Anda di halaman 1dari 31

39

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang urutan langkah-langkah kegiatan dalam

melakukan penelitian yang dimulai dari penentuan jenis, bentuk dan rancangan

penelitian, penetuan tempat dan waktu penelitian, penentuan populasi dan sampel.

Penentuan variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data. Selain itu,

untuk menjawab setiap rumusan masalah yang ada di bab 1, dalam bab ini juga

akan dipapar mengenai teknis analisis data.

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen

adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono,

2010:72). Pemilihan metode eksperimen dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada

materi aljabar kelas VIII SMP Negeri 12 Singkawang. Adapun tahapan yang

harus dilakukan sebelum melakukan penelitian adalah menentukan jenis dan

desain penelitian, tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian,

prosedur penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis

data.
40

3.1.2 Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain Quasi Eksperimental

Design dengan bentuk Non equivalent Control Group Design. Dalam desain ini

terdapat dua kelompok yaitu, kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen) dan

kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol). Rancangan penelitian Non

equivalent Control Group Design disajikan pada Gambar M.1 berikut ini.

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

01 X 02
03 Y 04

Keterangan:

01 = pre-test kelas eksperimen.


02 = post-test kelas eksperimen.
X = perlakuan kelas eksperimen dengan model kooperatif tipe TGT
Y = perlakuan dengan model pembelajaran langsung
03 =¿pre-test kelas kontrol.
04 = post-test kelas kontrol.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Adapun sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah di SMP Negeri 12

Singkawang kelas VIII yang beralamat di Jalan Ratu Sepudak Kelurahan Sungai

Rasau Kecamatan Singkawang Utara. Sekolah tersebut dipilih karena belum ada

yang melakukan penelitian dengan menggunakan model Team Games


41

Tournament (TGT) dan berdasarkan hasil prariset diketahui bahwa kemampuan

berpikir kritis siswa masih rendah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018.

Adapun jadwal penelitian bisa dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian


No Penelitian Kelas Hari/Tanggal Waktu
1 Pretest Rabu/09 Agustus 2017 09.15 – 10.35
2 Perlakuan 1 Kelas Rabu/09 Agustus 2017 10.55 – 12.10
3 Perlakuan 2 Eksperimen Jumat/11 Agustus 2017 07.00 – 08.20
4 Posstest Jumat /11 Agustus 2017 08.20 – 09.00
5 Pretest Kamis /10 Agustus 2017 07.00 – 08.20
6 Perlakuan 1 Kamis /10 Agustus 2017 08.20 – 09.00
Kelas
7 Perlakuan 2 Sabtu/12 Agustus 2017 07.00 – 08.20
Kontrol
8 Sabtu/12 Agustus 2017 08.20 –
Posstest
09.00

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Menurut Arikunto (2013:75) populasi adalah keseluruhan

pengamataan yang ingin diteliti, berhingga atau tak berhingga, membentuk apa

yang disebut populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII SMP Negeri 12 Singkawang yang terdiri dari kelas, yaitu VIII A, VIII B,

VIII C dan VIII D dengan jumlah keseluruhan siswa yaitu 84 orang.


42

3.3.2 Sampel penelitian

Menurut Arikunto (2013:78) sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

dengan teknik sampling purposive. Sampling Purposive adalah teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012: 124). Adapun yang

menjadi pertimbangan peneliti menggunakan purposive sample yaitu kelas yang

akan diteliti dipilih kelas yang siswanya kurang antusias dalam belajar, siswa

masih banyak mengalami kesulitan dalam belajar dan rata-rata ketuntasan siswa

belum mencapai KKM. Kelas yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah

sebanyak dua kelas dari jumlah populasi yang ada.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 38). Variabel

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

3.4.1. Variabel independent ( variabel bebas)

Variabel independent (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel lainnya atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat (Sugiyono,

2010:39). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran

kooperatif tipe TGT yang diajarkan pada kelas eksperimen dan model

pembelajaran langsung yang diajarkan pada kelas kontrol.


43

3.4.2. Variabel dependent ( variabel terikat)

Variabel dependent (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi

variabel lainnya (Sugiyono, 2010:39). Dalam penelitian ini variabel terikatnya

adalah ketuntasan belajar siswa di kelas eksperimen, kemampuan berpikir kritis

matematis siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol dan motivasi belajar siswa

di kelas eksperimen.

