Anda di halaman 1dari 57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah penelitian kuantitatif. Jenis

penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif adalah baik data

maupun analisisnya didasarkan pada perhitungan statistik.1 Metode

penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimen. Eksperimen yang dimaksudkan untuk mempelajari efek atau

pengaruh manipulasi atau pemrosesan sistematis dari satu variabel (atau

lebih) pada variabel lain.2 Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin

dicapai, maka penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk

Quasi-Eksperimen atau eksperimen semu.

Penelitian penelitian Quasi-Eksperimen yaitu penelitian yang paling

mungkin dilakukan, mengingat banyak kendala dalam menerapkan True

Experimental.3 Muri Yusuf berpendapat bahwa rancangan pada penelitian

Quasi-Eksperiment tidak menggunakan randominasi pada awal penentuan

kelompok dan juga kelompok sering dipengaruhi oleh variabel lain dan

bukan semata-mata oleh perlakukan.4

1
Sanjaya H. Wina, “Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, dan Jenis,” (Jakarta:
Kencana, 2015 hlm. 34), hlm. 34.
2
Setyosari Punaji, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan,” (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group,2013).hlm.44.
3
Lestari dan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika.
4
Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
B. Desain Penelitian

Sugiyono mengemukakan bahwa desain merupakan cara untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengajuan

hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan peneliti dan sebagai alat

untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian.5

Adapun desain penelitian ini yang digunakan peneliti yaitu

Nonequivalent Posttest-Only Control Group design. Teknik

pengambilan sampel pada desain ini tidak diambil secara acak murni.

Pada desain, terdapat dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen

yang akan diberi perlakuan pada pembelajaran dengan dengan

menggunakan pendekatan problem solving. Selanjutnya, kedua

kelompok diberi posttest (O) untuk melihat bagaimana hasilnya.

Desain penelitian ini digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan

pembelajaran dengan pendekatan problem solving terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematis antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Rancangan penelitian Nonequivalent Posttest-Only Control

Group Design dapat dilihat pada gambar III.1.

Gambar III.1
The Nonequivalent Posttest-Only Control Group Design

5
Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D, Bandung.2014.
Keterangan :

X = Perlakuan yang diberikan (variabel independen)

O = Posttest (variabel dependen yang di observasi)

Untuk melihat curiosity siswa, digunakan skala non-test diawal

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Skala curiosity dibagi menjadi

tiga tingkatan yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Perhatikan Tabel III.1

berikut:

TABEL III.1
HUBUNGAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN PROBLEM
SOLVING DAN CURIOSITY DENGAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
Kelas Curiosity
Tinggi (B1) Sedang (B2) Rendah (B3)
Eksperimen (A1) A1 B1 A1 B2 A1 B3
Kontrol (A2) A2 B1 A2 B2 A2 B3

Keterangan :

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis terhadap pendekatan

problem solving.

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis terhadap Selain

Pendekatan problem solving.

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan curiosity

tinggi yang diajarkan dengan pendekatan problem solving.

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan curiosity

sedang yang diajarkan dengan pendekatan problem solving.

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan curiosity

rendah yang diajarkan dengan pendekatan problem solving.


Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan curiosity

tinggi yang diajarkan tanpa pendekatan problem solving.

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan curiosity

sedang yang diajarkan tanpa pendekatan problem solving.

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan curiosity

rendah yang diajarkan tanpa pendekatan problem solving.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 12 Pekanbaru pada semester

ganjil tahun ajaran 2022/2023. Penelitian menyesuaikan jadwal pelajaran

semester ganjil yang ada di sekolah tersebut.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yang peneliti ambil adalah

seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 12 Pekanbaru Tahun Ajaran

2023/2024.

2. Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah kelas XI IPS

1 yang dipilih sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 5 sebagai

kelas kontrol. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling. purposive sampling merupakan suatu

teknik penentuan dengan pertimbangan tertentu. Pengambilan

sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling sesuai

dengan tujuan penelitian, yaitu untuk melihat perbedaan kemampuan


pemecahan masalah matematis dengan menggunakan pendekatan

yang berbeda. Pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan

sifat homogenitas siswa yang juga didukung oleh keterangan guru

yang mengajar di kelas tersebut yang mengatakan bahwa kelompok

siswa yang dijadikan sampel tersebut memiliki kemampuan

pemecahan masalah matematis yang sama, sehingga bisa dijadikan

sampel penelitian.6

E. Variabel Penelitian

Penelitian eskperimen yang peneliti lakukan menggunakan

beberapa variabel penelitian, yaitu :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi

variabel terikat dalam suatu penelitian. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pembelajaran dengan Pendekatan Problem

Solving.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh

variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

3. Variabel Moderator

Variabel moderator adalah variabel yang memperkuat atau

memperlemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel moderator dalam penelitian ini adalah Curiosity atau rasa

keingintahuan siswa.

6
“Lestari dan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika.”
F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

beberapa teknik, diantaranya yaitu:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan

cara mengamati apa yang diamati baik secara langsung ataupun tidak

langsung dan mencatatnya pada suatu alat observasi. 7 Teknik

pengumpulan data ini melalui observasi dilakukan untuk mengamati

dan mencatat fenomena yang muncul dalam variabel terikat yaitu

dengan pendekatan problem solving. Observasi dilakukan oleh

seorang observer, yaitu guru mata pelajaran matematika di sekolah

tersebut. Tujuannya untuk mengamati kegiatan yang dilakukan

peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan

tertulis kepada responden untuk dapat dijawab.8 Pada penelitian ini,

angket digunakan untuk mengukur tingkat curiosity atau

keingintahuan siswa pada pembelajaran matematika.

3. Tes

Tes adalah instrument atau alat untuk mengumpulkan data

tentang kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran.9 Tes

7
Wina Sanjaya, Op.Cit. hlm. 270.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta,2013), hlm.199.
9
Hartono, Analisis Item Instrumen (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2015)., hlm. 83.
yang digunakan berbentuk soal uraian yang dirancang berdasarkan

indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Tujuannya

untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah dirumuskan

sebelumnya. Oleh karena itu, soal-soal tes dirancang berdasarkan

indikator dari kemampuan pemecahan masalah matematis.

G. Instrumen Penelitian

1. Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

tentang kompetensi yang akan dicapai, kegiatan pembelajaran, dan

penilaian hasil belajar siswa dalam kurun waktu tertentu.10 Ada

beberapa komponen dalam silabus yaitu identitas mata pelajaran dan

sekolah, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pencapaian

kompetensi, identifikasi materi pokok pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, jenis penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.11

Dalam penelitian ini silabus yang digunakan yaitu silabus kurikulum

2013 karena sejalan dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah

tempat peneliti melakukan penelitiannya.

2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP atau rencana pelaksanaan pembelajaran adalah program

yang perencanaan yang disusun sebagai pedoman dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam setiap pertemuan-

pertemuannya. Sedangkan untuk komponen dalam RPP adalah


10
Tri Wijaya, Panduan Praktis Menyusun Silabus, RPP, Dan Hasil Belajar (Yogyakarta:
Noktah, 2019), hlm.9.
11
Ibid. hlm 13-21.
identitas sekolah, identitas mata pelajaran, identitas kelas dan

semester, identitas materi pembelajaran, alokasi waktu, kompetensi

inti, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media

pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, dan

penilaian hasil pembelajaran.12 Dalam hal ini, RPP yang digunakan

yaitu RPP kurikulum 2013.

3. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Instrumen penelitian soal yaitu berisi tes kemampuan pemecahan

masalah matematis berupa soal posttest. Tes kemampuan

kemampuan pemecahan masalah matematis yang digunakan

berbentuk uraian yang terdiri dari 6 soal, kemudian di uji coba ke

kelas XII. Sebelum diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas

kontrol sebaiknya dilakukan analisis validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran dan daya pembeda soal.

a. Validitas butir soal

Validitas merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan

tingkatan-tingkatan kevalidan dan keshahihan suatu instrumen.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggabungkan antara

skor butir soal dengan skor total dengan menggunakan rumus

Pearson Product Moment sebagai berikut:13

12
Ibid. hlm. 27-33.
13
Arikunto SuharsimiProsedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), hlm.213.
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= Koefisien korelasi

N = Banyaknya siswa atau jumlah responden

X = Nilai hasil uji coba

Y = Nilai rata-rata harian

Langkah selanjutnya dengan rumus uji-t untuk mendapatkan harga


:14

=

Keterangan:

= Nilai t hitung

= Koefisien korelasi

n = jumlah responden

langkah terakhir yang dilakukan adalah membandingkan nilai

dengan dengan menggunakan dƒ = n – 2 dan taraf signifikan

5%, maka kaidah keputusannya adalah:

Jika, > berarti valid

Jika, ≤ berarti tidak valid

Berikut hasil perhitungan validitas butir soal yang disajikan dalam Tabel

III.4

14
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&B.
2013, hlm. 257.
Tabel III.4
Hasil Koefisien Korelasi Validitas Soal
No butir Harga Harga Keputusan
soal
1. 1,701 Valid
2. 1,701 Tidak Valid
3. 1,701 Valid
4. 1,701 Valid
5. 1,701 Valid
6. 1,701 Tidak Valid

Berdasarkan perhitungan Tabel diatas disimpulkan terdapat 4

butir soal valid dengan dan 2 butir soal tidak valid

dengan maka hanya 4 butir soal yang dapat

digunakan sebagai instrument penelitian. Data lengkap dapat dilihat

pada Lampiran.

b. Reliabilitas butir soal

Reliabilitas suatu instrumen yaitu keajegan atau

kekonsistenan instrumen tersebut ketika diberikan pada subjek

yang sama meskipun oleh orang yang berbeda, waktu yang

berbeda, atau tempat yang berbeda maka akan memberikan hasil

yang sama atau relatif sama (tidak berbeda secara signifikan).15

Tinggi rendahnya derajat reliabilitas suatu instrumen

ditentukan oleh nilai koefisien korelasi antara butir soal atau item

pertanyaan/pernyataan dengan instrumen tersebut yang

dinotasikan dengan r. Tolak ukur untuk menginterprestasikan

15
Lestari and Yudhanegara, Op.Cit, hlm. 206.
derajat reliabilitas instrumen ditentukan berdasarkan kriteria

menurut Guilford (1956) berikut:16

Tabel III.5
Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Interpretasi
Korelasi Reliabilitas
0,90 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat baik
0,70 ≤ r < 0,90 Tinggi Baik
0,40 ≤ r < 0,70 Sedang Cukup baik
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah Buruk
R<0,20 Sangat rendah Sangat buruk
(sumber : Karunia Eka Lestari & Mokhammad Ridwan
Yuhdanegara)

Rumus untuk dapat mengetahui apakah suatu tes memiliki

reliabilitas tinggi, sedang, rendah dapat dilihat dengan menggunakan

rumus Alfa Cronbach, yaitu:17


{ }

Keterangan:

= reliabilitas

K = banyak butir pertanyaan

∑ = jumlah varians butir instrumen

= varians skor total

Dengan rumus varians itu sendiri adalah:18



16
Karunia Eka Lestari,dkk Op.Cit, Penelitian Pendidikan Matematika, hlm.206.
17
Ibid, hlm. 365.
18
“Lestari and Yudhanegara, Op.Cit, hlm. 206.”
Keterangan:

= varians skor tiap item

= varian total

∑ = jumlah kuadrat item

∑ = jumlah item dikuadratkan

∑ = jumlah kuadrat X total

∑ = jumlah X total dikuadratkan

N = jumlah siswa

Langkah berikutnya yaitu membandingkan r hitung dengan

nilai r tabel, dengan menggunakan dƒ = N – 2 dan taraf signifikan

5%, maka kaidah keputusannya adalah:19

Jika , berarti reliabel.

Jika , berarti tidak reliabel.

Berdasarkan hasil uji reliabel terhadap item soal posttest, didapat

nilai Alfa Cronbach adalah sebesar:

Tabel III.6
Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal
Kesimpulan Interprestasi
0,361 Reliabel Baik

Berdasarkan tabel diatas nilai lebih besar dari pada nilai

yaitu . Artinya butir soal kemampuan pemecahan

masalah matematis adalah reliabel dengan reliabilitasnya baik. Secara rinci

reliabilitas soal uji coba kemampuan pemecahan masalah matematis bisa

dilihat pada Lampiran.

19
Hartono, Op. Cit, hlm. 134.
c. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk

dapat membedakan antara siswa yang menguasai materi dengan

siswa yang kurang menguasai materi.20 Berikut ini langkah-

langkah untuk menguji daya pembeda (DP) soal uraian.

a. Menghitung jumlah skor total tiap siswa

b. Mengurutkan skor total dari yang terbesar ke yang terkecil.

c. Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah.

d. Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok,

yaitu kelompok atas dan kelompok bawah.

Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:21

̅ ̅
̅̅̅

Keterangan:

IP = Indeks pembeda daya butir soal

̅ = rata-rata skor jawaban siswa kelompok atas

̅ = rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah

= skor maksimum

Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka nilai

tersebut diinterprestasikan pada kriteria daya pembeda sesuai

dengan tabel berikut:22

20
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Kementrian Agama RI, 2012), hlm. 145.
21
Ibid. hlm. 217-218.
22
“Ibid.”
Tabel III.7
Kriteria Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
0,70 < r ≤ 1,00 Sangat baik
0,40 < r ≤ 0,70 Baik
0,20 < r ≤ 0,40 Cukup
0,00 < r ≤ 0,20 Buruk
DP ≤ 0,20 Sangat buruk

Hasil perhitungan daya pembeda terdapat 6 butir soal uji

coba kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada

Tabel dibawah ini:

Tabel III.8
Hasil Kriteria Daya Pembeda
No Item Soal Daya Pembeda Kriteria
1 1,778 Sangat baik
2 0,779 Sangat baik
3 1,738 Sangat baik
4 0,71 Sangat baik
5 0,78 Sangat baik
6 1,306 Sangat baik

Data selengkapnya mengenai perhitungan daya pembeda soal

uji coba dapat dilihat pada Lampiran.

d. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal yaitu kemampuan untuk menjawab

soal dengan benar pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa

dinyatakan dengan indeks.23 Soal dapat dinyatakan baik apabila

soal tersebut memiliki tingkat kesukaran sedang dengan tidak

terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.24 Adapun untuk rumus

23
Ibid, hlm. 147.
24
Mas’ud Zein dan Darto, Evaluasi Pembelajaran Matematika (Pekanbaru: Daulat Riau,
2012), hlm. 85.
yang digunakan dalam mencari tingkat kesukarannya adalah

sebagai berikut:25
̅
TK =

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran

̅ : rata-rata jawaban siswa pada satu butir soal

: skor maksimum tiap soal

Adapun kriteria tingkat kesukaran yang digunakan

terdapat pada Tabel berikut:

Tabel III.9
Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Besarnya TK Keterangan
0,00 < TK ≤ 0,30 Sukar
0,31 < TK ≤ 0,70 Sedang
0,71 < TK ≤ 1,00 Mudah

Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba tes uraian

kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada Tabel

berikut.

Tabel III.10
Hasil Tingkat Kesukaran Butir Soal
No Item Soal Tingkat Kriteria
Kesukaran
1 0,72 Mudah
2 0.27 Sukar
3 0.637 Sedang
4 0.473 Sedang
5 0.433 Sedang
6 0,44 Sedang
Data selengkapnya mengenai perhitungan indeks kesukaran

soal uji coba dapat dilihat pada Lampiran.

