METODELOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksmerimen atau
eksperimen semu. Sugiyono (2017: 107) mengemukakan bahwa penelitian
eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh dari suatu
perlakuan terhadap sesuatu yang lain dalam kondisi yang terkontrol atau terkendali,
ciri khas yang terda[at da;am metode eksperimen adalah adanya kelompok kontrol,
sebgai bagian dari metode kuantitatif. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Arikunto
(2000: 272) Arikunto mendefinisikan penelitian eksperimen adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya dari suatu perlakuan atau treatment
tertentu pada subjek yang diteliti.
(Sugiyono, 2019:120)
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan
kualitatif sedangkan sumber data dari penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Menurut Sugiyono (2017) data kuantitatif merupakan data yang berupa
simbol-simbol angka. Berdasarkan simbol angka tersebut maka perhitungan secara
kuantitatif dapat dilakukan untuk menghasilkan kesimpulan yang berlaku umum
didalam suatu parameter. Nilai dari data yang ada bisa berubah-ubah atau bersifat
variatif. Proses pengumpulan data kuantitatif ini cenderung lebih mudah dan tidak
membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan data kualitatif merupakan data yang
berbentuk kalimat verbal, data ini di peroleh melalui suatu proses yang menggunakan
analisis mendalam, data ini tidak bisa diperoleh secara langsung. Data kualitatif
cenderung membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaan nya karena harus
melakukan wawancara, observasi dan diskusi atau pengamatan untuk memperoleh
data.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber data primer
dan sekunder. Menurut Sugiyono (2017) Data primer merupakan data yang diperoleh
langsung dari sumbernya asli atau dikumpulkan dari lapangan yang ditemukan oleh
peneliti yang bersangkutan. Data yang diperoleh langsung dari narasumber yang
terpercaya melalui wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan data penunjang
dalam penelitian, seperti angket, dokumentasi, literatur, buku, dan jurnal, yang
kemudian dijadikan untuk mendukung hasil penelitian.
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 3.1
sebagai berikut :
1. Observasi
Lembar observasi keterlaksanaan digunakan untuk menjawab rumusan
masalah pertama. Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi untuk
mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran TSTS berbasis multimedia dan pembelajaran
tanpa TSTS.
Observasi dilakukan melalui lembar observasi yang diisi oleh observer saat
proses pembelajaran berlangsung untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan
dengan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian khususnya mengenai keterlaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe TSTS berbasis multimedia pada materi sistem
pertahanan tubuh manusia.
24
Soal tes kemampuan kognitif ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah
nomor dua untuk mengetahui peningkatan dan ada tidaknya pengaruh penggunaan
model pembelajaran TSTS terhadap kemampuan kognitif siswa berdasarkan hasil
belajarnya. Tes ini diberikan sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran TSTS berbasis multimedia sebanyak 20 soal
pilihan ganda.
1 C2 (Memahami) 4
2 C3 (Menerapkan) 4
3 C4 (Menganalisis) 5
4 C5 (Mengevaluasi) 5
5 C6 (Menyimpulkan) 2
Total Soal 20
3. Angket
Angket respon digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomor tiga untuk
mendapatkan informasi mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran
menggunakan model pembelajaran TSTS berbasis multimedia. Angket ditujukan
kepada siswa yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan untuk
dijawab oleh siswa mengenai keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TSTS
berbasis multimedia pada materi sistem pertahanan tubuh manusia. Angket ini berisi
15 pernyataan.
Berikut ini beberapa teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini :
Soal yang telah disusun oleh peneliti, dilakukan uji coba terlebih dahulu. Hasil
dari uji coba selanjutnya akan dianalisis menggunakan uji validitas, uji
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran, semua proses analisis butir
soal tersebut dilakukan sebelum melakukan penelitian, kemudian hasil analisis
tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan soal yang akan
digunakan.
Uji validitas digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap
skor total. Arikunto (2012: 90) menyebutkan bahwa sebuah tes dapat
dikategorikan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang akan diukur.