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran adalah cara pengumpulan data yang bersifat kuantitatif

untuk mengetahui tingkat atau derajat tertentu dibandingkan dengan norma

tertentu pula sebagai ukur yang relevan (Riyanto, 2010:103). Pengukuran yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes kemampuan

berpikir kritis matematis siswa pada materi bentuk aljabar. Adapun tes yang

digunakan dalam penelitian ini berbentuk soal uraian yang terdiri dari 3 butir soal.

2. Teknik Komunikasi Tidak Langsung.

Teknik komunikasi tidak langsung adalah cara mengumpulkan data yang

dilakukan dengan mengadakan hubungan tidak langsung atau dengan perantara

alat, baik berupa alat yang sudah tersedia maupun alat khusus yang dibuat untuk

keperluan itu (Nawawi, 2007:95). Teknik komunikasi tidak langsung dalam


44

penelitian ini untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi

bentuk alajabar. Adapun teknik yang digunakan adalah angket motivasi belajar

siswa.

3. Teknik Kuesioner (Angket)

Menurut Sugiyono (2013:142) teknik angket adalah teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada

responden untuk menjawab. Teknik angket dalam penelitian ini digunakan untuk

melihat seberapa tinggi motivasi siswa setelah diimplementasikan model

pembelajaran Team Games Tournament (TGT) pada materi aljabar. Adapun

angket motivasi dalam penelitian ini terdiri dari 20 pernyataan yang berbentuk

pilihan sangat setuju (SS), setuju(S), ragu-ragu (RG), tidak setuju (TS), dan sangat

tidak setuju (STS) dengan jawaban diberi tanda check list (√ ).

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya baik, dalam

arti lebih cermat, lengkap dan sistematis (Sugiyono, 2010:102). Instrumen

penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Tes merupakan alat ukur yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan.

Tes yang dilakukan berupa soal uraian sub pokok bahasan bentuk aljabar sebagai

alat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa terhadap materi
45

yang telah dipelajari. Menurut Hamzah, (2014:141) tes uraian adalah tes yang

jawabannya diberikan dalam bentuk menuliskan pendapat berdasarkan

pengetahuan yang dimiliki. Tes kemampuan berpikir kritis matematis diberikan

melalui pretest dan posttest kepada siswa pada materi bentuk aljabar. Soal yang

diberikan terdiri dari 3 butir soal essay.

Adapun pada soal yang diberikan mengandung indikator kemampuan

berpikir kritis yaitu: (1) menentukan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan; (2) memberikan alasan tentang jawaban yang dikemukakan, (3)

membuat kesimpulan dari informasi yang tersedia dengan cara membuat langkah-

langkah dalam penyelesaian. Sebelum soal tersebut digunakan maka langkah

pertama adalah melakukan uji coba soal untuk mengetahui validitas instrument,

reabilitas instrument, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

Adapun langkah-langkah penyusunan soal tersebut adalah sebagai berikut:

1) Membuat kisi-kisi soal

Kisi-kisi soal digunakan sebagai pedoman untuk penulisan soal agar sesuai

dengan materi yang diajarkan dan sesuai dengan tujuan tes yang diharapkan. Kisi-

kisi soal yang disusun harus memiliki beberapa aspek diantaranya standar

kompetensi, kompetensi dasar, uraian materi, indikator soal, skor soal, dan nomor

soal. Kurikulum yang digunakan harus sesuai dengan satuan pendidikan

matematika SMP/MTs yang diterapkan di sekolah.

2) Penyusunan butir soal

Penyusunan butir soal berpedoman pada Kurikulum 13 dan buku penunjang

matematika di kelas VIII SMP Negeri 12 Singkawang. Dalam penyusunan butir


46

soal langkah yang ditempuh adalah penyusunan kisi-kisi sebagai acuan penulisan

yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, aspek penilaian,

dan nomor soal.

3) Membuat kunci jawaban

Setelah soal dibuat, selanjutnya dibuat pula kunci jawaban yang sesuai dengan

soal yang ada dan penskorannya disesuaikan dengan kisi-kisi soal tersebut.