25
Ibid, hlm. 224.
Adapun rekapitulasi uji coba soal kemampuan pemecahan masalah

matematis dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel III.11
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Validitas, Tingkat Kesukaran Daya
Pembeda Uji Coba Soal
No Validitas Tingkat Daya Pembeda Keterangan
Soal Kesukaran
1 Valid 0,72 Mudah 1,778 Sangat Digunakan
baik
2 Tidak 0.27 Sukar 0,779 Sangat Tidak
Valid baik Digunakan
3 Valid 0.637 Sedang 1,738 Sangat Digunakan
baik
4 Valid 0.473 Sedang 0,71 Sangat Digunakan
baik
5 Valid 0.433 Sedang 0,78 Sangat Digunakan
baik
6 Tidak 0,44 Sedang 1,306 Sangat Tidak
Valid baik Digunakan

4. Angket Curiosity

Angket ini diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol

secara individu tujuannya untuk mencari informasi tentang curiosity

siswa.

a. Uji validitas angket

Untuk melakukan uji validitas, maka rumus yang digunakan

yaitu menggunakan rumus person Product Moment sebagai

berikut:

∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:

= Koefisien korelasi

N = Banyaknya siswa atau jumlah responden

X = Nilai hasil uji coba

Y = Nilai rata-rata harian

Langkah selanjutnya dengan rumus uji-t untuk mendapatkan


harga :26

=

Keterangan:

= Nilai t hitung

= Koefisien korelasi

n = jumlah responden

langkah terakhir yang dilakukan adalah membandingkan

nilai dengan dengan menggunakan dƒ = n – 2 dan

taraf signifikan 5%, maka kaidah keputusannya adalah:

Jika, > berarti valid

Jika, ≤ berarti tidak valid

Berikut hasil perhitungan validitas uji coba angket curiosity

siswa dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel III.12
Hasil Koefisien Korelasi Validitas Angket
No butir Harga Harga Keputusan
soal
1. 1,701 Valid
2. 1,701 Valid
3. 1,701 Valid
4. 1,701 Valid

26
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&B.
2013.”
5. 1,701 Valid
6. 1,701 Valid
7. 1,6568 1,701 Valid
8. 3,4911 1,701 Valid
9. 4,2166 1,701 Valid
10. 6,5091 1,701 Valid
11. 3,6736 1,701 Valid
12. 3,5007 1,701 Valid
13. 9,8356 1,701 Valid
14. 2,5405 1,701 Valid
15. 5,2274 1,701 Valid
16. 5,6864 1,701 Valid
17. 3,7134 1,701 Valid
18. 0,6278 1,701 Valid
19. 3,6314 1,701 Valid
20. 4,5698 1,701 Valid
Berdasarkan perhitungan Tabel diatas disimpulkan bahwa 20

butir pernyataan dalam angket semuanya valid dan akan digunakan

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data lengkap dapat dilihat

pada Lampiran.

b. Reliabilitas Angket

Reliabilitas angket juga menggunakan rumus Alpha

Cronbach. Metode Alpha Cronbach digunakan untuk mencari

reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misal angket

atau soal bentuk uraian.27 Adapun langkah-langkahnya yang

perlu dilakukan yaitu:

1. Melakukan pengujian validitas setiap butir yang tersusun

dalam seperangkat instrumen.

2. Menghapus atau membuang butir-butir kuesioner yang tidak

valid.

27
Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Rineka Cipta, Jakarta: 2010),
hlm. 239.
3. Menyusun kembali skor-skor butir (hanya nomor butir yang

valid) kedalam tabel.

4. Menghitung angka-angka statistika yakni varians untuk

keseluruhan butir (varians total) menggunakan rumus varians.

Dengan rumus varians itu sendiri adalah:28



Keterangan:

= varians skor tiap item

= varian total

∑ = jumlah kuadrat item

∑ = jumlah item dikuadratkan

∑ = jumlah kuadrat X total

∑ = jumlah X total dikuadratkan

N = jumlah siswa

5. Memasukkan hasil perhitungan kedalam rumus untuk dapat

mengetahui koefisien reliabilitas yang dicari dapat dilihat

dengan menggunakan rumus Alfa Cronbach, yaitu:29


{ }

28
Lestari and Yudhanegara, Op.Cit, hlm. 206.
29
Ibid, hlm. 365.
Keterangan:

= reliabilitas

K = banyak butir pertanyaan

∑ = jumlah varians butir instrumen

= varians skor total

Langkah berikutnya yaitu membandingkan r hitung dengan

nilai r tabel, dengan menggunakan dƒ = N – 2 dan taraf signifikan

5%, maka kaidah keputusannya adalah:30

Jika , berarti reliabel.

Jika , berarti tidak reliabel.

Adapun kriteria reliabilitas angket yang digunakan untuk

mengetahuinya dapat dilihat pada Tabel berikut.31

Tabel III.13
Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi
Korelasi
0,90 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 ≤ r < 0,90 Tinggi
0,40 ≤ r < 0,70 Sedang
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah
R<0,20 Sangat rendah
(sumber : Karunia Eka Lestari & Mokhammad Ridwan
Yuhdanegara)

Berdasarkan perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas

sebesar 0.8769 berada pada interval 0,70 ≤ r < 0,90. Maka penelitian

bentuk soal pemecahan masalah dengan menyajikan 20 butir item

pernyataan diikuti oleh 30 tester memiliki kualitas interprestasi

30
Hartono, Op. Cit, hlm. 134.
31
Lestari dan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika.
reliabilitas tinggi. Untuk perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran.

5. Lembar Observasi

a. Lembar observasi adalah instrumen non tes yang berupa

kerangka kerja kegiatan penelitian yang dikembangkan melalui

bentuk skala nilai atau berupa catatan temuan hasil penelitian.

Lembar observasi di isi dengan memberikan tanda ceklis (√) oleh

observer untuk menentukan seberapa terlaksana nya kegiatan

berdasarkan hasil pengamatan nya.

b. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian pendidikan

biasanya berupa lembar observasi catatan perkembangan siswa,

dan catatan temuan hasil penelitian.32 Lembar observasi pada

penelitian dapat dilihat pada Lampiran.

6. Dokumentasi keterlaksanaan penelitian

Dokumentasi keterlaksanaan penelitian berupa foto-foto

disaat melakukan penelitian di SMA Negeri 12 Pekanbaru, dapat

dilihat pada Lampiran.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan

statistik, dan terdapat dua macam statistic yang digunakan untuk analisis

data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.33

32
“Karunia Eka Lestari,dkk Op.Cit, Penelitian Pendidikan Matematika, hlm.172.”
33
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&B.
2013 hlm.207.”
Berikut akan dijelaskan teknik analisis data yang digunakan pada

penelitian ini.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum (generalisasi).34 Oleh karena

itu, peneliti hanya menggunakan statistik deskriptif untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan data sampel, sedangkan

untuk membuat kesimpulan yang berlaku bagi populasi digunakan

statistik inferensial.

Statistik deskriptif meliputi penyajian data, perhitungan

modus, median, mean, perhitungan desil, persentil, perhitungan

penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,

perhitungan persentase.35

2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan

untuk menganalisis data sampel dan hasil yang diberlakuan nya

populasi.36 Statistik ini akan cocok digunakan bila teknik

pengambilan sampel dari populasi dilakukan random (secara

acak).37 Sebelum melakukan statistik inferensial harus dilakukan

34
OpCit. hlm. 207.
35
Ibid.
36
Lestari and Yudhanegara, Op.Cit, hlm. 242.
37
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta,2013) hlm.209.
uji asumsi terlebih dahulu dengan menggunakan uji normalitas dan

uji homogenitas

a. Uji Normalitas

Bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal

atau tidak. Statistik yang digunakan dalam uji normalitas ini

adalah uji Chi Kuadrat yaitu sebagai berikut:38

Keterangan:

: frekuensi observasi

: frekuensi harapan

: banyak kelas

Secara sistematis dapat dibuat kaidah keputusan:

Jika hitung > tabel, berarti data berdistribusi tidak normal

Jika hitung ≤ tabel, berarti data berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan suatu uji statistik yang dilakukan

untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai variansi

yang sama atau tidak. Uji homogenitas yang akan digunakan

adalah uji F (Fisher), yaitu:39

38
Dr. Supardi, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian: Buku Tentang Statistika Yang Paling
Komprehensif (Jakarta Selatan: Ufuk Press, 2012), hlm. 120
39
Ibid. hlm. 122
Untuk menentukan untuk taraf signifikan α = 0,05, d

= d = dan d = d = .

Keterangan:

: banyaknya data kelompok varian terbesar

: banyaknya data kelompok varian terkecil

Jika, > berarti tidak homogen.

Jika, ≤ berarti homogen.

c. Uji Hipotesis

Teknik yang digunakan berdasarkan rumusan masalah dalam

menganalisis dan menguji hipotesis ini menggunakan analisis

ANOVA dua arah (two way ANOVA) atau dua jalan. Tujuan

dari pengujian anova dua arah ini adalah untuk mengetahui

apakah ada dari berbagai kriteria yang diuji terhadap hasil yang

diinginkan.