Sebuah item soal dikatakan valid apabila memiliki dukungan yang besar terhadap
skor secara keseluruhan atau total skor. Skor pada setiap item soal akan
menyebabkan skor total menjadi tinggi atau bahkan menjadi rendah. Sebuah item
soal memiliki validitas yang tinggi apabila memiliki skor sejajar dengan skor
total. Kesejajaran tersebut dapat diartikan sebagai korelasi, sehingga untuk
mengetahui validitas item soal menggunakan rumus korelasi. Berikut ini rumus
korelasi Product Moment yang digunakan untuk menentukan validitas item :
r xy=N ∑ xy−¿¿ ¿¿
Keterangan :
𝑟xy = koefisien korelasi antara variable X dan variable Y, dua variable
yang dikorelasikan
𝑁 = banyaknya sampel
𝑥 = skor item
𝑦 = skor total
Sx = jumlah rerata nilai x
Sy = jumlah rerata nilai y
Interpretasi besarnya koefisien disesuaikan dengan tabel berikut :
Tabel 3.6 Koefisien
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas diperlukan untuk melengkapi syarat valid sebuah
instrumen evaluasi. Menurut Arikunto (2012: 100-101) suatu tes dapat
dikatakan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap, apabila hasilnya berubah-ubah, maka perubahan
yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Scarvia B. Anderson berpendapat bahwa salah satu persyaratan bagi tes
yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas lebih penting dan reliabilitas ini perlu
karena berfungsi sebagai penyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes bisa
jadi reliabel tetapi tidak valid, dan sebaliknya apabila sebuah tes valid
biasanya reliabel. Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas yaitu
rumus K-R. 20 , berikut ini rumus K-R. 20 :
r 11 = ( )(
n
n−1
S2−∑ pq
S )
Keterangan :
1 = bilangan konstanta
Interval Reliabilitas
r ≤ 0,20 Sangat
rendah
0,20 < r ≤ Rendah
0,40
0,40 < r ≤ Sedang
0,60
0,60 < r ≤ Tinggi
0,80
0,80 < r ≤ Sangat
1,00 tinggi
(Arikunto, 2012: 115)
c. Daya Pembeda
Uji daya pembeda dilakukan untuk membedakan antara siswa yang
mempunyai kemampuan yang tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan
yang rendah. Arikunto (2012: 226) menyatakan bahwa daya pembeda soal
merupakan sesuatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi
dan rendah. Soal yang dapat dijawab benar oleh siswa berkemampuan tinggi
maupun rendah maka soal tersebut dikatakan tidak baik karena soal tersebut
tidak memiliki daya pembeda. Soal yang dapat dikategorikan sebagai soal
yang baik adalah soal yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa siswa yang
pandai saja. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D. Berikut ini rumus untuk menentukan indeks
diskriminasi :
B A BB
D p= − =P A −PB
JA JB
Keterangan :
Daya Klasifikasi
Pembeda Soal
𝐷𝑝 ≤ 0.00 Sangat
Rendah
0.00 < 𝐷𝑝 ≤ 0.20 Rendah
0.20 < 𝐷𝑝 ≤ 0.40 Cukup/sedang
0.40 < 𝐷𝑝 ≤ 0.70 Baik
0.70 < 𝐷𝑝 ≤ 1.00 Sangat Baik
(Arikunto, 2012: 228-
229)
d. Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran untuk setiap item soal akan menunjukan apakah
soal tersebut tergolong sukar, sedang atau mudah. Perhitungan tingkat
kesukaran soal jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang atau
proposional maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut dapat dikatakan soal
yang baik. Menurut pendapat Sudjana (2009) menyatakan bahwa adanya
keseimbangan dari tingkat kesulitan soal menjadi asumsi yang dugunakan
untuk memperoleh kualitas soal yang baik selain memenuhi validitas dan
reliabilitas. Keseimbangan yang dimaksud ialah soal-soal yang termasuk
mudah, sedang, dan sukar secara proporsional.