4) Validitas

Menurut Sugiyono (2014 :121) menyatakan bahwa valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Adapun

validitas yang peneliti gunakan dalam penelitian ini meliputi validitas isi dan

validitas konstruk

a. Validitas Isi

Validitas adalah derajat yang menunjukkan sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur tes atau nontes dalam melakukan fungsi ukurnya

benar-benar mengukur apa yang hendak diukur (Jihad, 2012:89). Pada penelitian

ini validitas yang digunakan adalah validitas isi dan konstruk. Menurut Siregar

(2013:76) validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrument mengukur

isi (konsep) yang harus diukur.

Pada penelitian ini yang divalidasi adalah validasi rencana pelaksanaan

pembelajaran 1 dan 2, validasi soal pretest dan posttest, lembar angket motivasi

belajar siswa. Pada penelitian yang dilakukan ini diperlukan satu orang guru

bidang studi matematika dan dua orang dosen Pendidikan Matematika STKIP
47

Singkawang sebagai validator. Adapun kriteria validitas isi disajikan pada Tabel

Q.1 sebagai berikut.

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Isi

Interval Kriteria
4,3 ≤ x ≤ 5,0 Sangat valid

3,5 ≤ x ≤ 4,2 Valid

2,7 ≤ x ≤ 3,4 Cukup valid

1,9 ≤ x ≤ 2,6 Kurang valid

1,0 ≤ x ≤ 1,8 Sangat kurang valid


(Arikunto, 2012:89)

Hasil perhitungan validitas soal pretest, validitas soal posttest, validitas RPP,

dan validitas angket motivasi dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Validitas Isi

No Instrumen Jumlah Skor/Validator Rata-rata Kriteria


I II III
1 RPP Pertemuan I 48 49 51 4,11 Valid
2 RPP Pertemuan II 48 52 50 4,17 Valid
3 Pretest Kemampuan
berpikir kritis 36 36 36 4,00 Valid
4 Posttest Kemampuan 36 26 36 4,00 Valid
berpikir kritis
5 Lembar Angket Motivasi 28 28 32 4,19 Valid
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C-5

Berdasarkan Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa perhitungan untuk ketiga validator

untuk rata-rata validitas RPP pada pertemuan I adalah 4,11 berada pada kriteria

valid, untuk RPP pada pertemuan II adalah 4,17 berada pada kriteria valid, untuk

rata-rata validitas soal pretest adalah 4,00 berada pada kriteria valid, kemudian

untuk rata-rata validitas soal pretest adalah 4,00 berada pada kriteria valid dan

untuk rata-rata validitas angket motivasi belajar siswa adalah 4,19 berada pada

kriteria valid. Adapun berdasarkan perbaikan validasi instrumen yang telah


48

dilakukan terdapat beberapa saran dan perbaikan Berdasarkan saran tersebut,

instrumen diperbaiki dan diajukan kepada validator hingga layak digunakan.

b. Validitas Konstruk

Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid

apabila telah cocok dengan konstruk teoritik dimana tes itu dibuat (Sumarna,

2004:53). Setelah diuji coba ke sekolah dan kemudian akan dihitung dengan

menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut.

r N . ∑ xy−∑ x . ∑ y
xy= ¿
√ ¿¿ ¿

(Arikunto, 2014:213)

Keterangan :

r xy =¿ Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

N = Banyaknya peserta tes

X = Jumlah skor butir soal

Y = jumlah skor total tiap siswa uji coba

Kemudian setelah menghitung instrumen dengan menggunakan rumus

Product Moment langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan interpretasi

koefisien validitas yang disajikan pada Tabel Q.2 berikut ini.

Tabel 3.5 Klasifikasi Interpretasi Koefisien Validitas Konstruk

Koefisien Validitas Interpretasi


49

0,80 <r xy ≤ 1,00 Sangat Tinggi


0,60 <r xy ≤ 0,80 Tinggi
0,40 <r xy ≤ 0,60 Sedang
0,20 <r xy ≤ 0,40 Rendah
r xy ≤ 0,20 Sangat Rendah
(Jihad, 2012:70)

Menurut Nurgana (dalam Jakni, 2016:165) pada kriteria 0,20 ¿ r xy≤ 0,40

soal bisa diperbaiki atau diganti, maka pada penelitian ini validitas dari butir soal

yang akan digunakan berada pada kriteria sedang, tinggi dan sangat tinggi (0,60

¿ r xy≤ 1,00).

Berdasarkan hasil uji coba soal tes kemampuan berpikir kritis yang dilakukan

di SMP Negeri 13 Singkawang pada hari Rabu tanggal 09 Agustus 2017 diperoleh

hasil validitas (Lampiran B-2) dan pada Tabel 3.6 sebagai berikut.