Langkah-langkah dalam uji coba anova dua arah antara lain:40

1) Menghitung derajat kebebasan (dk)

a)

b)

c)

d)

e)

40
Hartono, Analisis Item Instrumen (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2019) hlm.247-259
f)

Keterangan:

: Derajat Kebebasan

: Jumlah Kuadrat Total

: Jumlah Kuadrat Antar Kelompok

: Jumlah Kuadrat Dalam

: Jumlah Kuadrat Faktor A

: Jumlah Kuadrat Faktor B

: Jumlah Kuadrat Faktor A x B

: total seluruh sampel

: banyaknya kelompok Faktor A

: banyaknya kelompok Faktor B

2) Perhitungan Jumlah Kuadrat ( )

a) ∑

b) ∑

c)

d) ∑

e) ∑

f)

Keterangan:

: Jumlah kuadrat penyimpangan total

: Jumlah kuadrat antar kelompok

: Jumlah Kuadrat Dalam


: Jumlah Kuadrat Faktor A

: Jumlah Kuadrat Faktor B

: Jumlah Kuadrat Faktor A x B

X : Skor individual

N : Jumlah sampel keseluruhan

A : Jumlah skor masing-masing baris pada faktor A

B : Jumlah skor masing-masing faktor B

n : banyaknya sampel masing-masing

3) Menghitung Rata-rata Kuadrat (RK)

a)

b)

c)

d)

Keterangan:

: Rata-rata kuadrat dalam

: Rata-rata Kuadrat Faktor A

: Rata-rata Kuadrat Faktor B

: Rata-rata Faktor A x B

4) Perhitungan F rasio

a) =

b) =

c) =
5) Membandingkan nilai dengan dengan taraf

signifikan 5%

6) Menarik kesimpulan dengan kaidah keputusan

Jika, > , maka ditolak dan diterima

Jika, ≤ maka diterima dan ditolak

I. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga bagian yaitu:

tahap persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengajukan judul penelitian

b. Menyusun proposal penelitian

c. Melaksanakan seminar proposal

d. Merevisi proposal berdasarkan hasil seminar proposal

e. Membuat silabus, RPP, dan instrumen penelitian

f. Menyusun instrumen pengumpulan data berupa soal kisi-kisi

posttest, kunci jawaban, serta kisi-kisi angket curiosity

g. Memvalidasi semua perangkat penelitian yang diperlukan dalam

penelitian kepada validator

h. Menetapkan jadwal penelitian

i. Mengurus izin penelitian

j. Menentukan sampel
k. Meminta surat permohonan izin dari UIN Suska Riau

l. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada sekolah

SMA Negeri 12 Pekanbaru untuk mengadakan penelitian

disekolah tersebut

m. Menentukan materi pelajaran

n. Mempelajari materi pelajaran matematika kelas XI yaitu materi

matriks

o. Melakukan uji coba soal posttest dan angket curiosity untuk

mengetahui kevalidan, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

kesukaran soal posttest. Sedangkan untuk angket curiosity hanya

validitas dan reliabilitas.

p. Mencari validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

kesukaran soal-soal posttest setelah diuji coba

q. Menyusun kembali kisi-kisi soal posttest dan angket curiosity

siswa setelah diuji coba

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan beberapa langkah diantaranya

adalah:

a. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

problem solving pada kelas eksperimen dan pembelajaran

langsung atau konvensional pada kelas kontrol

b. Menyebarkan angket curiosity siswa pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol

c. Melaksanakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol


3. Tahap Penyelesaian

Adapun tahap penyelesaian ini peneliti lakukan sebagai

berikut ini:

a. Mengolah dan menganalisis hasil jawaban soal posttest siswa

dari kelas eksperimen dan kelas kontrol

b. Menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh sesuai dengan

analisis data yang digunakan

c. Membuat laporan hasil penelitian berupa laporan akhir skripsi


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah

1. Sejarah SMA Negeri 12 Pekanbaru

Pada tahun 1996 dibangun sebuah sekolah di jalan garuda

sakti KM. 3 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan

Pekanbaru. Selesai pembangunan dan mulai dipakai gedungnya

untuk pertama kali dengan jumlah siswa 120 orang dengan jumlah

guru pengajar sebanyak 20 orang dan jumlah kelas sebanyak 3

ruangan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan

pembukaan dan penegrian SMA Negeri 12 Pekanbaru Tahun

Pelajaran 1996/1997 yang ditetapkan berdasarkan SK. Nomor

13a/0/1998 tanggal 29 Januari 1998.

Sejak berdirinya SMAN 12 Pekanbaru ini dari tahun ketahun

terjadi peningkatan jumlah siswanya. Hal ini membuktikan bahwa

sekolah sangat dibutuhkan untuk menunjang peningkatan kualitas

sumber daya manusia yang lebih baik untuk generasi muda

Pekanbaru dan sekitarnya. Untuk menjaga kualitas pendidikan

dilakukan penilaian Akreditas SMA Negeri 12 Pekanbaru oleh

Badan Akreditasi Nasional Sekolah / Madrasah (BAN-S/M)

menetapkan bahwa SMA Negeri 12 Pekanbaru memperoleh

akreditasi dengan predikat A (Amat Baik). Sertifikat Akreditasi

Sekolah ini berlaku sampai dengan tahun ajaran 2013/2014 terhitung

sejak tanggal ditetapkan yaitu tanggal 2 November 2009.


Akreditasi sekolah dilaksanakan minimal sekali 5 tahun,

akan tetapi karena adanya peruahan kurikulum pada tahun 2013 pada

pelaksanaan Akreditasi tahun 2016, berdasarkan SK Badan

Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasaah Provinsi Riau Nomor

581/BAP-SM/KP-09/X/2016 tentang penetapan nilai peringkat

Akreditasi Sekolah/Madrasah (SD/MII,SMP/MTS, SMA/MA dan

SMK/MAK) Provinsi Riau tahun 2016 menetapakan hasil Akreditasi

SMA Negeri 12 Pekanbaru dengan nilai Akreditasi 96 dan peringkat

Akreditasi A.

Pada awalnya SMA Negeri 12 Pekanbaru hanya memiliki 1

ruang belajar untuk setiap tingkatan, akan tetapi seiring dengan

perkembangan sarana pendidikan dan kondisi lingkungan yang

menuntut adanya penambahan sarana dan prasarana, sekarang SMA

Negeri 12 Pekanbaru sudah memiliki 34 ruang belajar. Pencapaian

ini tidak luput dari kerjasama yang baik dari semua komponen dari

komunitas SMA Negeri 12 Pekanbaru. Selain itu, SMA Negeri 12

Pekanbaru juga memiliki fasilitas diantaranya seperti Perpustakaan,

Aula, Mushola dan masih banyak lagi fasilitas lainnya.Sejak

pertama kali berdiri hingga sekarang, SMA Negeri 12 Pekanbaru

telah mengalami pergantian Kepala Sekolah sebanyak 9 kali.41

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Motto SMA Negeri 12 Pekanbaru

a) Visi dari sekolah SMA Negeri 12 Pekanbaru adalah

Terwujudnya Insan Yang Berkarakter, Berkualitas Dan

41
Sumber Data Sekunder, “Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Pekanbaru” Tahun
Pelajaran 2022/ 2023
Berwawasan Lingkungan.

b) Sedangkan misi dari sekolah SMA Negeri Pekanbaru adalah

sebagai Berikut:

1) Menumbuhkan semangat keimanan dan ketakwaan kepada

tuhan yangmaha esa bagi seluruh warga sekolah.

2) Menjalin kerjasama dan kemitraan yang Humanis,

Dinamis dan Harmonis di dalam dan di luar Sekolah.

3) Mengembangakan sikap Santun, Tauladan, Disiplin dan

Profesionalisme yang berbasis teknologi.

4) Meningkatkan kualitas pendidikan dan penguasaan Iptek

untukpencapaian delapan Standar Pendidikan.

5) Mengembangkan rasa empati dan kekeluargaan yang

berwawasan lingkungan dan berbudaya Melayu berbasis

Kearifan Lokal.

c) Tujuan dari SMA Negeri 12 Pekanbaru yaitu:

1) Menghasilkan peserta didik yang berwawasan Imtaq dan

Iptek.

2) Menghasilkan peserta didik beretika yang disiplin jujur,

bersih, berdedikasi tinggi serta bertanggung jawab.

3) Menjalin Kerjasama dengan perguruan tinggi dan dunia

usaha.

4) Menyiapkan peserta didik yang kompetetif untuk

melanjutkan keperguruan tinggi.

5) Meningkatkan pencapaian delapan standar nasional


Pendidikan.

