ke dalam kategori tinggi, sedang, dan
rendah dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Menjumlahkan skor semua peserta didik
2. Mencari nilai rata-rata (Mean) dan simpangan baku (Standar Deviasi)
∑X
Mean =
N
Keterangan :
∑X = Jumlah semua skor
N = Banyaknya peserta didik

√ ( )
2
∑X ∑X
SD = − 2
N N
Keterangan :
SD : Standar Deviasi
∑x2 : Jumlah skor yang telah dikudratkan kemudian dibagi N
N
∑ i=1 Xi2: Jumlah skor yang dikuadratkan, dibagi banyaknya peserta didik
(N)
Tabel 3.5 Kategori Pengelompokan Curiosity belajar Peserta Didik
No Interval Kategori
1 X ≥ X + SD Tinggi
2 X −SD ≤ X < X + SD Sedang
3 X < X−SD Rendah

3.5.3 Uji Coba Instrumen


Uji coba instrumen yang baik harus memenuhi syarat kebenaran tes,
yaitu:
3.5.3.1 Validitas
Arikunto (2020: 211) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu imstrumen. Tinggi rendahnya
37

instrumen menjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh
Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
N ∑ xy−(∑ X )(∑Y )


rxy = { N ∑ X ²−( ∑ X ² ) } { N ∑Y ²−(∑Y ²) ¿ Arikunto (2020 :213)
¿

Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = jumlah siswa
∑x = Skor siswa pada tiap butir soal
∑ y = Nilai / Skor total
Tabel 3.4 Interpretasi Kriteria Validitas
Nilai rxy Interpretasi
0,80 - 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
Dibawah 0,00 (korelasi negatif) Tidak Valid

3.5.3.2 Tingkat Kesukaran Tes


Tingkat kesukaran untuk setiap item soal menunjukkan apakah butir
soal itu tergolong sukar, sedang, atau rendah. Soal yang baik adalah soal yang
tidak terlalu mudah dan terlalu sukar. Rumus yang dipakai adalah :

mean
tingkat kesukaran=
skor maksimum yang ditetapkan

Nilai Tingkat Kesukaran Interpretasi


0,00 – 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Item Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
Kriteria dengan tingkat kesukaran yang dipakai pada penelitian ini adalah :
mudah, sedang, dan sukar.
3.5.3.3 Reabilitas Tes
38

Karena test yang digunakan berbentuk uraian (essay test) maka untuk
mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha, Arikunto (2020: 221).
k ∑σ b ²
r11 = ( k −1 ) 1− ¿
σ ²ₜ
Keterangan :
r11 = reabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
∑σ b ² = Jumlah varians butir
σ ₜ ² = Varians total
Variasn dapat dihitung dengan rumus :
(∑ x) ²
∑ x2 −
n
σ ²=
n
Keterangan :
σ 2 = varians
x = simpangan x dan x , yang dicari x- x
n = banyaknya subjek pengikut tes
Instrumen dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach lebih
dari 0,70 (ri > 0,70).
3.5.3.4 Daya Pembeda Tes
Daya pembeda butir tes adalah kemampuan soal membedakan siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka
yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (DB).
Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:
X A −X B
DB =
X maks
Dimana:
DB = daya beda soal
XA = skor rata-rata siswa berkemampuan tinggi
XB = skor rata-rata siswa berkemampuan rendah
X maks = skor maksimum yang ditetapkan

Tabel 3.4 Interpretasi Daya Pembeda Tes


Nilai DB Interpretasi
0,71 – 1,00 Sangat Baik
0,41 – 0,70 Baik
0,21 – 0,40 Cukup
39

Kriteria daya pembeda yang dipakai dalam penelitian ini adalah yang : cukup,
baik dan baik sekali.
3.6 Teknik Analisis Data
Hasil dari pengumpulan data, diperoleh sejumlah data yang akan
memberikan jawaban terhadap problematik penelitian. Dalam pengolahan data
dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis
data, dalam hal ini dihitung uji normalitas dan uji homogenitas data. Tingkat
kemampuan komunikasi matematika dianalisis melalui data pretest dan postets
yang diperoleh dari hasil test, dan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan
uji t.
3.6.1 Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel berdistribusi normal atau tidak digunakan
uji normalitas liliefors (Nuryadi, dkk 2017 : 81)sebagai berikut:
a. Mencari Bilangan Baku
X 1−X
Z1 =
S
Dimana:
X = Rata-rata sampel
S = Simpangan baku (standar deviasi)
b. B = Menghitung peluang F (zi ) = P ( z < zi ).
c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, z3,...., zn yang lebih kecil atau
sama dengan zi. Jika proporsi dinyatakan S (zi) maka
banyaknya z ₁ , z ₂ , ….. zₙ yang ≤ zi
S(zi) =
n
d. Menghitung selisih F (𝑍1) - S(𝑍1), kemudian harga mutlaknya.
e. Mengambil 𝐿0, yaitu harga paling besar diantara harga mutlak.
Dengan kriteria 𝐻0 ditolak jika 𝐿0 > 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.