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Validitas Soal Tes

Nomor Soal Koefisien Korelasi Keterangan


1 0,53 Sedang
2 0,6 Sedang
3 0,74 Tinggi

Berdasarkan tiga soal yang digunakan untuk menguji kemampuan berpikir

kritis matematis siswa tersebut mempunyai validitas sedang, sedang dan tinggi.

Secara keseluruhan tes kemampuan berpikir kritis siswa mempunyai korelasi

sebesar 0,62. Apabila diinterpretasikan berdasarkan kategori koefisien korelasi,

maka secara keseluruhan tes kemampuan berpikir kritis siswa memiliki validitas

tinggi. Artinya semua butir soal memiliki ketepatan untuk digunakan sebagai

instrumen penelitian.

5) Reliabilitas Instrumen
50

Reliabilitas merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau

kekonsistenan suatu soal tes (Jihad, 2012:93). Untuk mengukur tingkat keajegan

soal digunakan rumus Alpha Cronbach.

[ ][ ]
n S 2

r 11= 1 i
n−1 St 2

Keterangan:
n = Banyaknya butir soal
Si 2 = Jumlah varians skor tiap item
St 2 = Varians skor total
Dengan varians :

s i =∑ x −¿ ¿ ¿ ¿
2 2

Kemudian setelah menghitung reliabilitas soal dengan rumus Alpha

Cronbach langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan interprestasi koefisien

reliabilitas yang disajikan pada Tabel 3.7 sebagai berikut.

Tabel 3.7 Klasifikasi Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reabilitas Interpretasi


r 11 ≤ 0,20 Sangat Rendah
0,20 <r 11 ≤ 0,40 Rendah
0,40 <r 11 ≤ 0,70 Sedang
0,70 <r 11 ≤ 0,90 Tinggi
0,90 <r 11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
(Jihad, 2012:75)

Soal dikatakan baik jika kriteria reliabilitas tinggi dan sangat tinggi, karena

menurut Siregar (2013:57) menyatakan bahwa kriteria suatu instrumen penelitian

dikatakan reliable bila koefisien reliabilitas (r 11 ¿>0,6.


51

Berdasarkan hasil uji coba soal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 13

Singkawang untuk butir soal secara keseluruhan pada tes kemampuan berpikir

kritis siswa dapat dilihat pada Lampiran B-3, diperoleh nilai tingkat reliabilitas

sebesar 0,70 dengan jumlah 20 siswa. Maka dapat diinterpretasikan bahwa soal tes

kemampuan berpikir kritis siswa mempunyai reliabilitas tinggi dan layak

digunakan.

6) Daya Pembeda

Daya pembeda instrumen adalah kemampuan dari tes tersebut dalam

memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai

(Hamzah, 2014:64). Dalam penelitian ini daya pembeda digunakan untuk menguji

soal posttest yang akan diberikan dengan menggunakan kelompok atas dan

kelompok bawah untuk menganalisis datanya. Penentuan kelompok atas dan

bawah dilakukan dengan menetapkan 27% dari banyaknya siswa yang ada pada

bagian atas yakni yang tinggi nilainya dan 27% dari banyaknya siswa yang ada

pada bagian bawah yakni yang rendah nilainya. Adapun rumus untuk mencari

daya pembeda sebagai berikut.

X A −X B
DP=
SMI

Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda butir soal
XA = rata-rata skor jawaban siswa kelompok atas
XB = rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah
SMI = Skor maksimun ideal
(Lestari dan Yudhanegara, 2015: 218)
52

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan disajikan pada

tabel 3.8 sebagai berikut.

Tabel 3.8 Interpretasi Daya Pembeda

Nilai Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
(Jihad, 2012:82)

Pada kriteria 0,00 < DP ≤ 0,20 soal bisa diperbaiki atau diganti (Yanto,

2014:60), maka pada penelitian ini daya pembeda dari butir soal yang digunakan

berada pada kriteria cukup, baik, dan sangat baik.

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda butir soal, diperoleh hasil

seperti Tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal

Nomor Soal Koefisien Korelasi Keterangan


1 0,6 Baik
2 0,5 Baik
3 0,7 Baik

Berdasarkan Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa soal tes kemampuan berpikir

kritis siswa yang terdiri dari 3 soal, memiliki daya pembeda cukup dan layak

dipakai sebagai acuan untuk membedakan antara siswa yang pandai

(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan

rendah). Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B-4.