6) Meningkatkan dan menumbuhkan bakat dan prestasi peserta

dididk di bidang akademis maupun non akademis

7) Menghasilkan peserta didik yang peduli terhadap lingkungan

dan berbudaya melayu dengan menonjolkan kearifan lokal.

d) Motto SMA Negeri 12 Pekanbaru yaitu :

1) Juara

2) Jujur

3) Unggul

4) Asri

5) Rajin

6) Agamis

3. Profil Sekolah
Tabel 4.1
Identitas Sekolah
Nama Sekolah SMA Negeri 12 Pekanbaru
NPSN/NSS 1404011/301096007042
Jenjang Pendidikan SMA
Status Sekolah Negeri
Alamat Sekilah Jl. Garuda Sakti Km.3
RT/RW 2/9
Kode Pos 28293
Kecamatan Tampan
Kabupaten/kota Pekanbaru
Provinsi Riau
Negara Indonesia
SK Pendirian Sekolah 13a/0/1998
Tanggal SK Pendirian 1998-01-29
Status Kepemilikan Pemerintah Daerah
SK Izin Operasional 13/a0/1998
Tgl SK Izin Kepemilikan 1998-01-29
Kebutuhan Khusus Dilayani -
Nomor Rekening 1343800159
Nama Bank Bank Riau Kepri
Cabang KCP/Unit Panam
Rekening Atas Nama SMA Negeri 12 Pekanbaru
MBS Ya
Luas Tanah Milik (m2) 0
Luas Tanah Bukan Milik 11505
Nama Wajib Pajak -
NPWP 002674703216000
Nomor Telpon 07617875113
Nomor Fax -
Email smaduabelas.pekanabaru@gmail.com
Webside http://www.sman12pekanbaru.sch.id

4. Struktur Organisasi Sekolah


Adapun struktur dalam kepengurusan di SMA Negeri 12

Pekanbaru sebagai berikut:

Tabel 4.2
Struktur Organisasi Sekolah
Kepala Sekolah Hj. Ermita,S.Pd,MM
Wakil Kepala Sekolah
a. Kurikulum Alirman,M.Pd
 Staf Kurikulum Dra. Yulita
Dora Surtika, SE
Gusmira,S.Pd
A. Asbar, S.Pd.I
Nurdyah Ayu W, S.Pd
b. Kesiswaan Raja Yulianis, S.Pd
 Staf Kesiswaan Muhammad Nazir, S.Pd
Saordina Rambe,S.Pd
Faizal, S.Pd.I
Carvani Ardi,S.Pd
Indra Irwansyah,S.Pd
Rina Novianti,S.Sos
c. Sarana dan Prasarana Yenni Yusmi,S.Pd
d. Hubungan Masyarakat Siti Rohana,S.Pd
Kepala Tata Usaha Sri Martini,SE
Koordinator Bimbingan Konseling Sri Oktarina,S.Psi
Koordinator Perpustakaan Carvani Ardi,S.Pd
Pengelola Laboratorium
a. Biologi Dra. Sri Yulianti
b. Kimia Lizana Maryanti,S.Pd
c. Fisika Dra. Desta Velly,M.Pd
5. Tenaga Pengajar
Tabel 4.3
Daftar Nama Tenaga Pengajar di SMA Negeri 12 Pekanbaru
PANGKAT/
NO NAMA L/P NIP GOLONGAN
1 Hj.Ermita,S.Pd,MM P 19720821 199802 2 001 Pembina TK.I / IV.b
2 Alirman, M.Pd L 19731214 199903 1 001 Pembina TK.1 / IV.b
3 Siti Rohana,S.Pd P 19720513 199802 2 001 Pembina TK.I / IV.b
4 Raja Yulianis, S.Pd P 19690702 200502 2 001 Pembina / IV.a
5 Yeni Yusmi, S.Pd P 19720714 200502 2 005 Pembina / IV.a
6 Dra.Hj.Ida Suryani,MM P 19630523 198803 2 002 Pembina TK.I / IV.b
7 Dra.Wismar Asturiyah,M.Pd P 19630727 199802 2 001 Pembina TK.I/ IV.b
8 Dra. Hj. Itmawati P 19621024 199103 2 001 Pembina TK I/ IV.b
9 Fauza,S.Pd P 19670411 199001 2 001 Pembina TK.I/ IV.b
10 Dra. Sri Yulianti P 19650703 199503 2 001 Pembina TK.I/ IV.b
11 Dra. Yulita P 19660721 199703 2 001 Pembina TK.I/ IV.b
12 Dra. Desta Velly P 19661207 199403 2 001 Pembina TK. I/ IV.b
13 Muhammad Nazir, S.Pd L 19700626 199903 1 004 Pembina TK. I/ IV.b
14 Aliyasman, SE L 19650202 199603 1 005 Pembina / IV.a
15 Watri Asni. S.Pd P 19631231 198512 2 028 Pembina / IV.a
16 Zuhri Nurwati,S.Pd P 19650515 198901 2 004 Pembina / IV.a
17 Ratifah Sundari.S.Spd P 19710127 199301 2 002 Pembina / IV.a
18 Safran, S.Pd L 19690209 199412 1 004 Pembina / IV.a
19 Nelwita, S.Pd P 19721225 200701 2 011 Pembina / IV.a
20 Susanti,S.Pd. P 19780212 200312 2 007 Pembina / IV.a
21 Budiawati,S.Pd P 19760816 200501 2 006 Pembina / IV.a
22 Dora Surtika,SE.Ak. P 19780529 200501 2 003 Pembina / IV.a
23 Yeni Fitriana,S.Pd P 19790803 200312 2 004 Pembina/IV .a
24 Hastriani Tuti,S.Pd P 19711008 199903 2 003 Pembina/IV. A
25 Lizana Maryanti, S.Pd P 19760306 200501 2 010 Pembina/IV. A
26 Zamharil, S.Pd L 19720912 200501 1 009 Penata Tk. I/III.d
27 Indah Fitria, M.Pd P 19820722 200604 2 007 Penata Tk. I/III.d
28 Zulfanitra,S.Pd P 19741031 200801 2 010 Penata TK. I/III.d
29 Nina Susila Yenti, SS P 19720812 200501 2 008 Penata Tk I / III.d
30 Intan Mestika,S.Psi P 19800120 201001 2 014 Penata Tk I / III.d
31 Sri Oktarina Bulkaini, S.Psi P 19831019 200903 2 002 Penata Tk. I/III.d
32 Saordina Rambe,S.Pd P 19850615 201001 2 028 Penata Tk. I/III.d
33 Elli Zarni, M.Pd P 19800417 200903 2 005 Penata Tk. I/III.d
34 Andi Afriza Ds, M.Pd P 19840404 200903 2 017 Penata III/c
35 Meli Marlina, S.Pd P 19850724 201102 2 001 Penata III/c
36 Lisnur Yarahandria, S.Sn P 19830123 201102 2 004 Penata III/c
37 Afrida Yenni, S.Pd P 19850404 201001 2 020 Penata III/c
38 Nola Fitri Andris, S.Sos P 19830710 201102 2 001 Penata III/c
39 Yunita Danora, S. Si, M.Pd P 19820601 201001 2 010 Penata III/c
40 Ittihadul Kemal,S.Pd L 19651206 200701 1 003 Penata Muda Tk.I / III.b
41 Rokhaini, S.Ag P 19740412 200904 2 002 Penata III/c
42 Gusmira,S.Pd P 19760828 201407 2 002 Penata Muda Tk.I / III.b
43 Luxviati, M.Pd P 19740727 201407 2 003 Penata Muda Tk.I / III.b
Sumber: Data SMA Negeri 12 Pekanbaru 2023

6. Peserta Didik

Berdasarkan Sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik) SMA

Negeri 12 Pekanbaru, berikut ini adalah daftar jumlah peserta didik di

SMA Negeri 12 Pekanbaru:

Tabel 4.4
Daftar Jumlah Siswa di SMA Negeri 12 Pekanbaru
No. Kelas Jumlah
1 X MIPA 240
2 X IPS 200
3 XI MIPA 215
4 XI IPS 215
5 XII MIPA 215
6 XII IPS 213
Total 1298

B. Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan selama 4

pertemuan.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan berpedoman pada

RPP berbasis pendekatan problem solving. Adapun deskripsi kegiatan

pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving pada

kelas eksperimen, dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan keperluan dalam penelitian,

yaitu merencanakan waktu penelitian dengan pihak sekolah dan guru

bidang studi matematika, menentukan kelas yang akan diteliti yaitu

dikelas XI dan juga menentukan materi yang akan diajarkan. Selain


itu, peneliti juga mempersiapkan instrumen penelitian seperti,

silabus, RPP, lembar observasi dan lembar permasalahan untuk

setiap pertemuan untuk mengetahui perkembangan dari kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 45

menit. Pada pertemuan pertama ini, Alhamdulillah peneliti

mendapat sambutan hangat dari siswa-siswa kelas XI IPS 1

sambil peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu. Peneliti

memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam pembuka

dan berdoa, kemudia peneliti akan memulai pembelajaran yang

akan dilakukan dengan pendekatan problem solving dan sesuai

dengan RPP untuk pertemuan pertama dengan materi matriks.