3.6.2 Uji Homogenitas


Uji Homogenitas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Uji Perbandingan Varians. Uji homogenitas varians dengan melakukan
perbandingan varians terbesar dengan varians terkecil di lakukan dengan cara
membandingkan dua buah varians dari variabel penelitian. Adapun rumus
homogentitas perbandingan varians adalah sebagai berikut:
40

Variansbesar
F hitung
Varians kecil
Nilai Fhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai Ftabelyang
diambil dari tabel distribusi F dengan dk penyebut = n-1 dan dk pembilang = n-
1. Dimana n pada dk penyebut berasal dari jumlah sampel varians terbesar,
sedangkan n pada dk pembilang berasal dari jumlah sampel varians
terkecil.Aturan pengambilan keputusannya adalah membandingkan nilai Fhitung
dengan Ftabel.Kriterianya adalah jika Fhitung< Ftabel.Maka Ho diterima dan Ha
ditolak berarti varians homogen.Jika Fhitung>Ftabel Maka Ho ditolak dan Ha
diterima berarti varians tidak homogen.

3.6.1 Uji Hipotesis Penelitian


Terdapat beberapa macam teknik statistik yang dpat digunakan untuk
menguji hipotesis yang bukan berbentuk perbandingan ataupun hubungan antar
dua variabel atau lebih pengujian hipotesis mengunakan uji t (tail test). Maka
peneliti menggunakan uji hipotesis koompratif dari
dua sampel independen yang dapat dapat digunakan dalam penelitian ini adalah
sampel berpasangan/releted. Dimana sampel ini membandingkan sebelum dan
sesudah treatmen atau perlakuan.
X 1−X ₂
t=
√ ( )( √ )
2 2
s1 s2 s1 s2 Sugiyono (2017 )
+ −2r
n1 n 2 √ n1 n2

Keterangan :
t = Distribusi t
X 1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen
X 2 = Nilai rata – rata kelas kontrol
n1 = banyaknya subjek kelas eksperimen
n2 = banyaknya subjek kelas kontrol
S12 = Varian sampel kelas eksperimen
S12 = Varian sampel eksperimen
S = Simpangan baku sampel
Hasil uji-t dibandingkan dengan t-tabel. Untuk melihat harga t-tabel
digunakan dk = n ₁+n ₂−2. Data hasil kemudian dikonsultasikan dengan t
41

tabel dengan taraf signifikan. Yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5%
dengan dk = (n ₁+n ₂−2). Jika t hitung ≥t tabel maka Hₒ ditolak yang berarti adanya
perbedaan yang signifikan. Sebaliknya jika adalah jika t hitung ¿t hitung maka Hₒ
diterim, yang berartitidak ada perbedaan yang signifikan.

DAFTAR PUSTAKA
Adhitiya, E.N., Prabowo, A. dan Arifuddin, R. (2015). Studi Komparasi Model
Pembelajaran Traditional Flipped Classroom dengan Peer Instruction Flipped
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Unnes Journal of Mathematics
Education 4.
Agustian, U., Prambudi, A., & Hidayah, I. (2019). Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif dan Rasa Ingin Tahu Melalui Model DL Berbantuan Kartu
Domino Materi Operasi Bilangan Pecahan Kelas VII. Jurnal Prisma, 2(2),
778–787.
Alita, K. U., Koeswanti, H. D., & Giarti, S. (2019). Penerapan Model Problem
Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V Sdn Ledok 5 Tahun Pelajaran 2018/2019. Jurnal Basicedu, 3(1),
169–173. https://doi.org/10.31004/basicedu.v3 i1.115
Amelia Alfiani, (2013). “Peningkatan Kemampuan Representasi Matematika
Siswa Smp Melalui Penerapan Pendekatan Metakognitif” (Fmipa Universitas
Pendidikan Indonesia).
Andri Suryana,(2012). “Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Lanjut
(Advancedmathematical Thinking) Dalam Mata Kuliah Statistika Matematika
1, Makalahdisajikan Dalamseminar Nasional Matematika Dan Pendidikan
Matematika,” Jurusan Pendidikan Matematika Fpmipa Uny, 2012, 40–41.
Artiah., Untarti, R., (2017). Pengaruh Model Reciprocal Teaching terhadap
Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 6
Purwokerto, Journal of Matematics Education Alpha Math, 3(1), 1-11.
Astri pratiwi, dkk, (2017).” Pengaruh model flipped classroom terhadap self-
confidence dan hasil belajar siswa SMAN 8 pontianak” dalam jurnal nusamba
vol 1 no 2,
42