53

7) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah mengkaji soal-soal tes yang diuji cobakan dari

sisi kesulitannya, sehingga dapat diperoleh soal-soal yang termasuk dalam

kategori mudah, sedang dan sukar (Hamzah, 2014:66). Adapun tingkat kesukaran

instrumen diperoleh dari menghitung persentase siswa yang menjawab benar soal

tersebut. Dihitung menggunakan rumus:

SA + SB
TK =
n maks

Keterangan :
TK = Tingkat kesukaran
Sa = Jumlah skor kelompok tinggi
Sb = Jumlah skor kelompok rendah
n = Jumlah skor kelompok tinggi dan kelompok rendah
maks = skor maksimal yang bersangkutan.

Kemudian setelah menghitung tingkat kesukaran soal, maka langkah

selanjutnya adalah mengklasifikasikan interpretasi tingkat kesukaran pada Tabel

3.10 sebagai berikut.

Tabel 3.10 Klasifikasi Interpretasi Tingkat Kesukaran

Koefisien Tingkat Kesukaran Interpretasi


0,00 < TK ≤0,31 Sukar
0,31 < TK ≤0,71 Sedang
0,71 < TK ≤1,00 Mudah
(Jihad, 2012:83)

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015:224) indeks kesukaran butir soal

dikatakan baik apabila dalam soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sukar. Maka dalam penelitian ini indeks kesukaran dari butir soal yang akan
54

digunakan berada pada kriteria sedang dan sukar. Hasil perhitungan tingkat

kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal

Nomor Soal Koefisien Korelasi Keterangan


1 0,70 Soal sedang
2 0,68 Soal sedang
3 0,70 Soal sedang

Berdasarkan Tabel 3.11 dapat dilihat bahwa untuk soal tes kemampuan

berpikir kritis siswa yang terdiri dari 3 soal, memiliki tingkat kesukaran sedang..

Maka secara keseluruhan soal tes kemampuan berpikir kritis siswa mempunyai

koefisien tingkat kesukaran 0,69. Apabila diinterpretasikan berdasarkan kategori

koefisien tingkat kesukaran maka secara keseluruhan tes kemampuan berpikir

kritis siswa memilliki tingkat kesukaran sedang. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran B-5.

Adapun rekapitulasi hasil uji coba soal kemampuan berpikir kritis siswa dapat

dilihat pada Tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal

No Interpretasi Reliabilitas Interpretasi Interpretasi Kesimpulan


Soal Validitas Tingkat Daya
Kesukaran Pembeda
1 0,53 0,70 0,6 Soal Dipakai
0,69
2 0,60 0,68 0,5 Soal Dipakai
3 0,74 0,70 0,7 Soal Dipakai

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan pada Tabel 3.12 terhadap hasil uji

coba tes kemampuan berpikir kritis siswa, maka dapat disimpulkan bahwa soal

tersebut layak dipakai sebagai acuan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis

siswa.
55

8) Lembar Angket

Angket merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan

melakukan komunikasi tidak langsung kepada responden (Aliyansah, 2013:85).

Pada penelitian ini penulis menggunakan angket untuk mengetahui motivasi siswa

terhadap penggunaan model kooperatif tipe TGT pada materi bentuk aljabar.

Responden hanya perlu membubuhkan checklist (√) pada jawaban yang telah

disediakan. Pada angket ini terdiri dari 5 alternatif jawaban yaitu: sangat setuju

(SS), setuju (S), ragu-ragu (RG), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

Adapun kriteria dalam angket motivasi siswa ditunjukkan pada Tabel 3.11

sebagai berikut.

Tabel 3.11 Kategori Motivasi Siswa

Skor Pernyataan Skor Pernyataan


Kategori
Positif Negatif
SS (Sangat Setuju) 5 1
S (Setuju) 4 2
RR (Ragu-ragu) 3 3
TS (Tidak Setuju) 2 4
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 5
(Sukasno,2006;111)

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah peneliti mengumpulkan data melalui angket, tes, dan lembar

observasi langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data sangat

bervariasi bentuknya tergantung bagaimana data yang terkumpul akan

diorganisasikan. Kegiatan analisis data berdasarkan variabel dari seluruh

responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,


56

menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kuantitatif dengan statistika. Dalam penelitian ini akan diperoleh data kuantitatif

sehingga untuk menganalisis data didapatkan dari pemberian tes hasil belajar dan

penyebaran angket akan dilakukan teknik statistik.