Peneliti menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,

menjelaskan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi serta

mendorong siswa untuk menyatakan ide-ide berdasarkan materi

yang akan dibahas. Peneliti memberikan satu buah contoh

permasalahan kemudian ditransformasikan kedalam bentuk

matriks untuk dipecahkan.

Selesai dengan pembahasan tersebut peneliti

menginstruksikan siswa membentuk kelompok secara acak yang

terdiri dari 6 orang/kelompok. Kemudian peneliti memberikan

permasalahan di dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).


Dalam proses pengerjaan peneliti mengajukan pertanyaan-

pertanyaan untuk seluruh anggota kelompok seperti apa yang

pertama kali kalian lakukan saat mengerjakan soal, apa saja yang

harus kalian selesaikan, dan apa yang dapat kalian pahami dari

penyelesaian tersebut. Lalu siswa diarahkan oleh peneliti

melakukan diskusi untuk memahami masalah, dan membimbing

setiap kelompok yang merasa kesulitan dalam

menyelesaikannya.

Diskusi terlaksana dengan baik, hanya saja masih banyak

diantara mereka yang belum terbiasa dengan menulis yang

diketahui dan yang ditanya dalam soal-soal tersebut. Oleh karena

itu, peneliti selalu mengingatkan siswa-siswa agar menuliskan

informasi-informasi yang terdapat dalam permasalahan terlebih

dahulu. Setelah itu, peneliti menginstruksikan salah satu dari

perwakilan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan

hasil dari pekerjaan nya di depan kelas. Setelah selesai

presentasi, peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok

lain untuk menanggapi hasil dari presentasi tersebut. Selanjutnya

peneliti memberikan penguatan serta tambahan informasi materi

dan memberikan penilaian pada setiap kelompok.

Kemudian peneliti memberikan ice breaking (refreshing),

setelah itu dan semua pembahasan materi pertemuan selesai,

peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran

mengenai materi yang dipelajari serta pertanyaan-pertanyaan


mengulang materi tersebut agar peneliti mengetahui seberapa

pengetahuan siswa dengan materi yang dipelajari serta

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Pada pertemuan pertama ini, peneliti masih kurang baik

dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan problem

solving. Siswa masih sedikit canggung dan kurang fokus

terhadap pembelajaran yang baru mereka alami. Beberapa siswa

juga kurang andil dalam kegiatan diskusi. Untuk pertemuan

selanjutnya, peneliti lebih mempersiapkan kelas serta

memberikan materi dengan menggunakan konsep yang

sederhana sehingga siswa mudah memahami dan menyelesaikan

permasalahan lebih baik dari pertemuan sebelumnya.

b. Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 45

menit. Pada pertemuan kedua ini, peneliti memulai pembelajaran

dengan mengucapkan salam, kemudian peneliti akan memulai

pembelajaran yang akan dilakukan dengan pendekatan problem

solving dan sesuai dengan RPP pertemuan kedua. Kegiatan awal,

peneliti meminta ketua kelas untuk mempersiapkan dan

memimpin doa kemudian peneliti mengecek kehadiran siswa.

Materi pada pertemuan kedua ini adalah operasi-operasi

pada matriks. Peneliti menyampaikan tujuan dan mempersiapkan

siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi


serta mendorong siswa untuk menyatakan ide-ide berdasarkan

materi yang akan dibahas.

Selesai dengan pembahasan tersebut peneliti

menginstruksikan siswa membentuk kelompok secara acak yang

terdiri dari 6 orang/kelompok. Kemudian peneliti memberikan

permasalahan di dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

Dalam proses pengerjaan peneliti mengajukan pertanyaan-

pertanyaan untuk seluruh anggota kelompok seperti apa yang

pertama kali kalian lakukan saat mengerjakan soal, apa saja yang

harus kalian selesaikan, dan apa yang dapat kalian pahami dari

penyelesaian tersebut. Lalu siswa diarahkan oleh peneliti

melakukan diskusi untuk memahami masalah, dan membimbing

setiap kelompok yang merasa kesulitan dalam

menyelesaikannya.

Diskusi terlaksana dengan baik, peneliti selalu mengingatkan

siswa-siswa agar menuliskan informasi-informasi yang terdapat

dalam permasalahan terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti

menginstruksikan salah satu dari perwakilan masing-masing

kelompok untuk mempresentasikan hasil dari pekerjaan nya di

depan kelas. Setelah selesai presentasi, peneliti memberikan

kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil dari

presentasi tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan penguatan

serta tambahan informasi materi dan memberikan penilaian pada

setiap kelompok.
Kemudian peneliti memberikan ice breaking (refreshing),

setelah itu dan semua pembahasan materi pertemuan selesai,

peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran

mengenai materi yang dipelajari serta pertanyaan-pertanyaan

mengulang materi tersebut agar peneliti mengetahui seberapa

pengetahuan siswa dengan materi yang dipelajari serta

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Pembelajaran dengan pendekatan problem solving pada

pertemuan kedua ini sudah lebih baik dari pertemuan

sebelumnya, beberapa siswa menunjukkan perkembangan dalam

pembelajaran yang cukup baik pada kegiatan diskusi sehingga

siswa bisa menyelesaikan permasalahan dengan baik walaupun

masih ada sebagian siswa yang kurang. Jika peneliti bertanya

secara personal kepada siswa, masih banyak siswa yang kurang

tepat dalam merencanakan strategi penyelesaian sehingga dalam

menyelesaikan masalah tidak tepat.

c. Pertemuan ketiga

Pertemuan ketiga dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 45

menit. Pada pertemuan ketiga ini, peneliti memulai pembelajaran

dengan mengucapkan salam, kemudian peneliti akan memulai

pembelajaran yang akan dilakukan dengan pendekatan problem

solving dan sesuai dengan RPP pertemuan ketiga. Kegiatan awal,

peneliti meminta ketua kelas untuk mempersiapkan dan

memimpin doa kemudian peneliti mengecek kehadiran siswa.


Materi pada pertemuan ketiga ini adalah determinan pada

matriks. Peneliti menyampaikan tujuan dan mempersiapkan

siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi

serta mendorong siswa untuk menyatakan ide-ide berdasarkan

materi yang akan dibahas. Sama hal dengan pertemuan

sebelumnya, peneliti menginstruksikan siswa membentuk

kelompok secara acak yang terdiri dari 6 orang/kelompok.

Kemudian peneliti memberikan permasalahan di dalam Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD). Lalu siswa diarahkan oleh peneliti

melakukan diskusi untuk memahami masalah, dan membimbing

setiap kelompok yang merasa kesulitan dalam

menyelesaikannya. Pada pertemuan ini siswa-siswa sudah

banyak mengalami peningkatan seperti memahami masalah,

siswa dapat membuat apa yang diketahui dan ditanya tanpa

diingatkan. Namun tetap peneliti juga harus mengarahkan dan

membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

Diskusi terlaksana dengan baik, peneliti selalu mengingatkan

siswa-siswa agar menuliskan informasi-informasi yang terdapat

dalam permasalahan terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti

menginstruksikan salah satu dari perwakilan masing-masing

kelompok untuk mempresentasikan hasil dari pekerjaan nya di

depan kelas. Setelah selesai presentasi, peneliti memberikan

kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil dari

presentasi tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan penguatan


serta tambahan informasi materi dan memberikan penilaian pada

setiap kelompok.