Menurut Arikunto (2012: 222) soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu sukar dan tidak terlalu mudah untuk dikerjakan. Soal yang tingkat
kesukarannya rendah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
untuk memecahkannya. Dan sebaliknya soal yang terlalu sulit akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan enggan untuk menjawabnya karena
diluar jangkauannya. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu
soal disebut dengan indeks kesukaran (P) , rumus untuk menentukan indeks
kesukaran adalah sebagai berikut :
B
P=
JS
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
R
NP= × 100 %
SM
Keterangan :
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Nilai mentah yang diperoleh (skor aktual)
SM = Skor maksimum ideal dari nilai/skor (skor ideal)
Kriteria tingkat keterlaksanaan proses pembelajaran dijabarkan pada tabel
berikut ini :
Tabel 3.10 Tolak Ukur Kategori Persentasi
Tingkat
Nilai Huruf Bobot Kategori
Keterlaksanaan
86%-100% A 4 Sangat baik
76%-85% B 3 Baik
60%-75% C 2 Cukup
55%-59% D 1 Kurang
<55% TL 0 Kurang sekali
(Purwanto, 2008:103)
2. Untuk menjawab rumusan masalah nomor 2
Jawaban untuk rumusan masalah yang ada pada nomor 2 yaitu mengenai
kemampuan kognitif siswa dengan dan tanpa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS berbasis multimedia. Perbedaan peningkatan kemampuan
kognitif siswa dapat diketahui melalui skor yang diperoleh dari data tes awal
sebelum perlakuan menggunakan model TSTS berbasis multimedia (pre-test) dan
sesudah perlakuan menggunakan model TSTS berbasis multimedia (post-test).
Uji N-Gain digunakan untuk menghitung selisih antara nilai pretest dan nilai
posttes, uji N-Gain menunjukkan perbedaan peningkatan kemampuan kognitif
setelah penggunaan model TSTS berbasis multimedia. Uji N-Gain dilakukan
untuk memperkuat hasil kesimpulan dan untuk mengukur signifikansi
peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah pembelajaran. Berikut rumus dari
uji N-gain :
Adapun kriteria nilai N-Gain dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.11 Kriteria Nilai N-Gain
Nilai N-Gain Kriteria
N−Gain ≥ 0,7 Tinggi
0,3< N −Gain<0,7 Sedang
N−Gain ≤ 0,30 Rendah
(Yudhanegara,2015)
3. Untuk menjawab rumusan masalah nomor 3
Untuk mengetahui jawaban rumusan masalah pada nomor 3 yaitu mengenai
pengaruh model pembelajaran koperatif tipe TSTS berbasis multimedia
dilakukan pengujian statistik. Langkah-langkah untuk pengujian statistic pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data adalah bentuk pengujian tentang kenormalan distribusi
data. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah data yang terambil
merupakan data terdistribusi normal atau bukan. Uji normalitas yang dilakukan
menggunakan uji Kolmogorov smirnov. Prosedur pengujian normalitas
menggunakan uji Kolmogorov smirnov memiliki rumus sebagai berikut :
Keterangan :
(Rahayu, 2017)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data ini digunakan untuk mengetahui kesamaan antara dua
keadaan atau populasi. Homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan.
Kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji fisher. Dengan
rumus :
varians terbesar
F hitung =
varians terkecil
Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, berrati varians kedua populasi homogen.
Jika F hitung < F tabel maka Ho ditolak, berarti varians kedua populasi tidak
homogen.
(Sugiyono, 2020: 11)
r √ n−2
t=
√1−r 2
Keterangan :
r : Korelasi
n : Banyak sampel
Kriteria :
Bila t-hitung > t-tabel, maka hipotesis nol (H0) ditolak, dalam hal ini H1 diterima.
n1 (n 1+1)
U 1=n1 n 2+ −R1
2
n1 (n 1+1)
U 2=n1 n 2+ −R2
2
Keterangan :
n_1:jumlah sampel 1
n_2:jumlah sampel 2
Skor pada setiap pernyataan skala likert dihitung dengan menggunakan rumus :
Pembuatan kesimpulan
Studi pendahuluan melalui observasi dan
wawancara
Identifikasi Masalah
Konsultasi Pembimbing
Post-test
Lembar Lembar
Observasi dan Analisis
Observasi
Angket respon pengolahan data
Kesimpulan