Dalam analisis data ini, penulis akan menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut.

1. Untuk menjawab sub masalah pertama yaitu untuk melihat ketercapaian

ketuntasan hasil belajar siswa (mencapai KKM = 70) baik secara individual

maupun klasikal pada materi bentuk alajabar dengan diterapkannya model

pembelajaran TGT di kelas VIII SMP Negeri 12 Singkawang menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menguji normalitas menggunakan uji chi-khuadrat pada data posttest

sebagai berikut.

H 0= data berdistribusi normal

H a = data tidak berdistribusi normal

Pengujian hipotesis:

(fo−fh)2
χ =∑
2
(Subana, 2000:124)
fh

Keterangan:
2
χ = chi-kuadrat

fo = Frekuensi kenyataan
57

fh = Frekuensi harapan

Adapun kriteria pengujian taraf signifikan 5% atau 0,05 adalah sebagai

berikut.

1) Jika x 2hitung ≤ x 2tabel maka H 0 diterima dan H a ditolak, artinya data

berdistribusi normal.

2) Jika x 2hitung > x 2tabel maka H 0 ditolak dan H a diterima, artinya data

tidak berdistribusi normal.

b. Langkah mencari ketuntasan individual

Untuk menentukan ketuntasan individual maka akan digunakan

rumus one sampel t-test. Sebelum digunakan uji hipotesis dengan uji t.

Hipotesis untuk menentukan ketuntasan belajar individual yaitu:

Ho = μ<70 ¿rata-rata siswa belum mencapai KKM)

Ha = μ ≥70 ¿ rata-rata siswa mencapai KKM )

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal, maka pengujian

menggunakan uji statistik parametrik, yaitu melalui uji-t dengan taraf 5 %

dengan rumus.

x−μ0
t=
s
√n

Keterangan :

x = X −x=¿ rata – rata


58

μ0 =KKM yang dihipotesiskan = 70

n = jumlah siswa

s = simpangan baku

Dari rumus uji one sample t-test maka akan di cari rata-rata dan

simpangan bakunya.

1) Menghitung rata – rata ( x )

Untuk menghitung rata – rata hasil post – test dengan rumus :

xi
x=
n

Keterangan :

x = rata – rata

x i=skor siswa

n = jumlah siswa

2) Menghitung simpangan baku

Untuk menghitung simpangan baku hasil post-test dengan rumus :

s= √ ∑ fi ¿ ¿ ¿ ¿

s = simpangan baku

x i=titik tengah

n = jumlah sampel

x = rata – rata

fi = frekuensi

Kriteria:
59

a) Jika thitung ¿ttabel, H o diterima H a ditolak berarti rata-rata ketuntasan hasil

belajar siswa secara individual belum tercapai (mencapai KKM = 70).

b) Jika thitung≥ ttabel, H a diterima H o ditolak berarti rata-rata ketuntasan hasil

belajar siswa secara individual tercapai (mencapai KKM = 70).

c. Langkah mencari ketuntasan klasikal

Untuk menentukan ketuntasan klasikal maka akan digunakan rumus

uji proporsi. Sebelum digunakan uji hipotesis dengan uji proporsi, data

harus berdistribusi normal. Hipotesis untuk menentukan ketuntasan belajar

klasikal yaitu:

Ho= π ≤75 % ¿ proporsi siswa mendapat nilai KKM ≥70 belum mencapai

75%)

Ha= π >75 % ¿ proporsi siswa mendapat nilai KKM ≥ 70 mencapai 75%)

Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal, maka pengujian

menggunakan uji statistik parametrik, yaitu melalui uji proporsi dengan

taraf 5 % dengan rumus.

x
−π 0
n
z=


μ0 (1−π 0)
n

Keterangan :

x = banyaknya peserta didik yang tuntas secara individual

μ0 =¿rata-rata

n=¿ jumlah sampel

π 0= proporsi
60

Kriteria:

a) Jika zhitung ¿ztabel, H o diterima H a ditolak berarti proporsi ketuntasan siswa

secara klasikal mendapat nilai KKM ≥70 belum mencapai 75%.

b) Jika zhitung≥ ztabel, H a diterima H o ditolak berarti proporsi ketuntasan siswa

secara klasikal mendapat nilai KKM ≥ 70 mencapai 75%.