Kemudian peneliti memberikan ice breaking (refreshing),

setelah itu dan semua pembahasan materi pertemuan selesai,

peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran

mengenai materi yang dipelajari serta pertanyaan-pertanyaan

mengulang materi tersebut agar peneliti mengetahui seberapa

pengetahuan siswa dengan materi yang dipelajari serta

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Pembelajaran dengan pendekatan problem solving pada

pertemuan ketiga ini sudah lebih baik dari pertemuan

sebelumnya, namun masih belum dikatakan sempurna. Pada

kegiatan diskusi ini siswa sudah mampu menyelesaikan

permasalahan dengan baik walaupun masih ada sebagian siswa

yang kurang tepat dan juga dalam mengecek kembali jawaban

serta membuat kesimpulan, tetapi pada pertemuan kali ini siswa-

siswa sudah lebih baik dalam memahami masalah.

d. Pertemuan keempat

Pertemuan keempat dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 45

menit. Pada pertemuan keempat ini, peneliti memulai

pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian peneliti

akan memulai pembelajaran yang akan dilakukan dengan

pendekatan problem solving dan sesuai dengan RPP pertemuan


keempat. Kegiatan awal, peneliti meminta ketua kelas untuk

mempersiapkan dan memimpin doa kemudian peneliti mengecek

kehadiran siswa.

Materi pada pertemuan keempat ini adalah invers pada

matriks. Peneliti menyampaikan tujuan dan mempersiapkan

siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi

serta mendorong siswa untuk menyatakan ide-ide berdasarkan

materi yang akan dibahas. Sama hal dengan pertemuan

sebelumnya, peneliti menginstruksikan siswa membentuk

kelompok secara acak yang terdiri dari 6 orang/kelompok.

Kemudian peneliti memberikan permasalahan di dalam Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD). Lalu siswa diarahkan oleh peneliti

melakukan diskusi untuk memahami masalah, dan membimbing

setiap kelompok yang merasa kesulitan dalam

menyelesaikannya. Pada pertemuan ini siswa-siswa sudah

banyak mengalami peningkatan seperti memahami masalah,

siswa dapat membuat apa yang diketahui dan ditanya tanpa

diingatkan. Namun tetap peneliti juga harus mengarahkan dan

membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

Diskusi terlaksana dengan baik, peneliti selalu mengingatkan

siswa-siswa agar menuliskan informasi-informasi yang terdapat

dalam permasalahan terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti

menginstruksikan salah satu dari perwakilan masing-masing

kelompok untuk mempresentasikan hasil dari pekerjaan nya di


depan kelas. Setelah selesai presentasi, peneliti memberikan

kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil dari

presentasi tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan penguatan

serta tambahan informasi materi dan memberikan penilaian pada

setiap kelompok.

Kemudian peneliti memberikan ice breaking (refreshing),

setelah itu dan semua pembahasan materi pertemuan selesai,

peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran

mengenai materi yang dipelajari serta pertanyaan-pertanyaan

mengulang materi tersebut agar peneliti mengetahui seberapa

pengetahuan siswa dengan materi yang dipelajari serta

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Pembelajaran dengan pendekatan problem solving pada

pertemuan keempat ini sudah lebih baik dari pertemuan

sebelumnya dan siswa aktif dalam berdiskusi. Pada pertemuan

keempat ini peneliti sudah dapat menerapkan pendekatan

problem solving dalam pembelajaran dengan sebaik-baiknya.

Seluruh materi sudah tersampaikan dengan baik dan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa pada pertemuan ini sudah

lebih baik dari pertemuan sebelum-sebelumnya.

e. Pelaksanaan posttest

Posttest dilakukan setelah semua materi selesai baik dikelas

eksperimen dan kelas kontrol. Pada saat posttest peneliti


membagikan 4 soal uraian kemampuan pemecahan masalah

matematis kepada siswa dalam waktu pengerjaan 90 menit.

Pelaksanaan posttest berjalan dengan tertib.

C. Hasil Penelitian
1. Hasil Lembar Observasi Aktivitas
Hasil perhitungan lembar observasi aktivitas guru dan lembar

observasi aktivitas siswa dirangkum dalam Tabel IV.5. Perhitungan

secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel IV.5
Rekapitulasi Lembar Observasi
Pertemuan Hasil Observasi Hasil Observasi
Ke Guru Siswa
1 82% 68,5%
2 85% 80,5%
3 90,2% 84%84%
4 98% 91%
Rata-rata 88,8% 81%

Berdasarkan hasil rekapitulasi lembar observasi aktivitas guru

dan aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan

pendekatan problem solving peneliti memperoleh peningkatan setiap

pertemuannya. Rata-rata yang diperoleh oleh peneliti dari awal

pertemuan hingga akhir pertemuan sudah tergolong kategori baik

dengan nilai 88,8% untuk aktivitas guru dan 81% untuk aktivitas

siswa.

2. Hasil Uji Angket Curiosity

Angket curiosity siswa pada penelitian ini di analisis untuk

dikelompokkan dengan kriteria tinggi, sedang, dan rendah.

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh pada tabel IV.6

berikut ini:
Tabel IV.6
Kriteria Pengelompokkan Curiosity
Kriteria Syarat Eksperimen Kontrol
Tinggi x≤ 8 3
Sedang 25 21
Rendah x≥ 3 11

Berdasarkan kriteria pengelompokkan Curiosity, dapat

dilihat bahwa siswa yang memperoleh skor sama atau lebih dari

56,519 berarti siswa tersebut termasuk kedalam siswa yang memiliki

Curiosity tinggi. Sedangkan siswa yang memperoleh skor antara

56,519 sampai 79,113 termasuk siswa yang memiliki Curiosity

sedang. Apabila siswa memperoleh sama atau kurang dari 79,113

maka siswa tersebut termasuk kedalam siswa yang memiliki

Curiosity rendah. Hasil analisis pengelompokkan siswa berdasarkan

Curiosity dapat dilihat pada Lampiran.

3. Analisis Data Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis
a. Analisis Secara Deskriftif
Berdasarkan hasil posttest kemampuan pemecahan masalah,

diperoleh rata-rata skor posttest kelas eksperimen dan kelas

kontrol pada Tabel IV.11

Tabel IV.11
Rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol
No Kelas Xmax Xmin Rata-rata SD
1. Eksperimen 91 50 70,1 23,68
2. Kontrol 71 37 52,3 10,82

b. Analisis secara Inferensial


1) Uji Normalitas
Hasil uji normalitas nilai data posttest dapat dilihat

pada lampiran dan terangkum pada Tabel IV.12


Tabel IV.12
Uji Normalitas posttest
Kelas Xhitung Xtabel Kriteria
Eksperimen 10,34754 11,07 Normal
Kontrol 9,7538 11,07 Normal
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

diketahui bahwa Xhitung dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol lebih kecil Xtabel sehingga disimpulkan bahwa data

kedua kelas tersebut berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas
Hasil uji normalitas nilai data posttest dapat dilihat

pada lampiran dan terangkum pada Tabel IV.13.

Tabel IV.13
Uji Homogenitas posttes
Nilai Variansi Kelas
Sampel Eksperimen Kontrol
S 122,720 119,784
N 36 35

Karena dan , maka

, sehingga dapat disimpulkan variansi-

variansi adalah homogen.

3) Uji Anova Dua Arah


Hipotesis I :
H0 : Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan

masalah matematis antara siswa yang mengikuti

pembelajaran problem solving dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional.


Ha : Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan

masalah matematis antara siswa yang mengikuti

pembelajaran problem solving dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional.

Hipotesis II :
Ha : Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang memiliki Curiosity

tinggi, sedang, dan rendah.

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang memiliki Curiosity

tinggi, sedang, dan rendah.