Bambang Sri Anggoro. (2016). Meningkatkan Kemampuan Generalisasi


Matematis Melalui Discovery Learning Dan Model Pembelajaran Peer Led
Guided Inquiry,”Al-Jabar : Jurnal Pendidikan matematika 7 No.1 :11-20.
Https://doi.Org/10.24042/Ajpm.V7i1.23.
Binson Bussakom. (2009). “Curiosity Based Leaerning Program Us-China
Education Review” 12, No. 6 13–22.
Diana, P., Marethi, I., & Pamungkas, A. S. (2020). Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Siswa: Ditinjau dari Kategori Kecemasan Matematik.
SJME (Supremum Journal of Mathematics Education), 4(1), 24-32.
Dina A. (2018). “Pengaruh Model Flipped Classroom Terhadap Kemampuan
Representasi Matematika Ditinjau Dari Curiosity Belajar
Matematika”.Skripsi tidak di terbitkan. Bandar Lampung: Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung.
Hanifah, H. (2016). Penerapan Pembelajaran Model Eliciting Activities (MEA)
dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi
Matematis Siswa. Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 6(2), 191-198.
Haryanto, E. (2019). Upaya Meningkatkan Rasa Ingin Tahu Dan Prestasi Belajar
Matematika Materi Sifat-Sifat Bangun Ruang Melalui Model Pembelajaran
Van Hiele Di Kelas V Sd Muhammadiyah 04 Comal. Dinamika Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 9(2), 53–56. https://doi.org/10.30595/dinamika.v 9i2.3862
Hasan Baharun. (2016). “Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis
Lingkungan Melalui Model ASSURE,” Cendekia:, 14(2), hal. 231–246. doi:
10.21154/cendekia.v14i2.610Hudojo, Herman. 2003. Guru Matematika
Konstruktivis. Makalah disajikan pada Seminar Nasional “Perubahan
Paradigma Pembelajaran Matematika dari Paradigma Mengajar ke Paradigma
Belajar”. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: 27-28 Maret.
Herdiana,Y., Marwan, M., & Morina Zubainur, C. (2019). Kemampuan
representasi matematis dan self confidence siswa smp melalui penerapan
model problem based learning(PBL). Jurnal Ilmiah Pendidikan
MatematikaAlQalasadi,3(2),23–35.
https://doi.org/10.32505/qalasadi.v3i2.1250
Listriania, N. D., & Aini, K. N. (2019). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual
Berbantuan Hands Activity terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik dan Rasa Ingin Tahu Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Dan
Pembelajaran Matematika, 5(1), 50–61.
Prasetyo, T., & Nisa, K. (2018). Pengaruh Model Problem Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Dan Rasa Keingintahuan Siswa. Didaktika Tauhidi:
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(2), 83.
https://doi.org/10.30997/dt.v5i2.110 3
43

Ramziah, Siti. (2016). Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa


kelas X2 SMA N 1 Gedung Meneng Menggunakan Bahan Ajar Matriks
Berbasis Pendekatan Saintifik. Jurnal Mosharafa. Volume 8 (3):1-10.
Riadi, Muchlisin. (2020). Model Pembelajaran Flipped Classroom. Diakses
pada 6/12/2022, dari https://www.kajianpustaka.com/2020/03/model-
pembelajaran-flipped-classroom.html

Sabirin, M. (2013). Student Performance In Non-Routine Problem Solving On


Topic Random Variable And Probability Distribution. Prosiding Konferensi
Nasional Pendidikan Matematika V. Malang: UM Press.
Setiyadi, D. (2018, February). Upaya Meningkatkan Rasa Ingin Tahu dan Prestasi
Belajar Berbantukan Lembar Kerja Siswa Lambang Bilangan Romawi
Melalui Strategi TANDUR di Kelas IV Sekolah Dasar. In PRISMA,
Prosiding Seminar Nasional Matematika (Vol. 1, pp. 954-962)
Suhandak, M. (2014). Keefektifan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel ditinjau Dari Prestasi Dan Curiosity.
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education. Volume I Edisi 1
2014 http://idealmathedu.p4tkmate-matika. org. ISSN 2407-7925
Surya, E., & Istiawati. 2016. Mathematical Representation Ability In Private
Class XI SMA YPI Dharma Budi Sidamanik. Jurnal Saung Guru : Vol. VIII,
No. 2
Thabroni, G. (2020). Model Pembelajaran: Pengertian, Ciri, Jenis & Macam
contoh [Online]. Diakses 06 Juni 2022, tersedia https://serupa.id/model-
pembelajaran-pengertian-ciri-jenis-macam-contoh/
Waluyo, S. B., & Siswanto, B. (2019). Upaya Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis dan Rasa Ingin Tahu Siswa Kelas X MIPA 9
SMA N 4 Semarang Melalui Model Problem Based Learning Berbantuan
Kartu Soal. Prima: Jurnal Pendidkan Matematika, 2, 893–898. Yulietri, F., &
Mulyoto, M. (2015). Model Flipped Classroom dan Discovery Learning
Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari
Kemandirian Belajar. Jurnal Teknodika, 13(2).

Anda mungkin juga menyukai