2. Untuk menjawab sub masalah kedua yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang

diberikan model pembelajaran koperatif tipe TGT dengan siswa yang diberikan

pembelajaran langsung pada materi bentuk aljabar di kelas VIII SMP Negeri

12 Singkawang maka digunakan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Memberikan skor hasil pre-test dan post-test berdasarkan pedoman

penskoran.

b. Menghitung rata-rata pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas

kontrol setiap indikator.

c. Menghitung peningkatan menggunakan rumus Gain sebagai berikut.

S post −S pre
g=
S maks−S pre

Keterangan:

S post =¿ Skor tes akhir

S pre =¿ Skor tes awal

Smaks=¿ Skor maksimum


61

Selanjutnya akan diuji apakah terdapat perbedaan rata-rata gain

score antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji ini diperlukan dalam

penelitian untuk melihat apakah terdapat perbedaan peningkatan

kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

d. Untuk menentukan uji statistik yang digunakan terlebih dahulu ditentukan

uji normalitas dan homogenitas data. Langkah-langkah yang di lakukan

adalah sebagai berikut.

1) Untuk menghitung rata-rata Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol

dengan rumus:
n

x=∑ i
x
i−1
n

Keterangan:

x = Rata-rata

xi = Skor siswa

n = Jumlah seluruh data

2) Menentukan standar deviasi (SD)

SD = √ ∑ fi ¿ ¿ ¿ ¿

Keterangan:

SD = Standard deviasi

x = Nilai rata - rata

xi = Titik tengah

fi = Frekuensi
62

n = Jumlah sampel

3) Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi.

1) Rumus banyak kelas K= 1+ 3,3 log n

R
2) Rumus panjang kelas P=
K

Keterangan:

P = Panjang kelas

R = Rentangan

K = Banyak kelas

e. Menguji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat pada data Gain

sebagai berikut.

H 0= data berdistribusi normal

H a = data tidak berdistribusi normal

(fo−fh)2
χ 2= ∑ (Subana, 2000:124)
fh

Keterangan:
2
χ = chi-kuadrat

fo = Frekuensi kenyataan

fh = Frekuensi harapan

Adapun kriteria pengujian taraf signifikan 5% atau 0,05 adalah

sebagai berikut.
2 2
1) Jika x hitung ≤x tabel maka H 0 diterima dan H a ditolak, artinya data

berdistribusi normal.
63

2) Jika x 2hitung > x 2tabel maka H 0 ditolak dan H a diterima, artinya data

tidak berdistribusi normal.

f. Menentukan homogenitas data

1) Hipotesis yang diajukan yaitu:

H 0 = data berasal dari varian yang homogen

H a = data tidak berasal dari varian yang homogen

2) Mencari nilai Varians x dan y menggunakan rumus:

v x =∑ ¿ ¿ ¿

Keterangan:

n = jumlah data

x = nilai perolehan siswa varians x

x = rata-rata varians x

v y =∑ ¿ ¿ ¿

Keterangan:

n = jumlah data

y = nilai perolehan siswa varians y

y = rata-rata varians y

3) Rumus Uji Varians sebagai berikut:

Variansterbesar
F=
Varians terkecil

4) Kriteria pengujian dengan taraf signifikan 5% atau 0,05 sebagai

berikut.
64

a) Jika Fhitung < Ftabel, H o diterima H a ditolak berarti data berasal dari

varians yang homogen.

b) Jika Fhitung ≥ Ftabel, H a diterima H o ditolak berarti data berasal dari

varians yang tidak homogen.

g. Jika kedua data sudah normal, maka untuk pengujian hipotesis

menggunakan statistik parametrik yaitu uji t-test dua sampel.

1) Hipotesis

H o = Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

H a = Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir

kritis matematis siswa antara kelas eksperimen dengan kelas

kontrol.

2) Mencari nilai thitung

Mx−My
t=

√( ∑ x 2+ ∑ y 2
Nx+ Ny−2 )( 1
+
1
Nx Ny )
(Arikunto, 2013:354)

Keterangan:

t = uji t

Mx = nilai rata-rata kelas eksperimen

My = nilai rata-rata kelas kontrol

Nx = jumlah peserta didik pada kelas eksperimen

Ny = jumlah peserta didik pada kelas kontrol


2
x = selisih setiap nilai x2 dan x1
2
y = selisih setiap nilai y2 dan y1
65

3) Selanjutnya mencari nilai ttabel lalu membandingkan nilai thitung dengan

ttabel.