Hipotesis III :

Ha : Terdapat interaksi antara pembelajaran pendekatan

problem solving dengan curiosity terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

H0 : Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran

pendekatan problem solving dengan curiosity

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka

teknik yang digunakan dalam menganalisis data untuk

menguji hipotesis 1,2 dan 3 yaitu menggunakan uji anova

dua arah. Dalam hal ini, uji yang dilakukan dengan kriteria

jika nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 maka
H0 diterima. Namun, jika signifikan yang diperoleh lebih

besar dari 0,05 maka Ha diterima. Hasil perhitungan uji

anova dua arah dapat dilihat pada tabel dan perhitungan

secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel IV.14
Hasil Uji Anova Dua Arah
Sumber Jumlah Df Variansi
data kuadrat
Baris 7554,124 1 7554,124 67,528 3,98
Kolom 8535,735 2 4267,867 38,151 3,13
Interaksi -1633,792 2 -816,896 -7,302 3,13

Membandingkan nilai dengan :

a. Untuk hipotesis pertama (antara baris pendekatan pembelajaran)

didapat > , yaitu 67,528 > 3,98 dengan demikian

H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat

perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan problem

solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional.

b. Untuk hipotesis kedua (antara kolom curiosity) didapatkan

> , yaitu 38,151 > 3,13. Dengan demikian H0

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa antara siswa

yang memiliki curiosity tinggi, sedang, dan rendah.

c. Untuk hipotesis ketiga (interaksi pendekatan dengan curiosity)

didapat < , yaitu -7,302 < 3,13. Dengan demikian


H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat

interaksi antara pendekatan pembelajaran problem solving

dengan curiosity terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data tentang kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa pada materi matriks menunjukkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematis yang menggunakan

pembelajaran dengan pendekatan problem solving lebih baik dari siswa

yang menggunakan pembelajaran konvensional. Analisis data

menunjukkan rata-rata kelas eksperimen dan rata-rata kelas kontrol

secara berturut-turut adalah 70,1 dan 52,42. Perolehan rata-rata nilai

tersebut menunjukkan bahwa kelas yang menggunakan pembelajaran

pendekatan problem solving lebih efektif dalam mempengaruhi

kemampuan pemecahan masalah matematis bila dibandingkan dengan

kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Sama hal dengan penelitian dilakukan oleh Saputri dan

Wardani. Dari hasil penelitiannya diperoleh pembelajaran pendekatan

problem solving merupakan suatu temuan bahwa pembelajaran dengan

pendekatan problem solving memberikan pengaruh positif atau lebih

efektif dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa dalam pembelajaran salah satunya pelajaran


matematika.42 Sedangkan menurut Citra Maesari, dkk mengemukakan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meningkat jika

menggunakan pembelajaran dengan pendekatan problem solving.

Dengan demikian dinyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan

problem solving menjadi salah satu saran yang dapat digunakan dalam

proses pembelajaran di sekolah.43 Penelitian ini mendukung teori Irfan

yang mengatakan bahwa problem solving merupakan suatu proses yang

dirancang untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah dan

problem solving bermakna ganda yaitu proses memecahkan masalah itu

sendiri serta hasil dari upaya memecahkan masalah atau solution

(solusi).44

Berdasarkan analisis data yang diperoleh oleh peneliti tentang

kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol memperoleh hasil yang berbeda. Hal ini dilihat dari rata-

rata nilai posttest pada masing-masing kelas dan juga analisis posttest

yang menggunakan uji anova dua arah. Hasil analisis data yang sudah

disajikan sebelumnya menyatakan bahwa > , yaitu 67,528

> 3,98 dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti

bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis

42
Saputri Y dan Wardani K, “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving dan
Problem Based Learning Ditinjau Dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika,”
2021-04-10 Vol 5, no. Jurnal Cendekia: Jurnal Matematika: No 2.
43
Citra Maesari, Rusdial Marta, dan Yusnira, “Penerapan Model Pembelajaran Problem
Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa,” Tahun
2020 Volume 2: No 1.
44
Irfan Taufan dan Syarif Nur, Model Pembelajaran Problem Posing & Solving :
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah, 184 halaman (Oktober 2018).
siswa antara siswa yang mengikuti pembelajaran problem solving

dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Pada hipotesis kedua, diperoleh bahwa > , yaitu

38,151 > 3,13. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya

bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa antara siswa yang memiliki Curiosity tinggi, sedang, dan rendah.

Berdasarkan rata-rata hasil kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa untuk tiap kategori Curiosity yang belajar dengan pendekatan

problem solving dan yang belajar menggunakan pembelajaran

konvensional menunjukkan hasil yang berbeda. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan

problem solving dengan siswa yang belajar dengan menggunakan

pembelajaran konvensional jika berdasarkan Curiosity siswa.

Selanjutnya, pada hipotesis ketiga diperoleh < , yaitu -

7,302 < 3,13. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini

berarti bahwa tidak dapat interaksi antara pembelajaran pendekatan

problem solving dengan Curiosity terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa.

Hal ini sejalan dengan penelitian relevan yang dikemukakan oleh

Moh. Ali Husni bahwa problem solving tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel curiosity akan tetapi dapat meningkatkan

curiosity oleh karena itu, pembelajaran matematika dengan pendekatan

problem solving tidak efektif ditinjau dari curiosity siswa terhadap


matematika.45 Kemudian, Paintz mengemukakan bahwa tidak terjadinya

interaksi antara model pembelajaran dan variabel moderator terhadap

variabel terikat karena adanya pengaruh yang utama yang kuat dari

variabel bebas dan variabel moderator terhadap variabel variabel

terikat.46 Selanjutnya, menurut Edy bahwa tidak terjadinya interaksi

disebabkan jika dua variabel bebas atau lebih membawa pengaruh-

pengaruh secara terpisah yang sangat kuat terhadap variabel terikat.47

Oleh karena itu, secara garis besar menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan pendekatan dan Curiosity siswa mempunyai posisi sendiri

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Selain itu,

Curiosity bukan hal yang berpengaruh besar terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa, mengingat karena Curiosity

berkaitan dengan sikap sedangkan kemampuan pemecahan masalah

lebih kepada keterampilan siswa yang tidak cukup dengan sikap positif

saja melainkan juga dipengaruhi dengan pemahaman konsep,

pembelajaran, latihan soal, pendekatan dan strategi pembelajaran yang

digunakan. Artinya, tidak adanya interaksi antara pendekatan

pembelajaran dengan variabel moderator terhadap variabel terikat

karena adanya pengaruh utama yang kuat dari variabel bebas dan

moderator terhadap variabel terikat, sehingga melemahkan interaksi

yang ada.

45
Ali Husni Moh., “Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing dan
Problem Solving Ditinjau dari Prestasi dan Curiosity,” juni 2014, No 1, Volume 9: 11–21.
46
T Paintz, Benefits of Corperative Learning in Relation to Student Motivation.
47
Edy Suprapto, “pengaruh pembelajaran kontekstual, pembelajaran langsung dan motivasi
berprestasi terhadap hasil belajar kognitif,” 2015, No 1, Vol.XI (2015): hlm.37.
E. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan masih

terdapat kekurangan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan penelitian

sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu tempat yaitu SMA Negeri

12 Pekanbaru sebagai tempat penelitian. Oleh karena itu, terdapat

kemungkinan hasil yang berbeda apabila penelitian ini dilakukan

pada tempat yang berbeda.

2. Penelitian dilakukan pada waktu terbatas, karena peneliti hanya

memiliki waktu sesuai dengan keperluan (materi) yang

berhubungan dengan penelitian. Akan tetapi penelitian ini sudah

memenuhi syarat penelitian ilmiah walaupun dengan waktu yang

singkat.

3. Penelitian ini hanya meneliti tentang proses pembelajaran

menggunakan pendekatan problem solving pada materi matriks

saja.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah

dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan

problem solving berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematis berdasarkan Curiosity siswa SMA Negeri 12 Pekanbaru

terutama pada materi matriks. Berikut kesimpulan yang diperoleh dari

hasil penelitian bahwa:

1. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis

antara siswa yang mengikuti pembelajaran problem solving dengan

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa yang memiliki Curiosity tinggi, sedang, dan rendah.

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran pendekatan problem

solving dengan curiosity terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka hasil

tersebut dapat menjawab judul yang diangkat oleh peneliti yaitu

Pengaruh Pendekatan Problem Solving terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau dari Curiosity Siswa

SMA Negeri 12 Pekanbaru.


B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai

berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 12 Pekanbaru saja. Oleh

karena itu peneliti selanjutnya melakukan penelitian yang serupa

dapat diterapkan disekolah lain.

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan problem solving

pada diskusi dan presentase relatif lama. Oleh karena itu, peneliti

selanjutnya dapat menggunakan waktu semaksimal mungkin

agar pembelajaran dengan pendekatan problem solving dapat

berjalan dengan baik dan efektif.

3. Penelitian ini hanya difokuskan pada pendekatan problem

solving pada materi matriks. Untuk penelitian serupa dapat

dilakukan pada pembelajaran dengan pendekatan dan materi

matematika yang lain.

4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

guru untuk mulai menggunakan model/pendekatan pembelajaran

yang beragam agar siswa tidak bosan dalam melaksanakan

pembelajaran. Tujuannya agar siswa mampu meningkatkan

kemampuan yang ada didalam dirinya.

5. Untuk peneliti supaya dapat menambah wawasan, pengalam dan

menjadi masukan kepada peneliti lainnya agar dapat dijadikan

sebagai pedoman terhadap masalah yang sesuai dalam penelitian

ini.

Anda mungkin juga menyukai