4) Kriteria pengujian hipotesis:

a) Jika thitung ¿ttabel, H o ditolak dan H a diterima berarti tidak terdapat

perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa

antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

b) Jika thitung ≥ ttabel, H o diterima dan H a ditolak berarti terdapat

perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa

antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

h. Namun jika salah satu data tidak berdistribusi normal maka langkah

selanjutnya adalah menggunakan statistik non parametrik, dalam hal

ini menggunakan uji U Mann-Whitney. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan sebagai berikut:

1) Hipotesis:

H o = Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis siswa antara kelas eksperimen dengan kelas

kontrol.

H a = Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir

kritis matematis siswa antara kelas eksperimen dengan kelas

kontrol.

2) Menghitung statistik U melalui dua rumus

Mencari nilai U 1:
66

n1 (n1 +1)
U 1 =n1 n2 + - R1 (Siregar, 2014:221)
2

Mencari nilai U 2:

n2 (n2 +1)
U 2 =n1 n2 + - R2 (Siregar, 2014:221)
2

Keterangan:

U 1= Jumlah peringkat 1

U 2 = Jumlah peringkat 2

n1 = Jumlah sampel 1

n2 = Jumlah sampel 2

R1 = Jumlah rangking pada sampel n1

R2 = Jumlah rangking pada sampel n2

Jika n1 + n2 lebih dari 20, maka menggunakan tabel Z

sehingga perlu mencari nilai Z dari nilai U yang telah diperoleh.

Adapun rumus Z sebagai berikut:

U (n 1. n 2)
Z= 2 (Siregar, 2014:222)
√ n1. n 2(n 1+n 2+1)
3) Bandingkan nilai z hitung dan z tabel

4) Kriteria pengujian hipotesis:

a) Jika zhitung ≤ztabel, H o ditolak H a diterima berarti tidak terdapat

perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.


67

b) Jika zhitung > ztabel, H o diterima H a ditolak berarti terdapat

perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

3. Untuk menjawab sub masalah ketiga yaitu untuk mengetahui motivasi belajar

siswa setelah diterapkannya model pembelajaran koperatif tipe TGT pada

materi bentuk aljabar di kelas VIII SMP Negeri 12 Singkawang yang terdiri

dari 20 pernyataan dengan menggunakan pernyataan positif dan pernyataan

negatif, dimana terdapat 5 alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, ragu-

ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Motivasi pada penelitian ini akan

diukur menggunakan skala likert dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Membedakan skor pernyataan positif dan skor pernyataan negatif dengan

kategori sebagai berikut.

b.

Tabel R.2. Skor Angket Motivasi Siswa Skala Likert

Skor Pernyataan Skor Pernyataan


Kategori
Positif Negatif
SS (Sangat Setuju) 5 1
S (Setuju) 4 2
RR (Ragu-ragu) 3 3
TS (Tidak Setuju) 2 4
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 5
(Sukasno, 2006:111)

c. Mengitung rata-rata sebaran siswa untuk setiap kategori motivasi dengan

rumus sebagai berikut.

X=
∑M
M
68

(Zumaroh, 2013:68)

Keterangan:

X = Rata-rata tiap indikator

∑ M = Jumlah rata-rata seluruh item


M = Banyaknya item

d. Setelah mendapatkan rata-rata tiap indikator. Langkah selanjutnya adalah

mencari rata-rata seluruh angket. Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut.

Jumlah skor seluruh siswa


Rata−rata=
Jumlah siswa

(Zumaroh, 2013:68)

e. Menentukan kriteria rata-rata motivasi belajar siswa, dapat dilihat pada

Tabel R.3 sebagai berikut.

Tabel R.3. Kriteria Motivasi Siswa

Jumlah Persentase Kategori


≤ 100% Sangat tinggi
60% ¿ motivasi ≤ 80% Tinggi
40% < motivasi ≤ 60 % Cukup
20% < motivasi ≤ 40% Rendah
≤ 20% Sangat rendah
(Zumaroh, 2013:35)

Dalam penelitian ini, motivasi belajar siswa tinggi jika motivasi siswa

berada di kriteria cukup, tinggi dan sangat tinggi (Zumaroh, 2013:35).


69

Anda mungkin juga menyukai